momen kemiringan dan keruncingan

Upload: andhyadrian

Post on 07-Jul-2018

688 views

Category:

Documents


68 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    1/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 1 

    BAB 7

    MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGAN

    A. 

    MomenMisalkan diberikan variable  dengan harga- harga : 1 ,2 ,….,. Jika A = sebuah

     bilangan tetap dan r = 0, 1, 2…,  n maka momen ke-r sekitar A, disingkat ′,didefinisikan oleh hubungan :

    ′ = ∑    … … … … … … . 1  Menurut Gasperz (1989:87)

    ∗ =  ∑    

     =1   = ∑

     Dimana d = X - AMenurut Amudi Pasaribu (1975:123),

    ℎ = 1   ℎ

    =  Untuk A = 0 didapat momen ke-r sekitar nol atau disingkat momen ke-r (momen

    sekitar titik asal):

    = ∑   … … … … … . . 2 Menurut Gasperz (1989:87)

      = 1 + 2 + ⋯ +   = ∑     =1   = ∑ 

    ௰ 

     

    Menurut Amudi Pasaribu (1975:122),

    ℎ = 1

    =

     

    Dari rumus (2) maka untuk r =1 didapat rata-rata . Jika A =   kita perolehmomen ke-r sekitar rata-rata, biasa disingkat dengan . Jadi didapat :

     = ∑    … … … … … … . 3  Menurut Gasperz (1989:87)

     =  ∑      =1   = ∑

     

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    2/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 2 

    Menurut Amudi Pasaribu (1975:123),

    ℎ = 1  

    Untuk r =2, rumus (3) memberikan varians 2.Untuk membedakan apakah momen itu untuk sampel atau populasi maka dipakai simbol:

     dan ′  untuk momen sampel dan µ  µ′ untuk momen populasi .jika   ′  adalah statistik sedangkan  µ  µ ′ adalah parameter. Jika data telah disusun dalam dalam bentuk distribusi frekuensi, maka rumus-

    rumus diatas berturut-turut berbentuk :

    ′ = ∑     … … … … … … . 4  Menurut Gasperz (1989:91),

    ∗ =  ∑       =1   = ∑ 

     Menurut Amudi Pasaribu (1975:123),

    ℎ = 1

      ℎ 

    =

     

    = ∑ 㐳    … … … … … . . 5 Menurut Gasperz (1989:91)

      = 1 1 + 2 2 + ⋯ +     = ∑       =1   = ∑ 

     

    Menurut Amudi Pasaribu (1975:122),

    ℎ =  1 ℎ 

     = ∑     … … … … … … . 6   = ∑ ,  =  =  Menurut Gasperz (1989:91)

     = ∑  

    〱    =1   =

     ∑ 

     

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    3/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 3 

    Menurut Pasaribu (1975:123),

    ℎ = 1  

    =    

    Dengan menggunakan cara sandi, rumus empat menjadi :

    ′ = ∑    … … … … … … . 7  Dengan p = panjang kelas interval,  = variable sandi.Menurut Gasperz (1989:91)

    ∗ = ∑      =1

     

    Dari ′ , harga-harga  untuk beberapa r, dapat ditentukan berdasarkan hubungan :2 = 2′  1′ 2 3 = 3′  31′ 2′  +21′ 3 4 = 4′  41′ 3′  +61′ 22′   +31′ 4 Menurut Gasperz (1989:96)

    1 = 0 

    2 = 2∗  1∗2 3 = 3∗  31∗2∗ + 21∗3 4 = 4∗  41∗2∗ + 61∗22∗  31∗4 Contoh: Untuk menghitung empat buah momen sekitar rata-rata untuk data dalam daftar

    distribusi frekuensi, kita lakukan sebagai berikut.

