bab 7 momen, kemiringan dan...

16
Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 1 BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGAN A. Momen Misalkan diberikan variable dengan harga- harga : 1 , 2 ,…., . Jika A = sebuah bilangan tetap dan r = 0, 1, 2…, n maka momen ke-r sekitar A, disingkat β€² , didefinisikan oleh hubungan : β€² = βˆ‘( βˆ’ ) ……………….(1) Menurut Gasperz (1989:87) βˆ— = βˆ‘ ( βˆ’ ) =1 = βˆ‘ Dimana d = X - A Menurut Amudi Pasaribu (1975:123), β„Ž = ( 1 )βˆ‘( βˆ’ ) β„Ž = Untuk A = 0 didapat momen ke-r sekitar nol atau disingkat momen ke-r (momen sekitar titik asal): βˆ’ = βˆ‘ ……………..(2) Menurut Gasperz (1989:87) = 1 + 2 +β‹―+ = βˆ‘ =1 = βˆ‘ ΰ―° Menurut Amudi Pasaribu (1975:122), β„Ž = ( 1 )βˆ‘ β„Ž = Dari rumus (2) maka untuk r =1 didapat rata-rata . Jika A = kita peroleh momen ke-r sekitar rata-rata, biasa disingkat dengan . Jadi didapat : = βˆ‘( βˆ’ ) ……………….(3) Menurut Gasperz (1989:87) = βˆ‘ ( βˆ’ ) =1 = βˆ‘( βˆ’ )

Upload: hakhuong

Post on 04-Feb-2018

456 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 1

BAB 7

MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGAN

A. Momen

Misalkan diberikan variable π‘₯ dengan harga- harga : π‘₯1 ,π‘₯2 ,….,π‘₯𝑛. Jika A = sebuah

bilangan tetap dan r = 0, 1, 2…, n maka momen ke-r sekitar A, disingkat π‘šπ‘Ÿβ€²,

didefinisikan oleh hubungan :

π‘šπ‘Ÿβ€² = βˆ‘(π‘₯𝑖 βˆ’ 𝐴)

π‘Ÿ

𝑛… … … … … … . (1)

Menurut Gasperz (1989:87)

π‘šπ‘Ÿβˆ— =

βˆ‘ (𝑋𝑗 βˆ’ 𝐴)π‘Ÿπ‘›

𝑗=1

𝑛=

βˆ‘ π‘‘π‘Ÿ

𝑛

Dimana d = X - A

Menurut Amudi Pasaribu (1975:123),

π‘šβ„Ž = (1

𝑛) βˆ‘(π‘₯𝑖 βˆ’ π‘Ž)

β„Žπ‘˜

𝑖=𝑗

Untuk A = 0 didapat momen ke-r sekitar nol atau disingkat momen ke-r (momen

sekitar titik asal):

π‘šπ‘œπ‘šπ‘’π‘› π‘˜π‘’ βˆ’ π‘Ÿ =βˆ‘ π‘₯𝑖

π‘Ÿ

𝑛… … … … … . . (2)

Menurut Gasperz (1989:87)

π‘‹π‘Ÿ

=𝑋1

π‘Ÿ + 𝑋2π‘Ÿ + β‹― + 𝑋𝑛

π‘Ÿ

𝑛=

βˆ‘ π‘‹π‘—π‘Ÿπ‘›

𝑗=1

𝑛=

βˆ‘ π‘‹π‘Ÿ

ΰ―°

Menurut Amudi Pasaribu (1975:122),

π‘šβ„Ž = (1

𝑛) βˆ‘ π‘₯𝑖

β„Ž

π‘˜

𝑖=𝑗

Dari rumus (2) maka untuk r =1 didapat rata-rata π‘₯. Jika A = π‘₯ kita peroleh

momen ke-r sekitar rata-rata, biasa disingkat dengan π‘šπ‘Ÿ. Jadi didapat :

π‘šπ‘Ÿ = βˆ‘(π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯)

π‘Ÿ

𝑛… … … … … … . (3)

Menurut Gasperz (1989:87)

π‘šπ‘Ÿ =βˆ‘ (𝑋𝑗 βˆ’ 𝑋)

π‘Ÿπ‘›π‘—=1

𝑛=

βˆ‘(𝑋 βˆ’ 𝑋)π‘Ÿ

𝑛

Page 2: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 2

Menurut Amudi Pasaribu (1975:123),

π‘šβ„Ž = (1

𝑛) βˆ‘(π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯)

β„Žπ‘˜

𝑖=𝑗

Untuk r =2, rumus (3) memberikan varians 𝑠2.

