naskah akademik rpp

47
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN KOMUNITAS Disusun oleh : Rina Puji Astuti Jogjakarta, Juni 2008

Upload: maorina-chhimm

Post on 24-Jun-2015

994 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH AKADEMIK RPP

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN

PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA

TENTANG

PENYELENGGARAAN PENYIARAN

LEMBAGA PENYIARAN KOMUNITAS

Disusun oleh :

Rina Puji Astuti

Jogjakarta, Juni 2008

Page 2: NASKAH AKADEMIK RPP

KATA PENGANTAR

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah melahirkan

masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya akan hak untuk

mengetahui dan memperoleh informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan

pokok bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan

bermasyarakat ,berbangsa dan bernegara.

Keberadaan lembaga penyiaran komunitas dan kegiatan penyelenggaran

penyiaran, memang sekarang masih menjadi perdebatan diantara para pihak

pemangku kepentingan. Adanya pro-kontra pembahasan Rancangan Peraturan

Pemerintah tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas

diharapkan akan lebih memperkuat pemahaman para pihak terhadap

keberadaan Lembaga Penyiaran Komunitas dan regulasi dalam

penyelenggaraannya.

Sebagai kebijakan lanjutan dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002

tentang Penyiaran yang telah menampung perkembangan kebutuhan informasi

bagi komunitas dan mewadahinya dalam Bab III Bagian Keenam dengan judul “

Lembaga Penyiaran Komunitas“ yang pada intinya bahwa penting untuk

membuat draft Naskah Akademik Rancangan Peraturan Pemerintah tentang

Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas.

Draft Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan

Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas ini terdiri dari ..... BAB, ..... Pasal

....... dan penjelasan pasal demi pasal, mengatur mengenai pengertian, kriteria

Lembaga penyiaran komunitas, Pendirian dan perizinan, penyelenggaraan

penyiaran, permodalan lembaga penyiaran komunitas, rencana dasar teknik

dan persyaratan teknis perangkat penyiaran, sanksi administratif, ketentuan

peralihan dan ketentuan penutup.

Page 3: NASKAH AKADEMIK RPP

Naskah Akademis ini disusun terdiri dari dua bagian yaitu pada bagian

pertama memuat Bab I, Pendahuluan meliputi antara lain Latar Belakang,

Identifikasi Masalah, Tujuan dan Ruang Lingkup, Bab III, Dasar Hukum meliputi

peraturan perundang-undangan dan ........, Bab III Kegiatan Lembaga

Penyiaran komunitas saat ini, Bab IV Analisis Hukum, Bab V Arahan Materi,

serta Bab VI Penutup. Sedangkan pada bagian kedua memuat draft Rancangan

Peraturan Pemerintah.

Naskah Akademis ini diharapkan dapat menjadi acuan dan kesepakatan

dalam penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah

tersebut.

Jogjakarta, Medio Juli, 2008

RINA PUJI ASTUTI

Page 4: NASKAH AKADEMIK RPP

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ i

Daftar Isi ..................................................................................................iii

Bagian Pertama

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang ..................................................................................4

B. Identifikasi Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................5

D. Ruang Lingkup ..................................................................................5

II. Dasar Hukum

A. Peraturan Perundang-undangan ....................................... .................7

III. Kegiatan Lembaga Penyiaran komunitas saat ini ...................................12

A. Radio Komunitas................................................................... ...........13

B. Pengelolaan Radio Komunitas ........................................................... 14

C. Televisi Komunitas.............................................................................16

D.Pengelolaan Televisi Komunitas...........................................................17

IV. Analisis Hukum

A. Pengakuan Hukum Terhadap Keberadaan Lembaga Penyiaran Komunitas

................................... ....................................................................... 21

B. Formulasi Rancangan Peraturan Pemerintah....................................... 27

V. Arahan Materi Muatan

A. Ketentuan Umum ............................................................................ 37

B. Materi Muatan ................................................................................ 38

VI. Penutup ............................................................................................ 41

Daftar Pustaka

Lampiran

Bagian Kedua

Peraturan Pemerintah

Page 5: NASKAH AKADEMIK RPP

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 telah mengamanahkan kepada negara untuk

mempergunakan Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam pasal 33 ayat 3, dimana

kekayaan alam termasuk spektrum frekuensi atau gelombang elektromagnetik

yang digunakan untuk kegiatan penyiaran dan telekomunikasi yang merupakan

sumber daya alam yang terbatas sehingga pemanfaatannya perlu diatur secara

efektif dan efisien.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membawa

implikasi terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran di Indonesia. Penyiaran

sebagai penyalur informasi dan pembentuk pendapat umum, perannya makin

sangat strategis, terutama dalam mengembangkan alam demokrasi di negara

kita. Penyiaran telah menjadi salah satu sarana berkomunikasi bagi masyarakat,

lembaga penyiaran, dunia bisnis, dan pemerintah. Perkembangan tersebut telah

menyebabkan landasan hukum pengaturan penyiaran yang ada selama ini

menjadi tidak memadai.

Euforia kebebasan dalam penyiaran membawa konsekuensi tumbuhnya

stasiun televisi dan radio, baik skala komersial ataupun non-komersial

utamanya radio komunitas baik legal maupun ilegal. Dengan banyaknya

frekuensi radio diudara, sehingga berakibat pada terganggunya komunikasi lalu

lintas udara/pesawat udara yang berimplikasi pada keselamatan penerbangan.

Keseriusan pemerintah diperlukan untuk mengatur frekuensi diudara dengan

memberi kampling tersendiri untuk lembaga penyiaran komunitas.

1

Page 6: NASKAH AKADEMIK RPP

Dalam perkembangannya saat ini, kelompok tertentu dalam bentuk

komunitas, membutuhkan sarana komunikasi berupa lembaga penyiaran yang

khusus melayani kepentingan komunitasnya. Pengembangan penyiaran

diarahkan pada terciptanya siaran yang berkualitas, bermartabat, mampu

menyerap, dan merefleksikan aspirasi masyarakat yang beraneka ragam, untuk

meningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap pengaruh buruk nilai budaya

asing. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang

Penyiaran telah menampung perkembangan masyarakat tersebut dan

mawadahinya dalam Bab III bagian keenam dengan judul “ Lembaga

Penyiaran Komunitas”. Hal ini menjadi legitimasi bagi eksistensi lembaga

penyiaran komunitas. Lembaga penyiaran Komunitas merupakan lembaga

penyiaran yang berbentuk Badan hukum Indonesia yang oleh komunitas

tertentu, bersifat independen dan tidak komersial, daya pancarnya rendah, luas

jangkauan dan wilayahnya terbatas, serta untuk melayani kepentingan

komunitasnya. Lembaga penyiaran komunitas didirikan atas biaya yang

diperoleh dari kontribusi komunitas tertentu sekaligus menjadi milik komunitas

tersebut yang tujuannya untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam

mencapai kesejahteraan serta tidak untuk mencari laba atau keuntungan.

Disamping itu, Lembaga Penyiaran Komunitas juga harus mengikuti ketentuan

berupa kewajiban membuat kode etik dan tata tertib untuk diketahui oleh

komunitas dan masyarakat lainnya.

Kenyataan bahwa Frekuensi atau gelombang elektromagnetik terbatas

dalam jumlahnya, sehingga pengelolannya perlu diatur pemerintah karena

menyangkut kepentingan orang banyak. Permasalahan klasik yang selalu terjadi

pada tataran pendirian dan perizinan lembaga penyiaran komunitas, baik

televisi komunitas maupun radio komunitas yang dianggap ilegal karena tidak

memiliki izin, padahal fungsi yang diemban oleh penyiaran komunitas sangat

krusial sebagai pendukung terbentuknya masyarakat informasi dan

memperkuat civil society dalam komunitas. Dengan bentuk wilayah indonesia

yang luas dan berpulau-pulau, kemunculan lembaga penyiaran komunitas bisa

Page 7: NASKAH AKADEMIK RPP

jadi badan penyiaran yang efektif untuk mensosialisasi segala bentuk kegiatan

komunitas. Dilema yang harus dihadapi oleh Lembaga penyiaran komunitas

antara legitimasi hukum dan legitimasi sosial. Jika dilihat dari perspektif hukum,

mau tidak mau Lembaga penyiaran komunitas harus mendapatkan izin

frekuensi dari pihak berwenang. Dalam perspektif sosiologis, ada legitimasi

sosial yang kuat, terepresentasikan dalam forum warga dan kenyataan bahwa

lembaga penyiaran komunitas didasarkan pada kebutuhan dan tuntutan warga.

