17.2.3 naskah akademik sistem pendidikan kedokteran gigi 8maret 2011 kelompok prof. latief

40
1 NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI Kata Pengantar Draft Diunduh dari www.hpeq.dikti.go.id

Upload: cytha-nilam-chairani

Post on 31-Oct-2015

325 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi

TRANSCRIPT

Page 1: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

1

NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG

PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI

Kata Pengantar

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 2: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

2

DAFTAR ISI

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 3: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

3

Kata Pengantar ......................................................................................2

Daftar Isi.........................................................................................…3

BAB I. Pendahuluan...............................................................................…… 4

1. Latar belakang.................................................................………4

2. Landasan hukum..........................................................................4

3. Sejarah dan prkembangan pendidikan dokter gigi (sekarang dan bgmna ke

depannya).................................................

4. Tujuan dan kegunaan naskah akademik....................................

BAB II. Profil Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi di Indonesia saat

ini....................................

BAB III Standar Pendidikan Kedokteran gigi............................... 5

III.1 Standar Isi

Kurikulum (KKNI dan standar kompetensi secara garis besar) …. 5

III.2 Standar Proses

Tata pamong …………………..

Sistem Pembelajaran ………….

Suasana akademik …………….

III.3 Standar Kompetensi Lulusan

Mahasiswa dan lulusan ……….

III.4 Standar Pendidik dan tenaga

Sumber daya manusia ………..

kependidikan

III.5 Standar Sarana dan Prasarana

Sarana Dan Prasarana ……….

III.6 Standar Pengelolaan

Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan

Sistem Pengelolaan……………

Sistem Informasi ……………..

Sistem Penjamin Mutu ………

III.7 Standar Pembiayaan

Pembiayaan …………………..

III.8 Standar Penilaian Pendidikan

Penelitian, Pelayanan/Pengabdian

Kepada Masyarakat dan Kerjasama

BAB IV. Standar Kompetensi dan Jenis Tindakan serta Jumlah Kasus

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 4: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

4

1.

BAB V. RSGMsebagai Wahana Penyelenggaraan Tahap Profesi Pendidikan Kedokteran

Gigi …......................................... 15

1. Latar belakang

2. Keberadaan RSGM di Indonesia

3. Gambaran RSGM sebagai wahana pendidikan dokter gigi di luar Negri

4. RSGM P sebagai whanan pendidikan profesi KG

5. Kondisi RSGM sebagai wahana pendidikan KG saat ini

6. Pekerjaan klinik yang dilakukan peserta didik di RSGMP

7. Kondisi kelainan/penyakit gigi dan mulut di Indonesia

8. Sumber daya manusia di RSGMP

9. RSGMP di masa mendatang

10. Peran serta RSGMP dalam mendukung Tridarma Perguruan Tinggi

11. Pelaksaan standarisasi, akreditasi dan perizinan RSGMP

12. Pendanaan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

KEPUSTAKAAN

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 5: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

5

DAFTAR SINGKATAN

Kemkes: Kementrian Kesehatan

Kemdiknas:Kementrian Pendidikan Nasional

Ditjen Dikti: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

KKI: Konsil Kedokteran Indonesia

KKG: Konsil Kedokteran Gigi

MKKGI: Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia

KDGI: Kolegium Dokter Gigi Indonesia

AFDOKGI: Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia

ARSGMP: Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan

KIPDGI: Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Gigi Indonesia

BAN PT: Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi

ED: Evaluasi Diri

RKAT: Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan

RENSTRA: Rencana Strategis

PENGERTIAN UMUM

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 6: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

6

Pendidikan profesi dokter gigi merupakan pendidikan akademik dan pendidikan

professional yang diarahkan pada penguasaan ilmu dan penerapan ilmu kepada

masyarakat dalam bidang kedokteran gigi.

Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di

seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang disusun berdasarkan atas

elemen-elemen kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk

mencapai kompetensi utama, kompetensi penunjang, dan kemampuan dasar.

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan

dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi

mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik

pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitandengan

pelaksanan dengan pembelajaran pada satu satuan pendidikanuntuk mencapai

standar kompetensi lulusan.

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikanprajabatan dan

kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikandalam jabatan.

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikanyang berkaitan

dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempatberolahraga, tempat beribadah,

perpustakaan, laboratorium, bengkelkerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan

berekreasi, serta sumberbelajar lain, yang diperrlukan untuk menunjang proses

pembelajaran,termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu aktivitas dosendan

mahasiswa dalam bentuk jasa Perguruan Tinggi yang dilaksanakandengan

menganut azas kelembagaan, ilmu, kerjasama, kesinambungan,dan edukatif serta

pengembangan.

Penelitian merupakan kegiatan telaah taat kaidah dalam upayamenemukan

kebenaran dan atau menyelesaikan masalah dalam ilmupengetahuan, teknologi juga

merupakan kegiatan dalam upayamenghasilkan pengetahuan empirik, teori, konsep,

metode, modelatau informasi baru yang memperkaya iptek.

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 7: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

7

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan

bahwa Negara menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh

pendidikan lebih lanjut Negara mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.Serta

menjamin pemerataan kesempatan dan meningkatkan mutu pendidikanuntuk

mencapai kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan profesi dokter gigi sebagai salah satu pofesi bidang kesehatan

telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1928, dan telah mengalami pasang

surutnya sampai saat ini. Pada hakikatnya, sistem pendidikan dokter gigi di

Indonesia saat ini terdiri atas tahap akademik dan tahap profesi. Tahap

akademik adalah pendidikan sarjana yang bertujuan meraih kompetensi melalui

pembangunan kemampuan dasar sesuai dengan ketetapan pada standar

kompetensi dokter gigi. Tahap profesi adalah pendidikan setelah pendidikan

sarjana kedokteran gigi yang bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan

kompetensi klinik tertentu yang mencakup pembinaan sikap dan perilaku

profesional sesuai dengan standar kompetensi dokter gigi yang disahkan oleh

Konsil Kedokteran Gigi Indonesia, untuk meraih gelar dokter gigi. Tahap profesi

ini diselenggarakan pada sebuah wahana pendidikan klinis di sebuah sarana

pelayanan kesehatan gigi dan mulut berbentuk rumah sakit.

Kompetensi klinik dokter gigi dan dokter gigi spesialis tidak dapat dicapai

pada sarana dan prasarana pelayanan yang berbentuk sebuah Klinik; untuk itu

diperlukan sebuah rumah sakit khusus yang kemudian dikenal sebagai Rumah

Sakit Gigi dan Mulut (RSGM). RSGM yang digunakan sebagai wahana

penyelenggaraan pendidikan kedokteran gigi, perlu terakreditasi dan memenuhi

persyaratan klasifikasi RS khusus untuk menjadi RSGM Pendidikan.

Demi peningkatan kualitas serta penjaminan mutu dokter gigi dan dokter gigi

spesialis di Indonesia, BAN-PT telah mengembangkan instrumen akreditasi bagi

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi termasuk di dalamnya instrument

akreditasi baik bagi Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi maupun bagi Rumah

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 8: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

8

Sakit Gigi dan Mulut sebagai wahana penyelenggaraan pendidikan dokter gigi

dan dokter gigi spesialis.

2. Sejarah dan perkembangan pendidikan Kedokteran Gigi di Indonesia

a. Zaman Penjajahan Belanda (tahun 1928-1942)

Pendidikan dokter gigi di Indonesia mulai sejak pemerintahan kolonial

Belanda, pada bulan September 1928 dengan didirikannya “STOVIT” (School

Tot Opleiding Van Indische Tandartsen). Lamanya pendidikan dokter gigi ini 5

tahun, dan yang diterima sebagai mahasiswanya adalah lulusan sekolah

lanjutan menengah pertama (MULO) dan HBS (3 tahun). Penerimaan

mahasiswa didasarkan atas penilaian angka-angka ilmu alam, matematika dan

ilmu hayat, dan juga berasal dari keturunan orang-orang baik, dalam arti mereka

yang dianggap setia kepada Pemerintah Hindia Belanda.

Lulusan STOVIT dapat melanjutkan studinya ke Tandheelkundig Instituut di

Utrecht Nederland, tanpa ujian dan mencapai gelar Tandarts, yang dianggap

telah mencapai tingkatan sepadan dengan Dokter Gigi Belanda. Seluruh

kurikulum disesuaikan dengan kurikulum di Utrecht dengan tambahan Fisika,

Kimia, Matematika, Botani, Zoologi, Bahasa Latin dan Bahasa Jerman, oleh

karena hampir semua buku-buku pelajaran diambil dari bahasa Jerman.

Pemerintahan Hindia Belanda, tidak mendirikan STOVIT untuk memberi

perawatan secara menyeluruh kepada rakyat banyak, oleh karena de Dienst der

Volksgezondheid (Jawatan Kesehatan) tidak mempunyai Dinas Kesehatan Gigi.

Pelayanan pasien-pasien penyakit gigi yang terdapat di Indonesia dilakukan di

CBZ (Central Burgerlijk Ziekenhuis) Jakarta, dimana terdapat seorang dokter

gigi; serta CBZ di Surabaya. Pelayanan kesehatan gigi yang dilakukan antara

lain: pencabutan, penambalan, pembedahan, pemasangan gigi tiruan, dan

meratakan gigi (orthodonti). Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah

bedah minor dan bedah mayor, untuk itu dibutuhkan fasilitas rawat inap.

b. Zaman Penjajahan Jepang (tahun 1942-1945)

Pada saat pecahnya perang dunia ke-II, dan negeri Belanda diduduki oleh

Jerman, berimbas juga di Indonesia yang ditandai dengan pendudukan oleh bala

tentara Jepang pada tahun 1942. Penjajahan Jepang walaupun berlangsung

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 9: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

9

singkat menimbulkan penderitaan rakyat dimana-mana, namun ada sisi positif

bagi dunia kedokteran gigi yaitu naiknya orang-orang Indonesia menduduki

jabatan yang ditinggalkan oleh Belanda.

