naskah akademik - kurikulum.kemdikbud.go.id

75

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id
Page 2: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

NASKAH AKADEMIK

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Visi Kementerian Pendidikan Nasional:

“Insan Indonesia Cerdas, Komprehensif, Kompetitif, dan Bermartabat

(Insan Kamil/Insan Paripurna)”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN Jakarta, 2011

Page 3: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD i

Ketua : Dr. Ernawulan Syaodih, M.Pd. (UPI Bandung)

Sekretaris : Dra. Sri Yuniarti, MM (Puskurbuk)

Anggota : 1. Yeni Rahmawati, M.Pd. (UPI Bandung) - Anggota

2. Dian Arrahmi, S.Pd. (Yayasan Perguruan Al-Izhar Pondok

Labu)

Page 4: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan

“Naskah Akademik Satuan Pendidikan” sebagai penjabaran dari Naskah Akademik

Penataan Ulang Kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Penyusunan naskah

akademik ini adalah dalam rangka menindaklanjuti program-program prioritas yang

dimuat, baik dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014

maupun dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014.

Naskah Akademik Satuan Pendidikan yang telah disusun oleh Pusat Kurikulum dan

Perbukuan adalah sebagai berikut :

1. Naskah Akademik Pendidikan Anak Usia Dini

2. Naskah Akademik Sekolah Dasar

3. Naskah Akademik Sekolah Menengah Pertama

4. Naskah Akademik Sekolah Menengah Atas

5. Naskah Akademik Sekolah Menengah Kejuruan

6. Naskah Akademik Program Khusus

7. Naskah Akademik Pendidikan Non Formal

Selain itu, Pusat Kurikulum dan Perbukuan juga telah menyusun Naskah Akademik

Kewirausahaan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

memberikan pemikiran dalam mewujudkan naskah akademik ini. Dengan

kerendahan hati, kami mengharapkan masukan dan kritik yang konstruktif dalam

rangka pemantapan dan penyempurnaannya. Semoga upaya ini bisa menjadi salah

satu unsur yang signifikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

Jakarta, Mei 2011

Kepala Pusat Kurikulum dan

Perbukuan,

Dra. Diah Harianti, M.Psi

NIP. 195504161983032001

Page 5: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................ ii

Daftar Isi ..................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PAUD ..................... 4

A. Landasan Teoritis .................................................................................. 4

1. Landasan filosofis-pedagogis .............................................................. 4

2. Landasan psikologis .......................................................................... 11

3. Landasan sosio-antropologis ............................................................. 18

4. Landasan neurologis .......................................................................... 19

5. Landasan yuridis .............................................................................. 20

B. Landasan Empiris ................................................................................ 22

1. Gambaran Perkembangan PAUD saat ini ........................................ 22

a. Capaian Kinerja dan tantangan peningkatan APK PAUD .......... 23

b. Permasalahan dan Tantangan PAUD ............................................ 23

2. Kajian Pengembangan PAUD masa depan ...................................... 24

a. Kecenderungan Utama Masa Depan ............................................. 25

b. Pembangunan PAUD dalam Visi Indonesia 2025 dan 2045

(100 tahun Indonesia merdeka) ..................................................... 26

BAB III. HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI .................................. 27

A. Pengertian ................................................................................................. 27

B. Tujuan ....................................................................................................... 27

C. Fungsi ........................................................................................................ 27

D. Prinsip –prinsip (tematik, terpadu, holistic) ............................................. 27

E. Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak ................................................ 29

F. Profil guru PAUD ..................................................................................... 40

G. Layanan Utama PAUD ............................................................................. 27

BAB IV. PENATAAN KURIKULUM ................................................................. 42

A. Batasan Kurikulum PAUD ....................................................................... 42

B. Tujuan Kurikulum PAUD ......................................................................... 44

C. Pendekatan Pembelajaran PAUD ............................................................. 45

D. Kerangka Dasar Kurikulum PAUD .......................................................... 50

E. Struktur Program ....................................................................................... 51

Page 6: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD iv

F. Penguatan nilai karakter bangsa , ekonomi kreatif, kewirausahaan dan

belajar aktif dalam pembelajaran PAUD .................................................. 52

G. Strategi dan metode pembelajaran Anak Usia Dini ................................ 57

H. Pengelolaan lingkungan belajar ............................................................... 62

I. Penilaian pembelajaran PAUD ............................................................... 63

BAB V. REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT ........................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 92

Page 7: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam

sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa

ini ditandai oleh berbagai periode penting yang menjadi fundamen dalam kehidupan

anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang

menjadi penciri masa usia dini adalah the Golden Ages atau periode keemasan.

Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan

pada masa usia dini. Beberapa label konsep disandingkan pada masa anak usia dini

seperti masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain dan

masa trozt alter 1 (masa membangkang tahap 1).

Label konsep tersebut diperkuat oleh fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli neurologi

yang menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200

milyar neuron atau sel syaraf yang siap melakukan sambungan antar sel. Sekitar 50

% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun, 80 % telah terjadi

ketika berusia 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi 100 % ketika anak berusia 8

sampai 18 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan

berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik dalam situasi pendidikan

keluarga, masyarakat maupun sekolah. Para ahli pendidikan sepakat bahwa periode

keemasan hanya berlangsung satu kali sepanjang rentang kehidupan manusia. Hal

ini menunjukkan bahwa betapa meruginya suatu keluarga, masyarakat dan bangsa

jika mengabaikan masa-masa penting yang berlangsung pada anak usia dini.

Sebagai komitmen dan keseriusan antar bangsa terhadap pendidikan anak usia dini

telah dicapai berbagai momentum dan kesepakatan penting yang telah digalang

secara internasional. Salah satunya adalah Deklarasi Dakkar yang diantaranya

menyepakati bahwa perlunya upaya memperluas dan memperbaiki keseluruhan

perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat

rawan dan kurang beruntung. Adapun komitmen antara bangsa secara internasional

lainnya adalah kesepakatan antar negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-

Bangsa yang menyepakati ”Dunia yang layak bagi anak 2002” atau dikenal dengan

”world fit for children 2002”. Beberapa kesepakatan yang diperoleh adalah (1)

mencanangkan kehidupan yang sehat, (2) memberikan pendidikan yang berkualitas,

(3) memberikan perlindungan terhadap penganiayaan, eksploitasi dan kekerasan.

Dalam tahun yang sama, bangsa Indonesia telah membuat catatan sejarah baru dalam

upaya perlindungan anak dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun

2002 dan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Dalam undang-undang nomor 23 ditegaskan beberapa poin penting

sebagai berikut:

1. Pasal 4 mengungkapkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diksriminasi.

2. Pasal 9 mengungkapkan dua hal pokok yaitu ;

Page 8: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 2

a) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat

dan bakatnya.

b) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak

yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa,

sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan

pendidikan khusus.

Demikian pula dengan Undang-Undang Nomor 20 yang telah memberikan payung

hukum untuk perlunya diselenggarakan pendidikan anak usia dini pada ketiga jalur

pendidikan. Pada pasal 28 undang-undang nomor 20 ditegaskan tentang

penyelenggaraan pendidikan anak usia dini pada jalur informal (keluarga), jalur non

formal (seperti Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak) dan jalur formal

(Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal).

Walaupun berbagai upaya secara konseptual maupun praktis telah diupayakan dalam

membangun anak usia dini namun masih banyak anak usia dini Indonesia yang

belum terlayani kebutuhannya pada bidang pendidikan (sensus terbaru 2005

mencapai 26 juta). Pada sisi lain, kelembagaan pendidikan anak usia dini yang ada

baru dapat menampung sebesar 27% angka partisipasi kasar (APK). Hal ini

diperburuk dengan masih rendahnya kualitas penyelenggaraan lembaga pendidikan

anak usia dini diselenggarakan dilihat dari aspek standard program yang diberikan,

proses pembelajaran yang belum mengakomodasi kebutuhan anak dan kualitas serta

kualifikasi tenaga pendidik anak usia dini yang masih tergolong rendah.

Dalam rangka membantu memenuhi kebutuhan anak usia dini pada bidang

pendidikan, khususnya memberikan pendidikan yang berkualitas pada anak usia dini,

pemerintah berusaha menfasilitasi dengan dikembangkannya rujukan dalam rangka

pengembangan kurikulum yang diharapkan dapat membantu memberikan

pendidikan yang berkualitas pada anak usia dini. Dengan rujukan ini diharapkan

lembaga pendidikan keluarga (informal), lembaga pendidikan masyarakat (non

formal) dan lembaga pendidikan anak usia dini formal dapat mengembangkan

Kurikulum PAUD yang dapat memenuhi kebutuhan perkembangan (standar

performen) anak pada segala aspek perkembangan sehingga dapat membantu

mempersiapkan anak beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan masa kini dan

masa depan kehidupannya.

B. Tujuan

Penyusunan naskah akademik PAUD disusun untuk memberikan pijakan keilmuan

dan arah pengembangan dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia dini pada

berbagai kelembagaan. Naskah akademik ini juga dimaksudkan memberikan

pemahaman tentang pentingnya pengembangan pendidikan anak usia dini dengan

berpijak pada konsep keilmuan yang relevan serta searah dengan tuntutan akademik

dan kebutuhan. Upaya ini sekaligus dapat membangun kebiasaan berpikir dan

bertindak praksis dalam menjalankan profesi tenaga pendidik anak usia dini. Adapun

tujuan khusus penyusunan naskah akademik ini diarahkan pada :

1. Memberikan analisis konsep dasar filosofis dan keilmuan pendidikan serta ilmu

bantu lainnya sebagai dasar pengembangan seluruh komponen PAUD

Page 9: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 3

2. Memberikan guideline secara konseptual akademik dalam pemetaan ruang

lingkup tingkat pencapaian perkembangan anak sesuai dengan tahapan usianya.

3. Memberikan guideline secara konseptual akademik dalam menyusun standar

proses pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan (Developmentally

Appropriate) dan berbagai kebutuhan anak usia dini lainnya.

4. Memberikan guideline secara konseptual akademik dalam menyusun standar

penilaian yang dapat dijadikan alternatif untuk melakukan asesmen dan

pemantauan tumbuh kembang anak.

5. Memberikan guideline secara konseptual akademik dalam menyusun standar

pengelolaan pembelajaran pada anak usia dini dengan berbagai seting dan situasi.

6. Memberikan guideline secara konseptual akademik dalam menyusun standar

pendidik yang dipersyaratkan untuk dapat menyelenggarakan pendidikan pada

anak usia dini secara profesional.

Page 10: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 4

BAB II

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PAUD

A. Landasan Teoritis

Dalam penataan kurikulum PAUD terdapat beberapa landasan teoritis yang menjadi

pegangan yaitu:

1. Landasan Filosofis-Pedagogis

Filosofis pendidikan merupakan kerangka landasan yang sangat fundamental bagi

pendidik yang akan melaksanakan tugas profesionalnya sebagai guru. Kerangka

filosofis memberikan gambaran tentang cara pandang guru terhadap pendidikan itu

sendiri (termasuk didalamnya kurikulum: tujuan pendidikan dan isi pendidikan),

anak didik dan proses pembelajaran. Kerangka filosofis harus menjadi kerangka

berpikir guru atau mind set guru dalam menyelenggarakan praksis pembelajaran.

Adapun landasan pedagogis memberikan sejumlah pemahaman konseptual dan

praktis tentang bagaimana proses pendidikan itu terjadi dalam berbagai lingkungan,

termasuk didalamnya adalah pola pengasuhan anak, model pembelajaran, metode

pembelajaran dan teknik pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar,

penyusunan langkah pembelajaran dan penilaian yang mendidik anak.

Dari sudut filosofis pendidikan, banyak ragam konsep cara pandang pelaksanaan

pendidikan yang digagas para filosof. Beberapa konsep filosofis tersebut dapat

dirangkum sebagai berikut:

a. Idealisme

Idealisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa alam semesta ini adalah

perwujudan intelegensi dan kemauan, hal zat atau substansi yang kekal dan abadi

dalam dunia ini bersifat keijiwaan, spiritual atau rohaniah. Dan hal-hal yang bersifat

materil bersumber kepada hal-hal yang bersifat kejiwaan. Tokoh aliran ini antara lain

Plato, David Hume, dan Hegel.

Pandangannya tentang hakikat pengetahuan menyatakan bahwa pengetahuan yang

benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali. Pengetahuan yang

diperoleh melalui indera tidak pasti, tidak lengkap, karena dunia materi hanyalah

tipuan belaka, sifatnya maya, dan menyimpang dari keadaan lingkungan yang lebih

sempurna. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang

mempunyai akal pikiran cemerlang, dan sebagian besar manusia hanya sampai pada

tingkat pendapat. Sehubungan dengan teori pengetahuannya, intelek dan akal

memegang peranan yang sangat penting atau menentukan proses belajar mengajar,

karena menurut aliran ini manusia akan dapat memperoleh pengetahuan dan

kebenaran sejati. Dengan demikian pengetahuan yang diajarkan di sekolah harus

bersifat intelektual.

Hakikat nilai menurut pandangan idealisme bersifat absolut. Standar tingkah laku

manusia diatur oleh kewajiban moral yang diturunkan dari kenyataan sebenarnya

atau metafisik. Hanya satu kebenaran, yaitu kebenaran yang berasal dari Sang

Pencipta.

Page 11: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 5

Pendidikan menurut idealisme diartikan sebagai upaya terencana untuk mewujudkan

manusia ideal yaitu manusia yang dapat mencapai keselarasan individual yang

terpadu dalam keselarasan alam semesta. Upaya pendidikan harus ditujukan pada

pembentukan karakter, watak, menusia yang berbudi luhur, pengembangan bakat

insani dan kebajikan sosial

b. Realisme

Realisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa ada alam semesta yang

bersifat materil yang tidak bergantung kepada hal-hal yang bersifat kejiwaan, dan

dapat diketahui secara langsung melalui pengalaman pendriaan dan dengan

mempergunakan pikiran. Tokoh aliran ini antara lain Aristoteles (realisme klasik),

dan Thomas Aquino (realisme religius).

Teori pengetahuan realisme, menyatakan adanya prinsip ketidaktergantungan

pengetahuan. Kenyataan hadir dengan sendirinya dan bersifat obyektif, tidak

bergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia. Pengetahuan yang benar

diperoleh melalui pengalaman pendriaan. Pengetahuan yang benar adalah yang

sesuai dengan fakta. Dalam kaitannya dengan hakikat nilai, realisme menyatakan

bahwa standar tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada taraf yang

lebih rendah diatur oleh kebijaksanaan yang telah teruji dalam kehidupan

Pendidikan dalam pandangan realisme adalah proses perkembangan intelegensi,

daya kraetif dan sosial individu yang mendorong pada terciptanya kesjahteraan

umum. Pendidikan yang berdasarkan realisme konsisten dengan teori belajar S-R.

Dengan demikian pendidikan juga dapat diartikan sebagai upaya pembentukan

tingkah laku oleh lingkungan.

c. Naturalisme Romantik

Tokoh aliran filsafat ini adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778). Dia dilahirkan

di Switzerland, tetapi sebagian besar hidupnya dihabiskan di Perancis dimana dia

menjadi filsuf terpimpin pada masanya. Rousseau diakui sebagai bapak

romantisisme, yaitu suatu gerakan di mana para seniman dan para penulis

menekankan tema-tema yang sentimentil, kealamiahan/kewajaran, dan kemurnian.

Gagasan ini mempengaruhi konsepsi Rousseau tentang anak.

Pandangan Rousseau tentang perkembangan anak disajikan dalam novelnya Emile

(1762). Emile adalah teori pendidikan yang ditujukan kepada bangsawan kaya pada

zamannya yang biasanya hidup artifisial dipenuhi dengan segala macam tata cara

hidup ningrat. Dalam karyanya yang tersohor ini, Rousseau menggambarkan

perawatan dan pemantauan seorang anak laki-laki bernama Emile dari masa bayi

hingga dewasa muda.

Ajaran filsafat naturalisme romantik Rousseau dalam Emile antara lain berisi

gagasan sebagai berikut: “Segala sesuatu yang berasal dari Sang Pencipta adalah

baik, tetapi segala sesuatu menjadi rusak karena tangan manusia. Pendidikan Emile

adalah pendidikan naturalistik atau alami dalam arti: (1) pendidikan yang

mengembangkan kemampuan-kemampuan alami atau bakat/pembawaan anak, (2)

pendidikan yang berlangsung dalam alam, dan (3) pendidikan negatif. Dengan

menggunakan sarana berupa sastra, Rousseau mampu menggambarkan pandangan

teoritisnya tentang perkembangan anak dan memberikan saran-saran mengenai

Page 12: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 6

metode yang paling tepat tentang cara merawat dan mendidik anak.

Yang mendasar bagi teori Rousseau adalah kembalinya kepada pandangan Descartes

bahwa anak-anak dilahirkan dengan membawa pengetahuan dan ide, yang

berkembang secara alamiah dengan usianya. Perkembangan dalam pandangan ini,

dihasilkan melalui suatu rangkaian tahapan yang dibimbing oleh suatu proses sejak

dilahirkan. Pengetahuan itu diperoleh secara bertahap melalui interaksi dengan

lingkungannya yang diarahkan oleh minat dan perkembangannya sendiri.

Pengetahuan bawaan anak meliputi hal-hal seperti prinsip-prinsip keadilan dan

kejujuran, dan yang berada di atas semuanya yaitu rasa kesadaran. “Rouseau juga

memandang bahwa anak pada dasarnya adalah baik karena Tuhan membuat segala

sesuatu baik (Krogh, 1994:15)

Sesuai dengan pandangan di atas, maka pendekatan untuk mendidik anak bukanlah

dengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung, akan tetapi

dengan memberi kesempatan kepada mereka belajar melalui proses eksplorasi dan

diskoveri. “Anak harus diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman-

pengalaman positif, diberi kebebasan dan mengikuti minat-minat spontannya.

(Krogh, 1994:15). Rousseau mengkritik pendidikan yang sifatnya artifisial atau

dibuat-buat , dan dia menganjurkan pendidikan itu harus natural. Dalam biografinya

Emile, Rousseau menyarankan bahwa untuk mendidik Emile paling sedikit harus

mengandung tiga gagasan yang saat ini didukung oleh beberapa ahli pendidikan.

Pertama, anak-anak dapat didorong untuk mempelajari disiplin ilmu (body of

knowledge) hanya apabila mereka telah memiliki kesiapan kognitif untuk

mempelajarinya. Kedua, anak-anak belajar sebaik mungkin apabila mereka

didorong secara mudah kepada informasi atau gagasan dan dilibatkan untuk

memperoleh suatu pemahaman tentang dirinya melalui proses penemuan oleh

dirinya sendiri. Ketiga, parawatan dan pendidikan anak harus membantu

perkembangan secara permisif dari pada menggunakan jenis interaksi yang

mengandung disiplin kaku, karena disiplin kaku tidak sesuai dengan pandangan yang

lebih romantis tentang anak. Sesuai dengan pandangannya bahwa anak dilahirkan

membawa bakat yang baik, maka pendidikan adalah pengembangan bakat anak

secara maksimal melalui pembiasaan, latihan, permainan, partisipasi dalam

kehidupan, serta penyediaan kesempatan belajar dan belajar selaras dengan tahap-

tahap perkembangan anak.

d. Pragmatisme

Aliran filsafat ini disebut juga instrumentalisme atau eksperimentalisme. Disebut

instrumentalisme karena memandang bahwa tujuan pendidikan bukanlah terminal,

akan tetapi alat atau instrumen untuk mencapai tujuan berikutnya. Dan dikatakan

eksperimentalisme karena untuk membuktikan kebenaran digunakan metode

eksperimen. Tokoh aliran filsafat ini antara lain John Dewey dan Williams James.

Pragmatisme adalah salah satu aliran filsafat yang anti metafisika. Kenyataan yang

sebenarnya adalah kenyataan fisik. Segala sesuatu dalam alam dan dalam kehidupan

ini berubah (becoming), hakikat segala sesuatu adalah perubahan itu sendiri.

Manusia adalah hasil evolusi biologis, psikis dan sosial. Manusia dilahirkan dalam

keadaan tidak dewasa dan tak berdaya, tanpa dibekali dengan bahasa, keyakinan-

keyakinan, gagasan-gagasan atau norma-norma sosial. Hal ini mengandung arti

bahwa setiap manusia tumbuh secara berangsur-angsur mencapai kemampuan-

Page 13: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 7

kemampuan biologis, psikologis, dan sosial. Sesuai dengan pandangannya tentang

hakikat realitas, manusia dipandang sebagai mahluk yang dinamis, tumbuh dan

berkembang. Anak dipandang sebagai individu yang aktif.

Hakikat pengetahuan menurut pragmatisme terus berkembang. Pengetahuan bersifat

hipotetis dan relatif yang kebenarannya tergantung pada kegunaannya dalam

kehidupan dan praktek. Pengetahuan adalah instrumen untuk bertindak sedangkan

dalam membahas hakikat nilai pragmatisme menyatakan bahwa tidak ada nilai yang

berlaku secara universal atau absolut. Etika tidak diturunkan dari hukum tertinggi

yang bersumber dari zat supernatural. Standar tingkah laku perseorangan dan sosial

ditentukan secara eksperimental dalam pengalaman hidup. Etika pragmatisme

memiliki karakteristik: empiris, relatif, partikular (khusus), dan ada dalam proses.

Pendidikan diartikan sebagai proses reorganisasi dan rekonstruksi (penyusunan

kembali) pengalaman sehingga dapat menambah efisiensi individu dalam interaksinya

dengan lingkungan dan dengan demikian mempunyai nilai sosial untuk memajukan

kehidupan masyarakat.

e. Eksistensialisme

Pokok pemikiran filsafat eksistensialisme dicurahkan kepada pemecahan yang

kongkrit terhadap persoalan “berada” mengenai manusia. Eksistensialisme adalah

aliran filsafat yang memandang segala gejala berpangkal pada eksistensi. Eksistensi

adalah cara manusia berada. Caranya manusia berada di dunia ini berbeda dengan

caranya benda-benda lain di dunia. Karena keberadaan benda-benda tersebut tidak

sadar akan dirinya sendiri, sedangkan manusia adalah makhluk yang sadar akan

dirinya dan akan yang diperbuatnya. Manusia hidup di dunia ini berlangsung dalam

keberadaan yang tidak sebenarnya (tidak autentik) dan dalam keberadaan yang

sebenarnya. Dalam keberadaan yang tidak sebenarnya, manusia memperlakukan

dirinya sebagai obyek, tertuju kepada mempertahankan diri dan mencari kepuasan,

merasakan ketiadaan dan keputusasaan. Dalam keberadaan yang sebenarnya manusia

memperlakukan dirinya sebagai subyek, menciptakan gagasan, dan mewujudkannya

dalam bentuk kebudayaan, kesenian, moral, dan sebagainya, bertransendensi ke atas,

dan mendekatkan dirinya kepada Tuhan.