Untuk membedakan apakah momen itu untuk sampel atau populasi maka dipakai simbol:

π‘šπ‘Ÿ dan π‘šπ‘Ÿβ€² untuk momen sampel dan Β΅π‘Ÿ π‘‘π‘Žπ‘› Β΅π‘Ÿβ€²untuk momen populasi .

jika π‘šπ‘Ÿ π‘‘π‘Žπ‘› π‘šπ‘Ÿβ€² adalah statistik sedangkan Β΅π‘Ÿ π‘‘π‘Žπ‘› Β΅

π‘Ÿ β€²adalah parameter.

Jika data telah disusun dalam dalam bentuk distribusi frekuensi, maka rumus-

rumus diatas berturut-turut berbentuk :

π‘šπ‘Ÿβ€² = βˆ‘ 𝑓𝑖(π‘₯𝑖 βˆ’ 𝐴)

π‘Ÿ

𝑛… … … … … … . (4)

Menurut Gasperz (1989:91),

π‘šπ‘Ÿβˆ— =

βˆ‘ 𝑓𝑗(𝑋𝑗 βˆ’ 𝐴)π‘Ÿπ‘›

𝑗=1

𝑛=

βˆ‘ 𝑓 (𝑋 βˆ’ 𝐴)π‘Ÿ

𝑛

Menurut Amudi Pasaribu (1975:123),

π‘šβ„Ž = (1

𝑛) βˆ‘(π‘₯𝑖 βˆ’ π‘Ž)

β„Žπ‘“π‘–

π‘˜

𝑖=𝑗

π‘šπ‘œπ‘šπ‘’π‘› π‘˜π‘’ βˆ’ π‘Ÿ =βˆ‘ 𝑓𝑖π‘₯㐳

π‘Ÿ

𝑛… … … … … . . (5)

Menurut Gasperz (1989:91)

π‘‹π‘Ÿ

=𝑓1𝑋

1

π‘Ÿ+ 𝑓2𝑋2

π‘Ÿ + β‹― + π‘“π‘˜π‘‹π‘˜

π‘Ÿ

𝑛=

βˆ‘ 𝑓𝑗𝑋𝑗

π‘Ÿπ‘›π‘—=1

𝑛=

βˆ‘ π‘“π‘‹π‘Ÿ

𝑛

Menurut Amudi Pasaribu (1975:122),

π‘šβ„Ž = (1

𝑛) βˆ‘ π‘₯𝑖

β„Žπ‘“π‘–

π‘˜

𝑖=𝑗

π‘šπ‘Ÿ = βˆ‘ 𝑓

𝑖(π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯)

π‘Ÿ

𝑛… … … … … … . (6)

π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› 𝑛 = βˆ‘ 𝑓𝑖 , π‘₯𝑖 = π‘‘π‘Žπ‘›π‘‘π‘Ž π‘˜π‘’π‘™π‘Žπ‘  π‘–π‘›π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘£π‘Žπ‘™

π‘‘π‘Žπ‘› 𝑓𝑖 = π‘“π‘Ÿπ‘’π‘˜π‘’π‘’π‘›π‘ π‘– π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘ π‘’π‘ π‘’π‘Žπ‘– π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› π‘₯𝑖

Menurut Gasperz (1989:91)

π‘šπ‘Ÿ =βˆ‘ 𝑓〱(𝑋𝑗 βˆ’ 𝑋)

π‘Ÿπ‘›π‘—=1

𝑛=

βˆ‘ 𝑓(𝑋 βˆ’ 𝑋)π‘Ÿ

𝑛

Page 3: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 3

Menurut Pasaribu (1975:123),

π‘šβ„Ž = (1

𝑛) βˆ‘(π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯)

β„Žπ‘˜

𝑖=𝑗

𝑓𝑖

Dengan menggunakan cara sandi, rumus empat menjadi :

π‘šπ‘Ÿβ€² = π‘π‘Ÿβˆ‘ 𝑓

𝑖𝑐𝑖

π‘Ÿ

𝑛… … … … … … . (7)

Dengan p = panjang kelas interval, 𝑐𝑖 = variable sandi.

Menurut Gasperz (1989:91)

π‘šπ‘Ÿβˆ— = π‘π‘Ÿ

βˆ‘ π‘“π‘—π‘’π‘—π‘Ÿπ‘˜

𝑗=1

𝑛

Dari π‘šπ‘Ÿβ€² , harga-harga π‘šπ‘Ÿ untuk beberapa r, dapat ditentukan berdasarkan hubungan :

π‘š2 = π‘š2β€² βˆ’ (π‘š

1

β€²)

2

π‘š3 = π‘š3β€² βˆ’ 3π‘š1

β€² π‘š2β€² + 2(π‘š

1

β€²)

3

π‘š4 = π‘š4β€² βˆ’ 4π‘š1

β€² π‘š3β€² + 6(π‘š

1

β€²)

2π‘š2

β€² + 3(π‘š1

β€²)

4

Menurut Gasperz (1989:96)

π‘š1 = 0

π‘š2 = π‘š2βˆ— βˆ’ (π‘š1

βˆ—)2

π‘š3 = π‘š3βˆ— βˆ’ 3π‘š1

βˆ—π‘š2βˆ— + 2(π‘š1

βˆ—)3

π‘š4 = π‘š4βˆ— βˆ’ 4π‘š1

βˆ—π‘š2βˆ— + 6(π‘š1

βˆ—)2π‘š2

βˆ— βˆ’ 3(π‘š1βˆ—)

4

Contoh: Untuk menghitung empat buah momen sekitar rata-rata untuk data dalam daftar

distribusi frekuensi, kita lakukan sebagai berikut.