Dalam rangka membangun negara dan dengan slogan kemakmuran

bersama di Asia Raya. Pendidikan kedokteran gigi pada zaman pendudukan

Jepang kemudian diganti namanya. STOVIT dibubarkan dan diganti dengan

nama IKA DAIGAKU SHIKA IGAKUBU dalam tahun 1943, dengan guru-guru

besar bangsa Jepang. Lamanya pendidikan adalah 3 tahun, dan yang dapat

diterima sebagai mahasiswanya adalah lulusan sekolah Menengah 5- 6 tahun

yaitu dari AMS/SMT/HBS Pada waktu itu mahasiswa-mahasiswa bekas STOVIT

dipanggil kembali dan harus belajar bahasa Jepang, supaya dapat mengikuti

kuliah-kuliah dalam bahasa Jepang.

Sementara itu mahasiswa baru yang diterima diharuskan memilih jurusan

kedokteran gigi, walaupun mereka mendaftarkan diri pada sekolah insinyur atau

olah raga.

Shika Daigaku tidak pernah meluluskan mahasiswa didikannya selama

pendudukan, akan tetapi mahasiswa-mahasiswa yang diterima dalam zaman

Jepang akhirnya akan menyelesaikan studinya di Malang dan Jogja. Dua belas

mahasiswa yang lulus dalam masa pendudukan Jepang adalah bekas murid

STOVIT.

c. Zaman R.I.S. ( tahun 1945-1950)

Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus

1945. Kota Surabaya kemudian diduduki kembali oleh Tentara Sekutu ( Belanda

dan Inggris) Pendidikan dokter gigi, kemudian dipindahkan ke Malang yang

dipimpin oleh Prof. drg. Indrojono dan Dr. Eggink. Tidak lama kemudian kota

Malang pun diserbu oleh Belanda.

Mahasiswa-mahasiswa kedokteran gigi kemudian pindah lagi ke Solo.

Tahun 1946, Sekolah Kedokteran Gigi digabungkan dengan Sekolah

Kedokteran, yang didirikan di Klaten dengan pimpinan Prof. Dr. Sardjito. Untuk

jurusan kedokteran gigi dipimpin oleh drg. Soedomo. Setelah itu pendidikan

kedokteran gigi dimasukkan ke dalam lingkungan Universitas Gajah Mada

digabungkan dengan Kedokteran dan Farmasi.

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 10: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

10

Sementara itu, setelah kota Surabaya diduduki kembali oleh Belanda,

pada bulan September 1947, pendidikan dokter gigi dibuka kembali dengan

nama Tandheelkundig Instituut. Pada tanggal 15 Januari 1948, Tandheelkundig

Instituut berubah nama lagi menjadi Universitair Tandheelkundig Instituut,

sebagai bagian dari Fakultas Kedokteran di Surabaya. Lamanya pendidikan

adalah 4 tahun dan yang dapat diterima sebagai mahasiswa adalah lulusan

sederajat dengan SMA bagian B.

Dalam bulan Desember tahun 1949, pemerintahan diserahkan kembali

kepada Republik Indonesia. Pendidikan Kedokteran Gigi di Surabaya kemudian

berubah lagi menjadi Lembaga Kedokteran Gigi, dengan lama pendidikan 4

tahun.

a. Zaman Pemerintahan R.I. (tahun 1950 - sekarang)

Pada tanggal 10 November 1954 Universitas Airlangga diresmikan oleh

Presiden Ir Soekarno. Tahun 1958, Lembaga Ilmu Kedokteran Gigi digabungkan

dalam Universitas Airlangga, dan kemudian namanya berubah lagi menjadi

Fakultas Kedokteran Gigi. Lamanya pendidikan 5 tahun dan yang diterima

sebagai mahasiswa adalah lulusan SMA bagian B.

Waktu itu hanya ada 2 fakultas kedokteran gigi, yaitu Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Gajah Mada, dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Airlangga. Pada tanggal 1 September 1959, Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjajaran didirikan dan dalam waktu 5 ½ tahun dapat meluluskan

6 orang dokter gigi yang pertama. Pendirian Fakultas Kedokteran gigi

Universitas Padjadjaran, telah membuka jalan berdirinya fakultas-fakultas

Kedokteran Gigi lainnya seperti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

tanggal 21 Desember 1961 yang dipimpn oleh dekan seorang Dokter Gigi

Sampai awal tahun 2012 telah berdiri 26 Fakultas Kedokteran Gigi dan/atau

Program Studi Kedokteran Gigi di Indonesia,

Perkembangan kedokteran gigi disuatu negara dipengaruhi oleh berbagai

faktor, dan merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor tersebut yakni: faktor politik,

faktor sosial, faktor ekonomi, faktor demografi, faktor luasnya dan macamnya

kebutuhan akan kesehatan gigi dan faktor mental manpower.

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 11: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

11

Jika kita memperhatikan faktor-faktor tersebut diatas (selainnya faktor

demografi), dapat diperkirakan bahwa dalam waktu 10 tahun mendatang

perkembangan kedokteran gigi akan lebih pesat.

Faktor pertambahan penduduk merupakan masalah sehingga perlu

diperhitungkan dalam setiap perencanaan program. Menurut sensus penduduk

tahun 2011, penduduk Indonesia berjumlah 237.556.363 orang, yang terdiri dari

119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan dengan laju pertumbuhan

penduduk Indonesia per tahun adalah sebesar 1,49 persen. Hasil Sensus penduduk

Indonesia 2010 oleh BPS menunjukkan bahwa distribusi penduduk Indonesia masih

terkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu sebesar 57 persen, yang diikuti oleh Pulau

Sumatera sebesar 21 persen .Selanjutnya untuk pulau-pulau/kelompok kepulauan

lain berturut-turut adalah sebagai berikut: Sulawesi sebesar 7 persen ;Kalimantan

sebesar 6 persen; Bali dan NusaTenggara sebesar 6 persen; dan Maluku dan

Papua sebesar 3 persen. Ini berarti penambahan 3.539.589 juta penduduk setiap

tahunnya, yang harus dipelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Yang merupakan

suatu beban yang berat sekali untuk profesi kedokteran gigi, dan yang dapat

membuat rasio dokter gigi penduduk menjadi berubah

Jika kita perkirakan jumlah lulusan dokter gigi dalam 5 tahun yang akan datang

@ 1250 per tahun, maka dalam 5 tahun yang akan datang diproduksikan 6250

dokter gigi, sehingga jumlah dokter gigi pada akhir tahun 2016 akan menjadi kurang

lebih 26.905 orang, sesudah dikurangi oleh dokter gigi yang pensiun dan yang

meninggal.Jumlahini jelas tidak akan dapat menampung kebutuhan/permintaan akan

kesehatan gigi dari 237.556.363+ 17697945= 255.254.308juta penduduk, yang

diharapkan pada waktu itu akan lebih dental-minded.

Selain itu, penyebaran penduduk yang tidak merata dan berkonsentrasi pada

beberapa daerah serta keadaan geografis yang dipisahkan lautan dan tersebar di

berbagai kepulauan, menyebabkan banyak pembangunan dan penyebaran

informasi yang tidak merata. Salah satu masalah yang muncul adalah kurang

maksimalnya penyebaran fasilitas dan pelayanan kesehatan diseluruh Indonesia.

Ditiap ibu kota propinsi hendaknya mulai dibangun suatu Dental Specialist

Centre, khususnya untuk Bedah Mulut, Konservasi Gigi, Periodontik, Prostetik dan

Ortodontik guna menampung penderita-penderita dari perifer dengan suatu sistem

rujukan

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 12: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

12

3. Tujuan dan Kegunaan Naskah Akademik

a. Tujuan

Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan kedokteran gigi berdasar

hasil telaah masalah yang berkaitan dengan pendidikan kedokteran gigi ditinjau

dari aspek historis, filosofis, sosiologis dan landasan hukum.

b. Kegunaan

Kegunaan Naskah Akademik Pendidikan Kedokteran gigi sebagai dasar dalam

pelaksanaan dan penerapan pendidikan kedokteran gigi di Indonesia

c. Metode Pendekatan.......(apakah masih diperlukan?)