Antisipasi akan perlunya menerapkan kebijakan komunikasi agar masalah

pendirian dan perizinan tidak berkembang lebih serius dimasa yang akan

datang. Hal ini sangat beralasan karena berakibat pada keselamatan

penerbangan, yang ditenggarai dengan banyaknya kasus pelanggaran

penggunaan frekuensi secara ilegal. Salah satu contoh komplain yang

dilayangkan Federal Communication Commitee ( FCC) Amerika Serikat, karena

penggunaan frekuensi radio yang serampangan, Bandara Husein Kartanegara,

7 februari 2003 kesulitan untuk melakukan kontak dengan pesawat yang akan

mendarat.

Problem keuangan dan realitas produksi penyiaran komunitas

membutuhkan kerjasama dari pemerintah untuk memberikan batasan yang

memungkinkan penyiaran komunitas untuk tetap eksis. Masalah keuangan yang

dihadapi penyiaran komunitas tidak lepas dari aspek permodalan yang tidak

memungkinkan untuk beriklan secara komersial. Bantuan komunitas untuk

tetap mempertahankan penyiaran komunitas dibutuhkan untuk menjamin

kualitas produksi isi siaran yang merefleksikan, mewakili dan meliputi anggota

komunitas.

Dengan diterbitkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang

Penyiaran maka dibutuhkan kebijakan yang berkaitan dengan Penyelenggaraan

Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas sehingga dipandang perlu untuk

membentuk Peraturan Pemerintah yang mengatur secara khusus

Penyelenggaraan penyiaran bagi lembaga penyiaran komunitas. Ketentuan

Page 8: NASKAH AKADEMIK RPP

mengenai Lembaga Penyiaran Komunitas diamanatkan oleh Undang-Undang

nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran pada pasal 21, pasal 22, pasal 23,

pasal 24 dan pasal-pasal lainnya yang terkait. Bentuk peraturan Perundang-

undangan yang mengatur Lembaga Penyiaran Komunitas sesuai dengan

amanat Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 adalah peraturan Pemerintah.

Berdasarkan pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Dasar tahun 1945 dan sesuai

dengan putusan Presiden dengan menetapkan peraturan pemerintah untuk

menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Peraturan Pemerintah ini

diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan Perizinan dan Pendirian lembaga

penyiaran komunitas yang legal dan mempunyai tempat tersendiri dalam

pengkaplingan frekuensi yang seharusnya diperuntukkan bagi ranah publik,

sehingga tidak terjadi tumpang tindih jalur frekuensi dan mencegah

penggunaan yang serampangan dan tidak bertanggung jawab. Dukungan

pemerintah untuk memberikan ruang bagi penyiaran komunitas untuk tumbuh

dan berkembang serta menjadi jiwa bagi komunitas yang berujung pada

kemampuan bagi komunitas untuk membentuk masyarakat informasi.

B. Identifikasi Masalah

1. Prinsip-prinsip apa yang paling tepat untuk diterapkan dalam regulasi

Penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas?

2. Model pengaturan seperti apa yang paling tepat digunakan untuk

regulasi penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas?

3. Materi muatan apa saja yang harus dibahas dalam regulasi

penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas?

4. Instrumen-instrumen Internasional apa sajakah yang dapat dijadikan

acuan dalam penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran

Komunitas?

5. Bentuk-bentuk pelanggaran apa saja yang perlu diatur dalam regulasi

penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas?

Page 9: NASKAH AKADEMIK RPP

Untuk menjawab permasalahan tersebut diperlukan adanya suatu payung

hukum yang dapat dipakai sebagai arah kebijakan dan dasar hukum dalam

Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas.

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan penyusunan Naskah Akademik ini adalah untuk menyatukan

persepsi/kesatuan pandang perumusan kebijakan tentang

Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas baik dari segi

definisi, pengertian, kriteria Lembaga penyiaran komunitas, Pendirian

dan perizinan, sampai dengan sanksi administratif yang berlaku untuk

pelanggaran dalam penyelenggaraan penyiaran.

2. Kegunaan Naskah Akademik ini sebagai pedoman dan bahan awal yang

memuat gagasan tentang urgensi, pendekatan, ruang lingkup dan materi

muatan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan

Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penyusunan Draft Rancangan Peraturan Pemerintah

tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas, terdiri

dari :

1. Kriteria lembaga penyiaran komunitas untuk memperoleh data dan

informasi mengenai komunitas, ciri penyiaran komunitas yang dilakukan

oleh komunitas.

2. Pedoman Pendirian dan perizinan lembaga penyiaran komunitas,

permodalan serta rencana dasar teknik dan persyaratan teknis perangkat

penyiaran untuk mengetahui dengan pasti tujuan dan pelaksanaan dari

penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran komunitas.

Page 10: NASKAH AKADEMIK RPP

3. Pengelolaan lembaga penyiaran, untuk memberi panduan akan

penyelenggaraan penyiaran yang memberikan klasifikasi acara siaran

yang merefleksikan, mewakili dan meliputi anggota komunitas

4. Penetapan sanksi administratif, untuk memberi panduan akan kewajiban

yang harus dipatuhi oleh lembaga penyiaran komunitas

5. Evaluasi dan monitoring, serta hal-hal lain yang terkait erat dengan

lembaga penyiaran komunitas.

Page 11: NASKAH AKADEMIK RPP

DASAR HUKUM

Peraturan Perundang-undangan

Landasan hukum sebagai kajian dan penyusunan Naskah Akademik

Rancangan Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga

Penyiaran Komunitas, meliputi:

1. Pasal 5 ayat (2) dan Undang-Undang Dasar 1945

Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan

undang-undang sebagaimana mestinya.

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dalam pasal

21, pasal 22, pasal 23, pasal 24, pasal 32 ayat 2, pasal 33 ayat 1 dan

ayat , dan pasal 55 ayat 3 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4252).

Pasal 21

(1) Lembaga Penyiaran Komunitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

13 ayat (2) huruf c merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk

badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat

independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas

jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan

komunitasnya.

(2) Lembaga Penyiaran Komunitas sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) diselenggarakan:

2

Page 12: NASKAH AKADEMIK RPP

a. tidak untuk mencari laba atau keuntungan atau tidak merupakan

bagian perusahaan yang mencari keuntungan semata; dan

b. untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai

kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang

meliputi budaya, pendidikan, dan informasi yang

menggambarkan identitas bangsa.

(3) Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan komunitas nonpartisan

yang keberadaan organisasinya:

a. tidak mewakili organisasi atau lembaga asing serta bukan

komunitas internasional;

b. tidak terkait dengan organisasi terlarang; dan

c. tidak untuk kepentingan propaganda bagi kelompok atau

golongan tertentu.

Pasal 22

(1) Lembaga Penyiaran Komunitas didirikan atas biaya yang diperoleh

dari kontribusi komunitas tertentu dan menjadi milik komunitas

tersebut.

(2) Lembaga Penyiaran Komunitas dapat memperoleh sumber

pembiayaan dari sumbangan, hibah, sponsor, dan sumber lain yang

sah dan tidak mengikat.

Pasal 23

(1) Lembaga Penyiaran Komunitas dilarang menerima bantuan dana

awal mendirikan dan dana operasional dari pihak asing.

(2) Lembaga Penyiaran Komunitas dilarang melakukan siaran iklan

dan/atau siaran komersial lainnya, kecuali iklan layanan

masyarakat.

Pasal 24

(1) Lembaga Penyiaran Komunitas wajib membuat kode etik dan tata

tertib untuk diketahui oleh komunitas dan masyarakat lainnya.

Page 13: NASKAH AKADEMIK RPP

(2) Dalam hal terjadi pengaduan dari komunitas atau masyarakat lain

terhadap pelanggaran kode etik dan/atau tata tertib, Lembaga

Penyiaran Komunitas wajib melakukan tindakan sesuai dengan

pedoman dan ketentuan yang berlaku.

Bagian Kesepuluh

Rencana Dasar Teknik Penyiaran dan

Persyaratan Teknis Perangkat Penyiaran

Pasal 32

(1) Setiap pendirian dan penyelenggaraan penyiaran wajib memenuhi

ketentuan rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis

perangkat penyiaran.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana dasar teknik penyiaran

dan persyaratan teknis perangkat penyiaran sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) disusun lebih lanjut oleh KPI bersama Pemerintah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kesebelas

Perizinan

Pasal 33

(1) Sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib

memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran.

(2) Pemohon izin wajib mencantumkan nama, visi, misi, dan format

siaran yang akan diselenggarakan serta memenuhi persyaratan

sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

(3) Pemberian izin penyelenggaraan penyiaran sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) berdasarkan minat, kepentingan dan kenyamanan

publik.

(4) Izin dan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran diberikan

oleh negara setelah memperoleh:

Page 14: NASKAH AKADEMIK RPP

a. masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon

dan KPI;

b. rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dari KPI;

c. hasil kesepakatan dalam forum rapat bersama yang diadakan

khusus untuk perizinan antara KPI dan Pemerintah; dan

d. izin alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh

Pemerintah atas usul KPI.