DATA π’‡π’Š π’„π’Š π’‡π’Šπ’„π’Š π’‡π’Šπ’„β–πŸ π’‡π’Šπ’„π’Š

πŸ‘ π’‡π’Šπ’„π’ŠπŸ’

60 – 62

63 – 65

66 – 68

69 – 71

72 – 74

5

18

42

27

8

-2

-1

0

1

2

-10

-18

0

27

16

20

18

0

27

32

-40

-18

0

27

64

80

18

0

27

128

jumlah 100 0 15 97 33 253

Page 4: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 4

Dengan menggunakan rumus (7) maka :

π‘š1β€² = 𝑝1

βˆ‘ 𝑓𝑖𝑐𝑖

1

𝑛= 3

15

100= 0,45

π‘š2β€² = 𝑝2

βˆ‘ 𝑓𝑖𝑐𝑖2

𝑛= 32

97

100= 8,73

π‘š3β€² = 𝑝3

βˆ‘ 𝑓𝑖𝑐𝑖3

𝑛= 33 33

100= 8,91

π‘š4β€² = 𝑝4 βˆ‘ 𝑓𝑖𝑐𝑖

4

𝑛= 34 253

100= 204,93

Sehingga dengan menggunakan hubungan di atas :

π‘š2 = π‘š2β€² βˆ’ (π‘š

1

β€²)

2= 8,73 βˆ’ (0,45)

2= 8,53

π‘š3 = π‘š3β€² βˆ’ 3π‘š1

β€² π‘š2β€² + 2(π‘š

1

β€²)

3= 8,91 βˆ’ 3(0,45)(8,73) + 2(0,45)3 = βˆ’2,69

π‘š4 = π‘š4β€² βˆ’ 4π‘š1

β€² π‘š3β€² + 6(π‘š

1

β€²)

2π‘š2

β€² + 3(π‘š1

β€²)

4

= 204,93 βˆ’ 4 (0,45)(8,93) + 6(0,45)2(8,73) + 3(0,45)4 = 199,38

Dari hasil ini didapat varians 𝑠2 = π‘š2 = 8,53

B. Kemiringan (Kemencengan)

Hasan (2009:125) menyatakan kemencengan atau kecondongan (skewness) adalah

tingkat ketidaksimetrisan atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi. Menurut Somantri

(2006:147), ukuran kemiringan adalah suatu ukuran yang dapat digunakan untuk

menentukan miring tidaknya suatu kurva distribusi. Menurut Gasperz (1989:98), ukuran

kemenjuluran atau kemencengan (skewness) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan

sejauh mana pergeseran dari bentuk yang simetri untuk suatu sebaran atau distribusi.

Sedangkan menurut Herrhyanto dan Hamid (2008 : 6.2), ukuran kemiringan adalah

ukuran yang menyatakan sebuah model distribusi yang mempunyai kemiringan tertentu.

Jadi ukuran kemiringan adalah suatu ukuran yang dapat digunakan untuk

menentukan miring tidaknya suatu kurva distribusi dibandingkan dengan bentuk yang

simetri.

C. Keruncingan atau Kurtosis

Keruncingan atau kurtosis adalah tingkat kepuncakan dari sebuah distribusi yang

biasanya diambil secara relatif terhadap suatu distribusi normal. (Hasan, 2009:137).

Menurut Gasperz (1989: 104), kurtosis adalah suatu ukuran tentang keruncingan dari

sebuah sebaran, yang biasanya dibandingkan dengan sebaran normal. Menurut Somantri

Page 5: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 5

(2006:151), kurtosis merupakan tingkat menggunungnya suatu distribusi, yang umumnya

dibandingkan dengan distribusi normal”. Sedangkan menurut Herrhyanto dan Hamid

(2008 : 6.12), kurtosis adalah derajat kepuncakan dari suatu distribusi, biasanya diambil

relatif terhadap distribusi normal.

Jadi keruncingan adalah tingkat kepuncakan dari sebuah distribusi, yang biasanya

dibandingkan dengan distribusi normal.

