paper agama islam nanda
DESCRIPTION
cgcTRANSCRIPT
PAPER AGAMA ISLAM
Eksistensi Tuhan dan Kepercayaan
Pada Film “Life of Pie”
DISUSUN OLEH:
ANANDA SYELIANE
FILM PRODUCTION
JULI
JAKARTA 2014
I
PENDAHULUAN
1.1 Tentang Film Life of Pi
Life of Pi adalah sebuah film drama petualangan Amerika Serikat tahun 2012 yang
didasarkan pada novel karya Yann Matel tahun 2001 dengan judul yang sama. Disutradarai
Ang Lee, film ini dibuat sesuai naskah adaptasi karya David Magee, dan dibintangi oleh
Suraj Sharma, Irrfan Khan, Gérard Depardieu, Tabu, dan Adil Hussain.
Film ini berkisah tentang seorang anak laki-laki berusia 16 tahun bernama Piscine Molitor
"Pi" Patel yang terjebak di sebuah sekoci setelah bencana kapal laut yang menewaskan
keluarganya, ditemani seekor harimau Benggalabernama Richard Parker. Film ini dipuji oleh
para kritikus film.
1.2 Alur Film
Pi Patel, seorang imigran dari India yang tinggal di Kanada, didatangi oleh seorang novelis
setempat yang mengetahui keberadaannya dari "paman" (kerabat keluarga), percaya bahwa
kisah hidup Pi bisa dijadikan sebuah buku yang hebat.
Ia diberi nama "Piscine Molitor" oleh orang tuanya sesuai nama sebuah kolam renang di
Perancis. Ia mengubah namanya menjadi "Pi" saat menginjak sekolah menengah, karena
muak terus diejek dengan julukan "Pissing Patel". Keluarganya memiliki kebun binatang di
kota tempat tinggalnya, dan Pi sangat tertarik dengan hewan-hewan di sana, termasuk seekor
harimau Benggala bernama Richard Parker. Pi dibesarkan sebagai seorang Hindu dan
vegetarian, namun ketika berusia 12 tahun, ia diperkenalkan dengan ajaran Kristen dan
kemudian Islam, dan mulai mengikuti ketiga agama tersebut.
Karena terjadi permasalahan, ayahnya memutuskan menutup kebun binatang tersebut dan
pindah ke Kanada dan memindahkan hewan-hewannya. Mereka memesan tiket untuk satu
keluarga dan hewan-hewan mereka (untuk dijual di Amerika Utara) di kapal barang Jepang
bernama Tsimtsum. Kapal ini terhempas badai besar dan mulai tenggelam saat Pi sedang
berada di geladak. Ia mencoba menemukan keluarganya, tetapi didorong ke dalam sekoci,
dan tanpa daya menyaksikan kapal tersebut tenggelam, menewaskan keluarganya dan para
awak kapal.
Setelah badai berakhir, Pi menemukan dirinya berada di sekoci bersama seekor zebra yang
terluka dan didatangi seekor orangutan yang kehilangan anaknya. Seekor hyena muncul dari
terpal yang menutupi separuh sekoci dan tidak lama kemudian menggigit zebra tersebut
sekaligus membunuhnya. Saat Pi panik, si hyena juga melukai orangutan sampai tewas dalam
satu pertarungan. Tiba-tiba Richard Parker muncul dari bawah terpal dan membunuh hyena
tersebut.
Pi menemukan cadangan makanan dan air darurat di dalam sekoci, dan membangun rakit
terapung kecil untuk menjauhkan dirinya dari Richard Parker. Sadar bahwa ia harus memberi
makan si harimau untuk melindungi dirinya, Pi mulai memancing dan agak berhasil. Ia juga
mengumpulkan air hujan untuk keduanya, dan membantu Richard Parker yang putus asa
kembali naik sekoci setelah berenang mencari ikan. Pada malam hari, saat bertemu ikan paus,
Pi kehilangan sebagian besar persediaannya dan mengalami kelaparan. Setelah berhari-hari di
laut, Pi sadar bahwa ia tidak bisa lagi tinggal di rakit tersebut dan mulai melatih Richard
Parker untuk menerima kehadirannya di sekoci. Ia juga mengetahui bahwa menyayangi si
harimau membuatnya tetap semangat.
