naskah akademik lengkap

127
Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Gresik 11 Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik

Upload: andingemeng

Post on 25-Nov-2015

61 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

direction for river development

TRANSCRIPT

Naskah Akademik

Bagian Hukum

Sekretariat Daerah Kabupaten Gresik

-+1NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

TENTANG

PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TAHUN 2011

CET

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan dalam Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Pemerintah Kabupaten Gresik berkewajiban dan bertanggungjawab menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan sesuai dengan kewenangannya. Bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh pendudukan daerah Kabupaten Gresik perlu dilakukan pengaturan tentang Administrasi Kependudukan.

Administrasi Kependudukan menjadi semakin penting karena selalu bersentuhan dengan setiap aktivitas kehidupan di Indonesia. Diantaranya adalah saat Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden, Pemilu Kepala Daerah, mengurus surat-surat kendaraan, mengurus surat-surat tanah dan lain sebagainya. Apabila kita akan berdomisili pada suatu wilayah maka kita harus memiliki tanda domisili yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam rangka menyusun Sistem Informasi Kependudukan yang akurat, terpercaya dan up to date perlu dioptimalkan. Dengan kemajuan teknologi saat ini tentu ini bukan lagi masalah bagi Negara kita. Jika kita membuat sebuah sistem informasi terintregasi maka memungkinkan kita melakukan pengolahan data kependudukan secara cepat dan akurat. Misalkan KPU membutuhkan data DPT maka langsung saja koordinasi ke Dinas Kependudukan untuk mendapatkan data terbaru. Tidak sulit karena setiap elemen saling mendukung.

Nomor Tanda Penduduk dapat dijadikan sebagai nomor untuk berbagai keperluan, misalnya dalam mengurus pajak penghasilan, pajak kendaraan bermotor, kepemilikan bangunan dan lain sebagainya. Dengan mengintegrasikan data secara nasional maka tidak akan terjadi seseorang yang memiliki KTP ganda, karena masing-masing penduduk akan memiliki ID unik yang dapat digunakan di seluruh Indonesia.

Gagasan menyusun suatu sistem administrasi yang menyangkut seluruh masalah kependudukan, yang meliputi pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan data kependudukan, patut menjadi perhatian untuk mewujudkannya. Perwujudan suatu sistem memang sangat didambakan oleh masyarakat. Bahkan sebagai ciri dari penyelenggaraan Negara yang modern khususnya bidang pelayanan masyarakat.

Untuk mewujudkan penyelenggaraan Administrasi Kependudukan di Kabupaten Gresik yang lebih berkualitas, yang menjamin hak-hak warga negara, dipandang perlu untuk membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

B. Maksud dan tujuan

1. Maksud

Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, dimaksudkan untuk melakukan penyempurnaan atas Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil, khususnya penyempurnaan atas berbagai materi pengaturan yang terkait dengan penetapan Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil juga yang belum tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 1 Tahun 2009 yaitu penetapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.

2. Tujuan

Tujuan pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, adalah terbentuknya Peraturan Daerah sebagai landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dalam rangka memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk daerah Kabupaten Gresik.ETRO

4

C. Landasan penyempurnaan

1. Landasan filosofis

Secara filosofis, pembentukan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan diperlukan sebagai upaya pengaktualisasian nilai-nilai hak dan kewajiban penduduk. Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sebagai sarana pelaksanaan pengadministrasian dan pencatatan peristiwa kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing Tinggal Terbatas menjadi tinggal tetap dan Peristiwa Penting lainnya antara lain kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan dan perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan dan pengesahan anak, serta perubahan status kewarganegaraan, ganti nama dan peristiwa penting lainnya.

2. Landasan Sosiologis

Pembentukan peraturan dearah tentang penyelenggaraan administrasi kependudukan pada dasarnya tidak hanya bermakna filosofis, tetapi juga memiliki makna sosiologis. Penyelenggaraan administrasi kependudukan dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan dan penertiban kepada masyarakat di bidang pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang mana perlu dilakukan upaya-upaya penyempurnaan dalam ketentuan penyelenggaraaan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil sehingga dapat diwujudkan penyelenggaraan administrasi kependudukan yang berkualitas.

3. Landasan Yuridis

Pembentukan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan didasarkan pada mandat konstitusi sebagai hukum dasar, baik sebagai hukum dasar dalam kaitan dengan kewenangan pembentukan Peraturan Daerah maupun sebagai hukum dasar dalam kaitan dengan materi muatan Peraturan Daerah. Khusus yang terkait dengan materi muatan Peraturan Daerah, pembentukan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan merujuk pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

D. MetodePembentukan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dilakukan dengan metode kerja sebagai berikut:

a. Evaluasi atas pelaksanaan Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2009 tentang Administrasi Kependudukan;

b. mengimplementasikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan;

c. Implementasi Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan administrasi kependudukan Tahun 2011; d. Pengkajian terhadap pasal-pasal dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 yang dinilai mengandung kelemahan dan/atau bermasalah;

e. Pengkajian terhadap konsep teoritis tentang penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang ideal;

f. Penyesuaian dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil; dan

g. Analisis komprehensif dan penyusunan konsep pengaturan yang baru.

E. Sistematika penulisan.

Naskah Akademik ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang latar belakang, maksud dan tujuan, landasan penyempurnaan, metode, dan sistematika penulisan, Bab II Arah Dan Tujuan Serta Cakupan Penyempurnaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil. Bab III Problematika Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil, berisi uraian tentang kondisi Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 1 Tahun 2009 yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Bab IV Materi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, berisi uraian tentang materi penyempurnaan dan susunan Rancangan Peratutan Daerah; dan Bab V Kesimpulan. Bagian akhir Naskah Akademik dilengkapi dengan daftar pustaka yang berisi referensi pendukung.BAB II

ARAH DAN TUJUAN SERTA CAKUPAN PENYEMPURNAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL. Pada dasarnya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan masyrakat guna meningkatkan pelayanan yang cepet, efektif, efisien sebagai upaya mewujudkan tata pemerintahan yang efektif (effective governance). dan biaya ringan juga memberikan kepastian hukum bagi masyarakat terhadap dokumen hukum yang harus dimiliki sebagai hak keperdataan warga negara. Disamping itu masyarakat akan merasakan secara langsung kemudahan dalam mengakses informasi dan bagi aparatur Negara yang membidangi kependudukan dapat melakukan pengawasan dengan rentang kendali yang pendek. Bahwa dengan tujuan agar dapat memberikan perlindungan, pengakuan, pengakuan status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk di daerah. Bagi pemerintah merupakan kewajiban dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan sebagai amanat dari Undang-Undang.

BAB III

PROBLEMATIKA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdampak pada Perubahan Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Usaha, Jasa Umum dan Perizinan tertentu. Dengan adanya Peraturan Daerah tentang retribusi Jasa Usaha menimbulkan tumpang tindih aturan terutama pada Peraturan Daerah yang mengatur regulasi penyelenggaraan administrasi kependudukan dan catatan sipil.