Metode pendekatan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang

Pendidikan Kedokteran Gigi adalah sebagai berikut:

Metode Deskriptif-Analitis, yaitu metode yang menggambarkan dan

menganalisis ketentuan-ketentuan yang ada yang terkait dengan RUU tentang

Pendidikan Kedokteran Gigi. yang bertujuan untuk mengumpulkan data primer

dan cara yang ditempuh dalam pengumpulan data primer tersebut adalah

melalui studi kepustakaan, konsultasi publik/undang pakar, dan penelitian

lapangan.

a. Studi kepustakaan sebagai salah satu pendekatan dalam pengumpulan

bahan, data dan materi informasi yang berkaitan dengan Pendidikan

Kedokteran gigi. Materi studi pustaka berupa kajian dan review terhadap

buku-buku, majalah, surat kabar, website, jurnal, serta data lain tentang

peraturan perundang-undangan, dokumen negara, hasil penelitian,

makalah seminar, berita media, dan data lainnya yang terkait dengan

Pendidikan Kedokteran Gigi.

b. Penelitian lapangan (Fact finding) yang dilakukan dengan menghimpun

pendapat dan persepsi dari berbagai pihak yang terkait, baik praktisi

hukum maupun akademisi, pada penelitian mengenai Pendidikan

Kedokteran Gigi ini informasi dan pendapat didapatkan dari Stakeholder

di Jakarta dan 4 daerah yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur,

dan Yogjakarta (dengan stakeholders institusi pendidikan kedokteran gigi,

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 13: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

13

Rumah Sakit Pendidikan, Departemen Kesehatan Dan IDI di masing-

masing wilayah penelitian).

c. Konsultasi Publik/mengundang Pakar, dengan melakukan diskusi dan

menyelenggarakan seminar yang melibatkan para stakeholder dengan

latar belakang beragam. Selain melakukan review terhadap bahan-bahan

tertulis, juga dilakukan pengumpulan bahan informasi melalui

brainstorming, kompilasi pendapat dan pemikiran dari pakar dan para ahli

yang memiliki kompetensi dalam masalah Pendidikan Kedokteran Gigi.

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 14: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

14

BAB II

PROFIL INSTITUSI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI

DI INDONESIA SAAT INI

II.1 Persebaran Institusi Pendidikan Dokter Gigi di Indonesia

Perguruan Tinggi Kedokteran Gigi merupakan satuan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi Kedokteran Gigi berbentuk Universitas yang mencakup

Program Pendidikan Kedokteran Gigi Dasar (S-1), dan Pendidikan Profesi Dokter Gigi.

Perguruan tinggi yang memenuhi syarat dapat menjalankan Pendidikan Magister (S-2),

Dokter Spesialis (drg. Sp), serta Pendidikan Doktor (S-3).

Saat ini (tahun 2011) ada 26 (duapuluh enam) Institusi Pendidikan Dokter Gigi (IPDG)

milik pemerintah dan swasta yang menyelenggarakan pendidikan kedokteran gigi di

Indonesia, sementara yang sudah meluluskan dokter gigi sebanyak 14 (empat belas) institusi.

Dari grafik II.1.1 di bawah ini dapat dilihat jumlah Institusi Pendidikan Dokter Gigi di

Indonesia.

Institusi Pendidikan Dokter Gigi terbanyak terdapat di Pulau Jawa yaitu ada 16 IPDG

dan di pulau Sumatera ada 6 IPDG, sedangkan wilayah dengan jumlah institusi pendidikan

dokter gigi yang paling sedikit adalah Kalimantan yaitu hanya 1 IPDG, Bali mempunyai 1

IPDG serta Sulawesi memiliki 2 IPDG dan di wilayah Maluku, Nusa Tenggara dan Papua

belum ada Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi.

Grafik II.1 Persebaran Institusi Pendidikan Dokter Gigi di Indonesia

(data survey Afdokgi/HPEQ, 2010-2011)

0

5

10

15

20

SumateraJawa

KalimantanSulawesi

Bali

6

16

1 2

1

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 15: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

15

Pada tabel II.1 di bawah ini ditampilkan nama-nama Universitas dan Fakultas/Prodi

Kedokteran Gigi di seluruh Indonesia beserta wilayah tempat berdirinya institusi tersebut.

Tabel II.1 Nama Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi menurut wilayah

No Nama Wilayah

1 Universitas Syah Kuala Banda Aceh

2 Universitas Prima Medan

3 Universitas Sumatera Utara Medan

4 Universitas Andalas Padang

5 Universitas Baiturahmah Padang

6 Universitas Sriwijaya Palembang

7 Universitas Indonesia Jakarta

8 Universitas Trisakti Jakarta

9 Universitas Moestopo (B) Jakarta

10 Universitas Padjadjaran Bandung

11 Universitas Kristen Maranatha Bandung

12 Universitas Jendral Yani Bandung

13 Universitas Jendral Soedirman Purwokerto

14 Universitas Sultan Agung Semarang

15 IIK Bakti Wiyata Kediri

16 Universitas Gajah Mada Yogyakarta

17 Universitas Muhammadyah Yogyakarta Yogyakarta

18 Universitas Muhammadyah Solo Solo

19 Universitas Airlangga Surabaya

20 Universitas Hang Tuah Surabaya

21 Universitas Jember Jember

22 Universitas Brawijaya Malang

23 Universitas Mahasaraswati Denpasar

24 Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

25 Universitas Hasanudin Makasar

26 Universitas Sam Ratulangi Menado

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 16: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

16

II.2 Bentuk/sifat Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi

Dilihat dari bentuk atau sifatnya tidak semua Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi

bernama fakultas. Sejumlah Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi berupa fakultas yang

berdiri sendiri, sedangkan sebagian institusi pendidikan kedokteran gigi masih berupa

Program Studi dibawah Fakultas Kedokteran. Masih terdapatnya Prodi tersebut terutama

pada institusi kedokteran gigi yang baru, mengingat hampir 50% institusi pendidikan

kedokteran gigi baru berdiri.

Tabel II.2. Jumlah menurut bentuk/sifat institusi pendidikan KG tahun 2011

Status Jumlah Institusi Pendidikan

Kedokteran Gigi Prosentase

Fakultas 12 46,15 %

Prodi KG 14 53,85 %

II.3 Institusi Pendidikan Dokter Gigi berdasarkan Status Kepemilikan

Jumlah program studi berdasarkan status kepemilikan dibagi menjadi dua yaitu

program studi Kedokteran Gigi yang dimiliki oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan

Perguruan Tinggi Swasta ( PTS). Jumlah program studi kedokteran gigi yang dimiliki oleh

PTN ada 17 dan PTS ada 9. Penyebaran PTN maupun PTS masih belum merata di wilayah

Indonesia, terbanyak masih di pulau Jawa yaitu 7 PTN. Sementara untuk di wilayah Jawa,

lebih banyak Prodi KG yang berstatus PTS dibandingkan PTN. Di wilayah Bali hanya

ada 1 PTS, di wilayah Kalimantan ada 1 PTN dan wilayah Sulawesi ada 2 PTN, dan juga

untuk PTS, wilayah Kopertis II, XI dan XII tidak memiliki PTS.

Tabel II.3. Status Kepemilikan Institusi Pendidikan Dokter Gigi

Status Jumlah Persentase

1 PTN 17 65,38

2 PTS 9 34,62

TOTAL 26 100%

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 17: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

17

II.4 Akreditasi

Akreditasi program studi kedokteran gigi diklasifikasi berdasarkan jenjang pendidikan

per pulau dan akreditasi untuk tiap bidang ilmu.

Tabel II.4. Akreditasi Prodi Kedokteran Gigi Gigi Jenjang S1 di Beberapa Wilayah di

Indonesia

Wilayah Akreditasi

A

Akreditasi

B

Akreditasi

C Belum Terakreditasi

Sumatera 1 - 4 1

Jawa 5 4 1 6

Bali - 1 - -

Kalimantan - - - 1

Sulawesi 1 - - 1

TOTAL 7 5 5 9

Sumber : Survei AFDOKGI/HPEQ 2010/2011

Berdasarkan Tabel II.4 diatas, IPDG dengan akreditasi A yang terbanyak di Pulau Jawa,

satu IPDG di Sumatera dan satu IPDG di Sulawesi, tetapi masih banyak jumlah program

studi yang belum terakreditasi juga terdapat di Pulau Jawa..

Dengan melihat data di atas maka kualitas 26 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi ini

sangat bervariasi. Pada umumnya institusi yang sudah berdiri sejak lama mempunyai

akreditasi A dan dapat menjadi jaminan karena bila peminatnya banyak maka akan mendapat

mahasiswa yang berkualitas. Akibatnya jurang pemisah antara institusi lama dengan yang

baru menjadi semakin besar.

Pada tabel II.5 diperlihatkan bahwa baru 65,38% dari 26 Fakultas/Prodi kedokteran gigi

yang telah terakreditasi, sedangkan 34,62% masih belum terakreditasi

Tabel II.5. Situasi akreditasi jenjang sarjana kedokrean gigi Institusi Pendidikan

Kedokteran Gigi 2011

AKREDITASI IPDG

Jenjang Sarjana Kedokteran Gigi

Status Jumlah IPDG Prosentase

Terakreditasi 17 65,38 %

Belum Terakreditasi 9 34,62 %

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 18: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

18

II.5 Jumlah Penerimaan Mahasiswa Baru

Tabel II.6. Kapasitas Institusi Pendidikan menurut Jumlah penerimaan

mahasiswa baru

No Nama Jumlah

1 Universitas Syah Kuala 118

2 Universitas Prima 32

3 Universitas Sumatera Utara 210

4 Universitas Andalas 50

5 Universitas Baiturahmah 95

6 Universitas Sriwijaya 80

7 Universitas Indonesia 101

8 Universitas Trisakti 220

9 Universitas Moestopo (B) 172

10 Universitas Padjadjaran 150

11 Universitas Kristen Maranatha 35

12 Universitas Jendral A. Yani 38

13 Universitas Jendral Soedirman 53

14 Universitas Sultan Agung 55

15 IIK Bakti Wiyata Kediri 50

16 Universitas Gajah Mada 147

17 Universitas Muhammadyah Yogyakarta 100

18 Universitas Muhammadyah Solo 50

19 Universitas Airlangga 170

20 Universitas Hang Tuah 75

21 Universitas Jember 100

22 Universitas Brawijaya 107

23 Universitas Mahasaraswati 76

24 Universitas Lambung Mangkurat 52

25 Universitas Hasanudin 119

26 Universitas Sam Ratulangi 106

Total penerimaan mahasiswa baru 2421

II.6 Jumlah Mahasiswa (sesuaikan dengan 26 IPDG 2011)