Setelah berminggu-minggu di laut, mereka mencapai sebuah pulau terapung terbuat dari
rumput laut yang bisa dimakan dan memiliki hutan, air tawar, dan banyak sekali meerkat,
sehingga Pi dan Richard Parker bisa makan dan minum dengan bebas sekaligus
mengumpulkan tenaga. Namun pada malam hari, pulau ini berubah menjadi daerah yang
kejam dan mengubah air tawar di sana menjadi zat asam. Pi menemukan gigi manusia di
dalam sebuah tumbuhan dan menyimpulkan bahwa tumbuhan di sana bersifat karnivora.
Akibatnya, mereka segera meninggalkan pulau itu.
Sekoci tersebut akhirnya mencapai pesisir Meksiko. Sampai di darat, Richard Parker berhenti
di depan hutan. Pi berharap Richard Parker akan menengok dirinya dan berlagak seolah ingin
mengucapkan selamat tinggal. Sayang sekali si harimau terus melihat ke dalam hutan dan
berjalan masuk. Pi putus asa karena Richard Parker tidak pernah peduli dengan dirinya dan
mulai menangis saat dibawa ke rumah sakit. Di rumah sakit, para agen asuransi untuk kapal
barang Jepang tersebut datang untuk mendengarkan kesaksiannya atas insiden yang dialami.
Mereka menganggap ceritanya mustahil, dan memintanya menceritakan yang "sebenarnya"
demi kredibilitas laporan mereka. Pi akhirnya memberikan kesaksian terperinci tentang
berbagi sekoci dengan ibunya, seorang pelaut yang patah kaki, dan koki kapal. Dalam cerita
tersebut, sang koki membunuh pelaut, kemudian ibu Pi, dan memakai jasadnya sebagai
umpan dan makanan. Pi kemudian membunuh koki tersebut untuk balas dendam.
Di masa kini, sang penulis mengetahui kesamaan di antara kedua cerita: orangutan adalah ibu
Pi, zebra adalah pelaut, hyena adalah koki, dan Richard Parker si harimau adalah Pi sendiri.
Pi ingin tahu cerita mana yang ia pilih; ia memilih cerita yang ada harimaunya, dan
ditanggapi Pi "Dan begitu pula dengan Tuhan." Melihat salinan laporan asuransi, sang
penulis membaca komentar penutup kisah luar biasa bertahan hidup selama 227 hari di
lautan, terutama dengan harimau--yang menandakan bahwa para agen asuransi tersebut
akhirnya memilih cerita pertama.
II
PEMBAHASAN
2.1 Life of Pie: Sebuah Ketidakberhinggaan Makna Dalam Keberhinggaan Ruang-
Waktu
Mula-mula, apa sebenarnya arti nama Pi? Nama Pi sebenarnya digunakan Piscine untuk
mengganti namanya yang dipelesetkan menjadi “Piss” (pipis/kencing) oleh teman-teman
masa kecilnya. Namun lebih dari itu, “Pi” disini kenyataannya menggambarkan sejumlah
angka tak berhingga yang yang seperti kita tahu merupakan hasil perbandingan antara
keliling dan diameter lingkaran sempurna. Bahkan seorang Pi diceritakan sewaktu kecil
mampu menghapal ribuan angka di belakang koma dari “pi” (“π” dalam abjad Yunani yang
bernilai = 3,14 sekian dan sekian) dan menulisnya di papan tulis kelas. Dalam sebuah adegan
ketika dalam keputusasaan di sekoci, diantara sadar dan tidak Pi masih sempat mengigau
tentang angka-angka “π” tadi.
“Pi”/“π” sebagai simbol abjad dan matematika yang bersifat fisikal-terbatas, namun mampu
“menampung” nilai angka yang tidak terhingga, adalah intisari dari film ini. Bagaimana
“Ketidakberhingaan makna” mampu ditampung oleh “Keberhinggan ruang waktu” yang
dipaparkan dalam beberapa scene di film ini.
Scene-scene pertama adalah pengalaman Pi kecil dalam memahami beragam agama, yaitu
Hindu, Kristen, dan Islam. Ketika mendalami Hindu, diceritakan bahwa Pi kecil sangat
tertarik dengan cerita kanak-kanak Kresna yang memperlihatkan seluruh isi semesta di dalam
mulutnya. Seperti yang kita tahu, Kresna dalam Hindu sebenarnya adalah perwujudan dan
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam mulut Kresna yang terbatas ruang, ternyata mampu untuk
menampung alam semesta yang tiada batasnya.
