115150002 muh sidiq

Upload: rama-jatu-setiaji

Post on 06-Mar-2016

249 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas bencana

TRANSCRIPT

LAPORAN GEOMORFOLOGIDISUSUN OLEH : MUHAMMAD SIDIQ

NOMOR INDUK MAHASISWA: 115 15 0002

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKAFAKULTAS TEKNOLOGI MINERALUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERANYOGYAKARTA2015

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Makalah tentu saja masih banyak memuat kekurangan di dalamnya,.Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.Yogyakarta, 23 Oktober 2015

Muhammad sidiq

BAB IPENDAHULUANBatu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.Secara sederhana Batubara merupakan suatu endapan yang berasal dari tumbuhan yang mengalami proses penghancuran karena aktivitas bakteri, pengendapan, penumpukan serta pemadatan. Karena pengaruh proses geologi yaitu dengan adanya peningkatan P dan T, maka akan terbentuk Batubara. Dalam pembentukan diperlukan bakteri anaerob (didalam metabolismenya tidak membutuhkan O2 sehinga tidak dapat membusukan). Tetapi apabila tumbuhan itu tidak jatuh dalam rawa tetapi jatuh kedaratan maka yang bekerja adalah bakteri aerob (di dalam metabolismenya membutuhkan O2 sehinga bersifat membusukan dan akhirnya membentuk humus).

BAB IIPEMBAHASANSebagaimana yang kita ketahui, batubara tidak terbentuk begitu saja, batu barabara membutuhkan proses dan waktu yang panjang dalam pembentukannya. Untuk memahami bagaimana Batubara terbentuk maka bisa dilihat berdasarkan :Tempat terbentuknyaTeori Insitu :Bahan-bahan pembentukan lapisan batubara terbentuk ditempat dimana tumbuhan asalnya itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan mati, belum mengalami proses transportasi dan segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification.Ciri-ciri: -Penyebaran luas dan merata-Kualitas lebih baikCth : Muara EnimTeori Drift:Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami coalification.Ciri :-Penyebaran tidak luas tetapi banyak-kualitas kurang baik (mengandung pasir pengotor).Cth : pengendapan delta di aliran sungai mahakam.Tahap Pembentukannya :Proses biokimia dan proses kimia fisika/tahap thermodinamika.Proses Biokimia Terjadi :1. Degradasi biokimia2. Proses penghancuran oleh mikrobiologi tergantung dr jml dan sirkulasi air, T (mak 35 C), suplai O2 dan perkembangan racun.Proses Kimia fisika/Geokimia Terjadi :1. Tekanan dari lapisan tanah penutup2. Temperatur (gradien geothermal)3. Gaya geologi4. Proses perlipatan, patahan5. Adanya intrusi.Syarat Bakteri Anaerob bisa Hidup:1. Kondisi air keruh2. pH = 73. Kedalaman max 4. Perkembangan racun.

2.1 Kaitan Batu Bara dan VegetasiPresent is the key to the past, merupakan salah satu konsep geologi yang mampu menjelaskan kaitan antara mutu batubara dengan tumbuhan semula yang merupakan bahan utama pembentuk batubara. Arang kayu yang diproses dari kayu yang keras akan mempunyai mutu yang relatif lebih baik dibandingkan apabila arang kayu tersebut diproses dari kayu yang relatif lunak. Bertitik tolak pada analogi, batubara yang terbentuk dari tanaman keras dan berumur tua akan lebih baik dibandingkan dengan batubara yang terbentuk dari tanaman berbentuk semak dan hanya berumur semusim. Didapatkannya batubara di Indonesia khususnya di pulau Sumatra dan Kalimantan (kebanyakan dari jenis bitumina) dalam jumlah yang cukup besar, memberikan gambaran pada kita bahwa selama zaman Tersier di kedua pulau tersebut merupakan daerah hutan tanaman dengan jenis tumbuhan yang bervariasi, tetapi didominasi oleh tanaman keras. Peat, dikenal juga sebagai gambut yang didapatkan di pulau Kalimantan dan Sumatra terbentuk dari tanaman semak dan rumput, dikenal merupakan jenis batubara rank rendah. Dari uraian tersebut di atas, disimpulkan makin tinggi tingkatan tumbuhan (dalam sistematika taksonomi) dan makin tua umur tumbuhan tersebut, apabila mengalami proses coalification, akan menghasilkan batubara dengan kualitas baik. Jenisjenis tumbuhan pembentuk batubara beserta umurnya adalah sebagai berikut (Diessel, 1981 dalam Budihardjo, 2006): Algae (organisme autotropik), berasal dari Zaman PreKambrium hingga Zaman Ordovisium dan memiliki sel tunggal, sedangkan keterdapatan endapan batubara pada periode ini sangat sedikit. Silofita, merupakan turunan dari algae, berasal dari Zaman Silur hingga Zaman Devon Tengah, sedangkan keterdapatan endapan batubara pada periode ini sedikit.Pteridofita (tumbuhan paku), sifat tumbuh tumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak melalui spora dan tumbuh di iklim hangat.