Prinsip-prinsip umum filsafat eksistensialisme dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Hakikat realitas adalah sesuatu yang independen, dunia fisik ada dan ini dapat

merupakan ancaman bagi realisasi dari tujuan personal. Realitas spiritual dapat

atau tidak untuk ada.

2) Hakikat manusia adalah dualisme tubuh dan jiwa dengan perhatian utama

kepada jiwa.

3) Manusia bukan semata-mata objek tetapi juga subjek yang dapat memberikan

arti pada dirinya sendiri serta terhadap benda-benda lain karena manusia dapat

memperlakukan obyek yang ada di luar dirinya sendiri.

4) Hakikat pengetahuan cenderung kepada skeptisisme. Tetapi tetap mengakui

kemungkinan mencapai kebenaran sedangkan hakikat nilai menyatakan bahwa

standar moral bersifat majemuk, seseorang bebas memilih standar moral, tetapi

ada beberap standar moral yang imperatif.

Page 14: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 8

Menurut pandangan eksistensialisme kebebasan adalah sahabat terbaik manusia,

namun kebebasan dalam konteks eksistensialisme adalah kebebasan yang dapat

dipertanggungjawabkan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Eksistensialisme memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan, karena keduanya

membahas manusia. masalah hidup, hubungan antar manusia, hekikat kepribadian,

dan kemerdekaan. Pendidikan diartikan sebagai upaya mewujudkan diri sendiri

melalui proses penghayatan dan belajar sendiri.

Berdasarkan pandangan filsafat pendidikan yang digambarkan di atas terdapat dua

aliran filsafat yang dapat dijadikan landasan filosofis yang relatif dominan dalam

pengembangan kurikulum PAUD, yaitu (1) aliran realisme yang memandang

pendidikan sebagai proses perkembangan intelegensi, daya kreatif dan sosial

individu yang mendorong kepada terciptanya kesejahteraan umum, dan (2) aliran

pragmatisme yang memandang pendidikan sebagai proses reorganisasi dan

rekonstruksi pengalaman individu sehingga dapat menambah efisiensi individu

dalam interaksi dengan lingkungan dan dengan demikian mempunyai nilai sosial

untuk memajukan kehidupan masyarakat.

Tokoh aliran Pragmatisme antara lain John Dewey dan Williams James. Dewey

dalam bukunya Democracy and Education menekankan pentingnya pendidikan

karena berdasarkan tiga pokok pemikiran, yaiti (1) pendidikan merupakan kebutuhan

untuk hidup, (2) pendidikan sebagai pertumbuhan, dan (3) pendidikan sebagai fungsi

sosial. Yang menyebabkan pendidikan sebagai kebutuhan untuk hidup, adalah

karena adanya anggapan bahwa selain pendidikan sebagai alat, melainkan juga

berfungsi sebagai pembaharu hidup atau renewal of life. Hidup itu selalu berubah,

selalu menuju kepada pembaharuan. Hidup itu ialah a self renewing process

throught action upun environment. Yang menyebakan pendidikan sebagai

pertumbuhan, adalah karena adanya kebelummatangan si anak, akan tetapi dalam

kebelummatangan itu terdapat potensi tersembunyi yang disebut potensialitas

pertumbuhan. Dalam mengaktualkan potensi-potensi yang tersembunyi tersebut,

pendidikan memiliki peranan penting sedangkan yang menyebabkan pendidikan

sebagai fungsi sosial adalah, karena sebagai individu anak juga sebagai mahluk

sosial yang selalu berinteraksi dengan individu lainnya. Oleh karena itu dalam hal ini

pendidikan harus mampu memfasilitasi anak dalam melakukan proses sosialisasi

sehingga dapat menjadi warga masyarakat yang diharapkan.

Di samping pandangan di atas, sesuai dengan pandangannya tentang hakikat realitas

yang terus mengalir, berubah, berkembang, Dewey mengemukakan bahwa

pendidikan berarti perkembangan sejak lahir hingga menjelang kematian. Jadi

pendidikan itu juga berarti kehidupan, dengan lain perkataan, pendidikan adalah

hidup itu sendiri. Bagi Dewey, education is growth, development, life. Artinya

proses pendidikan tidak mempunyai tujuan di luar dirinya tetatpi terdapat dalam

pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan bersifat kontinyu, reorganisasi dan

rekonstruksi, dan pengubahan pengalaman hidup. Pragmatisme tidak mengenal

adanya tujuan umum atau tujuan akhir pendidikan, yang ada hanyalah tujuan

instrumental karena tercapainya tujuan yang satu adalah alat untuk mencapai tujuan

berikutnya. Setiap fase perkembangan kehidupan, masa kanak-kanak. Masa pemuda

dan masa dewasa, semuanya adalah fase pendidikan, semua yang dipelajari pada

fase-fase tersebut mempunyai arti sebagai pengalaman belajar, pengalaman

pendidikan. Dalam arti yang luas pendidikan menurut pragmatisme dapat dikatakan

bahwa pendidikan adalah segala bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Page 15: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 9

segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi

hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang.

Beberapa pandangan Dewey tentang pendidikan dapat dirangkum sebagai berikut:

1) Pendidikan yang benar hanya akan muncul dengan menggali keunggulan-

keunggulan anak yang timbul dari tuntutan situasi sosial di mana dia menemukan

dirinya sendiri. Melalui tuntutan sosial ini anak dirangsang untuk mampu

bertindak sebagai anggota suatu unit sosial tertentu.

2) Insting dan potensi-potensi anak menjadi titik tolak untuk semua pendidikan.

3) Pendidikan adalah proses hidup itu sendiri dan bukan persiapan untuk hidup.

4) Sebagai lembaga sosial, sekolah harus menyajikan kehidupan nyata dan penting

bagi anak sebagaimana yang terdapat di dalam rumah, di lingkungan sekitar, atau

di lingkungan masyarakat luas. (Dewey dalam Krogh, 1994)

Tujuan pendidikan diarahkan untuk mencapai suatu kehidupan yang demokratis.

Demokrasi bukan dalam arti politik, melainkan sebagai cara hidup bersama, sebagai

way of life, pengalaman bersama dan komunikasi bersama. Dewey mengemukakan

beberapa karakteristik tujuan pendidikan yang baik sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan hendaknya ditentukan berdasarkan kegiatan dan kebutuhan

intrinsik peserta didik.

2) Tujuan pendidikan harus mampu menimbulkan suatu metode yang dapat

mempersatukan aktifitas pengajaran yang sedang berlangsung.

3) Pendidik harus tetap menjaga jangan sampai ada tujuan umum dan tujuan akhir.

Untuk mengetahui bagaimanakah proses belajar terjadi pada anak didik, kita lihat

bagaimana syarat-syarat untuk pertumbuhan. Pendidikan sama dengan pertumbuhan.

Syarat pertumbuhan adalah adanya kebelumdewasaan atau kebelummatangan

(immaturity), yang berarti kemampuan untuk berkembang. Immaturity tidak berarti

negatif, tetapi positif, kemampuan kecakapan, dan kekuatan untuk tumbuh. Ini

menunjukkan bahwa anak didik adalah hidup, ia memiliki semangat untuk berbuat.

Pertumbuhan bukan sesuatu yang harus kita berikan, akan tetapi sesuatu yang harus

mereka lakukan sendiri. Ada dua sifat immaturity, yakni kebergantungan dan

plastisitas. Kebergantungan berarti kemampuan untuk menyatakan hubungan sosial,

dan ini akan menyebabkan individu itu matang dalam hubungan sosial. Sebagai

hasilnya, akan tumbuh kemampuan interdependensi atau saling kebergantungan

antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lain. Plastisitas mengandung

pengertian kemampuan untuk berubah. Plastisitas berarti juga habitat yaitu

kecakapan menggunakan keadaan lingkungan sebagai alat untuk mencapai tujuan,

bersifat aktif, mengubah lingkungan.

Dalam proses belajar, Dewey menekankan pentingnya prinsip learning by doing atau

belajar dengan bekerja, belajar melalui praktek, karena belajar dengan bekerja adalah

dua kegiatan yang tidak dapat dipisahklan seperti halnya pendidikan dengan

kehidupan atau seperti halnya anak dengan masyarakat. Learning by doing ini

berlaku bagi semua tingkatan usia anak. Kapankah proses belajar itu dimulai dan

kapankah berakhir. Sesuai dengan pandangan Dewey, bahwa pendidikan adalah

pertumbuhan itu sendiri, maka proses belajar pun berlangsung terus-menerus sejak

lahir dan berakhir pada saat kematian. Pendidikan adalah pengalaman, yaitu suatu

Page 16: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 10

proses yang berlangsung secara terus-menerus. Terdapat hubungan yang erat antara

proses belajar, pengalaman dan berpikir. Pengalaman itu bersifat aktif dan pasif.

Pengalaman yang bersifat aktif berarti berusaha, mencoba dan mengubah, sedangkan

pengalaman pasif berarti menerima dan mengikuti saja. Kalau kita mengalami

sesuatu maka kita berbuat, sedangkan kalau mengikuti sesuatu kita memperoleh

akibat atau hasil belajar. Belajar dari pengalaman adalah menghubungkan

pengalaman kita dengan pengalaman masa lalu dan yang akan datang. Belajar dari

pengalaman berarti mempergunakan daya pikir reflektif (reflective thinking) dalam

pengalaman kita. Pengalaman yang efektif adalah pengalaman yang reflektif. Ada

lima langkah berpikir reflektif menurut Dewey, yaitu:

1) Merasakan adanya keraguan, kebingungan yang menimbulkan masalah,

2) Mengadakan interpretasi tentatif (merumuskan hipotesis),

3) Mengadakan penelitian atau pengumpulan data yang cermat,

4) Memperoleh hasil dari pengujian hipotesis tentatif,

5) Hasil pembuktian sebagai sesuatu yang dijadikan dasar untuk berbuat

Metode berpikir reflektif atau problem solving yang dikemukakan di atas merupakan

metode mengajar utama yang disarankan Dewey. Langkah pertama dan kedua

bersumber dari berpikir deduktif, sedangkan langkah ketiga dan keempat merupakan

tahap berpikir induktif. Dengan demikian dari langkah kesatu sampai dengan

langkah keempat terdapat gabungan berpikir deduktif dan induktif, dan kemudian

hasil gabungan berpikir itu harus diuji kembali dalam implementasi.

Pengujian terakhir inilah yang paling menentukan, karena kebenaran pragmatis

ditentukan dalam realitas hidup manusia yang sebenarnya. Pragmatisme tidak

menolak metode mengajar lain selain problem solving sepanjang metode tersebut

relevan dan dapat menimbulkan aktivitas serta inisiatif anak. Dengan demikian

metode mengajar harus bersifat fleksibel.

Dalam penyusunan bahan ajar menurut Dewey hendaknya memperhatikan syarat-

syarat sebagai berikut: (1) bahan ajar hendaknya kongkrit, dipilih yang betul-betul

berguna dan dibutuhkan, dipersiapkan secara sistematis dan mendetail, (2)

pengetahuan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar, hendaknya ditempatkan

dalam kedudukan yang berarti yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru

dan kegiatan yang lebih menyeluruh. Bahan ajar harus berisi pengalaman-

pengalaman yang telah teruji serta minat-minat dan kebutuhan-kebutuhan anak. Hal

yang terakhir memberikan implikasi bahwa sekolah perlu membuat kurikulum

darurat untuk memenuhi minat dan kebutuhan anak. Bahan-bahan pelajaran bagi

anak didik tidak bisa semata-mata diambil dari buku-buku pelajaran yang

diklasifikasikan dalam bentuk disiplin ilmu yang ketat, akan tetapi harus bersifat

interdisipliner, berisikan kemungkinan-kemungkinan, harus mendorong anak untuk

bergiat dan berbuat, dan memberikan rangsangat kepada anak untuk bereksperimen.

Bahan pelajaran harus merupakan kegiatan yang berkenaan dengan sesuatu masalah

(problem).

Peranan pendidik menurut pragmatisme bukanlah sebagai instruktur yang

mendominasi kegiatan pembelajaran, akan tetapi sebagai fasilitator. Secara rinci

peranan pendidik menurut pragmatisme adalah sebagai berikut:

Page 17: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 11

1) Pendidik tidak boleh memaksakan suatu ide atau pekerjaan yang tidak sesuai

dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

2) Pendidik hendaknya menciptakan suatu situasi, sehingga anak merasakan

adanya suatu masalah yang ia hadapi, sehingga timbul minat untukmemecahkan

masalah tersebut,

3) Untuk membangkitkan minat anak, hendaknya guru mengenal kemampuan serta

minat masing-masing atau peserta didik.

4) Pendidik hendaknya dapat menciptakan siatusi yang menimbulkan kerja sama

dalam belajar, antara murid dengan murid begitu pula antara guru dengan murid.

Bertolak dari pernyataan di atas, maka peran guru adalah memberikan dorongan

kepada peserta didik untuk bekerja bersama-sama, menyelidiki dan mengamati

sendiri, berpikir dan menarik kesimpulan sendiri sesuai dengan minat yang ada pada

dirinya. melalui cara ini akan belajar dengan bekerja.

Lembaga pendidikan merupakan suatu lingkungan khusus. Lembaga pendidikan

khususnya sekolah dipandang sebagai sebuah mikrokosmos dari masyarakat yang

lebih luas. Di sini para siswa dapat mengkaji masalah-masalah sosial yang pada

umumnya sering dihadapi masyarakat. Sekolah harus menjadi laboratorium belajar

yang hidup, dan suatu model kerja demokrasi. Lembaga pendidikan mempunyai

fungsi-fungsi khusus sebagai berikut:

1) Menyediakan lingkungan yang disederhanakan. Tidak mungkin kita memasukkan

seluruh peradaban manusia yang sangat kompleks ke dalam sekolah. Demikian

pula, anka didik tidak mungkin dapat memahami seluruh masyarakat yang sangat

kompleks. Itulah sebabnya lembaga pendidikan merupakan masyarakat atau

lingkungan hidup manusia yang disederhanakan

2) Membentuk masyarakat yang akan datang yang lebih baik. Anak didik tidak

belajar dari masa lampau tetapi belajar dari masa sekarang untuk memperbaiki

masa yang akan datang.

3) Mencari keseimbangan dari bermacam-macam unsur yang ada di dalam

lingkungan. Lembaga pendidikan memberi kesempatan kepada setiap

individu/anak didik untuk memperluas lingkungan hidupnya.

2. Landasan Psikologis

Pendidikan pada anak usia dini pada berbagai kelembagaannya sesungguhnya

merupakan proses interaksi antara pendidik dengan anak didik untuk membantu anak

mencapai tugas-tugas perkembangannya dan/atau memperoleh optimalisasi berbagai

ragam potensi perkembangan. Dalam konteks interaksi edukatif, ragam pemahaman

kondisi psikologis pendidik dan anak didik menjadi konsep penting untuk

memberikan acuan dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum. Kondisi

psikologis pendidik dan anak didik ini akan digambarkan dalam landasan psikologis.

Landasan psikologis merupakan acuan konseptual akademis yang berisi kajian

konsep psikologi yang memberikan pemahaman berbagai konsep tentang

perkembangan anak (psikologi perkembangan dan perkembangan anak), bagaimana

cara anak belajar (psikologi belajar) dan faktor yang mempengaruhi belajar anak

(psikologi pendidikan).

Page 18: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 12

Dalam konteks psikologi perkembangan dan perkembangan anak, setiap anak didik

memiliki karakteristik dan tahapan perkembangan normatif yang relatif sama sesuai

dengan usia kalender (cronological ages). Standar normatif perkembangan ini akan

menjadi kerangka acuan dalam menyusun standar kompetensi perkembangan sesuai

dengan usia kelender masing-masing murid. Walaupun secara normatif anak

memiliki standar perkembangan yang relatif sama namun dalam proses

pencapaiannya, setiap anak memiliki keunikan, tempo dan irama perkembangan

masing-masing. Terdapat perbedaan kondisi psikologis (mental ages) yang telah

dimiliki dan dicapai setiap anak didik dibandingkan dengan standar perkembangan

yang sesuai dengan usia kalender (sesuai usia). Perbedaan tersebut dalam konsep

perkembangan anak dipangaruhi oleh faktor heriditas (faktor bawaan), pengalaman

interaksi anak dalam keluarga (termasuk kondisi spiritual-keagaman, kondisi

ekonomi, kondisi sosial-antropologi yang dimiliki keluarga).

Beberapa konsep psikologi perkembangan dan perkembangan anak yang dijadikan

landasan psikologis dalam naskah akademik ini diantaranya adalah :

a. Pemahaman tentang konsep perkembangan anak didik dapat diperoleh melalui

studi perkembangan, baik yang bersifat longitudinal, cross sectional,

psikoanalitik, sosiologik maupun studi kasus. Studi longitudinal telah

memperoleh sejumlah informasi tentang perkembangan individu melalui

pengamatan dan pengkajian perkembangan sepanjang masa perkembangan, dari

saat lahir sampai dengan dewasa, seperti yang pernah dilakukan oleh Williard C.

Olson. Metode cross sectional melakukan pengamatan dan pengkajian terhadap

berbagai kelompok selama suatu periode yang singkat. Hal ini pernah dilakukan

oleh Arnold Gessel. Ia mempelajari beribu-ribu anak dari berbagai tingkatan

usia, mencatat ciri-ciri fisik dan mental, pola-pola perkembangan dan

kemampuan serta perilaku mereka. Studi psikoanalitik dilakukan oleh Sigmund

Freud beserta para pengikutnya. Studi ini lebih banyak diarahkan mempelajari

perkembangan anak pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa kanak-

kanak (balita). Menurut Freud, pengalaman yang tidak menyenangkan pada

masa balita dapat mengganggu perkembangan pada masa-masa berikutnya.

Metode sosiologik digunakan oleh Robert Havighurst yang mempelajari

perkembangan anak dilihat dari tuntutan akan tugas-tugas yang harus dihadapi

dan dilakukan dalam masyarakat. Tuntutan akan tugas-tugas kehidupan

masyarakat ini oleh Havighurst disebut sebagai tugas-tugas perkembangan

(developmental tasks). Ada seperangkat tugas-tugas perkembangan yang harus

dikuasai individu dalam setiap tahap perkembangan. Metode studi kasus

dilakukan dengan mempelajari kasus-kasus tertentu, para ahli psikologi

perkembangan menarik beberapa kesimpulan tentang pola-pola perkembangan

anak. Studi seperti ini pernah dilakukan oleh Jean Piaget tentang perkembangan

kognitif anak.

b. Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu

pendekatan pentahapan (stage approach), pendekatan diferensial (differential

approach) dan pendekatan ipsatif (ipsative approach). Menurut pendekatan

pentahapan, perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap

perkembangan. Setiap tahap perkembangan mempunyai karakteristik tertentu

yang berbeda dengan tahap yang lainnya. Pendekatan diferensial melihat bahwa

individu memiliki kesamaan dan perbedaan. Atas dasar persamaan dan

perbedaan tersebut, individu dikatagorikan atas kelompok-kelompok yang

Page 19: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 13

berbeda, seperti kelompok individu berdasarkan jenis kelamin, ras, agama,

status social-ekonomi dan sebagainya. Selain itu, pendekatan ipsatif adalah

suatu pendekatan yang berusaha melihat individu berdasarkan karakteristiknya.

Dari ketiga pendekatan itu yang banyak dianut oleh para ahli psikologi

perkembangan adalah pendekatan pentahapan. Pendekatan ini lebih disenangi

karena lebih jelas menggambarkan proses ataupun urutan perkembangan dan

kemajuan individu. Dalam pendekatan pentahapan, dikenal dua variasi, pertama,

pendekatan yang bersifat menyeluruh mencakup segala segi perkembangan,

seperti perkembangan fisik dan gerakan motorik, sosial, intelektual, moral,

emosional, religi dan sebagainya. Kedua, pendekatan yang bersifat khusus, yang

mendeskripsikan salah satu segi atau aspek perkembangan saja. Dalam

pentahapan yang bersifat menyeluruh dikenal tahap-tahap perkembangan dari

Jean Jacques Rousseau, G. Stanley Hall, Havighurst, dan lain-lain. Rousseau

membagi seluruh masa perkembangan anak atas empat tahap perkembangan,

yaitu masa bayi (infancy), usia 0-2 tahun merupakan tahap perkembangan fisik,

masa anak (childhood), usia 2-12 tahun, masa perkembangan sebagai manusia

primitif. Masa remaja awal (pubercence), usia 12-15 tahun, masa bertualang

yang ditandai dengan perkembangan intelektual dan kemampuan nalar yang

pesat. Masa remaja (adolescence), usia 15-25 tahun, masa hidup sebagai

manusia yang beradab, masa pertumbuhan seksual, sosial, moral dan kata hati.

Stanley Hall adalah salah seorang ahli psikologi Perkembangan penganut teori

evolusi. Hall menerapkan teori rekapitulasi, salah satu konsep dalam teori

evolusi, pada perkembangan anak. Menurut teori rekapitulasi, perkembangan

individu merupakan rekapitulasi dari perkembangan spesiesnya (ontogeny

recapitulates phylogeny). Hall membagi keseluruhan masa perkembangan anak

atas empat tahap. Masa kanak-kanak (infancy), usia 0-4 tahun, yang merupakan

masa kehidupan sebagai binatang melata dan berjalan. Masa anak (childhood),

usia 4-8 tahun, masa manusia pemburu. Masa puer (youth), usia 8-12 tahun,

masa manusia belum beradab. Masa remaja (adolescence), usia 12/13 tahun

sampai dewasa, merupakan masa manusia beradab. Robert J. Havighurst

menyusun fase-fase perkembangan atas dasar problema-problema yang harus

dipecahkannya dalam setiap fase. Tuntutan akan kemampuan memecahkan

problema dalam setiap fase perkembangan ini oleh Havighurst disebutnya

sebagai tugas-tugas perkembangan (developmental tasks). Havighurst membagi

seluruh masa perkembangan anak atas lima fase, yaitu masa bayi (infancy), dari

0-1/2 tahun, masa anak awal (early childhood) 2/3 – 5/7 tahun masa anak (late

childhood) dari 5/7 – masa pubersen, masa adolesen awal (early adolescence)

dari pubersen ke pubertas, dan masa adolesen (late adolescence) dari masa

pubertas sampai dewasa. Untuk setiap fase perkembangan, Havighurst

menghimpun sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai anak.