    DATA

      

     

      

      

      

      

     60  –  62

    63  –  65

    66  –  68

    69  –  71

    72  –  74

    5

    18

    42

    27

    8

    -2

    -1

    0

    1

    2

    -10

    -18

    0

    27

    16

    20

    18

    0

    27

    32

    -40

    -18

    0

    27

    64

    80

    18

    0

    27

    128

     jumlah 100 0 15 97 33 253

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    4/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 4 

    Dengan menggunakan rumus (7) maka :

    1′ = 1 ∑ 1   = 3 15100 = 0,45 

    2′ = 2 ∑ 2

      = 32   97100 = 8,73 3′ = 3 ∑ 3   = 33   33100 = 8,91 4′ = 4 ∑ 4   = 34 253100 = 204,93 

    Sehingga dengan menggunakan hubungan di atas :

    2 = 2′  1′ 2 = 8,73 0,452 = 8,53 

    3 = 3′  31′ 2′  +21′ 3

     = 8,91 30,458,73 + 20,453 = 2,69 

    4 = 4′  41′ 3′  +61′ 22′   +31′ 4= 204,93 4 0,458,93 + 60,4528,73 + 30,454 = 199,38 Dari hasil ini didapat varians 2 = 2 = 8,53 

    B.  Kemiringan (Kemencengan)

    Hasan (2009:125) menyatakan kemencengan atau kecondongan ( skewness) adalah

    tingkat ketidaksimetrisan atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi. Menurut Somantri

    (2006:147), ukuran kemiringan adalah suatu ukuran yang dapat digunakan untuk

    menentukan miring tidaknya suatu kurva distribusi. Menurut Gasperz (1989:98), ukuran

    kemenjuluran atau kemencengan ( skewness) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan

    sejauh mana pergeseran dari bentuk yang simetri untuk suatu sebaran atau distribusi.

    Sedangkan menurut Herrhyanto dan Hamid (2008 : 6.2), ukuran kemiringan adalah

    ukuran yang menyatakan sebuah model distribusi yang mempunyai kemiringan tertentu.

    Jadi ukuran kemiringan adalah suatu ukuran yang dapat digunakan untukmenentukan miring tidaknya suatu kurva distribusi dibandingkan dengan bentuk yang

    simetri.

    C.  Keruncingan atau Kurtosis 

    Keruncingan atau kurtosis adalah tingkat kepuncakan dari sebuah distribusi yang

     biasanya diambil secara relatif terhadap suatu distribusi normal. (Hasan, 2009:137).

    Menurut Gasperz (1989: 104), kurtosis adalah suatu ukuran tentang keruncingan darisebuah sebaran, yang biasanya dibandingkan dengan sebaran normal. Menurut Somantri

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    5/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 5 

    (2006:151), kurtosis merupakan tingkat menggunungnya suatu distribusi, yang umumnya

    dibandingkan dengan distribusi normal”.  Sedangkan menurut Herrhyanto dan Hamid

    (2008 : 6.12), kurtosis adalah derajat kepuncakan dari suatu distribusi, biasanya diambil

    relatif terhadap distribusi normal.

    Jadi keruncingan adalah tingkat kepuncakan dari sebuah distribusi, yang biasanya

    dibandingkan dengan distribusi normal.

    D.  Koefisien Momen Kemiringan

    Untuk mengetahui bahwa konsentrasi distribusi menceng ke kanan atau

    menceng ke k iri, dapat digunakan metode-metode berikut :

    1.  Koefisien Kemencengan Pearson

    Koefisien Kemencengan Pearson merupakan nilai selisih rata-rata dengan

    modus dibagi simpangan baku. (Hasan, 2009:126). Koefisien Kemencengan

    Pearson dirumuskan sebagai berikut:

    =   Keterangan :

     sk = koefisien kemencengan Pearson

     s = simpangan baku = modusApabila secara empiris didapatkan hubungan antar nilai pusat sebagai :

     = 3  Maka rumus kemencengan diatas dapat diubah menjadi:

    = 3  2.  Koefisien Kemencengan Bowley

    Koefisien kemencengan Bowley berdasarkan pada hubungan kuartil-kuartil

    (Q1, Q2 dan Q3) dari sebuah distribusi. (Hasan, 2009:125). Begitu pula menurut

    Gasperz (1989:101) bahwa “Bowley (A.L Bowley) mendasarkan rumusnya pada

    nilai-nilai kuartil dari suatu sebaran (distribution)”.

    Koefisien kemencengan Bowley dirumuskan :

     = 3  2 2  13  2 + 2  1 

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    6/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 6 

     = 2 + −  Keterangan :  sk  B = koefisien kemencengan Bowley;

    Q = kuartil

    3. 