2.2 Kaitan Batu Bara dan Struktur GeologiBatubara terbentuk pada cekungan sedimentasi yang sangat luas, hingga mencapai ratusan hingga ribuan hektar. Dalam sejarah bumi, batuan sedimen yang merupakan bagian kulit bumi, akan mengalami deformasi akibat dari gaya tektonik. Cekungan akan mengalami gaya deformasi lebih hebat apabila cekungan tersebut berada dalam satu sistem geoantiklin atau geosinklin. Akibat gaya tektonik yang terjadi pada waktu waktu tertentu, batubara bersama dengan batuan sedimen yang merupakan perlapisan diantaranya akan terlipat dan tersesarkan. Proses perlipatan dan pensesaran tersebut akan menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan akan berpengaruh pada proses metamorfosis batubara, dan batubara akan menjadi lebih keras dan lapisannya terpatah patah, akan semakin banyak perlipatan dan pensesaran terjadi di dalam cekungan sedimentasi yang mengandung batubara. Oleh sebab itu, pencarian batubara bermutu baik diarahkan pada daerah geosinklin atau geoantiklin, karena di kedua daerah tersebut diyakini kegiatan tektonik berjalan cukup intensif. Struktur geologi pada cekungan, sedimen akan mengalami deformasi yg lbh hebat oleh tektonik apabila berada pada sistem Geantiklin dan geosinklin. apabila terjadi tektonik batu bara bersamaan dgn bt.sedimen yg merupakan perlapisan diantaranya akn terlipat dan tersesarkan yg akan menghasilkan panas yg akan mengakibatkan metamorfosis batu bara dan bt.bara akan menjadi lbh keras dan lapisannya terpatah-patah.2.3 Kaitan Batu Bara dan TopografiDaerah tempat tumbuhan berkembang biak merupakan daerah yang relatif tersedia air. Oleh karenanya tempat tersebut mempunyai topografi yang relatif lebih rendah dibandingkan daerah yang mengelilinginya. Makin luas daerah dengan topografi relatif rendah, maka makin banyak tanaman yang tumbuh, sehingga makin banyak terdapat bahan pembentuk batubara. Apabila keadaan topografi daerah ini dipengaruhi oleh gaya tektonik, baik yang mengakibatkan penaikan ataupun penurunan topografi, maka akan berpengaruh pula terhadap luas tanaman yang merupakan bahan utama sebagai bahan pembentuk batubara. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penyebaran batubara berbentuk seperti lensa. Topografi mungkin mempunyai efek yang terbatas terhadap iklim dan keadaannya bergantung pada posisi geotektonik.2.4 Kaitan Batu Bara dan Curah HujanIklim berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Di daerah beriklim tropis dengan curah hujan silih berganti sepanjang tahun disamping tersedianya sinar matahari sepanjang waktu, merupakan tempat yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman dengan timbulnya faktor kelembaban. Di daerah beriklim tropis hampir semua jenis tanaman dapat hidup dan berkembang baik. Oleh karenanya, di daerah yang mempunyai iklim tropis pada masa lampau, sangat dimungkinkan didapatkan endapan batubara dalam jumlah banyak, sebaliknya daerah yang beriklim sub tropis mempunyai penyebaran endapan batubara relatif terbatas. Kebanyakan luas tanaman yang keberadaannya sangat ditentukan oleh iklim akan menentukan penyebaran dan ketebalan lapisan (seam) batubara yang nantinya akan terbentuk. Hasil pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7 9 tahun dengan ketinggian pohon sekitar 30 m. Sedangkan pada iklim yang lebih dingin ketinggian pohon hanya mencapai sekitar 5 6 m dalam selang waktu yang sama.

GUNUNG API

DAERAH TEMPAT TERBENTUKNYA GUNUNG APIGunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua; busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.

Pada gambar di atas memperlihatkan batas lempeng utama dengan dengan pembentukan busur gunungapi. Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda: Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunungapi tengah samudera. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai.

Pada gambar di atas terlihat penampang diagram yang memperlihatkan bagaimana gunungapi terbentuk di permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme peleburan batuan yang menghasilkan busur gunungapi, busur gunungapi tengah samudera, busur gunungapi tengah benua dan busur gunungapi dasar samudera

Di Indonesia (Jawa dan Sumatera) pembentukan gunungapi terjadi akibat tumbukan kerak Samudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di Sumatera penunjaman lebih kuat dan dalam sehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk pulau-pulau, seperti Nias, Mentawai, Enggano, dll.

STRUKTUR GUNUNG APIGunung berapi terbangun atas beberapa komponen dan membentuk sebuah struktur. Masing-masing komponen memiliki bagian dan fungsi yang saling mendukung sehingga terbentuklah aktivitas dari gunung berapi tersebut. Beberapa bagian dari gunung berapi antara lain adalah sebagai berikut.

1. Struktur KawahStruktur kawah merupakan bagian dari gunung berapi yang memiliki bentuk morfologi negatif atau depresi. Bagian ini terbentuk diakibatkan adanya aktivitas sebuah gunung berapi. Bagian kawah ini biasanya berbentuk bundardan berada pada bagian puncak gunung.