Dikuasai atau tidaknya tugas-tugas perkembangan pada suatu fase berpengaruh

bagi penguasaan tugas pada fase-fase berikutnya. Dalam pendekatan pentahapan

yang bersifat khusus, dikenal pentahapan dari Piaget, Erikson, dan sebagainya.

Jean Piaget mengemukakan tahap-tahap perkem-bangan dari kemampuan

kognitif anak. Dalam perkembangan kognitif menurut Piaget, yang terpenting

adalah penguasaan dan kategori konsep-konsep. Melalui penguasaan konsep-

konsep itu, anak mengenal lingkungan dan memecahkan berbagai problema

yang dihadapi dalam kehidupannya. Ada empat tahap perkembangan kognitif

anak menurut konsep Piaget, yaitu :

Page 20: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 14

• Tahap sensorimotor, usia 0-2 tahun;

• Tahap praoperasional, usia 2-4 tahun;

• Tahap konkret operasional, usia 7-11 tahun;

• Tahap formal operasional, usia 11-15 tahun.

Tahap sensorimotor disebut juga sebagai masa descriminating and labeling.

Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahasa awal,

waktu sekarang dan ruang yang dekat saja. Masa praoperasional atau masa

prakonseptual disebut juga sebagai masa intuitif dengan kemampuan menerima

perangsang yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya,

walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi

waktu dan tempat masih terbatas. Masa konkret operasional disebut juga masa

performing operation. Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-

tugas menggabungkan, memisahkan, meyusun, menderetkan, melipat dan

membagi. Masa formal operasional disebut juga sebagai masa proportional

thinking. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi. Mereka

sudah mampu berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis, menyintesis,

mampu berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai

persoalan.

Erick Homburger Erikson merupakan salah seorang tokoh psikoanalisis pengikut

Sigmund Freud. Ia memusatkan studinya terhadap perkembangan psikososial. Ada

delapan tahap perkembangan psikososial, yaitu :

Tahap 1 : Basic Trust vs Mistrust (0 – 1 tahun)

Anak mendapat rangsangan dari lingkungan. Bila dalam merespon rangsangan anak

mendapat pengalaman yang menyenangkan akan tumbuh rasa percaya diri,

sebaliknya menimbulkan rasa curiga

Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (2 – 3 tahun)

Anak sudah harus mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh

otot-otot tubuhnya. Bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuh bias

menimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan

atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menumbuhkan rasa malu dan ragu-

ragu.

Tahap 3 : Initiative vs Guilt (4 – 5 tahun)

Pada masa ini anak harus dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua,

anak harus dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi

lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya menimbulkan

rasa bersalah.

Tahap 4 : Industry vs Inferiority (6 tahun – pubertas)

Anak harus dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri

memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak

mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil,

sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.

Page 21: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 15

Tahap 5 : Identity & Repudiation vs Identity Diffusion (masa remaja)

Masa remaja adalah masa mencari identitas diri, masa mencari dan mendapatkan

peran dalam masyarakat. Seorang remaja akan berhasil memperoleh identitas diri

jika ia dapat memenuhi tuntutan biologis, psikologis dan social yang ada dalam

kehidupan. Sebaliknya, jika tidak berhasil maka terburai identitasnya.

Tahap 6 : Intimacy & Solidarity vs Isolation ( masa dewasa muda)

Orang yang berhasil mencapai integritas identitas diri akan mampu menjalin

keintiman dengan orang lain maupun diri sendiri. Jika seorang dewasa muda masih

takut kehilangan diri sendiri bila menjalin hubungan erat (intim) dengan orang lain,

berarti ia belum mampu melebur identitas dirinya bersama orang lain. Hal ini

menunjukkan ketidakmampuan menumbuhkan keintiman dengan orang lain. Jika

seseorang gagal menjalin hubungan yang bersifat intim, maka akan mengucilkan diri.

Tahap 7 : Generativity vs Stagnation (masa dewasa)

Berperan sebagai orang dewasa yang produktif, yang mampu menyumbangkan

tenaga dan pikirannya bagi masyarakat. Seseorang yang berhasil melaksanakan

perannya seperti yang dituntut oleh masyarakat, dalam dirinya akan tumbuh perasaan

ingin berkarya, sebaliknya jika tidak mampu berperan akan berkembang perasaan

mandeg/stagnasi.

Tahap 8 : Integrity vs Despair (masa tua)

Seseorang harus hidup dengan apa yang telah dijalaninya selama ini. Secara ideal

seyogyanya ia telah mencapai integritas diri. Integritas diri adalah menerima segala

keterbatasan yang ada dalam kehidupan, memiliki rasa bahwa ia adalah bagian dari

sejarah kehidupan. Sebaliknya bila ia merasa tidak berbuat apa-apa dalam hidup,

menyesali hidup, takut menghadapi kematian, menimbulkan rasa putus asa.

Berbagai perkembangan yang terjadi pada anak usia dini diperoleh melalui

kematangan dan belajar. Perkembangan karena faktor belajar dapat terjadi dalam

berbagai situasi lingkungan dimana terjadi interaksi anak dengan manusia (orang

dewasa, teman dan adik) dan dengan lingkungan alam sekitar. Pemahaman konsep

tentang bagaimana anak belajar pada berbagai kondisi lingkungan tersebut dapat

ditelaah dan digambarkan melalui psikologi belajar. Belajar pada dasarnya

merupakan proses perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen sebagai

hasil interaksi individu (anak) dengan lingkungannya. Dalam proses interaksi dengan

lingkungan, banyak konsep psikologi belajar memberikan penjelasan dari berbagai

perspektif sesuai kajian para ahli, termasuk tentang bagaimana cara anak usia dini

melakukan aktivitas yang dinamakan belajar tersebut. Menurut Morris L. Bigge dan

Murice P Hunt (1980 : 226-227) ada tiga rumpun teori belajar yang memberikan

penjelasan tentang bagaimana belajar itu terjadi, yaitu teori disiplin mental,

behaviorisme dan cognitive gestalt field.

1) Menurut rumpun teori disiplin mental, dari kelahirannya atau secara herediter,

anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Belajar merupakan upaya untuk

mengembangkan potensi-potensi tersebut. Ada beberapa teori yang termasuk

rumpun disiplin mental yaitu : disiplin mental theistic, disiplin mental

humanistic, naturalisme dan apersepsi. Teori disiplin mental theistic berasal dari

psikologi daya. Menurut teori ini, individu atau anak mempunyai sejumlah daya

mental seperti untuk mengamati, menanggap, mengingat, berpikir, memecahkan

Page 22: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 16

masalah, dan sebagainya. Belajar merupakan proses melatih daya-daya tersebut.

Bila daya-daya tersebut terlatih maka dengan mudah dapat digunakan untuk

menghadapi atau memecahkan berbagai masalah. Teori disiplin mental

humanistic bersumber pada psikologi humanisme klasik dari Plato dan

Aristoteles. Teori ini hampir sama dengan teori pertama bahwa anak memiliki

potensi-potensi. Potensi-potensi perlu dilatih agar berkembang. Perbedaannya

dengan teori disiplin mental theistic, teori ini menekankan bagian-bagian,

latihan bagian atau aspek tertentu. Teori disiplin mental humanistic lebih

menekankan keseluruhan, keutuhan. Pendidikannya menekankan pendidikan

umum (general eduation). Kalau seseorang menguasai hal-hal yang bersifat

umum akan mudah ditransfer atau diaplikasikan kepada hal-hal lain yang

bersifat khusus. Teori naturalisme atau natural unfoldment atau self

actualization. Teori ini berpangkal dari psikologi naturalisme romantic dengan

tokoh utamanya Jean Jecques Rousseau. Sama dengan kedua teori sebelumnya

bahwa anak mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan. Kelebihan dari teori

ini adalah mereka berasumsi bahwa individu bukan saja mempunyai potensi

atau kemampuan untuk berbuat atau melakukan berbagai tugas, tetapi juga

memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar dan berkembang sendiri. Agar

anak dapat berkembang dan mengaktualisasikan segala potensi yang

dimilikinya, pendidik atau guru perlu menciptakan situasi yang permisif, yang

jelas. Melalui situasi demikian, ia dapat belajar sendiri dan mencapai

perkembangan secara optimal. Teori belajar yang keempat adalah teori

apersepsi, disebut juga Herbartisme, bersumber pada psikologi strukturalisme

dengan tokoh utamanya Herbart. Menurut aliran ini belajar adalah membentuk

masa apersepsi. Anak mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu.

Hasil dari suatu perbuatan belajar disimpan dan membentuk suatu masa

apersepsi dan masa apersepsi ini digunakan untuk mempelajari atau mengasai

pengetahuan selanjutnya. Demikian seterusnya, semakin tinggi perkembangan

anak, semakin tinggi pula masa apersepsinya.

2) Rumpun atau kelompok teori belajar yang kedua adalah Behaviorisme, yang

biasa disebut S-R Stimulus-Respon. Kelompok ini mencakup tiga teori yaitu S-R

Bond, Conditioning, Reinforcement. Kelompok teori ini berangkat dari asumsi

bahwa anak atau individu tidak memiliki atau membawa potensi apa-apa dari

kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal

dari lingkungan. Lingkungan, apakah lingkungan keluarga, sekolah atau

masyarakat, lingkungan manusia, alam, budaya, religi yang membentuknya.

Kelompok teori ini tidak mengakui sesuatu yang bersifat mental. Perkembangan

anak menyangkut hal-hal nyata yang dapat diamati, dilihat. Teori S-R Bond

bersumber dari psikologi koneksionisme atau teori asosiasi dan merupakan teori

pertama dari rumpun behaviorisme. Menurut teori ini, kehidupan ini tunduk

kepada hokum stimulus respon atau aksi-reaksi. Setangkai mawar merah dapat

merupakan suatu stimulus dan direspon oleh mata dengan cara meliriknya.

Kesan indah yang diterima individu dapat merupakan stimulus yang

mengakibatkan terespon memetik bunga tersebut. Demikian halnya dengan

belajar, terdiri atas rentetan hubungan stumulus respons. Belajar adalah upaya

untuk membentuk hubungan stimulus respons sebanyak-banyaknya. Tokoh

utama teori ini adalah Edward L. Thorndike. Ada tiga hukum belajar yang

sangat terkenal dari Thorndike ini, yaitu Law of readness, Law of exercise or

repetition dan Law of effect (Bigge & Thurst, 1980 : 273). Menurut hukum

Page 23: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 17

kesiapan (law of readness), hubungan antara stimulus dan respon akan terbentuk

atau mudah terbentuk apabila telah ada kesiapan pada system syaraf individu.

Menurut hukum latihan atau pengulangan (law of exercise or repetition),

hubungan antara stimulus dan respons akan terbentuk apabila sering dilatih atau

diulang-ulang. Selanjutnya, menurut hukum akibat (law of effect), hubungan

stimulus dan respons akan terjadi apabila ada akibat yang menyenangkan. Teori

kedua dari rumpun behaviorisme adalah conditioning atau stimulus-response

with conditioning. Tokoh utama dari teori ini adalah Watson. Belajar atau

pembentukan hubungan antara stimulus dan respons perlu dibantu dengan

kondisi tertentu. Contohnya, sebelum anak-anak masuk kelas dibunyikan bel,

bunyi bel ini merupakan kondisioning bagi anak, sehingga setiap anak

mendengar bunyi bel berarti tandanya masuk kelas. Teori ketiga adalah

reinforcement dengan tokoh utamanya C. L. Hull. Teori ini berkembang dari

teori psikologi, reinforcement, yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari

teori S-R Bond dan conditioning. Bila pada teori conditioning, kondisi diberikan

pada stimulus, maka pada reinforcement kondisi diberikan pada respons.

Reinforcement dapat berupa angka tinggi, pujian, atau hadiah dengan maksud

agar kegiatan yang dilakukan anak lebih giat dan sungguh-sungguh. Di samping

reinforcement positif dikenal pula reinforcement negatif, yaitu untuk mencegah

atau menghilangkan suatu perbuatan yang kurang baik atau tidak disetujui

masyarakat. Reinforcement ini berupa : peringatan, teguran, ancaman, sanksi,

atau berupa hukuman.

3) Rumpun yang ketiga adalah cognitive gestalt field. Teori belajar dari rumpun ini

adalah teori insight. Aliran ini bersumber dari psikologi gestalt field. Menurut

teori ini belajar adalah proses mengembangkan insight atau pemahaman baru

atau mengubah pemahaman lama. Pemahaman terjadi apabila individu

menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-unsur yang ada dalam

lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri. Gestalt field melihat bahwa

belajar itu merupakan perbuatan yang bertujuan, eksploratif, imajinatif, dan

kreatif. Pemahaman atau insight merupakan citra diri atau perasaan tentang

pola-pola atau hubungan.

Selain konsep psikologi perkembangan, perkembangan anak dan psikologi belajar,

secara psikologi proses interaksi edukatif antara pendidik dan anak didik akan

melibatkan kondisi psikologis lain seperti motivasi, minat, keberbakatan, kreatifitas,

proses pembelajaran dan penilaian kemajuan anak (perkembangan anak). Kondisi

psikologis ini biasanya dipelajari dalam kajian konsep psikologi pendidikan.

Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari kajian landasan psikologis ini

diantaranya adalah: Perkembangan anak merupakan salah satu sasaran utama dalam

kegiatan pendidikan atau pembelajaran pada berbagai satuan, jenis dan jenjang

pendidikan. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan harus diperhatikan berbagai

aspek/dimensi, tahapan dan karakteristik perkembangan anak yang menjadi subjek

didik.

Karakteristik perkembangan yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa sepanjang

rentang perkembangan anak usia dini, khususnya pada usia 3-6 tahun ditandai oleh

masa-masa penting seperti masa peka, masa eksplorasi, masa bermain dan masa

terjadinya aktivitas berlebihan atau over activity . Keseluruhan masa tersebut diakui

para ahli sebagai masa keemasan atau the golden ages pada anak usia dini. Masa

keemasan ini merupakan masa yang paling penting dan menjadi dasar bagi

Page 24: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 18

perkembangan anak selanjutnya sampai anak mencapai tingkat kedewasaannya.

Kerangka landasan psikologis lainnya yang menjadi dasar dalam naskah akademik

ini adalah tahapan perkembangan anak pada berbagai dimensi perkembangan.

Tahapan dimensi perkembangan akan memberikan acuan bagi pendidik untuk

memperhatikan dan menyesuaikan berbagai komponen program, metode, teknik dan

proses pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan pada aspek

perkembangan yang dialami anak. Dengan demikian guru akan selalu menyesuaikan

strategi pmbelajaran sesuai dengan tahapan perkembangan anak sehingga dapat

melaksanakan dan mengembangkan proses pembelajaran yang appropriate. Pada

anak usia dini, karakteristik perkembangan anak yang perlu menjadi perhatian

adalah terjadinya masa “over activity” , masa yang menunjukkan terjadinya aktivitas

yang berlebihan pada anak. Anak cenderung menunjukkan aktivitas berlebihan pada

berbagai waktu dan kesempatan serta aktivitas seolah tidak mengenal lelah, bahkan

sekalipun ia dalam keadaan sakit secara fisik biasanya anak akan tetap berusaha

menunjukkan aktivitasnya terutama dalam melakukan kegiatan bermain. Konsep

perkembangan seperti inilah yang menjadi salah satu dasar pengembangan

pembelajaran pada anak usia dini menggunakan konsep “moving class” atau kelas

bergerak atau kelas berpindah dengan waktu bermain (dan belajar) lebih lama,

terutama kegiatan Halfday dan fullday school.

Melalui kegiatan moving class anak anak menunjukkan keatifannya dalam bermain

dan belajar sehingga secara bertahap akan merasakan dan mengalami kebutuhan

langsung terhadap belajar. Konsep tersebut juga menjadi dasar dalam

mengembangkan model pembelajaran sentra atau area. Model pembelajaran sentra

memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dengan cara berpindah (bergerak)

dari satu sentra ke sentra lainnya. Melalui kegiatan sentra anak akan selalui

menunjukkan keaktifannya dalam belajar.

3. Landasan Sosio-Antropologi

Perkembangan anak pada berbagai dimensi perkembangan tidak pernah terlepas dari

konteks kehidupan sosial dan kultural yang melatar belakanginya. Lingkungan

kehidupan sosial dan kultur yang ada di sekitar anak akan memberikan pengaruh

pada proses belajar anak dan perubahan potensi sebagai hasil dari proses belajar itu

sendiri. Kehidupan sosio-kultural yang paling dekat dengan anak adalah lingkungan

keluarga, tetangga dan lembaga sosial serta lembaga kependidikan lain yang

mengasuhnya. Konteks sosio-kultural dapat menyajikan sejumlah pengetahuan,

keterampilan, nilai-nilai dan pengalaman hidup yang beragam sehingga anak akan

memiliki sejumlah preferency dalam membangun kebiasaan dan tingkah lakunya

sendiri atau secara bersama-sama dengan orang lain. Pengalaman sosial dan kultural

akan menjadi pengisi perspektif kehidupan anak dalam berbagai aspek potensi

perkembangannya mencakup cara berbahasa, cara berpikir, kehidupan beragama dan

bermoral dan kebiasaan mengendalikan emosi serta kemandirian. Pada dimensi yang

luas, kehidupan sosial anak dibangun juga oleh kehadiran berbagai media masa,

terutama TV, Video Games dan film sebagai produk kultural manusia akan menjadi

faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Kurikulum yang

dikembangkan harus mengakomodasi dan mempertimbangkan secara cermat

berbagai kondisi sosio-kultural seperti itu. Seiring dengan pengalaman interaksional

anak dengan kehidupan sosial dan kulturalnya, desakan untuk memberikan

Page 25: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 19

perlindungan dan pemenuhan hak azasi anak juga menjadi salah satu koridor yang

perlu dan mendesak untuk dipertimbangkan dalam menata serta mengembangkan

kurikulum utuh untuk PAUD.

Salah satu tokoh yang sangat memperhatikan pendidikan kebangsaan dan

pendidikan karakter bagi anak adalah Ki hajar Dewantoro. Berkenaan dengan

pendidikan karakter ini menurut Ki Hajar upaya pendidikan pada dasarnya ditujukan

kepada ;

“Halusnya budi,cerdasnya otak dan sehatnya badan. Ketiga usaha itu yang akan

menjadikan lengkap dan larasnya hidup kemanusiaan “. Sementara itu sistem

pendidikan pada zaman sekarang ini terlalu berat pada intelektualisme, kurang

memperhatikan keluhuran budi, dan karenanya mengakibatkan pincang dan

goncangnya hidup kemanusiaan”.

Cara pandang Ki Hajar terhadap manusia ini yaitu sebagai makhluk hidup yang

memiliki “badan wadag” (fisik) dan “badan halus” (rohani). Kedua aspek ini harus

mendapatkan perhatian dan stimulasi untuk mencapai tujuan pendidikan utama. Jika

diabaikan salah satunya, maka yang terjadi adalah ketidakseimbangan dalam hidup

secara pribadi mapun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berkenaan dengan upaya membangun bangsa ini, Ki Hajar sangat menekankan

pentingnya mendidik rakyat jelata dan membangun kekuatan rakyat. Pendidikan

harus memberi perasaan yang penuh terhadap kebangsaan ;

“Segala usaha untuk menjunjung derajat bangsa tidak akan berhasil kalau tidak

dimulai dari bawah; Rakyat yang kuat akan pandai melakukan segala usaha yang

berguna untuk kemakmuran negeri”.

Pendidikan tidak boleh tercerabut dari akar budaya dan penghidupan masyarakatnya.

Ki Hajar menegaskan ;

“Sistem pendidikan yang bermanfaat bagi kehidupan bersama haruslah

disesuaikan dengan hidup dan penghidupan rakyat. Pengajaran nasional adalah

pengajaran yang selaras dengan penghidupan bangsa dan kultur bangsa” .

Dengan demikian pendidikan dapat berhasil membangun dan mengangkat martabat

masyarakat untuk kemakmuran bangsanya sendiri. Lebih lanjut Ki Hajar

memberikan ilustrasi bahwa;

“jika seorang anak yang sejak kecil selalu dibiasakan pada bahasa asing dan

dijauhkan dari bahasanya sendiri akan kehilangan hubungan batin dengan

orangtuanya sendiri dan bangsanya. contoh kasus anak muda yang sombong, berani

melukai perasaan orangtuanya maupun bangsanya , itulah buah pengajaran &

pendidikan yang tidak berdasarkan kebangsaan”. .

4. Landasan Neurologi

Neurosains merupakan salah satu lompatan keilmuan pendukung yang sangat

memberikan kontribusi dalam menelaah dan memahami perkembangan psikologis

melalui kajian keilmuan tentang sel syaraf. Temuan yang dimaksud diantaranya

dikemukakan oleh Wittrock (dalam Clack, 1983) menemukan bahwa terdapat tiga

wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat yaitu serabut dendrit,

kompleksitas hubungan dendrit dan pembagian sel syaraf.

Page 26: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 20

Berbagai penelitian telah dilakukan para ahli dimulai dari Binet-Simon (1908-1911)

hingga Gardner (1998) yang berbicara pada fokus yang sama yaitu fungsi otak yang

terkait dengan kecerdasan. Otak yang berada di dalam organ kepala memiliki peran

yang sangat penting selain sebagai pusat sistem syaraf juga berperan penting dalam

menentukan kecerdasan seseorang. Begitu pentingnya fungsi otak sehingga banyak

ahli untuk meneliti dan menggali optimalisasi fungsi kerja otak dalam

mengembangkan sumber daya manusia.

Optimalisasi kecerdasan dimungkinkan apabila sejak usia dini, anak telah

mendapatkan stimulasi yang tepat untuk perkembangan otaknya. Pada saat kelahiran,

otak bayi mengandung 100 milyar neuron dan satu triliun sel glia yang berfungsi

sebagai perekat serta synap (cabang-cabang neuron) yang akan membentuk

sambungan antar neuron. Sambungan-sambungan antar neuron inilah yang akan

membentuk pengalaman yang akan dibawa anak seumur hidupnya.Sesudah

kelahiran, kegiatan otak dipengaruhi dan tergantung pada kegiatan neuron dan

cabang-cabangnya dalam membentuk bertriliun-triliun sambungan antar neuron.

Melalui persaingan alami, otak akan memusnahkan sambungan (sinapsis) yang

jarang digunakan. Pemantanpan sambungan terjadi apabila neuron mendapatkan

informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan tersebut

merangsang bertambahnya produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat glial.

Semakin banyaknya zat myelin yang diproduksi maka semakin banyak dendrit-

dendrit yang tumbuh, sehingga akan semakin banyak synap yang berarti lebih

banyak neuron-neuron yang menyatu membentuk unit-unit. Kualitas kemampuan

otak dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron

yang membentuk unit-unit. Synap ini akan bekerja secara cepat sampai usia anak

lima-enam tahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut mempengaruhi kualitas

kemampuan otak sepanjang hidupnya. Pertumbuhan jumlah jaringan otak

dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat anak pada awal-awal tahun

kehidupannya, terutama pengalaman yang menyenangkan. Pada fase perkembangan

ini anak memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan berbagai

kemampuannya yang meliputi kemampuan berbahasa, kognitif, motorik, sosialisasi

dan sebagainya. Bila anak tidak mendapat lingkungan yang merangsangnya, maka

perkembangan otaknya tidak akan berkembang dan anak akan menderita. Penelitian

terbaru menemukan bahwa apabila anak-anak jarang diajak bermain atau jarang

disentuh, perkembangan otaknya 20% atau 30% lebih kecil daripada ukuran

normalnya pada usia itu.

5. Landasan Yuridis

Penggunaan landasan yuridis ini dimaksudkan sebagai acuan hukum yang dapat

dijadikan sebagai kerangka kebijakan dalam menyusun serta mengembangkan

kurikukum PAUD, baik di tingkat negara (pemerintahan) sebagai pemegang amanah

untuk memenuhi hak-hak dasar anak maupun tingkat pelaksana PAUD. Landasan

yuridis ini diharapkan akan membantu proses pengembangan kurikulum PAUD

dengan memperhatikan dan mengakomodasi kesepakatan yuridis, khususnya dalam

memenuhi kebutuhan anak pada aspek pendidikan, kesehatan dan perlindungan

anak. Beberapa landasan yuridis yang dapat dijadikan acuan

Page 27: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 21

a. Pembukaan UUD 1945

“… Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia

yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, …”

b. Hak Asasi Manusia

Pasal 28 B ayat 2

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta

berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

c. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Bagian Ketujuh Pendidikan

Anak Usia Dini (Pasal 28)

(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar

(2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan

formal, nonformal, dan/ atau informal

(3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman

Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat

(4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk

Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain

yang sederajat

(5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk

pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan

(6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah.

d. Undang Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002

Pasal 4

Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diksriminasi.

Pasal 9

(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan

bakatnya.

(2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang

menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan

bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan

khusus.

Page 28: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 22

e. Permen No 58 tahun 2009 tentang Standar PAUD

Peraturan yang mengatur tentang standar tingkat pencapaian perkembangan,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, proses, dan penilaian serta

standar sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan PAUD.

f. World Fit For Children 2002

1). Mencanangkan kehidupan yang sehat

2). Memberikan pendidikan berkualitas

3). Perlindungan terhadap aniaya, eksploitasi dan kekerasan

4). Memerangi HIV/AIDS

g. Deklarasi Dakar Tentang Pendidikan Untuk Semua

(1). Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak

usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung.

(2). Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak

perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk

minoritas etnik, mempunyai akses dan menyelesaikan pendidikan dasar yang

bebas dan wajib dengan kualitas baik.

(3). Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang dewasa

terpenuhi melalui akses yang adil pada program-program belajar dan

kecakapan hidup (life skills) yang sesuai.

(4). Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang

tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada

pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa.

(5). Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah

menjelang tahun 2005 dan mencapai persamaan gender dalam pendidikan

menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi perempuan atas akses

penuh dan sama pada prestasi dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang

baik.

(6). Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya,

sehingga hasil-hasil belajar yang diakui dan terukur dapat diraih oleh semua,

terutama dalam keaksaraan, angka dan kecakapan hidup (life skills) yang

penting.

B. Landasan Empiris

1. Gambaran Perkembangan PAUD saat ini

Berikut ini akan dipaparkan gambaran PAUD di Indonesia saat ini berdasarkan

perhitungan Angka Partisipasi Kasar (APK), kinerja guru dan permasalahan di

lapangan.

Page 29: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 23

a. Capaian Kinerja dan Tantangan Peningkatan APK PAUD

APK PAUD pada tahun 2010 mencapai 56,7%. Pada tahuan 2011 pemerintah

mentargetkan peningkatan APK PAUD menjadi 60,1%. Hal ini membutuhkan

kerjasama dan kerja keras dari semua pihak. Capaian dan tantangan peningkatan

APK tersebut dapat dilihat dalam table berikut ;

Tabel 1. Capaian Kinerja 2010 dan Tantangan Peningkatan APK 2011

NO SASARAN STRATEGIS 2009 2010 Tantangan

2011

% Orang

1 APK PAUD (TK, KB, TPA, SPS) 53.7 56.7 60.1 983.022

2 APM SD/SDLB/MI/Paket A 95.2 95.4 96.2 212.120

3 APKNasionalSMP/SMPLB/MTs/PaketB 98.1 98.1 76.8 156.834

4 APK Nasional SMA/SMK/SMLB

/MA/MAK/Paket C

69.6 70.3 76.0 746.255

5 APK PT dan PTA Usia 19-23 Thn *) 23.5 23.9 26.1 465.747

6 Angka Putus SekolahSD 1.7 1.5 1.3 61.235

7 Angka Putus SekolahSMP 1.99 1.8 1.6 25.668

8 Angka Melanjutkan Sekolah SD ke SMP 90 91 92.8 551.113

9 Guru KualifikasiS1/D4 40 50.8 59.6 245.626

10 Guru Bersertifikat 26.7 33.6 44.8 312.615

11 Dosen Berkualifikasi S2 57.8 62.5 67.5 8.950

12 Dosen Berkualifikasi S3 8.3 9.5 10,5 1.790

Sumber:arahan mendiknas ( 2010)

b. Permasalahan dan Tantangan PAUD

Dalam setiap perubahan dan peningkatan mutu suatu program biasanya akan

menghadapi tantangan dan permasalahan, demikian juga dengan pembangunan

PAUD di masa depan. Keberhasilan pembangunan PAUD di Indonesia

membutuhkan kerjasama berbagai pihak.

Berikut ini adalah beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam

pengembangan PAUD di Indonesia

1). Permasalahan Guru PAUD

Salah satu persoalan penting yang masih menjadi “PR” besar dalam

penyelenggaraan pendidikan termasuk PAUD adalah persoalan guru. Permasalahan

guru PAUD di Indonesia saat ini baik dilihat dari sudut jumlah, kualifikasi, mutu

maupun penghasilan yang diperoleh guru masih memprihatinkan.

Secara umum mendiknas mengungkapkan beberapa persoalan yang menjadi

tantangan ke depan adalah sebagai berikut;

Page 30: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 24

Tabel 2. Tantangan Peningkatan Kualitas

No Tantangan peningkatan kualitas

1 Kualifikasi Guru (50,8% belum S1/D4)

2 Sertifikasi Guru

3 Penuntasan Reformasi Birokrasi

4 Dosen Berkualifikasi S3 (9.8%)

5 Pemantapan pelaksanaan tata kelola PT

6 Penataan penyelenggaraan RSBI-SBI

7 Implementasi Pendidikan Karakter

8 Penataan sistem pengelolaan data pendidikan

9 Pemetaan pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Dikdas

10 Meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

11 Penguatan Proses Penjaminan Mutu (Revitalisasi Peran LPMP)

Sumber: mendiknas (2010)

2). Pemerataan layanan PAUD

Menteri pendidikan nasional (2011) mengungkapkan bahwa dari 13,5 juta anak usia

4-6 tahun, baru 38% yang terlayani sedangkan sisanya 62% belum terlayani

3).Permasalahan Calistung di PAUD

Permasalahan yang cukup mendasar saat ini dan masih beredar dengan kuat di

berbagai daerah adalah orientasi pendidikan anak usia dini yang masih bersifat

akademik. Anak usia dini di lapangan telah diajarkan membaca, berhitung dan

menulis seperti layaknya anak SD. Hal ini tidak sesuai dengan tugas perkembangan

mereka. Banyak hasil riset yang menunjukkan bahwa pembelajaran akademik bagi

anak usia dini dapat merugikan masa depan anak. Pada umumnya anak-anak yang

stress di lembaga PAUD dan mendapatkan tuntutan akademik di luar kemampuan

mereka dapat mengalami kelelahan mental ketika mereka berada di kelas 3 SD.

disinilah perlunya guru PAUD, guru SD dan orang tua memiliki pemahaman yang

tepat tentang pelayanan pendidikan anak usia dini, sehingga tujuan pendidikan anak

usia dini dapat tercapai sesuai yang diharapkan.

2. Kajian Pengembangan PAUD Masa Depan

Perkembangan sains dan teknologi telah memberikan pengaruh yang sangat besar

dalam merubah tatanan kehidupan bermasyarakat. Perubahan ini pula yang harus

terus diantisipasi oleh dunia pendidikan. Sistem pendidikan lebih diharapkan dapat

merancang program pembelajaran yang lebih maju ke depan atau one step a head ,

sehingga generasi yang dihasilkan adalah generasi yang siap pakai dan tidak

ketinggalan zaman.

Page 31: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 25

a. Kecenderungan Utama Masa Depan

Sebagai seorang futuris, Canton (2010) mengemukakan terdapat beberapa

kecenderungan yang akan muncul di masa depan, yaitu;

1). Munculnya benturan kebudayaan di masa depan era globalisasi

Benturan budaya dan perebutan masa depan menjadi konsekuensi globalisasi. Pada

masa ini bangsa yang kuat akan memberikan pengaruh terhadap perubahan budaya

pada bangsa lain. Bangsa yang lemah akan menjadi sasaran empuk dalam globalisasi

budaya. Jatidiri, ke unikan, ciri khas, keragaman menjadi hal yang akan sulit

diperoleh, pada satu titik ekstrim keunikan suatu bangsa dapat menjadi punah. Pada

posisi inilah visi pendidikan karakter dan mengokohkan kembali akar budaya bangsa

menjadi sangat penting untuk dilakukan sejak saat ini, dan tercermin dalam sistem

pendidikannya.

2). Ekonomi inovasi

Ekonomi masa depan yang akan bertahan adalah ekonomi kreatif dan inovatif.

Industri dan pengusaha harus melakukan berbagai inovasi untuk menjaga stabilitas

perekonomiannya. mereka yang tidak kreatif dan inovatif akan hilang dan

ditinggalkan.

3). Munculnya sains-sains baru

Fenomena kebebasan berpikir serta iklim kondusif yang mendukung lahirnya

gagasan baru telah mengantarkan para ilmuan untuk mengembangkan dan

menemukan sains baru. Hasil penemuan ini juga mempengaruhi kehidupan manusia

itu sendiri, satu diantaranya yang sedang dikembangkan adalah teleportasi,

nanobiologi, rekayasa genetika, cloning, hingga serba-serbi alam semesta.

4). Perubahan iklim

Fenomena bencana alam, pemanasan global (efek rumah kaca, mencairnya es di

kutub), polusi, kebakaran hutan, merupakan fenomena yang mempengaruhi

perubahan iklim yang terjadi di dunia. Hal ini memberikan dampak yang cukup besar

dalam kehidupan manusia. Persoalan ini sangat penting untuk diperhatikan dalam

pengembangan kurikulum ke depan. Para generasi muda perlu diajarkan untuk

memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan menjaga kelangsungan dan

keharmonisan alam. Selain itu mereka juga dapat diajarkan untuk memiliki

kesadaran dan survive dalam menjalani kehidupan dan menyesuaikan diri dengan

kondisi alam, iklim dan lingkungannya, termasuk didalamnya membekali para siswa

dengan program mitigasi bencana.

5). Bahan bakar masa depan

Energi minyak bumi saat ini mulai menipis, habis dan menjadi sangat mahal di

pasaran. Berbagai sumber energi baru sebagai alternatif pengganti sudah lahir dan

akan menjadi pilihan produktif di masa depan. Sumber energi tersebut harus

berlimpah, andal, terbarukan, bersih, terjangkau dan aman, sehingga dapat

mengakhiri ketergantungan manusia dalam menggunakan minyak bumi dan

melestarikan bumi agar tetap layak dihuni. Mencermati fenomena tersebut sistem

pendidikan harus mulai menyiapkan program untuk membangun pola hidup yang

ramah lingkungan, hemat energy serta membekali para siswa dengan wawasan

energy alternatif.

Page 32: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 26

b. Pembangunan PAUD dalam Visi Indonesia 2025 dan 2045 (100 Tahun

Indonesia Merdeka)

Menteri pendidikan nasional (2011) dalam pidato hardiknas mengungkapkan bahwa

“tantangan globalisasi dan krisis multi dimensi yang sedang dihadapi bangsa

Indonesia, menuntut semua lapisan masyarakat untuk lebih memperkuat jati diri,

identitas, dan karakter sebagai bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang dikaruniai

oleh Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya alam yang sangat kaya, sumber

daya manusia berupa bonus demografi (2010-2040) yang luar biasa besar, dan

perjalanan panjang sebagai bangsa yang tangguh dan penuh optimisme. Demikian

juga kesempatan yang sangat terbuka untuk menjadi bangsa dan negara yang besar,

maju, demokratis, dan sejahtera. Indonesia sekarang ini, memiliki potensi dan juga

kesempatan. Momentum tersebut perlu dimanfaatkan dengan baik dengan

menyiapkan generasi menuju 2045, yaitu pada saat 100 tahun Indonesia merdeka”.

Lebih lanjut Mendiknas mengutarakan bahwa “banyak agenda yang harus disiapkan

dalam menyiapkan generasi 2045, antara lain pendidikan anak usia dini (PAUD).

Pada usia inilah masa emas dari generasi bangsa Indonesia. Anak-anak inilah 30- an

tahun ke depan yang akan menjadi pemegang kunci kemajuan bangsa. Karena itu,

tidak ada pilihan lain, jika kita ingin menyiapkan generasi 2045, maka harus kita

mulai dari PAUD. Karena itu, konsistensi kebijakan dan kebersamaan diperlukan .

Inilah `hadiah” yang akan disiapkan dan dipersembahkan dalam menyambut generasi

2045, generasi 100 tahun Indonesia merdeka”.

Anak usia dini di tahun 2011 merupakan “kado” untuk 100 tahun Indonesia merdeka,

di tahun 2045. Hal ini membutuhkan kerja keras dan keseriusan semua pihak untuk

mempersiapkan satu generasi yang akan dididik secara kontinue selama 34 tahun.

Hal ini merupakan PR yang luar biasa bagi para pendidik PAUD.

Berkenaan dengan pembangunan PAUD di Indonesia, Pemerintah telah

mencanangkan program Paudisasi ; yaitu suatu program penataan, percepatan, dan

perluasan layanan pendidikan anak usia dini untuk mendukung Indonesia menjadi

12 besar kekuatan dunia pada tahun 2025 dan menjadi 8 besar kekuatan dunia pada

tahun 2045.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan guna pencapaian maksud tersebut

sebagaimana dipaparkan mendiknas (2011) adalah sebagai berikut ;

1). Perumusan filosofis PAUD

2). Perumusan hubungan PAUD dengan pendidikan SD

3). Penataan kelembagaan dan satuan PAUD

4). penataan pendidikan dan tenaga kependidikan PAUD

5). Penataan kerjasama kemdiknas dengan Pemda dan lembaga kemasyarakatan

pelaksana PAUD

6). Penataan kurikulum PAUD

7). Penataan Pembiayaan PAUD

8). Penataan penjaminan mutu PAUD

Page 33: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 27

BAB III

HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. Pengertian

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

B. Tujuan

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah:

1. Membangun landasan bagi berkembangnya potensi anak usia dini agar menjadi

manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri,

percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

2. Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis,

dan sosial anak usia dini melalui bermain yang edukatif dan menyenangkan.

3. Membantu anak usia dini mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik

yang meliputi nilai-nilai agama dan moral, sosio-emosional, kemandirian,

kognitif dan bahasa, fisik/motorik, seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.

C. Fungsi

Fungsi pendidikan anak usia dini adalah:

1. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak.

2. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.

3. Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik.

4. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.

5. Mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan yang dimiliki anak.

6. Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar

D. Prinsip-Prinsip

Dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-

prinsip sebagai berikut:

1. Berorientasi pada Perkembangan Anak

Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai

dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka

perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam

kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai

dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-

aku-an ke rasa sosial.

2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada

kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk

mengoptimalkan semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun

Page 34: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 28

psikis. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya

dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.

3. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain

Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran pada anak

usia dini. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya

dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi,

metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak.

Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan

memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran

menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang

berkaitan dengan pengalamannya.

4. Lingkungan Kondusif

Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan

menyenangkan serta demokratis sehingga anak merasa aman, nyaman dan

menyenangkan dalam lingkungan bermain baik di dalam maupun di luar

ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan

kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan

dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi

dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya.

Lingkungan bermain hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai

budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan

tempat bermain ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap

karakteristik budaya masing-masing anak.

5. Menggunakan Pembelajaran terpadu

Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran

terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan

dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini

dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan

jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.

6. Mengembangkan Berbagai Kecakapan Hidup

Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses

pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri

sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.

7. Menggunakan Berbagai Media Edukatif dan Sumber Belajar

Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu

memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam

sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan

berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi

dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.

8. Dilaksanakan secara Bertahap dan Berulang-ulang

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai

dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai

dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang.

Page 35: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 29

9. Stimulasi Terpadu

Perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan berkesinambung-an antara

aspek kesehatan, gizi dan pendidikan. Hal ini berarti kemajuan perkembangan

satu aspek akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Karakteristik anak

memandang segala sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan bagian demi

bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek

perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan

kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat.

10. Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan

Proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-

kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu

anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.

Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat

anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.

11. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi untuk

kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan

teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk

mendorong anak menyenangi belajar.

E. Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan rentang pertumbuhan dan

perkembangan yang mungkin dilalui dan dicapai anak yang berlangsung secara

berurutan dan berkesinambungan. Oleh karena itu, tingkat perkembangan yang

dicapai anak pada masa ini akan menjadi dasar pencapaian perkembangan pada

tahap berikutnya.

Setiap anak diharapkan mencapai tingkat perkembangannya secara optimal. Agar

seluruh aspek perkembangan anak usia dini berkembang secara integratif dan

optimal maka diperlukan pendidikan yang dapat memberikan rangsangan dan

layanan terhadap aspek perkembangan motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

serta pemahaman agama dan moralnya.

Tingkat perkembangan merupakan aktualisasi potensi semua aspek kemanusiaan

yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya. Tingkat

pencapaian perkembangan secara integratif tersusun dalam urutan tahapan usia, dan

akan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap berikutnya.

Berbagai studi loningtudinal dalam bidang neurobiologi dan neurosains

membuktikan bahwa perkembangan otak anak pada tahun-tahun awal kehidupan

sangat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental, kemampuan belajar, dan

perilakunya sepanjang hidup. Oleh karena itu, rangsangan lingkungan, kualitas

interaksi, serta mutu gizi dan baiknya perawatan kesehatan akan memberikan

keuntungan jangka panjang dalam pembinaan dan pengembangan warganegara di

masa depan

Page 36: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 30

1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 0 – < 12 Bulan

Lingkup

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan

< 3 bulan 3 – < 6 bulan 6 – < 9 bulan 9 – <12 bulan

I. Nilai-nilai

Agama dan

Moral

*) *) *) *)

II. Motorik

A. Motorik

Kasar

1. Refleks

menggengga

m benda

yang

menyentuh

telapak

tangan.

2. Menegakkan

kepala saat

ditelungkupk

an.

3. Tengkurap.

4. Berguling ke

kanan dan ke

kiri.

1. Meraih benda di

depannya.

2. Tengkurap

dengan dada

diangkat dan

kedua tangan

menopang.

3. Duduk dengan

bantuan.

1. Melempar

benda yang

dipegang

2. Merangkak

ke segala

arah.

3. Duduk tanpa

bantuan.

4. Berdiri

dengan

bantuan.

5. Bertepuk

tangan.

1. Menarik

benda yang

terjangkau.

2. Berjalan

dengan

berpegangan.

3. Berjalan

beberapa

langkah tanpa

bantuan.

4. Melakukan

gerak

menendang

bola.

B. Motorik

Halus

1. Memainkan

jari tangan

dan kaki.

2. Memegang

benda dengan

lima jari.

1. Memasukkan

benda ke dalam

mulut.

2. Memindahkan

mainan dari satu

tangan ke

tangan yang

lain.

1. Memegang

benda

dengan ibu

jari dan jari

telunjuk

(menjumput)

2. Meremas.

1. Menggaruk

kepala.

2. Memegang

benda kecil

atau tipis

(misal:

potongan

buah atau

biskuit).

3. Memukul-

mukul atau

mengetuk-

ngetuk

mainan.

III. Kognitif

A. Mengenali

apa yang

diinginkan.

1. Membedaka

n apa yang

diinginkan

(ASI atau

dot).

1. Memperhatikan

permainan yang

diinginkan.

1. Mengamati

benda yang

bergerak.

1. Mulai

memahami

perintah

sederhana.

B. Menunjukkan

reaksi atas

rang-sangan.

1. Berhenti

menangis

setelah

keinginannya

terpenuhi

(misal:

setelah

digendong

atau diberi

susu).

1. Mengulurkan

kedua tangan

untuk

digendong.

1. Berpaling

kearah

sumber

suara.

2. Mengamati

benda yang

dipegang

kemudian

dijatuhkan.

1. Menunjukkan

reaksi saat

namanya

dipanggil.

2. Mencoba

mencari benda

yang

disembunyika

n.

3. Mencoba

membuka/

Page 37: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 31

Lingkup

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan

< 3 bulan 3 – < 6 bulan 6 – < 9 bulan 9 – <12 bulan

melepas

benda yang

tertutup.

IV. Bahasa

Mengeluarkan

suara untuk

menyatakan

keinginan atau

sebagai reaksi

atas rangsangan

1. Menangis.

2. Berteriak.

3. Bergumam.

1. Memperhatikan/

mendengarkan

ucapan orang.

2. Mengoceh.

3. Tertawa kepada

orang yang

mengajak

berkomunikasi.

1. Mulai

menirukan

ucapan.

2. Merespons

permainan

cilukba.

3. Menunjuk

benda dengan

mengucapkan

satu kata.

1. Mengucapkan

dua kata

untuk

menyatakan

keinginan.

2. Menyatakan

penolakan.

3. Menyebut

nama benda

atau binatang

(pus untuk

kucing; oti

untuk roti).

V.Sosial-

emosional

Menunjukkan

respons

emosi

1. Menatap dan

tersenyum.

2. Menangis

untuk

mengekspres

i kan ketidak

nyamanan.

1. Merespons

dengan gerakan

tangan dan kaki.

2. Menangis

apabila tidak

mendapat-kan

yang diingin-

kan.

