1

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (Q.S AL-

Insyirah 5-6)

Sabar dan berhenti membenci proses, tak kala jatuh maka berdiri lagi, jatuh lagi berdiri lagi sampai kamu menemukan puncak kemenangnan yang

sesungguhnya. Jikalau orang suci punya masa lalu maka sang pendosa berhak merai masa depan. (Muh Riski Mokodompit)

Karya tulisan ini kupersembahkan untuk diriku sendiri yang telah mampu

melewati berbagai macam proses serta dinamika yang di lewati, yang kesemua itu merupakan bentuk dari pendewasaan diri. Salam aksara hijau hiruk pikuk dunia kehidupan yang telah mengumpulkan kepingan rerintihan

proses perjalanan spiritual kehidupan akademisi.

Tak lupa pula kepada kedua orang tua. Bapak tercinta Arianto Mokodompit, ibu tercinta Genti Mamonto yang dari tahun ketahun tetap menjadi yang terbaik tanpa sepatah keluhan, bersusah payah mengasuh, membesarkan, mendidik, mencerdaskan, mendoakan serta pengorbanan yang tak cukup untuk di hitung karena

nilaipun tak mampu menjangkau pengorbanan mereka. Tak lupa juga Segenap keluarga.

Vivi mokodompit kakak pertama, Arisandi mokodompit S.E kaka kedua, Teddi Mokodompit kakak ketiga, beserta keluarga Mokodompit Dan

Mamonto yang tak perna berhenti mendukung baik moril maupun materil beserta doa sehingga sampai pada tahapan ini.

Dan yang terakhir tak lupa juga kepada sosok perempuan Siti Mirna Arhamna Bida yang selalu menjadi pengingat dikala lupa, penyemangat

dikala lelah, yang mampu mengumpulkan kepingan aksara dengan berbagai macam pengorbanan. Semoga kau yang terakhir.

ALMAMTERKU TERCINTA

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO TEMPAT AKU MENIMBA ILMU

2019

2

KATA PENGANTAR

حـیـم بـسـم هللا حـمـن الـر الـرـالة و السـالم عـلى أشـرف األنـبـیاء و الـمـرسـلـیـن و على آلـھ و الـحـمـد � رب الـعـالـمـیـن و الص

ـا بـعـد . صـحـبـھ أجـمـعـیـن . أمDengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Pengasih Maha Penyayang yang telah memberikan dan melimpahkan rahmat-Nya dan telah melindungi penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah ini dengan Judul: “Kemitraan Orang Tua dan Sekolah dalam Mengembangkan Minat Belajar Siswa di SMP Negeri I Batudaa Kecamatan Batudaa”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW. Yang telah memperjuangkan Agama Islam dari zaman kebodohan meuju zaman yang berpendidikan.

Penulis menyadari bahwa dalam Penilitian ini tidak sedikit kesulitan yang penulis alami, namun berkat karunia Allah SWT yang disertai dengan usaha keras penulis, serta bantuan dari berbagai pihak, maka Alhamdulillah kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi.

Untuk itu izinkan penulis mengucapkan banyak -banyak terimah kasih kepada:

1. Dr. Lahaji Haedar, M.Ag, selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo. 2. Dr. Sofyan AP Kau, S.Ag. M.Ag selaku Wakil Rektor I 3. Dr. Ahmad Faisal, M.Ag selaku Wakil Rektor II 4. Dr. Mujahid Damopolii, S.Ag. M.Pd selaku Wakil Rektor III 5. Dr.Lukman Arsyad M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah &

Keguruan dan sekaligus sebagai pembinmbing I yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.

6. Dr. Zohra Yasin, M.Hi. Selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi kepa penulis.

7. Dr. Rajak Umar M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI 8. Seluruh Dosen dan asisten Dosen IAIN SULTAN AMAI

GORONTALO 9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu persatu dan semua

civitas akademik IAIN SULTAN AMAI GORONTALO. Gorontalo, 26 Juli 2019

Penulis,

Muh Riski Mokodompit Nim: 151012067

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. .... ..................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. .............................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING. ...................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN. . ..................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.. ....................................................................................... v

DAFTAR ISI………. .......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL. .............................................................................................. ix

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.. ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.. ............................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian. .................................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian. ................................................................................ 7 E. Tinjauan Pustaka. .................................................................................. 8 F. Pengertian Judul dan Definisi Operasional…… .................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI. .................................................................................... 10

A. Konsep Kemitraan Orang Tua dan Sekolah .. .................................... 10

1. Pengertian Kemitraan. ........................................................................ 10

2. Prinsip Kemitraan Orang Tua dan Sekolah......................................... 11

3. Bentuk Kemitraan Orang Tua dan Sekolah ........................................ 11

4. Jenis-Jenis Kemitraan. ........................................................................ 14

5. Manfaat Kemitraan Orang Tua dan Sekolah. ...................................... 14

B. Hakikat Minat Belajar Siswa................................................................. 15

1. Pengertian Minat Belajar. .................................................................... 18

2. Konsep Minat Belajar. ......................................................................... 18

4

3. Aspek-Aspek Minat Belajar. ................................................................ 21

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar. ............................. 21

BAB III METODE PENELITIAN. ....................................................................... 24

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian. ........................................................... 24

1. Jenis Penelitian………………… ......................................................... 24

2. Pendekatan Penelitian…………… ..................................................... 24

B. Kehadiran Peneliti……… ........................................................................ 24

C. Lokasi Penelitian…………………………… ............................................. 25

D. Sumber Data ........................................................................................... 25

E. Teknik Pengumpulan Data. ..................................................................... 26

F. Analisis Data. .......................................................................................... 28

G. Pengecekan Keabsahan Data. ............................................................... 29

H. Tahap Penelitian. .................................................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN. ........................................................................... 32

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ...................................................... 32

1. Profil Singkat SMP Negeri I Batudaa………………… ........................ 32

2. Visi dan Misi SMP Negeri I Batudaa…………… ................................. 32

3. Sarana Sekolah. ................................................................................. 32

4. Keadaan Guru. ................................................................................... 33

5. Keadaan Siswa. ................................................................................. 34

B. Pembahasan Hasil Penelitian……… ...................................................... 34

1. Bentuk-Bentuk Kemitraan Orang Tua dan Sekolah ........................... 34

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kemitraan Orang Tua dan Sekolah. .... 38

5

BAB V PENUTUP. ............................................................................................ 44

A. Kesimpulan. ........................................................................................... 44 B. Saran. ................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

6

DAFTAR TABEL

Tabel I. Sarana Sekolah…………………………………………………………32

Tabel 2. Keadaan guru. ………………………………………………………….33

Tabel 3. Keadaan Siswa………………………………………………………… 34

7

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Pengesahan Panitia Ujian

Lampiran II : Pedoman Wawancara

Lampiran III : Catatan Pengamatan

Lampiran IV : Daftar Informan

Lampiran V : Dokumentasi Penelitian

8

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha

membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasin oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Menurut Jean Piaget pendidikan sebagai penghubung dua sisi, disuatu sisi individu yang sedang tumbuh dan sisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang, perkembangan in bersifat kausal, namun terdapat komponen normatif, juga karena pendidik menurut nilai. Nilai adalah norma yang berfungsi sebagai penunjuk dalam mengidentifikasi apa yang diwajibkan, diperbolehkan, dan dilarang. Jadi, pendidikan adalah hubungan normatif antara individu dan nilai.

Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Sedangkan para ahli psikologi memandang pendidikan adalah pengarauh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosialnya dalam bermasyarakat.

Jadi pendidikan dapat dimaknai sebagai proses pengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu berada. Pendidikan tidak hanya mencangkup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluru sehingga anak menjadi lebih dewasa. Dari uraian dan pengertian pendidikan diatas disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak didik menjadi kedewasaan.1

Dewasa ini sekolah telah tersebat diseluruh pelosok tanah air. Hal itu sangat mengembirakan karena diharapkan kaum terpelajar dapat ditemukan dimana-mana.Dengan bnayaknya kaum terpelajar, berarti misi pendidikan sekolah tercapai. Seperti diketahui misi pendidikan lembaga sekolah ada tiga, yaitu (a) pendidikan kepribadian (b) pendidikan

1Abdul Munir, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta.2019), h. 1-4

9

kewarganegaraan, dan (c) pendidikan intelektual, dalam hal pendidikan kepribadian, sekolah membantu dan berkerja sama dengan keluarga dan lembaga agama, dalah hal kependidikan kewarganegaraan, sekolah bekerja sama dengan lembaga-lembaga pemerintahan dan masyarakat. Dalam hal pendidikan intelektual, sekolah melakukan sendiri walaupun memperoleh bantuan dari lembaga lain sebab misi pendidikan intelektual adalah kahususan sekolah, misi pendidikan intelektual tersebut dilakukan secara berangkai sejak pembelajaran memasuki taman kanak-kanak sampai pendidikan tinggi.

Namun dewasa ini perilaku amoral peserta didik sifatnya pluktuatif dampak negartif semakin tampak di tengah masyarakat. Era kehidupan global dan kemajuan teknologi yang pesat semakin membuka ruang ke arah yang lebih ekstrim. Berbagai sarana yang sejatinya menunjang aktivitas peserta didik disalahgunkan sehingga makin memperparah keadaan. Akibatnya, kehidupan peserta didik semkin terpuruk yang melahirkan dekadensi moral, sosial, dan spiritual.2

Di dalam Undang Undang Sisdiknas dijelaskan bahwa, Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Dalam keluarga, ayah berkewajiban mendidik anak-anaknya, sedangkan ibu wajib mengerjakan kebaikan kepada anak-anaknya. Suami menjadi teladan bagi istrinya, mejadi pemimpin yang megayomi keluarganya, sedangkan istrui harus taat dan berbakti kepada keluarganya dengan dasar agama dan nilai-nilai budaya yang positif. Berbagai tanggung jawab yang paling menonjol dan mendapat perhatian besar dalam pendidikan adalah tanggung jawab pendidik terhadap individu yang berwenang memberikan pengarahan, pengajaran, dan pendidikan semua tanggung jawab itu dipikul oleh keluarga sebagai subjek yang menerima amanah dari Tuhan. Pertumbuhan dan perkembagan anak-anak merupakan tanggung jawab keluarga, terutama membina, melatih, dan mendidikannya agar siap menghadapi pendidikan formal dan hidup bermasyarakat.

Tataran konseptual proses pendidikan dalam keluarga sebagai realisasi tanggung jawab orang tua terhadapat pendidikan anaknya,

2Syafaat, TB. Aat, dkk..Peranan Pendidikan Agama Islam dalamMencegah

Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers. 2008), h. 152

10

mencangkup aspek-aspek pendidik yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anaknya.

Sehubungan dengan tanggung jawab orang tua di atas, sebaiknya orang tua mengetahui apa dan bagaimana cara mendidik anak. Penegetahuan itu sekurang-kurangnya dapat menjadi penuntun dan rambu-rambu bagi orang tua dalam menjalankan tugas dan tanggung jawannya kepada anak. Sebagaimana yang di jelaskan dalam ayat Al-Quran Surah Lukman Ayat 13 sebagai berikut.

إن الشرك لظلم عظیم وإذ قال لقمان البنھ وھو یعظھ یابني ال تشرك با�

Terjemahnya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman :13).3

Dari ayat di atas menunjukan bahwa pengawasan dan bimbingan

orang tua di mutlak diperlukan karena adanya bimbingan orang tua dapat mengawasi dan mengetahui kekurangan dan kesulitan anak dalam belajar. Ahmad menyatakan bahwa orang tua beperan dalam mengajar, mendidik, memberikan bimbingan, menyediakan sarana belajar, serta member teladan kepada anak sesuai dengan nilai moral yang berlaku atau tingkah laku yang perlu dihindari.

Bimbingan dari orang tua juga berperan sebagai cara untuk meningkatkan disiplin belajar. Muhibbin menyatakan bahwa anak belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada dirinya.