Lalu ketika Pi kecil tertarik dengan agama Kristen. Pastor di gereja menjelaskan kepada Pi
mengapa Yesus harus hadir di dunia. Pastor mengatakan bahwa Tuhan yang Maha Tidak
Terbatas menjelma menjadi manusia yang maha terbatas agar manusia dapat memahami-Nya.
Yesus sendiri hadir hanya dalam “setitik kecil” fragmen sejarah umat manusia, yang sangat
tidak berarti jika dibandingkan dengan umur semesta yang bermiliar tahun.
Pi juga tertarik untuk mendalami agama Islam. Dan walaupun tidak diperlihatkan dalam film,
namun kisah perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad yang hanya dalam waktu satu malam
mampu melakukan perjalanan maha jauh ke Langit Ke Tujuh bagi saya adalah salah satu
bentuk ketidakberhinggaan Tuhan yang mampu mengatasi segala keterbatasan.
“Ketidakberhinggaan makna” juga mungkin dirasakan Pi ketika dia menatap mata seekor
Richard Parker. Ketika ayah Pi yang rasional mengatakan bahwa tatapan mata hewan hanya
memantulkan emosi manusia yang menatapnya, Pi bersikeras bahwa tatapan mata seekor
Richard Parker seperti berbicara kepadanya, dan Pi pun yakin bahwa itu membuktikan hewan
juga punya roh seperti manusia.
Bagi orang awam, seperti yang diwakili oleh sosok sang penulis, hidup Pi terlihat relatif
normal-normal saja. Di adegan terakhir bahkan Pi dewasa diperlihatkan telah memiliki istri
dan anak. Namun di sepanjang garis hikayat waktunya, ada “setitik” ruang dan waktu dalam
hidup seorang Pi (dan mungkin juga dalam hidup kita semua) ketika dia merasakan sebuah
mukjizat yang mungkin amat mustahil untuk diterima oleh nalar, dan terlampau spektakuler
untuk menjadi kenyataan.
2.2 Eksistensi Tuhan dan Keimanan
Pi dibesarkan oleh ayah yang atheis dan ibu yang memegang agama sebagai ikatan
terakhirnya dengan keluarga yang mengusirnya dari rumah karena memutuskan menikah
dengan lelaki yang berada di bawah kastanya. Sejak belasan tahun, Pi mencari Tuhan melalui
agama yang ditemuinya. Dibesarkan sebagai penganut Hindu, ia mengenal Kristus saat 11
tahun dan mempertanyakan konsep anak Allah yang harus disalib demi dosa manusia.
Kemudian ia mengenal Islam melalui panggilan salat.
Dalam film, Pi menyebutkan, “Iman adalah rumah dengan banyak kamar. Dan ada ruang
untuk keraguan dalam setiap lantainya.” Manusia wajar saja merasa ragu dengan agama.
Agama dan iman adalah proses perjalanan, bukan sekadar menemukan Tuhan dan berhenti di
sana.
Agama adalah sarana transportasi kita dalam iman mencapai Tuhan. Dan kita takkan pernah
tahu seberapa kuat iman kita sebelum diuji. Itulah yang dialami oleh Piscine Molitor Patel
dalam kisah menakjubkan “Life of Pi”. Ada saat kita ragu dan mempertanyakan keberadaan
Tuhan, ada saat-saat ketika kita ingin berserah dan beristirahat. Kita sebagai manusialah yang
memilih untuk memercayai apa yang ingin kita percayai dalam hidup ini. Butuh lompatan
iman hingga kita bisa memilih untuk percaya pada Tuhan atau tidak.
Secara keseluruhan film “Life of Pi” adalah tafsiran seorang Ang Lee dari buku yang filosofis
tentang pencarian iman, agama, dan Tuhan. Walau setia pada bukunya, bagian filosofis dalam
buku itu tak bisa terangkum dengan sempurna. Ang Lee lebih memilih untuk bermain di
visual sehingga orang yang belum membaca bukunya mungkin akan merasa tertinggal oleh
ceritanya.
Kisah Pi adalah kisah kita sebagai manusia. Hidup ini ibarat perjalanan mengarungi lautan
tak berujung.