1. Mengulurkan

tangan atau

menolak

untuk

diangkat

(digendong).

2. Menunjuk

sesuatu yang

diinginkan.

1. Menempelkan

kepala bila

merasa

nyaman dalam

pelukan (gen-

dongan) atau

meronta kalau

merasa tidak

nyaman.

2. Menyatakan

keinginan

dengan

berbagai

gerakan tubuh

dan ung-

kapan kata-

kata

sederhana.

3. Meniru cara

menyatakan

perasaan

sayang

dengan

memeluk.

*) Nilai-nilai agama dan moral pada usia 0 - <12 bulan tidak diatur secara spesifik,

sehingga pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing lembaga.

Page 38: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 32

2. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 12 – < 24 Bulan

Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan

12 – < 18 bulan 18 – < 24 bulan

I. Nilai-nilai Agama dan

Moral

*) *)

II. Motorik

A. Motorik Kasar.

1. Berjalan sendiri.

2. Naik tangga atau tempat

yang lebih tinggi dengan

merangkak.

3. Menendang bola ke arah

depan.

4. Berdiri dengan satu kaki

selama satu detik.

1. Melompat di tempat.

2. Naik tangga atau

tempat yang lebih

tinggi dengan

berpegangan.

3. Berjalan mundur

beberapa langkah.

4. Menarik benda yang

tidak terlalu berat

(kursi kecil).

B. Motorik Halus. 1. Memegang alat tulis.

2. Membuat coretan bebas.

3. Menyusun menara dengan

tiga balok.

4. Memegang gelas dengan

dua tangan.

5. Menumpahkan benda-benda

dari wadah dan

memasukkannya kembali.

1. Meniru garis vertikal

atau horisontal.

2. Memasukkan benda ke

dalam wadah yang

sesuai.

3. Membalik halaman

buku walaupun belum

sempurna.

4. Menyobek kertas.

III. Kognitif

A. Mengenali

pengetahuan umum.

1. Menyebut beberapa nama

benda.

2. Menanyakan nama benda

yang belum dikenal.

3. Mengenal beberapa warna

primer (merah, biru,

kuning).

4. Menyebut nama sendiri dan

orang-orang yang dikenal.

1. Mempergunakan alat

permainan dengan

cara semaunya seperti

balok dipukul-pukul.

2. Mulai memahami

gambar wajah orang.

3. Mulai memahami

prinsip milik orang

lain seperti: milik

saya, milik kamu.

B. Mengenal konsep

ukuran dan bilangan.

Membedakan ukuran benda

(besar-kecil).

Membilang sampai lima.

IV. Bahasa

A. Menerima Bahasa.

1. Menunjuk bagian tubuh

yang ditanyakan.

2. Memahami tema cerita

pendek.

1. Menaruh perhatian

pada gambar-gambar

dalam buku.

2. Menggunakan kata-

kata sederhana untuk

menyatakan

keingintahuan.

Page 39: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 33

Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan

12 – < 18 bulan 18 – < 24 bulan

B. Mengungkapkan

Bahasa.

1. Merespons pertanyaan

dengan jawaban “Ya atau

Tidak”

2. Mengucapkan kalimat yang

terdiri atas dua kata

1. Menjawab pertanyaan

dengan kalimat

pendek.

2. Menyanyikan lagu

sederhana.

V. Sosial-Emosional

Menunjukkan respon

emosi.

1. Menunjukkan reaksi marah

apabila merasa terganggu,

seperti permainannya

diambil.

2. Menunjukkan reaksi yang

berbeda terhadap orang

yang baru dikenal.

3. Bermain bersama teman

tetapi sibuk dengan

mainannya sendiri.

4. Memperhatikan/mengamati

teman-temannya yang

beraktivitas.

1. Mengekspresikan

berbagai reaksi emosi

(senang, marah, takut,

kecewa).

2. Menunjukkan reaksi

menerima atau

menolak kehadiran

orang lain.

3. Bermain bersama

teman dengan mainan

yang sama.

4. Berekspresi dalam

bermain peran (pura-

pura).

*) Nilai-nilai agama dan moral pada usia 12 - <24 bulan tidak diatur secara spesifik,

sehingga pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing lembaga.

3. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 2 – <4 Tahun

Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan

2 – <3 tahun 3 – <4 tahun

I. Nilai-nilai Agama dan

Moral

Merespons hal-hal yang

terkait dengan nilai

agama dan moral.

1. Mulai meniru gerakan

berdoa/sembahyang sesuai

dengan agamanya.

2. Mulai meniru doa pendek

sesuai dengan agamanya.

3. Mulai memahami kapan

mengucapkan salam, terima

kasih, maaf, dsb.

1. Mulai memahami

pengertian perilaku yang

berlawanan meskipun

belum selalu dilakukan

seperti pemahaman

perilaku baik-buruk,

benar-salah, sopan-tidak

sopan.

2. Mulai memahami arti

kasihan dan sayang

kepada ciptaan Tuhan.

Page 40: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 34

Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan

2 – <3 tahun 3 – <4 tahun

II. Motorik

A. Motorik Kasar

1. Berjalan sambil berjinjit.

2. Melompat ke depan dan ke

belakang dengan dua kaki.

3. Melempar dan menangkap

bola.

4. Menari mengikuti irama.

5. Naik-turun tangga atau tempat

yang lebih tinggi/rendah

dengan berpegangan.

1. Berlari sambil membawa

sesuatu yang ringan

(bola).

2. Naik-turun tangga atau

tempat yang lebih tinggi

dengan kaki bergantian.

3. Meniti di atas papan

yang cukup lebar.

4. Melompat turun dari

ketinggian kurang lebih

20 cm (di bawah tinggi

lutut anak).

5. Meniru gerakan senam

sederhana seperti

menirukan gerakan

pohon, kelinci

melompat).

B. Motorik Halus 1. Meremas kertas atau kain

dengan menggerakkan lima

jari.

2. Melipat kertas meskipun belum

rapi/lurus.

3. Menggunting kertas tanpa pola.

4. Koordinasi jari tangan cukup

baik untuk memegang benda

pipih seperti sikat gigi, sendok.

1. Menuang air, pasir, atau

biji-bijian ke dalam

tempat penampung

(mangkuk, ember).

2. Memasukkan benda kecil

ke dalam botol (potongan

lidi, kerikil, biji-bijian).

3. Meronce manik-manik

yang tidak terlalu kecil

dengan benang yang

agak kaku.

4. Menggunting kertas

mengikuti pola garis

lurus.

III. Kognitif

A. Mengenal pengetahuan

umum.

1. Menyebut bagian-bagian suatu

gambar seperti gambar wajah

orang, mobil, binatang, dsb.

2. Mengenal bagian-bagian tubuh

(lima bagian).

1. Menemukan/mengenali

bagian yang hilang dari

suatu pola gambar

seperti pada gambar

wajah orang, mobil, dsb.

2. Menyebutkan berbagai

nama makanan dan

rasanya (garam, gula

atau cabai).

3. Memahami perbedaan

antara dua hal dari jenis

yang sama seperti

membedakan antara

buah rambutan dan

pisang; perbedaan antara

ayam dan kucing.

Page 41: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 35

Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan

2 – <3 tahun 3 – <4 tahun

B. Mengenal konsep

ukuran, bentuk, dan pola

1. Memahami konsep ukuran

(besar-kecil, panjang-pendek).

2. Mengenal tiga macam bentuk

( , , ).

3. Mulai mengenal pola.

1. Menempatkan benda

dalam urutan ukuran

(paling kecil-paling

besar).

2. Mulai mengikuti pola

tepuk tangan.

3. Mengenal konsep

banyak dan sedikit

IV. Bahasa

A. Menerima Bahasa

1. Hafal beberapa lagu anak

sederhana.

2. Memahami cerita/dongeng

sederhana.

3. Memahami perintah sederhana

seperti letakkan mainan di atas

meja, ambil mainan dari dalam

kotak.

1. Pura-pura membaca

cerita bergambar dalam

buku dengan kata-kata

sendiri.

2. Mulai memahami dua

perintah yang diberikan

bersamaan contoh: ambil

mainan di atas meja lalu

berikan kepada ibu

pengasuh atau pendidik.

B. Mengungkapkan

Bahasa.

1. Menggunakan kata tanya

dengan tepat (apa, siapa,

bagaimana, mengapa, dimana).

1. Mulai menyatakan

keinginan dengan

mengucapkan kalimat

sederhana (saya ingin

main bola)

2. Mulai menceritakan

pengalaman yang

dialami dengan cerita

sederhana.

V. Sosial-Emosional

Mampu mengendalikan

emosi

1. Mulai bisa mengungkapkan

ketika ingin buang air kecil

dan buang air besar.

2. Mulai memahami hak orang

lain (harus antri, menunggu

giliran).

3. Mulai menunjukkan sikap

berbagi, membantu, bekerja

bersama.

4. Menyatakan perasaan terhadap

anak lain (suka dengan teman

karena baik hati, tidak suka

karena nakal, dsb.).

5. Berbagi peran dalam suatu

permainan (menjadi dokter,

perawat, pasien penjaga toko

atau pembeli).

1. Mulai bisa melakukan

buang air kecil tanpa

bantuan.

2. Bersabar menunggu

giliran.

3. Mulai menunjukkan

sikap toleran sehingga

dapat bekerja dalam

kelompok.

4. Mulai menghargai orang

lain.

5. Bereaksi terhadap hal-

hal yang dianggap tidak

benar (marah apabila

diganggu atau

diperlakukan berbeda).

6. Mulai menunjukkan

ekspresi me-nyesal

ketika melakukan

kesalahan.

Page 42: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 36

4. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 4 – ≤ 6 Tahun

Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan

Usia 4 - <5 tahun Usia 5 - ≤6 tahun

I. Nilai-nilai Agama dan

Moral

1. Mengenal Tuhan melalui

agama yang dianutnya.

2. Meniru gerakan beribadah.

3. Mengucapkan doa sebelum

dan/atau sesudah melakukan

sesuatu.

4. Mengenal perilaku baik/sopan

dan buruk.

5. Membiasakan diri berperilaku

baik.

6. Mengucapkan salam dan

membalas salam.

1. Mengenal agama yang

dianut.

2. Membiasakan diri

beribadah.

3. Memahami perilaku

mulia (jujur, penolong,

sopan, hormat, dsb).

4. Membedakan perilaku

baik dan buruk.

5. Mengenal ritual dan hari

besar agama.

6. Menghormati agama

orang lain.

II. Fisik

A. Motorik Kasar

1. Menirukan gerakan binatang,

pohon tertiup angin, pesawat

terbang, dsb.

2. Melakukan gerakan

menggantung (bergelayut).

3. Melakukan gerakan melompat,

meloncat, dan berlari secara

terkoordinasi

4. Melempar sesuatu secara

terarah

5. Menangkap sesuatu secara

tepat

6. Melakukan gerakan antisipasi

7. Menendang sesuatu secara

terarah

8. Memanfaatkan alat permainan

di luar kelas.

1. Melakukan gerakan

tubuh secara

terkoordinasi untuk

melatih kelenturan,

keseimbangan, dan

kelincahan.

2. Melakukan koordinasi

gerakan kaki-tangan-

kepala dalam menirukan

tarian atau senam.

3. Melakukan permainan

fisik dengan aturan.

4. Terampil menggunakan

tangan kanan dan kiri.

5. Melakukan kegiatan

kebersihan diri.

B. Motorik Halus

1. Membuat garis vertikal,

horizontal, lengkung

kiri/kanan, miring kiri/kanan,

dan lingkaran.

2. Menjiplak bentuk.

3. Mengkoordinasikan mata dan

tangan untuk melakukan

gerakan yang rumit.

4. Melakukan gerakan manipulatif

untuk menghasilkan suatu

bentuk dengan menggunakan

berbagai media.

5. Mengekspresikan diri dengan

berkarya seni menggunakan

berbagai media.

1. Menggambar sesuai

gagasannya.

2. Meniru bentuk.

3. Melakukan eksplorasi

dengan berbagai media

dan kegiatan.

4. Menggunakan alat tulis

dengan benar.

5. Menggunting sesuai

dengan pola.

6. Menempel gambar

dengan tepat.

7. Mengekspresikan diri

melalui gerakan

menggambar secara

detail.

Page 43: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 37

Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan

Usia 4 - <5 tahun Usia 5 - ≤6 tahun

C. Kesehatan Fisik

1. Memiliki kesesuaian antara

usia dengan berat badan.

2. Memiliki kesesuaian antara

usia dengan tinggi badan.

3. Memiliki kesesuaian antara

tinggi dengan berat badan.

1. Memiliki kesesuaian

antara usia dengan berat

badan.

2. Memiliki kesesuaian

antara usia dengan tinggi

badan.

3. Memiliki kesesuaian

antara tinggi dengan

berat badan.

III. Kognitif

A. Pengetahuan umum dan

sains

A.

1. Mengenal benda berdasarkan

fungsi (pisau untuk memotong,

pensil untuk menulis).

2. Menggunakan benda-benda

sebagai permainan simbolik

(kursi sebagai mobil).

3. Mengenal gejala sebab-akibat

yang terkait dengan dirinya.

4. Mengenal konsep sederhana

dalam kehidupan sehari-hari

(gerimis, hujan, gelap, terang,

temaram, dsb).

5. Mengkreasikan sesuatu sesuai

dengan idenya sendiri.

1. Mengklasifikasi benda

berdasarkan fungsi.

2. Menunjukkan aktivitas

yang bersifat eksploratif

dan menyelidik (seperti:

apa yang terjadi ketika

air ditumpahkan).

3. Menyusun perencanaan

kegiatan yang akan

dilakukan.

4. Mengenal sebab-akibat

tentang lingkungannya

(angin bertiup

menyebabkan daun

bergerak, air dapat

menyebabkan sesuatu

menjadi basah.)

5. Menunjukkan inisiatif

dalam memilih tema

permainan (seperti: ”ayo

kita bermain pura-pura

seperti burung”).

6. Memecahkan masalah

sederhana dalam

kehidupan sehari-hari.

B. Konsep bentuk, warna,

ukuran dan pola

C.

1. Mengklasifikasikan benda

berdasarkan bentuk atau warna

atau ukuran.

2. Mengklasiifikasikan benda ke

dalam kelompok yang sama

atau kelompok yang sejenis

atau kelompok yang

berpasangan dengan 2 variasi.

3. Mengenal pola AB-AB dan

ABC-ABC.

4. Mengurutkan benda

berdasarkan 5 seriasi ukuran

atau warna.

1. Mengenal perbedaan

berdasarkan ukuran:

“lebih dari”; “kurang

dari”; dan “paling/ter”.

2. Mengklasifikasikan

benda berdasarkan

warna, bentuk, dan

ukuran (3 variasi)

3. Mengklasifikasikan

benda yang lebih

banyak ke dalam

kelompok yang sama

atau kelompok yang

sejenis, atau kelompok

berpasangan yang lebih

Page 44: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 38

Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan

Usia 4 - <5 tahun Usia 5 - ≤6 tahun

dari 2 variasi.

4. Mengenal pola ABCD-

ABCD.

5. Mengurutkan benda

berdasarkan ukuran dari

paling kecil ke paling

besar atau sebaliknya.

C. Konsep bilangan,

lambang bilangan dan

huruf

1. Mengetahui konsep banyak dan

sedikit.

2. Membilang banyak benda satu

sampai sepuluh.

3. Mengenal konsep bilangan.

4. Mengenal lambang bilangan.

5. Mengenal lambang huruf.

1. Menyebutkan lambang

bilangan 1-10.

2. Mencocokkan bilangan

dengan lambang

bilangan.

3. Mengenal berbagai

macam lambang huruf

vokal dan konsonan.

IV. Bahasa

A. Menerima bahasa

1. Menyimak perkataan orang lain

(bahasa ibu atau bahasa

lainnya).

2. Mengerti dua perintah yang

diberikan bersamaan.

3. Memahami cerita yang

dibacakan

4. Mengenal perbendaharaan kata

mengenai kata sifat (nakal,

pelit, baik hati, berani, baik,

jelek, dsb.).

1. Mengerti beberapa

perintah secara

bersamaan.

2. Mengulang kalimat yang

lebih kompleks.

3. Memahami aturan dalam

suatu permainan.

B. Mengungkapkan Bahasa

1. Mengulang kalimat sederhana.

2. Menjawab pertanyaan

sederhana.

3. Mengungkapkan perasaan

dengan kata sifat (baik, senang,

nakal, pelit, baik hati, berani,

baik, jelek, dsb.).

4. Menyebutkan kata-kata yang

dikenal.

5. Mengutarakan pendapat kepada

orang lain.

6. Menyatakan alasan terhadap

sesuatu yang diinginkan atau

ketidaksetujuan.

7. Menceritakan kembali

cerita/dongeng yang pernah

didengar.

1. Menjawab pertanyaan

yang lebih kompleks.

2. Menyebutkan kelompok

gambar yang memiliki

bunyi yang sama.

3. Berkomunikasi secara

lisan, memiliki

perbendaharaan kata,

serta mengenal simbol-

simbol untuk persiapan

membaca, menulis dan

berhitung.

4. Menyusun kalimat

sederhana dalam struktur

lengkap (pokok kalimat-

predikat-keterangan).

5. Memiliki lebih banyak

kata-kata untuk

mengekpresikan ide

pada orang lain.

6. Melanjutkan sebagian

cerita/dongeng yang

telah diperdengarkan.

Page 45: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 39

Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan

Usia 4 - <5 tahun Usia 5 - ≤6 tahun

C. Keaksaraan

1. Mengenal simbol-simbol.

2. Mengenal suara–suara

hewan/benda yang ada di

sekitarnya.

3. Membuat coretan yang

bermakna.

4. Meniru huruf.

1. Menyebutkan simbol-

simbol huruf yang

dikenal.

2. Mengenal suara huruf

awal dari nama benda-

benda yang ada di

sekitarnya.

3. Menyebutkan kelompok

gambar yang memiliki

bunyi/huruf awal yang

sama.

4. Memahami hubungan

antara bunyi dan bentuk

huruf.

5. Membaca nama sendiri.

6. Menuliskan nama

sendiri.

V. Sosial emosional 1. Menunjukkan sikap mandiri

dalam memilih kegiatan.

2. Mau berbagi, menolong, dan

membantu teman.

3. Menunjukan antusiasme dalam

melakukan permainan

kompetitif secara positif.

4. Mengendalikan perasaan.

5. Menaati aturan yang berlaku

dalam suatu permainan.

6. Menunjukkan rasa percaya diri.

7. Menjaga diri sendiri dari

lingkungannya.

8. Menghargai orang lain.

1. Bersikap kooperatif

dengan teman.

2. Menunjukkan sikap

toleran.

3. Mengekspresikan emosi

yang sesuai dengan

kondisi yang ada

(senang-sedih-antusias

dsb.)

4. Mengenal tata krama dan

sopan santun sesuai

dengan nilai sosial

budaya setempat.

5. Memahami peraturan

dan disiplin.

6. Menunjukkan rasa

empati.

7. Memiliki sikap gigih

(tidak mudah menyerah).

8. Bangga terhadap hasil

karya sendiri.

9. Menghargai keunggulan

orang lain.

Page 46: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 40

F. Profil Guru PAUD

Seorang guru PAUD perlu menguasai berbagai kemampuan yaitu:

1. Menguasai karakteristik anak usia dini dalam aspek fisik, moral, sosial, kultural,

emosional, dan intelektual.

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan

yang diampu.

4. Mampu menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

5. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

penyelenggaran kegiatan pengembangan yang mendidik.

6. Mampu memfasilitasi pengembangan potensi anak usia dini untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7. Mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan anak usia

dini.

8. Mampu menyelenggarakan penilaian dan assesmen proses dan hasil belajar

9. Mampu emanfaatkan hasil penilaian dan assesmen untuk kepentingan

pembelajaran

10. Mampu melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

11. Mampu bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan

nasional Indonesia.

12. Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan

teladan bagi anak usia dini dan masyarakat.

13. Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa.

14. Mampu enunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga

menjadi guru, dan rasa percaya diri.

15. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru

16. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,

dan status sosial ekonomi.

17. Mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

18. Mampu beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia

yang memiliki keragaman sosial budaya.

19. Mampu berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara

lisan dan tulisan atau bentuk lain

20. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuwan yang mendukung

pengembangan anak usia dini

21. Mampu mengembangakn kegiatan-kegiatan secara kreatif.

Page 47: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 41

22. Mampu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

23. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.

G. Layanan Utama PAUD

Penyelenggaraan PAUD di Indonesia bertumpu pada lima layanan utama, yaitu:

1) TK (Taman Kanak-Kanak),

Bentuk satuan PAUD formal yang menggunakan program untuk anak usia4 dan 6

tahun.

2) KB (KelompokBermain),

Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus

program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 6 tahun (dengan prioritas

anak usia 2 dan 4 tahun)

3). TPA (Taman PenitipanAnak),

Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus

pengasuhan dan kesejahteraan social terhadap anak sejak usia 3 bulan sampai

dengan 6 tahun

4) SPS (satuan paud sejenis)

Semua bentuk layanan PAUD selain TK/RA, TPA dan KB dikatagorikan sebagai

SPS. Penyelenggaraan SPS dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan

berbagai layananan anak usia dini yang ada dimasyarakat (seperti Posyandu,

BKB/ Bina Keluarga Balita, TPQ /Taman Pendidikan Al-Quran, TAPAS/Taman

Pendidikan Anak Soleh, SPAS/ Sanggar Pendidikan Anak Soleh, Bina Anaprasa,

Sekolah Minggu,Bina Iman, dan semua layanan anak usia dini yang berada

dibawah binaan lembaga agama lainnya; serta semua lembaga layananan anak

usia dini yang berada dibawah binaan organisasi wanita/organisasi

sosial/kemasyarakatan. Salah satu bentuk SPS yang diintegrasikan

denganPosyandu/BKB disebut Pos PAUD.

5). PBK (Paud berbasis keluarga)

Bentuk layanan PAUD yang diselenggarakan dikeluarga atau lingkungan.

Fasilitasi PAUD berbasis keluarga atau lingkungan dilakukan melalui program

parenting yang diselenggarakan oleh setiap satuan PAUD.Fasilitasi dimaksudkan

agar terjadi keselarasan dan kesinambungan antaraperlakuan anak di satuan

PAUD, di rumah, dan dilingkungan main.

Page 48: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 42

BAB IV

PENATAAN KURIKULUM

A. Batasan Kurikulum Anak Usia Dini

Unsur utama dalam pengembangan program bagi anak usia dini adalah bermain.