(5) Atas dasar hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(4) huruf c, secara administratif izin penyelenggaraan penyiaran

diberikan oleh Negara melalui KPI.

(6) Izin penyelenggaraan dan perpanjangan izin penyelenggaraan

penyiaran wajib diterbitkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja

setelah ada kesepakatan dari forum rapat bersama sebagaimana

dimaksud dalam ayat (4) huruf c.

(7) Lembaga penyiaran wajib membayar izin penyelenggaraan

penyiaran melalui kas negara.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan

perizinan penyelenggaraan penyiaran disusun oleh KPI bersama

Pemerintah.

BAB VIII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 55

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 15 ayat (2), Pasal 20, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 26 ayat

(2), Pasal 27, Pasal 28, Pasal 33 ayat (7), Pasal 34 ayat (5) huruf a,

huruf c, huruf d, dan huruf f, Pasal 36 ayat (2), ayat (3), dan ayat

(4), Pasal 39 ayat (1), Pasal 43 ayat (2), Pasal 44 ayat (1), Pasal 45

ayat (1), Pasal 46 ayat (6), ayat (7), ayat (8), ayat (9), dan ayat

(11), dikenai sanksi administratif.

Page 15: NASKAH AKADEMIK RPP

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

berupa :

a) teguran tertulis;

b) penghentian sementara mata acara yang bermasalah setelah

melalui tahap tertentu;

c) pembatasan durasi dan waktu siaran;

d) denda administratif;

e) pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu;

f) tidak diberi perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran;

g) pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan pemberian sanksi

administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

disusun oleh KPI bersama Pemerintah.

Page 16: NASKAH AKADEMIK RPP

KEGIATAN LEMBAGA PENYIARAN KOMUNITAS SAAT INI

Reformasi politik pada mei 1998, membawa perubahan suasana dan

kondisi baru didunia penyiaran. Tak dapat disangkal reformasi 1998 menjadi

titik tolak bagi berkembangnya industri penyiaran didaerah. Isu desentralisasi,

otonomi daerah, frekuensi sebagai ranah publik dan demokratisasi ranah

penyiaran menjadi dasar bagi berbagai unsur didaerah untuk mendirikan media

alternatif.

Perkembangan selanjutnya pemerintah merumuskan Undang-Undang no 32

tahun 2002 tentang penyiaran memberikan tempat bagi lembaga penyiaran

komunitas untuk melayani publiknya. UU ini sekaligus menjadi payung hukum

bagi lembaga penyiaran komunitas yang telah tumbuh jauh sebelum

keberadaan UU tersebut.

Merujuk pada pasal 21 ayat (1) UU no 32 tahun 2002 bahwa Lembaga

Penyiaran Komunitas adalah “ Lembaga Penyiaran yang berbentuk badan

hukum indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan

tidak komersil dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas

serta untuk melayani komunitasnya “.

Sumber dana utama berasal dari komunitas, berbentuk iuran, hibah atau

sumbangan yang tidak mengikat. Dengan ketentuan bahwa Lembaga penyiaran

komunitas tidak diperboleh mencari laba dengan iklan atau bentuk usaha profit

lainnya. Iklan hanya boleh ada sebatas iklan layanan masyarakat. Iklan

komersial diperbolehkan untuk kategori non-hard-selling product (bukan

penjualan langsung). Selain itu bisa pula melalui sponsorship program acara,

kegiatan dan hibah.

A. RADIO KOMUNITAS

3

Page 17: NASKAH AKADEMIK RPP

Keberadaan radio komunitas di Indonesia dinyatakan dalam beberapa

pustaka antara lain:

1. Kemunculan Radio Komunitas, telah dimulai sejak zaman kolonial dimana

radio komunitas telah digunakan sebagai alat perjuangan bagi kaum

republiken. Radio SCRO di Solo dan Radio BVRO di Bandung merupakan

alat perjuangan kaum republiken guna menandingi propaganda pemerintah

kolonial melalui radio resmi mereka, NIROM.

2. Legitimasi kemunculan radio komunitas melalui Peraturan Pemerintah

Nomor 55 tahun 1970 yang mengatur 2 jenis radio, yaitu radio komersial

dan radio non-komersial yang diidentifikasikan sebagai radio komunitas.

3. Berdirinya radio komunitas dalam bentuk radio kampus yang menyuplai

informasi bagi mahasiswa, seperti Radio tarumenegara, Radio UI, Radio

UKI, Radio USU Medan, Radio MSTRI Jakarta, Radio Gema Mahasiswa

Unsoed Purwokerto dll, walaupun sebagian besar tidak bertahan dan

beralih kesaluran komersial.

4. Legitimasi Radio komunitas melalui UU penyiaran no 32 tahun 2002 dan

berdirinya Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JKRI) ditahun yang sama

menjadi lembaga yang menaungi Radio Komunitas.

Dari keterangan diatas diketahui Radio Komunitas telah ada dan menjadi

bagian dari komunitas di Indonesia. Walaupun dalam pembahasan UU

penyiaran 2002 radio komunitas tidak disetujui keberadaanya oleh pemerintah

dan juga industri penyiaran radio karena dinilai hanya menghabiskan frekuensi

gelombang elektromagnetik yang sangat terbatas. Selain itu pemerintah juga

beragumentasi bahwa peran-peran Lembaga Penyiaran Komunitas sudah

diakomodasi dalam lembaga penyiaran publik. Namun pertarungan yang

dimenangkan publik dengan dimasukkannya Lembaga Penyiaran Komunitas

sebagai bagian dari Lembaga Penyiaran yang diakui pemerintah.

Komunitas berasal dari kata community yang berarti “sekelompok orang yang

hidup disuatu tempat” serta “sekelompok orang dengan kepentingan atau

ketertarikan yang sama”. Dari konsep tersebut dapat dirumuskan 3 jenis

Page 18: NASKAH AKADEMIK RPP

komunitas. Pertama, komunitas yang terbentuk berdasarkan batasan-batasan

geografis. Kedua, komunitas yang terbentuk berdasarkan kesamaan identitas.

Ketiga, komunitas yang terbentuk karena kesamaan minat, kepedulian dan

kepentingan. Konsep Lembaga Penyiaran komunitas meminjam asas demokrasi,

dimana Lembaga Penyiaran komunitas didirikan oleh, dari dan untuk

komunitasnya. Lembaga Penyiaran komunitas adalah lembaga penyiaran radio

atau televisi yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas

tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial dengan daya pancar rendah,

luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan

komunitasnya. Radio Komunitas merujuk pada stasiun penyiaran radio yang

didirikan oleh dan untuk komunitas tertentu, tidak bersifat komersial dan

muatannya sebagian besar tentang dinamika dan kebutuhan komunitas itu

sendiri.

Radio komunitas umumnya menggunakan gelombang radio FM atau AM dengan

daya pancar terbatas (very low transmitter) sehingga luas daerah layanannya

juga terbatas.

B. Pengelolaan Radio Komunitas

1. Radio Angkringan oleh warga desa Timbulharjo, Bantul,

Yogyakarta

Komunitas di Yogyakarta, Timbulharjo, Bantul mengelola radio komunitas

bernama Radio Angkringan yang pendiriannya diprakarsai oleh aktivis

pers mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Ahmad Nasir. Program yang

ditawarkan misalnya, ikaln layanan masyarakat untuk mencari orang tua

asuh bagi siswa putus sekolah, serta siaran langsung rapat desa

Timbulharjo yang membahas berbagai persoalan warga. Kebutuhan akan

radio komunitas dirasakan masyarakat dengan wilayahnya yang luas,

terdiri dari 6 dusun, dengan setiap dusun minimal terdiri dari 3 kampung

dengan penduduk sekitar 200 kepala keluarga. Kesulitan untuk bertemu

dan membicarakan masalah masing-masing, mulai dari masalah

pertanian, masalah sehari-hari hingga persoalan pemerintahan desa

Page 19: NASKAH AKADEMIK RPP

menjadikan keberadaan radio angkringan sangat strategis. Dengan

adanya radio komunitas, masyarakat yang terpisah-pisah bisa saling

berkomunikasi dan berdiskusi tentang problem masing-masing.

Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan radio Angkringan

dilembagakan dalam bentuk Forum Komunikasi Warga Timbulharjo

(Fokowati) yang terdiri dari para tokoh masyarakat Timbulharjo dan

berfungsi menjadi payung bagi radio. Fokowati memberikan mekanisme

dimana pertanggungjawaban radio Angkringan dilakukan didepan rapat

warga. Sasaran utamanya adalah perwujudan good and clean

government ditingkat desa timbulharjo dengan menciptakan iklim

keterbukaan informasi.