D. Koefisien Momen Kemiringan

Untuk mengetahui bahwa konsentrasi distribusi menceng ke kanan atau

menceng ke kiri, dapat digunakan metode-metode berikut :

1. Koefisien Kemencengan Pearson

Koefisien Kemencengan Pearson merupakan nilai selisih rata-rata dengan

modus dibagi simpangan baku. (Hasan, 2009:126). Koefisien Kemencengan

Pearson dirumuskan sebagai berikut:

π‘ π‘˜ =π‘₯ βˆ’ π‘€π‘œ

𝑠

Keterangan :

sk = koefisien kemencengan Pearson

s = simpangan baku

π‘€π‘œ = modus

Apabila secara empiris didapatkan hubungan antar nilai pusat sebagai :

π‘₯ βˆ’ π‘€π‘œ = 3(π‘₯ βˆ’ 𝑀𝑒)

Maka rumus kemencengan diatas dapat diubah menjadi:

π‘ π‘˜ =3(π‘₯ βˆ’ 𝑀𝑒)

𝑠

2. Koefisien Kemencengan Bowley

Koefisien kemencengan Bowley berdasarkan pada hubungan kuartil-kuartil

(Q1, Q2 dan Q3) dari sebuah distribusi. (Hasan, 2009:125). Begitu pula menurut

Gasperz (1989:101) bahwa β€œBowley (A.L Bowley) mendasarkan rumusnya pada

nilai-nilai kuartil dari suatu sebaran (distribution)”.

Koefisien kemencengan Bowley dirumuskan :

π‘ π‘˜π΅ =(𝑄

3βˆ’ 𝑄2) βˆ’ (𝑄2 βˆ’ 𝑄1)

(𝑄3

βˆ’ 𝑄2) + (𝑄2 βˆ’ 𝑄1)

Page 6: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 6

π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ π‘ π‘˜π΅ =𝑄3βˆ’2𝑄2 + 𝑄1

𝑄3βˆ’π‘„1

Keterangan : skB = koefisien kemencengan Bowley;

Q = kuartil

3. Koefisien Kemencengan Persentil

Gasperz (1989:102) mengatakan β€œUkuran Kelly merupakan suatu ukuran

moderat antara ukuran Pearson yang didasarkan pada semua bagian data dan ukuran

Bowley yang didasarkan pada 50% dari bagian data. Kelly mendasarkan pada

sebaran antara persentil 90 (𝑃90) dan persentil 10 (𝑃10). Jadi Koefisien

Kemencengan Persentil didasarkan atas hubungan antar persentil (P90, P50 dan

P10) dari sebuah distribusi (Hasan, 2009:132).

Koefisien Kemencengan Persentil dirumuskan :

π‘ π‘˜π‘ƒ =(𝑃

90βˆ’ 𝑃50) βˆ’ (𝑃50 βˆ’ 𝑃10)

(𝑃90

βˆ’ 𝑃50) + (𝑃50 βˆ’ 𝑃10)

π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ π‘ π‘˜π‘ƒ =𝑃90βˆ’2𝑃50 + 𝑃10

𝑃90βˆ’π‘ƒ10

skP = koefisien kemecengan persentil , P = persentil

4. Koefisien Kemencengan Momen

Koefisien Kemencengan Momen didasarkan pada perbandingan momen ke-3

dengan pangkat tiga simpangan baku. Koefisien kemencengan momen

dilambangkan dengan Ξ±3. Koefisien kemencengan momen disebut juga

kemencengan relatif. (Hasan, 2009:133)

Menurut Gasperz (1989:103), kemenjuluran relatif Ξ±3 digunakan sebagai

pengukuran kemenjuluran sekitar rata-rata sebaran teoritis (distribusi teoritis).

Menurut Somantri (2006:149), koefisien alpha ketiga merupakan rata-rata

penyimpangan data dari rata-ratanya dipangkatkan tiga, dibagi dengan simpangan

baku pangkat tiga. Jadi koefisien kemencengan momen adalah nilai perbandingan

momen ke-3 dengan pangkat tiga simpangan baku.

Untuk mencari nilai Ξ±3, dibedakan antara data tunggal dan data berkelompok.

a. Untuk data tunggal

Koefisien kemencengan momen untuk data tunggal dirumuskan sebagai:

Γ‘3 =𝑀3

𝑠3 =

1𝑛

βˆ‘(π‘₯ βˆ’ π‘₯)3

𝑠3

Γ‘3= koefisien kemecengan momen

Page 7: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 7

Menurut Gasperz (1989:103),

捦3 =π‘š3

𝑠3 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ π‘Ž3 =π‘š3

(βˆšπ‘š2)3

Menurut Pasaribu (1975:128),

Γ‘3 =π‘š3

𝑠3 =1

𝑛𝑠3 βˆ‘(π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯)3

𝑛

𝑖=1

b. Untuk data berkelompok

Koefisien kemencengan momen untuk data berkelompok dirumuskan

Ξ±3 =γ€±3

s3 =

1n

βˆ‘(x βˆ’ x)3f

s3

atau Ξ±3 =C3

s3 = (βˆ‘ fu3

nβˆ’ 3 (

βˆ‘ fu2

n) (

βˆ‘ fu

n) + 2 (

βˆ‘ fu

n)