Pendidikan awal dimasa kanak-kanak diyakini memiliki peran yang amat vital bagi

pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan selanjutnya. Albrecht dan Miller

(2000: 216-218) berpendapat bahwa dalam pengembangan kurikulum bagi anak usia

dini seharusnya sarat dengan aktifitas bermain yang mengutamakan adanya

kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dan berkreativitas, sedangkan orang

dewasa seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator pada saat anak membutuhkan

bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Secara umum kurikulum pendidikan anak usia dini dapat dimaknai sebagai

seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang sengaja direncanakan untuk dapat

dilaksanakan dalam rangka menyiapkan dan meletakkan dasar-dasar bagi

pengembangan diri anak usia dini lebih lanjut.

Bennett, Finn dan Cribb (1999:91-100) menjelaskan bahwa pada hakikatnya

pengembangan kurikulum adalah pengembangan sejumlah pengalaman belajar

melalui kegiatan bermain yang dapat memperkaya pengalaman anak tentang

berbagai hal, seperti cara berpikir tentang diri sendiri, tanggap pada pertanyaan,

dapat memberikan argumentasi untuk mencari berbagai alternatif. Selain itu, hal ini

membantu anak-anak dalam mengembangkan kebiasaan dari setiap karakter yang

dapat dihargai oleh masyarakat serta mempersiapkan mereka untuk memasuki dunia

orang dewasa yang penuh tanggungjawab.

Mengutip pendapat Kitano dan Kirby (1986:127-167), kurikulum merupakan

rencana pendidikan yang dirancang untuk memaksimalkan interaksi pembelajaran

dalam rangka menghasilkan perubahan perilaku yang potensial. Kurikulum yang

komprehensif seharusnya memiliki elemen utama dari setiap bidang pengembangan

yang disesuaikan dengan tingkatan atau jenjang pendidikannya serta

mengetengahkan target pencapaian peserta didik yang mencakup seluruh kegiatan

pembelajaran di lembaga pendidikan.

Catron dan Allen (1999:30) menyatakan bahwa kurikulum mencakup jawaban

tentang pertanyaan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya dengan

menyediakan sebuah rencana program kegiatan bermain yang berlandaskan filosofis

tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Selanjutnya dijelaskan bahwa

program kegiatan bermain pada dasarnya adalah pengembangan secara kongkrit dari

sebuah kurikulum. Pengembangan kurikulum bagi anak usia dini merupakan langkah

awal yang menjadi tolok ukur dari kegiatan belajar selanjutnya.

Menurut NAEYC Draft Early Childhood Program Standar terdapat 2 (dua) hal

penting tentang kurikulum bagi anak usia dini, yaitu :

(1) Program kegiatan bermain pada anak usia dini diterapkan berdasarkan

kurikulum yang berpusat pada anak serta dapat mendukung kegiatan

pembelajaran dan perkembangan pada setiap aspek baik estetika, kognitif,

emosional , bahasa, fisik dan sosial;

Page 49: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 43

(2) Kurikulum berorientasi pada hasil dan mengkaitkan berbagai konsep dan

perkembangan. Pada saat disampaikan oleh guru pada tiap individu anak, maka

kurikulum yang telah dirancang diharapkan dapat membantu guru, sehingga

dapat menyediakan pengalaman yang dapat mengembangkan perkembangan

pada jenjang yang lebih tinggi pada wilayah perkembangannya. Hal ini juga

mengarah pada intensionalitas dan ungkapan kreatif, dan memberikan

kesempatan pada anak untuk belajar secara individu dan berkelompok

berdasarkan kebutuhan dan minat mereka (2004: 2-3).

Kurikulum yang dikembangkan terdiri dari bidang perkembangan sosial dan emosi,

bahasa, literasi awal, matematika permulaan, penemuan ilmiah, memahami diri

sendiri, masyarakat dan dunianya; ekspresi kreatif dan penghargaan terhadap seni;

dan perkembangan fisik.

NAECY guidelines tentang pengembangan kurikulum PAUD dalam Bredecamp &

Copple (1997: 20-21) meyakini bahwa pengembangan kurikulum berhubungan

dengan mutu program pembelajaran secara keseluruhan. Ketiganya setuju dengan

asumsi bahwa dalam pengembangan kurikulum anak usia dini harus memperhatikan

hal-hal berikut ini:

1. Pastikan kurikulum mencakup seluruh aspek perkembangan anak (the whole

child): fisik, emosi, sosial, bahasa, estetika, dan kognitif.

2. Sertakan konten kurikulum yang memiliki relevansi secara sosial, keterlibatan

intelektual, dan secara pribadi berarti bagi anak-anak.

3. Bangun pada "apa yang anak-anak sudah tahu dan bisa lakukan," karena ini baik

untuk mengkonsolidasi proses belajar mereka dan menumbuhkan akuisisi

mereka terhadap konsep dan keterampilan baru.

4. Bantulah anak-anak membuat hubungan bermakna dengan menyediakan

pembelajaran lintas-disiplin ilmu. Pada saat tertentu, berfokus pada pembahasan

yang sederhana dan sesuai dengan anak.

5. Kembangkan kurikulum yang mempromosikan pengetahuan, pemahaman,

proses, keterampilan, dan arahan untuk terus belajar (strategi inquiri dan

mengenal disiplin diberikan dengan cara-cara yang dapat diakses dan terjangkau

bagi anak-anak muda).

6. Pastikan untuk mendukung budaya dan bahasa di lingkungan sekitar anak-anak

serta membantu mereka memahami dan berpartisipasi dalam program budaya

dan masyarakat yang lebih besar.

7. Pastikan bahwa tujuan dari kurikulum adalah; realistis dan dapat dicapai bagi

kebanyakan anak pada rentang usia tertentu dan ditujukan serta dirancang

khusus untuk anak.

8. Jika menggunakan teknologi, pastikan itu adalah secara fisik dan filosofis

terintegrasi dengan kurikulum di kelas dan pembelajaran.

Berkaitan dengan pengembangan program kegiatan bermain bagi anak usia dini

terdapat beberapa prinsip pengembangan kurikulum secara umum yang perlu

diperhatikan. Menurut Subandiyah (1996:4-6) prinsip-prinsip pengembangan

kurikulum bagi anak usia dini, adalah:

Page 50: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 44

(1) Prinsip relevansi, bahwa kurikulum anak usia dini harus relevan dengan

kebutuhan dan perkembangan anak secara individual;

(2) Prinsip adaptasi, bahwa kurikulum anak usia dini harus memperhatikan dan

mengadaptasi perubahan ilmu, teknologi dan seni yang berkembang di

masyarakat termasuk juga perubahan sebagai akibat dari dampak psikososial;

(3) Prinsip kontinuitas, bahwa kurikulum anak usia dini harus disusun secara

berkelanjutan antara satu tahapan perkembangan ke tahapan perkembangan

berikutnya sehingga diharapkan anak siap memasuki jenjang pendidikan

selanjutnya;

(4) Prinsip fleksibilitas, bahwa kurikulum anak usia dini harus dapat dipahami,

dipergunakan dan dikembangkan secara luwes sesuai dengan keunikan dan

kebutuhan anak serta kondisi dimana pendidikan itu berlangsung;

(5) Prinsip kepraktisan dan akseptabilitas, bahwa kurikulum anak usia dini harus

dapat memberikan kemudahan bagi praktisi dan masyarakat dalam

melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak usia dini

(6) Prinsip kelayakan, bahwa kurikulum anak usia dini harus menunjukkan

kelayakan dan keberpihakan pada anak usia dini;

(7) Prinsip akuntabilitas, bahwa kurikulum anak usia dini yang dikembangkan harus

dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat sebagai pengguna jasa

pendidikan anak usia dini.

B. Tujuan Kurikulum Anak Usia Dini

Catron dan Allen (1999:30) berpendapat bahwa tujuan pengembangan kurikulum

yang utama adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh

serta terjadinya komunikasi interaktif. Kurikulum bagi anak usia dini haruslah

memfokuskan pada perkembangan yang optimal pada seorang anak melalui

lingkungan sekitarnya yang dapat menggali berbagai potensi tersebut melalui

permainan serta hubungan dengan orang tua atau orang dewasa lainnya. Selanjutnya

mereka berdua berpendapat bahwa seharusnya kelas-kelas bagi anak usia dini

merupakan kelas yang mampu menciptakan suasana kelas yang kreatif dan penuh

kegembiraan bagi anak.

Tujuan kurikulum anak usia dini di Indonesia adalah membantu meletakkan dasar ke

arah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas yang diperlukan

oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk

pertumbuhan serta perkembangan pada tahapan berikutnya (Depdiknas 2004: 3).

Untuk mencapai tujuan kurikulum tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran

bagi anak usia dini yang berorientasi pada:

(1) tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan di setiap rentangan usia

anak;

(2) materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karakteristik dan

kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan anak (DAP= Developmentally

Approriate Practice);

Page 51: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 45

(3) metode yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan tujuan kegiatan belajar

dan mampu melibatkan anak secara aktif dan kreatif serta menyenangkan;

(4) media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman, nyaman dan

menimbulkan ketertarikan bagi anak dan perlu adanya waktu yang cukup untuk

bereksplorasi;

(5) evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah

assesment melalui observasi partisipatif terhadap segala sesuatu yang dilihat,

didengar dan diperbuat oleh anak

Program kegiatan bermain yang merupakan implementasi secara kongkrit

pengembangan kurikulum memiliki sejumlah fungsi, diantaranya adalah: (1) untuk

mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap

perkembangannya, (2) mengenalkan anak dengan dunia sekitar, (3) mengembangkan

sosialisasi anak, (4) mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak dan

(5) memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati masa bermainnya.

Berdasarkan paparan di atas, maka tujuan pengembangan kurikulum bagi anak usia

dini adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh

berdasarkan berbagai dimensi perkembangan anak usia dini baik perkembangan

sikap pengetahuan, keterampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta untuk pertumbuhan dan

perkembangan anak pada tahapan berikutnya.

C. Pendekatan Pembelajaran Anak Usia Dini

Kurikulum bagi anak usia dini dikembangkan berdasarkan sejumlah pendekatan yang

sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak usia dini.

Landasan konseptual yang digunakan dalam kurikulum adalah berdasarkan teori

perkembangan anak (child developmental theories ), pendekatan berpusat pada anak

(child centered approach), pendekatan konstruktivisme (constructivism approach)

dan pendekatan kurikulum bermain kreatif (creative play curriculum approach).

1. Perkembangan Anak

Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia

perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock (1999: 10-11) mengatakan

bahwa masa ini merupakan periode sensitif (sensitive periods), selama masa inilah

anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada

masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan

menguasai lingkungannya. Selanjutnya Montessori menyatakan bahwa usia

keemasan merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima berbagai

stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun

tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan

psikis sehingga anak siap merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas

perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari.

Berdasarkan teori perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan

lebih dari satu bakat. Bakat tersebut bersifat potensial dan ibaratnya belum muncul

di atas permukaan air. Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai

dengan perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya. Itu

berarti orang dewasa perlu memberi peluang kepada anak untuk menyatakan diri,

Page 52: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 46

berekspresi, berkreasi dan menggali sumber-sumber terunggul yang tersembunyi

dalam diri anak.

Untuk itu, paradigma baru pendidikan bagi anak usia dini haruslah berorientasi pada

pendekatan berpusat pada anak (child centered) dan perlahan-lahan

menyeimbangkan dominasi pendekatan lama yang lebih berpusat pada guru (teacher

centered).

Pada hakikatnya anak adalah makhluk individu yang membangun sendiri

pengetahuannya. Itu artinya guru dan pendidik anak usia dini lainnya tidaklah dapat

menuangkan air begitu saja ke dalam gelas yang seolah-olah kosong melompong.

Anak lahir dengan membawa sejumlah potensi yang siap untuk

ditumbuhkembangkan asalkan lingkungan menyiapkan situasi dan kondisi yang

dapat merangsang kemunculan dari potensi yang tersembunyi tersebut.

Secara teoritis berdasarkan aspek perkembangannya, seorang anak dapat belajar

dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan mereka merasa

aman dan nyaman secara psikologis. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan

adalah bahwa anak membangun pengetahuannya sendiri, anak belajar melalui

interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, anak belajar melalui

bermain, minat anak dan rasa keingintahuannya memotivasinya untuk belajar melalui

bermain serta terdapat variasi individual dalam perkembangan dan belajar.

Pada dasarnya terdapat 2 (dua) pendekatan utama yang digunakan untuk pendidikan

anak usia dini, yaitu: pendekatan perilaku dan pendekatan perkembangan.

Hainstock (1999:7) mengatakan bahwa pendekatan perilaku beranggapan bahwa

konsep-konsep pengetahuan, sikap ataupun keterampilan tidaklah berasal dari dalam

diri anak dan tidak berkembang secara spontan atau dengan perkataan lain konsep-

konsep tersebut harus ditanamkan pada anak dan diserap oleh anak, sehingga

pendekatan seperti ini melahirkan pembelajaran yang berpusat pada guru.

Di sisi lain terdapat pendekatan perkembangan yang berpandangan bahwa

perkembangan yang akan memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai

pertumbuhan alami anak usia dini. Wolfgang dan Wolfgang (1995: 7) menyatakan

bahwa terdapat beberapa anggapan dari pendekatan ini, yaitu: (1) anak usia dini

adalah pembelajar aktif yang secara terus menerus mendapat informasi mengenai

dunia lewat permainannya, (2) setiap anak mengalami kemajuan melalui tahapan-

tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan, (3) anak bergantung pada orang lain

dalam hal pertumbuhan emosi dan kognitif melalui interaksi sosial, (4) anak adalah

individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda.

Setiap anak berkembang melalui tahapan perkembangan yang umum, tetapi pada saat

yang sama setiap anak juga adalah mahluk individu dan unik. Pembelajaran yang

sesuai dengan anak usia dini adalah pembelajaran yang sesuai dengan minat, tingkat

perkembangan kognitif serta kematangan sosial dan emosional setiap anak.

Berhubungan dengan hal tersebut di atas, maka Wolfgang dan Wolfgang (1995: 14)

mengatakan bahwa pendidik anak usia dini berkaitan dengan teori perkembangan,

antara lain: (1) tanggap dengan proses yang terjadi dari dalam diri anak dan berusaha

mengikuti arus perkembangan anak yang individual, (2) mengkreasikan lingkungan

dengan materi luas yang beragam dan alat-alat yang memungkinkan anak belajar, (3)

memperhatikan laju dan kecepatan belajar dari masing-masing anak, dan (4) adanya

bimbingan dari guru agar anak tertantang untuk melakukan sendiri.

Page 53: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 47

2. Pendekatan Berpusat pada Anak

Pemaparan berikut ini berisi tentang hakikat, filosofi dan landasan tujuan serta ciri

pembelajaran yang berpusat pada anak. Pendekatan yang berpusat pada anak (child

centered approach) adalah suatu kegiatan belajar di mana terjadi interaksi dinamis

antara guru dan anak atau antara anak dengan anak lainnya.

Menurut Coughlin (2000:5), pendekatan yang berpusat pada anak diarahkan: (1)

agar anak mampu mewujudkan dan mengakibatkan perubahan, (2) agar anak menjadi

pemikir-pemikir yang kritis, (3) agar anak mampu membuat pilihan-pilihan dalam

hidupnya, (4) agar anak mampu menemukan dan menyelesaikan permasalahan

secara konstruktif dan inovatif, (5) agar anak menjadi kreatif, imajinatif dan kaya

gagasan, dan (6) agar anak memiliki perhatian terhadap masyarakat, negara dan

lingkungannya.

Filosofi dari pembelajaran berpusat pada anak adalah program tahap demi tahap,

yang didasari pada adanya suatu keyakinan bahwa anak-anak dapat tumbuh dengan

baik jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Lingkungan yang

dirancang secara cermat dengan menggunakan konsep tahap demi tahap mendorong

anak-anak untuk bereksplorasi, mempelopori dan menciptakan sesuatu.

Landasan program pembelajaran berpusat pada anak didasari pada 3 (tiga) prinsip

utama program tahap demi tahap bagi anak usia dini, yaitu: konstruktivisme,

pelaksanaan yang sesuai dengan perkembangan, dan pendidikan progresif.

Pendidikan progresif, menekankan bahwa pendidikan dipandang sebagai proses

sepanjang hidup, bukanlah hanya sekedar persiapan untuk masa datang.

Coughlin (2000:23) mengemukakan bahwa secara spesifik pembelajaran yang

berpusat pada anak bertujuan untuk: (1) mengembangkan kemampuan anak

secara alamiah sesuai dengan tingkat perkembangannya, (2) berusaha membuat anak

bebas dan aman secara psikologis sehingga senang belajar di sekolah, (3)

meningkatkan kepedulian dan kerja sama antara pihak sekolah, keluarga dan

masyarakat, (4) menekankan pada asas keterbukaan bagi hal-hal yang menunjang

pendidikan anak, (5) berusaha melengkapi segala kebutuhan yang menunjang

perkembangan anak secara optimal.

Berdasarkan pendapat Piaget, Erickson dan Isaac dalam Wolfgang dan Wolfgang

(1999: 12-13) dijelaskan bahwa model berpusat pada anak sangatlah berbeda dengan

model berpusat pada guru. Pada model yang berpusat pada anak pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan berdasarkan perkembangan (developmental position)

dan kegiatan bermain (play activity), sedangkan pada model yang berpusat pada guru

pendekatannya berdasarkan perilaku yang diatur (behavioral position) dan

pembelajaran yang diatur oleh guru (direct instruction). Selanjutnya dijelaskan

bahwa model berpusat pada anak cirinya adalah berorientasi pada perkembangan

anak, berorientasi pada bermain, berdasarkan proses, dan bersifat terbuka / bebas.

3. Pendekatan Konstruktivisme

Pemaparan berikut ini berisi tentang hakikat dan filosofi pendekatan

konstruktivisme, proses pembentukan pengetahuan, dan implikasi konstruktivisme

dalam kegiatan bermain.

Page 54: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 48

Semiawan (2002:3-4) berpendapat bahwa pendekatan konstruktivisme bertolak dari

suatu keyakinan bahwa belajar adalah membangun (to construct) pengetahuan itu

sendiri, setelah dicernakan dan kemudian dipahami dalam diri individu, dan

merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang. Dalam perbuatan belajar seperti itu

bukan apanya atau isi pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana

mempergunakan peralatan mental untuk menguasai apa yang dipelajari. Pengetahuan

itu diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengamatan,

pengalaman, dan pemahamannya.

Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu merupakan sesuatu yang dibangun secara

personal, sedangkan Vygotsky memandang bahwa kognisi itu merupakan suatu

fenomena sosial atau sesuatu yang dibangun secara sosial. Pengalaman sosial

membentuk cara berpikir dan cara menginterpretasikan lingkungan. Jadi berpikir

tidak hanya dibatasi oleh otak individu semata, tetapi juga dipengaruhi oleh

pemikiran-pemikiran orang lain. Implikasi dari teori pengetahuan yang

dikemukakan oleh Piaget dalam Foreman dan Kuschner menjelaskan bahwa otak

manusia tahu bagaimana cara mengenali benda melalui input dari indera seperti

mata, telinga, kulit, hidung dan mulut yang secara langsung akan menunjukan reaksi

tertentu terhadap lingkungan sekitar. Sebagai bukti, seorang anak tidak akan pernah

tahu bahwa rasa gula manis tanpa mencicipinya terlebih dahulu dengan

menggunakan lidah sebagai alat sensor rasa.

Piaget dalam Catron dan Allen, menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi

ketika anak sudah membangun pengetahuan melalui eksplorasi aktif dan

penyelidikan pada lingkungan fisik dan sosial di lingkungan sekitar. Sehubungan

dengan hal tersebut terdapat dua teori yang dikemukakan oleh Piaget, yaitu asimilasi

dan akomodasi. Proses asimilasi terjadi ketika seorang anak menerima konsep,

keterampilan, dan informasi yang diperoleh dari pengalaman mereka dengan

lingkungan dalam rangka mengembangkan pola atau skema pemahaman; sedangkan

proses akomodasi terjadi ketika skema mental harus diubah untuk meyesuaikan

dengan konsep, keterampilan, dan informasi baru.

Lev Vygotsky dikenal sebagai a socialcultural constructivist berpendapat bahwa

pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan

merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak. Vygotsky yakin bahwa

belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipaksa dari luar karena anak

adalah pembelajar aktif dan memiliki struktur psikologis yang mengendalikan

perilaku belajarnya.

Selanjutnya melalui teori revolusi sosio kulturalnya, Vygotsky mengemukakan

bahwa manusia memiliki alat berpikir (tools of mind) yang dapat dipergunakan untuk

membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam melakukan tindakan,

memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai kapasitas alami. Prinsip dasar

dari teori Vygotsky adalah bahwa anak melakukan proses ko-konstruksi yaitu

membangun anak dalam berbagai pengetahuannya tidak dapat dipisahkan dari

konteks sosial dimana anak tersebut berada.

Pengetahuan juga berasal dari lingkungan budaya. Pengetahuan yang berasal dari

budaya biasanya didapatkan secara turun-menurun melalui orang-orang yang berada

di sekitar anak. Pengetahuan dibangun oleh anak berdasarkan kemampuannya dalam

memahami perbedaan berdasarkan persamaan yang tampak.

Page 55: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 49

a. Proses Pembentukan Pengetahuan

Berhubungan dengan proses pembentukan pengetahuan, Vygotsky mengemukakan

konsep zone of proximal development (ZPD) sebagai kapasitas potensial belajar anak

yang dapat berwujud melalui bantuan orang dewasa atau orang yang lebih terampil.

Vygotsky dalam Berk dan Winsler mendefinisikan ZPD sebagai jarak / kesenjangan

antara level perkembangan yang aktual yang ditunjukkan dengan pemecahan

masalah secara mandiri dan level perkembangan potensial yang ditunjukkan oleh

pemecahan masalah dengan bimbingan orang dewasa ataupun kerjasama dengan

para teman sebaya yang lebih mampu (the distance between the actual

developmental level as determined by independent problem solving and the level of

potential development as determined through problem solving under adult guidance

or in collaboration with more capable peers).

Van Der Stuyf mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah pentahapan

(scaffolding) yang memberikan bantuan secara perseorangan berdasar ZPD

pembelajar. Di dalam pembelajaran scaffolding banyak pengetahuan lain yang

memberikan scaffold atau bantuan untuk memfasilitasi perkembangan pembelajar.

Scaffold memfasilitasi kemampuan anak untuk membangun pengetahuan sebelumnya

dan menginternalisasi informasi baru. Aktivitas-aktivitas yang diberikan dalam

pembelajaran scaffolding hanya melewati tingkatan yang dapat dilakukan sendiri

oleh pembelajar. Semakin besar kemampuan lain yang diberikan scaffold supaya

pembelajar dapat menyelesaikan (dengan bantuan) tugas yang biasanya tidak dapat

diselesaikan anak, sehingga membantu pembelajar melalui ZPD.