2. Radio Yudistira oleh warga Indramayu, Jawa Barat

Berawal dari tujuan untuk menghentikan tawuran pemuda antar

kampung, didirikan radio Yudistira pada pertengahan 1999. Pada waktu

itu sering terjadi keributan warga antara dusun Babakan Dampiang

dengan Kedung Dawa, Tegal Pelem serta dusun Calege di Indramayu.

Melalui medium radio, komunitas-komunitas pemuda berhasil

merumuskan kesepakatan-kesepakatan guna meminimalisir bentrok

antarkampung.

Keberadaan kampung yang jauh dari jangkauan televisi dan media cetak

memberikan posisi strategis bagi radio komunitas menjadi sumber

informasi warga. Programpun ditambahkan dengan mengembangkan

program yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat yang

mayoritas petani. Acara hiburan, infromasi pertanian dan program

pendidikan kejar paket A dan B menjadi program andalan radio Yudistira.

Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPPL) sering didatangkan

kestudio untuk memberikan penyuluhan pertanian dan berdialog

langsung tentang masalah-masalah keluhan warga petani. Untuk

menampung aspirasi masyarakat akan perkembangan radio, Yudistira

mempunyai forum warga yang disebaut “ Mitra Setia”. Forum ini

Page 20: NASKAH AKADEMIK RPP

berfungsi mengevaluasi dan mengusulkan perubahan-perubahan

program acara radio Yudistira.

C. Televisi Komunitas

Kehadiran televisi komunitas pertama-tama dan terutama dilandasi oleh

realitas bahwa di Indonesia banyak ditemukan blank spot area atau blind

spot area di wilayah-wilayah terpencil yang tidak bisa dijangkau oleh siaran

televisi ataupun radio dikarenakan secara topografis maupun geografis

yang memang tidak mampu untuk menerima sinyal televisi. Selain itu

keberadaan televisi dan radio swasta selama ini tidak mengakomodasi

kebutuhan-kebutuhan berbasis komunitas. Keberadaanya hanya melayani

kebutuhan informasi dan hiburan secara umum, untuk semua golongan,

dengan tidak ada segmentasi , tidak ada spesifikasi. Padahal Indonesia

terkenal dengan keberagaman komunitas yang berbeda satu sama lain,

baik secara sosiologis, ekonomi dan politik. Keberagaman ini tentunya tidak

dapat dilayani dengan satu jenis lembaga penyiaran saja. Merupakan hak

warga negara untuk menikmati pelayanan informasi dan hiburan yang

berbasis pada penggunaan dan frekuensi/gelombang elektromagnetik

sebagai ranah publik.

Televisi Komunitas adalah televisi yang memberikan pengakuan secara

signifikan terhadap peran supervisi dan evaluasi oleh anggota

komunitasnya melalui sebuah lembaga supervisi yang didirikan khusus

untuk tujuan tersebut.

Bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anggota komunitasnya.

Secara khusus menjadi televisi yang bersifat dari, oleh dan untuk

komunitas. Dengan jangkuan siaran yang terbatas, umumnya dalam radius

6 (enam) km, sering disebut juga low power broadcasting.

Dengan asas demokrasi, pendirian TV komunitas dimaksudkan dari, oleh

dan untuk komunitas. Sumber dana utama dari iuran anggota komunitas,

hbah, sumbangan dll. Pendapatan iklanpun dibatasi, hanya terbatas iklan

Page 21: NASKAH AKADEMIK RPP

layanan masyarakat, dengan materi iklan bukan iklan hard selling, biasanya

berupa sponsor pada suatu program acara dengan maksimal durasi tayang

10% dari keseluruhan jam tayang. Kepuasaan anggota komunitas

merupakan ukuran kesuksesan Televisi komunitas. Ada proses pertanggung

jawaban terhadap anggota komunitas yang dilayani lembaga penyiaran

komunitas. Pertanggungjawaban ini disamping karena mereka

menggunakan dana dari komunitas, juga secara moral mereka terikat pada

komunitas dimana mereka berada. Isi dan muatan-muatan acara dalam

program televisi tersebut harus local-minded, artinya ada pesan dan

tanggung jawab moral yang diemban televisi komunitas untuk

mencerdaskan, memajukan dan terlebih menyejahterakan masyarakat

disekitarnya.

D. Pengelolaan Televisi Komunitas

Amutai TV

Berdiri pada tahun 1999, televisi ini muncul atas nama kebutuhan

komunitas untuk menikmati siaran televisi dengan baik. Wilayah yang

terpencil menyebabkan daerah ini termasuk dalam blank spot area.

Hanya TVRI yang dapat diakses oleh masyarakat. Berawal dari ini

masyarakat Amutai, kabupaten hulu sungai utara, kalimantan selatan

merintis televisi komunitas dengan dana sisa dari sebuah proyek

pembangunan jalan. Dari awal sudah diadakan pertemuan antara

masyarakat daerah dengan Pemerintah daerah mengenai perlunya

didirikannya televisi komunitas di Amutai. Pemerintah daerah menyetujui

usulan ini dan berperan serta dengan menyuplai dana dan fasilitas,

sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat untuk

mengelolanya.

Eskape TV

Televisi ini hadir dari ide perseorangan yang menyiarkan kegiatan

komunitas. Nurkholis dari dusun Sukopuro, Kecamatan Srono

Banyuwangi memulai berdirinya TV Sinar Kencana Persada (Eskape TV)

Page 22: NASKAH AKADEMIK RPP

pada Agustus 2000. Dengan peralatan sederhana dan dan daya jangkau

rendah, Eskape TV menyapa publik banyuwangi dengan tayangan-

tanyangan hiburan, termasuk hiburan tradisional banyuwangi. Biaya

operasional didapat dari kegiatan masyarakat sekitar, dari acara hajatan

rakyat, pelayanan shooting pernikahan, khitanan dan cara-cara lainnya.

Kehadirannya mendapat tanggapan positif dari warga Banyuwangi dan

mendapatkan izin penyelenggaraan siaran dari Bupati Banyuwangi.

Page 23: NASKAH AKADEMIK RPP

ANALISIS HUKUM

Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut di atas, dapat

di sampaikan analisa hukum sebagai berikut :

Sesuai dengan ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bumi,

air dan ruang angkasa yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, terkandung suatu asas

pemanfaatan secara ekonomi terhadap kekayaan negara demi sebesar-besar

kemakmuran rakyat. Kekayaan alam yang dimaksud termasuk spektrum

frekuensi atau gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk kegiatan

penyiaran dan telekomunikasi yang merupakan sumber daya alam yang

terbatas sehingga pemanfaatannya perlu diatur secara efektif dan efisien.

Secara spesifik dijelaskan dalam UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 pasal 1

ayat 8; bahwa spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam terbatas

dan merupakan kekayaan nasional yang harus dijaga dan dilindungi oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai

dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.

Pasal 5 UUD 1945 memberi kewenangan kepada Presiden untuk menetapkan

peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana

mestinya. Dengan tujuan untuk melaksanakan ketentuan dari UU nomor 32

tahun 2002 mengenai Lembaga Penyiaran Komunitas, maka Penyiaran

diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata,

kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian,

4

Page 24: NASKAH AKADEMIK RPP

kebebasan, dan tanggung jawab. Pokok pikiran yang diamanatkan oleh UU

nomor 32 tahun 2002 bahwa :

1. Penyiaran harus mampu menjamin dan melindungi kebebasan berekspresi

atau mengeluarkan pikiran secara lisan dan tertulis, termasuk menjamin

kebebasan berkreasi dengan bertumpu pada asas keadilan, demokrasi, dan

supremasi hukum;

2. Penyiaran harus mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan

menyeimbangkan antara hak dan kewajiban masyarakat ataupun

pemerintah, termasuk hak asasi setiap individu/orang dengan menghormati

dan tidak mengganggu hak individu/orang lain;

Dengan mendasarkan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan

tersebut, maka penyusunan RPP tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga

Penyiaran Komunitas perlu segera dilaksanakan untuk memberikan kepastian

hukum bagi Komunitas untuk mengelola Lembaga Penyiaran Komunitas dan

memberikan dasar hukum bagi keberadaan Lembaga Penyiaran Komunitas

Rancangan Peraturan Pemerintah bertujuan untuk menjelaskan

penyelenggaraan penyiaran bagi Lembaga Penyiaran Komunitas yang dalam

konteks makro berperan untuk menguatkan ikatan kelompok (group ties)

entitas tertentu, selain sebagai penyedia berita dan melayani kebutuhan

informasi bagi komunitas.

