mekanisme epilepsi
TRANSCRIPT
Dasar serangan epilepsi adalah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi
pada sinaps. Ada dua jenis neurotransmiter, yakni neurotransmiter eksitasi yang memudahkan
depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotrnasmiter inhibisi yang menimbulkan
hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah untuk melepaskan impuls
istrik. Dalam keadaan istirahat, membran neuron memiliki potensial listrik tertentu dan
berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membran
neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik. Oleh berbagai faktor, diantaranya
keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi neuron sehingga membran
mudah dilalui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstraseluler ke ruangan intraseluler. Influks
Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebihan,
tidak teratur dan tidak terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron
secara sinkron merupaan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu sifat khas dari suatu serangan
epilepsi adalah bahwa beberapa saat serangan epilepsi berhenti akibat pengaruh proses
inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar serangan epileptik, dan
berbagai mekanisme lain.
Seorang penderita grand mal memperlihatkan serangan sebagai berikut. Secara tiba-
tiba ia hilang kesadaran dan langsung dalam waktu yang singkat ia berkejang-kejang.
Gambaran kejang dapat dijelaskan dengan fenomena lepas lepas muatan listrik akibat
perangsangan seluruh neuron kortikal. Dalam hal tersebut, yang secara primer melepaskan
muatan listriknya adalah nuclei intralaminer talami, yang dikenal juga sebagai inti
“centrecephalis”, inti tersebut merupakan terminal dari lintasan asenden aspesifik atau
lintasan asendens ekstralemniskal. Pada grand mal, oleh karena sebab yang tidak dipastikan,
terjadilah lepas muatan listrik dari inti-inti intraluminar talamik secara berlebihan.
Perangsangan talamokortikal yang berlebihan ini menghasilkan kejang otot seluruh tubuh
(konvulsi umum) dan sekaligus menghalangi neuron pembina kesadaran menerima impuls
aferen dari dunia luar hingga kehilangan kesadaran. Pada epilepsi grand mal juga sering
terjadi ngompol (inkontinensia urine) karena kontraksi tonik involunter. Akibat lepasnya
muatan listrik dari neuron-neuron otak yang berlebihan, hal ini menyebabkan tidak dapat
dikendalikannya kontraksi otot yang terus menerus akibat dari neurotransmiter-
neurotransmiter eksitator yang dilepaskan oleh neuron tersebut. Mulut berbusa dan liur
bercampur darah juga sering terjadi pada epilepsi jenis ini, hal tersebut dikarenakan jumlah
produksi air liur pada saat serangan kejang menjadi meningkat dan akibat hembusan nafas
menyebabkan air liur biasanya berbusa, kadang bercampur darah diakibatkan karena pada
saat serangan pasien sering menggigit lidahnya sendiri.