Vygotsky dalam Van Der Stuyf mendefinisikan pembelajaran scaffolding sebagai

tugas guru-guru dan yang lainnya dalam mendukung perkembangan pembelajar

dengan menyediakan struktur bantuan untuk mencapai tahapan atau tingkatan

berikutnya. Aspek penting dari pembelajaran scaffolding adalah bantuan bersifat

sementara. Selama kemampuan pembelajar bertambah, maka scaffolding yang

diberikan makin lama makin berkurang. Akhirnya anak dapat menyelesaikan tugas

atau menuntaskan konsep dengan sendirinya, sehingga tujuan dari pendidik ketika

menggunakan strategi pembelajaran scaffolding adalah untuk menjadikan anak

sebagai pembelajar yang mandiri dan mampu mengatur sendiri serta sebagai

pemecah masalah. Setelah kompetensi belajar/pengetahuan anak bertambah, maka

pendidik secara berangsur-angsur untuk mengurangi penyediaan bantuan.

Menurut Vygotsky, bantuan eksternal yang diberikan oleh pendidik dapat

dihilangkan karena pembelajar telah berkembang. Bantuan (scaffold) yang diberikan

adalah aktivitas atau tugas, antara lain:

(1) memotivasi atau mendapatkan minat anak yang berhubungan dengan tugas;

(2) mempermudah tugas agar anak-anak mudah mengatur dan menyelesaikannya;

(3) memberikan beberapa arahan dengan tujuan membantu anak fokus untuk

mencapai tujuannya;

(4) secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak-anak dan standar

atau penyelesaian keinginan;

(5) mengurangi frustasi dan risiko; serta

(6) memberi contoh dan dengan jelas menetapkan harapan dari aktivitas yang

ditampilkan.

Page 56: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 50

Tahapan ZPD ada 4 (empat), yaitu: pertama, tindakan anak masih dipengaruhi oleh

orang lain; kedua, kedua tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri, ketiga,

tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi serta; keempat tindakan

spontan yang diulang-ulang sehingga anak siap berpikir abstrak.

D. Kerangka Dasar Kurikulum PAUD

Bartholomew dan Bruce (1993) mengemukakan teorinya tentang aspek-aspek dalam

kurikulum anak usia dini, sebagai berikut;

THE THREE C’S OF

THE EARLY CHILHOOD CURRICULUM

CHILD

The Early Childhood Curriculum

CONTENT CONTEXT

What the child already knows People, culture, race, gender

What the child needs to know Special educational needs,

What the child wants to know access, materials & physical

Environment, outdoors,

indoors, places, events

Kurikulum anak usia dini memiliki 3 aspek yang saling berinteraksi satu dengan

lainnya; yaitu Anak, Konteks dan Konten. Pada suatu waktu penekanan pada proses

perkembangan anak, saat lain pada lingkungan/konteks sosial budaya dan pada

waktu yang berbeda, konten (apa yang dipelajari dan dipahami anak) merupakan

pusatnya. Hanya dengan memadukan ketiga aspek ini secara harmonis dapat tercipta

kurikulum yang berkualitas. Karena jika satu aspek lebih ditekankan, maka seluruh

bagian kurikulum akan kehilangan keseimbangan dan kualitas terabaikan.

Berdasarkan sejarah kurikulum, pada tahun 1960-an kurikulum terlalu ditekankan

pada proses perkembangan anak. Sedangkan pada tahun 1970-an kurikulum terlalu

ditekankan pada konteks dan tahun 1980-an kurikulum terlalu ditekankan pada

konten. Dalam hal ini menciptakan keseimbangan adalah hal yang krusial, tetapi

perlu dijaga saling menguatkannya antara apa yang diberikan kepada anak dalam

konteks merupakan harapan bahwa anak akan memahami dan mengetahui secara

Page 57: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 51

nyata dan mendalam dalam konten yang dipelajarinya. Jadi memahami Kurikulum

Anak Usia Dini adalah mempertimbangkan proses perkembangan anak, konteks

(lingkungan sosial budaya dan lingkungan fisik) dan konten (apa yang diberikan

kepada anak) secara proporsional.

Kerangka dasar kurikulum PAUD dibangun dengan menekankan pada kebutuhan

pengembangan potensi peserta didik (student centered curriculum). Sumber daya

pendidikan lainnya diarahkan pada upaya untuk mencapai keberhasilan

pengembangan potensi seluruh peserta didik usia dini. Prinsip kurikulum yang

menekankan pada kebutuhan peserta didik adalah sebagai berikut:

a. Semua anak diberikan kesempatan yang sama untuk menyelesaikan masa

belajarnya dan mencapai prestasi yang terbaik dengan standar yang tinggi

melalui pembimbingan motivasi belajar.

b. Kurikulum harus memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kualitas

potensi yang mencakup kemampuan, bakat, dan minat.

c. Peserta didik menjadi mandiri dan pembelajar seumur hidup yang mampu

menghadapi segala perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

perkembangan masyarakat secara efektif.

d. Kurikulum mengarahkan pada pembelajaran yang efektif yang memberikan

pengalaman belajar kepada peserta didik

e. Kurikulum mengarahkan pada belajar peserta didik untuk mengembangkan,

menyerap, dan mengintternalisasi berbagai nilai dan moral positif yang

terkandung dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

f. Kurikulum mengarahkan peserta didik untuk mengenal budaya sendiri,

menghargai multikultur dan segala perbedaan atau keunikan peserta didik atau

orang-orang lainnya.

E. Struktur Program

Struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan pembentukan

perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan

pembiasaan.

Lingkup pengembangan meliputi: (1) nilai-nilai agama dan moral, (2) fisik, (3)

kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional. Kegiatan pengembangan suatu aspek

dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain, menggunakan pendekatan tematik.

Alokasi waktu

Kelompok

Usia

Alokasi waktu

Kelompok usia

0 - < 2 tahun

Satu kali pertemuan selama 120 menit, Satu kali

pertemuan per minggu.Tujuh belas minggu per

semester.Dua semester per tahun

Kelompok usia

2 - < 4 tahun

Satu kali pertemuan selama 180 menit.Dua kali

pertemuan per minggu.Tujuh belas minggu per

semester. Dua semester per tahun.

Page 58: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 52

Kelompok usia

4 - ≤ 6 tahun

(jalur non formal)

Satu kali pertemuan selama 150 – 180 menit.Enam

atau lima hari per minggu, dengan jumlah pertemuan

sebanyak 900 menit (30 jam @ 30 menit).Tujuh belas

minggu efektif per semester. Dua semester pertahun

Kelompok usia

4 - ≤ 6 tahun

Satu kali pertemuan 180 menit,. tiga hari perminggu,

.Tujuh belas minggu efektif per semester. Dua

semester pertahun

F. Pengembangan Pendidikan karakter bangsa, ekonomi kreatif,

kewirausahaan melalui belajar aktif

1. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pendidikan Budaya dan karakter bangsa merupakan upaya menyempurnakan

pendidikan dan kurikulum ke arah yang telah ditetapkan dalam tujuan pendidikan

nasional. Melalui upaya ini maka kurikulum diharapkan mampu untuk berbagai

kualitas yang perlu dimiliki peserta didik untuk dapat berperan sebagai warganegara

yang aktif, kreatif, produktif, dan bertanggjawab. Nilai-nilai seperti religious, jujur,

kerjakeras, ulet (perseverance), menghargai prestasi, cinta tanah air dan sebagainya

merupakan kualitas yang diamanatkan tujuan pendidikan nasional untuk dimiliki

setiap warganegara.

Pasal 3 UU nomor 20 tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan

“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab”. Rumuan tujuan pendidikan nasional jelas menunjukkan bahwa

pendidikan nilai merupakan realisasi dari tujuan pendidikan nasional. Melalui

pemilikan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa generai muda

Indonesia diarahkan untuk menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, kreatif,

mandiri, demokratis dan bertnggungjawab.

Dalam dokumen Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Balitang,

2010) “pendidikan budaya dan karakter bangsa diartikan sebagai proses internalisasi

serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan peserta

didik secara aktif dibawah bimbingan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan

serta diwujudkan dalam kehidupannya di kelas, sekolah, dan masyarakat”. Rumusan

tersebut mengandung makna nilai-nilai tersebut dikembangkan dalam suatu proses

internalisasi yang dilakukan secara aktif oleh peserta didik sehingga menjadi milik

mereka, bukan diajarkan sebagaimana ketika peserta didik belajar tentang suatu teori,

peristiwa sejarah, prosedur, hukum, atau bahkan fakta.

Proses internalisasi adalah proses pemilikan nilai/moral/sikap yang terjadi di bawah

bimbingan guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan terintegrasi melalui proses

belajar pengetahuan. Penghayatan mengandung makna bahwa nilai/moral/sikap yang

sudah dimiliki melalui proses internalisasi dikembangkan dan dimantapkan peserta

Page 59: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 53

didik menjadi kebiasaan ketika mereka belajar sesuatu, berkomunikasi, dan dalam

tindakan sehari-hari di kelas, sekolah, dan masyarakat.

Berikut ini adalah nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang bersumber

dari nilai agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional;

Tabel Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

NILAI DESKRIPSI

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya. 4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang

lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama

hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,

dilihat, dan didengar.

10. Semangat

Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,

dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/

Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai

bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

Page 60: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 54

NILAI DESKRIPSI

16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan

alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada

orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri

sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),

negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Meskipun telah dirumuskan 18 nilai pembentukan karakter bangsa, namun Lembaga

PAUD dapat menentukan prioritas pengembangannya untuk melanjutkan nilai-nilai

pra kondisi yang telah dikembangkan. Pemilihan nilai-nilai tersebut beranjak dari

kepentingan dan kondisi lembaga PAUD masing-masing yang dilakukan melalui

analisis konteks, sehingga dalam implementasinya dimungkinkan terdapat

perbedaan.

Adapun proses internalisasi nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa terjadi

dalam kegiatan belajar sehari-hari melalui kegiatan-kegiatansebagai berikut:

a. Kegiatan pembiasaan rutin sekolah

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus

menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah: upacara pada hari

besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut dan lain-

lain) setiap hari Senin, beribadah bersama/sembahyang bersama setiap dluhur (bagi

yang beragama Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam

bila bertemu guru/tenaga kependidikan yang lain dan sebagainya.

b. Terintegrasi dengan pengembangan bidang

Dalam setiap pertemuan kelas ketika terjaadi proes pembelajaran dan aktivitas

peserta didik dalam dan antar mata pelajaran. Pada waktu peserta didik mengkaji

suatu pokok bahasan, guru memberikan upaya tertentu agar peserta didik memiliki

kesempatan untuk mengembangkan nilai pada dirinya dan menerapkan nilai tersebut

dalam berpikir, bertindak, mengerjakan tugas, dan berkomunikasi dengan teman

sekelas dan guru.

c. Teladan

Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain

dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga

diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan

tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan

bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru dan tenaga

kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh

bagaimana berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai terebut. Misalnya

berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan,

kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan dan

sebagainya.

Page 61: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 55

d. Pengkondisian

Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa maka

sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan tersebut. Sekolah harus

mencerminkan keehidupan sekolah yang mencerminkan nilai-nilaai dalam budaya

dan karakter bangsa yang diinginkan. Misalnya toilet yang selalu bersih, bak sampah

ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar

ditempatkan teratur.

e. Budaya Sekolah

Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup ritual, harapan,

hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses

mengambil keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antar komponen di sekolah.

Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi

dengan sesamanya, guru dengan guru, pegawai administrsi dengan sesamanya dan

antara satu kelompok anggota masyarakat sekolah dengan kelompok lainnya.

Interaksi internal kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma,

moral serta etika profesi.

2. Pendidikan Ekonomi Kreatif dan Kewirausahaan

a. Nilai-nilai Pokok dalam Pendidikan Kewirausahaan

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan kewirausahaan adalah

pengembangan nilai-nilai dari ciri-ciri seorang wirausaha. Menurut para ahli

kewirausahaan, ada banyak nilai-nilai kewirausahaan yang mestinya dimiliki oleh

peserta didik maupun warga sekolah yang lain. Namun, di dalam pengembangan

model naskah akademik ini dipilih beberapa nilai-nilai kewirausahaan yang dianggap

paling pokok dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Beberapa nilai-

nilai kewirausahaan beserta diskripnya yang akan diintegrasikan melalui pendidikan

kewirausahaan adalah sebagai berikut.

Tabel Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Kewirausahaan

Nilai Deskripsi

1. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan.

2. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

3. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai hambatan.

4. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki.

5. Inovatif Kemampun untuk menerapkan kreativitas dalam rangka

memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk

meningkatkan dan memperkaya kehidupan.

6. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang

lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

7. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu

melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Page 62: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 56

Nilai Deskripsi

8. Kerja sama

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

mampu menjalin hubungan dengan orang lain dalam

melaksanakan tindakan, dan pekerjaan.

9. Kepemimpinan Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap

saran dan kritik, mudah bergaul dan bekerjasama dengan

orang lain.

10. Ulet Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah menyerah

untuk mencapai suatu tujuan dengan berbagai alternatif.

11. Berani Menangung

Resiko

Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan yang

menantang, berani dan mampu mengambil risiko kerja.

12. Komitmen Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh

seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

13. Realistis Kemampuan menggunakan fakta/realita sebagai landasan

berpikir yang rasionil dalam setiap pengambilan keputusan

maupun tindakan/ perbuatannya.

14. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

secara mendalam dan luas dari apa yang yang dipelajari,

dilihat, dan didengar.

15.Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

16. Menghargai akan

Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

b. Kriteria Keberhasilan Program Pendidikan Kewirausahaan

Keberhasilan program pendidikan kewirausahaan dapat diketahui melalui

pencapaian kriteria oleh peserta didik, yang antara lain meliputi:

• Memiliki karakter wirausaha.

• Memahami konsep kewirausahaan.

• Mampu melihat peluang

• Memiliki keterampilan/skill berwirausaha

• Terbentuknya lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang

berwawasan kewirausahaan.

Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada

peran pengusaha kecil, namun sifat inipun sebenarnya dimiliki oleh orang-orang

yang berprofesi di luar wirausahawan. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang

yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun

profesinya. Dengan demikian, ada enam hakekat pentingnya kewirausahaan, yaitu:

1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan

sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis

(Ahmad Sanusi, 1994)

Page 63: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 57

2) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha

dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)

3) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru

(kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.

4) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda (Drucker, 1959)

5) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam

memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan

usaha (Zimmerer, 1996)

6) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan

mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk

memenangkan persaingan.

G. Strategi dan Metode Pembelajaran Anak Usia Dini

1. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam

perwujudan kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran dapat pula diartikan

sebagai segala usaha guru dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian strategi pembelajaran

menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak belajar.

Terdapat beberapa jenis strategi pembelajaran yang dapat dipertimbangkan oleh guru

Pendidikan Anak Usia Dini. Pemilihan strategi dan metode ini akan memfasilitasi

anak belajar baik secara individual, belajar dalam kelompok kecil, belajar dalam

kelompok besar maupun belajar di luar kelas. Pemilihan strategi pembelajaran

hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor penting, yaitu :

a. Karakteristik tujuan pembelajaran

b. Karakteristik anak dan cara belajarnya

c. Tempat berlangsungnya kegiatan

d. Tema pembelajaran

e. Pola kegiatan.

Kostelnik (1999) mengemukakan klasifikasi strategi pembelajaran dibagi menjadi

dua yaitu :

a. Strategi pembelajaran umum,

b. Strategi pembelajaran khusus.

Menurut Kostelnik terdapat berbagai strategi pembelajaran umum yang dapat

digunakan di lembaga – lembaga pendidikan anak usia dini. Strategi pembelajaran

umum tersebut adalah :

a. Meningkatkan keterlibatan indera

Menigkatkan keterlibatan indra anak dalam proses pembelajaran merupakan bagian

integral dari semua strategi pembelajaran. Melalui strategi ini anak-anak akan

memperoleh pengalaman langsung tentang objek-objek, peristiwa, mendengar,

Page 64: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 58

meraba, mengecap, mencium, dan sebagainya. Belajar yang terjadi secara alamiah

mengandung keterlibatan indra yang sangat tinggi

b. Mempersiapkan isyarat lingkungan

Mempersiapkan isyarat lingkungan untuk belajar merupakan salah satu cara

mengefisiensikan kegiatan. Isyarat lingkungan itu dapat diciptakan guru untuk

melatih kemandirian anak dan memahami simbol-simbol yang biasa digunakan

dalam kehidupan sehari-hari. Contoh : sebuah gambar orang yang sedang mencuci

tangan yang dipampang di ruang makan,menunjukkan bahwa anak harus mencuci

tangan seblum makan, dsb.

c. Analisis Tugas

Analisis tugas dalam pembelajaran maksudnya adalah menjabarkan suatu tugas

tertentu menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atau khusus dan operasional

sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan anak. Guru harus memulai dengan

melakukan analisis terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan serta prosedur

yang diperlukan agar anak mencapai tujuan yang diharapkan kemudian guru

menyusun tugas-tugas yanng dapat dipahami anak, yaitu menyusun langkah-langkah

yang harus ditempuh secara sederhana sesuai dengan tingkat kemampuan anak.

d. Bantuan orang yanng lebih berpengalaman (Scaffolding)

Scaffolding adalah proses pemberian bantuan dari orang lain yang lebih

berpengalaman yang dilakukan secara bertahap untuk mempermudah anak dalam

belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Proses scaffolding dimulai dengan

memberikan bantuan jika anak sudah tidak dapat menemukan cara-cara untuk

menyelesaikan kegiatan atau tugas. Bantuan diberikan secara bertahap. Sekalipun

anak membangun pengetahuannya sendiri, tetapi bantuan dari guru atau orang

dewasa lainnya diperlukan oleh anak.

e. Praktek Terbimbing

Anak-anak harus diberi kesempatan untuk mempraktekkan hal-hal yang telah mereka

pelajari, belajar menganalisa dan belajar menyimpulkan. Ketika anak-anak mendapat

kesulitan belajar, itulah saat anak memerluan bimbingan dari guru atau orang tua.

Melalui cara-cara seperti itu guru merencanakan strategi pembelajaran melalui

praktek terbimbing. Cara-carabelajar seperti itu sebagai implikasi dari prinsip bahwa

anak-anak belajar melalui pengulangan atau repetisi (Bredekamp dan Copple, 1997)

f. Undangan / ajakan

Undangan secara verbal sangat penting untuk memusatkan perhatian anak-anak agar

mau berpartisipasi dalam kegiatan yang akan dilakukan. Undangan atau ajakan

berfungsi sebagai cara ubtuk menggiring anak-anak agar mereka menggunakan

kesempatan yang diberikan guru untuk melakukan eksplorasi, atau berinteraksi

dengan anak-anak lain dan guru.

g. Refleksi Tingkah Laku

Refleksi tingkah laku membantu menggambarkan perhatian anak-anak terhadap

aspek-aspek pengalaman tertentu. Refleksi tingkah laku disebut juga umpan balik

deskriptif tentang tindakan yang dilakukan anak-anak. Cara-cara seperti dapat

meguatkan tindakan yang dilakukan anak-anak.

Page 65: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 59

h. Refleksi Kata-kata

Refleksi kata-kata (paraphrase reflection) adalah pernyataan yang diungkapkan guru

tentang sesuatu yang dikatakan anak-anak. Komentar-komentar yang tidak menilai

anak juga dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan kemampuan

mendengarkan bagi anak; membantu anak-anak menemukan konsep-konsep kunci,

membantu anak mengembangkan perbendaharaan bahasa, serta memungkinkan

anak-anak untuk mengambil prakarsa dalam melakukan percakapan dengan orang

lain, baik dengan anak-anak maupun dengan orang dewasa

i. Contoh (Modelling)

Anak-anak belajar banyak dengan cara meniru orang lain. Misalnya dengan

memperhatikan guru yang sedang menggunakan gunting, denan melihat anak-anak

lain memegang sendok dan garpu ketika makan, dengan melihat temannya ketika

menggunakan alat bermain ayunan, dan sebagainya. Modelling membantu anak-anak

mempelajari perilaku-perilaku yang tepat

j. Penghargaan Efektif

Penghargaan efektif adalah penghargaan spesifik atau khusus yang diberikan kapada

anak sesuai dengan perilaku yang ditunjukkannya. Penghargaan ini dapat diberikan

dalam bentuk pujian, atau dorongan yang diberikan terhadap tingkah laku positif

yang diperlihatkan anak.

k. Menceritakan / Menjelaskan / Menginformasikan

Informasi tentang nama, fakta-fakta masa lalu, adat istiadat dapat dipelajari melalui

pewarisan sosial. Dalam kasus-kasus tertentu informasi penting dapat disampaikan

kepada anak secara langsung melalui buku-buku, televisi atau teknologi komputer.

Penjelasan yang efektif harus didasarkan pada pengalaman langsung anak-anak dan

terdapat dalam konteks yang bermakna bagi mereka.

l. Do-It-Signal

Do it signal adalah arahan sederhana yang diberikan kepada anak agar dia mau

melakukan suatu tindakan, atau ajakan kepada anak-anak agar mereka dapat

melakukan sesuatu. Contoh : “Ambil bunga-bunga yang anak-anak sukai”. Ketika

anak melakukan arahan do it signal, guru harus menangggapi dengan cara yang tepat

sehingga anak-anak mau mengulang perilaku yang positif. Jenis-jenis pernyataan

positif ini juga menambah kejelasan bagi anak tentang apa yanng harus dia lakukan.

Do it signal juga dapat berbentuk lain, misalnya bentuk tantangan.

m. Tantangan

Tantangan adalah variasi dari do-it-signal. Tantangan ini memotivasi anak untuk

menciptakan pemecahan masalahnya sendiri dengan tugas-tugas yang diarahkan

guru. Dengan demikian tantangan memberikan kesempatan kepada anak-anak dan

orang dewasa untuk mengontrol hasil-hasil kegiatannya. Variasi tantangan terjadi

ketika orang dewasa menantang anak-anak untuk memikirkan sesuatu dengan cara-

cara baru / berbeda dari tugas-tugas yang dirancang guru.

n. Pertanyaan

Pertanyaan adalah alat pengajaran pokok yang dapat digunakan di lembaga lembaga

pendidikan anak usia dini. Pertanyaan yang efektif adalah pertanyaan yang

dihubungkan dengan tujuan yang akan dicapai anak, merangsang berpikir anak,

Page 66: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 60

dapat dipahami anak, dan singkat. Pertanyaan yang memenuhi standar adalah yanng

paling memungkinkan untuk mendapatkan perhatian dari anak-anak dan membantu

mereka belajar.

o. Kesenyapan

Kesenyapan merupakan salah satu cara untuk mendukung anak-anak belajar.Saat-

saat tenang dapat menjadi suatu strategi mengajar yang efektif terutama ketika anak-

anak sedang asyik melakukan kegiatan yan disukainya. Guru tidak perlu memberikan

komentar, karena akan mengganggu konsentrasi anak. Kesenyapan merupakan suatu

tanda kehangatan dan penghargaan yang ditunjukkan guru terhadap anak.