Peraturan Pemerintah (PP) dalah peratuan perundangan yang ditetapkan oleh

presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. PP termasuk dalam

kebijakan komunikasi, yang secara ideal betujuan menempatkan proses

komunikasi sebagai bagian dari dinamika sosial yang tidak merugikan

masyarakat. Masyarakat mengendalikan proses komunikasi yang terjadi

diantara mereka. Pemerintah berperan sebagai fasilitator, merumuskan apa

yang dikehendaki masyarakat. Bukankah pemerintah mempunyai kewenangan,

kemamuan dan bisa membayangkan konflik yang bakal terjadi bila tidak ada

kebijakan komunikasi? (Ana Nadhya Abrar :2008; 17)

Page 25: NASKAH AKADEMIK RPP

Untuk itu dalam rangka penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang

Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas, ketentuan

mengenai pengaturan mengenai ketentuan umum; kriteria Lembaga penyiaran

komunitas, Pendirian dan perizinan, penyelenggaraan penyiaran, permodalan

lembaga penyiaran komunitas, rencana dasar teknik dan persyaratan teknis

perangkat penyiaran, sanksi administratif, ketentuan peralihan dan ketentuan

penutup.

1) Pengakuan Hukum terhadap Lembaga Penyiaran Komunitas.

UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 mengakui secara legal keberadaan

Lembaga Penyiaran Komunitas sebagai lembaga penyiaran dengan membagi

ruang tersendiri bagi Lembaga Penyiaran Komunitas. Dalam konteks

internasional penyiaran komunitas dikenal istilah public access television dan

community television untuk televisi. Sedangkan untuk radio, dikenal istilah

popular educational radio (seperti yang dijumpai di Amerika Latin), rural

bush radio (di Afrika), free association radio ( dibeberapa wilayah Eropa).

Secara internasional pengakuan akan keberadaan penyiaran komunitas mulai

berkembang di Eropa (Inggris, Belgia dan Belanda) sejak pertengahan tahun

1970-an. Selain itu, di Swedia, eksperimen radio lingkungan dimulai tahun

1979, diJerman Barat tahun 1976 diluncurkan proyek televisi komunitas dan

terlahir tahun 1984, Denmark menyelesaikan program televisi komunitasnya.

1. Pengertian Lembaga Penyiaran Komunitas

Beberapa pakar komunikasi, diantaranya Effendi Gazali telah mencoba

mendeskripsikan pengertian “Lembaga Penyiaran komunitas”. Effendi

Gazali, 2002 mengemukakan bahwa Lembaga Penyiaran komunitas

adalah;

“ lembaga penyiaran yang memberikan pengakuan signifikan terhadap peran

supervisi dan evaluasi oleh anggota komunitasnya melalui sebuah lembaga

supervisi yang melayani satu komunitas tertentu saja dan karenanya memiliki

daerah jangkauan tertentu “

Page 26: NASKAH AKADEMIK RPP

Sementara itu, menurut rumusan UU nomor 32 tahun 2002 pasal 20 ayat

(1) menyatakan bahwa; Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan

lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan

oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan

daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk

melayani kepentingan komunitasnya.

Lembaga Penyiaran Komunitas diselenggarakan:

a. Tidak untuk mencari laba atau keuntungan atau tidak merupakan

bagian perusahaan yang mencari keuntungan semata; dan

b. Untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai

kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi

budaya, pendidikan, dan informasi yang menggam-barkan identitas

bangsa.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dirumuskan ciri dari penyiaran

komunitas :

a. Tujuan; untuk menyediakan berita dan informasi yang relevan dengan

kebutuhan anggota komunitas, menyediakan medium untuk

komunikasi anggota komunitas dan untuk menguatkan keberagaman

politik

b. Kepemilikan dan kontrol : dibagi diantara warga, pemerintahan lokal

dan organisasi kemasyarakatan

c. Isi : diproduksi dan diorientasikan untuk kepentingan lokal

d. Produksi : melibatkan tenaga non-profesional dan sukarelawan

e. Distribusi : melalui udara, kabel dan jaringan elektronik

f. Audien : biasanya tertentu seperti dibatasi wilayah geografis

g. Pembiayaan : secara prinsip non-komersial, walaupun secara

keseluruhan meliputi juga sponsor perusahaan, iklan dan subsidi

pemerintah.

Page 27: NASKAH AKADEMIK RPP

Karakter dasar dari Lembaga Penyiaran Komunitas adalah hubungan

langsung dan intensif antara lembaga penyiaran dengan komunitas. Serta

adanya partisipasi anggota komunitas dalam perancanaan program,

produksi, pembiayaan dan dalam mengevaluasi kinerja lembaga penyiaran

Peran dan fungsi Lembaga Penyiaran Komunitas

Lembaga Penyiaran Komunitas sebagai salah satu bagian dari sistem

penyiaran Indonesia secara praktek ikut berpartisipasi dalam penyampaian

informasi yang dibutuhkan komunitasnya, baik menyangkut aspirasi warga

masyarakat maupun program-program yang dilakukan pemerintah untuk

bersama-sama menggali masalah dan mengembangkan potensi yang ada

di lingkungannya. Keberadaaan Lembaga Penyiaran Komunitas juga salah

satunya adalah untuk terciptanya tata pemerintahan yang baik dengan

memandang asas-asas sebagai berikut:

a) Hak asasi manusia

Bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh

informasi melalui penyiaran sebagai perwujudan hak asasi manusia

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

dilaksanakan secara bertanggungjawab, selaras dan seimbang antara

kebebasan dan kesetaraan menggunakan hak antarelemen di

Indonesia.

b) Keadilan

Bahwa untuk menjaga integrasi nasional, kemajemukan masyarakat

dan terlaksananya otonomi daerah maka perlu dibentuk sistem

penyiaran nasional yang menjamin terciptanya tatanan sistem

penyiaran yang adil, merata dan seimbang guna mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 28: NASKAH AKADEMIK RPP

Pengelolaan, pengalokasian dan penggunaan spektrum frekuensi radio

harus tetap berlandaskan pada asas keadilan bagi semua lembaga

penyiaran dan pemanfaatannya dipergunakan untuk kemakmuran

masyarakat seluas-luasnya, sehingga terwujud diversity of ownership

dan diversity of content dalam dunia penyiaran.

1) Informasi

Bahwa lembaga penyiaran komunitas merupakan media informasi dan

komunikasi yang mempunyai peran penting dalam penyebaran

informasi yang seimbang dan setimpal di masyarakat, memiliki

kebebasan dan tanggungjawab dalam menjalankan fungsinya sebagai

media informasi, pendidikan, hiburan, kontrol serta perekat sosial.

2. Pengakuan Hukum terhadap Lembaga Penyiaran Komunitas

menurut UU Nomor 32 Tahun 2002

Lembaga Penyiaran Komunitas belum memiliki dasar hukum yang menjadi

pegangan dalam pembentukannya, bahkan dalam UU nomor 32 tahun

2002 tidak ada Perundang-undangan yang menjadi dasar pembentukan

Lembaga Penyiaran Komunitas. Lembaga Penyiaran Komunitas didirikan

atas desakan publik yang menuntut keberadaan Lembaga Penyiaran

Komunitas sebagai bentuk demokrastisasi penyiaran. Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2002 mengatur pengakuan keberadaan Lembaga

Penyiaran Komunitas dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (8) dan

(9) yang menyatakan bahwa Lembaga Penyiaran Komunitas diakui

keberadaannya;

“ Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga

penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran

komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam

melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku “

Page 29: NASKAH AKADEMIK RPP

Ayat (8) secara tidak langsung menyatakan bahwa spektrum radio

merupakan ranah publik yang harus dikelola dengan baik karena

merupakan sumber daya alam yang terbatas. Publik disini menyertakan

komunitas untuk mempunyai hak atas kekayaan alam ini.

Pasal 13 ayat 2 menegaskan bahwa jasa penyiaran diselenggarakan oleh

a. Lembaga Penyiaran Publik; b. Lembaga Penyiaran Swasta; c. Lembaga

Penyiaran Komunitas; dan d. Lembaga Penyiaran Berlangganan. Inilah

legitimasi hukum bagi eksistensi lembaga penyiaran komunitas. Ketentuan

tentang Lembaga Penyiaran komunitas juga diatur pada pasal 21-24

Undang-Undang yang sama.

Namun UU penyiaran merupakan Undang-undang yang langsung. Industri

penyiaran yang begitu kompleks dan problematis hanya diatur dalam 64

pasal. UU Penyiaran tak pelak hanya memuat ketentuan-ketentuan umum

saja. Bahkan penjabaran mengenai Lembaga Komunitas tidak dirinci

secara baik, hanya dijelaskan dalam 8 pasal dari UU Penyiaran.

Bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya akan diatur dalam

peraturan Pemerintah yang dirumuskan dalam forum bersama antara

pemerintah dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

3. Kendala yang dihadapi oleh Lembaga Penyiaran Komunitas

Kendala yang dihadapi oleh Media Penyiaran Komunitas :

1. Produksi dan transmisi program terkadang dilihat sebagai domain

yang ekslusif dari stasiun penyiaran nasional. .

2. legalitas distribusi melalui jaringan kabel melibatkan pula institusi

telekomunikasi nasional.

Ketergantungan tersebut, secara krusial mesti ditata dalam bentuk

kebijakan media yang demokratis, karena kecendrungan untuk

„mengomersialisasikan‟ alokasi frekuensi dan jaringan kabel sangat besar.

Dalam prakteknya kehadiran media penyiaran komunitas memang bukan

Page 30: NASKAH AKADEMIK RPP

dari insiatif dari pemerintah, tapi dari tekanan secara terus menerus.

Dalam kenyataannya di Indonesia, tidak dipungkiri kehadiran media

penyiaran komunitas merupakan hasil tekanan secara terus menerus yang

disuarakan publik.

Dalam pernyataan yang dibuat oleh Paulus Widiyanto, Ketua Pansus RUU

penyiaran dan RUU kebebasan memperoleh informasi publik; bahwa

“pemerintah tidak setuju adanya lembaga penyiaran komunitas, juga

industri penyiaran radio menolak kehadiran lembaga penyiaran komunitas

dan radio siaran pemerintah daerah, karena dinilai hanya menghabiskan

gelombang elektromagnetik yang sangat terbatas“. Penjelasan lebih lanjut

mengenai interaksi kekuasaan negara vs publik dalam pembahasan

kehadiran Lembaga Penyiaran Komunitas dalam UU no 32 tahun 2002

termuat dalam tabel yang dibuat oleh Muhammad Mufid.

No

ISU

NEGARA

PUBLIK

HASIL

1 Wewenang KPI KPI+Pemerintah

Badan regulator

semi independen

KPI

Badan regulator

penuh dan independen

KPI+pemerintah

Badan regulator

semi-independen

2 Penyiaran publik DPR: ada, badan

hukum negara Pemerintah;

dihapus, diganti

penyiaran negara

TVRI dan RRI;

penyiaran publik tidak harus berbadan

hukum negara

LPP berbadan

hukum negara TVRI dan RRI;

penyiaran publik

3 Penyiaran

komunitas

Pemerintah; dihapus

DPR;ada

Izin dari Pemerintah Izin dari

KPI+pemerintah

4 Sanksi Banyak, luas dan

berat Ada PPNS (Penyidik

Pegawai Negeri Sipil)

Perlu dikurangi PPNS

tidak perlu

Banyak, luas dan

berat Ada PPNS

(sumber; Muhammad Mufid, komunikasi dan regulasi penyiaran, 2005)

Page 31: NASKAH AKADEMIK RPP

A. Formulasi Rancangan Peraturan Pemerintah

Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan

Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas yang akan dirumuskan

bertugas untuk mengatur bidang penyiaran dan spektrum frekuensi radio

untuk keperluan penyelenggaraan radio dan televisi, dengan materi yang

akan disusun yang berkaitan dengan Lembaga Penyiaran Komunitas,

yang berisi perizinan, pendirian, penyelenggaraan penyiaran, permodalan

dan sumber pembiayaan lembaga penyiaran komunitas dan memberikan

sanksi administrasi atas pelanggaran.

Semangat Rancangan Peraturan Pemerintah tentang

Penyelenggaran Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas

adalah; mengatur dan menertibkan kehadiran media penyiaran

komunitas secara sentralistik

Dalam Kerangka analisis Kebijakan Komunikasi konteks menurut Paula

Chakravartty dan Katharine Sarikakis, Kebijakan Komunikasi selalu

memiliki konteks domain dan paradigma Kebijakan Komunikasi.

RPP tentang Penyelenggaran Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas

dalam kerangka analisis;

Konteks : Komunikasi komunitas

RPP mengakomodasi kebutuhan komunikasi dalam komunitas

Konteks merupakan keterkaitan kebijakan komunikasi dengan sesuatu

yang melingkupi dirinya sendiri

Domain : civil society

RPP lebih banyak mengatur hal-hal yang berkaitan dengan aspek

penguatan civil society bagi komunitas

Domain merupakan muatan nilai yang dikandung kebijakan

komunikasi

Page 32: NASKAH AKADEMIK RPP

Paradigma : Masyarakat Informasi

memfasilitasi terbentuknya masyarakat informasi melalui

penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran komunitas

Paradigma merupakan kerangka cita-cita yang kepadanya kebijakan

komunikasi itu tertuju

1) Teori regulasi dalam formulasi Rancangan Peraturan

Pemerintah

Studi tentang Penyiaran sebagai Komunikasi massa mengurai Teori

komunikasi yang digunakan dalam kebijakan komunikasi tentang efek

komunikasi massa. Sebelumnya Mc Luhan menjelaskan pesan yang

dibawa oleh media khususnya radio dan televisi yang memberikan efek

kepada audiencenya.

Radio :

“ Radio effect most people intimately, person to person, offerring a world of

unspoken communication between writer-speaker and the listener. That is

immadiate aspect of radio. A private experience. The subliminal depths of radio

are charged with the resonating echoes of tribal horns ad antique drums.”

“The power of radio to retribalize mankind, its almost instant reversal of

individulism into collectivism.....”

Television :

“TV will not work as background. It enggages you. You have to be with it....the

cool TV medium promotes depth structures in art and entertainment alike and

sreates audience involment in depth as well.....this scarcely a single area of

established relatonships, from home and chruch to school and market that has

not been profoundly distrubed in its pattern and texture.”

Kekuatan media sebagai penyampai informasi memberikan efek yang

kuat dalam masyarakat. Teori-teori komunikasi telah mengawal jalannya

efek media kemasyarakat. Diantara teori yang menjelaskan hal tersebut

adalah teori stimulus-respon, teori two step flow dan teori difusi inovasi.

Page 33: NASKAH AKADEMIK RPP

1). Individual difference Theory

Merupakan modifikasi teori stimulus pesan oleh Melvin DeFleur

bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi

secara berbeda-beda sesuai dengan karakteristik pribadi individu.

Teori DeFleur ini secara eksplisit telah mengakui adanya intervensi

variabel-variabel psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media

massa dalam menghasilkan efek.

Selanjutnya DeFleur mengembangkan model psikodinamik yang

didasarkan pada keyakinan bahwa kunci dari persuasi yang efektif

terletak pada modifikasi struktur psikologis internal dari individu.

Melalui modifikasi inilah respon tertentu yang diharapkan muncul

dalam perilaku akan tercapai. Esensi dari model ini adalah fokusnya

pada variabel-variabel yang berhubungan dengan individu sebagai

penerima pesan, suatu kelanjutan dari asumsi sebab akibat dan

mendasarkan pada perubahan sikap sebagai ukuran bagi perubahan

lingkungan.

2). Two step flow theory

Merupakan re-evolusi terhadap teori stimulus respon dari Paul

Lazarsfeld pada tahun 1940 yang mengemukakan bahwa pengaruh

media massa secara tidak langsung mengenai individu, tapi terlebih

dahulu sampai kepemuka pendapat (opinion leader).

“....although unconfirmed, implied a possible strong involvement of

interpersonal communication in the total mass communication process.”

...that information flows from the mass media to certain opinion leaders in

the community, who facilitate communication through discussion with

peers. “

Merupakan temuan mengenai kegagalan media massa dibandingkan

dengan pengaruh kontak antarpribadi telah membawa kepada

pemuka gagasan bahwa „seringkali informasi mengalir dari radio dan

surat kabar kepada para pemuka pendapat dan dari mereka kepada

orang-orang lain yang kurang aktif dalam masyarakat‟.

Page 34: NASKAH AKADEMIK RPP

Teori ini memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut :

a. Individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi merupakan

anggota dari kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi dengan

orang lain

b. Respon dan reaksi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi

secara langsung dan segera tetapi melalui perantara dan

dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial tersebut

c. Ada dua proses yang berlangsung, yang pertama mengenai

penerimaan dan perhatian dan yang kedua berkaitan dengan

respon dalam bentuk persetujuan dan atau penolakan terhadap

upaya mempengaruhi atau penyampaian informasi

d. Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media,

melainkan berbagai peran yang berbeda dalam proses komunikasi

dan khususnya dapat dibagi atas mereka yang secara katuf

menerima dan meneruskan/menyebarkan gagasan dari media dan

mereka yang semata-mata hanya mengandalkan hubungan

personal dengan orang lain sebagai panutannya.

e. Individu-individu berperan lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai

oleh penggunaan media massa yang lebih besar tingkat pergaulan

yang lebih tinggi anggapan bahwa dirinya berpengauh terhadap

orang lain dan memiliki peran sebagai sumber informasi dan

panutan

Secara garis besar, menurut teori ini bahwa media massa tidak

bekerja dalam suatu kevakuman sosial, tetapi memiliki suatu akses

kedalam jaringan hubungan sosial yang snagat kompleks dna bersaing

dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan dan kekuasaan yang

lainnya.