2.3 Keraguan Dapat Meyakinkan Kepercayaan
Pi yang menganut tiga agama, pada bagian akhir membuat alternatif cerita yang mempunyai
inti yang sama yaitu kapal Tsimtsum tenggelam, ia menderita selama di lautan, dan ia selamat
dengan terdampar di pantai Meksiko. Setiap agama mempunyai ceritanya tersendiri, dan
ceritanya jelas berbeda-beda. Dari cerita yang berbeda-beda inilah akhirnya keputusan
kembali kepada diri kita, ‘cerita’ mana yang ingin kita percayai. Pi juga mengatakan bahwa
kedua versi cerita tersebut sama-sama sulit dibuktikan secara logis, sehingga kembali kepada
diri kita, cerita mana yang ingin kita percayai. Setelah cerita itu kita percayai, maka cerita itu
adalah milik kita.
Selain cerita ini, terdapat sebuah pulau karnivora yang merupakan pulau yang aneh dengan
banyak meerkat dan misterius. Ada juga potongan adegan yang menunjukkan pulau ini
berbentuk Wisnu yang sedang tidur. Pulau karnivora ini bisa dikatakan adalah perlambangan
dari Tuhan. Apa yang Ia beri, akan Ia ambil kembali.
Dari sekian banyak cerita tersebut, mempunyai inti yang sama. Jika Pi mengatakan bahwa
inti dari ceritanya adalah kapal tenggelam, ia menderita di lautan, dan akhirnya ia selamat.
Maka definisikanlah masing-masing, apa inti dari berbagai agama yang ada di muka bumi.
Ambillah pelajaran dari sana. Itulah jalan yang membuat kita mencintai Tuhan itu sendiri.
Diakhir film, sang penulis tentu ragu, cerita mana yang ingin ia percayai. Keraguan bukanlah
suatu kelemahan iman dan bahan cemoohan. Justru dengan ragu itulah yang membuat kita
yakin akan cerita apa yang ingin kita percayai. Ragu dalam konteks ini adalah kita telah
berpikir tentang cerita mana yang ingin kita percayai, walau semuanya tidak mampu kita raih
dengan rasionalitas. Dari sini kita dapat belajar bahwa keraguan itulah yang membuat
kepercayaan kita atas suatu cerita dan keyakinan semakin bertambah kuat nantinya.
2.4 Konsep Tuhan
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata
dan Esa. Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan
Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran
terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang
mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada
Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang
paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha
Penyayang" (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan
kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan
menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana
pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Menurut Al-Quran, "Dia tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah
Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (QS Al-'An'am[6]:103)
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia
menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya.
Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”
2.5 Konsep ketuhanan berdasarkan Al-Quran dan Hadis
Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Quran (Al-'Alaq [96]:1-5), Tuhan
menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal
termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya Al-Quran adalah kalam
Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Quran merupakan "penuturan Allah
tentang diri-Nya."
Selain itu menurut Al-Quran sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia
sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A'raf [7]:172). Ketika masih dalam bentuk roh,
dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu
manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut
menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika
manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Quran menegaskan ini
dalam surah Az-Zumar [39]:8 dan surah Luqman [31]:32.
"Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia
memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu
(musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain." (al-
An'am [6]:133)
Sesungguhnya sifat-sifat Allah yang mulia tidak terbatas/terhingga. Di antaranya juga
tercantum dalam Asma'ul Husna. Sebagian ulama merumuskan 20 Sifat Allah yang wajib
dipahami dan diimani oleh umat Islam di antaranya:
1. Wujud (ada) dan mustahil Allah itu tidak ada (adam).
”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
—(Al A'raf 54)
2. Qidam (terdahulu) dan mustahil Allah itu huduts (baru).
“ Dialah Yang Awal… ”
—(Al Hadid 3)
3. Baqo’ (kekal) dan mustahil Allah itu fana’ (binasa). Allah sebagai Tuhan Semesta
Alam akan hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus makhluk ciptaan-Nya. Jika Tuhan itu
fana’ atau mati, bagaimana nasib ciptaan-Nya seperti manusia?
“ Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati… ”
—(Al Furqan 58)
4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (tidak serupa dengan makhluk-Nya) dan mustahil Allah itu
sama dengan makhluk-Nya (mumaatsalaatuhu lil hawaadits).