2. KalderaKaldera merupakan bagian dari gunung berapi yang memiliki bentuk menyerupai kawah. Namun. garis tengah kaldera berukuran lebih dari 2km. Kaldera sendiri tersusun dari beberapa bagian. antara lain kaldera letusan akibat letusan besaryang melemparkan sebagian besartubuh kaldera tersebut.Ada juga yang disebut dengan kaldera runtuhan. yaitu kaldera yang terbentuk karena sebagian tubuh gunung berapi runtuh akibat adanya material yang keluar dalam jumlah besar dari dapur magma. Ada juga kaldera resurgent, yaitu jenis kaldera yang terjadi karena runtuhnya sebagian gunung berapi dan proses ini berlanjut dengan runtuhnya blok di pertengahan kaldera. Kaldera erosi merupakan jenis kaldera yang timbul akibat proses erosi secara berkepanjangan di bagian dinding kawah. Hal ini kemudian menyebabkan bagian tersebut melebar sehingga terbentuklah kaldera.

3. Rekahan dan GrabenRekahan dan graben merupakan bagian dari gunung berapi yang berupa retakan di bagian tubuh gunung. Pannjang retakan ini bisa mencapai puluhan kilometer serta kedalaman hingga ribuan meter. Rekahan pararel yang menjadikan bagian blog amblas disebut dengan graben.

4. Depresi Volkano TektonikBagian ini terbentuk dengan diawali adanya deretan pegunungan yang kondisinya menyerupai pembentukan gunung berapi. Bagian ini terbentuk karena adanya pergeseran magma asam ke permukaan bumi dalam jumlah yang sangat besar. Magma asam sendiri asalnya dari kerak bumi dan depresi tersebut bisa terjadi dengan kedalaman puluhan hingga ribuan meter.

JENIS-JENIS GUNUNG API BERDASARKAN BENTUKNYAStratovolcanoTersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.PerisaiTersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.Cinder ConeMerupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.KalderaGunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.

Pengaruh Kelerengan Terhadap Erupsi Kelerengan akan ikut berpengaruh dalam menentukan kecepatan aliran piroklastik ini, semakin curam kelerengan maka akan turut mempercepat aliran tersebut. Aliran Piroklastik (Pyroclastic flow) yang sering disebut nuee ardente merupakan suatu kejadian pergerakan cepat (luncuran) blok lava bersuhu tinggi 100-10000C dan fragmen-fragmen kecil lainnya menuruni lereng gunung dengan kecepatan tinggi 10 hingga 300 km/jam sehingga sulit bagi manusia untuk menghindar ketika aliran piroklastik ini telah terjadi. Luncuran aliran piroklastik yang besar dapat mencapai jarak hingga 100 km. Berdasarkan besarnya volume material yang dikeluarkan dari kawah gunung maka aliran piroklastik dapat dikategorikan dalam tiga ukuran atau skala yaitu aliran piroklastik skala besar apabila volume yang dikeluarkan lebih besar 1 km3, skala menengah untuk volume antara 0,01 - 1 km3 dan skala kecil untuk volume lebih kecil 0.01 km3. Sebagai contoh, letusan gunung Unzen di Jepang bulan Mei 1991 menghasilkan volume aliran piroklastik < 0,01 km3 termasuk sekala kecil, letusan gunung Pinatubo di Philipina bulan Juni 1991 dengan volume 7 km3 termasuk kategori sekala besar. Kelerengan juga berpengaruh terhadap kecepatan aliran lava dan menentukan arah alirannya. Aliran Lava (Lava flow), adalah aliran lava panas cair ( temperatuir hingga 1.2000C) yang dalam keadaan tidak mengental kecepatannya dapat mencapai 30 km/jam atau lebih meskipun pada bidang kemiringan yang landai. Pada suhu 1000C sampai 1200C aliran lava dapat membakar rumah dan apa saja benda-benda yang tersentuh maupun yang ada didekatnya. Bahkan bangunan dapat rusak akibat tekanan aliran lava. Sebagai contoh, aliran lava gunung Etna di Italia tahun 1669 mencapai kota Catania menyebabkan 10.000 orang meninggal, aliran lava gunung Nyiragongo di Afrika tahun 1977 dengan kecepatan aliran 30 km/jam menewaskan 70 orang meninggal.

DAFTAR PUSTAKA

http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2011/05/terjadinya-gunung-api.html?m=1

http://www.dosenpendidikan.com/proses-terjadinya-gunung-berapi/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi

Lobeck, A.K. 1980. Geomophology. New York dan London: McGraw-Hill.

http://merapi.combine.or.id/baca/127/phenomena-aliran-debris-dan-faktor-pembentuknya.htmlhttp://armandho88.blogspot.co.id/2009/08/faktor-yang-mempengaruhi-pembentukan.html

http://majalah1000guru.net/wp-content/uploads/Ed09-teknologi-2.jpg

http://informasibatubara.blogspot.co.id/2008/12/asal-mula-batubara.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara