naskah akademik kelompok

44
Tugas Pendidikan dan Latihan Kemandirian Hukum Dosen Pengasuh : Tjondro Tirtamulia, S.H.,C.N., M.Hum Nama Kelompok Johan Sudanta Chandra (Nrp : 2120004) / Maryo Yuvens Imannuel Donda (Nrp : 2120008)/ Christian Putera Iskandar (Nrp : 2120012) / Bebeto Ardyo (Nrp 2120040) / Kelompok Bangku : 1

Upload: johannes-candra

Post on 07-Nov-2015

67 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Thank you for red this document

TRANSCRIPT

Tugas Pendidikan danLatihan Kemandirian HukumDosen Pengasuh : Tjondro Tirtamulia, S.H.,C.N., M.Hum

Nama KelompokJohan Sudanta Chandra (Nrp : 2120004) /Maryo Yuvens Imannuel Donda (Nrp : 2120008)/Christian Putera Iskandar (Nrp : 2120012) /Bebeto Ardyo (Nrp 2120040) /

Kelompok Bangku : 1

Fakultas Hukum Universitas SurabayaTahun Ajaran 2014 2015

NASKAH AKADEMIK RANCANGANPERATURAN DAERAH NOMOR TAHUN .TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYANOMOR 7 TAHUN 2009TENTANGBANGUNAN

KATA PENGANTAR

Kami pnjatkan puji syukur atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan Rahmat- Nya kelompok 1 dapat menyelesaikan pembuatan Naskah akademik berkaitan tentang perubahan kedua atas Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2009 sebagaimana diubah oleh Peraturan daerah Nomor 6 tahun 2013. Terima kasih atas Dosen pengasuh Mata kuliah Pendidikan Latihan dan Kemandirian Hukum yaitu Bapak Tjondro Tirtamulia, S.H.,C.N., M.Hum yang yang telah memberikan tugas pembuatan Naskah akademik kepada Kelompok 1 mengenai Peraturan daerah nomor 7 tahun 2009 tentang Bangunan. Semoga Naskah Akademik yang kelompok 1 buat dapat memberikan manfaat kepada pihak yang akan membacanya dan sekiranya maafkan kelompok 1 apabila dalam hal pengerjaan Naksah akademik masih terdapat kekurangan yang dialami Pembaca pada saat membaca Naskah akademik Tersebut. Sekian dan Terima Kasih

Surabaya, 25 Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISIHalamanCover Naskah Akademik.2Kata Pengantar..3Daftar Isi..4Bab I Pendahuluan1.1. Latar Belakang.51.2. Rumusan Masalah..61.3. Tujuan Pembentukan Naskah Akademik7Bab II Kajian Teoritis dan Praktik Empiris2.1. Kajian Teoritis82.2. Praktik Empiris..12Bab III Evaluasi dan Analisis Peraturan perundang undangan....14Bab IV Landasan Filosofis, Landasan Yuridis, Landasan sosiologis4.1. Landasan filosofis.214.2. Landasan Yuridis..224.3. Landasan Sosiologis.23Bab V Jangkauan, Arah peraturan Perundang undangan..25Bab VI Penutup6.1. Kesimpulan..27Lampiran : Rancangan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor .. Tahun .. tentang perubahan kedua atas Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 tahun 2009 tentang Bangunan29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPada era pembangunan saat ini, dunia bisnis Indonesia mendapat tempat dan peluang yang cukup penting bagi perkembangan ekonomi, peningkatan bisnis di bidang properti, perumahan transportasi, komunikasi, dan lain-lain serta kehadiran berbagai investor bisnis asing akan memberikan dampak positif dalam proses pembangunan nasional.Agar di dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan masalah atau hambatan perlu adanya sarana perangkat perizinan dan rencana tata ruang yang baik.Rencana tata ruang yang baik merupakan sarana pengendali perkembangan fisik di dalam pelaksanaan pembangunan, yang berarti bahwa rencana tersebut sudah diberikan landasan hukum pelaksanaannya berupa Peraturan Daerah. Sebagai syarat untuk menjamin berfungsinya rencana tata ruang wilayah tersebut maka di dalam proses penyiapan, penyusunan dan pelaksanaannya perlu dukungan dan peranan instansi-instansi vertikal atau dinas-dinas Pemerintahan Daerah Kota Surabaya maupun partisipasi masyarakat.Sejalan dengan laju pertumbuhan kota Surabaya yang menunjukkan adanya kemajuan yang sangat pesat baik di bidang teknologi maupun di bidang pembangunan, maka secara langsung akan berpengaruh pula pada tatanan dan wajah kota mendatang, sehingga perlu adanya peningkatan kegiatan pemerintah untuk mengatur dan menata bangunan. Salah satu kegiatan yang sudah dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut adalah mengesahkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Bangunan yang mana telah diubah menjadi Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 6 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2009. Izin mendirikan bangunan yang kemudian disingkat dengan IMB adalah izin yang digunakan untuk mendirikan bangunan yang dikeluarkan oleh kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk dalam wilayah Kota Surabaya, dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Pemerintah Kota Surabaya. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Pemerintah Kota Surabaya merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang perizinan.Dinas ini dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.Dalam pelaksanaan perizinan, pemerintah senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan anggapan bahwa pengurusan segala macam izin sangat rumit dan memakan banyak waktu maupun biaya. Namun, di sisi lain masih banyak sekali permasalahan-permasalahan yang timbul baik dari Pemerintah Kota, maupun dari masyarakat. Permasalahan yang timbul dari masyarakat antara lain yaitu mengenai dampak terhadap lingkungan yang timbul sebagai akibat dari pemberian izin tersebut, selain itu juga masyarakat masih kurang memahami mengenai prosedur untuk mengajukan permohonan perizinan tertentu. Hal itu dikarenakan kurangnya sosialisasi Pemerintah Kota di dalam memberikan keterangan, pengetahuan, dan pendampingan mengenai IMB dan prosedurnya.Oleh karena itu, mengingat semakin meningkatnya kegiatan pembangunan baik di Surabaya sendiri maupun di Indonesia, maka perlu juga untuk selalu memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, agar pembangunan tersebut tidak malah merusak lingkungan sekitar. Sehingga, atas dasar hal ini maka dalam Peraturan Daerah ini perlu juga ditambahkan ketentuan-ketentuan mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan juga menjadikan hal ini sebagai syarat pada saat penerbitan izin oleh pemerintah.1.2. RUMUSAN MASALAHBercermin pada latar belakang yang ada, maka timbul masalah yakni :1. Apakah perlu adanya penegasan mengenai pengecualian dalam kepemilikan analisis dampak lingkungan pada bangunan rumah tangga yang telah memiliki daerah resapan pembuangan limbah yang disertakan bersama dengan izin pendirian bangunan ?1.3. TUJUAN PEMBUATAN NASKAH AKADEMIKPada dasa dibentuknya naskah akademik atas perubahan perubahan kedua atas Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Bangunan ini memiliki 4 tujuan pokok yang ingin diwujudkan :1. Mengatur agar setiap bangunan yang akan dibangun aman, sehat, nyaman, mudah dijangkau serta ada keseimbangan dan keserasian dengan lingkungan.2. Mengatur agar setiap bangunan dibangun sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Rencana Tata Bangunan / Rencana Detail Tata Ruang.3. Mendapatkan Pengesahan atas bangunan yang didirikan. Dengan adanya Izin Mendirikan Bangunan dan juga analisis mengenai dampak lingkungan , bangunan tersebut sudah sah dengan sahnya bangunan tersebut melekat pula hak dan kewajiban Pemilik bangunan, pemerintah sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.4. Meningkatkan pendapatan asli daerah walaupun hal ini bukan menjadi tujuan utamaBAB II

LANDASAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

2.1. LANDASAN TEORITIS A. Pengertian IzinPengertian izin menurut pendapat para ahli antara lain sebagai berikut:1. N.M Spelt (Terjemahan oleh Prop Dr Philipus Hadjon, S.H)Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-Undang untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundangan.2. SF Marbun dan Moh Mahfud.Izin adalah apabila pembuat peraturan secara umum tidak melarang suatu perbuatan, asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan yg berlaku.Perbuatan AN yg memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.3. Prajudi Admosudirdjo.Izin adalah suatu penetapan yang merupakan dispensasi dari suatu larangan oleh Undang-Undang.B. Bentuk-Bentuk PerizinanMenurut SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD bentuk-bentuk perizinan dibagi atas 4 (empat) yaitu :a. Dispensasi atau Bebas Syaratyaitu apabila pembuat paraturan secara umum tidak melarang sesuatu Peraturan Perundang-Undangan menjadi tidak berlaku karena sesuau hal yang sangat istimewa. Adapun tujuan diberikannya dispensasi itu adalah agar seseorang dapat melakukan suatu perbuatan hukum yang menyimpang atau menerobos Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.Pemberian dispensasi itu umumnya harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang yang bersangkutan.b. Verguining atau Izinyaitu apabila pembuat peraturan secara umum tidak melarang sesuatu perbuatan asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.c. Lisensi (Licentie)menurut Prins nama lisensi lebih tepat untuk digunakan dalam hal menjalankan suatu perusahaan dengan leluasa (suatu macam izin yang istimewa). Sehingga tidak ada ganguan lainnya termasuk dari pemerintah sendiri.d. Konsensiyaitu apabila pihak swasta memperoleh delegasi kekuasaan dari pemerintah untuk melakukan sebagian pekerjaan/tugas yang seharusnya dikerjakan oleh pemerintah. Adapun tugas dari pemerintah atau bestur adalah menyelenggarakan kesajahtaraan umum.Jadi kesejahtaraan atau kepentingan umum harus selalu menjadi syarat utama, bukan untuk mencari keuntungan semata-mata.Pendelegasian wewenang itu diberikan karna pemerintah tidak mempunyai cukup tenaga maupun fasilitas untuk melakukan sendiri.konsensi ini hampir dapat diberikan dalam segala bidang.Prajudi Atmosudirjo menyatakan perizinan merupakan penetapan yang memberikan keuntungan yaitu :1. Dispensasipernyataan dari penjabat yang berwenang bahwa sesuatu ketentuan Undang-Undang tertentu memang tidak berlaku terhadap kasus yang diajukan seseorang dalam surat permintannya.2. Izin atau Verguinningtidak melarang suatu perbuatan tetapi untuk dapat melakukannya diisyaratkan prosedur tertentu harus dilalui.3. Lisensiizin yang bersifat komersial dan mendatangkan laba.4. Konsensipenetapan yang memungkinkan konsesionaris mendapat dispensasi, izin, lisensi dan juga semacam wewenang pemerintahan yang memungkinnya untuk memindahkan kampung, dan sebagainya. Oleh karna itu pemberian konsensi haruslah dengan kewaspadaan, kebijaksanaan dan perhitungan yang sematang-matangnya.C. Pengertian Lingkungan HidupMenurut Pasal 1 butir (1) Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya (Siahaan, 2004).D. Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup atau AMDAL dirumuskan sebagai suatu analisis mengenai dampak lingkungan hidup dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak proyek dari pembangunannya (Suratmo, 2002).E. Pengertian Penataan RuangMenurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah:Wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.Sedangkan menurut D.A.Tisnaamidjaja, yang dimaksud dengan pengertian ruang adalah wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas hidup yang layak.Ruang sebagai salah satu tempat untuk melangsungkan kehidupan manusia, juga sebagai sumber daya alam merupakan salah satu karunia Tuhan kepada bangsa Indonesia. Dengan demikian ruang wilayah Indonesia merupakan suatu aset yang harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan bangsa Indonesia secara terkoordinasi, terpadu dan seefektif mungkin dengan memperhatikan faktor-faktor lain seperti, ekonomi, sosial, budaya, hankam, serta kelestarian lingkungan untuk mendorong terciptanya pembangunan nasional yang serasi dan seimbang.Selanjutnya, dalam Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No. 327/KPTS/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah:Wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk hidup lainnya dan melakukan serta memelihara kelangsungan hidupnya.2.2. PRAKTIK EMPIRIS Pencemaran lingkungan merupakan proses masuknya bahan atau energi dalam lingkungan hidup yang dapat menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak dikehendaki baik dari segi fisik, kimia maupun biologis sehingga akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Hal yang berkaitan dengan analisis fampak lingkungan ini sendiri sangat erat dengan perbuhana yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Dalam hal ini kegiatan tentu melibatkan aktivitas, baik yang berkaitan dengan ekonomi, politik, dan social budaya. Setiap aktivitas seharusnya di dasarkan pada perencanaan yang benar dan dilanjutkan dengan implementasi sesuai dengan peraturan yang berlaku dan diikuti pula dengan monitoring serta evaluasi. Aspek perncanaan berkait dengan pemikiran manusia dalam membuat kerangka berpikir tentang apa yang layak dan apa yang tidak untuk dapat dikembangkan.Dengan berkembangnya industri di sekitar pemukiman penduduk tentu akan menghasilkan limbah industri yang dihasilkan darinkegiatan usaha industry tersebut. Limbah rumah tangga berkaitan dengan kegiatan orang atau rumah tangga bagi pengelola industry atau penduduk sekitar. Meskipun setiap perubahan akan selalu diikuti dengan peningkatan kemampuan adaptasi dari mahkluk hidup termasuk manusia, namun batas batas kemampuan dan daya dukung lingkungan untuk mewadahi aktivitas tersebut perlu mendapat perhatian.

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERTURAN PERUNDANG UNDANGAN TERKAIT Dalam Peraturan daerah Kota Surabaya Nomor 7 tahun 2009 tentang Bangunan sebagaimana telah diubah oleh Peraturan daeraah Kota Surabaya Nomor 6 tahun 2013 sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a perlu melakukan aevaluasi dan analisis terhadap beberapa Peraturan Perundang undangan yang terkait baik secara vertikal maupun horizontal. Analisis peraturan perundang undangan juga dilakukan terhadap peraturan daerah dan peraturan mentri, khususnya yang berlaku sebagai dasar hukum dilakukan poerubahan terhadap Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2009 mengenai bangunan di kota Surabaya sebagai mana telah diubah oleh Peraturan Daerah Kots Surabaya Nomor 6 tahun 2013. Dengan demikian dalam mengubah peraturan daerah kota Surabaya mengenai Bangunan, maka peraturan perundang undangan yang dievaluasi dan dianalisis meliputi : 1. Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Lingkungan HidupMenyadari potensi dampak negatif yang ditimbulkan sebagai konsekuensi dari pembangunan, terus dikembangkan upaya pengendalian dampak secara dini. Analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) adalah salah satu perangkat preemtif pengelolaan lingkungan hidup yang terus diperkuat melalui peningkatkan akuntabilitas dalam pelaksanaan penyusunan amdal dengan mempersyaratkan lisensi bagi penilai amdal dan diterapkannya sertifikasi bagi penyusun dokumen amdal, serta dengan memperjelas sanksi hukum bagi pelanggar di bidang amdal. Amdal juga menjadi salah satu persyaratan utama dalam memperoleh izin lingkungan yang mutlak dimiliki sebelum diperoleh izin usaha. Upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan dan perizinan. Dalam hal pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi, perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikembangkan satu sistem hukum perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin kepastian hukum sebagai landasan bagi perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam serta kegiatan pembangunan lain. Dengan demikian berdasarkan Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 sebagian besar menentukan apabila ingin melakukan kegiatan Usaha harus memperhatikan mengenai dampak lingkungan. 2. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGANAktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk Usaha dan/atau Kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dengan diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan, dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas pembangunan tersebut dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin. Tujuan diterbitkannya Izin Lingkungan antara lain untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan prosedur, mekanisme dan koordinasi antarinstansi dalam penyelenggaraan perizinan untuk Usaha dan/atau Kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam Usaha dan/atau Kegiatan. 3. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2010Dalam pasal 6 ayat 2 dan 7 ayat 2 serta Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2010 menentukan bahwa :

Pasal 6 ayat (2) Permohonan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. bangunan gedung; ataub. bangunan bukan gedung.Pasal 7 ayat (1) Bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a berfungsi sebagai:a. hunian;b. keagamaan;c. usaha;d. sosial dan budaya; dane. ganda/campuran.(2) Fungsi hunian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas bangunan gedung hunian rumah tinggal sederhana dan rumah tinggal tidak sederhana.Dalam Pasal 9 ayat 2 menentukan bahwa apabila Seseorang atau badan hukum perdata ingin menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang berhubungan dengan kegiatan usaha harus membuat Analisis Dampak Lingkungan yang biasanya disebut dengan AMDAL, dimana untuk para Pemakrasa Kegiatan usaha pembuatan AMDAL merupakan Kewajiban yang harus dilakukan tetapi untuk bangunan yang bukan difungsikan untuk Kegiatan usaha dalam Peraturan Mentri dalam Negeri tidak mengatur sama sekali tetapi secara garis besar apabila seseorang ingin menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan harus memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam pasal 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2010

Pasal 9 ayat (1) Pemohon mengajukan permohonan IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 melengkapi persyaratan dokumen:a. administrasi; danb. rencana teknis.Pasal 9 (2) Persyaratan dokumen administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:a. tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau perjanjian pemanfaatan tanah;b. data kondisi/situasi tanah (letak/lokasi dan topografi);c. data pemilik bangunan;d. surat pernyataan bahwa tanah tidak dalam status sengketa;e. surat pemberitahuan pajak terhutang bumi dan bangunan (SPPT-PBB) tahun berkenaan; danf. dokumen analisis mengenai dampak dan gangguan terhadap lingkungan, atau upaya pemantauan lingkungan (UPL)/upaya pengelolaan lingkungan (UKL) bagi yang terkena kewajiban.Berkaitan dengan Huruf f dalam pasal 9 ayat 2 yang berkaitan dengan Dokumen analisis mengenai dampak dan gangguan terhadap Lingkungan, atau upaya pemnatauan lingkungan (UPL) / upaya pengelolaan lingkungan (UKL) bagi yang terkena kewajiban. Dalam hal tersebut terdapat kata Bagi yang terkena kewajiban terdapat makna bahwa yang mendapatkan kewajiban tersebut adalah Pemakrasa Kegiatan Usaha. Dengan kata lain, Kegiatan Usaha yang mempunyai dampak negatif harus membuat syarat penting dalam Pendirian Kegiatan Usaha yaitu Analisis dampak Lingkungan yang sering disebut AMDAL, tetapi untuk Bangunan gedung yang mempunyai fungsi sebagai Hunian seperti rumah yang bertaraf sederhana atau sebaliknya tidak diperlukan adanya Analisis dari dampak Lingkungan (AMDAL), selain itu ada rencana twknis yang terdapat dalam Pasal 9 ayat 3 Peraturan menteri dalam Negeri tahun 32 tahun 2010 yang menentukan bahwa : Pasal 9 ayat (3) Persyaratan dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:a. gambar rencana/arsitektur bangunan;b. gambar sistem struktur;c. gambar sistem utilitas;d. perhitungan struktur dan/atau bentang struktur bangunan disertai hasil penyelidikan tanah bagi bangunan 2 (dua) lantai atau lebih;e. perhitungan utilitas bagi bangunan gedung bukan hunian rumah tinggal; danf. data penyedia jasa perencanaan

4. Peraturan Daerah kota Surabaya Nomor 7 tahun 2009 Tentang Bangunan

Bahwa bangunan sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas dan jati diri manusia, oleh karena itu penyelenggaraan bangunan perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan yang fungsional, andal, berjati diri, seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.Bahwa pengaturan penyelenggaraan bangunan dimaksud bertujuan untuk mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai dengan tata bangunan yang serasi dan selaras dengan lingkungannya dan mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang menjamin keandalan teknis bangunan dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan.Dalam Pasal 21 Peraturan daerah Kota Suarabaya Nomor 7 tahun 2009 tentang Bangunan sebagaimana telah diubah oleh Peraturan daerah Nomor 6 tahun 2013 yang menentukan bahwa : Pasal 21 ayat (1) Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 hanya berlaku bagi bangunan yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.Pasal 21 ayat (2) Setiap mendirikan bangunan yang menimbulkan dampak penting, wajib didahului dengan menyertakan analisis mengenai dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dimana dalam pasal 21 ayat 2 itu mempunyai arti bahwa setiap orang atau badan hukum yang ingin mendirikan bangunan yang menimbulkan dampak penting, wajib didahului dengan menyertakan analisis mengenai dampak lingkungan. Berdasarkan pemamparan pasal diatas itu tidak semua banguna yang didirikan oleh seseorang atau badan hukum itu tidak selalu akan menimbulkan dampak lingkungan secara langsung maupun tidak langsung atau dampak lingkungan yang ditimbulkan itu bersifat negatif, didasarkan pada Undang undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan maupun Peraturan Mentri dalam negeri Nomor 32 tahun 2010 tentang Izin mendirikan bngunan dimana persyaratan yang harus dipenuhi bila ingin mendirikan usaha harus menerbitkan dokumen mengenai Analisis dampak Lingkungan. Bagaimana kalau misalnya yang didirikan itu merupakan bangunan gedung yang mempunyai fungsi hunian seperti contoh Pembangunan Perumahan yang dijadikan sebagai tempat tinggal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan rumah tersebut tidak akan menimbulkan dampak lingkungan sehingga tidak diperlukan Analisis dampak Lingkungan, sehingga perlu ada pengecualian terhadap pendirian yang tidak menimbulkan dampak lingkungan seperti contoh pendirian bangunan berupa rumah yang mempunyai fungsi sebagai Hunian tempat tinggal selain itu tempat tinggal yang dijadikan hunian harus mempunyai resapan limbah rumah tangga untuk mencegah timbulnya dampak lingkungan yang bersifat negatif atau destruktif, dengan kata lain dapat menimbulkan kerusakan atau tidak lestarinya lingkungan hidup tersebut.

BAB IVLANDASAN FILOSOFIS, LANDASAN YURIDIS, danLANDASAN SOSIOLOGIS

4.1. LANDASAN FILOSOFISHak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, berdasar pada ketentuan Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan ditempatkannya hak lingkungan ini diharapkan semua lapisan masyarakat semakin menjaga kualitas lingkungan hidup dengan perlu dilakukan suatu perlindungan dan pengelolaan yang terpadu, intragrasi dan seksama untuk mengantisipasi penurunan akibat pemanasan global. Undang-undang nomor 32 tahun 2009, juga memasukkan landasan filosofi tentang konsep pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam rangka pembangunan ekonomi .seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang dari penulisan ini. Pada penjelasan atas undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tercantum bahwa :Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lainPentingnya pengelolaan lingkungan hidup dengan menggunakan AMDAL dalam setiap kegiatan pemberian izin oleh pemerintah menjadi alasan mengapa perubahan terhadap Perda ini perlu dilakukan.2.2. LANDASAN YURIDISDalam permasalahan terkait diatas, dimana ada beberapa aturan yang dapat dijadikan landasan yuridis atau aturan yang dapat dijadikan dasar.Di dalam Pasal 35 ayat (1) Undang - Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur:Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.Di dalam pasal 23 ayat (1) Undang Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur:Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan amdal terdiri atas:a) pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;b) eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan;c) proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;d) proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;e) proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;f) introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;g) pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;h) kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara; dan/ataui) penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, dalam pasal 1 angka 1, mengatur:Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.

2.3. LANDASAN SOSIOLOGISSangat penting mengingat budaya masyarakta Indonesia yang kurang menyadari arti dari sebuah kelestarian lingkungan. Dalam hal peraturan daerah tentang bangunan ini dirasa akan sangat memberikan dampak yang baik bagi perkembangan masyarakat khususnya masyarakat kota Surabaya sendiri.Adanya persyaratan dalam mendirikan bangunanan dengan menyertakan analisis dampak lingkungan ini memang dewasa ini dipandang sangat vital keberadaannya agara dapat menunjang perwujudan dari jalanya pembangunan yang berkelanjutan dengan tidak melupakan dalam memperhatikan lingkungan hidup.Meskipun setiap perubahan akan selalu diikuti dengan peningkatan kemampuan adaptasi dari mahkluk hidup termasuk manusia, namun batas batas kemampuan dan daya dukung lingkungan untuk mewadahi aktivitas tersebut perlu mendapat perhatian yang lebih.

BAB V Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang LingkupMateri Undang-UndangDi dalam Rancangan Peraturan Daerah Surabaya Nomor 7 Tahun 2009 tentang bangunan, terdapat beberapa aturan yang dirasa janggal dan tidak sesuai dengan keperluan dan kebutuhan masyarakat,oleh karena itu perlu dilakukan perubahan pada beberapa bagian aturan.Ketentuan Pasal 21 ayat (1) dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 7 tahun 2009 tentang Bangunan yang sebelumnya berbunyi sebagai Berikut :Pasal 21(1) Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 hanya berlaku bagi bangunan yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. (2) Setiap mendirikan bangunan yang menimbulkan dampak penting, wajib didahului dengan menyertakan analisis mengenai dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Dirubah Menjadi : Pasal 21(1) Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 hanya berlaku bagi bangunan yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. (2) Setiap mendirikan bangunan yang menimbulkan dampak penting, wajib didahului dengan menyertakan analisis mengenai dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(3) Ketentuan yang dimaksud dalam ayat (2) dikecualikan bagi bangunan rumah tangga yang telah memiliki resapan buangan limbah rumah tangga.Diharapkan dengan adanya tambahan dan beberapa perbaikan dalam aturan ini, dapat mengembalikan dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat tanpa menimbulkan ketimpangan dan diskriminasi di masyarakat. Karena aturan itu dibuat untuk memberi kepastian hukum dan memberikan dan menjamin kesejahteraan masyarakat.

BAB VI PENUTUP4.1. KESIMPULAN Pencemaran lingkungan merupakan proses masuknya bahan atau energi dalam lingkungan hidup yang dapat menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak dikehendaki baik dari segi fisik, kimia maupun biologis sehingga akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan; bahwa pembangunan rumah tersebut tidak akan menimbulkan dampak lingkungan sehingga tidak diperlukan Analisis dampak Lingkungan, sehingga perlu ada pengecualian terhadap pendirian yang tidak menimbulkan dampak lingkungan ; Adanya persyaratan dalam mendirikan bangunanan dengan menyertakan analisis dampak lingkungan ini memang dewasa ini dipandang sangat vital keberadaannya agara dapat menunjang perwujudan dari jalanya pembangunan yang berkelanjutan dengan tidak melupakan dalam memperhatikan lingkungan hidup ; Kegiatan Usaha yang mempunyai dampak negatif harus membuat syarat penting dalam Pendirian Kegiatan Usaha yaitu Analisis dampak Lingkungan yang sering disebut AMDAL, tetapi untuk Bangunan gedung yang mempunyai fungsi sebagai Hunian seperti rumah yang bertaraf sederhana atau sebaliknya tidak diperlukan adanya Analisis dari dampak Lingkungan (AMDAL) ; Amdal juga menjadi salah satu persyaratan utama dalam memperoleh izin lingkungan yang mutlak dimiliki sebelum diperoleh izin usaha ; Upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan dan perizinan. Dalam hal pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi, perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikembangkan satu sistem hukum perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin kepastian hukum sebagai landasan bagi perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam; Meskipun setiap perubahan akan selalu diikuti dengan peningkatan kemampuan adaptasi dari mahkluk hidup termasuk manusia, namun batas batas kemampuan dan daya dukung lingkungan untuk mewadahi aktivitas tersebut perlu mendapat perhatian. Dalam pelaksanaan perizinan, pemerintah senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan anggapan bahwa pengurusan segala macam izin sangat rumit dan memakan banyak waktu maupun biaya. Namun, di sisi lain masih banyak sekali permasalahan-permasalahan yang timbul baik dari Pemerintah Kota, maupun dari masyarakat. Permasalahan yang timbul dari masyarakat antara lain yaitu mengenai dampak terhadap lingkungan yang timbul sebagai akibat dari pemberian izin tersebut, selain itu juga masyarakat masih kurang memahami mengenai prosedur untuk mengajukan permohonan perizinan tertentu. Hal itu dikarenakan kurangnya sosialisasi Pemerintah Kota di dalam memberikan keterangan, pengetahuan, dan pendampingan mengenai IMB dan prosedurnya.

Lampiran

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYANOMOR TAHUN..

TENTANGPERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYANOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG BANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA,

Menimbang : a. bahwa guna lebih mewujudkan penataan terpadu pembangunan agar sesuai dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan kota yang asri serta terjamin kesehatan, keselamatan, dan keamanan, serta ketertiban masyarakat, telah ditetapkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 tahu 2009 tentang Bangunan sebagaiman telah diubah oleh Peraturan Daerah Kota Suarabaya Nomor 6 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 tahun 2009 b. bahwa perlu penyempurnaan ketentuan Peraturan daerah Kota Surabaya Nomor 7 tahun 2009 tentang bangunan, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan serta memperhatikan surat Mentri Dalam negeri Nomor : 188.34/5102/SJ tanggal 10 Desember 2012 hal Klarifikasi Peraturan Daerah, surat Gubernur Jawa Tim ur Nomor : 188/1536/013/2013 tanggal 5 Februari 2013 perihal Klarifikasi Peraturan Daerah dan penambahan pengaturan mengenai sanski baik administrative maupun pidana dalam hal pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penataan ruang dalam Daerah Kota Surabaya Nomor 7 tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 6 tahun 2013 dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali ; c. bahwa berdasrkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu ditetapkan kembali Peraturan Daerah tentang Bangunan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat

Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;2. Undang Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur/Jawa Tengah/Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah oleh Undang undang Nomor 2 tahun 1965(Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2730);3. Undang undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja (lembaran Negara tahun 1970 nomor 1 tambahan lembaran Negara 2918);4. Undang undang nomor 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi (lembaran Negara tahun 1999 nomor 54 tambahan lembaran Negara 3833);5. Undang Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (lembaran Negara tahun 2002 nomor 134 tambahan lembaran Negara 4247);6. Undang Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara tahun 2014 nomor 244 tambahan lembaran Negara 5587) sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemrintah pengganti Undang Undang Nomor 2 tahun 2014 (lembaran Negara tahun 2014 nomor 246 tambahan lembaran Negara 5589);7. Undang Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan (lembaran Negara tahun 2004 nomor 132 tambahan lembaran Negara 4444);8. Undang undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan ruang (lembaran Negara tahun 2007 nomor 68 tambahan lembaran Negara 4725);9. Undang undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan (lembaran Negara tahun 2009 nomor 96 tambahan lembaran Negara 5025);10. Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan (lembaran Negara tahun 2009 nomor 144 tambahan lembaran Negara 5063);11. Undang undang nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang undangan (lembaran Negara tahun 2011 nomor 82 tambahan lembaran Negara 5234);12. Undang Undang nomor 20 tahun 2011 tentang rumah susun (lembaran Negara tahun 2011 nomor 108 tambahan lembaran Negara 5252);13. Undang undang nomor 32 tahun 2012 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (lembaran Negara tahun 2012 nomor 140 tambahan lembaran Negara 5059);14. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksana Undang undang nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung (lembaran Negara tahun 2005 nomor 83 tambahan lembaran Negara 4532);15. Peraturan Pemrintah Nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (lembaran Negara tahun 2005 nomor 165 tambahan lembaran Negara 4593);16. Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang jalan (lembaran Negara tahun 2006 nomor 86 tambahan lembaran Negara 4655);17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemrintahan Daerah Kabupaten/Kota (lembaran Negara tahun 2007 nomor 82 tambahan lembaran Negara 4737);18. Peraturan pemerintah Nomor 32 tahun 2011 tentang Manajemen dan rekayasa , analisis dampak, serta manajemen kebutuhan lalu lintas (lembaran Negara tahun 2011 nomor 61 tambahan lembaran Negara 5221);19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (lembaran Negara tahun 2012 nomor 48 tambahan lembaran Negara 5285);20.Keputusan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan;21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesbilitas pada Bangunan gedung dan Lingkungan;23. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin mendirikan Bangunan Gedung;24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung;26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum daerah (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 694);28. Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 tahuin 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup (Berita Negara Tahun 2012 Nomor 990);29. Peraturan Daerah Kota Surabay Nomor 4 tahun 2004 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah (Lemabaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2004 Nomor 2/E);30. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 tahun 2005 tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya (Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2005 Nomor 2/E);31. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 tahun 2006 tentang analisis dampak Lalu Lintas di Jalan (Lembaran Daerah Kota Surabaya tahun 2006 Nomor 12);32. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 tahun 2008 tentang Oragnisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2008 Nomor 8 Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 tahun 2009 (Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2009 Nomor 12 Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya Nomor 11);33. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 11 tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Daerah (Lembaran Daerah kota Surabaya tahun 2008 Nomor 11 Tambahan Lembaran Daerah kota Surabaya Nomor 11);34. Peraturan Daerah kota Surabaya Nomor 7 tahun 2009 tenatng Bangunan (Lembaran daerah Kota Surabaya Tahun 2009 Nomor 7 Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya Nomor 7).

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURABAYADanWALIKOTA SURABAYA

MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009

Pasal 1

Ketentuan pasal 21 ayat (1) dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 tahun 2009 tentang Bangunan (Lembaran daerah Kota Surabaya Tahun 2009 Nomor 7 Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya Nomor 7) diubah, dan ditambahkan 1 (satu) ayat, yaitu ayat (3), sehingga Pasal 21 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 21

(1) Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 berlaku bagi semua jenis bangunan yang mempengaruhi dampak Lingkungan(2)Setiap mendirikan bangunan yang menimbulkan dampak penting, wajib didahului dengan meyertakan analisis mengenai dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang undangan(3)Ketentuan dimaksud dalam ayat (2) dikecualikan bagi bangunan rumah tangga yang telah memiliki resapan bangunan limbah rumah tangga

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota SurabayaDitetapkan di SurabayaPada tanggalWALIKOTA SURABAYATtd

Diundangkan di SurabayaPada tanggalSEKRETARIS DAERAH KOTA SURABAYA,Ttd

..

LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR.. TAHUN 2015

4