Jumlah mahasiswa dari 14 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi yang disurvei

sebanyak 6800 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa tahap akademik 4832 orang dan

tahap profesi 1968 orang. Ada 50% Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi yang belum

mempunyai mahasiswa tahap profesi (Tabel II.7)

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 19: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

19

Tabel II.7. Jumlah Mahasiswa di 14 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi

No

Institusi Pendidikan

Kedokteran Gigi

Jumlah Mahasiswa

Tahap Akademik

Jumlah Mahasiswa

Tahap Profesi

Jumlah Total

Mahasiswa

1 IIK BW 166 13 179 2 UKM 101 0 101 3 UMS 100 0 100 4 UMY 389 179 468 5 UNAIR 610 230 840 6 UNAND 162 0 162

7 UNEJ 497 199 696

8 UNISULA 169 0 169

9 UNJANI 116 0 116

10 UNPAD 642 522 1164

11 UNPRI 96 0 96

12 UNSOED 163 0 163

13 USAKTI 829 564 1393

14 USU 738 300 1038

TOTAL 4778 2007 6785

II.7 Jumlah Lulusan

Pada tabel ini diperlihatkan data lulusan dokter gigi pada periode 2010/2011 di 14

Fakultas/Prodi Kedokteran Gigi yang telah menghasilkan lulusan dokter gigi. Total lulusan

adalah 1057 orang dengan rincian pada tabel II.8 di bawah ini.

Dua belas Fakultas/Prodi Kedokteran Gigi belum menghasilkan lulusan dokter gigi,

karena masih dalam tahap sarjana ataupun masih sedang menjalankan tahap profesi. Tahun

2012 yang akan datang jumlah Fakultas/Prodi Kedokteran Gigi yang akan menghasilkan

lulusan dokter gigi akan bertambah.

Tabel II.8. Jumlah lulusan dokter gigi pada periode 2010/2011

No Nama Jumlah

1 Universitas Sumatera Utara 23

2 Universitas Baiturahmah 63

3 Universitas Sriwijaya 18

4 Universitas Indonesia 88

5 Universitas Trisakti 184

6 Universitas Moestopo (B) 88

7 Universitas Padjadjaran 164

8 Universitas Gajah Mada 130

9 Universitas Muhamadyah 42

10 Universitas Airlangga 39

11 Universitas Hang Tuah 33

12 Universitas Jember 89

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 20: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

20

13 Universitas Mahasaraswati

14 Universitas Hasanudin 103

Total 1064

II.8. Jumlah Dosen Tetap Menurut Institusi

Tabel II.9. Jumlah dosen tetap

No Nama Institusi

Jumlah

Dosen

Tetap

(drg)

Jumlah

Dosen

Tetap

(drg. Sp)

Jumlah

Dosen

Tetap

(S2)

Jumlah

Dosen

Tetap

(S3)

Jumlah

Dosen

Tetap

Total

1 UI 5 54 14 27 100

2 UNSYIAH 5 11 17 1 34

3 UGM 0 67 29 13 109

4 UNMAS 28 10 18 0 56

5 UNLAM 10 1 0 0 11

6 UNSRI 3 0 2 0 5

7 UHT 12 13 8 5 38

8 UNSRAT 6 3 3 0 12

9 UPDM(B) 28 20 29 4 81

10 UB 5 14 7 1 27

11 UNHAS 24 19 36 21 100

12 UNBRAH 16 4 9 1 30

13 IIK 17 4 2 0 23

14 UKM 6 5 4 0 15

15 UMS 6 2 2 0 10

16 UMY 9 1 6 0 16

17 UNAIR 5 113 72 33 223

18 UNAND 11 0 0 0 11

19 UNEJ 11 7 51 7 76

20 UNISULA 11 2 3 1 17

21 UNJANI 0 7 2 2 11

22 UNPAD 3 44 47 25 119

23 UNPRI 7 5 6 0 18

24 UNSOED 10 1 3 1 15

25 USAKTI 31 47 28 21 127

26 USU 45 13 19 13 90

Total 134 466 416 178 1194/1352

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 21: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

21

II.9 Rasio Jumlah Dosen Dan Jumlah Mahasiswa ( p e r i k s a l a g i )

Sumber Daya Manusia untuk rasio jumlah dosen dan jumlah mahasiswa untuk

pendidikan ditemukan data sebagai berikut; Pada tabel II.11 untuk tahap Akademik

terdapat 8 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi yang mempunyai rasio dosen dengan

mahasiswa di atas 1:10 (30.77%), hal ini tidak sesuai dengan dengan standar pendidikan

yang dikeluarkan Konsil Kedokteran Gigi tahun 2008. Sedangkan 18 Institusi

Pendidikan Kedokteran Gigi mempunyai rasio 69.23 %

Sedang rasio dosen dengan mahasiswa tahap profesi dari 16 Institusi Pendidikan

Kedokteran Gigi yang telah mempunyai mahasiswa tahap profesi, hanya 7 Institusi

Pendidikan Kedokteran Gigi (43,75%) yang memenuhi standar pendidikan dokter gigi

dengan rasio dosen dengan mahasiswa tahap profesi 1 : ≤ 5 (Tabel II.12 ). Sedangkan

9 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi mempunyai rasio 1 : ≥ 5 (56.25 %)

Tabel II.10. Rasio Jumlah Dosen Tetap dengan Jumlah Mahasiswa

Rasio Jumlah IPDG Prosentase

1 : < 10 12 46,15 %

1 : > 10 14 53,85 %

Tabel II.11 Rasio dosen tetap dengan mahasiswa Tahap Akademik

Rasio Jumlah IPDG Prosentase

1 : ≤ 10 18 69.23 %

1 : > 10 8 30.77 %

Tabel II.12. Rasio Dosen dengan Mahasiswa Tahap Profesi

Rasio Jumlah Institusi Pendidikan

Kedokteran Gigi Prosentase

1 : ≤ 5 7 43.75 %

1 : ≥ 5 9 56.25 %

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 22: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

22

II.10 Pendidikan Spesialis

Berdasarkan hasil survei terdapat 7 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (26,92 %)

menyelenggarakan pendidikan lanjutan Sp-1, sedangkan 9 Institusi Pendidikan

Kedokteran Gigi (64,3 %) belum mempunyai pendidikan lanjutan Sp-1.

Untuk pendidikan spesialis ada 8 (delapan) cabang spesialisasi dokter gigi yang

diselenggarakan oleh 6 PTN dan 1 PTS institusi penyelenggara pendidikan dokter gigi

spesialis.

Pendidikan spesialis setiap tahun di seluruh Indonesia menghasilkan 120 dokter gigi

spesialis. Lulusan dokter gigi spesialis diharapkan meningkat menjadi 200 sampai 250 orang

pertahun. Jumlah ini hanya dapat dicapai apabila ada perubahan mendasar pada sistem

pendidikan dokter gigi spesialis. Berbagai perubahan mendasar antara lain mengenai

pertambahan jumlah rumah sakit gigi dan mulut sebagai tempat pendidikan spesialis.

Mahalnya pendikan dokter gigi spesialis dan kurangnya pendanaan dan bantuan lain.

Pada masa yang akan datang Fakultas Kedokteran Gigi harus menghasilkan produk

dokter gigi yang kompeten untuk mengabdi kepada masyarakat. Lebih dari itu semua

Fakultas hendaknya dapat menyelenggarakan pendidikan dokter gigi berkelanjutan (CPD)

untuk meningkatkan kompetensi lulusan dan staf pengajar.

Tabel II.13. Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (IPDG) yang menyelenggarakan

Pendidikan Dokter Gigi Spesialis-1

Jumlah Institusi Pendidikan

Kedokteran Gigi

Prosentase

Mempunyai Sp-1 7 26,92 %

Belum Mempunyai Sp-1 9 73,08 %

Tabel II.14. Institusi Penyelenggara Pendidikan Dokter Gigi Spesialis dan Cabang

Spesialisasi

ORTO IBM KGA PROSTO KONSER IPM PERIO RADIO

USU V - - V V - V -

UI V V V V V V V -

USAKTI - - - - V - - -

UNPAD V V V V V V V V

UGM V V V V V V V -

UNAIR V V V V V V V -

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 23: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

23

UNHAS - - - V V - V -

Tabel II.15. Kapasitas peserta didik PPDGS menurut institusi

ORTO IBM KGA PROSTO KONSER IPM PERIO RAD Total

USU 28 - - 5 7 - 4 - 39

UI

USAKTI

UNPAD

UGM

-

UNAIR 44 22 29 22 59 5 21 - 202

UNHAS - - -

-

-

Tabel II.16. Jumlah lulusan Spesialis tahun 2010-2011

No Nama Jumlah

1 Universitas Sumatera Utara

2 Universitas Indonesia

3 Universitas Trisakti

4 Universitas Padjadjaran 36

5 Universitas Gajah Mada

6 Universitas Airlangga

7 Universitas Hasanudin

Tabel II.17. Jumlah Dental Chair Unit untuk PPDGS pada 7 IPDG

RSGMP Jumlah Dental Chair Unit Jumlah Peserta

BM Kons KGA Prosto Orto Perio OM Total

UI 4* 14 8 12 15 10 1* 64

USAKTI

13

24

UNPAD 2* 6 7 10 14 5 1* 45

UGM

UNAIR

UNHAS 7 6 6

USU - 3 - 3 6 3 - 15

II.11. Pendidikan Pascasarjana

Berdasarkan hasil survei Pendidikan lanjutan S-2 terdapat di 5 Institusi Pendidikan

Kedokteran Gigi (35,7%) sedangkan 9 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (64,3 %)

belum mempunyai pendidikan lanjutan S-2 (tabel II.19). Pendidikan lanjutan S-3

diselenggarakan oleh 4 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (28,6 %), sedangkan 10

Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (71,4 %) belum memiliki pendidikan lanjutan S-3 (tabel

II.20). Sebagian besar yang tidak mempunyai pendidikan lanjutan adalah Institusi

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 24: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

24

Pendidikan Kedokteran Gigi yang masih berstatus Program Studi.