3

)

Menurut Pasaribu (1975:128),

Γ‘3 =π‘š3

𝑠3 =1

𝑛𝑠3 βˆ‘(π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯)3

𝑛

𝑖=1

𝑓𝑖

atau Ξ±3 =C3

s3 = (βˆ‘ fu3

nβˆ’ 3 (

βˆ‘ fu2

n) (

βˆ‘ fu

n) + 2 (

βˆ‘ fu

n)

3

)

dalam pemakaiannya, rumus kedua lebih praktis dan lebih mudah perhitungannya.

E. Koefisien Momen Keruncingan

Untuk mengetahui keruncingan suatu distribusi, ukuran yang sering digunakan

adalah koefisien kurtosis persentil.

1. Koefisien keruncingan

Koefisien keruncingan atau koefisien kurtosis dilambangkan dengan Ξ±4 (alpha 4).

Untuk mencari nilai koefisien keruncingan, dibedakan antara data tunggal dan

data kelompok.

a. Untuk data tunggal

Ξ±4 =

1n

βˆ‘(x βˆ’ x)4

s4

Menurut Gasperz (1989:103),

π‘Ž4 =π‘š4

𝑠4 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ π‘Ž4 =π‘š4

π‘š22

Menurut Pasaribu (1975:131),

Page 8: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 8

Γ‘4 =π‘š4

𝑠4=

1

𝑛𝑠4βˆ‘(π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯)

4𝑛

𝑖=1

b. Untuk data kelompok

Ξ±4 =

1n

βˆ‘(x βˆ’ x)4f

s4

atau Ξ±4 =C4

n4 = (βˆ‘ fu4

nβˆ’ 4 (

βˆ‘ fu3

n) (

βˆ‘ fu

n) + 6 (

βˆ‘ fu2

n) (

βˆ‘ fu

n)

2

βˆ’ 3 (βˆ‘ fu

n)

4

)

Menurut Pasaribu (1975:131),

Γ‘4 =π‘š4

𝑠4 =1

𝑛𝑠4 βˆ‘(π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯)4𝑓𝑖

𝑛

𝑖=1

2. Koefisien kurtosis persentil

Koefisien kurtosis persentil dilambangkan dengan K (kappa). Untuk distribusi

normal, nilai K=0,263 . Koefisien kurtosis persentil, dirumuskan :

K =

12

(Q3 βˆ’ Q1)

P90 βˆ’ P10

F. Sifat Distribusi Data Berdasarkan Koefisien Momen Kemiringan Dan Koefisien

Momen Keruncingan.

1. Sifat Distribusi Data Berdasarkan Koefisien Momen Kemiringan

Sebuah distribusi yang tidak simetris akan memiliki rata-rata, median dan

modus yang tidak sama besarnya (π‘₯ β‰  𝑀𝑒 β‰  π‘€π‘œ). Sehingga distribusi akan

terkonsentrasi pada salah satu sisi dan kurvanya akan menceng.

Jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kanan daripada yang ke

kiri maka distribusi disebut menceng ke kanan atau memiliki kemencengan positif.

Sebaliknya, jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kiri daripada yang ke

kanan maka distribusi disebut menceng ke kiri atau memiliki kemencengan negatif.

Jika nilai sk dihubungkan dengan keadaan kurva maka :

a. π‘ π‘˜ = 0 kurva memiliki bentuk simetris

b. π‘ π‘˜ Λƒ 0 nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kanan (π‘₯ terletak disebelah

kanan π‘€π‘œ ) sehingga kurva memiliiki ekor memanjang ke kanan, kurva menceng

ke kanan atau menceng positif.

Page 9: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 9

c. π‘ π‘˜ Λ‚ 0 nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kiri (π‘₯ terletak disebelah

kiri π‘€π‘œ ) sehingga kurva memiliiki ekor memanjang ke kiri, kurva menceng ke kiri

atau menceng negatif.

Berikut ini gambar kurva dari distribusi yang menceng ke kanan (menceng

positif) dan menceng ke kiri (menceng negatif).