Hal lain yang menjadi persoalan dalam organisasi satuan kerja perangkat daerah bidang kependudukan dan catatan sipil tidak tepat apabila melekat pada organisasinya terutama bidang sosial. Permasalahan sosial masyarakat sangat komplek dan perlu penanganan secara tersendiri dan komprehensif sehingga harus dilepaskan dari struktur organisasi pada Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan Sosial menjadi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil saja, sedangkan Bidang Sosial seyogyanya berdiri sendiri dalam struktur organisasi dinas daerah yang lebih tepat lagi sebagai Dinas Sosial. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuaian peraturan daerah sekaligus perubahan struktur organisasi serta tugas pokok dan fungsi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Gresik.

Untuk pemberlakuan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), sesuai peraturan perundang-undangan dan petunjuk teknis pelaksanaannya Pemerintah Daerah telah melaksanakan secara bertahap sejak bulan Agustus 2011.

Untuk penerapan e-KTP sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2000 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Yang Akan Bertolak ke Luar Negeri dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan bahwa nomenklatur Instansi pelaksana yang menangani Kependudukan dan pencatatan sipil harus secara khusus ditangani oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

BAB IV

MATERI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.

Judul :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIKNOMOR TAHUN 2011TENTANGPENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GRESIK,

Konsiderans :

Menimbang:a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan ketentuan Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Pemerintah Kabupaten Gresik berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan adminisrasi kependudukan sesuai dengan kewenangannya;

b. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk daerah Kabupaten Gresik perlu dilakukan pengaturan tentang Administrasi Kependudukan;

c. bahwa pengaturan administrasi kependudukan di Kabupaten Gresik dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat Gresik Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil sudah tidak sesuai dengan perkembangan, sehingga perlu disesuaikan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;

Konsiderans :

Mengingat:1.Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2930);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

5. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474);

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886 Tambahan Lembaran Negara Nomor. );

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 4235) ;

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonsia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634) ;

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) ;

11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038) ;

12.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) ;

13.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) ;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4736) ;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ;

16. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan;

17. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

18. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 6 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Gresik (Lembaran Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2007 Nomor 6);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Gresik (Lembaran Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2008 Nomor 2);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GRESIKDANBUPATI GRESIKMEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.

Dalam rancangan peraturan daerah ini terdiri dari 11 Bab , 101 Pasal yang dapat diuraikan sebagai berikut.

Hal

BAB I KETENTUAN UMUM

4BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK

9

BAB IIIPENYELENGGARAAN KEWENANGAN

9

BAB IV PENDAFTARAN PENDUDUK

14

BAB V PENCATATAN SIPIL

26

BAB VI DATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN

38

BAB VII SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

43

BAB VIII PELAPORAN

45

BAB IX PENYIDIKAN

45

BAB X SANKSI ADMINISTRATIF

46

BAB XI KETENTUAN PENUTUP

48

BAB V

KESIMPULAN

Bahwa Peraturan daerah Nomor 1 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan sehingga perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

LITERATUR

a. Primer :

Faturochman (ed), dkk, Dinamika Kependudukan Dan Kebijakan, Pusat Studi Kependudukan Dan Kebijakan UGM, Yogyakarta, 2004.Hadjon, Philipus M. et.al, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajahmada University Press, Yogyakarta, 2005. Hendrastuti, Sri, Laporan Akhir Tim Penyusunan Naskah Akademis RUU Administrasi Kependudukan. Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia-BPHN, Jakarta, 2004. Rusli, Said, Pengantar Ilmu Kependudukan, LP3ES, Djambatan, Jakarta, 1996.

Sadjijono, Memahami Beberapa Bab Pokok Hukum Administrasi, Laksbangsindo, Yogyakarta, 2008. Wignjosoebroto, Soetandyo, Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, Elsam dan Huma, Jakarta, 2002Wibowo, Eddi, dkk, Hukum dan Kebijaksanaan Politik, YPAPI, Yogyakarta, 2004.Darwin, Muhajir, Abaikan Kependudukan, Negara Terancam Gagal, Kompas, Tanggal 24 maret 2007.b. Sekunder :

Bahan sekunder diperoleh dari Peraturan Perundang-Undangan

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

5. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian;

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008;

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia;

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan;

11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota;

17. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Gresik;

19. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 6 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Gresik.NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

TENTANG

PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK GRESIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangUndang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara mengamanatkan pemerintah untuk melakukan investasi dengan tujuan memperoleh manfaat ekonomi, manfaat sosial, dan/atau manfaat lainnya. Investasi tersebut merupakan wujud dari peran pemerintah dalam rangka memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pengelolaan Investasi pemerintah daerah memerlukan dasar hukum yang ditetapkan dengan suatu peraturan pemerintah untuk menjamin terlaksananya tertib administrasi dan pengelolaan Investasi pemerintah daerah.

Dalam rangka meningkatkan Pertumbuhan perekonomian Daerah, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang permodalan yang belum terjangkau oleh Bank Umum serta sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, perlu penataan dan penguatan modal Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik.

Sesuai dengan maksud dan tujuan didirikannya Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik, yaitu untuk membantu dan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan pembangunan Daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat perlu menambah penyertaan modal pada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik.

Untuk memenuhi Modal Dasar PD. BPR Bank Gresik yang ditetapkan sejumlah Rp.20.000.000.000,00 (dua puluh milyar rupiah) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik maka akan ditambahkan secara bertahap sampai dengan terpenuhinya modal dasar tersebut.Perlu diketahui, untuk setiap penyertaan modal yang dilakukan Pemda harus dilakukan melalui Peraturan Daerah. Kewajiban ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam Pasal 75 dinyatakan Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada Latar Belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah diperlukan penguatan modal Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik?2. Apakah penyertaan modal pemerintah daerah kepada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik perlu dibentuk dengan Peraturan Daerah?3. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan pembentukan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal kepada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik?4. Apakah sasaran utama disertakannya modal kepada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik ?

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai berikut:

1.Merumuskan perlu atau tidaknya memberikan penguatan modal Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik.

2.Merumuskan dasar hukum pembetukan peraturan tentang penyertaan modal pemerintah daerah kepada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik.

3.Merumuskan dasar pertimbangan pembentukan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal kepada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik.

4.merumuskan sasaran utama disertakannya modal kepada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik.

5.Sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah.D. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penyusunan Naskah Akademik ini adalah metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah data sekunder, baik yang berupa perundang-undangan, hasil pengkajian dan referensi lainnya.

BAB IIKAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis

Definisi secara umum penyertaan modal yaitu suatu usaha untuk memiliki perusahaan yang baru atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal ke perusahaan tersebut.

Penyertaan modal Pemerintah Daerah adalah pengalihan kepemilikan kekayaan Daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham daerah.

Maksud Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah upaya meningkatkan produktifitas pemanfaatan tanah dan/atau bangunan serta kekayaan lainnya milik Pemerintah Daerah dengan membentuk usaha bersama dan saling menguntungkan

Tujuan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah untuk meningkatkan : 1) sumber Pendapatan Asli Daerah;

2) pertumbuhan ekonomi;

3) pendapatan masyarakat; dan

4) penyerapan tenaga kerja.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Penyertaan modal pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang transparan dan akuntabilitas.

B. Praktek EmpirisPenyertaan Modal Pemerintah Daerah merupakan bentuk Investasi jangka panjang pemerintah daerah yang dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran 2011 yang ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Perencanaan

Perencanaan penyertaan modal pemerintah daerah yang diatur dalam Peraturan Daerah ini meliputi perencanaan penyertaan modal oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dan perencanaan kebutuhan penyertaan modal pemerintah daerah yang berasal dari APBD. Anggaran tersebut diambilkan dari kekayaan milik pemerintah daerah yang berasal dari Dana Bergulir yang ada di masyarakat dan telah dikelola oleh PD. BPR Bank Gresik.Perencanaan penyertaan modal oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah diatur dengan prinsip kehati-hatian sehingga tujuan penyertaan modal pemerintah daerah terlaksana dengan efektif dan efisien. Perencanaan Penyertaan Modal pemerintah daerah memerlukan suatu koordinasi kelembagaan pada pengelolaan penyertaan modal pemerintah daerah dalam rangka pencapaian efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan penyertaan modal

2. Pelaksanaan penyertaan modal

Penyertaan modal pada PD. BPR Bank Gresik dilakukan sampai dengan terpenuhinya modal dasar pada PD. BPR Bank Gresik sebagaimana telah ditetapkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik yaitu Rp. 20.000.000.000,- (dua puluh milyar rupiah)

Pelaksanaan penyertaan modal pemerintah daerah dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah berdasarkan persetujuan Bupati. Untuk pelaksanaan penyertaan modal pemerintah daerah kepada PD BPR Bank Gresik akan dilakukan sesuai perencanaan dan telah dianggarkan dalam PAPBD tahun Anggaran 2011 sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah), berasal dari Penerimaan Pembiayaan Dana bergulir dan dianggarkan dari Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan yang merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.Prosedur pelaksaanannya adalah sebagai berikut :

1. Dana bergulir yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dikelola oleh PD. BPR Bank Gresik untuk kemudian dicatat sebagai Penerimaan Pembiayaan dalam APBD.

2. Dana Bergulir yang dikelola melalui PD. BPR Bank Gresik dialihkan menjadi penyertaan modal pada PD. BPR Bank Gresik.3. Penyertaan modal pada PD. BPR Bank Gresik dianggarkan dalam APBD pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan.

4. Dana Bergulir yang telah dialihkan menjadi penyertaan modal dikelola oleh PD. BPR Bank Gresik untuk pemberdayaan kelompok Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi.

5. Penetapan suku bunga dari pengalihan dana bergulir ditetapkan maksimal sebesar 12% per tahun.

6. Penyertaan modal berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang pelaksanaan teknis penyertaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

7. Penyertaan modal pada PD. BPR Bank Gresik dilakukan sampai dengan terpenuhinya pokok dana bergulir yang ada pada masyarakat.

8. Pemenuhan sebagian dari penyertaan modal dianggarkan dan diatur dalam peraturan daerah tentang APBD pada pos pembiayaan pengeluaran berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang pelaksanaan teknis penyertaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 3. Penatausahaan dan pertanggungjawaban Penyertaan modalUntuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan Penyertaan modal pemerintah daerah, lembaga-lembaga yang terkait harus menyelenggarakan akuntansi atas pelaksanaan Penyertaan modal pemerintah daerah. Akuntansi atas pelaksanaan Penyertaan modal pemerintah daerah mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Penyertaan modal pemerintah daerah, Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah menyusun laporan keuangan dan kinerja Penyertaan modal yang disampaikan kepada Bupati. Tahun buku PD. BPR Bank Gresik disamakan dengan tahun takwim.4. Pembagian Keuntungan

Bagian keuntungan dari Penyertaan Modal Pemerintah Daerah yang perhitungkan setiap akhir tahun buku BPR. Bank Gresik, sesuai dengan Pasal 95 Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik, adalah sebagai berikut :1. Keuntungan PD. BPR Bank Gresik setelah dikurangi pajak dan telah disahkan Kepala Daerah, ditetapkan sebagai berikut:

a.Bagian laba untuk daerah 50%

b. Cadangan Umum 15%;

c. Cadangan Tujuan 15 %;

d. Dana Kesejahteraan 10 %;

e. Jasa Produksi 10%.

2. Bagian laba untuk daerah dianggarkan dalam penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran berikutnya,

3. Dana kesejahteraan dianggarkan untuk tunjangan hari tua direksi dan pegawai, perumahan pegawai, kepentingan sosial dan lainnya.

4. Penggunaan Jasa Produksi ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Kepala Daerah.

5. Bagian keuntungan disetorkan ke Kas Daerah yang merupakan komponen Pendapatan Asli Daerah.

5. Manajemen risiko

Dalam rangka pengelolaan Penyertaan Modal pemerintah daerah disamping tingkat pendapatan yang diharapkan, hal penting yang harus diperhatikan adalah timbulnya potensi kerugian yang akan berpengaruh terhadap pendapatan dan modal Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, diperlukan penerapan manajemen risiko sebagai langkah antisipasi terhadap munculnya variabel-variabel risiko Penyertaan Modal pemerintah daerah.

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah, bahwa Perusahaan Daerah dapat dimiliki sepenuhnya oleh: (a) suatu daerah sepenuhnya, atau (b) dimiliki oleh suatu daerah bersama dengan perorangan atau badan hukum lainnya. Saham Perusahaan Daerah terdiri dari saham prioritet (prioritas) dan saham biasa. Saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh daerah. Pemegang saham prioritet adalah Kepala Daerah. Penyertaan modal daerah pada perusahaan daerah pasar dapat berbentuk barang dan uang.

Secara lebih spesifik, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah serta untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah diperlukan upaya-upaya dan usaha untuk meningkatkan sumber pendapatan daerah. Berdasarkan ketentuan Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa sumber-sumber pendapatan Daerah terdiri atas :

1. Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari :

a. hasil pajak Daerah;

b. hasil Retribusi Daerah;

c. hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;

d. lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. 2. Dana Perimbangan;

3. lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 173 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, sebagaimana telah diubah kedua dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Pemerintah Daerah dapat melakukan Penyertaan Modal pada Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik swasta. Penyertaan Modal tersebut dapat dikurangi, dijual kepada pihak lain dan/atau dapat dialihkan kepada Badan Usaha Milik Daerah, yang dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pasal 71 ayat (8) dan ayat (9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, menyebutkan bahwa penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah tercantum dalam peraturan daerah penyertaan modal pada tahun-tahun sebelumnya, tidak diterbitkan peraturan daerah tersendiri sepanjang jumlah anggaran penyertaan modal tersebut belum melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan pada peraturan daerah tentang penyertaan modal.

Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah penyertaan modal melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal, dilakukan perubahan peraturan daerah tentang penyertaan modal yang berkenaan.

Selengkapnya Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar pembentukan Peraturan Daerah ini adalah :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 6. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah keduakalinya dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008

7. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 11. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

13. Peraturan Daerah kabupaten Gresik Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah 14. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Perubahan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 BAB IVLANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

1. Filosofis

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka Pemerintah Daerah perlu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah serta menambah dan memupuk sumber-sumber pendapatan asli daerah. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah dan pemupukan sumber-sumber pendapatan daerah, diperlukan usaha nyata Pemerintah Daerah untuk mendorong peningkatan pergerakan perekonomian dan produktivitas sektor riil/perusahaan dengan melakukan penyertaan modal Pemerintah Daerah pada pihak lain.

Bahwa maksud dan tujuan didirikannya Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik, yaitu untuk membantu dan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan pembangunan Daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pengelolaan penyertaan modal pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut:

a. asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang penyertaan modal pemerintah daerah dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik, Badan Usaha, Pimpinan Lembaga sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing.

b. asas kepastian hukum, yaitu penyertaan modal pemerintah daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. asas efisiensi, yaitu penyertaan modal pemerintah daerah diarahkan agar dana penyertaan modal digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.

d. asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan penyertaan modal pemerintah daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

e. asas kepastian nilai, yaitu penyertaan modal pemerintah daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai penyertaan modal dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dana, divestasi serta penyusunan laporan keuangan pemerintah.

2. Sosiologis

Perkembangan Kabupaten Gresik sebagai salah satu kota penyangga perekonomian Jawa Timur, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan potensi daerah pada saat sekarang sangat membutuhkan adanya tindakan-tindakan pro aktif, terutama dari Pemerintah Daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di segala bidang.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dimana pemerintah daerah dituntut untuk mampu mengurus dan memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri, dengan demikian dibutuhkan adanya upaya dan kemauan yang keras serta kemampuan yang kuat dari Pemerintah Daerah untuk dapat menggali, mengelola dan mengembangkan segala potensi yang ada secara optimal untuk mendukung kemampuan keuangan daerah.

Guna mendukung hal tersebut diperlukan adanya kiat-kiat khusus serta kejelian dari Pemerintah Daerah dalam melakukan investasi untuk membidik potensi usaha yang prospektif dan menghasilkan dengan menekan sekecil mungkin segala resiko.

Tindakan proaktif tersebut diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten Gresik dengan melakukan berbagai investasi/penyertaan modal pada badan-badan usaha dan perseroan yang diharapkan mampu memanfaatkan potensi daerah secara produktif dan diharapkan mampu memberikan kontribusi secara maksimal pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah untuk pembangunan dan kepentingan masyarakat luas di Kabupaten Gresik.

Bahwa untuk memenuhi target penyertaan modal pada PD. BPR Bank Gresik sejumlah Rp.20.000.000.000,00 ( dua puluh milyar rupiah) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik, ditetapkan penyertaan modal pada PD. BPR Bank Gresik sejumlah Rp.20.000.000.000,00 ( dua puluh milyar rupiah) yang akan disertakan secara bertahap.

Pada tahun 2008 telah disertakan modal kepada PD. BPR Bank Gresik sebesar Rp.1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik yang dianggarkan pada Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008;

Pada tahun 2010 telah disertakan modal kepada PD. BPR Bank Gresik sebesar Rp. 3.000.000.000,00 (Tiga Milyar Rupiah) yang berasal dari Dana Bergulir yang semula dikelola PD. BPR Bank Gresik kemudian dialihkan menjadi penyertaan modal Pemerintah Daerah kepada PD. BPR Bank Gresik

Bahwa untuk memenuhi target penyertaan modal pada PD. BPR Bank Gresik sejumlah Rp.20.000.000.000,00 ( dua puluh milyar rupiah), maka pada tahun anggaran 2011 perlu menyertakan modal pada PD. BPR Gresik Tahun 2011 yang ditetapkan sejumlah Rp2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah), berasal dari Penerimaan Pembiayaan Dana bergulir dan dianggarkan dari Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan.

3. Yuridis

Untuk setiap penyertaan modal yang dilakukan Pemda harus dilakukan melalui Peraturan Daerah. Kewajiban ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam Pasal 75 dinyatakan Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan. Pasal 41 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara dinyatakan Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan daerah. Mengacu pada Undang-undang ini, memang sudah tepat bila setiap penyertaan modal Pemda ke BUMD harus melalui Peratruan Daerah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 173 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, sebagaimana telah diubah kedua dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Pemerintah Daerah dapat melakukan Penyertaan Modal pada Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik swasta. Penyertaan Modal tersebut dapat dikurangi, dijual kepada pihak lain dan/atau dapat dialihkan kepada Badan Usaha Milik Daerah, yang dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan akan disertakannya modal pada PD. BPR Gresik Tahun 2011 yang ditetapkan sejumlah Rp2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah), berasal dari Penerimaan Pembiayaan Dana bergulir dan dianggarkan dari Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan, maka perlu payung hukum pelaksanaan proses ini.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penetapan penambahan penyertaan modal daerah perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Penyertaan Modal pada pada PD. BPR Bank Gresik.BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI PERATURAN DAERAH Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah daerah kepada PD. BPR Bank Gresik ditujukan untuk memberikan landasan terhadap pemenuhan sebagian target penyertaan modal pada PD. BPR Bank Gresik sejumlah Rp.20.000.000.000,00 ( dua puluh milyar rupiah), yang pada tahun anggaran 2011 disertakan pada PD. BPR Gresik Tahun 2011 sejumlah Rp2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah), yang berasal dari Penerimaan Pembiayaan Dana bergulir dan dianggarkan dari Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan.A.Rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan frasa :1.Daerah adalah Kabupaten Gresik.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Gresik.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Gresik.

5. Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik yang selanjutnya disingkat PD. BPR Bank Gresik adalah Bank Perkreditan Rakyat milik Pemerintah Daerah yang modalnya baik seluruh maupun sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan 6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

7. Penyertaan Modal adalah penempatan dan/atau penambahan sejumlah dana dan/atau barang oleh Pemerintah Daerah untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

8. Dana bergulir adalah merupakan dana yang dipinjamkan untuk dikelola dan digulirkan kepada masyarakat oleh pengguna atau kuasa pengguna anggaran yang bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan lain.

9. Tahun berjalan adalah waktu menurut perhitungan tahun anggaran yang sedang berlangsung.B. Materi yang akan diatur dalam Peratruan daerah ini adalah penormaan tentang :

1. Penyertaan modal pada PD. BPR Bank Gresik dilakukan sampai dengan terpenuhinya modal dasar pada PD. BPR Bank Gresik sebagaimana telah ditetapkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik;

2. Dana bergulir yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dikelola oleh PD. BPR Bank Gresik untuk kemudian dicatat sebagai Penerimaan Pembiayaan dalam APBD.

3. Dana Bergulir yang dikelola melalui PD. BPR Bank Gresik dialihkan menjadi penyertaan modal pada PD. BPR Bank Gresik.

4. Penyertaan modal pada PD. BPR Bank Gresik dianggarkan dalam APBD pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan.

5. Dana Bergulir yang telah dialihkan menjadi penyertaan modal dikelola oleh PD. BPR Bank Gresik untuk pemberdayaan kelompok Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi.

6. Penetapan suku bunga dari pengalihan dana bergulir ditetapkan maksimal sebesar 12% per tahun.

7. Penyertaan modal merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

8. Penyertaan modal pada PD. BPR Gresik Tahun 2011 ditetapkan sejumlah Rp2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah) yang berasal dari Penerimaan Pembiayaan Dana bergulir dan dianggarkan dari Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan.

9. Penyertaan modal berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang pelaksanaan teknis penyertaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

10. Penyertaan modal pada PD. BPR Bank dilakukan sampai dengan terpenuhinya pokok dana bergulir yang ada pada masyarakat.