“ …Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia… ”
—(Asy Syu'ara' 11)
5. Qiyamuhu binafsihi (berdiri dengan sendirinya) dan mustahil Allah itu qiyamuhu bi
ghairihi (berdiri-Nya dengan yang lain).
“ …Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam. ”
—(Al ‘Ankabut 6}
6. Wahdaaniyah (Esa atau Satu) dan mustahil Allah itu banyak (ta’addud) misalnya 2, 3, 4,
dan seterusnya. Allah itu Maha Kuasa.
“ Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain
beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk
yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain.
Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. ”
—(Al Mu’minun 91}
“ Katakanlah, "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia." ”
—(Al Ikhlas 1-4)
7. Qudrat (Kuasa) dan mustahil Allah itu ‘ajaz (lemah). Jikalau Allah itu lemah, tentu
saja makhluk ciptaan-Nya dapat mengalahkan-Nya.
“ Jika Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk baru
(untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian tidak sulit bagi Allah. ”
—(Fathir 16-17)
8. Ilmu (Mengetahui) dan mustahil Allah itu jahal (bodoh). Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu, karena Dialah yang menciptakan-Nya.
“ …dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun
yang gugur melainkan Dia mengetahuinya…”
—(Al An'am 59)
9. Hayat (Hidup) dan mustahil Allah itu maut (mati). Hidupnya Allah tidak seperti
hidupnya manusia. Manusia dihidupkan oleh Allah yang kemudian akan mati, sedangkan
Allah tidak akan mati. Ia akan hidup terus selama-lamanya.
“ Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati… ”
—(Al Furqan 58)
10. Sama’ (mendengar) dan mustahil Allah bersifat shomam (tuli).
“ …Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ”
—(Al Baqarah 256)
11. Bashar (melihat) dan mustahil Allah bersifat ‘Amaa (buta).
“ Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan. ”
—(Al Hujurat 18)
Berikut adalah dalil-dalil tentang adanya wujud Tuhan yang diterangkan oleh Al-Qur'an
secara logika, Allah taala berfirman:
�ا �ن ب �ذى� ر� ط�ـى ى�ى�ى�ى�ى�ى�ى�ى�ى�ى�ى�ى�ى�ى�ال ع� �ل� ا� ء� ك ى� �ق�ه� ش� ل �م� خ� طى ث ا�
Yakni, Tuhan adalah Dia Yang telah menganugerahkan kepada tiap sesuatu
penciptaan/kelahiran yang sesuai dengan keadaannya, kemudian menunjukinya jalan untuk
mencapai kesempurnaannya yang diinginkan (20:50).
Kini jika memperhatikan makna ayat tersebut kita menelaah bentuk ciptaan -- mulai dari
manusia hingga binatang-binatang daratan dan lautan serta burung-burung -- maka timbul
ingatan akan kekuasaan Ilahi. Yakni, bentuk ciptaan setiap benda tampak sesuai dengan
keadaannya. Para pembaca dipersilahkan memikirkannya sendiri, sebab masalah ini sangat
luas. Dalil kedua mengenai adanya Tuhan ialah, Alquran Suci telah menyatakan Allah Ta’ala
sebagai sebab dasar dari segala sebab, sebagaimana Alquran Suci menyatakan:
�ن� ط�ى و�ا �ك� ا� ب �ه ى ر� �ت �م�ن ىىىىىىىىىىىىىىال
Yakni seluruh rangkaian sebab dan akibat berakhir pada Tuhan engkau (53:42).
Rincian dalil ini ialah, berdasarkan penelaahan cermat akan diketahui bahwa seluruh alam
semesta ini terjalin dalam rangkaian sebab dan akibat. Dan oleh karena itu, di dunia ini
timbul berbagai macam ilmu. Sebab, karena tiada bagian ciptaan yang terlepas dari tatanan
itu. Sebagian merupakan landasan bagi yang lain, dan sebagian lagi merupakan
pengembangan-pengembangannya. Adalah jelas bahwa suatu sebab timbul karena zat-Nya
sendiri, atau berlandaskan pada sebab yang lain. Kemudian sebab yang lain itu pun
berlandaskan pada sebab yang lain lagi. Dan demikianlah seterusnya. Tidak benar bahwa di
dalam dunia yang terbatas ini rangkaian sebab dan akibat tidak mempunyai kesudahan dan
tiada berhingga, Maka terpaksa diakui bahwa rangkaian ini pasti berakhir pada suatu sebab
terakhir.