Page 35: NASKAH AKADEMIK RPP

3). Teori Difusi Inovasi

Teori ini berkaitan dengan komunikasi massa karena dalam berbagai

situasi dimana efektifitas potensi perubahan yang berawal dari

penelitian ilmiah dan kebijakan publik, harus diterapkan masyarakat

yang pada dasarnya berada diluar angkauan pusat-pusat inovasi atau

kebijakan publik. Adalah Everett Rogers merumuskan difusi inovasi

sebagai :

Proses sosial yang mengkomunikasikan informasi tentang ide baru yang

dipandang secara subjektif. Makna inovasi dengan demikian perlahan-lahan

dikembangkan melalui sebuah proses kontruksi sosial. Teori yang dibangun Rogers berkaitan dengan :

“..........the process of social change in general. Social change consist of

invention, diffusion (or communication) and consequences. Such change

can accur internally from within a group or externally through contact with

outside change agent”

“ The diffusion of innovations is a time consuming process. ........depends

on four board elements : the innovation, the communication, the channel

and the time. ”

Rogers mendefiisikan inovasi sebagai gagasan, praktik atau objek

yang dipandang baru oleh individu atau unit adopsi yang lain.

Komunikasi merupakan proses konvergensi makna yang dicapai oleh

interaksi simbolik yang terjadi. Proses konvergensi terdiri dari proses

adopsi inovasi, penolakan, modifikasi inovasi.

Difusi inovasi biasanya melibatkan channel atau sumber komunikasi

yang berbeda ( media massa, adverteni atau promosi, penyuluhan

atau kontak-kontak sosial yang informal) dan keefektitas sumber-

sumber tersebut akan berbeda pada tiap tahap, serta untuk fungsi

yang berbeda pula. Jadi media massa dan advertensi berperan dalam

menciptakan kesadaran dan pengetahuan, penyuluhan berguna

untuk mempersuasi pengaruh antar individu berfungsi bagi

Page 36: NASKAH AKADEMIK RPP

keputusan untuk menerima atau menolak inovasi dan pengalaman

dalam menggunakan inovasi dapat menjadi sumber konfirmasi untuk

terus menerapkan inovasi atau sebaliknya.

Ada 5 tahap proses dalam difusi inovasi :

1) Pengetahuan : penerimaan kepada inovasi dan adanya

pemahaman tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.

2) Persuasi : pembentukan sikap yang menyetujui atau tidak

menyetujui inovasi tersebut.

3) Keputusan : aktivitas yang membawa pada suatu pilihan untuk

mengadopsi atau menolak inovasi

4) Implementasi : penggunaan inovasi

5) Konfirmasi : penguatan atau pembalikan keputusan inovasi yang

telah dibuat.

2) Prinsip-prinsip dasar RPP Lembaga Penyiaran Komunitas

Prinsip-prinsip dasar yang harus dipertahankan dalam regulasi

penyiaran dalam RPP Lembaga Penyiaran Komunitas adalah:

1) Prinsip Kebebasan berekpresi

Dalam prinsip kebebasan berekspresi terangkum kebebasan

berpendapat, kebebasan pers dan kebebasan informasi.

Konsideran Menimbang dalam UU no.32 tahun 2002 tentang

penyiaran menyatakan “bahwa kemerdekaan menyampaikan

pendapat dan memperoleh informasi melalui penyiaran sebagai

perwujuan hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, dilaksanakan secara bertanggung

jawab, selaras dan seimbang antara kebebasan dan kesetaraan

menggunakan hak....”. Tujuannya untuk memfasilitasi masyarakat

dalam menyampaikan pendapat dan memperoleh informasi lewat

media penyiaran

Page 37: NASKAH AKADEMIK RPP

2) Prinsip frekuensi milik publik

Spektrum frekuensi radio diudara yang menjadi medium

penyiaran bukanlah milik penguasa/perusahaan media penyiaran,

melainkan milik publik yang tidak bersifat tidak terbatas sehingga

keberadaannya harus dilindungi oleh negara sebagai

represenatasi publik.

3) Prinsip Demokrasi

Jika prinsip demokrasi diranah publik dijalankan dengan sistem

multipartai yang mencerminkan keberagaman komunitas

dimasyarakat, maka prinsip demokrasi dijalankan dengan sistem

diversity of content (keberagaman isi) dan diversity of ownership

(keberagaman pemilik). Semakin beragam isi siaran sesuai target

komunitas pemirsa/pendengar dan semakin meluasnya distribusi

kepemilikan media penyiaran, maka semakin demokratis ranah

penyiaran.

3) Model regulasi Penyiaran dalam RPP

Demokratis-Participan Model

Berdasarkan Powerfull Medium yang terinspirasi oleh mahzab kritis

dengan sifat komunikasi dua arah (two way communication)

Secara prinsip Regulasi penyiaran mengandung subtansi :

Menetapkan sistem tentang bagaimana dan siapa yang berhak

mendapatkan lisensi penyiaran

Memupuk rasa nasionalitas. Bahwa televisi dan radio memiliki peran

penting dalam mengembangkan kebudayaan sekaligus sebagai

agen pembangunan bangsa.

Secara ekonomis, melindungi institusi media domestik dari

kekuatan asing

Mencegah konsentrasi dan untuk membatasi kepemilikan silang.

Page 38: NASKAH AKADEMIK RPP

Memuat apa yang disebut Head (1985) sebgai “ Regulation of

Fairness” yang memuat prinsip objektivitas, imparsialitas dan

akuntabilitas yang bertujuan untuk membangun media yang sehat

dan juga untuk menjaga keseimbangan hubungan antara pengelola

penyiaran, pemerintah dan audience.

Mengatur tata aliran keuangan dari sumber yang berbeda.

RPP tentang penyelenggaran Penyiaran Lembaga Penyiaran

Komunitas menganut model ini dengan asumsi bahwa media

penyiaran Komunitas tumbuh atas dasar inisiatif dan perjuangan

publik akan haknya dalam memanfaatkan kekayaan frekuensi yang

bertujuan untuk membangun rasa nasionalitas dengan siaran yang

bernuansa kedaerahan. Karenanya lembaga penyiaran komunitas

dilarang untuk menerima aliran dana dari asing untuk melindungi

institusi media domestik untuk ditekan pihak asing. Sebagai sebuah

regulasi tentunya RPP harus memiliki regulatory body yang menjadi

pengawas kegiatan yang dilakukan lembaga penyiaran komunitas.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama pemerintah menjadi

regulatory body dalam penyiaran di Indonesia. Dalam menjalankan

tugasnya, KPI dan pemerintah yang diwakili oleh Balai Monitoring

menjadi polisi bagi perjalanan hidup lembaga penyiaran komunitas.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

Adalah lembaga negara yang bersifat independen yang ada dipusat

dan didaerah, sebagai wujud peran serta masyarakat dibidang

penyiaran yang tugas dan wewenangnya diatur dalam UU nomor 32

tahun 2002 tentang penyiaran.

KPI mempunyai wewenang:

a. menetapkan standar program siaran;

b. menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;

Page 39: NASKAH AKADEMIK RPP

c. mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku

penyiaran serta standar program siaran;

d. memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman

perilaku penyiaran serta standar program siaran;

e. melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Peme-rintah,

lembaga penyiaran, dan masyarakat.

KPI mempunyai tugas dan kewajiban :

a. menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan

benar sesuai dengan hak asasi manusia;

b. ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran;

c. ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga

penyiaran dan industri terkait;

d. memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan

seimbang;

e. menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sang-gahan,

serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penye-lenggaraan

penyiaran; dan

f. menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang

menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.

Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit

Balai Monitor, mempunyai tugas melaksanakan analisis, evaluasi dan

pengujian, pengukuran, monitor spektrum frekuensi radio serta

melaksanakan deteksi lokasi sumber pancaran, dan penertiban

penggunaan spektrum frekuensi radio, pelaksanaan kalibrasi dan

perbaikan perangkat dan dukungan teknis berdasarkan kebijaksanaan

teknis Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 40: NASKAH AKADEMIK RPP

Dalam melaksanakan tugas, Balai Monitor menyelenggarakan fungsi :

Pelaksanaan pengamatan, deteksi lokasi sumber pancaran,

monitor dan penertiban spektrum frekuensi radio.

Evaluasi dan pengujian ilmiah serta pengukuran spektrum

frekuensi radio.

Koordinasi monitoring spektrum frekuensi radio baik nasional

maupun internasional.

Penyusunan rencana, penyediaan suku cadang, pemeliharaan

perangkat monitor frekuensi radio.

Pelaksanaan kalibrasi dan perbaikan perangkat monitor frekuensi

radio.

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Monitor.