Bimbingan yang diberikan orang tua di rumah dapat meningkatkan motivasi belajar anak selain bimbingan dari guru. Motivasi yang diberikan kepada anak hendaknya mengarah pada peningkatan motivasi yang kuat untuk mengukuti kegiatan pendidikan. Situasi ini dapat tercipta apabila terjadi ikatan emosional antara orang tua dan anaknya. Suasan rumah yang aman membantu pengembangan diri anak menuju masa depannya. Dengan motivasi yang kuat, anak mampu berkerja ekstrakeras dalam pencapaian sesuatu. Motivasi belajar yang baik diharapkan timbul dari dalam diri sendiri (motivasi instrinsik).4

3 Kementrian Aagama, Alquran dan Terjemahnya, Juz 21, h 412 4Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Terbitan CV. Pustaka Setia. 2012),

h. 85-86

11

Selanjutnya kegiatan yang berlangsung disekolah bersifat formal, disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru, serta pendidik lainnya. Apa yang hendaknya dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar), bahan apa yang harus dipelajari (bahan ajaran), bagaimana cara cara siswa mempelajarinya (metode pembelajaran), serta bagaimana cara mengetahui kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah direncanakan dengan seksama dalam kurikuluk sekolah. Kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah benar-benar disengaja dan direncanakan.

Kegiatan belajar tersebut sangat diperlukan, mengigat semakin bayaknya dan semakin tingginya tuntutan kehidupan masyarakat. Semakin tinggi taraf perkembangan masyarakat, semakin tinggi dan banyak tuntutan yang harus dipenuhi, semakin panjang masa belajar yang harus ditempuh sebelum anak bisa bekerja dan hidup dengan wajar dimasyarakat. Setiap jenjang pendidikan, mulai dari Taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama, sekolah menegah tingkat atas, perguruan tinggi, bahkan sampai pascasarjana disediakan untuk menyiapkan anak agar mampu memenuhi tuntutan tersebut.

Adapun dua pendekatan di dalam pelaksanaan pengajaran disekolah, yaitu pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan yang menekankan poroses belajar. Sesungguhnya anatara kedua pendekatan tersebut tidak terdapat perbedaan prinsipil, sebab suatu hasil belajar yang akan melaui proses yang baik, dan sebaliknnya proses belajar yang baik akan member hasil yang baik pula. Dalam kenyataan sering kali terkadi kekeliruan, karena yang diutamakan hasil maka proses belajar kurang diperhatikan, demikian juga sebaliknya karena yang diutamakan proses maka hasil diabaikan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berada di tengah-tengah masyarakat hanya akan berhasil apabila ada kerja sama dan dukungan yang penuh pengertian dari masyarakat dan keluarga. Sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang berinteraksi. Pribadi-pribadi yang bertemu di sekolah tergabung dalam bagian-bagian yang melakukan hubungan organis yang bersistem. Sistem sekolah terwujud dengan munculnya cara interaksi sosial yang khas. Analisis perwujudan sistem sekolah sebagai organisasi sosial dicirikan oleh: (a) memiliki suatu penghuni yang tepat, (b) mamiliki struktur politik atau kebijakan umum tentang kehidupan sekolah, (c) memiliki inti jaringan sosial, (d) mengembangkan perasaan atau semangat kebersamaan sekolah, dan (e) memiliki suatu jenis kebudayaan tersendiri5 oleh karena itu orang tua dan

5 Hamzah B. Uno, Profesi kependidikan , (Gorontalo: Tebitan KDT. 2007),

h. 31-34

12

sekolah harus lebih memperhatikan minat belajar siswa sehingganya perlu dibangun kerjasama antara pihak sekolah dan keluarga dalam megembangkan minat belajar siswa.

Di Sekolah SMP Negeri 1 Batudaa misalnya, masalah-masalah yang ditemukan kurangnya kerja sama yang dibangun oleh pihak sekolah dan keluarga terhadap minat belajar siswa, adapun kerjasama terbangun hanya pada saat pembayaran kemite, dan hanya pada saat siswa mengalami masalah. Hal ini yang menyebabkan kecenderungan anak didik tidak terlalu diperhatikan minat belajarnya sehinnga hal tersebut bisa berdampak terhadap prestasi belajar siswa. Adapun beberapa hal penyebab terhadap turunya prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Batudaa (1). Sikap orang tua yang tidak memperhatikan dalam bealajar ataupun sebaliknya orang tua terlalu lebih perhatiannya, membuat anak malas belajar. Tidak hanya itu, banyak orang tua yang menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar. Akibat dari tuntutan tersebut tidak sedikit anak yang stress sehingga nilai yang diperolehnya kurang memuaskan. Parahnya lagi, bilamana anak mendapat nilai yang kurang memuaskan maka kalimat-kalimat celaan biasanya yang pertama keluar dari bibir orang tua pesrta didik sebenarnya jangan terlalu diorientasikan pada nilai (hasil belajar) tetapi bagaimana membiasakan dari anak belajar, berlatih tanggung jawab, dan berlatih hidup dalam suatu aturan. (2). Sikap guru selaku figur atau tokoh teladan yang di banggakan tidak jarang sikap guru di sekolah juga menjadi objek keluhan siswanya. Ada banyak macam penyebabnya, mulai dari ketidaksiapan guru dalam mengajar, tidak menguasai bidang pelajaran yang akan diajarkan, atau karena terlalu banyak memberikam tugas-tugas dan pekerjaan rumah. Selain itu, sikap sering terlambat masuk kelas di saat mengajar, bercandaan dengan bercanda dengan siswa/siswi tertentu saja atau membawah masalah rumah tangga kesekolah, hal itu membuat suasana belajar semakin tidak nyaman, tegang dan menakutkan bagi siswa tertentu Dan sebagainya. Masalah-masalah yang terjadi di SMP Negeri 1 Batudaa yang di uraikan diatas merupakan sebagian kecil dari permasalahan anak yang akan kita temui di berbagai sekolah. Dan hal tersebut pula tidak akan mampu terpecahkan jika hanya mengandalkan pihak sekolah saja. Dalam hubungan multi peran guru, maka masalah yang timbul ialah bagaimana guru dapat melakukan multi peran jika pada kenyataan kebanyakan guru kurang memperrhatikan minat belajar siswa.

Guru adalah pejuang tunggal, oleh karena itu guru perlu dibantu oleh pihak lain. Yakni lingkungan keluarga merupakan tempat awal belajar seseorang. Keluarga mempunyai peran yang tidak hanya sebagai penerus

13

keturunan saja, namun keluarga merupakan sumber pendidikan utama karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia pertama-tama dari orang tua. Orang tua tidak bisa memaksakan guru agar dapat membentuk anak-anaknya berkepribadian baik tanpa turut andil dalam pembentukannya. Begitupun sebaliknya, guru tidak akan mampu mebentuk minat belajar siswa anak tanpa adanya hubungan atau kerja sama yang baik dengan orang tua. Begitu pentingnya kemitraan (kerja sama) orang tua dan guru dalam pembentukan minat belaja siswa.

14

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik

rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Bentuk-Bentuk Kemitraan Orang Tua dan Sekolah

Dalam Mengembangkan Minat Belajar Siswa? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Kemitraan Orang tua dan

Sekolah dalam Mengembangkan Minat Belajar Siswa? C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan penelitian in adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui Bentuk-Bentuk kemitraan Orang Tua dan

Sekolah dalam Mengembangkan Minat Belajar Siswa Di SMP NEGERI 1 Batudaa.

b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi Kemitraan Orang Tua dan Sekolah dalam Mengembangkan Minat Belajar Siswa Di SMP NEGERI 1 Batudaa.

D. MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat Teoritis 1. Sebagai karya ilmiah, penelitian ini di harapkan dapat menjadi

kontribusi dan bahan pertimbangan dikalangan civitas akademik khususnya, yang berkenaan dengan kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa.

2. Sebagai pengembangan potensi untuk penulisan karya ilmiah, khususnya bagi pribadi peneliti maupun kalangan akademisi, dalam memberikan imformasi kepada dunia pendidikan, akan pentingnya kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minta belajar siswa, yang nantinya akan menghasilkan Ouput atau lulusan yang berkualitas.

b. Manfaat Praktis 1. Terhadap Peneliti

Dengan mengadakan penelitian ini, diharapkan dapat memberi pengalaman, yang berharga dan kekayaan intelektual pada peneliti terkait dengan kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa.

2. Terhadap Mahasiswa Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa

yang ingin memahami lebih dalam terkait dengan kemitraan oaring tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa, terutama Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

15

E. TINJAUAN PUSTAKA Dari hasil penelusuran literatur, penulis menemukan beberapa

karya tulis dan hasil penelitian yang terkait dengan topik yang penulis bahas dalam penelitian ini antara lain: 1. Rury Setyo Prabowo, dalam penelitiannya yang berjudul: Hubungan

Perhatian Orang Tua Dengan Minat Belajar Siswa Kelas III SD SE Gugus I Kecamatan Panjaitan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015, Menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara perhatian orang tua dengan minat belajar siswa kelas III SD.

2. .Nurul Arifiyanti, dalam penilitiannya yang berjudul Kerjasama Antara Sekolah Dan Orang Tua Siswa Di TK Se-Kelurahan Triharjo Slemen, Menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan orang tua siswa yaitu dengan menciptakan iklim sekolah nyaman.

3. Rahmania Utari, dalam penilitiannya yang berjudul Kemitraan Orangtua, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam Pendidikan, Menyimpulkan Bahwa kemitaran Orangtua, Sekolah, maupun masyarakat sangat penting dan berdampak positif dalam membangun minat belajar bagi peserta didik.

4. Bujang Rahman, dalam penelitianya yang berjudul Kemitraan Orang Tua Dengan Sekolah Dan pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa, Menyimpulkan bahwa hubungan Kemitraan Orangtua Dan Sekolah dalam masyarakat belajar yang profesional tersebut dapat berpengaruh positif pada terbentuknya baik mutual trust (kepercayaan yang dibangun dari keadaan yang saling menguntungkan).

5. Bdul Khakim, dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Minat Belajar Siswa MI AL KHOIRIYAH Mondo Semowo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2010, Menyimpulkan bahwa sangat diperlukan perhatian orang tua terhadap minat mebalajar siswa, dan supaya belajar siswa dapat lebih terkintrol.

F. PENGERTIAN JUDUL DAN DEFINISI OPERASIONAL Ada beberapa istilah yang harus diberi batasan dalam penelitian ini

guna untuk membantu para pembaca dalam memahami pembahasan ini: 1. Kemitraan,menurut kamus besar bahasa Indonesia kemitraan artinya

kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan, kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra6

6 Martin Carnoy dan Darek Shearer, pendidikan karakter, (Sharpe Inc,

2011), h. 275-276.

16

2. Orang Tua,dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “orang tua ayah ibu kandung”.7

3. Sekolah, menurut kamus besar bahasa indonesia adalah baganunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.8

4. Minat Belajar, minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar peserta didik dalam bidang studi tertentu9

7 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 2007, h. 629. 8 Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 14, 1990:471. 9 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Granfindo Persada,

2009), h. 151.

17

BAB II KAJIAN TEORI

A. KONSEP KEMITRAAN ORANG TUA DAN GURU 1. Pengertian Kemitraan

Kemitraan dilihat dari perspektif etimologis diadaptasi dari kata partnership, dan berasal dari akar kata partner. Partner dapat diterjemahkan “pasangan, jodoh, sekutu, atau kampanyon”. Makna partnership yang diterjemahkan menjadi persekutuan atau perkongsian.10 Bertolak dari sini maka kemitraan dapat dimaknai sebagai bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil yang baik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, rekan. Sementara kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Hafsah menjelaskan pengertian kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.11

Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dalam modul pemberdayaan Komite Sekolah menjelaskan bahwa yang dimaksud kemitraan dalam konteks hubungan resiprokal antara sekolah, keluarga dan masyarakat kemitraan bukan sekedar sekumpulan aturan main yang tertulis dan formal atau suatu kontrak kerja melainkan lebih menunjukkan perilaku hubungan yang bersifat intim antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.12

Dari definisi-definisi diatas kita bisa mengetahui bahwa hakikat kemitraan adalah adanya keinginan untuk berbagi tanggungjawab yang diwujudkan melalui perilaku hubungan dimana semua pihak yang terlibat saling bantu-membantu untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam kemitraan yang berlaku adalah prinsip egaliter. Masing-masing pihak yang bermitra memiliki posisi dan tanggung jawab yang sama. Hubungan atasan-bawahan tidak berlaku dalam konteks kemitraan. Masing-masing menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan tugas dan batas-batas wewenang yang dimiliki.

10Ambar Teguh Sulistiyani. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gaya Media.Yogyakarta. 2004. hal. 129.

11Muhammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999, hal. 43.