Mo π‘₯ π‘₯ Mo

(a) (b)

Gambar 1

Keterangan : Kemencengan Distribusi (a) Menceng ke kanan (b) Menceng ke kiri

a. Koefisien Kemencengan Pearson

Contoh soal :

Berikut ini adalah data nilai ujian statistik dari 40 mahasiswa sebuah universitas

Nilai Ujian Frekuensi

31 – 40

41 – 50

51 – 60

61 – 70

71 – 80

81 – 90

91 – 100

4

3

5

8

11

7

2

Jumlah 40

Tentukan nilai sk dan ujilah arah kemencengannya (gunakan kedua rumus tersebut) !

Page 10: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 10

Penyelesaian:

Nilai X F U u

2

F

u

f

u

2

31 – 40

41 – 50

51 – 60

61 – 70

71 – 80

81 – 90

91 – 100

35,5

45,5

55,5

65,5

75,5

85,5

95,5

4

3

5

8

11

7

2

-4

-3

-2

-1

0

1

2

16

9

4

1

0

1

4

-16

-9

-10

-8

0

7

4

64

27

20

8

0

7

8

Jumlah 40 -32 134

π‘₯ = 𝑀 + πΆβˆ‘ π‘“π‘’βˆ‘ 𝑓

= 75,5 + 10 (βˆ’32

40) = 75,5 βˆ’ 8 = 67,5

𝑠 = πΆβˆšβˆ‘ 𝑓𝑒2

π‘›βˆ’ (

βˆ‘ 𝑓𝑒

𝑛)

2

= 10√134

40βˆ’ (

βˆ’32

40)

2

= 10(1,646) = 16,46

𝑀𝑒 = 𝐡 +

12 𝑛 βˆ’ (βˆ‘ 𝑓

2)π‘œ

𝑓𝑀𝑒

. 𝐢 = 60,5 +

12 40 βˆ’ 12

8. 10 = 60,5 + 10 = 70,5

π‘€π‘œ = 𝐿 +𝑑1

𝑑1 + 𝑑2. 𝐢 = 70,5 +

3

3 + 4= 70,5 + 4,29 = 74,34

π‘ π‘˜ =π‘₯ βˆ’ π‘€π‘œ

𝑠=

67,5 βˆ’ 74,34

16,46= βˆ’0,42

Dengan menggunakan cara lain :

π‘ π‘˜ =3(π‘₯ βˆ’ 𝑀𝑒)

𝑠

π‘ π‘˜ =3(67,5 βˆ’ 70,5)

16,46= βˆ’0,5

Oleh karena nilai sk-nya negatif (-0,42) maka kurvanya menceng ke kiri atau

menceng negatif.

Page 11: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 11

b. Koefisien Kemencengan Bowley

Koefisien kemencengan Bowley sering juga disebut Kuartil Koefisien.

Kemencengan.Apabila nilai skB dihubungkan dengan keadaan kurva, didapatkan :

a. Jika Q3 - Q2 = Q2 - Q1 atau Q3 + Q1 - 2Q2 = 0 maka skB = 0 dan distribusi

datanya simetri

b. Jika Q1 = Q2 maka skB = 1 dan distribusi datanya miring ke kanan

c. Jika Q2 = Q3 maka skB = -1 dan distribusi datanya miring ke kiri

d. skB = Β± 0,10 menggambarkan distribusi yang menceng tidak berarti dan skB>

0,30 menggambarkan kurva yang menceng berarti.

Contoh soal :

Tentukan kemencengan kurva dari distribusi frekuensi berikut : Nilai Ujian

Matematika Dasar I dari 111 mahasiswa, 1997

Nilai Ujian Frekuensi

20,00 – 29,99

30,00 – 39,99

40,00 – 49,99

50,00 – 59,99

60,00 – 69,99

70,00 – 79,99

4

9

25

40

28

5

Jumla

h

111

Penyelesaian:

Kelas 𝑄1 = π‘˜π‘’π‘™π‘Žπ‘  π‘˜π‘’ βˆ’ 3

𝑄1 = 𝐡1 +

14 𝑛 βˆ’ (βˆ‘ 𝑓1)π‘œ

𝑓𝑄1

. 𝐢 = 39,995 +27,75 βˆ’ 13

25. 10 = 45,895

Kelas 𝑄2 = π‘˜π‘’π‘™π‘Žπ‘  π‘˜π‘’ βˆ’ 4

𝑄2 = 𝐡2 +

12 𝑛 βˆ’ (βˆ‘ 𝑓

2)π‘œ

𝑓𝑄2

. 𝐢 = 49,995 +55,5 βˆ’ 38

40. 10 = 54,37

Kelas 𝑄3 = π‘˜π‘’π‘™π‘Žπ‘  π‘˜π‘’ βˆ’ 5

𝑄3 = 𝐡3 +

34 𝑛 βˆ’ (βˆ‘ 𝑓3)π‘œ

𝑓𝑄3

. 𝐢 = 59,995 +83,25 βˆ’ 78

28. 10 = 61,87

Page 12: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 12

π‘ π‘˜π΅ =𝑄3 βˆ’ 2𝑄2 + 𝑄1

𝑄3 βˆ’ 𝑄1

=61,87 βˆ’ 2(54,37) + 45,895

61,87 βˆ’ 45,895= βˆ’0,06

Karena π‘ π‘˜π΅ negative (βˆ’0,06) maka kurva maka kurva menceng ke kiri.

c. Koefisien Kemencengan Persentil

Contoh Soal:

Tentukan kemencengan kurva dari distribusi frekuensi berikut: Nilai Ujian

Matematika Dasar I dari 111 mahasiswa, 1997

Nilai Ujian Frekuensi

20,00 – 29,99

30,00 – 39,99

40,00 – 49,99

50,00 – 59,99

60,00 – 69,99

70,00 – 79,99

4

9

25

40

28

5

Jumlah 111

Penyelesaian:

Kelas 𝑃10 = π‘˜π‘’π‘™π‘Žπ‘  π‘˜π‘’ βˆ’ 2

𝑃10 = 𝐡𝑏 +1

10π‘›βˆ’(βˆ‘ 𝑓1)π‘œ

𝑓𝑄1

. 𝐢 = 29,995 +11,1βˆ’4

9. 10 =37,885

Kelas 𝑃50 = π‘˜π‘’π‘™π‘Žπ‘  π‘˜π‘’ βˆ’4

𝑃50 = 𝐡𝑏 +

12 𝑛 βˆ’ (βˆ‘ 𝑓1)π‘œ

𝑓𝑄1

. 𝐢 = 49,995 +55,5 βˆ’ 38

9. 10 = 69,44

Kelas 𝑃90 = π‘˜π‘’π‘™π‘Žπ‘  π‘˜π‘’ βˆ’5

𝑃90 = 𝐡𝑏 +

910 𝑛 βˆ’ (βˆ‘ 𝑓1)π‘œ

𝑓𝑄1

. 𝐢 = 59,995 +99,9 βˆ’ 78

9. 10 = 84,33

π‘ π‘˜π‘ƒ =𝑃90βˆ’2𝑃50 + 𝑃10

𝑃90βˆ’π‘ƒ10=

84,33 βˆ’ 2(69,44) + 37,885

84,33 βˆ’ 37,885= βˆ’0,36

Karena π‘ π‘˜π΅ negative (βˆ’0,36) maka kurva maka kurva menceng ke kiri.

Page 13: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 13

d. Koefisien Kemencengan Momen

Apabila nilai Ξ±3dihubungkan dengan keadaan kurva, didapatkan :

a. Untuk distribusi simetris (normal), nilai Ξ±3= 0,

b. Untuk distribusi menceng ke kanan, nilai Ξ±3 = positif,

c. Untuk distribusi menceng ke kiri, nilai Ξ±3= negatif,

d. Menurut Karl Pearson, distribusi yang memiliki nilai Ξ±3 > Β± 0,50 adalah

distribusi yang sangat menceng

e. Menurut Kenney dan Keeping, nilai Ξ±3 bervariasi antara Β± 2 bagi distribusi

yang menceng.

2. Sifat Distribusi Data Berdasarkan Koefisien Momen Keruncingan

Berdasarkan keruncingannya, kurva distribusi dapat dibedakan atas tiga

macam, yaitu sebagai berikut :

a. Leptokurtik : Merupakan distribusi yang memiliki puncak relatif tinggi.

b. Platikurtik : Merupakan distribusi yang memiliki puncak hampir mendatar

c. Mesokurtik : Merupakan distribusi yang memiliki puncak tidak tinggi dan

tidak mendatar

Bila distribusi merupakan distribusi simetris maka distribusi mesokurtik

dianggap sebagai distribusi normal. Dari hasil koefisien kurtosis, ada tiga kriteria

untuk mengetahui model distribusi dari sekumpulan data, yaitu koefisien keruncingan

atau koefisien kurtosis dilambangkan dengan Ξ±4 (alpha 4). Jika hasil perhitungan

koefisien keruncingan diperoleh :

1) Nilai lebih kecil dari 3, maka distribusinya adalah distribusi pletikurtik

2) Nilai lebih besar dari 3, maka distibusinya adalah distribusi leptokurtik

3) Nilai yang sama dengan 3, maka distribusinya adalah distribusi mesokurtik

Page 14: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 14

leptokurtik

mesokurtik

platikurtik

Gambar 2. Kurva Keruncingan

a) Koefisien keruncingan

Contoh soal : tentukan keruncingan kurva dari data 2,3,6,8,11!