    Koefisien Kemencengan Persentil 

    Gasperz (1989:102) mengatakan “Ukuran Kelly merupakan suatu ukuran

    moderat antara ukuran Pearson yang didasarkan pada semua bagian data dan ukuran

    Bowley yang didasarkan pada 50% dari bagian data. Kelly mendasarkan pada

    sebaran antara persentil 90 (90  dan persentil 10 . Jadi KoefisienKemencengan Persentil didasarkan atas hubungan antar persentil (P90, P50 dan

    P10) dari sebuah distribusi (Hasan, 2009:132).

    Koefisien Kemencengan Persentil dirumuskan :

     = 90 50 50 1090 50 + 50 10   = 2 + −  

     sk  P = koefisien kemecengan persentil , P = persentil

    4.  Koefisien Kemencengan Momen

    Koefisien Kemencengan Momen didasarkan pada perbandingan momen ke-3

    dengan pangkat tiga simpangan baku. Koefisien kemencengan momen

    dilambangkan dengan α3. Koefisien kemencengan momen disebut juga

    kemencengan relatif. (Hasan, 2009:133)

    Menurut Gasperz (1989:103), kemenjuluran relatif α3 digunakan sebagai

     pengukuran kemenjuluran sekitar rata-rata sebaran teorit is (distribusi teoritis).

    Menurut Somantri (2006:149), koefisien alpha ketiga merupakan rata-rata

     penyimpangan data dari rata-ratanya dipangkatkan tiga, dibagi dengan simpangan

     baku pangkat tiga. Jadi koefisien kemencengan momen adalah nilai perbandingan

    momen ke-3 dengan pangkat tiga simpangan baku. 

    Untuk mencari nilai α3, dibedakan antara data tunggal dan data berkelompok.

    a.  Untuk data tunggal

    Koefisien kemencengan momen untuk data tunggal dirumuskan sebagai:

    á3 = 33   = 1

    33

     

    á3= koefisien kemecengan momen

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    7/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 7 

    Menurut Gasperz (1989:103),

    捦 3 = 33  3 =   3√ 23 Menurut Pasaribu (1975:128),

    á3 = 33   =   13   3=1   b.  Untuk data berkelompok

    Koefisien kemencengan momen untuk data berkelompok dirumuskan

    α3 = 〱3s3   = 1n ∑x x3f s3  

    atau α = C

    s  = ∑ fu

    n   3 ∑ fu

    n   ∑ fun   + 2 ∑ fun  

     Menurut Pasaribu (1975:128),

    á3 = 33   =   13   3

    =1    atau α = Cs  = ∑ fu

    n   3 ∑ fu

    n   ∑ fun   + 2 ∑ fun  

     dalam pemakaiannya, rumus kedua lebih praktis dan lebih mudah perhitungannya.

    E.  Koefisien Momen Keruncingan

    Untuk mengetahui keruncingan suatu distribusi, ukuran yang sering digunakan

    adalah koefisien kurtosis persentil.

    1.  Koefisien keruncingan

    Koefisien keruncingan atau koefisien kurtosis dilambangkan dengan α4 (alpha 4).

    Untuk mencari nilai koefisien keruncingan, dibedakan antara data tunggal dan

    data kelompok.

    a.  Untuk data tunggal

    α4 = 1n ∑x x4s4  Menurut Gasperz (1989:103),

    4 = 44  4 =   422 Menurut Pasaribu (1975:131),

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    8/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 8 

    á4 = 44   =   14   4

    =1   b.  Untuk data kelompok

    α4 = 1n ∑x x4f s4  atau α = Cn = ∑ fu

    n   4 ∑ fu

    n   ∑ fun   + 6 ∑ fu

    n   ∑ fun  

    3 ∑ fun    

    Menurut Pasaribu (1975:131),

    á4 = 44   =   14   4 

    =1  

    2. 

    Koefisien kurtosis persentilKoefisien kurtosis persentil dilambangkan dengan K (kappa). Untuk distribusi

    normal, nilai K=0,263 . Koefisien kurtosis persentil, dirumuskan :

    K = 12 Q  QP  P  

    F.  Sifat Distribusi Data Berdasarkan Koefisien Momen Kemiringan Dan Koefisien

    Momen Keruncingan.1.  Sifat Distribusi Data Berdasarkan Koefisien Momen Kemiringan

    Sebuah distribusi yang tidak simetris akan memiliki rata-rata, median dan

    modus yang tidak sama besarnya ( ≠  ≠ . Sehingga distribusi akanterkonsentrasi pada salah satu sisi dan kurvanya akan menceng.

    Jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kanan daripada yang ke

    kiri maka distribusi disebut menceng ke kanan atau memiliki kemencengan positif.

    Sebaliknya, jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kiri daripada yang ke

    kanan maka distribusi disebut menceng ke kiri atau memiliki kemencengan negatif.

    Jika nilai sk dihubungkan dengan keadaan kurva maka :

    a.  = 0  kurva memiliki bentuk simetrisb.  ˃ 0  nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kanan ( terletak disebelah

    kanan   ) sehingga kurva memiliiki ekor memanjang ke kanan, kurva mencengke kanan atau menceng positif.

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    9/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 9 

    c.  ˂ 0  nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kiri (  terletak disebelah  kiri  ) sehingga kurva memiliiki ekor memanjang ke kiri, kurva menceng ke kiriatau menceng negatif.

    Berikut ini gambar kurva dari distribusi yang menceng ke kanan (menceng

     positif) dan menceng ke kiri (menceng negatif).

     Mo

     

       Mo

    (a) (b)

    Gambar 1

    Keterangan : Kemencengan Distribusi (a) Menceng ke kanan (b) Menceng ke kiri

    a. Koefisien Kemencengan Pearson 

    Contoh soal : 

    Berikut ini adalah data nilai ujian statistik dari 40 mahasiswa sebuah universitas

    Nilai Ujian  Frekuensi 

    31 –  40  

    41 –  50  

    51 –  60  

    61 –  70  

    71 –  80  

    81 –  90  

    91 –  100 

    11  

    Jumlah  40  

    Tentukan nilai sk dan ujilah arah kemencengannya (gunakan kedua rumus tersebut) !

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    10/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 10 

     Penyelesaian:

    Nilai X  F  U  u

     

    F

     

     

    31 – 

     4041  –  50

    51  –  60

    61  –  70

    71  –  80

    81  –  90

    91  –  100

    35,545,5

    55,5

    65,5

    75,5

    85,5

    95,5

    11  

    -4 

    -3  

    -2  

    -1  

    16 9 

    -16 

    -9  

    -10  

    -8  

    64

    27

    20

    8

    0

    7

    8

    Jumlah 40   -32   134  

    = + ∑ ∑    = 75,5 + 103240   = 75,5 8 = 67,5 

    =  ∑   ∑   = 10 13440   3240  = 101,646 = 16,46 

     = + 12 (∑ 2)    . = 60,5 +12 40 128   . 10 = 60,5 + 10 = 70,5 

     = +   11 + 2

    . = 70,5 +   33 + 4

     = 70,5 + 4,29 = 74,34  =    = 67,5 74,3416,46   = 0,42 Dengan menggunakan cara lain :

    = 3   = 367,5 70,516,46   = 0,5 

    Oleh karena nilai  sk -nya negatif (-0,42) maka kurvanya menceng ke kiri atau

    menceng negatif.

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    11/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 11 

    b. Koefisien Kemencengan Bowley 

    Koefisien kemencengan Bowley sering juga disebut Kuartil Koefisien.

    Kemencengan.Apabila nilai sk B dihubungkan dengan keadaan kurva, didapatkan :

    a. 

    Jika Q3  - Q2 = Q2  - Q1  atau Q3  + Q1  - 2Q2 = 0 maka  sk  B  = 0 dan distribusidatanya simetri

     b.  Jika Q1 = Q2 maka sk  B = 1 dan distribusi datanya miring ke kanan

    c.  Jika Q2 = Q3 maka sk  B = -1 dan distribusi datanya miring ke kiri

    d.   sk  B = ± 0,10 menggambarkan distribusi yang menceng tidak berarti dan  sk  B>

    0,30 menggambarkan kurva yang menceng  ber ar t i. 