Sosialisasi Balai Monitoring D.I.Yogyakarta

Diperempatan Jl. Kaliurang Didekat RSUD Sleman

5

Page 41: NASKAH AKADEMIK RPP

ARAHAN MATERI MUATAN

Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan analisis hukum tersebut pada

Bab-bab terdahulu maka, materi muatan naskah akademik yang disusun dalam

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga

Penyiaran Komunitas dituangkan dalam bentuk ketentuan umum yang memuat

istilah-istilah / pengertian-pengertian dan materi muatan konsepsi, pendekatan

dan asas-asas dari materi hukum sebagai berikut :

A. Ketentuan Umum

1. Siaran penyiaran, penyiaran radio, penyiaran televisi, siaran iklan, siran

iklan layanan masyarakay, spektrum frekuensi radio, lembaga

penyiaran, pemerintah dan izin penyelenggaraan penyiaran adalah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2002

tentang Penyiaran

2. Lembaga penyiaran komunitas adalah lembaga penyiaran radio atau

televisi yang berbentuk badan hukum indonesia, didirikan oleh

komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak komersial dengan

daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk

melayani kepentingan komunitasnya.

3. Komunitas ......

4. Arsip Siaran....

5. Wilayah Jangkauan Siaran....

6. Klasifikasi acara siaran....

7. Forum rapat bersama adalah suatu wadah koordinasi antara Komisi

Penyiaran Indonesia dan Pemerintah ditingkat pusat yang berwenang

memutuskan untuk menerima tau menolaj permohonan izin

Page 42: NASKAH AKADEMIK RPP

penyelenggaraan penyiaran dan perpanjangan izizn penyelenggaraan

penyiaran

8. Pemohon adalah perseorangan, warga negara Indonesia yang

bertindak untuk dan atas nama badan hukum Indonesia

9. Menteri adalah menteri yang ruan lingkup tugas dan tanggung

jawabnya dibidang komunikasi dan informatika

10. Komisi penyiaran Indonesia selanjutnya disebut KPI adalah lembaga

negra yang bersifat independen yang ada dipusat dan ada didaerah

sebagai wujud peranserta masyarakat dibidang penyiran yang tugas

dan wewenangnya diatur dalam Undang-Undang nomor 32 Tahun 2002

tentang Penyiaran

B. Materi Muatan

Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran komunitas dilakukan

guna memperoleh manfaat yang optimal dari Radio dan Televisi

Komunitas bagi terpenuhinya hak masyarakat untuk mengetahui dan

hak untuk memperolah informasi. Dalam perkembangannya teknologi

komunikasi dan informasi melahirkan masyarakat informasi yang

menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok bagi masyarakat dan

telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Pada prinsipnya lembaga penyiaran komunitas telah menjadi perhatian

pemerintah dengan memasukkannya dalam Undang-Undang Penyiaran

Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran dalam Bab III. Bahwa

kebutuhan komunitas akan informasi dapat diperoleh dalam lembaga

penyiaran komunitas, baik radio maupun televisi. Lembaga Penyiaran

Komunitas dapat dikelola dengan tetap memperhatikan sifat,

karakteristik, tujuan dan fungsinya serta tidak merubah fungsi

pokoknya yaitu fungsi pelayanan komunitas.

Page 43: NASKAH AKADEMIK RPP

Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang

penyiaran bahwa Lembaga Penyiran Komunitas adalah lembaga

penyiaran radio atau televisi yang berbentuk badan hukum indonesia,

didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak

komersial dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah

terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Dengan

dimasukkannya Lembaga penyiaran Komunitas dalam pengertian

Lembaga Penyiaran, tidak meniadakan hak-hak komunitas sepanjang

menurut kenyataannya masih ada dan diakui keberadaanya, dapat

melakukan kegiatan Penyelenggaraan Penyiaran lembaga penyiaran

Komunitas. Lembaga penyiaran komunitas yang diselenggarakan

masyarakat dimasukkan dalam pengertian lembaga penyiaran sebagai

konsekuensi adanya hak menguasasi oleh negara sebagai organisasi

kekuasaan seluruh rakyat pada tingkatan yang tertinggi dan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Agar pelaksanaan Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran oleh

Komunitas dapat mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai yaitu

untuk menyediakan berita dan informasi yang relevan dengan

kebutuhan anggota komunitas, menyediakan medium untuk komunikasi

anggota komunitas dan untuk menguatkan keberagaman politik dan

utamanya untuk mendidik dan memajukan mayarakat dalam mencapai

kesejahteraan serta tidak untuk mencari laba atau keuntungan, maka

Pemerintah melakukan pengaturan mengenai Penyelenggaraan

Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas, dimana komunitas diberi hak

dan ruang untuk melakukan pengelolaan Lembaga penyiaran dan

pemanfataannya dalam komunitas. Peraturan Pemerintah tentang

Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas adalah

berupa kewajiban membuat kode etik dan tata tertib untuk diketahui

oleh komunitas dan masyarakat lainnya.

Page 44: NASKAH AKADEMIK RPP

Tujuannya Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Penyiaran

Lembaga Penyiaran Komunitas agar diperoleh kepastian hukum

pengelolaan lembaga penyiaran komunitas oleh komunitas guna

menyediakan berita dan informasi yang relevan dengan kebutuhan

anggota komunitas, menyediakan medium untuk komunikasi anggota

komunitas dan untuk menguatkan keberagaman politik.

Ruang lingkup pengaturan Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga

Penyiaran Komunitas, meliputi pertama Ketentuan Umum; kedua

pendirian dan perizinan; ketiga penyelenggaraan penyiaran; keempat

Permodalan dan sumber pembiayaan; kelima rencana dasar teknik dan

persyaratan teknis perangkat penyiaran; keenam laporan; ketujuh

sanksi administratif; kedelapan ketentuan peralihan.

6

Page 45: NASKAH AKADEMIK RPP

PENUTUP

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah melahirkan

masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya akan hak untuk

mengetahui dan hak untuk memperoleh informasi. Informasi telah menjadi

kebutuhan pokok bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam perkembangannya saat ini, kelompok masyarakat tertentu dalam bentuk

komunitas, membutuhkan sarana komunikasi berupa lembaga penyiaran yang

khusus untuk melayani kepentingan komunitasnya. Oleh karena itu Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran telah menampung

perkembangan masyarakat tersebut dan mewadahinya dalam Bab III bagian

keenam dengan judul “ Lembaga Penyiaran Komunitas”.

Pokok pikiran yang melatarbelakangi hadirnya lembaga penyiaran, bahwa

Penyiaran harus mampu menjamin dan melindungi kebebasan berekspresi atau

mengeluarkan pikiran secara lisan dan tertulis, termasuk menjamin kebebasan

berkreasi dengan bertumpu pada asas keadilan, demokrasi, dan supremasi

hukum; Penyiaran harus mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan

menyeimbangkan antara hak dan kewajiban masyarakat ataupun pemerintah,

termasuk hak asasi setiap individu/orang dengan menghormati dan tidak

mengganggu hak individu/orang lain. Hadirnya penyiaran komunitas berkaitan

erat dengan spektrum frekensi radio dan orbit satelit geostasioner yang

merupakan sumber daya alam yang terbatas sehingga pemanfaatannya perlu

diatur secara efektif dan efesien.

Page 46: NASKAH AKADEMIK RPP

Penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas diarahkan pada

terciptanya siaran yang berkualitas, bermartabat, mampu menyerap, dan

merefleksikan aspirasi masyarakat yang beraneka ragam, serta untuk

meningkatkan rasa bangga dan memiliki terhadap budaya daerah.

Oleh sebab itu komunitas dapat menuangkan seluruh gagasan, keinginan dan

cita-citanya tentang penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran komunitas

dalam Naskah akademik ini. Sehingga nantinya pasal-pasal yang termuat dalam

Peraturan Pemerintah ini sudah mewakili apa yang telah diusulkan tersebut

.

Page 47: NASKAH AKADEMIK RPP

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Ana Nadhya. 2007. Kebijakan Komunikasi. Yogyakarta . Gava Media

Yogyakarta

Littlejohn, Stephen W. 1986. Theories of Human Communication, Second

Edition. Belmont California. Wadsworth Publishing Company.

Mufid, Muhamad M.Si. 2005. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta.

Kencana Prenada Media Group.

Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta. LKiS

Yogyakarta.

Wiryawan, Hari. 2007. Dasar-Dasar Hukum Media. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Riyanto, Budi, Andhiko dan Sugeng. 2007. “ Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengelolaan

Hutan Adat “. Jakarta

Subarsono A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Widiyanto, Paulus. 2008. “Penyiaran Indonesia dalam Beberapa Regulasi “.

Materi kuliah Umum. Yogyakarta. FISIPOL Universitas Gadjah Mada.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan

Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas

Situs Web :

http://www.depkominfo.go.id , browsing 2 April 2008

http://www.wikipedia.com, browsing 28 April 2008

http://www.kompas.com, browsing 5 Mei 2008

http://www.google.co.id