Tabel II.18 Pendidikan lanjutan di 5 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi

Program Studi Sumatera Jawa

Bali,

Nusa

Tenggara

Kalimantan Sulawesi Maluku,

Papua

S2 0 6 0 0 0 0

S3 0 2 0 0 0 0

Sp 1 5 0 0 1 0

Tabel II.19 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (IPDG) yang menyelenggarakan

Pendidikan Pascasarjana S-2

Jumlah IPDG Prosentase

Mempunyai S-2 5 35,7 %

Belum Mempunyai S-2 9 64,3 %

Tabel II.20 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (IPDG) yang menyelenggarakan Pendidikan Pascasarjana S-3

Jumlah IPDG Prosentase

Mempunyai S – 3 4 28,6 %

Belum Mempunyai S – 3 10 71,4 %

II.12. Tenaga Profesi Kesehatan Gigi (Dental Auxillary Personil)

Bidang Kedokteran Gigi tidak hanya menyangkut dokter gigi dan dokter gigi spesialis

saja, tetapi menyangkut tenaga profesi kesehatan gigi lainnya (dental auxillary personil).

Sebagai salah satu unsur tim perawatan kesehatan gigi masyarakat Indonesia, tenaga profesi

kesehatan gigi sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

pada masyarakat Indonesia. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor: 284/ Menkes/SK/ IV/ 2006, Perawat Gigi merupakan salah satu jenis tenaga

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 25: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

25

Kesehatan dalam kelompok Keperawatan yang dalam menjalankan tugas profesinya harus

berdasarkan Standar Profesi sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor:

378/Menkes/SK/III/2007, (terlampir).

Berdasarkan Kepmenkes No. 372 Tahun 2007 Tentang Standar Profesi Teknisi Gigi,

Tekniker gigi adalah individu rekan kerja dokter gigi yang bertugas untuk membuat gigi

tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan lengkap lepasan alat ortodonti dan maksilo fasial,

memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang diperoleh melalui

jenjang pendidikan formal dan berguna untuk kesejahteraan manusia sesuai dengan kode etik

serta bermitra dengan dokter gigi dan dokter gigi spesialis. Menteri Kesehatan Republik

Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri tertanggal 30 Desember 1950 Nomor:

27998/Kab. memutuskan mendirikan Pendidikan Perawat Gigi (Dental Nurse).

Perawat Gigi

Pada tahun 1953 Sekolah Perawat Gigi Jakarta meluluskan Perawat Gigi yang

pertama. Namun, pada tahun 1957 Sekolah Perawat Gigi diubah menjadi Sekolah Pengatur

Rawat Gigi (SPRG). Pada tahun 1959 SPTG didirikan dan pada tahun 1960 lulus Sekolah

Pengatur Tehniker Gigi angkatan I Jakarta dan akhirnya pada tahun 1967 berdiri Ikatan

Perawat Gigi dan Tehniker Gigi Indonesia ( IPTGI ). Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun

1994 tentang Jabatan Fungsional menyatakan untuk menjadi Jabatan Fungsional

dipersyaratkan adanya profesi yang jelas, etika profesi dan tugas mandiri dari tenaga

kesehatan tersebut dan Jabatan Fungsional menghendaki adanya organisasi profesi.

Sedemikian besar tuntutan pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta luasnya tanah air

Indonesia dan bertambahnya penduduk, Perawat Gigi lulusan Sekolah Pengatur Rawat Gigi

di Jakarta sudah barang tentu tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut.. Jelaslah bahwa

keberadaan Perawat Gigi bagi masyarakat Indonesia sangat dibutuhkan.

Sekolah Pengatur Rawat Gigi yang berdiri sejak tahun 1951 sampai saat ini telah

mengalami beberapa kali perubahan kurikulum, yang artinya Perawat Gigi juga telah

mempunyai beberapa wajah atau profil (terlampir Pedoman Kurikulum Pendidikan SPRG)

dari lampiran SK Menkes Nomor 62/KEP/DIKLAT/KES/81. Memenuhi tuntutan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai

Negeri Sipil dan Organisasi Profesi serta berkat daya juang yang tinggi melalui berbagai

proses, terbentuklah wadah menghimpun profesi Perawat Gigi pada tanggal 13 September

1996 yang dinamakan Persatuan Perawat Gigi Indonesia/organisasi profesi PPGI di BLKM

Ciloto Jawa Barat yang didukung oleh Direktorat Kesehatan Gigi, Biro Organisasi

Departemen Kesehatan RI, dan PUSDIKNAKES Depkes RI.

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 26: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

26

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1035/Menkes/SK/IX/1998 tentang Perawat

Gigi merupakan salah satu jenis tenaga Kesehatan kelompok Keperawatan. Selanjutnya untuk

kenyamanan Perawat Gigi bekerja disusunlah peraturan – peraturan Jabatan Fungsional

Perawat Gigi kemudian terbitlah :

1. KEPMENPAN No. 22/KEP/M.PAN/4/2001tentang Jabatan Fungsional Perawat Gigi dan

angka kreditnya.

2. Keputusan Bersama Menkes dan Kesos dan KA. BKN No. 728/MENKES/ KESOS/ SKB/

VII/ 2001 dan No. 32A Tahun 2001 Kep.Menkes No. 1208/Menkes /SK/ XI/2001

Menyadari akan makin meningkatnya need and demand masyarakat akan kebutuhan

pelayanan kesehatan, PUSDIKLAT Depkes (pada waktu itu belum terpisah Pusdiklat dan

Pusdiknakes) telah memikirkan untuk meningkatkan SPRG menjadi Program D3 dengan

mengadakan pertemuan di Tawangmangu tahun 1980 yang dihadiri oleh pakar dari Depkes,

Depdikbud, beberapa dekan FKG, Pimpinan dan staf SPRG.

Setelah melalui proses yang panjang, konsultasi dengan Departemen Kesehatan, Depdikbud,

FKG, FKM, PDGI, IPGI ( pada waktu itu IPTGI ) serta mengacu pada referensi antara lain

Sistem Kesehatan Nasional, lahirlah Akademi Kesehatan Gigi Depkes yang akan melahirkan

tenaga Ahli Madya Kesehatan Gigi.

Tenaga profesi Kesehatan Gigi terdiri dari:

1. Dokter Gigi

2. Perawat Gigi

3. Tehniker Gigi

Bentuk Pendidikan Tinggi Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1990 menegaskan

bahwa pendidikan tinggi merupakan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi daripada

pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Pendidikan tinggi terdiri atas pendidikan

akademik dan pendidikan professional, satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan tinggi disebut Perguruan Tinggi yang dapat berbentuk Akademi, Politeknik,

Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas.

1. Akademi menyelenggarakan program pendidikan professional dalam satu atau sebagian

cabang ilmu pengetahuan, tehnologi, atau kesenian tertentu

2. Politeknik menyelenggarakan program pendidikan professional dalam sejumlah bidang

pengetahuan khusus

Pendidikan Program Diploma di Bidang Kesehatan Pendidikan Perawat Gigi di

Indonesia pada awalnya dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan dengan

kemampuan vokasional setara jenjang pendidikan menengah dengan kelembagaan Sekolah

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 27: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

27

Pengatur Rawat Gigi berubah menjadi Akademi Kesehatan Gigi (AKG dengan peserta didik

berasal dari lulusan pendidikan menengah (SMU/SMA) dan semenjak tahun 2002 Akademi

Kesehatan Gigi bergabung dalam struktur kelembagaan Politeknik Kesehatan sebagai Jurusan

Kesehatan Gigi ( JKG ).

Pada tabel II.21. diperlihatkan jumlah institusi Pendidikan Perawatan Gigi berdasarkan Pulau

dimana Institusi itu didirikan. Sumatra dan Jawa merupakan pulau yang paling banyak institusi

Pendidikan Perawatan Giginya, diikuti Sulawesi, Bali dan NTB dan serta kalimantan, sedangkan

Maluku dan Papua belum ada.

Tabel II.21 Jumlah Institusi Pendidikan Perawat Gigi

Program Studi Sumatera Jawa Bali,

Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi

Maluku

Papua Total

Jurusan

Keperawatan Gigi

(JKG) Politeknik

Kesehatan

Kemenkes

6 6 2 2 4 0 20

Pada tabel II.21. dan II.22 terperinci daerah tempat Institusi Pendidikan Perawat Gigi

didirikan. Sedang pada tabel II.23 diperlihatkan status Institusi Pendidikan Perawatan Gigi

dimana dari 20 Institusi Pendidikan Perawatan Gigi, 18 diantaranya berstatus PTN dan hanya

dua yang berstatus swasta.