    Contoh soal : 

    Tentukan kemencengan kurva dari distribusi frekuensi berikut : Nilai UjianMatematika Dasar I dari 111 mahasiswa, 1997

    Nilai Ujian Frekuensi

    20,00 –  29,99

    30,00 –  39,99

    40,00 –  49,99

    50,00 – 

     59,9960,00 –  69,99

    70,00 –  79,99

    25  

    40 

    28  

    Jumla

     

    111  

    Penyelesaian:

    Kelas 1 = 3 

    1 = 1 + 14 (∑ 1) 1   . = 39,995 + 27,751325   . 10 = 45,895 Kelas 2 = 4 

    2 = 2 +12 (∑ 2) 2   . = 49,995 + 55,53840   . 10 = 54,37 

    Kelas 3 = 5 

    3 = 3 + 34 (∑ 3) 3   . = 59,995 + 83,257828   . 10 = 61,87 

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    12/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 12 

     = 3 22 + 13  1   = 61,87 254,37 +45,89561,8745,895   = 0,06 Karena  negative (0,06) maka kurva maka kurva menceng ke kiri.

    c. Koefisien Kemencengan Persentil

    Contoh Soal:

    Tentukan kemencengan kurva dari distribusi frekuensi berikut: Nilai Ujian

    Matematika Dasar I dari 111 mahasiswa, 1997

    Nilai Ujian  Frekuensi 

    20,00 –  29,99

    30,00 –  39,99

    40,00 –  49,99

    50,00 –  59,99

    60,00 –  69,99

    70,00 –  79,99

    25 

    40 

    28 

    Jumlah  111  

    Penyelesaian:

    Kelas 10 = 2 10 =  +   110(∑ 1) 1   . = 29,995 + 11,149   .10 =37,885

    Kelas 50 = 450 =  + 12 (∑ 1) 1   . = 49,995 + 55,5389   . 10 = 69,44 

    Kelas 90 = 590 =  +   910 (∑ 1) 1   . = 59,995 + 99,9789   . 10 = 84,33  = 90250 + 109010   = 84,33 269,44 +37,88584,3337,885   = 0,36 

    Karena  negative (0,36) maka kurva maka kurva menceng ke kiri.

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    13/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 13 

    d. Koefisien Kemencengan Momen 

    Apabila nilai α3dihubungkan dengan keadaan kurva, didapatkan :

    a. Untuk distribusi simetris (normal), nilai α3= 0,

     b. Untuk distribusi menceng ke kanan, nilai α3 = positif,c. Untuk distribusi menceng ke kiri, nilai α3= negatif,

    d. Menurut Karl Pearson, distribusi yang memiliki nilai α3 > ± 0,50 adalah

    distribusi yang sangat menceng

    e. Menurut Kenney dan Keeping, nilai α3  bervariasi antara ± 2 bagi distribusi

    yang menceng.

    2. 

    Sifat Distribusi Data Berdasarkan Koefisien Momen Keruncingan

    Berdasarkan keruncingannya, kurva distribusi dapat dibedakan atas tiga

    macam, yaitu sebagai berikut :

    a. Leptokurtik : Merupakan distribusi yang memiliki puncak relatif t inggi.

    b. Platikurtik : Merupakan distribusi yang memiliki puncak hampir mendatar

    c.  Mesokurtik : Merupakan d istribusi yang memiliki puncak tidak tinggi dan

    tidak   mendatar

    Bila distribusi merupakan distribusi simetris maka distribusi mesokurtikdianggap sebagai distribusi normal. Dari hasil koefisien kurtosis, ada tiga kriteria

    untuk mengetahui model distribusi dari sekumpulan data, yaitu koefisien keruncingan

    atau koefisien kurtosis dilambangkan dengan α4 (alpha 4). Jika hasil perhitungan

    koefisien keruncingan diperoleh :

    1)  Nilai lebih kecil dari 3, maka distribusinya adalah distribusi pletikurtik

    2)  Nilai lebih besar dari 3, maka distibusinya adalah distribusi leptokurtik

    3)  Nilai yang sama dengan 3, maka distribusinya adalah distribusi mesokurtik

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    14/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 14 

    leptokurtik

    mesokurtik

     platikurtik

    Gambar 2. Kurva Keruncingan

    a)  Koefisien keruncingan

    Contoh soal : tentukan keruncingan kurva dari data 2,3,6,8,11!

    Penyelesaian :

      = 6 = 3,67 X       4 2

    36

    8

    11

    -4

    -30

    2

    5

    256

    810

    16

    625

    Jumlah 0 978

    α4 = 1n

    ∑x x4s4   =

      15

     9783,674 = 195,6181,4 = 1,08

     

    Karena nilainya 1,08 (lebih kecil dari 3) maka distribusinya adalah distribusi

     platikurtik.

    b)  Koefisien kurtosis persentil

    Jika hasil perhitungan koefisien keruncingan diperoleh :

    a)  Nilai lebih kurang dari 0,263, maka distribusinya adalah distribusi pletikurtik

     b) 

     Nilai lebih lebih dari 0,263, maka distibusinya adalah distribusi leptokurtikc)  Nilai yang sama dengan 0,263, maka distribusinya adalah distribusi mesokurtik

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    15/16

     

    Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 15 

    Contoh soal : 

    Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi dari tinggi 100 mahasiswa

    universitas XYZ.

    a. Tentukan koefisien kurtosis persentil (K) !

     b. Apakah distribusinya termasuk distribusi normal !

    Tinggi (inci)  frekuensi (f) 

    60  –  62 

    63  –  65 

    66  –  68 

    69  –  71 

    72  –  74 

    18 

    42 

    27 

    Jumlah  100  

    Penyelesaian :

    Kelas Q1 = kelas ke 3 

    Q1 = B1 +14

    n ∑ f 1of Q1   . C = 65,5 + 252342   .3 = 65,64

     

    Kelas Q3 = kelas ke 4 Q3 = B3 +

    34 n ∑ f 3of Q3   . C = 68,5+ 75 6527   .3 = 69,61 Kelas P10 = kelas ke 2 

    P10 = B10 +   10100 n ∑ f 10of P10   . C = 62,5 + 1 0 518   .3 = 63,33 Kelas P90 = kelas ke 4 P90 = B90 +   90100 n ∑ f 90of P90   . C = 68,5 + 906527   .3 = 71,28 Koefisien kurtosis persentil (K) adalah :

    K = 12 Q  QP  P   = 12 69,6165,6471,2863,33   = 0,25 

    Karena nilai K = 0,25 ( K < 0,263) maka distribusinya bukan distribusi normal.

  • 8/18/2019 Momen Kemiringan Dan Keruncingan

    16/16

     

    Momen Kemiringan dan Keruncingan Page 16

    DAFTAR PUSTAKA

    Akbar, Purnomo Setiady dan Husaini Usman. 2006. Pengantar Statistika Edisi Kedua.

    Jakarta : PT Bumi Aksara

    Akdon dan Riduwan .2013. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung : Alfabeta.

    Dajan, Anto, 1986. “Pengantar Metode Statistik Jilid II”. Jakarta : LP3ES .

    Furqon. 1999. Statistika Terapan Untuk Penelitian. AFABETA:Bandung

    Gaspersz, Vincent. 1989. Statistika. Armico:Bandung

    Hamid, H.M. Akib dan Nar Herrhyanto. 2008. Statistika Dasar. Jakarta : Universitas

    Terbuka.

    Harinaldi, 2005. “ Prinsip- prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains”. Jakarta : Erlangga.

    Hasan, M. Iqbal. 2011. Pokok –  Pokok Materi Statistika 1 ( Statistik Deskriptif ). Jakarta :

    PT Bumi Aksara

    Herrhyanto, Nar. 2008. Statistika Dasar . Jakarta: Universitas Terbuka.

    Mangkuatmodjo, Soegyarto. 2004. Statistika Lanjutan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

    Pasaribu, Amudi. 1975. Pengantar Statistik . Gahlia Indonesia : Jakarta

    Rachman,Maman dan Muchsin . 1996. Konsep dan Analisis Statistik . Semarang : CV.

    IKIP Semarang Press

    Riduwan . 2010. Dasar-dasar Statistika . Bandung : Alfabeta.

    Saleh,Samsubar. 1998. STATISTIK DESKRIPTIP . Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

    Siregar,Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual

    dan Aplikasi SPSS Versi 17 . Jakarta : Rajawali Pers.

    Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin. 2006. Aplikasi statistika dalam Penelitian. pustaka

    ceria : Bandung

    Subana,dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Pustaka Setia:Bandung

    Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Raja Grafindo Persada.Jakarta

    Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

    Sudijono, Anas. 1987. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

    Sudjana, M.A., M.SC.2005. METODE STATISTIKA. Bandung: Tarsito

    Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

    Supranto, 1994. “Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 2”. Jakarta : Erlangga.

    Usman, Husaini & Setiady Akbar, Purnomo.2006. PENGANTAR STATISTIKA. Yogyakarta:

    BUMI AKSARA.

    Walpole, Ronald E, 1995. “Pengantar Statistik Edisi Ke-4”. Jakarta : PT Gramedia.