12Suk biman, Kemitraan Sekolah Dasar dengan Keluarga Masyarakat, (Jakarta: 2016) hal. h. 26

18

2. Prinsip Kemitraan Antara Orang Tua dan Guru Kemitraan antara guru dengan keluarga dirancang agar terbertuk

ekosistem pendidikan yang dapat mendorong timbulnya karakter dan budaya prestasi semua warga sekolah. Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka kemitraan dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip berikut:

a. Kesamaan Hak Kesejajaran, dan Saling Menghargai Kemitraan antara sekolah dan keluarga dan masyarakat dapat

terjalin secara harmonis dan dinamis apabila semua unsur yang terlibat memiliki kesamaan hak, kesejajaran dan saling menghargai sesuai dengan peran dan fungsinya. Prinsip ini akan mendorong peran aktif dan sukarela dari semua pihak untuk terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kemitraan.

b. Semangat Gotong Royong dan Kerjasama Kemitraan dibangun atas dasar semangat gotong royong dan

kebersamaan. Prinsip ini akan terjadi jika semua pihak merasakan ada kebutuhan dan kepentungan yang sama terkait dengan pendidikan anak atau peserta didik. Prinsip ini akan menumbuhkan keinginan dari semua pihak untuk berkolaborasi dan bersinergi untuk menciptakan ekosisitem pendidikan yang dapat memberi pengalaman belajar yang kaya kepada perserta didik.

c. Saling Melengkapi dan Memperkuat Pihak sekolah tak mungkin mampu melayani semua kebutuhan

belajar peserta didiknya. Sekolah juga memiliki keterbatasan untuk itu, perlu dijalin kemitraan dengan orang tua sehingga tercipta kolaborasi pendidikan yang saling melengkapi dan memperkuat sesuai perannya masing-masing.

d. Saling Asah, Saling Asih, dan Saling Asuh Prinsip saling asah, saling asih, dan saling asuh diharapkan dapat

mewujudkan terjadinya proses betbagi pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan nilai/norma antara satu dengan lainnya. Serta terjadi proses saling belajar antara pihak sekolah, keluarga yang dulandasi rasa cinta dan kasih sayang dalam rangka menciptakan ekosisitem pendidikan yang baik bagi peserta didik.

3. Bentuk Kemitraan Antara Orang Tua dan Guru 1) Penguatan Komunikasi Dua Arah

Komunikasi dua arah bertujuan untuk mendapat informasi dan masukan tentang perkembangan peserta didik, baik dari keluarga kepada sekolah maupun sebaliknya. Komunikasi sekolah dengan keluarga dan masyarakat dapat diulakukan dalam beragam bentuk dan media. Misalnya, informasi yang dituliskan rutin melalui buku

19

penghubung, pertemuan rutin wali kelas dengan orang tua/wali, komunikasi dalam wadah paguyuban orang tua per kelas, komunikasi melaui media komunikasi melalui pesan singkat (SMS), dan lain-lain yang sesuai.

2) Pendidikan Orang Tua Bentuk kemitraan ini ingin membantu orang tua/wali dalam

membangun kesadaran akan pendidikan anak, diantaranya dengan mengembangkan lingkungan belajar di rumah yang kondusif (aman, nyaman dan menyenangkan).

Pendidikan orang tua ini bisa berupa kelas orang tua/wali yang dilakukan rutin oleh sekolah atau masyarakat (komite sekolah, organisasi mitra dan komponen masyarakat lain). Kelas ini di harapkan dapat membantu orang tua/wali dan sekolah dalam mengatasi permasalahan anak sebagaimana berikut: (a) Memperoleh pemahaman yang benar tentang kondisi anak dan

upaya-upaya yang dapat dilakukan. (b) Meningkatkan peran positif dan tanggung jawab sebagai orang

tua/wali dalam mengatasi permalah anak. (c) Meningkatkan kerja sama yang lebih harmonis antara orang tua/wali

dan sekolah dalam membantu permasalahan anak. Kemitraan sekolah dan orang tua merupakan bagian dari tripusat

pendidikan. Istilah tripusat pendidikan berasal dari itilah yang dipakai Ki Hajar Dewantara. Tripusat pendidikan adalah setiap pribadi mansia yang akan selalu berada dan mengalami perkembangan dalam tiga lingkungan pendidikan. Tiga lingkungan ini disebut juga tripusat pendidikan.13 Tripusat pendidikan adalah tiga pusat yang bertanggung jawab atas terselenggarakannya pendidikan yaitu dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.14

Sebagaimana yang disampaikan oleh Dirjen Manajemen pendidikan dasar dan menengah dalam modul pemberdayaan komite sekolah menjelakan bahwa yang dimaksud kemitraan dalam konteks hubungan resiprokal antara sekolah, keluarga dan masyarakat kemitraan bukan hanya sekedar sekumpulan aturan main yang tertulis dan formal atau suatu kontrak kerja melainkan lebih menunjukan perilaku hubungan yang bersifat intim antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak saling membantu mencapai tujuan bersama.

13Toto Suharto, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,

2010), h.108. 14Abdullah M. Amin, Ilmu Pendidikan (Malang: Media Press, 2008), h. 112.

20

Pada awalnya, dalam tata pemdidikan masyarakat tradisional, hanya ada dua lembaga pendidikan masyarakat . keberadaan keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak, merupakan hal yang mendasar dan dialami oleh setiap manusia.15 Dengan demikian, ada tiga lembaga pendidikan yang bertanggung jawab atas pendidikan. Namun, dalam penelitian ini dibahas dua lembaga pendidikan saja, yaitu keluarga dan sekolah.

Kedua lembaga tersebut, yaitu sekolah dan orang tua, terjadi hubungan yang saling mempengaruhi atau hubungan timbal balik, yang dalam sosiologi disebut dengan interaksi sosial.16 Untuk mewujudkan kemitraan yang baik antara sekolah danj orang tua harus terjadi kontak sosial dan komunikasi, karena keduanya adalah syarat terjadinya interaksi sosial.

Kontak sosial yang terjadi antara guru dan orang tua haruslah kontak sosial yang bersifat positif, yang mengarah pada suatu bentuk kerjasama (kemitraan). Menurut para sosiolog kemitraan merupakan proses utama dalam sosiologi. Bentuk dan pola kemitraan dapat dijumpai dalam semua kelompok sosial. Kemitraan sebagai salah satu bentuk interaksi sosial, merupakan segala universal yang ada pada masyarakat dimanapun juga.17

Kemitraan timbul karena orientasi orang terhadapa kelompoknya, atau dengan kata lain kepentingan bersama adalah faktor pendorong munculna kerjasama.18 Kemitraan antara sekolah dan orang tua timbul karena tujuan mereka dalam mendidik siswanya.19 Dan inilah yang memang seharusnya ada dalam pendidikan karena sekolah dan orang tua tidak dapat berjalan sendiri-sendiri.

Kemitraan berasal dari kata mitra yang berarti teman, sahabat, kawan kerja, pasangan kerja, atau rekan.Kemitraan berarti perihal hubungan kerjasama sebagai mitra.20 Kemitraan sekolah dan orang tua berarti jalinan kerjasama antara sekolah dan orang tua dalam mendidik anak. Orang tua menjadikan sekolah sebagai sahabat atau mitra

15Ibid., h. 381-382. 16Syahrial Sarbani dan Rusdyanta, Dasar-Dasar Sosiologi, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2013), h. 25-26. 17Darmansyah, Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Media Press, 2011), h. 10-

16. 18Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi.(Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2013), h. 78. 19Syahrial Surbaini dan Rusdyanta, Dsar-Dasar Sosiologi (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2013), h. 26. 20Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 2005), h. 588.

21

mereka agar dapat tercapai tujuan pendidikan, yaitu mendidik manusia seutuhnya.

Jika guru menghendaki hasil yang baik dari pendidikan anak didiknya,maka guru harus menjalin kemitranan yang baik antara sekolah dan orang tua siswa. Dengan adanya kemitraan itu, orang tua akan dapat memperoleh keterangan dari orang tua tentang anak dan sifat-sifat anak. Demikian pula orang tua dapat mengetahui kesulitan anaknya disekolah.21

3) Kegiatan Sukarela Kegiatan ini bertujuan untuk menyalurkan aspirasi masing-masing

pihak dalam mendukung dan mebantu kemajuan pendidikan anak. Kegiatan ini bisa berupa makan bersama orang tua, guru/wali kelas, dan anak.

4) Belajar Dirumah Sekolah mengkomunikasikan orang tua/wali mengenai materi

yang sebaiknya diperkaya dan diperdalam kembali dirumah. 4. Jenis-Jenis Kemitraan

Menurut Bery Levinger dan Mulroy ada empat, ada empat jenis kemitraan yaitu: (1) Potential Prtnership

Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bersama secara lebih dekat.

(2) Nascent Partnership Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal.

(3) Complementary Partnership Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat pertumbuhan dan pertambahan pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relative terbatas seperti program delivery dan resource mobilization.

(4) Synergistic Partnership Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian.

5. Manfaat Kemitraan Antara Orang Tua dan Guru Orang tua adalah pendidik utama dan terpenting, namun juga yang

paling tak tersiapkan. Pasalnya, mereka harus mencari sendiri informasi dan pengetahuan tentang bagaimana menumbuhkan dan mendukung

21Whyu Triono, Ilmu Pendidikan Teorits dan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosada Krya, 2010), h. 16-27.

22

pendidikan anak-anak mereka dalam kondisi positif. Selama ini, jika berbicara pendidikan maka fokus pembicaraan hanya kerap jatuh kepada siswa dan guru. Sementara orang tua seperti diabaikan dalam pendidikan.

Padahal, orang tua memiliki peran sangat besar dalam pendidikan anak. Keberhasilan pendidikan anak bergantung kepada keterlibatan keluarga. Banyak penelitian menunjukan bahwa keterlibatan orang tua di sekolah bermanfaat, antara lain:

(a) Bagi peserta didik mendukung prestasi akademik, meningkatkan kehadiran, kesadaran terhadap kehidupan yang sehat, dan meningkatkan perilaku positif;

(b) Bagi orang tua memperbaiki pandangan terhadap sekolah, meningkatkan kepuasan terhadap guru, dan mempererat hubungan dengan anak; dan

(c) Bagi sekolah memperbaiki iklim sekolah, meningkatkan kualitas sekolah, dan mengurangi masalah kedisiplinan.22

Sekolah tidak dapat memberikan semua kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya, sehingga diperlukan keterlibatan bermakna dari orang tua anak-anak belajar dengan lebih baik jika lingkungan sekitarnya mendukung, yakni orang tua, guru, dan anggota keluarga lainnya serta artinya, sekolah dan keluarga, merupakan pilar yang sangat penting untuk dapat menjamin pertumbuhan anak secara optimal. Untuk itu, perlu dibangun kemitraan di antara mereka.

B. HAKIKAT MINAT BELAJAR SISWA 1. Pengertian Minat Belajar Siswa

Menurut Wina Sanjaya, “Minat adalah aspek yang dapat menentukan motivasi seseorang dalam melakukan aktivitsa tertentu”.23 Minat muncul karena adanya topik tertentu. Belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal itu secara benar dan termotivasi. Secara epistemologis, (bahasa) minat dapat diartikan sebagai perhatian atau kecenderungan hati seseorang pada suatu objek”.24 Menurut Slameto

22Nanang Hidayat dkk.Kemitraan Sekolah Keluarga dan Masyarakat,

(Jakarta: Depdiknas, 2016), h. 13 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Beroriengtasi Standar Proses

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), h.69. 24Ali Mudhofir, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2014), h. 68.

23

bahwa “minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”25.

Dari dua pengertian yang ditemukan, dapat dipahami bahwa minat merupaka penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang berbeda diluat diri seseorang. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat yang ditimbulkannya.

Senada dengan apa yang diungkap Ahmad D. Marimba “minat adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang pada sesuatu.26 Minat adalah kecenderungan jiwa yang ditandai dengan adanya perhatian terhadap sesuatu objek tertentu. Pada pengertian ini menunjukan kegiatan yang diminati seseorang, akan diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Jadi dalam hal ini minat sangat beda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Sementara itu, minat dapat muncul karena adanya kebutuhan.

Lebih lanjut Sardirman mengungkapkan bahwa: “minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sesuatu yang menarik perhatiannya, sementara situasi yang yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhannya sendiri.27

Minat tidak dibawah sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya. Arinya minat terbentuk setelah adanya interaksi seseorang dengan objek-objek yang diminati atau dengan bantuan orang lain.

Dapat diambil kesimpulan minat dapat timbul karena adanya rangsangan dari luar. Dam kecenderungan untuk untuk merasa tertarik pada suatu bidang yang bersifat menetap dan merasakan perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek yang menarik.

Sementara itu, belajar diartikan sebagai kemampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya dalam upaya mencapai kualitas hidupnya. Pemahaman ini menunjukan bahwa proses belajar diarahkan untuk memperbaiki kehidupan seseorang secara individu maupun kepentingan manusia secara universal. Sebagaimana Chalizah mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mental yang

25Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 180.

26Roby Anugrah, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Media Press, 2015), h. 79

27Sima, Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 76.

24

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap.28

Belajar juga adalah suatu perubahan tingkah laku. Dalam pengertian ini, belajar bukan hanya sekedar upaya untuk mengetahui sesuatu, tetapi belajar merupakan proses pengalaman yang mengarah kepada perubahan tingkah laku. Dalam hal ini perubahan tingkah laku sebagai proses belajar adalah implikasi dan adanya interaksi dengan warga belajar, lingkungannya baik disengaja maupun tanpa disengaja. Menurut morgan yang dikutip Ngalim Purwanto “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.29 Dari bebrapa devinisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengigat secara terus menerus terhadap sesuatu (orang, benda dan kegiatan) yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikannya lebih lanjut. Jadi yang dimaksud dalam minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengigat secara terus menerus terhadap sesuatu (orang, benda dam kegiatan) yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajarinya serta membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap.

Maka kemudian dapat diintrpertasikan bahwa belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh individu tertentu baik atas kemauannya sendiri maupun melalui bantuan orang lain untuk berinteraksi dengan lingkungannya menuju pada kedewasaan diri. Suatu minat dapat diekpresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai sutau hal dari pada yang lainnya dan dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam bentuk aktivitas.

Belajar dapat terjadi karena didorong keinginan untuk tahu, keinginan selalu untuk maju, untuk mendapatkan simpati dan orang tua maupun guru dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan, untuk memperoleh rasa aman serta karena adanya ganjaran atau hukuman. Dengan adanya keinginan tersebut dapat dipastikan bahwa seseorang akan semakin termotivasi untuk selalu melakukan kegiatan mengajar. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dan lingkungannya. Oleh karena itu, linkungan perlu diatur sedemikian rupa

28Muhaimin, Pengantar Psikologi Pendiidikan, (Surabaya: Al-Khas, 2009),

h. 83. 29M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007), h. 87

25

sehingga timbul rekasi siswa kearah perubahan tingkah laku yang diinginkannya.

Siswa memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Karena pemusatan perhatian yang insentif terhadap materi pembelajarn dapat memungkinkan siswa dapat belajar lebih giat dan akhirnya mencapai hasil belajar yang diinginkan, sehubungan dengan mebangkitkan dan meningkatkan minat belajar menurut Lisnawati Simanjuntak Dkk menguraikannya sebagai berikut:

a. Materi harus menarik perhatian dan menganggap mereka sebagai orang yang dewasa dan mandiri. Materi ini harus diberikan secara bertahap dari yang mudah kemateri yang sulit, dari dunia nyata menuju ke hal-hal yang sifatnya abstrak.

b. Suasana yang kondusif, yakni kondisi yang mendukung seseorang sekaligus tidak mengangu aktivitas belajar.

c. Pembelajaran melalui pembiasaan. d. Adanya fariasi dan perubahan-perubahan yang semakin maju.30

2. Konsep Minat Belajar Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala

bidang, baik pendidikan, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat, hal ini dikarenakan dengan tumbuhnya minat dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat, dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajarinya. Minat belajar merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tetapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu, karena minat belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu minat dan belajar, maka penulis membagi pengertian ini.

1). Pengertian Minat Minat dalam kamus bahasa Indonesia memiliki makna

kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Secara sederhana,minat (interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.31 Tohirin menyatakan bahwa minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, sedangkan menurut Crow mengatakan bahwa minat

30Mustakim, Metode dan Strategi Mengajar, (jakarta:Rineka Cipta, 2011),

h. 58. 31Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h. 152.

26

berhubungan dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang lain, benda, kegiatan, pengalaman, yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.32

2). Pengertian Belajar Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan

yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku, pengertian belajar dapat didefenisikan sebagai berikut : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan kecendrungan seseorang untuk memperhatikan dan tertarik kepada sesuatu dengan kemauan kuat, umpamanya dengan adanya fasilitas belajar yang memadai, maka minat siswa dalam belajar akan meningkat.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran, fasilitas belajar (sarana dan prasarana), situasi lingkungan tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya dikarenakan tidak adanya daya tarik yang didapatkan oleh siswa tersebut. Sebaliknya apabila bahan pelajaran, sarana dan prasarana (sarana dan prasarana), situasi lingkungan sesuai dengan minat siswa, maka minat belajar siswa tersebut akan bertambah.

3). Indikator Minat Belajar Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan suatu hal

atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari padahal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memilikin minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberika perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu.

Berdasarkan devinisi tersebut, maka dapat disimpulkan indikatir minat belajar yaitu resa suka atau senang dalam aktivitas belajar, rasa ketertarikan untuk belajar, adanya kesadaran tanpa disuruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian yang besar dalam belajar.

32Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 121.

27

Ada beberapa indikator yang mempengaruhi minat belajar siswa antara lain: a. Rasa tertarik. b. Perasaan senang. c. Perhatian. d. Partisipasi. e. Keinginan/kesadaran.

Indikator-indikator tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Rasa tertarik, merupakan awal dari individu yang menaruh minat,

sehingga seseorang yang menaruh minat akan tertarik terlabih dahulu terhadap sesuatu. Ketertarikan yang dimaksud adalah ketertarikatan terhadap pelajaran di kelas.

Perasaan senang, Perasaan merupakan unsur yang tak kalah penting bagi anak didik terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Seorang siswa memiliki perasaan senang atau suka suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut.

Perhatian, Perhatian adalah keatifan jiwa yang tertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju pada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulla kebosanan, sehingga ia tidak suka belajar. Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan perstasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkan. Siswa yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran akan memberikan perhatian yang besar. Ia akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk belajar mata pelajaran yang diminatinya.siswa tersebut pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar.

Partisipasi, Partisipasi merupakan keikut sertaan dalam proses pembelajaran siswa yang memperoleh minat terhadap suatu pelajaran akan melibatkan dirinya dan berpartisipasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang diminatinya. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran bisa dilihat dari sikap siswa yang partisipatif. Siswa rajin bertanya dan mengemukakan pendapanya. Selain itu siswa selalu berusaha terlibat atau mengambil andil dalam setiap kegiatan.

Keinganan/kesadaran, Siswa yang mempunyai minat terhadap suatu pelajaran akan berusaha dengan baik. Siswa mempunyai rasa ingin

28

tahu yang tinggi dan mempunyai kesadaran untuk belajar tanpa ada yang menyuruh dan memeriksa. 3. Aspek-Aspek Minat Belajar

Seperti yang telah dikemukakan bahwa minat dapat diartikan sebagai suatu ketertarikan terhadap suatu objek yang kemudian mendorong individu untuk mempelajarai dan menekuni segala hal yang berkaitan dengan minatnya tersebut. Minat yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian menghasilkan suatu penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat belajar seseorang.

Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan mengenai adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang dihadapinya. Menurut Hurlock minat merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar.33 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat belajar dipengaruhi beberapa factor baik secara internal dalam dirinya maupun dilingkungan diluar dirinya (eksternal). Factor internal merupakan faktor yang paling penting dan dominan serta berpengaruh terhadap terbentuknya minat seseorang pada sesuatu.

Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi munculnya minat.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara lain: (a) Motivasi

Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Menuru D.P Tampubolon “minat merupakan perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi”.34 Seorang siswa yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan tentang tafsir misalnya, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir, mendiskusikannya, dan sebagainya.

(b) Belajar Minat dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa

yang semula tidak menyayangi suatu pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan pelajaran tersebut. Hal

33Dedi Muliyanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlanga, 2009), h.22 34Jamal Al-Din, mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, (Bandung:

Angkasa, 2012), h. 70.

29

ini sesuai dengan minat akan timbul pada suatu yang diketahui dan kita dapat mengetauhi sesuatu dengan belajar, karena semakin banyak belajar semakin banyak pula bidang minat.

(c) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat adalah

faktor bahan pelajaran yang akan diajarakan pada siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan The will to live yang sering kali dikatakan motif pokok dari semua mahluk, bagi manusia tidak semata-mata merupakan keinginan, utnuk tetap hidup, tetapi merupakan juga keinginan untuk hidup dalam hubungannya yang aktif dengan lingkungannya, motif tersebut tidak terutama untuk melayani kebutuhan-kebutuhan organis dan mendapat kehidupan yang tidak disangka-sangka (tidak sengaja), tetapi diarahkan pada obyek-obyek dan orang-orang lain, melakukan sesuatu untuk mereka dan berpartisipasi dengan apa yang terjadi di dalam lingkungan.

Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar siswa. Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-murudnya, berarti telah melakukan hal-hal terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan murid-muridnya. Guru yang pandai, baik, ramah, disiplin serta disenagi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangitikan minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk yang tidak disukai oelh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka situasi kelas. Ia harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai dengan tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.

(d) Keluarga Orang tua adalah orang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya

keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran.Apa yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruh bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khusunya orang tua.

(e) Teman Pergaulan Melalui pergaulan seseorang dapat berpengaruh arah minat oleh

Teman-temannya, khususnya teman akrabnya, khusus bagi keluarga, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan itulah meraka memupuk peribadi dan melakukan aktifitas bersama-sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka alami.

30

(f) Lingkungan Melaui pergaulan seseorang akan terpengaruh minatnya. Hal ini

minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman mereka dari lingkungan dimana mereka tinggal. Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga ynag mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam dan iklimnya, flora serta faunanya. Bahwa bakat dan lingkungan sama pentingnya, dari berbagai studi tentang penting dan besarnya pengaruh kedua faktor terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu telah banyak dilakukan orang.

(g) Cita-cita Setiap manusia mempunyai cita dalam hidupnya, termasuk para

siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan cita-cita juga dapat dikatan sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam prospek kehidupan dimasa yang akan datang. Cita-cita ini sinantiasa dikejar dan diperjuagkan, bahkan tidak jarang meskipun mendapat rintangan, seseorang tetap berusaha mencapainya.

(h) Bakat Melalui bakat seseorang akan memiliki minat. Ini dapat dibuktikan

dengan contoh: bila seseorang sejak kecil mempunyai bakat menyanyi. Jika ia dipaksa untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia akan membencinya atau merupaka suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan sesuatu, dalam memberikan baik sekolah maupun aktifitas lainnya sebaliknya disesuaikan bakat yang dimiliki.

(i) Hobi Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang

menyebabkan timbulnya minat.Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bias dipisahkan dengan faktor minat.

(j) Fasilitas Berbagai fasilitas sarana dan prasarana, baik yang berada dirumah,

disekolah, dan dimasyarakat memberikan pengaruh positif dan negatif.Sebagai contoh, bila fsilitas yang mendukung upaya pendidikan lengkap dan tersedia, maka timbul minat anak untuk menambah wawasan. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat pendidikannya, seperti merebahkan tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak negatife bagi pertumbuhan minat tersebut.

31

BAB III METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN PENDEKATAN PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Jika dilihat dari jenisnya, maka penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif deskritif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskritif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati atau dengan kata lain penelitian yang lebih menonjolkan pada upaya pengolahan data dalam kata-kata bukan dalam angka-angka sebagaimana dalam penelitian kuantitatif.35 Artinya bahwa jenis penelitian ini hanya terbatas pada usaha mengungkapkan fakta suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya. Sedangkan secara deskriptif dimaksudkan adalah suatu bentuk penelitian yang berusaha memberikan gambaran secara sistematis dan cermat tentang fakta-fakta yang diteliti.36 Khususnya pada hal-hal yang terkait dengan kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa di SMP NEGERI I Batudaa.

2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pendekatan Edukatif, yaitu pendekatan yang dilakukan untuk mengkaji teori-teori pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa. B. KEHADIRAN PENELITI

Dalam penelitian ini penulis bertindak mengumpul data dan pengamat partisipan. Sebagai pengumpul data penulis bertindak langsung menghubungi sumber-sumber yang sedianya dapat memberikan informasi yang penulis butuhkan. Dengan demikian berati peneliti termasuk dalam instrument atau alat dalam penelitian ini.adapun penulis sebagai pengamat partisipan adalah, penulis bertindak hanya sebagai pengamat sementara terhadap aktivitas-aktivitas tertentu dari obyek penelitian. Olehnya dalam mengamati obyek peneliti dibantu oleh instrument-instrumen penelitian lainnya, termasuk di dalamnya pedoman observasi. Interaksi antar peneliti dengan obyek penelitian menjadi kunci utama untuk menemukan/menjaring informasi yang dibtuhkan.

35Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

200)8, h. 36. 36Kaelan, Pengantar Metodologi Penelitian,buku paduan bagi mahasiswa

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), h.10.

32

Dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti sangat penting ketika melakukan pengumpulan data karena dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh harus benar-benar atas hasil pengamatan sendiri. Ini dilakukan untuk lebih dapat melakukan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan dalam menunjang keberhasilan pembelajaran.37

Sebagai catatan penting bahwa kehadiran peneliti di lokasi tidak memberikan perubahan pada lingkungan di mana penelitian dilakukan. Ini disebabkan karena penelitian kualitatif mengadakan penelitian pada konteks dari suatu keutuhan sebagaimana adanya tanpa melakukan perubahan atau intervensi oleh peneliti.38

Oleh karena itu kehadiran peneliti hanya berfungsi sebagai pengamat terhadap gejala-gejala yang berkaitan dengan kemitraan antara sekolah dan orang tua dalam mengembangkan minat belajar siswa. Jadi peneliti di sini berupaya untuk melakukan adaptasi dan pendekatan-pendekatan yang persuasif kepada para guru dan orang tua siswa untuk memperoleh data-data yang lebih akurat. C. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di Desa Pilobohuta Kecamatan Batudaa. Kriteria penentuan lokasi tersebut didasarkan pada pendapat Spradley yang mengemukakan bahwa dalam memilih dan menentukan lokasi penelitian haruslah sederhana, mudah memasukinya, tidak begitu nampak dalam melakukan penelitian, mudah memperoleh izin, dan kegiatannya terjadi berulang-ulang.39 D. SUMBER DATA

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi sumber data utamanya adalah hasil wawancara dan hasil pengamatan langsung ke lokasi penelitian.Selanjutnya ditambah dengan data-data lain yang berasal dari dokumentasi, dan lembaga terkait yang memiliki kaitannya dengan obyek penelitian yang penulis lakukan.

Lexy J. Moleong, mengemukakan bahwa sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data-data tambahan dan dokumen.40 Untuk lebih fokusnya sumber data dalam penelitian ini maka penulis membagi kepada dua jenis sumber data, yakni:

1. Data Primer yaitu data yang diambil langsung di lapangan berupa hasil wawancara terhadap kemitraan orang tua dan sekolah dalam

37Sugoyono, Op, Cit., h. 38. 38Ibid. 39James P. Spradley, Participation Observation, (New York: Rinerhant and

Winston, 2007), h. 46-51 40Lexy J, Moleong, Metodlogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2015), h.,112.

33

mengembangkan minat belajar siswa di Desa Pilobuhuta Kecamatan Batudaa.

2. Data Sekunder, yaitu data-data yang diambil berupa dokumen-dokumen kepustakaan, kajian-kajian teori, karya ilmiah yang ada relevansinya dengan masalah yang akan diteliti.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian lapangan ini teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain: a. Observasi

Observasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia berate pengamatan atau peninjauan secara cermat. Sedangkan para ahli memberikan pemahaman observasi sebagai berikut: 1) Alwasilah C. Menyatakan bahwa, observasi adalah penelitian atau

pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dari reliabelitasnya.

2) Harun Nasution, mengungkapkan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyatan yang diperoleh melalui observasi.

3) Margono, mengungkapkan bahwa, observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian41 Dari semua pendapat tersebut terdapat satu kesamaan

pemahaman bahwa observasi adalah pengamatan terhadap suatu obyek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung adalah terjun ke lapangan terlibat seluruh pancaindra. Secara tidak langsung adalah pengamatan yang dibantu melalui media visual/audiovisual, misalnya teleskop, handycam, dll. Namun yang terakhir ini dalam penelitian kualitatif berfungsi sebagai alat bantu karena yang sesungguhnya observasi adalah pengamatan langsung pada, natural setting, bukan setting yang sudah direkayasa. Dengan demikian pengertian observasi penelitian kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap obyek untuk mengetahui keberadaan obyek, situasi, kontek dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian.42

Data observasi ini berupa penjelasan yang sesuai dengan fakta, cermat dan sistimatis mengenai keadaan kegiatan serta konteks yang

41Djam’an Satori & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif,

(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 104-105. 42Ibid.

34

sesuai dengan permasalahan. Dalam pengamatan ini penulis menggunakan pola pengamatan terstruktur dan tidak terstruktur. Artinya, pengamatan yang tidak terstruktur bersifat fleksibel dan terbuka.Penulis secara bebas mengamti langsung aktivitas yang berhubungan dengan obyek penelitian. Sedangkan pengamatan terstruktur adalah penulis lebih mempertanjam pada titik fokus penelitian denagan membatasi pada pokok-pokok masalah yang diamati dan dianggap relevan.

Selain pola di atas observasi ini juga dapat dilakukan secara partispatif, dan nonparsipatif, partisipatif yaitu, pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi nonpartisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.43 b. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau Tanya jawab. Percakapan yang dilakukan dengan maksud mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan langsung dengan obyek penelitian yakni: kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa di Desa Molinow Kecamatan Kotamobagu Barat.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk melengkapi dan memperdalam hasil penelitian. Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara mendalam dan mengkaji aspek yang menjadi fokus dalam bahasan dan rumusan masalah. Adapun jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah ‘Wawancara Bertahap’ dimana peneliti melakukannya dengan sengaja datang berdasarkan jadwal yang ditetapkan sendiri untuk melakukan wawancara dengan informan dan peneliti tidak sedang observasi partisipasi, ia bisa tidak terlibat intensif dalam kehidupan sosial informan, tetapi dalam kurun waktu tertentu, peneliti bisa datang berkali-kali untuk melakukan wawancara. Sifat wawancaranya tetap mendalam tetapi dipandu oleh pertanyaan-pertanyaan pokok. Istilah lain dari bertahap bisa disebut juga wawancara bebas terpimpin atau terarah, yaitu wawancara dengan merujuk pada pokok-pokok wawancara.44 c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang juga berperan besar dalam penelitian kualitatif adalah dokumentasi.Studi dokumen dalam penelitian

43Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 220. 44Djam’an Satori & Aan Komariah, Op, Cit.,h. 131

35

kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian, lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. d. Samplimg

Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling proposif (sampling bertujuan) yakni untuk menghimpun data dan informasi sebanyak mungkin sampai pada titik jenuh dengan mengunakan pola snobel, (artinya mengendalikan bola salju) yakni, satu data atau informasi yang di jaring dari beberapa informan dan jawabnnya telah menunjukan karakteristik yang sama maka penjaringan data tersebut sudah dapat di akhiri dan dapat menjaring data yang berikutnya. F. ANALISIS DATA

Analisis data adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian (Decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti perkaranya.

Data dalam penelitan kualitatif adalah berupa kalimat-kalimat atau paragraaf yang dinyatakan dalam bentuk narasi bersifat deskritif tentang situsi atau peristiwa, interaksi maupun perilaku dari subyek yang dikumpulkan dan ditulis dalam transkrip atau catatan-catatan lapangan.Oleh karenanya teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian in adalah teknik analisis deskrikif yang melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan akhirnya ditarik kesimpulan akhir sebagai hasil penelitian.

Dalam analisis data penulis melakukan secara berurutan, hal ini penulis maksudkan agar data yang telah terkumpul dapat teranalisis dengan sempurnah. Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1. Reduksi data adalah dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan

fokus penelitian, kemudian memberikan tema. Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencari data-data tertentu.

2. Display dengan cara penyajian data ialah sekumpulan informasi tertulis yang diperoleh dari data yang telah di reduksi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.

36

3. Pengambilan keputusan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan adalah aktifitas memaknai data sehingga makna data dapat ditemukan dalam bentuk tafsiran dan argumentasi.45

G. PENGECEKAN KEABSAHAN DATA Keabsahan data diperoleh dengan dua teknik, yaitu pengamatan

terus menerus dan trigulasi. 1. Pengamatan Terus Menerus

Pengamatan terus menerus dalam penelitian ini dilakukan setiap hari selama kurang lebih 1 bulan. Dengan pengamatan yang terus menerus dan kontiyu peneliti dapat memperhatikan proses pelayanan perpustakaan secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Pengamatan terus menerus pada akhirnya akan menemukan mana yang perlu di amati dan mana yang tidak perlu diamati sejalan dengan usaha memperoleh data untuk menjawab permasalah dalam penelitian. 2. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara:

a. Triangulasi dengan sumber data Mengumpulkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber

data, dengan melakukan pengecekan data. Maksudnya melakukan wawancara kepada dua atau lebih responden dengan pertanyaan yang sama. b. Triangulasi dengan metode

Triangulasi ini dilakukan dengan cara: (1) membandingkan hasil pengamatan pertama dengan pengamatan berikutnya, (2) membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara, dan (3) membandingkan hasil wawancara pertama dengan dengan wawancara berikutnya. Penekanan dari hasil perbandingan in untuk mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan data yang diperoleh selama proses pengumpulan data.46

H. TAHAP-TAHAP PENELITIAN Dalam penelitian ini dapat penulis golongkan dalam 3 tahapan

kegiatan, yang perencanaannya (persiapan), pelaksanaan, dan penulisan laporan penelitian.

45Budiyanto dan Irmayanty, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Askara,

2007), h. 86-87. 46Faturahman, Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2010), h. 58.

37

Berikut ini uraiannya: 1. Tahap Pralapangan

Pada tahap ini penulis mengambil langkah-langkah sebagai berikut: a. Penentuan atau pemilihan masalah b. Studi awal untuk mengecek layak tidaknya penelitian diadakan c. Perumusan atau identifikasi masalah d. Telaah kepustakaan e. Pemilihan metode penelitian f. Perumusan tujuan dan manfaat penelitian g. Pembuatan kerangka penelitian h. Konsultasi dengan Dosen pembimbing i. Pembuatan instrument penelitian

2. Tahap Pelaksanaan Dalam tahap pelaksanaan in penulis melaksanakan 4 kegiatan

pokok, yaitu: a. Pengumpulan data b. Pengolaan data c. Analisis data d. Penafsiran hasil analisis

3. Tahap Penulisan Laporan Untuk tahap penulisan laporan penulis mengunakan format

atau pedoman penulisan karya ilmiah yang diberlakukan oleh institusi dalam hal ini pedoman penulisan karya ilmiah IAIN Sultan Amai Gorontalo.47

Selain penulis memperhatikan aspek pembaca, bentuk dan isi, serta penyusunan laporan. Semua aspek ini perlu diperhatiakan agar isi laporan mudah untuk dipahami oleh pembaca.48

(a). Tahap Persiapan Dalam tahap ini penulis melakukan studi awal untuk mengecek layak tidaknya permasalahan, yang dilanjutkan dengan pengecekan sumber data dan lokasi penelitian, serta pembuatan instrumen penelitian.

(b). Pelaksanaan Dalam tahap in penulis mulai mengadakan langkah penelitian seperti pengumpulan data dan observasi, pengelolaan data, dan pengujian kevalidan (validitas) data sebelum penarikan kesimpulan.

(c). Penarikan Kesimpulan

47Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Disertasi), edisi I; (Gorontalo: STAIN Sultan Amai Gorontalo, 2017), h. 13. 48 Hermawan Wasito, Op, Cit., h. 26.

38

Penarikan kesimpulan merupakan akhir penulisan atau jawaban terhadap penelitian.

(d). Pembuatan Laporan Akhir Penelitian.

39

BAB IV PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Profil Singkat SMP Negeri 1 Batudaa

Nomor Induk Sekolah : 40500379 Nomor Statistik : 201290207021 Otonomi Propinsi : Gorontalo Kabupaten : Gorontalo Desa : Pilobuhuta Kecamatan : Batudaa Alamat : Jln Raya Batudaa Kode Pos : 96271 Telepon : - Faksimili : - Daerah : Perdesaan Status : Negeri

2. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Batudaa a. Visi Sekolah Terwujudnya warga sekolah yang mandiri, inovatif kompetitif

berdasarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. b. Misi Sekolah 1. Mewujudkan SKL yang menghasilkan siswa mandiri, inovatif, dan

kompetetif 2. Mewujudkan Silabus dan kurikulum yang menghasilkan siswa

mandiri, inovatif dan kompetitif 3. Mewujudkan pelaksanaan pembelajaran dengan dwi bahasa 4. Mewujudkan prestasi bidang olah raga dan seni 5. Mewujudkan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya

pengembangan 6. Mewujudkan suatu sitem yang memungkinkan pendidikan dan

pelatihan yang berdampak bagi pengembangan motivasi kerja 7. Mewujudkan saran dan prasarana pendidikan yang kontributif 8. Mewujudkan partisipasi masyarakat secara optimal 9. Mewujudkan standar penilaian yang mengahsilkan siswa mandiri

inovatif, dam kompetitif 10. Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman

3. Sarana Sekolah TABEL I

No. Jenis Ruangan Jumlah Kondisi

40

1 Ruang Kelas 15 baik 2 Ruang Perpustakaan 1 baik 3 Laboratorium IPA 1 baik 4 Laboratorium Bahasa 1 baik 5 Ruang Kepala Sekolah 1 baik 6 Ruang Guru 1 baik 7 Ruang Tata Usaha 1 baik 8 Ruang UKS 1 baik 9 Mushollah 1 baik

10 Koperasi Sekolah 1 baik 11 Jamban 6 baik 12 Kantin Sekolah 1 baik 13 Gudang 1 baik 14 Ruang Bendahara 1 baik

4. Keadaan Guru

TABEL 2 No. Nama Jabatan 1 Sri Sultan A. Talib, S.Pd, M.Pd Kepala Sekolah 2 Effendi Sahami, S.Pd, M.M Guru IPA 3 Ismail Dako, S.Pd. Guru PKN 4 Aspin Umar Bobihu, S. Pd. Guru Matematika 5 Abdullah Oto Yunus, S.Pd. Guru Bahasa Inggris 6 Reni Supu, S.Pd Guru Matematika 7 Astin B. Ladji,S.Pd Guru Bahasa Inggris 8 Dewi Irmawaty Ismail,S.Pd Guru IPS 9 Dra Warniaty Badjuka Guru Bahasa Indonesia

10 Asna Katili,S.Pd Guru IPA 11 Mastin Makrun,S.Pd Guru BK 12 Aminah Yusuf, S.Pd Guru Seni Budaya 13 Husin B. Ishak,S.Pd Guru IPS 14 Herty J. Engi,S.Pd Guru Seni Budaya

41

15 Kartin Ahudulu,S.ag Guru Agama 16 Suhartin Nani Gani,SPd Guru Matematika 17 Drs.H. Darwis Guru PKN 18 Ariyanti Y.A Lamadju, S.Pd Guru PJOK

5. Keadaan Siswa

TABEL 3 Tahun Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9 Jumlah

2011/2012 158 182 169 509 2012/2013 154 134 162 450 2013/2014 147 155 131 433 2014/2015 124 138 143 405 2015/2016 166 119 125 360 2016/2017 136 113 111 360 2017/2018 112 126 107 345 2018/2019 107 107 115 329

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Bagaimana Bentuk-Bentuk Kemitraan Orang Tua dan Sekolah

dalam Mengembangkan Minat Belajar Siswa. Bentuk kemitraan sekolah dan orang tua merupakan bagian dari

tripusat pendidikan. Karena antara sekolah dan orang tua masing-masing mempunyai tanggung jawab besar terhadap jalannya proses pendidikan. Oleh karena itu antara sekolah dan oarang tua harus mempunyai kerja sama yang baik dalam mengembangkan minat belajar siswa khususnya di SMP Negeri 1 Batudaa.

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan beberapa Guru di SMP Negeri 1 Batudaa. Terkait dengan bentuk-bentuk kemitraan orang tua dan sekolah adapun temuan peneliti sebagai berikut:

Hasil wawancara penulis dengan salah satu satu Guru di SMP Negeri 1 Batudaa, yaitu Ibu Elvi Hulukati yang menjabat di bagian perpustakaaan, terkait dengan bentuk-bentuk kemitraan sekolah dan orang tua di SMP Negeri 1 Batudaa, beliau mengatakan bahwa:

Bentuk kemitraan antara guru dan orang tua siswa dalam mengembangkan minat belajar siswa di SMP Negeri 1 Batudaa hingga saat ini masih terjalin hubungan yang baik, meskipun bentuk kemitraan yang dibangun belum

42

terlalu maksimal seutuhnya, baru sebatas pada hal-hal seperti komite sekolah.49

Berikutnya hasil wawancara penulis dengan Bapak Efendi M. Sahami, selaku Wakil Kepala Sekolah di SMP Negeri 1 Batudaa, terkait dengan bentuk-bentuk kemitraan antara orang tua dan sekolah, beliau menyatakan bahwa:

Bentuk kemitraan antara guru dan orang tua siswa dalam mengembangkan minat belajar siwa khususnya di SMP Negeri 1 Batudaa ini masih bisah dibangun dengan baik, karena pihak sekolah juga turut melibatkan peran orang tua siswa di dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kegitan sekolah dan peserta didik, seperti rapat komite, maupun kegiatan pengayaan ataupun remedial. Yang kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Adapun terkait pengembangan minat belajar tidak terlaksana terlalu maksimal di kerenakan kesibukan dari pihak orang tua sehingganya tidak terlalu terkoodinir dengan baik.50

Selanjutnya hasil wawancara penulis dengan salah satu Guru BK di SMP Negeri 1 Batudaa, yaitu Ibu Herty J. Engi, terkait bentuk kemitraan antara orang tua dan sekolah beliau mengatakan sebagai berikut:

Selama ini bentuk kemitraraan antara guru dan orang tua siswa dalam mengembangkan minat belajar siswa di SMP Negeri 1 Batudaa ini terjalin dengan baik misalnya kegiatan estrakurikuler yang di lakukan oleh sekolah seperti baca tulis Al-Quran sangat mendapat dukungan dari para orang tua siswa, begitu juga dalam meningkatkan prestasi siwa di bidang seni dan olaraga, karena jumlah Guru olaraga dan seni yang masih kurang, maka sekolah membutuhkan tenaga pengajar di bidang seni dan olaraga dari luar untuk meningkatkan prestasi siswa di bidang seni dan olaraga, adapun untuk uang administrasinya di sampaikan kepada orang tua siswa dan sikap orang tua siswa sangat merespon dan membantu serta mau bekerja sama dengan pihak sekolah.51

Kemudian hasil wawancara penulis dengan salah salah satu Guru di SMP Negeri 1 Btudaa yaitu, Ibu Kartin Ditje Ahudulu selaku Guru BK, adapun hasil wawancara dengan beliau terkait dengan bentuk-bentuk kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa di SMP Negeri 1 Batudaa sebagai berikut:

49Elvi Hulukati A.Ma.pust,Guru SMP 1 Batudaa.Wawancara ,pada tanggal 17 juni,201,9

50Efendi, M. Sahami, Wakil Kepala Sekolah. Wawancara , pada tanggal 17 juni 2019

51Herti J. Engi, Guru SMP Negeri I Batudaa. Wawancara, pada tanggal 21 juni 2019

43

Bentuk kemitraan antara sekolah dan orang tua siswa dalam menegembangkan minat belajar siswa di SMP Negeri 1 Batudaa ini biasanya hanya terjalin lewat beberapa pertemuan seperti rapat komite atau penerimaan raport siswa adapun dalam penguatan komunikasi dua ara antara guru dan orang tua siswa, pendidikan orang tua, kegiatan sukarela dan belajar di rumah belum terlalu maksimal di karenakan kesibukan oangtua siswa dalam kegiatan kerja maka tidak dapat terkoordinir dengan baik minat belajar siswa.52

Selanjutnya hasil wawancara bersama Ibu Rika Habu, selaku Guru bidang studi di SMP Negeri 1 Batudaa, terkait dengan bentuk-bentuk kemitraan sekolah dan orang tua beliau menyatakan bahwa:

Bentuk kemitraan antara guru dan orang tua siswa dalam mengembangkan minat belajar siswa khususnya di SMP Negeri 1 Batudaa ini hanya terjadi ketika rapat komite atau penerimaan raport siswa, terkadang juga bisa terjadi karena adanya siswa yang bandel kemudian orang tuanya di undang ke sekolah dan diberikan arahan oleh pihak sekolah adapun komunikasi intens antara pihak guru dan orang tua siswa dalam mengembangkan minat belajar siswa belum terlalu maksismal karena kesibukan dari orang tua siswa.53

Adapun hasil wawancara penulis dengan Bapak Bayu Alim selaku Tata Usaha di SMP Negeri 1 Batudaa, berkaitan dengan bentuk-bentuk kemitraan antara sekolah dengan orang tua siswa beliau menyatakan sebagai berikut:

Bentuk kemitraan antara guru dan orang tua siswa dalam mengembangkan minat belajar siswa khususnya di SMP Negeri 1 Batudaa ini belum terlalu terjalin dengan baik sebab komunikasi antara pihak guru dan orang tua hanya terjadi di saat siswa mengalami suatu permasalahan misalnya seperti ada siswa yang tidak naik kelas atau siswa yang nakal. Selepas dari masalah itu tidak ada komunikasi yang intens antara orang tua dan sekolah dan ditambah lagi dengan sebagaian orang tua siswa yang bersikap acuh tak acuh terhadap keberadaan anaknya disekolah sehingga dalam pengembangan minat belajar siswa belum terlalu terbangun dengan baik.54

Berikutnya hasil wawancara dengan Ibu Sutrisna selaku orang tua siswa adapun hasil wawancaranya sebagai berikut:

52Kartin Ditje Ahudulu, Guru SMP Negeri I Batudaa. Wawancara, pada

tanggal 20 Juni, 2019 53Rika Habu, Guru SMP Negeri I Batudaa. Wawancara, pada tanggal 21

Juni 2019. 54Bayu Alim, Bagian Tata Usaha. Wawancara, pada tanggal 21 juni 2019

44

Bentuk kemitraan antara orang tua dan guru seperti komite, dan rapat penerimaan raport perihal dalam pengembangan minat belajar siswa belum terlalu maksimal dikarenakan waktu dari orang tua yang digunakan untuk aktivitas bekerja jadi kami dari orag tua siswa hanya menpercayakan kepada guru untk mengatasi minat belajar siswa.55

Selain Ibu Sutrisna, Ibu Ririn juga yang merupakan salah satu orang tua siswa mengatakan hal yang sama:

Bentuk kemitraan atau kerjasama antara guru dan orang tua alam mengembangkan minat belajar siswa selama ini seperti, komite, rapat tentang kekurangan sekolah atau penerimaan raport adapun dalam pengembangan minat belajar siswa belum terlalu terjalin dengan baik karena kesibukan pekerjaan orang tua.56

Sedangkan menurut bapak Husen yang juga merupakan orang tua siswa, mengatakan bahwa:

Bentuk Kerjasama antara orang tua dan guru dalam mengembangkan minat belajar siswa selama ini seperti tidak juga hanya terbatas pada komite, maupun penerimaan raport, tetapi juga pada kegiatan-kegiatan seperti halal bi halal atau maulid Nabi adapun dalam pengembangan minat belajar siswa orang tua hanya lebih mempercayakan kepada guru dalam mengembangkan minat belajar siswa.57

Adapun menurut Ibu Yana selaku orang tua siswa mengatakan sebagai berikut:

Bentuk kerjasama antara guru dan orang tua siswa dalam mengembangkan minat belajar siswa selain pada saat komite, dan penerimaan raport juga ada pada kegitan pengayaan atau remedial.58

Berdasarkan keterangan dari para Informan di atas, dari sepuluh data atau inrormasi yang dijaring dari beberapa informan dan jawabannya telah menunjukan karakteristik yang sama, delapan informan mengatakan iya dan 2 informan mengatakan tidak, maka hal tersebut dapat dikatakan jenuh. Hal tersebut dilihat bahwa bentuk-bentuk kemitraan antara orang tua dan guru dalam mengembangkan mianat belajar siswa di SMP Negeri 1 Batudaa, kebanyakan hanya terjalin lewat beberapa pertemuan seperti, rapat komite, atau penyelesaian siswa-siswa yang bermasalah, nakal dan bandel. selain itu, bentuk kemitraan antara guru dan orang tua di SMP Negeri 1 Batudaa ada juga lewat program ekstrakurikuler yang dibuat oleh sekolah seperti baca tulis al-Quran dan peningkatan prestasi siswa di

55Sutrisna, Orang Tua Siswa. Wawancara, pada tanggal 10 juli 2019 56Ririn. Orang Tua Siswa. Wawancara. Pada tanggal 10 juli 2019 57Husen, Orang Tua Siswa. Wawancara, pada tanggal 10 juli 2019 58Yana. Orang Tua Siswa. Wawancara. Pada tanggal 11 juli 2019

45

bidang seni dan olaraga yang tentunya butuh dukungan, kerja sama dan bantuan dari para orang tua siswa khusunya dari segi biaya.