Tabel II.22 Jumlah Institusi Pendidikan Perawat Gigi

No Nama Tempat

1 Poltekkes Jurusan Kesehatan Gigi (JKG) Aceh

2 JKG Poltekkes Medan

3 JKG Poltekkes Bukittinggi

4 JKG Poltekkes Palembang

5 JKG Poltekkes Jambi

6 JKG Poltekkes Lampung

7 JKG Poltekkes Jakarta

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 28: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

28

8 JKG Poltekkes Bandung

9 JKG Poltekkes Tasikmalaya

10 JKG Poltekkes Semarang

11 JKG Poltekkes Yogyakarta

12 JKG Poltekkes Surabaya

13 JKG Poltekkes Denpasar

14 JKG Poltekkes Kupang

15 JKG Poltekkes Pontianak

16 JKG Poltekkes Banjarmasin

17 JKG Poltekkes Manado

18 JKG Poltekkes Makassar

19 Akademi Kesehatan Gigi Bina Husada Kendari

20 Program Studi Keperawatan Gigi STIKES Amanah Makassar

Tabel II.23 Status Institusi pendidikan perawat gigi

No Status Jumlah Persentase

1 Negeri 18 90 %

2 Swasta 2 10 %

TOTAL 26 100%

Dari table II.24. jumlah penerimaan mahasiswa baru Perawat Gigi pada tahun 2011

sangat bervariasi di setiap daerahnya. Total penerimaan mahasiswa baru mencapai 1065

orang. Dari data ini diketahui bahwa peminat untuk masuk dan menjadi Perawat Gigi cukup

tinggi.

Jumlah lulusan pada tahun 2011 berjumlah 1098 (tabel II.24). Untuk menyerap tenaga

kerja perawat gigi sebanyak ini setiap tahunnya, harus dibuat pogram untuk penempatannya

oleh pemerintah.

Tabel II.24 Jumlah penerimaan mahasiswa baru dan lulusan tahun 2011 :

No Nama Institusi Jumlah

Penerimaan Jumlah lulusan

1 JKG Aceh 60 60

2 JKG Medan 60 60

3 JKG Bukittinggi 45 45

4 JKG Jambi 42 42

5 JKG Lampung 65 65

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 29: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

29

6 JKG Palembang 37 37

7 JKG Jakarta 34 34

8 JKG Bandung & Tasikmalaya 94 94

9 JKG Semarang 58 58

10 JKG Yogyakarta 59 59

11 JKG Surabaya 130 129

12 JKG Denpasar 45 45

13 JKG Kupang -

14 JKG Pontianak 60 60

15 JKG Banjarmasin 47 47

16 JKG Manado 44 44

17 JKG Makassar 100 100

18 AKG Kendari 35 35

19 Prodi Kep. Gigi STIKES Amanah 50 -

Total 1065 1098

Tekniker Gigi

Berdasarkan Kepmenkes No. 372 Tahun 2007 Tentang Standar Profesi Teknisi Gigi,

Tekniker gigi adalah individu rekan kerja dokter gigi yang bertugas untuk membuat gigi

tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan lengkap lepasan alat ortodonti dan maksilo fasial,

memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang diperoleh melalui

jenjang pendidikan formal dan berguna untuk kesejahteraan manusia sesuai dengan kode etik

serta bermitra dengan Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis. Profesi tekniker gigi adalah

suatu pekerjaan di bidang keteknikeran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan

(Body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang

berjenjang, melalui kode etik yang bersifat melayani masyarakat.

Saat ini pendidikan tekniker gigi di seluruh Indonesia terdapat 11 institusi dan yang

terbanyak adalah di Jawa (6 institusi), Sumatera ( 4 institusi) dan Sulawesi (1 institusi). Di

Bali, Nusatenggara, Maluku dan Papua tidak terdapat Institusi Pendidikan Tekniker Gigi

(tabel dan grafik )

Tabel II.25 Jumlah Institusi Pendidikan Tekniker Gigi

Program Studi Sumatera Jawa Bali,

Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi

Maluku,

Papua

D3 Tehniker Gigi 4 6 0 0 1 0

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 30: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

30

Grafik II.2 Lokasi Institusi Pendidikan Tekniker Gigi

Dibandingkan dengan perawat gigi, Institusi pendidikan tekniker Gigi lebih banyak

swasta yaitu berjumlah 9, dibandingkan Negeri yang hanya 2 institusi (tabel II.26). Pada

tabel II.27 diperlihatkan tempat dan kota tempat Institusi Pendidikan Tekniker Gigi berada.

Tabel II.26 Status Institusi Pendidikan Teknik Gigi

Status Jumlah InstitusiPendidikan

Teknik Gigi di Indonesia Prosentase

Negeri 2 20%

Swasta 9 80%

Tabel II.28 Nama dan tempat Institusi Pendidikan Teknik Gigi

No Nama Tempat

1 Akademik Teknik Gigi Padang - Sumbar

2 Prog. Studi Diploma III Teknik Gigi STIKES HANG TUAH Pekan Baru

3 Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes Lampung Tanjungkarang

Bandar Lampung

4 Akademi Teknik Gigi St. Aloan Medan

5 Akademik Teknik Gigi Hang Tuah Ladokgi RE Martadinata Jakarta Jakarta

6 Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes RI Jakarta II Jakarta

7 Akademi Teknik Gigi Universitas Prof.Dr.Moestopo Jakarta

8 Akademik Teknik Gigi Kediri Kediri

9 Sekolah Teknik Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya

10 Kesehatan Gigi UNAIR Surabaya (DIII Teknik Gigi) Surabaya

11 Akademi Teknik Gigi Universitas Hasanudin (Program Diploma

Teknik Gigi) Makasar

0

1

2

3

4

5

6

Sumatera Jawa Bali, Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku, Papua

4

6

0 0

1

0

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 31: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

31

Pada tabel II.29. jumlah penerimaan mahasiswa baru Tekniker Gigi pada tahun 2011

sangat bervariasi di setiap daerahnya. Total penerimaan mahasiswa baru mencapai 219 orang.

Dari data ini diketahui bahwa peminat untuk masuk dan menjadi Tekniker Gigi cukup tinggi.

Jumlah lulusan juga ditampilkan dalam tabel II.29, pada tahun 2011 berjumlah 172

orang Tekniker Gigi bisa bekerja di pemerintah menjadi pegawai negeri, dapat juga bekerja

mandiri. Meskipun demikian tetap saja pemerintah haus merencanakan dan membuat pogram

untuk menyerap lulusan tenaga kerja Tekniker Gigi.

Tabel II.29. Jumlah penerimaan dan lulusan Institusi Pendidikan Tekniker Gigi

No Nama Jumlah

Penerimaan

Jumlah

Lulusan

1 Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes RI Jakarta II 70 34

2 Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes Lampung 31 24

3 Akademik Teknik Gigi Hang Tuah Ladokgi RE

Martadinata Jakarta

9 8

4 Prog. Studi Diploma III Teknik Gigi STIKES HANG

TUAH Pekan Baru

23 22

5 Akademik Teknik Gigi Padang - Sumatera Barat 11 21

6 Akademik Teknik Gigi Kediri 5 2

7 Kesehatan Gigi UNAIR Surabaya 45 40

8 Akademi Teknik Gigi Universitas Prof.Dr.Moestopo

9 Sekolah Teknik Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 25 21

10 Akademi Teknik Gigi Universitas Hasanudin

11 Akademi Teknik Gigi St. Aloan

219 172

II.13. Sebaran Dokter Gigi Dan Dokter Gigi Spesialis

Status kedokteran gigi sebagai suatu profesi tersendiri, yakni Dental Profession

bagian dari Health-profession, telah mendapat pengakuan umum dan tidak dapat diganggu

gugat lagi. Jumlah dokter gigi yang pada permulaan kemerdekaan hanya terdiri dari lebih

kurang 200 orang, sekarang telah bertambah menjadi lebih dari 20.000 orang.

Data Konsil Kedokteran Gigi Indonesia (KKI) per akhir Desember 2010

menunjukkan bahwa jumlah dokter gigi sebanyak 20.655 dokter gigi dan 1592 dokter gigi

spesialis. Pada saat ini masih terdapat ketimpangan penyebaran dokter gigi, dimana sebagian

besar berada di kota besar khususnya di Pulau Jawa.

Lebih rinci, berdasarkan data dari KKI, distribusi dokter gigi terbanyak adalah di

Pulau Jawa dan Bali serta di Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 32: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

32

Grafik II.3 Persebaran Dokter Gigi per Provinsi pada Tahun 2010

(sumber: Konsil Kedokteran Gigi Indonesia 2011)

Menurut Indikator Indonesia Sehat (2010), rasio penduduk dengan dokter gigi per

100.000 penduduk adalah 11 dokter gigi, atau idealnya adalah 9090 : 1. Dengan asumsi

jumlah penduduk Indonesia saat ini 238 juta dan jumlah dokter gigi yang ada sebanyak

20.658 orang, maka rasio saat ini adalah 11.521 : 1.

Jika jumlah penduduk saat ini ada 238 juta, masih ada kekurangan dokter gigi 5.525

dokter gigi. Dengan mempertimbangkan hasil kelulusan uji kompetensi dokter gigi dan

penerbitan STR, rata-rata lulusan dokter gigi per tahun 1.250 orang, maka kebutuhan baru

akan tercukupi dalam 4,5 tahun, akan tetapi hal ini tidak menjamin meratanya pelayanan

kesehatan gigi bagi seluruh rakyat Indonesia karena masalah distribusi/ penyebaran lulusan

dokter gigi yang tidak merata.

Mengacu pada grafik persebaran dokter gigi di atas, terlihat bahwa untuk daerah

Indonesia bagian timur dan sebagian daerah Indonesia bagian barat sangat kekurangan dokter

gigi. Dengan kata lain diperlukan pengaturan distribusi untuk daerah-daerah yang

persebarannya masih belum memenuhi rasio ideal. Terkait dengan hal ini maka pertimbangan

untuk pendirian Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi harus disesuaikan dengan pola

kebutuhan daerah yang kekurangan.

159

1347

500427149239

1429

24655 122

4630

3187

1359

767

3324

1070

634

140 95 145 70 148331

75 68

1001

80 27 26 39 20 22 81

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000N

AD

SUM

UT

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

BEN

GK

ULU

LAM

PU

NG

BA

BEL

KEP

RI

DK

I

JAB

AR

JATE

NG

DIY

JATI

M

BA

NTE

N

BA

LI

NTB

NTT

KA

LBA

R

KA

LTEN

G

KA

LSEL

KA

LTIM

SULU

T

SULT

ENG

SULS

EL

SULT

RA

GO

RO

NTA

LO

SULB

AR

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

BA

R

PA

PU

A

Jumlah : 20.655 Orang Dokter Gigi

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 33: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

33

Data Depkes menyatakan bahwa jumlah puskesmas yang ada kurang lebih sebanyak

7.236 unit, sedangkan puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut ada sebanyak

5.427 unit. Data ini memperlihatkan adanya kekurangan sarana kesehatan gigi dalam rangka

untuk melayani masyarakat serta mendukung peningkatan derajat kesehatan gigi

masyarakat.(....................)

Rasio dokter gigi terhadap jumlah puskesmas saat ini adalah 1 : 3, artinya setiap 1

tenaga dokter gigi harus melayani 3 puskesmas. Sesuai konsep wilayah kerja puskesmas serta

keadaan demografi wilayah di Indonesia yang relatif sulit dijangkau maka tidak

dimungkinkan 1 orang dokter gigi dapat melakukan tugasnya dengan baik untuk 3 puskesmas

sekaligus. Hal ini berakibat pada mutu pelayanan dan efektifitas pelayanan yang selanjutnya

akan berpengaruh pada pencapaian keberhasilan upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat. ( data Depkes)

Rasio ini masih kurang bila dibandingkan dengan rasio ideal, setiap puskesmas

disarankan setidaknya terdapat seorang dokter gigi. Rasio dokter gigi per puskesmas penting

untuk menjadi acuan, untuk melihat sejauh mana fasilitas kesehatan yang menjadi ujung

tombak pembangunan kesehatan masyarakat dapat berfungsi dengan baik. Secara umum

dapat dilihat bahwa daerah dengan rasio lebih rendah dari satu menunjukkan jumlah dokter

gigi lebih kecil dari jumlah puskesmas, artinya banyak puskesmas yang tidak memiliki tenaga

dokter gigi. Saat ini diperkirakan 75% Puskesmas tidak memiliki tenaga dokter gigi terutama

di daerah sulit

Yang perlu menjadi perhatian adalah daerah-daerah dengan rasio dokter gigi per

puskesmas yang kecil dan akses yang sulit, seperti di Indonesia bagian Timur antara lain

Maluku dan Papua. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mengalami kesulitan untuk

mengakses fasilitas kesehatan. Kalaupun pada akhirnya masyarakat dapat mengakses

fasilitas kesehatan, dalam hal ini puskesmas, pelayanan yang diterima belum memuaskan

karena ketiadaan dokter gigi.

Saat ini tidak ada peraturan perundang-undangan tentang wajib kerja bagi dokter dan

dokter spesialis. Pertanyaan selanjutnya adalah perihal lahan pekerjaan para lulusan dokter

gigi yang efektif untuk melayanai kantung-kantung masayarakat yang jauh dari akses

pelayanan kesehatan gigi. Perlu dicermati kendala apa yang menyebabkan enggan untuk

mengabdi didaerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Apakah kendala tersebut terkait

masalah insentif/kompensasi, ataukah terkait dengan masalah kurikulum yang tidak

menyiapkan sikap, motivasi dan kesiapan mental peserta didik agar bersedia untuk bekerja

di daerah yang sulit.

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 34: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

34

Grafik II.4 Distribusi Dokter Gigi Spesialis di Indonesia berdasarkan spesialisasinya

(KKI 2010)

Jumlah Dokter Gigi Spesialis di Indonesia adalah sebanyak 1.592 orang (data KKI per

31 Desember 2010). Spesialis terbanyak adalah bidang Ortodonti diikuti oleh spesialis

Konservasi, spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial, spesialis Prostodonti, spesialis

Kedokteran Gigi Anak, spesialis Periodonti, spesialis Penyakit Mulut dan spesialis Radiologi

Kedokteran Gigi. Idealnya rasio dokter gigi spesialis adalah 1 dokter gigi spesialis untuk

16.667 penduduk, dengan jumlah penduduk sebanyak 238 juta maka rasio dokter gigi

spesialis saat ini adalah 1: 16.667. dengan demikain kekurangan dokter gigi spesialis adalah

12.688 orang. Jika pendidikan dokter gigi spesialis masih menghasilkan sekitar 200 orang

pertahun, maka kebutuhan dokter gigi spesialis baru bisa dicukupi setelah 63 tahun

mendatang.

Terlihat jelas disini bahwa jumlah dan kualitas dokter spesialis harus ditingkatkan.

Peningkatan jumlah dokter spesialis dari segi kuantitas terutama ditujukan untuk mengatasi

distribusinya yang tidak merata, karena dokter gigi spesialis hampir 92% berkonsentrasi di

pulau Jawa, sedangkan peningkatan dari segi kualitas ditujukan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan di berbagai daerah.

Pembiayaan pendidikan spesialis cukup mahal, selama ini konstribusi pemerintah dalam

pembiayaan pendidikan spesialis sangat kecil, sehingga pendidikan spesialis sebagian besar

dananya masih mengandalkan PNBP. Saat ini bidang kedokteran gigi baru hanya satu

spesialisasi yang pembiayaan pesertanya dibantu oleh Kementrian Kesehatan yaitu

spesialisasi Bedah Mulut. Diharapkan untuk tahun-ahun selanjutnya, bidang spesialisasi

11 318 6 2 4 2 3 3 5

546

280

67

120

355

6518 3 0 3 2 2 12 4 1

261 0 0 1 1 0 1

0

100

200

300

400

500

600N

AD

SUM

UT

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

BEN

GK

ULU

LAM

PU

NG

BA

BEL

KEP

RI

DK

I

JAB

AR

JATE

NG

DIY

JATI

M

BA

NTE

N

BA

LI

NTB

NTT

KA

LBA

R

KA

LTEN

G

KA

LSEL

KA

LTIM

SULU

T

SULT

ENG

SULS

EL

SULT

RA

GO

RO

TL

SULB

AR

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

BA

R

PA

PU

A

Jumlah: 1.592 orang drg. Sp.

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 35: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

35

lainnya dapat diikut sertakan dalam program pembiayaan oleh Kementrian Kesehatan,

mengingat persyaratan rumah sakit sudah mencantumkan

II.14. Uji Kompetensi (dari standar kompetensi KKI)

Monitoring mempunyai makna mengawasi apa yang sedang terjadi (to get in touch

with what is going on) atau menjaga agar kemajuan suatu program berjalan pada jalurnya dan

sesuai perencanaan (to keep track of the progresses and keep plan on track). Dengan

demikian kegiatan monitoring seharusnya dilakukan oleh pihak eksekutif pengelola

pendidikan karena dilakukan pada saat proses pendidikan. Pada pelaksanaan mewujudkan

standar kompetensi, karena berkaitan dengan kurikulum maka kegiatan monitoring dan

evaluasi ini berada dibawah tanggung jawab Dekan dan Wakil Dekan Bidang Akademik.

Dalam upaya memenuhi Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

(UUPK), setiap dokter gigi yang lulus harus mempunyai sertifikat kompetensi, oleh karena

itu setelah lulus pendidikan formal kedokteran gigi, setiap lulusan harus melalui suatu uji

kompetensi yang dilakukan oleh Bersama Uji Kompetensi Dokter Gigi Indonesia

(KBUKGDI). Uji Kompetensi ini merupakan evaluasi terhadap hasil pendidikan yaitu lulusan

yang akan dilaksanakan Kolegium melalui uji kompetensi dalam rangka memperoleh

Sertifikat Kompetensi. Materi ujian disusun bersama oleh tim terpadu dibawah koordinasi

dan pengawasan Kolegium. Selain itu evaluasi kurikulum yang menggunakan standar

kompetensi ini, akan dilakukan bersama oleh Konsil Kedokteran Indonesia, Badan Akreditasi

Nasional Perguruan Tinggi beserta Kolegium pada saat akreditasi pendidikan profesi di

masing-masing institusi pendidikan. Dalam UUPK tersebut juga dinyatakan bahwa sertifikat

kompetensi (dokter) adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter

untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia. Sertifikat kompetensi

dikeluarkan oleh kolegium yang bersangkutan yang selanjutnya dapat memperoleh Surat

Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. (KKI).