11. Pemenuhan sebagian dari penyertaan dianggarkan dan diatur dalam peraturan daerah tentang APBD pada pos pembiayaan pengeluaran berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang pelaksanaan teknis penyertaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

12. Penyertaan modal sebagaimana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pada tahun berjalan.

13. Dalam hal administrasi pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan atas pelaksanaan penyertaan modal tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan pada tahun berjalan.

14. Bagian keuntungan dari Penyertaan Modal Pemerintah Daerah yang perhitungkan setiap akhir tahun buku BPR. Bank Gresik, sesuai dengan Pasal 95 Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik.

15. Bagian keuntungan disetorkan ke Kas Daerah yang merupakan komponen Pendapatan Asli Daerah.

16. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gresik.

BAB VIPENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam rangka meningkatkan Pertumbuhan perekonomian Daerah, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang permodalan yang belum terjangkau oleh Bank Umum serta sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, perlu penataan dan penguatan modal Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik.

Sesuai dengan maksud dan tujuan didirikannya Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik, yaitu untuk membantu dan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan pembangunan Daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat perlu menambah penyertaan modal pada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Gresik.

. Dengan akan disertakannya modal pada PD. BPR Gresik Tahun 2011 yang ditetapkan sejumlah Rp2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah), berasal dari Penerimaan Pembiayaan Dana bergulir dan dianggarkan dari Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan, maka perlu payung hukum pelaksanaan proses ini.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penetapan penambahan penyertaan modal daerah perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Penyertaan Modal pada pada PD. BPR Bank Gresik.B. Saran

Bahwa berdasarkan uraian pada Naskah Akademik ini perlu disusun materi penormaan yang lengkap terhadap pelaksanaan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kepada PD. BPR Bank Gresik agar tujuan menjadikan Peraturan Daerah ini sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kepada PD. BPR Bank Gresik dapat tercapai.

Bahwa dengan disusunnya Naskah akademik ini, maka Rancangan Peratruan Daerah ini menjadi prioritas penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dalam Program Legislasi Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2011.

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

5. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah keduakalinya dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah

9. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Perubahan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

TENTANG

PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN GRESIKBAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Ketentuan pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 sebagaimana telah empat kali diubah berbunyi Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat. Ini mengandung arti bahwa bumi, dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara harus diabadikan untuk kemakmuran rakyat dengan berkeadilan. Atas penguasaan oleh negara atas bumi, air dan kekayaan alam tersebut, negara harus menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokoknya sehari-hari dengan melakukan pengaturan untuk memperoleh air.

Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong terjadinya perubahan nilai di masyarakat dengan terjadinya pergeseran paradigma dimana masyarakat tidak memandang air semata mata benda yang berfungsi sosial akan tetapi telah bergeser menjadi benda ekonomi.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gresik adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam menggerakkan ekonomi daerah, semakin penting fungsinya untuk menggerakkan perekonomian daerah sekaligus menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan maupun peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Pelaksanaan peran BUMD tersebut dapat diwujudkan dalam kegiatan usaha yang mempunyai nilai strategis dan ekonomis.

Maksud dan tujuan pendirian BUMD menurut Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 19 Tahun 2005 tentang Badan Usaha Milik Daerah adalah :

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian daerah;

2. Meningkatkan Pendapatan asli Daerah;

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajad hidup orang banyak;

4. Memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja dalam rangka kesejahteraan masyarakat;

5. Mengejar keuntungan.

Dalam rangka melakukan pembinaan dan mengoptimalkan kinerja PDAM Kabupaten Gresik, dalam memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Gresik guna mewujudkan sebuah PDAM yang sehat dan dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna, maka perlu dilakukan penyertaan modal yang bertujuan untuk :

1. Terwujudnya sebuah perusahaan daerah yang sehat dan dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna2. PDAM Kabupaten Gresik bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat secara lebih optimal ; 3. Memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik untuk menopang pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Gresik;bahwa dalam rangka mewujudkan pengelolaan Perusahaan Daerah Air Minum secara berdayaguna dan berhasilguna berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang sehat untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dan mutu pengelolaan air minum yang layak dikonsumsi masyarakat, maka perlu adanya dukungan dana yang memadai.

Kebutuhan air yang semakin meningkat harus mampu disediakan oleh PDAM dengan memanfaatkan berbagai sumber air baku yang ada, baik air permukaan maupun air tanah. Apalagi mengingat pertumbuhan industri besar akan masih signifikan di tahun-tahun kedepan, maka PDAM Kabupaten Gresik harus memikirkan alternatif rencana penyediaan air bersih yang meliputi pencarian sumber-sumber air baku alternatif. Disamping itu tidak kalah penting adalah penyediaan modal yang cukup untuk pengembangan usaha penyediaan air bersih bagi masyarakat.

PDAM Kabupaten Gresik adalah salah satu Perusahaan Daerah Air Minum yang diberi tugas mengelola air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Gresik yang tersebar baik didalam kota maupun di pedesaan. Tugas pengelolaan ini cukup berat, karena salah satu sisi PDAM Kabupaten Gresik merupakan Badan Usaha yang sudah barang tentu mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan (fungsi bisnis), dilain pihak PDAM Kabupaten Gresik diberi tugas oleh Pemerintah Daerah untuk memberi pelayanan kepada masyarakat sampai golongan bawah agar mendapatkan air bersih sesuai dengan standar kesehatan dengan tarif yang terjangkau oleh masyarakat bawah (fungsi sosial).

Kedua masalah tersebut merupakan tantangan kedepan bagi PDAM Kabupaten Gresik. Untuk bisa mewujudkan kedua masalah tersebut, maka diperlukan kerja keras dan perencanaan yang matang yaitu suatu perencanaan strategis dalam rentang waktu (periode) tertentu.

bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 9 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gresik, ditetapkan penyertaan modal pada PDAM Gresik sejumlah Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) yang akan disertakan secara bertahap.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara mengamanatkan pemerintah untuk melakukan investasi dengan tujuan memperoleh manfaat ekonomi, manfaat sosial, dan/atau manfaat lainnya. Investasi tersebut merupakan wujud dari peran pemerintah dalam rangka memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pengelolaan Investasi pemerintah daerah memerlukan dasar hukum yang ditetapkan dengan suatu peraturan pemerintah untuk menjamin terlaksananya tertib administrasi dan pengelolaan Investasi pemerintah daerah.

Perlu diketahui, untuk setiap penyertaan modal yang dilakukan Pemda harus dilakukan melalui Peraturan Daerah. Kewajiban ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam Pasal 75 dinyatakan Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada Latar Belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah diperlukan penguatan modal PDAM Kabupaten Gresik ?2. Apakah penyertaan modal pemerintah daerah kepada PDAM Kabupaten Gresik perlu dibentuk dengan Peraturan Daerah?3. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan pembentukan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal kepada PDAM Kabupaten Gresik?4. Apakah sasaran utama disertakannya modal kepada PDAM Kabupaten Gresik?

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai berikut:

1.Merumuskan perlu atau tidaknya memberikan penguatan modal PDAM Kabupaten Gresik.

2.Merumuskan dasar hukum pembetukan peraturan tentang penyertaan modal pemerintah daerah kepada PDAM Kabupaten Gresik.

3.Merumuskan dasar pertimbangan pembentukan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal kepada PDAM Kabupaten Gresik.