Sebagaimana telah dikemukakan pada strategi pembelajaran umum di atas, dilihat

dari posisi guru dan anak dalam kegiatan pembelajaran akan menghasilkan beberapa

pola kegiatan. Penggabungan beberapa strategi pembelajaran umum menuntut

guruuntuk dapat memodifikasi strategi pembelajaran yang ada sehingga menjadi

suatu strategi pembelajaran baru yang lebih menarik dan menantang bagi anak.

Mengacu pada prinsip perlunya penggabungan strategi pembelajaran umum,

Kostelnik (1999) mengemukakan ada tujuh jenis strategi pembelajaran khusus yang

dapatdijadikan dasar untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran

pada Anak Usia Dini. Strategi ini relevan untuk digunakan pada anak-anak yang

berusa 3-8 tahun. Jenis-jenis strategi pembelajaran khusus tersebut adalah :

a. Kegiatan Eksploratori (exploratory activities)

Dalam kehidupannya sehari-hari anak-anak banyak melakukan eksplorasi

terhadap lingkungannya baik dengan benda, binatang, tanaman, manusia,

peristiwa atau kejadian. Melalui kegiatan tersebut anak membangun

pengetahuannya sendiri sehingga dapat mengembangkan kemampuan

berpikirnya dari berpikir konkret menuju abstrak. Melalaui kegiatan eksploratari

anak-anak menemukan sesuatu yang berhubungan dengan dirinya sendiri dan

memelih kegiatan yang sesuai dengan minatnya. Dalam kegiatan ini anak

mengambil prakarsa untuk melakukan kegiatan

b. Penemuan Terbimbing

Tujuan dari penemuan terbimbing bagi anak-anak adalah agar anak-anak dapat

membuat hubungan dan membangun konsep melalui interaksi dengan benda dan

manusia. Guru harus merencanakan pengalaman bagi anak agar mereka dapat

menemukan sesuatu. Penemuan terbimbing harus memusatkan perhatian pada

proses belajar anak bukan pada hasil yang dicapainya. Peranan anak adalah

membangun pengetahuan bagi dirinya sendiri, membuat pilihan dan keputusan,

melakuakan percobaan, mengalami, memunculkan pertanyaan dan menemukan

jawabannya. Peranan guru adalah untuk menyediakan alat dan informasi yang

diperlukan. Kegiatan penemuan terbimbing menggabungkan strategi modelling,

penghargaan yag efektif, menceritakan / menjelaskan / menginformasikan, do-it-

sign, dan pertanyaan.

c. Pemecahan Masalah

Melalui pemecahan masalah anak-anak merencanakan, meramalkan, mengamati

hasil-hasil tindakannya dan merumuskan kesimpulan dari hasil-hasil

tindakannya. Dalam metode ini peranan guru adalah sebaai fasilitator (Harlan

dan Hendrick,1997). Penggunaan metode pemecahan maslah bagi anak dapat

Page 67: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 61

mengikuti urutan langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan dalam

ilmu-ilmu alam (Kostelnik,199), yaitu berikut ini :

• Menyadari adanya masalah ( memahami, mengamati, dan mengidentifikasi)

• Merumuskan hipotesis atau dugaan-dugaan sementara

• Melakukan eksperimen (menguji ide)

• Menggambarkan kesimpulan

• Mengkomunikasikan hasil

d. Diskusi

Metode diskusi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menunjukkan

interaksi timbal balik atau berbalas-balasan antara guru dengan anak; guru

berbicara pada anak; anak berbicara pada guru, dan anak berbicara kepada anak

lainnya. Proses diskusi dilaksanakan di lembaga pendidikan anak, berbeda

dengan proses diskusi yang biasa dilaksanakan oleh anak-anak di jenjang

pendidikan yang lebih tinggi, karena tingkat kemampuan berpikir mereka juga

berbeda. Diskusi merupakan penggabungan dari strategi undangan, refleksi,

pertanyaan, dan pernyataan. Peran guru dalam strategi diskusi tidak

membimbing percakapan anak-anak, akan tetapi mendorong mereka untuk

mengemukakan gagasannya sendiri, dan mengkomunikasikan serta

mengembangkan gagasan tersebut secara lebih luas kepada orang lain yaitu

teman-teman atau gurunya.

e. Belajar Kooperatif

Cohen (1994) mendefinisikan strategi belajar kooperatif sebagai suatu strategi

pembelajaran yang melibatkan anak-anak untuk bekerja sama dalam kelompok

yang cukup kecil, dan setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-tugas

bersama yang telah ditentukan dengan jelas, tetapi tidak terus menerus, dan

supervisi diarahkan secara langsung oleh guru. Dalam menggunakan strategi

belajar kooperatif guru menekankan peningkatan aspek keterampilan sosial anak

dalam mengerjakan tugas-tugas. “ Keterampilan sosial meliputi hal-hal

memahami tugas, mendengarkan orang lain sebagai pasangan atau teman,

memanggil pasangan dengan namanya, berbicara dengan kata-kata yang sopan,

mengambil giliran, menawarkan bantuan, dan menghargai orang lain” (Dopyera

dan Dopyera, Tanpa tahun).

f. Demonstrasi

Demonstrasi adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara

memperlihatkan bagaimana proses terjadinya atau cara bekerjanya sesuatu, dan

bagaimana tugas-tugas itu dilaksanakan. Demontrasi digunakan untuk

menggambarkan pengajaran, dan pemberian petunjuk kepada anak tentang apa

yang harus dilakukan di awal, saat kegiatan inti, dan di akhiri kegiatan

demonstrasi. Yang perlu diperhatikan guru ketika mendemonstrasikan sesuatu,

adalah ia harus melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang dilaksanakan

anak-anak didiknya. Demonstrasi memadukan strategi umum pembelajaran do-

it-sign, modelling, dan menceritakan-menjelaskan-menginformasikan. Menurut

Kostelnik (1999), ada tiga langkah strategi demonstrasi, yaitu : (1) meminta

perhatian anak, (2) menunjukkan sesuatu kepada anak-anak, (3) meminta

tanggapan atau respon anak terhadap apa yang mereka lihat.

Page 68: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 62

g. Pengajaran Langsung

Pengajaran langsung adalah strategi pmbelajaran yang digunakan untuk

membantu anak-anak mengenal istilah-istilah, strategi, informasi faktual, dan

kebiasaan-kebiasaan (Driscoll, et. Al.1996). Pengajaran langsung lebih dari

sekadar menceritakan atau menunjukkan sesuatu yang sederhana kepada anak,

tetapi merupakan gabungan dari modelling, analisis tugas, penghargaan yang

efektif, menginformasikan, do-it-sign, dan tantangan. Keuntungan menggunakan

pengajaran langsung adalah efisien dalam waktu, dan guru dapat mengetahui

hasil belajar anak dengan segera.

3. Metode Pembelajaran

Anak pada dasarnya memiliki potensi untuk aktif dan berkembang. Agar potensi ini

dapat berkembang secara optimal, maka guru perlu menguasai dan memilih metode –

metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang dapat digunakan di

antaranya metode bercerita, bernyanyi, penugasan, praktik, diskusi,

percobaan/penelitian/pengamatan, problem solving, serta membuat karya yang

meliputi karya seni, portfolio, gambar, pameran, pementasan, dramatisasi,

kompetisi/lomba, kunjungan/karyawisata,

H. Pengelolaan Lingkungan Belajar

Pengelolaan lingkungan belajar anak usia dini perlu disesuaikan dengan jumlah anak,

kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan PAUD. Pengelolaan lingkungan belajar

harus menggunakan beberapa prinsip Penataan lingkungan bermain yaitu :

Menciptakan suasana bermain yang aman, nyaman, bersih, sehat, dan menarik.

Penggunaan alat permainan edukatif memenuhi standar keamanan, kesehatan, dan

sesuai dengan fungsi stimulasi yang telah direncanakan. Memanfaatkan potensi dan

sumber daya yang ada di lingkungan sekitar termasuk barang limbah / bekas layak

pakai

1. Pelaksanaan Program

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program pembelajaran

meliputi:

a. Pemanfaatan lingkungan dan penataan lingkungan bermain

b. Menciptakan suasana bermain yang aman, nyaman, bersih, sehat, dan menarik.

c. Penggunaan alat permainan edukatif memenuhi standar keamanan, kesehatan, dan

sesuai dengan fungsi stimulasi yang telah direncanakan.

2. Pengorganisasian Kegiatan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian kegiatan meliputi:

a. Kegiatan dilaksanakan di dalam ruang/kelas dan di luar ruang/kelas.

b. Kegiatan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.

c. Pengelolaan kegiatan pembelajaran pada usia 4 - ≤6 tahun dilakukan secara

individu, kelompok kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu

pembukaan, inti dan penutup.

Page 69: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 63

d. Kegiatan pembelajaran terbagi menjadi tiga yaitu kegiatan pembukaan, inti dan

penutup.

1) Pembuka

Pembukaan merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran yang ditujukan untuk

menfokuskan perhatian, membangkitkan motivasi sehingga peserta didik siap

untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Pembukaan berupa kegiatan reguler

rutinitas yang dilakukan melalui kegiatan percakapan awal sebagai transisi

sebelum kegiatan inti dimulai.

2) Inti

Inti, merupakan proses untuk mencapai indikator yang dilakukan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif. Kegiatan inti

dilakukan melalui proses eksplorasi, eksperimen, elaborasi, dan konfirmasi.

3) Penutup

Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran. Bentuk kegiatannya berupa menyimpulkan, umpan balik, dan

tindak lanjut.

3. Pengorganisasian Kelas

Untuk mencapai tujuan program pembelajaran maka diperlukan pengoganisasian

kelas, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengaturan ruangan dan alat bermain yang mendukung pelaksanaan kegiatan

pembelajaran

b. Tujuan yang mengarah pada tingkatan pencapaian perkembangan disetiap

rentangan usia anak,

c. Kegiatan yang diberikan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan

perkembangan anak.

d. Metode yang dipilih tepat dan bervariasi sesuai dengan tujuan kegiatan belajar

dan mampu melibatkan anak secara aktif dan kreatif serta menyenangkan,

e. Media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman, nyaman dan

menimbulkan ketertarikan bagi anak serta perlu adanya waktu yang cukup

untuk bereksplorasi,

f. Evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah

assesment melalui observasi partisipatif terhadap apa yang dilihat, didengar dan

diperbuat oleh anak

I. Penilaian / Asesmen Pembelajaran PAUD

Definisi penilaian/asesmen cukup beragam. Goodwin dan Goodwin (1982, dalam

Wortham) mengartikan asesmen atau pengukuran sebagai suatu proses untuk

menentukan (melalui observasi dan test) trait atau perilaku seseorang, karakteristik

suatu program dan selanjutnya memberikan penilaian terhadap penentuan tersebut.

Asemen merupakan bagian program pendidikan anak, baik anak yang berkembang

secara normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus. Dengan dilakukannya

proses asesmen, maka dapat diperoleh karakteristik tingkat perkembangan atau

Page 70: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 64

performansi yang dimiliki anak. Hal ini juga bermanfaat dalam merencanakan

program untuk membantu anak mengatasi masalah perkembangan dan belajar.

Asesmen merupakan proses mendokumentasi ketrampilan dan perkembangan anak.

Asesmen mengukur level perkembangan anak dan memberikan indikasi tahap

perkembangan anak selanjutnya. Asesmen bukanlah sekedar mengukur, merangking

ataupun mengelompokkan anak dalam kategori tertentu.

1.Tujuan Penilaian/Asesmen

Asesmen digunakan untuk beragam tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui berbagai aspek perkembangan anak secara individual,

yang meliputi aspek fisik motorik, kognitif, bahasa, sosio emosional dan

sebagainya.

b. Untuk diagnosa adanya hambatan perkembangan maupun identifikasi

penyebab masalah belajar pada anak

c. Untuk memberikan tempat dan program yang tepat untuk anak, dalam hal ini

untuk mengetahui apakah anak membutuhkan pelayanan khusus

d. Untuk membuat perencanaan program (curriculum planning) Dalam hal ini,

asesmen digunakan untuk menentukan kemajuan anak dalam mencapai

tujuan program. Selain itu asesmen juga bertujuan untuk memodifikasi

kurikulum, menentukan metodologi, dan memberikan umpan balik

(feedback).

e. Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah perkembangan pada anak.

f. Untuk kajian penelitian.

Adapun secara spesifik, tujuan asesmen perkembangan adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi perkembangan yang spesifik

b. Membantu guru menetapkan tujuan dan merencanakan program

c. Mendapatkan profil anak (guru dan ortu)

d. Bermanfaat untuk diagnosa anak berkebutuhan khusus sehingga dapat dibuat

program pendidikan individual dan layanan untuk keluarga

e. Evaluasi keberhasilan program, dll

2. Prinsip Penilaian/Asesmen

Asesmen digunakan untuk kebutuhan anak. Adapun prinsip asesmen adalah sebagai

berikut:

a. Asesmen harus menggunakan informasi dan sumber yang beragam

b. Asemen harus bermanfaat untuk perkembangan dan belajar anak

c. Asemen harus melibatkan anak beserta keluarganya

d. Asesmen harus sesuai dan fair untuk anak

e. Asesmen harus otentik

Page 71: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 65

f. Asesmen harus bermakna bagi anak dan merefleksikan cara anak menerapkan

pengetahuan yang diperolehnya dalam kehidupan sehari –hari.

g. Asesmen harus memiliki tujuan yang spesifik dan bersifat reliabel, valid dan

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

Sebagai seorang profesional, para guru dituntut untuk mengikuti prinsip/etika dalam

membuat dokumentasi sebagai berikut :

a. Ketepatan (Accuracy)

Yaitu dengan mencatat fakta (data kasar/raw data) secara tepat, lengkap dan

dilakukan sesegera mungkin setelah pengamatan.

b. Objektivitas (Objectivity)

yaitu dengan mencatat fakta secara objektif, tidak bias, dan tidak ditambah

dengan pendapat kita.

c. Menghindari Pelabelan (Labelling)

yaitu dengan menghindari kesimpulan dan diagnosis yang terlalu dini

berdasarkan informasi yang terbatas.

d. Memiliki tujuan yang baik (Intended Purposes)

tujuan dokumentasi adalah untuk mengamati perilaku anak, mengumpulkan

informasi tentang anak, dan merencanakan program yang tepat untuk anak.

Dokumentasi tidak ditujukan untuk alasan yang merugikan anak dan

keluarganya.

e. Berbagi dengan keluarga (Sharing with the family).

Berbagi dan berkomunikasi dengan keluarga tentang perilaku dan perkembangan

anak harus dengan persetujuan pihak yang terkait, misalnya guru dan anak yang

diamati (tergantung usia anak). Dalam hal ini, privacy anak juga perlu menjadi

bahan pertimbangan.Dalam hal dan kondisi tertentu, seorang perofesional perlu

meminta ijin pada anak untuk menceritakan tentang anak pada orang tuanya

f. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan anak perlu dijaga, dimana informasi tentang anak hanya boleh

diketahui oleh pihak-pihak yang memiliki hak untuk mengetahui informasi

tersebut. Meminta ijin dari orang tua anak saat mendokumentasi anak juga perlu

dilakukan.

3. Komponen Sistem Asesmen

Asesmen memiliki 3 komponen yang saling berkaitan. Komponen pertama adalah

mengumpulkan dan mencatat/merekam informasi tentang perkembangan dan belajar

anak. Sebagai contoh adalah dengan mengumpulkan dan mencatat apa yang

diketahui dan apa yang dilakukan anak. Informasi ini dapat diperoleh dari

pengamatan, komunikasi, wawancara, portfolio, projek, tes, ceklist, hasil gambar

maupun tulisan anak, foto, maupun rekaman suara. Komponen kedua adalah

menginterpretasi dan mengevaluasi semua informasi yang diperoleh. Hal ini

bermanfaat dalam membuat semacam keputusan atau penilaian tentang

perkembangan anak, misalnya apakah anak berada dalam tahap berkembang, atau

telah mencapai standar perkembangan tertentu.

Page 72: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 66

4. Proses pelaksanaan Penilaian/Asesmen

a. Dilakukan secara individual dengan membandingkan perkembangan anak saat ini

dan sebelumnya,

b. Mempertimbangkan adanya perbedaan dalam perkembangan, pengalaman, dan

budaya anak.

c. Bukan dilakukan dalam situasi tes, melainkan alamiah

d. Kemajuan tentang anak dilaporkan dalam konteks individual sehubungan dengan

performansinya dalam tahap usianya, dan bukan merupakan sistem ranking.

5. Tahapan Penilaian/Asesmen

Tahapan asesmen pada anak yang mengalami masalah perkembangan dan belajar:

a. Kegiatan Prereferal : team guru berdiskusi

b. Referal dan perencanaan awal: guru, ortu, orang tua, profesional atau anak yang

bersangkutan

c. Evaluasi multidisipliner:psikolog sekolah, pekerja sosial, guru, speech

pathologist, specialist LD dll menyiapkan laporan :

1. apakah anak memiliki masalah khusus

2. Landasan membuat keputusan tsb

3. Perilaku relevan yang terjadi saat observasi

4. Hubungan perilaku tsb dengan kemampuan akademik anak

5. Temuan medis yang relevan

6. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara prestasi dan kemampuan yang

tidak dapat diperbaiki melalui pendidikan dan pel;ayanan khusus

7. Pengaruh lingkungan, budaya dan status ekonomi

8. Konferensi Kasus, IEP, Para partisipan adalah perwakilan , guru, ortu, siswa

(jika memungkinkan), dan para professional

6.Teknik Penilaian Asesmen

Pengumpulan data dalam asesemen dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi/pengamatan

b. Konferensi dengan para guru

c. Survey

d. Interview ortu/laporan orangtua

e. Hasil kerja anak /Penugasan

f. Unjuk Kerja g. Pencatatan Anekdot h. Percakapan/dialog i. Dokumentasi Hasil Karya Anak (Portofolio) j. Desksripsi Profil Anak

Page 73: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 67

BAB

REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT

1. Peningkatan kualifikasi pendidikan guru melalui program beasiswa melanjutkan

studi ke program S1 PGPAUD dan lainnya sesuai kebutuhan.

2. Terbukanya layanan dan akses peningkatan mutu dan kualitas kompetensi guru

PAUD melalui pelaksanaan berbagai program yang dapat menjangkau seluruh

wilayah hingga ke daerah terpencil, seperti program distance learning,

workshop, magang, pelatihan, seminar PAUD atau Focus Group Discussion.

sehingga dapat menjangkau daerah terpencil

3. Salah satu yang dapat dilakukan APK PAUD yaitu dengan mengoptimalkan

PAUD Berbasis Keluarga (PBK) di setiap wilayah masyarakat.

4. Program pengokohan akar budaya bangsa dan pendidikan karakter perlu di

implementasikan secara sistematis dan continue di semua satuan pendidikan,

mengingat pesatnya arus budaya global

5. Pemerintah perlu mengembangkan berbagai program pemberdayaan guru yang

mampu mengakomodasi berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi di

masyarakat serta membekali para guru dengan wawasan sains dan teknologi

mutakhir.

6. Perlu adanya kesinambungan antara kurikulum PAUD dengan Kurikulum SD,

terutama dalam pengembangan potensi perkembangan anak. Hal ini dapat

dilakukan dengan menyusun kurikulum PAUD dan SD bersama-sama

Page 74: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 68

DAFTAR PUSTAKA

Arahan Mentri Pendidikan Nasional . (2011) . Arahan Mentri Pendidikan

Nasional.”meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Pelaksanaan 5 K

Kemdiknas: menyiapkan generasi 100 Tahun Indonesia Merdeka”. Bahan

presentasi. Depok 16-18 maret 2011.

Berk, Laura E. (2009). Child Development. USA : Pearson Education, Inc.

Bredekamp, S. & Copple, C. (1997). Developmentally Appropriate Practice in Early

Childhood Programs. Washington: NAEYC.

Canton, james (2010) The Extreme Future. 1o tren utama yang membentuk ulang

dunia 20 Tahun ke depan. Tangerang : Alvabeth

Catron, Carol E. & Allen, Jan (1999), Early Childhood Curriculum, New Jersey:

Prentice Hall Inc.

Dodge, Diane Trister & Colker, Laura J. (2002), The Creative Curriculum For

Preschool, Washington DC: Teaching Strategies Inc.

Helms, D.B. & Turner, J.S. (1983). Exploring Child Behavior. New York: Holt

Rinehartand Winston.

Hurlock, E.B. (1978). Child Development, Sixth Edition. New York: McGraw-Hill,

Inc.

http://skb-purworejo.com/

Krogh, Suzanne L. & Slentz, Kristine L. (2001). The Early Childhood Curriculum.

New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Inc. Publishers

Masitoh dkk.(2009) Strategi Pembelajaran TK. Edisi 1. Jakarta:Universitas Terbuka

Nugraha, Ali (2011). Konsep dasar Pendidikan Anak usia Dini. UPI

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990. Tentang Pendidikan Prasekolah.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik

dan Kompetensi Guru.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia

Dini.

Page 75: NASKAH AKADEMIK - kurikulum.kemdikbud.go.id

Naskah Akademik Kurikulum PAUD 69

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan.

Roopnaire, J.L. & Johnson J.E. (1993). Approaches to Early Childhood Education.

New York: Charles E.Merril Publishing Co.

Santrock, J.W. (1995). Life Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jilid I.

(alih bahasa: Achmad Chusairi). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. & Yussen, S.R. (1992). Child Development, 5 th Ed. Dubuque, IA,

Wm, C.Brown.

Solehuddin, M. & Hatimah, I. (2007). Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung:

Pedagogiana Press.

Syaodih, E. (2007). Bimbingan Konseling Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas

Terbuka.

Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Vygotsky, L.S. (1978). Mind in Society, The Development of Higher Psychological

Processes. London: Harvard University.

Wortham, Sue C. (2005). Assesment in Early Childhood Education. New Jersey:

Pearson Merril Prentice Hall.