Melihat hasil wawancara dari beberapa Guru dan orang tua siswa SMP Negeri 1 Batudaa di atas, terkait dengan bentuk-bentuk kemitraan antara guru dan orang tua, disini penulis mengaris bawahi bahwa, bentuk-bentuk kemitraan antara guru dan orang tua hanya terjalin melalui rapat komite, penanganan siswa-siswa yang bermaslah dan kegiatan ekstrakurikuler seperti baca tulis Al-Quran.

Dengan melihat bentuk-bentuk kemitraan antara guru dan orang tua sebagaimana yang dijelaskan di atas, maka dalam hemat penulis bentuk-bentuk kemitraan antara guru dan orang tua di atas belum sepenuhnya maksimal. Adapun alasan penulis mengatakan bahwa bentuk-bentuk kemitaraan antara guru dan orang tua di atas belum sepenuhnya maksimal antara lain: 1. Jika dilihat dari konsep atau teori tentang kemitraan sekolah dan orang tua sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya maka, bentuk bentuk kemitraan antara guru dan orang tua sebagaimana yang ada di atas belum sepenuh sesuai dengan konsep bentuk kemitraan antara guru dan orang tua. Dalam konsep bentuk kemitraan guru dan orang tua dalam mengembangkan minat belajar siswa dijelaskan bahwa pentingnya penguatan komunikasi dua arah Komunikasi dua arah bertujuan untuk mendapat informasi dan masukan tentang perkembangan peserta didik, baik dari keluarga kepada guru maupun sebaliknya. Namun dalam kasus yang terjadi di SMP N 1 Batudaa, komunikasi dua arah hanya terjadi ketika siswa mengalami masalah, selain itu komunikasi dua arah juga hanya terjadi di saat rapat penerimaan raport atau komite sekolah, sehingga akibat dari terbatasnya komunikasi dua arah, bentuk kemitraan antara sekolah dan orang tua menjadi statis. 2. Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Kemitraan Orang Tua dan

Guru dalam Mengembangkan Minat Belajar Siswa. Kemitraan dengan orang tua pada setiap sekolah tidak selalu

berjalan dengan baik. Berbagai perbedaan dalam menjalin kemitraan sekolah dan orang tua dikarenakan ada faktor yang mempengaruhi. Faktor tersebut dapat berasal dari sekolah ataupun orang tua.

Oleh karena itu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemitraan orang tua dan sekolah, dapat diketahui lewat hasil wawancara di bawah ini:

Menurut Bapak Efendi M. Sahami, selaku wakil Kepala Sekolah mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemitraan antara orang tua dan guru dalam mengembangkan minat belajar siswa ialah kurangnya waktu bagi orang tua untuk ke sekolah. Adapun pernyataan beliau sebagai berikut:

46

mengundang orang tua untuk datang ke sekolah terasa sulit, karena kebanyakan orang tua siswa sibuk dengan berbagai pekerjaan mereka, namun demikian tidak semua orang tua siswa seperti itu, ada juga orang tua siswa yang memang benar-benar masih bisa meluangkan waktu datang kesekolah meskipun banyak pekerjaan di rumah.59

Dari keterangan Bapak Efendi di atas, sejauh yang bisa penulis pahami bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemitraan antara orang tua dan guru dalam mengembangkan minat belajar siswa adalah kurangnya kesedian waktu bagi orang tua untuk datang ke sekolah, dengan alasan pekerjaan dan sebagainya. Namun demikian masih ada juga orang tua siswa yang bisa meluangkan waktunya untuk datang ke sekolah meskipun ada kesibukan pekerjaan di rumah.

Sedangkan menurut Ibu Kartin Ditje Ahudulu, yang juga merupakan Guru di SMP Negeri 1 Batudaa, mengatakan bahawa salah satu faktor yang mempengaruhi kemitraan antara orang tua dan guru dalam mengembangkan minat belajar siswa ialah kurang komunikasi antara Guru dan orang tua siswa. Adapun pernyataanya sebagai berikut:

Faktor yang mempengaruhi kemitraan antara orang tua dan guru dalam mengembangkan minat belajar siswa salah satunya ialah kurangnya komunikasi antara Guru dan orang tua siswa sehingga komunikasi yang terbangun tidak terlalu maksimal dalam mengembangkan minat belajar siswa.60

Keterangan dari Ibu Kartin di atas memberikan pemahaman kepada penulis bahwa kurangnya komunikasi antara Guru dan orang tua siswa bisa menjadi faktor yang mempengaruhi kemitraan antara guru dan orang tua dalam menegmbangan minat belajar siswa.

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Kartin di atas Ibu Elvi Hulukati yang juga merupakan Guru di SMP Negeri 1 Batudaa mempunyai pandangan yang sama. Adapun pernyataan Ibu Elvi sebagai berikut:

kemitraan antara guru dan orang tua sudah ada namun belum terlalu maksimal penyebabnya ialah masih kurangnya komunikasi antara Guru dan orang tua siswa.61

Pernyataan Ibu Elvi di atas tidak jau berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Kartin, salah satu faktor penyebab yang

59Efendi Sahami. Wakil Kepala Sekolah. Wawancara. Pada tanggal 17 juni 2019

60Kartin Ahudulu. Guru SMP Negeri 1 Batudaa. Wawancara. Pada tanggal 20 juni 2019

61Elvi. Guru SMP Negeri 1 Batudaa. Wawancara. Pada tanggal 17 juni 2019

47

mempengaruhi kemitraan antara sekolah dan orang tua adalah kurangnya komunikasi.

Adapun menurut Ibu Rika Habu, yang juga merupakan Guru di SMP Negeri 1 Batudaa adalah sebagai berikut:

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemitraan antara guru dan orang tua yaitu, masih kurangnya pemahaman dan kesadaran dari para orang tua akan pentingnya pendidikan. Terutama kerjasama dengan pihak guru dalam meningkatkan minat belajar siswa.62

Menurut keterangan Ibu Rika Habu di atas, kurangnya pemahaman dan kesadaran dari orang tua akan pentingnya pendidikan khususnya minat belajar siswa, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemitraan antara guru dan orang tua dalam mengembangkan minat belajar siswa.

Selanjutnya menurut bapak Alim S. Lom, yang juga merupakan salah satu staf pengajar di SMP Negeri 1 Batudaa mengatakan sebagai berikut: Kurangnya perhatian dari para orang tua siswa akan keberadaan anak-anak di sekolah yang tentunya hal itu sangat berdampak terhadap prestasi belajar siswa.63

Dari keterangan bapak Alim S. Kom di atas dapat dipahami bahwa, kurangnya perhatian dari para orang tua siswa akan keberadaan anak-anaknya di sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemitraan guru dan orang tua dalam mengembangkan minat belajar siswa.

Pernyataan bapak Alim S. Kom di atas lebih diperjelas oleh Ibu Herty yang juga merupakan salah satu Guru di SMP Negeri 1 Batudaa adapun penjelasannya sebagai berikut:

Kurangnya perhatian serta sikap dari para orang tua siswa yang tidak terlalu memikirkan keberdaan anak-anak di sekolah, hal ini dikarenakan sebagian besar orang tua siswa beranggapan bahwa keberadaan anak-anaknya di sekolah sudah menjadi tanggung jawa sepenuhnya oleh para Guru-guru yang ada di sekolah terutama perihal eningkatan minat belajar siswa.64

Penjelasan Ibu Herty di atas memberikan satu gambaran kepada penulis bahwa, kurangnya perhatian serta sikap dari para orang tua siswa terkait keberadaan anak-anaknya di sekolah menjadi salah satu faktor yang

62Rika Habu. Guru SMP Negeri 1 Batudaa. Wawancara. Pada tanggal 21 juni 2019

63Alim S. Lom. Guru SMP Negeri 1 Batudaa. Wawancara. Pada tanggal 21 juni 2019

64Herty. Guru SMP Negeri 1 Batudaa. Wawancara. Pada tanggal 21 juni 2019

48

mempengaruhi kemitraan antara guru dan orang tua dalam mengembangkan minat belajar siswa.

Berikut ini adalah hasil wawancara bersama dengan beberapa orang tua para siswa SMP Negeri 1 Batudaa, terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan antara guru dan orang tua adapun hasil wawancaranya sebagai berikut:

Ibu Sutrisna selaku orang tua siswa SMP Negeri I Batudaa, mengatakan bahwa selama ini tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antara kerjasama antara orang tua siswa dan para Guru di sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa.65

Berdasarkan keterangan dari Ibu Trisna di atas bahwa selama ini tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kerja sama antara orang tua siswa dan Guru di sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa.

Hal sama juga disampaikan oleh Ibu Yana selaku orang tua siswa, bahwa selama ini tidak ada kendala-kendala apapun yang menghambat kerjasama antara orang tua siswa dan para Guru di sekolah. Adapun pernyataanya lebih lengkap sebagai berikut:

Tidak ada kendala-kendala yang mempengaruhi kerjasama antara orang tua dan para Guru di sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa karena komunikasi selalu diusahakan untuk dibangun.66

Berikutnya hasil wawancara bersama Bapak Husen selaku orang tua siswa, terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan antara orang tua dan guru adalah sebagai berikut:

Selama ini hubungan antara orang tua siswa dan guru berjalan lancar dan baik-baik saja.67

Maksud dari keterangan bapak Husen di atas adalah bahwa selama ini belum ada kendala atau faktor yang menghambat kemitraan atau kerja sama antara orang tua siswa dan Guru di sekolah dalam pengembangan minat belajar siswa.

Keterangan yang di sampaikan oleh Bapak Husen di atas senada dengan apa yang di sampaikan juga oleh Ibu Ririn, adapun pernyataan Ibu Ririn sebagai berikut: Selama ini belum ada kendala yang menghambat kerjasama antara guru dan orang tua siswa dalam mengembangkan minat belajar karena

65Sutrisna. Orang Tua Siswa. Wawancara. Pada tanggal 10 Juli 2019 66Yana. Orang Tua Siswa. Wawancara. Pada tanggal 11 Juli 2019 67Husen. Orang Tua Siswa. Wawancara. Pada tanggal 10 Juli 2019

49

dari pihak guru selalu berusaha membangun komunikasi terhadap pihak orang tua.68

Berdasarkan keterangan dari para informan di atas baik itu dari Guru

maupun orang tua siswa, dari sepuluh data atau inrormasi yang dijaring dari beberapa informan dan jawabannya telah menunjukan karakteristik yang sama, tujuh informan mengatakan iya dan 3 informan mengatakan tidak, maka hal tersebut dikatan jenuh. Olehnya sudah bisa mengantarkan penulis pada suatu kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan antara guru dan orang tua siswa dalam meningkatkan minat belajar siswa secara garis besar ada tiga yaitu, 1. Waktu, kurangnya waktu dari para orang tua untuk dapat hadir ketika di undang ke sekolah hal dikarena para orang tua sibuk dengan pekerjaan mereka. 2. kurangnya komunikasi, akibat dari kurangnya komunikasi para orang tua sangat terbatas mendapatkan informasi tentang anaknya di sekolah. 3. Kurang pengetahuan serta kesadaran dari para orang tua, selama ini orang tua siswa meyangka bahwa Gurulah di sekolah yang mempunyai peranan penting untuk meningkatkan minat belajar siswa. Sehinga mereka tidak terlalu memikirkan masalah itu.

Kesimpulan yang dibuat oleh penulis ini, tidak hanya semata-mata berdasarkan pada hasil wawancara dari para Guru maupun dari para orang tua siswa, tetapi juga berdasarkan hasil pengamatan langsung yang dilakukan oleh penulis, beberapa orang tua siswa ketika ditanya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan antara sekolah dan orang tua, mereka menjawab selama ini belum ada faktor atau kendala yang mempengaruhi hubungan antara sekolah dan orang tua. Namun berdasarkan pengamatan langsung yg dilakukan oleh penulis menunjukaan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kemitraan antara orang tua dan guru sebagaimana yang dijelaskan di atas. Para orang tua siswa mengatakan bahwa tidak ada kendala atau faktor yang mempengaruhi hubungan kerjasama antara orang tua dan sekolah, mereka mengatakan demikian karena bentuk kerjasama antara sekolah dan orang tua berdasarkan pengamatan penulis hanya terjadi lewat komite, rapat atau penerimaan raport selain dari itu tidak ada. Dengan demikian para orang tua merasa bahwa selama ini tidak ada kendala atau faktor yang mempengaruhi hubungan kerjasama antara guru dan orang tua dalam mengembangkan minat belajar siswa.

68Ririn. Orang Tua Siswa.Wawancara. pada tanggal 10 Juli 2019

50

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah maka hasil analisis deskriptif

kualitatif penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bentuk-Bentuk Kemitraan Orang Tua dan Guru Dalam Mengembangkan

Minat Belajar Siswa yaitu: a. Lewat komite sekolah, b. Penanganan siswa-siswa yang bermaslah dan nakal c. kegiatan ekstrakurikuler seperti baca tulis Al-Quran.

2. Faktor yang mempengaruhi Kemitraan Orang tua dan Sekolah dalam Mengembangkan Minat Belajar Siswa: a. kurangnya waktu dari para orang tua untuk dapat hadir ketika di

undang ke sekolah hal ini dikarena para orang tua sibuk dengan pekerjaan mereka.

b. kurangnya komunikasi, akibat dari kurangnya komunikasi para orang tua sangat terbatas mendapatkan informasi tentang anaknya di sekolah.

c. Kurang pengetahuan serta kesadaran dari para orang tua, selama ini orang tua siswa meyangka bahwa Gurulah di sekolah yang mempunyai peranan penting untuk meningkatkan minat belajar siswa. Sehinga mereka tidak terlalu memikirkan masalah itu.

B. SARAN Berangkat dari hasil penelitian dan kesimpulan, adapun saran dari

penulis sebagai berikut: 1. Bagi lembaga pendidikan agar kiranya dapat menciptakan kondisi

yang nyaman bagi para orang tua agar kiranya dapat tercipta bentuk kemitraan yang harmonis antara sekolah dan orang tua.

2. Bagi para orang tua agar kiranya selalu meyediakan waktu serta menjalin komunikasi yang intens dengan pihak sekolah agar selalu mengetahui informasi tentang anak didiknya, khususnya di dalam mengembangkan minat belajar.

3. Terkait dengan penyusunan skripsi ini penulis sadar bahwasanya masih banyak kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini, oleh sebab itu penulis berharap masukan dan kritikan yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak guna agar perbaikan skripsi ini ke arah yang lebih baik.

51

PEDOMAN WAWANCARA

Pertanyaan Untuk Guru 1. Menurut Bapak/Ibu bagaimana bentuk kemitraan antara sekolah dan

orang tua dalam mengembangkan minat belajar siswa? 2. Menurut Bapak/Ibu faktor-apa saja yang mempengaruhi kemitraan

antara sekolah dan orang tua dalam mengembangkan minat belajar siswa?

3. Menurut Bapak/Ibu apa saja kendala yang sering dialami oleh sekolah dalam membangun kemitraan dengan orang tua siswa di dalam mengembangkan minat belajar ?

4. Upaya apa saja yang dilakukan oleh sekolah dalam membangun kemitraan dengan orang tua siswa?

5. Bagaimana metode dan strategi Guru di dalam membangun kemitraan dengan para orang tua siswa?

6. Bagaimana cara Guru dalam mengembangkan minta belajar siswa? 7. Bagaimana sikap Guru dalam menghadapi orang tua siswa yang

sulit diajak untuk bekerja sama? 8. Menurut Bapak/Ibu apa saja manfaat yang di dapatkan dari kerja

sama antara sekolah dan orang tua siswa? 9. Menurut Bapak/Ibu apa saja kesulitan yang bisa dirasakan dari

kurangnya kerja sama antara pihak sekolah dan para orang tua siswa?

Pertanyaan Untuk Orang Tua Siswa 1. Menurut Bapak/Ibu bagaimana bentuk kemitraan atau kerja sama

antara sekolah dan orang tua dalam mengembangkan minat belajar siswa?

2. Menurut Bapak/Ibu faktor-apa saja yang mempengaruhi kemitraan atau kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam mengembangkan minat belajar siswa?

3. Kendala apa saja yang sering dialami oleh Bapak/Ibu dalam membangun kerja sama dengan sekolah?

4. Menurut Bapak/Ibu apa saja manfaat yang bisa di dapatkan dari kerjasama antara sekolah dan orang tua siswa?

5. Menurut Bapak/Ibu apa saja dampak yang bisa didapatkan dari tidak adanya kerja sama antara orang tua dan pihak sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa?

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu memotivasi atau mengembangkan minat belajar anak di rumah?

52

7. Usaha apa yang saja yang sudah pernah dibuat oleh Bapak/Ibu dalam mengembangkan minat belajar anak di rumah?

5. Menurut adik Apa saja bentuk media sosial yang sering digunakan oleh siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Suwawa?

6. Menurut adik media sosial jenis apakah paling banyak digunakan oleh siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Suwawa?

7. Menurut adik bagaimana dampak penggunaan media sosial terhadap perilaku siswa pada kelas XI di SMK Negeri 1 Suwawa?

53

CATATAN PENGAMATAN

Nama Pengamat : Muhamad Riski Mokodompit

Waktu Pengamatan : Satu Minggu

Obyek Pengamatan : Guru Dan Orang Tua Siswa

CACATAN DESKRIPSI

HARI/TGL WAKTU DESKRIPSI KEGIATAN

24, Juni 2019 09-11

Hari pertama, saya menuju ruang BK guna melihat siswa yang mengalami masalah terhadap minat belajar dan sudah sejau mana kemitraan yang terbangun dengan orang tua terhadap pengembangan minat belajar siswa. Selanjutnya menuju ruang kesiswaan untuk membangun komunikasi serta mencermati cara guru dalam hal menanggani minat belajar siswa, setelah membangun komunikasi dengan kesiswaan saya melanjutkan kegiatan menuju perpustakaan sekolah dan berkomunikasi dengan pimpinan perpus guna melihat sudah sejauh mana minat belajar siswa dalam hal literasi.

25, Juni 2019 08-09

Hari kedua, saya melakukan wawancara terhadap wakil kepala sekolah terkait dengan kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa. Setelah itu di lanjutkan dengan wawancara terhadap guru BK guna membahas tentang siswa yang bermasalah yang tentunya itu sangat berdampak terhdap prestasi belajar siwa sampai dengan selesai pada pukul 09-00.

KESIMPULAN : Setelah saya melakukan pengamatan pada hari pertama sampai hari kedua kesimpulannya adalah kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa hal itu terbangun hanya pada

54

saat siswa mengalami masalah dan yang kedua saat penerimaan raport dan yang tiga hanya pada saat ketika salah satu dari siswa ada yang sedang mengikuti lomba ekstrakurikuler, kemudian di dipangillah orang tua siswa yang bersangkutan untuk diberikan arahan guna untuk menjaga kesehatan dari siswa.

26, Juni 2019

08-09-30

Hari ketiga, saya melakukan wawancara terhadap guru pendidikan agama islam terkait dengan kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa kira-kira sudah sejauh mana kemitraan itu terbangun setelah saya melakukan wawancara sekalian melakukan pengamatan saya melanjutkan wawancara terhadap guru guna untuk mempermantap analisis terkait dengan kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa samapai dengan selesai pada pukul 09-30.

27, Juni 2019

08-30-10-00

Hari ke empat, saya melakukan wawancara salah satu guru wali kelas II Ibu Rika dengan lebih memperdalam lagi analisis tentang kemitraan orang tua dan sekolah utnuk memperhatikan dan mengembangkan minat belajar siswa setelah saya melakukan wawancara yang kurang lebih memakan waktu satu jam sepuluh menit banyak pengamatan yang saya lakukan terkait dengan kemitraan orag tua dan sekolah. Setelah itu saya melanjutkan melakukan observasi terhadap salah satu orang tua siswa demi untuk memperdala.m analisis terhadap kemitraan orang tua dan sekolah dan selesai pada pukul10-00.

KESIMPULAN : Pengamatan saya pada hari ketiga dan keempat setelah saya melakukan wawancara pada salah satu wali kelas II ada faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa yaitu, kurangnya waktu dari para orang tua siswa untuk dapat hadir ketika diundang kesekolah hal ini dikarenakan para orang tua siswa sibuk dengan pekerjaan mereka. kemudian kurangnya komunikasi, akibat dari kurangnya komuikasi para orang tua sangat terbatas mendapatkan informasi tentang anaknya

55

disekolah, dan yang ketiga kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari para orang tua, karena selama ini orang tua siswa menyangka bahwa guru disekolahlah yang mempunyai peranan penting.

28, Juni 2019 90-10

Hari kelima, saya datang kesekolah lagi dan melakukan wawancarai pimpinan perpus Ibu Elvi Hulukati sesuai dengan pedoman wawancara guna untuk memperdalam kembali serta menganalisa sudah sejau mana minat belajar siswa perihal literasi serta sekalian melakukan pengamatan kira-kira sudah sejau mana keinginan siswa untuk belajar sampai dengan selesai pada pukul 10-00..

29, Juni 2019

08-09-11

Hari ke enam, saya melakukan kunjungan dan pengamatan di ruangan dewan guru serta melihat apalah ada orang tua yang melakukan konsultasi kepda guru wali kelas terkait dengan minat belajar siswa sampai pada pukul 09-30 setelah itu saya melanjutkan observasi terhadap orang tua siswa untuk lebih memperdalam lagi kira-kira sudah sampai diman kemitran orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minta belajar siswa sampai dengan selesai pukul 11.

01, Juli 2019 09-11

Hari ketujuh, saya lanjut melakukan kunjungan di sekolah dalam hal yang sama melakukan observasi dan pengamatan terkait dengan kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangan minat belajar siswa objeknya adalah kepala sekolah dalam hal ini sebagai pimpinan dengan melakukan komunikasi secara langsug untuk meperdalam analils terkait dengan kemitraan orang tua dan sekolah. Sampai pada pukul 10-00. Setelah itu saya melakukan kunjungan terhadap salah satu orang tua siswa untuk melakukan obaservasi sesuai dengan pedoman observasi sekaligus melakukan pengamatan terkait dengan pendapat orang tua siswa sampai pada pukul 11-00.

56

KESIMPULAN: Pengamatan saya pada hari kelima, keenam dan ketujuh, bentuk-bentuk kemitraan orang tua dan sekolah dalam mengembangkan minat belajar siswa hanya pada saat lewat komite sekolah, penanganan siswa-siswa yang bermasalah dan nakal, dan kegiatan ektrakurikuler sepertri baca tulis Al-Quran. Adapun komunikasi intens antara pihak sekolah dan orang tua belum terlalu terbangun dikarenakan pihak dari orang tua terlalu sibuk dengan aktivitas kerja sehingganya komunikasi yang terbangun kurang efektif dalam mengembangkan minat belajar siswa.

57

DOKUMENTASI

58

WAWANCARA DENGAN BEBERAPA GURU DI SMP NEGERI I BATUDAA

59

60

61

WAWANCARA BERSAMA DENGAN BEBERAPA ORANG TUA SISWA SMP NEGERI I BATUDAA

62

63

Riwayat Hidup

Muh Riski Mokodompit, penulis dilahirkan di desa moyag kecamatan kotamobagu timur Kota kotamobagu pada tanggal 02 Februari 1996, penulis merupakan anak keempat dari bapak Arianto Mokodompit dan Genti Mamonto, penulis mengakhiri pendidikan formal di SDN Negeri 3 moyag, SMP Negeri 6 Kotamobagu, serta menyelesaikan pendidikan SMK Negeri 1 Kotamobagu, kecamatan Kotamobagu Barat pada tahun 2015

Pada tahun 2015 penulis melanjutkan studi belajar program sarjana di Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gororntalo. Pada program studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Adapun riwayat aktivitas akademik dan organisasi lainnya yang pernah diikuti sebagai berikut:

1. Pernah tergabung dalam Himpunan Pelajar Muslim di SMK Negeri 1 Kotamobagu.

2. Pembina IKPM (Ikatan Pemuda Muslim) Kotamobagu. 3. Pembina di CKRK (Komunitas Kawan-kawan Remaja Kotamobagu) 4. Pernah tergabung di BTA (Badan Tazkir Akbar) Kotamobagu. 5. Pembina RM2T (Remaja Mesjid Moyag Todulan) 6. Pembina pemuda moyag todulan 7. Ketua bidang HAM di Himpunan Mahasiswa Jurusan PAI Tahun

2016 8. Ketua Dema Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Gorontalo

Tahun 2017. 9. Kabid PA di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Gorontalo 10. Pernah menjadi Pembina SSP-PAI (Sanggar Sang Pelita

Pendidikan Agama Islam)