4.merumuskan sasaran utama disertakannya modal kepada PDAM Kabupaten Gresik.

5.Sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah.D. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penyusunan Naskah Akademik ini adalah metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah data sekunder, baik yang berupa perundang-undangan, hasil pengkajian dan referensi lainnya.

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis

Definisi secara umum penyertaan modal yaitu suatu usaha untuk memiliki perusahaan yang baru atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal ke perusahaan tersebut.

Penyertaan modal Pemerintah Daerah adalah pengalihan kepemilikan kekayaan Daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham daerah.

Maksud Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah upaya meningkatkan produktifitas pemanfaatan tanah dan/atau bangunan serta kekayaan lainnya milik Pemerintah Daerah dengan membentuk usaha bersama dan saling menguntungkan

Tujuan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah untuk meningkatkan : 1) sumber Pendapatan Asli Daerah;

2) pertumbuhan ekonomi;

3) pendapatan masyarakat; dan

4) penyerapan tenaga kerja.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Penyertaan modal pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang transparan dan akuntabilitas.

B. Praktek Empiris

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah merupakan bentuk Investasi jangka panjang pemerintah daerah yang dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran 2011 yang ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.1. Perencanaan

Perencanaan penyertaan modal pemerintah daerah yang diatur dalam Peraturan Daerah ini meliputi perencanaan penyertaan modal oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dan perencanaan kebutuhan penyertaan modal pemerintah daerah yang berasal dari APBD.

Perencanaan penyertaan modal oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah diatur dengan prinsip kehati-hatian sehingga tujuan penyertaan modal pemerintah daerah terlaksana dengan efektif dan efisien. Perencanaan Penyertaan Modal pemerintah daerah memerlukan suatu koordinasi kelembagaan pada pengelolaan penyertaan modal pemerintah daerah dalam rangka pencapaian efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan penyertaan modal

2. Pelaksanaan penyertaan modal

bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 9 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gresik, ditetapkan penyertaan modal pada PDAM Gresik sejumlah Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) yang akan disertakan secara bertahap;

bahwa penyertaan modal tahap kesatu tahun 2009 sebesar Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) yang dianggarkan pada Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 dan sebesar Rp5.000.000.000,00 yang dianggarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010;

Pelaksanaan penyertaan modal pemerintah daerah dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah berdasarkan persetujuan Bupati. Untuk pelaksanaan penyertaan modal pemerintah daerah kepada PDAM Gresik akan dilakukan sesuai perencanaan sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah), dianggarkan dari Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan yang merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.Prosedur pelaksaanannya adalah sebagai berikut :

1. Penyertaan modal pada PDAM Gresik dianggarkan dalam APBD pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan.

2. Penyertaan modal kepada PDAM Gresik digunakan untuk pengembangan usaha penyediaan air bersih kepaa masyarakat.

3. Penyertaan modal berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang pelaksanaan teknis penyertaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

4. Penyertaan modal pada PDAM Gresik dilakukan sampai dengan terpenuhinya penyertaan modal pada PDAM Gresik sejumlah Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 9 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gresik..

5. Pemenuhan sebagian dari penyertaan modal dianggarkan dan diatur dalam peraturan daerah tentang APBD pada pos pembiayaan pengeluaran berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang pelaksanaan teknis penyertaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 3. Penatausahaan dan pertanggungjawaban Penyertaan modalUntuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan Penyertaan modal pemerintah daerah, lembaga-lembaga yang terkait harus menyelenggarakan akuntansi atas pelaksanaan Penyertaan modal pemerintah daerah. Akuntansi atas pelaksanaan Penyertaan modal pemerintah daerah mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Penyertaan modal pemerintah daerah, Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah menyusun laporan keuangan dan kinerja Penyertaan modal yang disampaikan kepada Bupati. Tahun buku PDAM Gresik disamakan dengan tahun takwim.4. Manajemen risiko

Dalam rangka pengelolaan Penyertaan Modal pemerintah daerah disamping tingkat pendapatan yang diharapkan, hal penting yang harus diperhatikan adalah timbulnya potensi kerugian yang akan berpengaruh terhadap pendapatan dan modal Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, diperlukan penerapan manajemen risiko sebagai langkah antisipasi terhadap munculnya variabel-variabel risiko Penyertaan Modal pemerintah daerah.

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah, bahwa Perusahaan Daerah dapat dimiliki sepenuhnya oleh: (a) suatu daerah sepenuhnya, atau (b) dimiliki oleh suatu daerah bersama dengan perorangan atau badan hukum lainnya. Saham Perusahaan Daerah terdiri dari saham prioritet (prioritas) dan saham biasa. Saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh daerah. Pemegang saham prioritet adalah Kepala Daerah. Penyertaan modal daerah pada perusahaan daerah pasar dapat berbentuk barang dan uang.

Secara lebih spesifik, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah serta untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah diperlukan upaya-upaya dan usaha untuk meningkatkan sumber pendapatan daerah. Berdasarkan ketentuan Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa sumber-sumber pendapatan Daerah terdiri atas :

1. Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari :

a. hasil pajak Daerah;

b. hasil Retribusi Daerah;

c. hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;

d. lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. 2. Dana Perimbangan;

3. lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 173 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, sebagaimana telah diubah kedua dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Pemerintah Daerah dapat melakukan Penyertaan Modal pada Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik swasta. Penyertaan Modal tersebut dapat dikurangi, dijual kepada pihak lain dan/atau dapat dialihkan kepada Badan Usaha Milik Daerah, yang dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pasal 71 ayat (8) dan ayat (9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, menyebutkan bahwa penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah tercantum dalam peraturan daerah penyertaan modal pada tahun-tahun sebelumnya, tidak diterbitkan peraturan daerah tersendiri sepanjang jumlah anggaran penyertaan modal tersebut belum melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan pada peraturan daerah tentang penyertaan modal.

Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah penyertaan modal melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal, dilakukan perubahan peraturan daerah tentang penyertaan modal yang berkenaan.

Selengkapnya Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar pembentukan Peraturan Daerah ini adalah :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

6. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah keduakalinya dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008

7. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

12. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum;

15. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 4 Tahun 1986 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik

16. Peraturan Daerah kabupaten Gresik Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah

17. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 9 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gresik

18. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Perubahan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

1. Filosofis

Air adalah salah satu sumber daya nasional dan merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh anggota masyarakat yang diantaranya adalah kebutuhan akan air minum. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, diamanatkan bahwa pengembangan sistim penyediaan air minum merupakan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang diselenggarakan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan menjamin standar kebutuhan pokok air minum bagi masyarakat yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

Demikian pula dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pelayanan air minum kepada masyarakat merupakan urusan wajib yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten / Kota dan kebijakan pelaksanaannya dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sehingga Pemerintah Kabupaten / Kota adalah regulator dalam penyediaan kebutuhan air minum kepada masyarakat sedang PDAM adalah selaku operator.

PDAM selaku operator dengan misi utama menyediakan pelayanan air minum kepada masyarakat yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas sesuai dengan standar kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI, yaitu Kep No. 492/MENKES/PER/IV/2010, Tanggal 19 April 2010 Tentang persyaratan kualitas air minum Yang harus dikelola dengan baik sesuai prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dan good corporate governance agar dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang mencukupi guna menjaga kesinambungan dan secara terus-menerus meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas pelayanan kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan fungsi sosial.