Penyelesaian :

𝑋 = 6 𝑠 = 3,67

X 𝑋 βˆ’ 𝑋 (𝑋 βˆ’ 𝑋)4

2

3

6

8

11

-4

-3

0

2

5

256

81

0

16

625

Jumlah 0 978

Ξ±4 =

1n

βˆ‘(x βˆ’ x)4

s4 =

15 978

(3,67)4 =

195,6

181,4= 1,08

Karena nilainya 1,08 (lebih kecil dari 3) maka distribusinya adalah distribusi

platikurtik.

b) Koefisien kurtosis persentil

Jika hasil perhitungan koefisien keruncingan diperoleh :

a) Nilai lebih kurang dari 0,263, maka distribusinya adalah distribusi pletikurtik

b) Nilai lebih lebih dari 0,263, maka distibusinya adalah distribusi leptokurtik

c) Nilai yang sama dengan 0,263, maka distribusinya adalah distribusi mesokurtik

Page 15: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 15

Contoh soal :

Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi dari tinggi 100 mahasiswa

universitas XYZ.

a. Tentukan koefisien kurtosis persentil (K) !

b. Apakah distribusinya termasuk distribusi normal !

Tinggi (inci) frekuensi (f)

60 – 62

63 – 65

66 – 68

69 – 71

72 – 74

5

18

42

27

8

Jumlah 100

Penyelesaian :

Kelas Q1 = kelas ke βˆ’ 3

Q1 = B1 +

14 n βˆ’ (βˆ‘ f1)o

fQ1. C = 65,5 +

25 βˆ’ 23

42. 3 = 65,64

Kelas Q3 = kelas ke βˆ’ 4

Q3 = B3 +

34 n βˆ’ (βˆ‘ f3)o

fQ3. C = 68,5 +

75 βˆ’ 65

27. 3 = 69,61

Kelas P10 = kelas ke βˆ’ 2

P10 = B10 +

10100 n βˆ’ (βˆ‘ f10)o

fP10. C = 62,5 +

10 βˆ’ 5

18. 3 = 63,33

Kelas P90 = kelas ke βˆ’ 4

P90 = B90 +

90100 n βˆ’ (βˆ‘ f90)o

fP90. C = 68,5 +

90 βˆ’ 65

27. 3 = 71,28

Koefisien kurtosis persentil (K) adalah :

K =

12

(Q3 βˆ’ Q1)

P90 βˆ’ P10=

12

(69,61 βˆ’ 65,64)

71,28 βˆ’ 63,33= 0,25

Karena nilai K = 0,25 (K < 0,263) maka distribusinya bukan distribusi normal.

Page 16: BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGANstatistikdasar.com/files/materi/momen_kemiringan_dan_keruncingan.pdfΒ Β· C. Keruncingan atau Kurtosis ... 104), kurtosis adalah suatu ukuran

Momen, Kemiringan, dan Keruncingan Page 16

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Purnomo Setiady dan Husaini Usman. 2006. Pengantar Statistika Edisi Kedua.

Jakarta : PT Bumi Aksara

Akdon dan Riduwan .2013. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung : Alfabeta.

Dajan, Anto, 1986. β€œPengantar Metode Statistik Jilid II”. Jakarta : LP3ES .

Furqon. 1999. Statistika Terapan Untuk Penelitian. AFABETA:Bandung

Gaspersz, Vincent. 1989. Statistika. Armico:Bandung

Hamid, H.M. Akib dan Nar Herrhyanto. 2008. Statistika Dasar. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Harinaldi, 2005. β€œPrinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains”. Jakarta : Erlangga.

Hasan, M. Iqbal. 2011. Pokok – Pokok Materi Statistika 1 ( Statistik Deskriptif ). Jakarta :

PT Bumi Aksara

Herrhyanto, Nar. 2008. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mangkuatmodjo, Soegyarto. 2004. Statistika Lanjutan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pasaribu, Amudi. 1975. Pengantar Statistik. Gahlia Indonesia : Jakarta

Rachman,Maman dan Muchsin . 1996. Konsep dan Analisis Statistik. Semarang : CV.

IKIP Semarang Press

Riduwan . 2010. Dasar-dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.

Saleh,Samsubar. 1998. STATISTIK DESKRIPTIP. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Siregar,Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual

dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta : Rajawali Pers.

Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin. 2006. Aplikasi statistika dalam Penelitian. pustaka

ceria : Bandung

Subana,dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Pustaka Setia:Bandung

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Raja Grafindo Persada.Jakarta

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Sudijono, Anas. 1987. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Sudjana, M.A., M.SC.2005. METODE STATISTIKA. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Supranto, 1994. β€œStatistik Teori dan Aplikasi Jilid 2”. Jakarta : Erlangga.

Usman, Husaini & Setiady Akbar, Purnomo.2006. PENGANTAR STATISTIKA. Yogyakarta:

BUMI AKSARA.

Walpole, Ronald E, 1995. β€œPengantar Statistik Edisi Ke-4”. Jakarta : PT Gramedia.