Jadi, puncak terakhir semuanya itu ialah Tuhan. Perhatikanlah dengan seksama betapa ayat:
“Wa anna ilaa rabbikal-muntahaa” itu dengan kata-katanya yang ringkas telah menjelaskan
dalil tersebut di atas, yang artinya, puncak terakhir segala rangkaian ialah Tuhan engkau.
Sekiranya tidak ada Sang Penjaga, bagaimana mungkin jalinan kerja yang demikian besar ini
dapat berjalan dengan sendirinya sepanjang masa. Dengan mengisyaratkan kepada hikmah-
hikmah itulah, di tempat lain Allah Ta’ala berfirman:
عى ا� ا� ا� ط�� ك$ �� ا� ش� ا� ا� ا�ا ط� ط� ا�� ا� �� ع� ا� �ع ��ا
Yakni, dapatkah Wujud Tuhan Yang telah menciptakan langit dan bumi demikian itu
diragukan? (14:10)
Lalu sebuah dalil lagi tentang keberadaan-Nya, difirmankan:
�ل� ع� ك �ه�ا ا� �ي ط"ى ف�ان� ع�ل ع# ا$ �� ه� ا �ك� و�ج� ب ع� ر� ا' ذ% ط� ا) ع� ا( � ا�� ع* ا� �ع �� ا
Yakni, tiap sesuatu akan mengalami kepunahan dan yang kekal itu hanyalah Tuhan Yang
memiliki kebesaran dan kemuliaan (55:27,28).
Kini perhatikanlah. Jika kita bayangkan dunia ini menjadi hancur-lebur dan benda-benda
langit pun pecah berkeping-keping, serta bertiup angin yang melenyapkan seluruh jejak
benda-benda itu. Namun demikian akal mengakui serta menerima bahkan hati nurani
menganggapnya mutlak, bahwa sesudah segala kebinasaan itu terjadi, pasti ada sesuatu yang
bertahan yang tidak mengalami kepunahan dan tetap utuh seperti keadaannya semula. Jadi,
itulah Tuhan yang telah menciptakan semua wujud fana (tidak kekal), sedangkan Dia sendiri
terpelihara dari kepunahan.
2.6 Relevansi Life of Pie Terhadap Kepercayaan
Life of Pie hadir dari novel yang memiliki unsur transenden atau hal-hal yang diluar nalar
namun benar dapat terjadi. Mukjizat itu nyata dan kisah ini membuktikannya bahwa Tuhan
itu hadir diberbagai situasi dan kapanpun. Kita sebagai manusia, makhluk ciptaannya patut
mengerti akan kebesarannya. Pi yang dirundung masalah dan hampir putus asa, hampir saja
meninggal. Namun berkat usaha dan kepercayaannya, maka Tuhan menyelamatkannya.
Tugas manusia setelah berusaha, tinggal mempercayai dan berdoa.
III
KESIMPULAN
Film ini berkisah tentang seorang anak laki-laki berusia 16 tahun bernama Piscine Molitor
"Pi" Patel yang terjebak di sebuah sekoci setelah bencana kapal laut yang menewaskan
keluarganya, ditemani seekor harimau Benggala bernama Richard Parker. Dari berbagai
permasalahannya, Pi tetap sabar dan yakin terhadap sesuatu yang diyakininya. Film yang
mempunyai pesan moral, agama dan penyampaian pesan yang kuat.
SARAN
Kita sebagai makhluk ciptaanya harus patut bersyukur terhadap segala sesuatu yang Tuhan
karuniakan kepada kita. Kisah hidup Pi yang begitu heroik dan cukup tragis ketika ditinggal
Parker padahal dia sudah menolongnya, tidak membuat kita menjadi menyesal. Kita harus
bersyukur dan ikhlas terhadap segala sesuatu yang terjadi di bumi. Tentunya semua harus
dibarengi dengan niat yang baik, usaha, serta berdoa dan berserah diri kepada-NYA.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mediatadulako.com/index.php/2012-10-23-17-27-33/kreativitas/348-resensi-
film-life-of-pi
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Islam
http://www.islamnyamuslim.com/2012/09/membuktikan-keberadaan-tuhan-dengan-
akal.html