Pengelolaan penyertaan modal pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut:

a. asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang penyertaan modal pemerintah daerah dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik, Badan Usaha, Pimpinan Lembaga sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing.

b. asas kepastian hukum, yaitu penyertaan modal pemerintah daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. asas efisiensi, yaitu penyertaan modal pemerintah daerah diarahkan agar dana penyertaan modal digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.

d. asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan penyertaan modal pemerintah daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

e. asas kepastian nilai, yaitu penyertaan modal pemerintah daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai penyertaan modal dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dana, divestasi serta penyusunan laporan keuangan pemerintah.

2. Sosiologis

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus tetap tersedia setiap saat. Aktifitas manusia setiap hari tidak bisa lepas dari air bersih, utamanya untuk kebutuhan minum, makan, mencuci dll. Kebutuhan air bersih masyarakat tidak sama. Masyarakat yang mempunyai kemampuan secara ekonomi bisa mendapatkan air dengan cara membeli atau berlangganan ke PDAM sebagai penyedia air bersih untuk memenuhi segala kebutuhan air bersih. Sedangkan masyarakat yang mempunyai ekonomi terbatas (kurang mampu) akan berusaha mendapatkan air bersih sedapat mungkin tidak dengan cara membeli, yaitu menggunakan sumber-sumber lain yang dapat dimanfaatkan jika ada. Namun apabila sumber lain sudah tidak ada lagi, maka masyarakat golongan ini untuk mendapatkan air bersih harus membeli juga, sehingga air bersih yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan dasarnya.

Kegiatan operasional Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Gresik lima tahun terakhir yaitu tahun 2006, 2007, 2008, 2009 (telah diaudit) dan tahun 2010 (per agustus) dapat meningkatkan jumlah pelayanan terpasang rata-rata sebanyak 3.000 unit per tahun, dimana pada tahun 2006 SR terpasang sebanyak 53.140 pelanggan dan pada tahun 2010 (per Agustus) telah terpasang sebanyak 63.961 pelanggan sehingga tingkat cakupan pelayanan yang telah tercapai saat ini adalah sebesar 27,59 % terhadap jumlah penduduk Kabupaten (18 Kecamatan) dan 41,96 % terhadap jumlah penduduk di wilayah pelayanan (9 Kecamatan). Bila ditinjau dari sasaran / target nasional bahwa tingkat cakupan pelayanan yang harus dicapai adalah sebesar 80% penduduk diwilayah perkotaan dan 60% di wilayah pedesaan pada tahun 2015 mendatang (Millenium Development Goal), maka tingkat cakupan pelayanan saat ini masih jauh di bawah target nasional. Untuk dapat mencapai sasaran / target yang diharapkan dibutuhkan pendanaan yang sangat besar, dimana untuk pengembangan cakupan pelayanan air bersih dengan penambahan-penambahan sambungan rumah diperlukan sarana dan prasarana phisik yang mendukung diantaranya pemenuhan kebutuhan kapasitas produksi mulai dari ketersediaan dan pengambilan air baku sampai dengan pengolahannya, jaringan distribusi perpipaan mulai dari instalasi pengolahan sampai ke lokasi pelanggan yang tersebar diseluruh wilayah meliputi pipa distribusi utama, sekunder dan tertier.

Kondisi cekungan air tanah di kabupaten gresik Sesuai Kepmen ESDM 716.K/40/MEM/2003 adalah Di kabupaten Gresik terdapat 2 ( dua ) macam cekungan air tanah (CAT) yaitu :

NoNama CATWilayah AdminstrasiPotensi (juta m3/tahun)

Air tanah bebasAir tanah tertekan

1Surabaya - LamonganKot. Surabaya, Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kab. Gresik.84337

2Panceng Kab. Gresik, Kab. Lamongan.2741

Dengan banyaknya perubahan kondisi lahan di daerah resapan, maka potensi tersebut perlu pengawasan dan dievaluasi kembali dengan melakukan penelitian potensi. Kebutuhan air bersih untuk Kabupaten Gresik sampai akhir tahun perencanaan dapat dilihat sebagai berikut:

Alokasi Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Gresik

Tahun 2010 2030

TahunJumlahPersentaseKebutuhanKran umumKebutuhanKebutuhan airKehilanganTotal

PendudukPelayananAir penduduk(L/det)Air domestiknon domestikairkebutuhan air

(Orang)(%)(L/det)(L/det)(L/det)(L/det)(L/det)

20101.127.12775,001.467,61111,971.579,59394,90493,622.468,11

20121.321.06075,001.720,13122,151.842,28460,57575,712.878,56

20171.564.85175,002.037,57133,652.171,22542,81678,513.392,53

20221.874.89775,002.441,27146,722.587,99647,00808,754.043,74

20302.273.77675,002.960,65159,213.119,86779,96974,964.874,78

Sumber: RTRW

Dari perhitungan diketahui perkiraan kebutuhan air bersih pada tahun 2010 dan tahun 2030 berturut-turut sebesar 2468,11 liter/detik 4874,78 liter/detik. Kebutuhan air sebesar ini harus mampu disediakan oleh PDAM dengan memanfaatkan berbagai sumber air baku yang ada, baik air permukaan maupun air tanah. Apalagi mengingat pertumbuhan industri besar akan masih signifikan di tahun-tahun kedepan, maka PDAM Kabupaten Gresik harus memikirkan alternatif rencana penyediaan air bersih yang meliputi pencarian sumber-sumber air baku alternatif.

Disamping itu harus dicatat bahwa perkiraan kebutuhan air di atas belum memperhitungkan kebutuhan air untuk proses produksi industri. Kebutuhan air semacam ini tidak bisa diprediksi karena besarnya sangat tergantung pada jenis proses produksi itu sendiri, tetapi harus tersedia secara kontinyu. Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan air ini, industri-industri pada umumnya menggunakan air tanah. Penggunaan air tanah harus sepengetahuan dan dibawah pengawasan dinas yang terkait untuk mencegah akibat negatif dari pengambilan air tanah yang berlebihan seperti perubahan kualitas, serta terganggunya keseimbangan air dalam tanah yang berdampak intrusi air laut.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawasan dan pengendalian dalam pemanfaatan pemakaian air di wilayah Kabupaten Gresik harus dilakukan dengan baik agar ketersediaan sumber daya air di kabupaten Gresik dapat selalu terjaga.

Perkembangan Kabupaten Gresik sebagai salah satu kota penyangga perekonomian Jawa Timur, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan potensi daerah pada saat sekarang sangat membutuhkan adanya tindakan-tindakan proaktif, terutama dari Pemerintah Daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di segala bidang.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dimana pemerintah daerah dituntut untuk mampu mengurus dan memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri, dengan demikian dibutuhkan adanya upaya dan kemauan yang keras serta kemampuan yang kuat dari Pemerintah Daerah untuk dapat menggali, mengelola dan mengembangkan segala potensi yang ada secara optimal untuk mendukung kemampuan keuangan daerah.

Guna mendukung hal tersebut diperlukan adanya kiat-kiat khusus serta kejelian dari Pemerintah Daerah dalam melakukan investasi untuk membidik potensi usaha yang prospektif dan menghasilkan dengan menekan sekecil mungkin segala resiko.

