documentp

2
63 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Petani produsen jati rakyat di Desa Katongan memiliki pekerjaan utama sebagai petani dengan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan berjumlah 2 – 6 orang. Tingkat pendidikan relatif rendah yang sebagian besar berpendidikan SD. Kepemilikan lahan bervariasi mulai dari 0,47 ha sampai 1,71 ha. 2. Pola pemasaran kayu jati rakyat di Desa Katongan adalah sebagai berikut : a. Pola I : Petani konsumen akhir  b. Pola II : Petani  pedagang penebas  Konsumen akhir c. Pola III : Petani  Pedagang penebas  Pedagang mebel  Konsumen akhir d. Pola IV : Petani  Pedagang Penebas  Pedagang pemilik penggergajian Pengrajin  Pedagang mebel  Konsumen akhir 3. Distribusi pemasaran kayu jati dari hutan rakyat di Desa Katongan  a. Marjin keuntungan (  profit margin) sebesar Rp 4.009.718,458 dengan distribusi marjin keuntungan sebagai berikut : Petani (31,274%), Pedagang Penebas (26,010%), Pedagang Pemilik Penggergajian (9,693%), Pengrajin (3,002%), Pedagang Mebel (30,021%). b. Marjin pemasaran (marketing margin) yang terjadi sebesar Rp 8.643.098,079 dengan  persentase harga di pelaku pemasaran terhadap harga akhir : Petani (0,657%), Pedagang Penebas (15,025%), Pedagang Pemilik Penggergajian (30,587%), Pengrajin (35,481%), Pedagang Mebel (48,276%), Konsumen akhir (100%)  

Upload: izzahtul

Post on 07-Jan-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

7/17/2019 p

http://slidepdf.com/reader/full/p563db8eb550346aa9a98374b 1/2

63

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1.  Petani produsen jati rakyat di Desa Katongan memiliki pekerjaan utama sebagai petani

dengan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan berjumlah 2 – 6 orang.

Tingkat pendidikan relatif rendah yang sebagian besar berpendidikan SD. Kepemilikan

lahan bervariasi mulai dari 0,47 ha sampai 1,71 ha.

2. 

Pola pemasaran kayu jati rakyat di Desa Katongan adalah sebagai berikut :

a.  Pola I : Petanikonsumen akhir

 b.  Pola II : Petani pedagang penebas Konsumen akhir

c.  Pola III : Petani Pedagang penebas Pedagang mebel Konsumen akhir

d.  Pola IV : Petani   Pedagang Penebas   Pedagang pemilik penggergajian

Pengrajin Pedagang mebel Konsumen akhir

3.  Distribusi pemasaran kayu jati dari hutan rakyat di Desa Katongan 

a.  Marjin keuntungan ( profit margin) sebesar Rp 4.009.718,458 dengan distribusi marjin

keuntungan sebagai berikut : Petani (31,274%), Pedagang Penebas (26,010%),

Pedagang Pemilik Penggergajian (9,693%), Pengrajin (3,002%), Pedagang Mebel

(30,021%). 

b.  Marjin pemasaran (marketing margin) yang terjadi sebesar Rp 8.643.098,079 dengan

 persentase harga di pelaku pemasaran terhadap harga akhir : Petani (0,657%),

Pedagang Penebas (15,025%), Pedagang Pemilik Penggergajian (30,587%), Pengrajin

(35,481%), Pedagang Mebel (48,276%), Konsumen akhir (100%) 

7/17/2019 p

http://slidepdf.com/reader/full/p563db8eb550346aa9a98374b 2/2

64

c.   Nilai mark up on selling  yang menjadi parameter tingkat efisiensi operasional sebagai

 berikut : Petani (95,630%), Pedagang Penebas (50,876%), Pedagang Pemilik

Penggergajian (13,795%), Pengrajin (26,503%), Pedagang Mebel (51,724%).

Semakin tinggi nilai mark up on selling  maka semakin rendah tingkat efisiensi

operasionalnya. Pada penelitian ini tingkat efisiensi operasional tertinggi dilakukan

 pada tingkat pedagang pemilik penggergajian.

Berdasar semua parameter efisiensi saluran pemasaran yang tidak merata

menandakan pola tataniaga kayu jati rakyat yang sedang berlangsung tidak efisien. 

6.2. Saran

1.  Keberadaan berbagai macam pola saluran pemasaran memberikan peluang petani untuk

memilih saluran pemasaran yang dapat memberikan harga jual paling tinggi.

2.  Peningkatan potensi kayu jati rakyat dapat dilakukan dengan pembinaan untuk

meningkatkan pengetahuan mengenai pengelolaan kayu jati rakyat sehingga

 pengelolaanya menjadi intensif.

3.  Pemerintah daerah sebaiknya membuat sistem informasi harga yang selalu baru dan

mudah diakses penduduk sehingga dapat memperlancar kegiatan perdagangan kayu jati

yang menciptakan rasa keadilan bagi semua pelaku pemasaran.

4.  Dilakukannya penelitian lanjutan sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan

 pembanding.