Para stakeholders dan masyarakat juga diharapkan dapat memonitor dan memberikan umpan

balik berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan. Mekanisme dan tata laksana

monitoring dan evaluasi akan disusun dalam pedoman tersendiri. Uji Kompetensi yan

dilaksanakan oleh UKGDI dilakukan sejak tahun 2007. Sampai saat ini (Desemeber 2011)

sudah dilakukan sebanyak 14 kali.

Hasil uji kompetensi 2010 dan 2011 ditampilkan dalam tabel II.30 di bawah ini.

Hasil uji kompetensi 2010 diikuti oleh 10 Fakultas yang telah meluluskan dokter gigi dan

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 36: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

36

hasil Indikator Kunci kinerja Key Performence Index mencapai 80,665 %, sedangkan pada

tahun 2011 diikuti oleh 13 Fakultas (table II.31) yang telah meluluskan dokter gigi dan Key

Performence Index mencapai mengalami kenaikan mencapai 85.25 %. Hal ini berarti usaha

pelatihan yang dilakukan oleh tim UKGDI dan Afdokgi membawa hasil yang memuaskan

Tabel II.30 Hasil Uji Kompentensi Dokter Gigi Indonesia Lulusan Baru First Taker

dalam % Tahun 2010

No FKG/PSKG Januari

2010

April

2010

Juli

2010

Oktober

2010 Jumlah Total %

Universitas Jml L Jml L Jml L Jml L Peserta Lulusan

1 Sumatra Utara 25 21 29 24 49 45 47 41 150 131 87,33

2 Baiturrahmah 62 40 58 33 27 13 64 26 211 112 53,08

3 Indonesia 30 29 35 33 29 21 29 25 123 108 87,80

4 Trisakti 107 90 88 63 42 40 87 63 324 256 79,01

5 Moestopo (B) 38 34 46 34 28 22 82 51 194 141 72,68

6 Padjadjaran 44 43 43 32 56 55 55 50 198 180 90,91

7 Gajah Mada 34 34 35 35 36 29 60 52 165 150 90,91

8 Jember 48 47 68 41 37 26 21 21 174 135 77,59

9 Hasanuddin 62 55 39 27 35 35 21 10 157 127 80,89

10 Mahasaraswati 19 17 60 48 38 34 97 86 214 185 86,45

Jumlah 1910 1525 80,66

Keterangan: - Jml. : jumlah peserta uji kompetensi, - L : jumlah peserta yang lulus.

Tabel II.31. Hasil uji kompentensi Dokter Gigi Indonesia Lulusan Baru First Taker dalam

% Tahun 2011

No FKG/PSKG Januari

2011

April

2011

Juli

2011

Oktober

2011 Jumlah Total

Universitas Jml L Jml L Jml L Jml L Peserta Lulusan %

1 Sumatra Utara 40 35 36 30 52 46 50 48 178 159 89.33

2 Baiturrahmah 54 52 1 1 27 9 16 14 98 78 79.59

3 Indonesia 24 24 20 19 20 17 - - 64 60 93.75

4 Trisakti 83 66 135 115 102 75 34 26 354 282 79.66

5 Moestopo(B) 58 44 52 34 40 22 31 17 181 117 64.64

6 Padjadjaran 41 40 34 31 26 22 41 36 142 129 90.85

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 37: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

37

7 Gajah Mada 54 49 41 39 - - 59 58 154 146 94.81

8 Airlangga - - 47 42 - - 111 107 158 149 94.30

9 Hang Tuah 18 16 19 17 14 13 10 5 61 51 83.61

10 Jember 26 25 20 20 20 18 25 24 91 87 95.60

11 Hasanuddin 44 35 45 37 82 55 68 56 239 183 76.57

12 Mahasaraswati 53 45 - - 45 24 - - 98 69 70.41

13 Muhammadi-

yah Yogya - - - - 27 26 10 10 37 36 97.30

Jumlah 495 431 450 385 455 327

1400 1143 85.25

Keterangan: - Jml. : jumlah peserta uji kompetensi, - L : jumlah peserta yang lulus.

Perbandingan hasil kelulusan Uji kompetensi 2010-2011 per fakultas dengan

ditampilkan dalam grafik II.5 dibawah ini. Beberapa fakultas mengalami kenaikan yang

cukup pesat sedangkan beberapa fakultas mengalami penurunan hasil ujian.

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 38: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

38

Grafik II.5 Perbandingan Hasil Uji Kompentensi Dokter Gigi Indonesia Lulusan Baru

First Taker dalam % Tahun 2020/ 2011

Hasil analisis uji kompetensi sejak tahun 2007 dapat dilihat pada grafik II.6 di bawah

ini. Hasil kelulusan uji kompetensi tahun 2007 dan tahun 2008 cukup tinggi di atas 90 %.

Pada tahun 2008 dilaksanakan program HPEQ oleh Dikti dimana diajarkan cara-cara

pembuatan soal, dll, hasilnya ujian pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup tajam

menjadi 78,41%. Setelah fakultas dan Prodi melakukan pelatihan dengan panduan oleh tim

UKGDI, HPEQ, UKDGI dan AFDOKGI terjadi kenaikan yang cukup bermakna pada tahun

2010 dan tahun 2011. Hal ini berarti pelatihan-pelatihan ini membawa hasil yang

memuaskan.

Grafik II.6 Hasil Kelulusan Uji Kompetensi

0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,0090,00

100,0087,33

53,08

87,80

79,0172,68

90,91 90,91

77,5980,89

86,4589,33

79,59

93,75

79,66

64,64

90,8594,8194,3

83,61

95.60

76,5770,41

97,3

60,00%

80,00%

100,00%

2007 2008 2009 2010 2011

93,99% 90,58%78,41% 80,67% 85,25%

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 39: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

39

DAFTAR ACUAN

1. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi: Pedoman Penilaian Instrumen Akreditasi,

Buku V. Jakarta, 2009.

2. Jain M et al. Dental teaching clinic in India: perception of dental students and teachers.

J.Int Oral Health, 2009; 1:33-46

3. http://en.wikipedia.org/wiki/Baltimore_College_of_Dental_Surgery

4. http://en.wikipedia.org /wiki/Pierre_Fauchard

5. Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan. DepKes RI, 2009

6. Pedoman Penerapan Cabang Ilmu Kedokteran Gigi, KONSIL KEDOKTERAN

INDONESIA, 2009

7. Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan dokter gigi Indonesia Berbasis Kompetensi,

AFDOKGI, 2007, diterbitkan KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA tahun 2009

8. Prof Hardiyanto, PENDIDIKAN KEDOKTERAN Permasalahan dan Usulan Solusi,

paparan di DPR 4 Febr 2011

9. Prof SMK Soerono Akbar, Mengawal Perkembangan Kedokteran Gigi Indonesia, ed.1,

2005

10. Richard A. Glenner, D.D.S. HOW IT EVOLVED: Connections Dentistry and Medicine

diunduh dari: http://www.fauchard.org/history/articles/jdh/v49n2_July01/connections_

dentistry_49_2.html0

11. Schwenk TL: Clinical Teaching. Center for Research on Leraning and Teaching,

Occasional Paper No1, University of Michigan, 1987.

12. Konsil Kedokteran Indonesia. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor

22/KKI/KEP/XI/2006 tentang Pengesahan Standar Kompetensi Dokter Gigi . 2006

13. Konsil Kedokteran Indonesia. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor

23/KKI/Kep/XI/2006 tentang Pengesahan Standar Profesi Dokter Gigi . 2006

14. Standar Kompetensi Profesi Drg, KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, 2006

15. Standar Kompetensi Profesi Drg Sp, KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, 2008

16. Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi. Kep KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

nomor 22/KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA/KEP/XI/2006. Lamp 2. Standar dan

Kriteria RSGMP

17. Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Spesialis, KONSIL KEDOKTERAN

INDONESIA, 2007.

18. Eky S. Soeria soemantri (editor). Menjangkau Masa Depan – Kumpulan Tulisan Prof.

R.G. Soeria Soemantri dalam Perkembangan Ilmu dan Profesi Kedokteran Gigi-20002011

19. Persatuan Perawat gigi Indonesia. (ppgi.wordpress.com). 2011.

20. Forum Teknik Gigi Poltekes (teknikgigi.forumid.net/forum). 2011

21. Naskah Akademik Kajian Kebutuhan Masyarakat Akan Pelayanan Kesehatan Gigi

Sebagai Dasar Pertimbangan Revisi Standar Pendidikan-Standar Kompetensi Dokter

Gigi. HPEQ-DIKTI-AFDOKGI. 2011

22. Naskah Akademik Revisi Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia. HPEQ-DIKTI-

AFDOKGI. 2011

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id

Page 40: 17.2.3 Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kedokteran Gigi 8maret 2011 Kelompok Prof. Latief

40

23. Naskah Akademik Revisi Standar Pendidikan Dokter Gigi Indonesia. HPEQ-DIKTI-

AFDOKGI. 2011

24. Naskah Akademik Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Pendidikan (RSGMP). HPEQ-DIKTI-

AFDOKGI. 2011

25. Hasil Survei Pemetaan Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi, Rumh Sakit Gigi Dan

Mulut (RSGM), dan Jejaring Rumah Sakit/Puskesmas. HPEQ-DIKTI-AFDOKGI.

2011

Draft

Diundu

h dari

www.hp

eq.di

kti.go

.id