Tindakan proaktif tersebut diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten Gresik dengan melakukan berbagai investasi/penyertaan modal pada badan-badan usaha dan perseroan yang diharapkan mampu memanfaatkan potensi daerah secara produktif dan diharapkan mampu memberikan kontribusi secara maksimal pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah untuk pembangunan dan kepentingan masyarakat luas di Kabupaten Gresik.

3. Yuridis

Untuk setiap penyertaan modal yang dilakukan Pemda harus dilakukan melalui Peraturan Daerah. Kewajiban ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam Pasal 75 dinyatakan Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan. Pasal 41 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara dinyatakan Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan daerah. Mengacu pada Undang-undang ini, memang sudah tepat bila setiap penyertaan modal Pemda ke BUMD harus melalui Peraturan Daerah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 173 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, sebagaimana telah diubah kedua dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Pemerintah Daerah dapat melakukan Penyertaan Modal pada Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik swasta. Penyertaan Modal tersebut dapat dikurangi, dijual kepada pihak lain dan/atau dapat dialihkan kepada Badan Usaha Milik Daerah, yang dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan akan disertakannya modal pada PDAM Gresik Tahun 2011 yang ditetapkan sejumlah Rp2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah), berasal dari Penerimaan Pembiayaan Dana bergulir dan dianggarkan dari Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan, maka perlu payung hukum pelaksanaan proses ini.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penetapan penambahan penyertaan modal daerah perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Penyertaan Modal pada pada PDAM Gresik.BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP

MATERI PERATURAN DAERAH

Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah daerah kepada PDAM Gresik ditujukan untuk memberikan landasan terhadap pemenuhan sebagian target penyertaan modal pada PDAM Gresik sejumlah Rp.15.000.000.000,00 ( lima belas milyar rupiah), yang pada tahun anggaran 2011 disertakan pada PDAM Gresik sejumlah Rp2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah), yang berasal dari Penerimaan Pembiayaan Dana bergulir dan dianggarkan dari Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan.A.Rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan frasa :

1.Daerah adalah Kabupaten Gresik.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Gresik.

4.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Gresik.

5.Perusahaan Daerah Air Minum yang selanjutnya disebut PDAM adalah Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Gresik.

6.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

7.Penyertaan Modal adalah penempatan dan/atau penambahan sejumlah dana dan/atau barang oleh Pemerintah Daerah untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

8.Tahun berjalan adalah waktu menurut perhitungan tahun anggaran yang sedang berlangsung.B. Materi yang akan diatur dalam Peraturan daerah ini adalah penormaan tentang :

1. Penyertaan modal pada PDAM bertujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan tetap memperhatikan fungsi pelayanan sosial, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah dan meningkatkan pendapatan daerah.

2. Untuk mencapai tujuannya maka penyertaan modal dilaksanakan berdasarkan prinsip ekonomi yang menguntungkan.3. Penyertaan modal pada PDAM ditetapkan dalam bentuk uang yang dianggarkan dalam APBD.

4. Penyertaan modal pada PDAM merupakan bentuk kekayaan daerah yang dipisahkan.

5. Penyertaan modal pada PDAM tahun 2011 ditetapkan sejumlah Rp2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah) yang dianggarkan dari Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011.

6. Penyertaan modal dimaksudkan untuk pemenuhan sebagian dari penyertaan modal sejumlah Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 9 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gresik.

7. Penyertaan modal dilakukan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang pelaksanaan teknis penyertaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

8. Pemenuhan sebagian dari penyertaan modal dianggarkan dan diatur dalam peraturan daerah tentang APBD pada pos pembiayaan pengeluaran berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang pelaksanaan teknis penyertaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

9. Penyertaan modal dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pada tahun berjalan.

10. Dalam hal administrasi pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan atas pelaksanaan penyertaan modal tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan pada tahun berjalan.

11. Bagian keuntungan dari Penyertaan Modal Pemerintah Daerah yang perhitungkan setiap akhir tahun buku PDAM, menjadi hak daerah.

12. Bagian keuntungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disetorkan ke Kas Daerah yang merupakan komponen Pendapatan Asli Daerah.

13. Bagian keuntungan disetorkan ke Kas Daerah yang merupakan komponen Pendapatan Asli Daerah.

14. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gresik.

BAB VI

PENUTUPA. Kesimpulan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gresik adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam menggerakkan ekonomi daerah, semakin penting fungsinya untuk menggerakkan perekonomian daerah sekaligus menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan maupun peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Pelaksanaan peran BUMD tersebut dapat diwujudkan dalam kegiatan usaha yang mempunyai nilai strategis dan ekonomis.

Dengan akan disertakannya modal pada PDAM Gresik Tahun 2011 yang ditetapkan sejumlah Rp2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah), berasal dari Penerimaan Pembiayaan Dana bergulir dan dianggarkan dari Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 pada pos anggaran pengeluaran pembiayaan, maka perlu payung hukum pelaksanaan proses ini.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penetapan penambahan penyertaan modal daerah perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Penyertaan Modal pada pada PDAM Gresik.B. Saran

Bahwa berdasarkan uraian pada Naskah Akademik ini perlu disusun materi penormaan yang lengkap terhadap pelaksanaan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kepada PDAM Gresik agar tujuan menjadikan Peraturan Daerah ini sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kepada PDAM Gresik dapat tercapai.

Bahwa dengan disusunnya Naskah akademik ini, maka Rancangan Peratruan Daerah ini menjadi prioritas penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dalam Program Legislasi Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2011.

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

5. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah keduakalinya dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah

9. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Perubahan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 201111. Sejarah Bank Jatim http://www.bankjatim.co.id NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

TENTANG

PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

KEPADA BANK JAWA TIMUR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPeranan Bank dalam mendukung kegiatan dunia usaha kecil dan menengah sangat besar. Perbankan bekerja untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Perkembangan dunia perbankan merupakan bagian utama dari sisi keuangan kita, tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah dalam menggalakkan sistem perkreditan bagi masyarakat. Jasa yang diberikan bank adalah jasa lalu lintas peredaran uang. Melalui bank kita dapat memperoleh kredit atau pinjaman uang untuk operasi usaha kecil dan menengah yang dijalankan.

Tujuan daripada Perbankan Indonesia yaitu, menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan dari kesejahteraan rakyat banyak. Berdasarkan dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa dunia Perbankan tidak akan terlepas dari pembangunan Nasional Negara kita. Selanjutnya peran bank dalam mendukung kegiatan bisnis pasti akan sangat besar pula. Dimana kita ketahui, bahwa bank bekerja dalam menyalurkan kredit bagi masyarakat. Kredit bank diperlukan bagi pengusaha kecil, pengusaha menengah, dan juga pengusaha yang telah memiliki modal besar. Semakin berkembangnya perekonomian suatu daerah maka pengajuan kreditnya juga semakin tinggi, dengan begitu modal Bank Jawa timur tidak mencukupi untuk menyalurkan kredit tersebut. Maka disinilah andil Pemerintah Daerah untuk menyertakan modal yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Bahwa dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, Pemerintah Kabupaten Gresik telah melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal kepada Bank Jawa Timur.

Bahwa mencermati deviden yang selama ini diterima oleh Pemerintah Kabupaten Gresik dari