materi kuliah onkologi smt vi
DESCRIPTION
onkologiTRANSCRIPT
KARSINOMA NASOFARING
dr. Willy Yusmawan, Sp THT-KL, Msi MedBagian Onkologi THT –KL
RS dr. Kariadi Semarang
KANKER DI BIDANG THT
Karsinoma nasofaring Karsinoma sinonasal Karsinoma laring Limfoma Non Hodgkin Karsinoma lidah dan rongga mulut Karsinoma telinga Karsinoma esofagus
KNF tumor ganas yg b’asal dr sel epitel yg melapisi daerah nasofaring
THT-KL: KNF ↑ (> 60%), hidung - SPN (18%), laring (16%), rongga mulut, tonsil & hipofaring
Kanker Nasofaring
Always a challenging problem, both from the diagnostic and therapeutic standpoint, malignant lesions of the nasopharynx are perhaps the most commonly misdiagnosed, most poorly understood, and most pessimistically regarded of all tumours of the upper part of the respiratory tract ( Scanlon,1958)
Merupakan keganasan tersering di bagian THT-KL
Umumnya terdiagnosis dalam stadium yang cukup lanjut
Etiologi multifaktor Laki laki : perempuan, 2-3 : 1 Sering pada dekade 4-5 Frekuensi di Asia cukup tinggi
Klasifikasi WHO pada KNF
2006 2007 2008 20090
10
20
30
40
50
60
WHO 1WHO 2WHO 3
Usia pada KNF
≤ 10 11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
> 700
5
10
15
20
25
30
35
2006200720082009
Stadium pada KNF
2006 2007 2008 20090
10
20
30
40
50
60
70
Stage 1Stage 2Stage 3Stage 4
Diagnosis dini sulitFase awal tdk bergejalaMetastasis cepat
Metastasis KGBLeher AksilaInguinal ??
• Metastastasis jauh Paru Hati Tulang
Prognosis buruktumor primer dekat dasar tengkorak & struktur penting lainsifat invasifsulitnya ditemukan gejala awalsulitnya pemeriksaan nasofaring
EPIDEMIOLOGI
65.000 / thn Usia 30-40 & 50-60
thn Pria : Wanita = 3 :
1
<1 / 100.000 /thn
2,62 / 100.000 /thn
0,2-0,3 / 100.000 /thn
endemis
6,2 / 100.000/thn
10-53 / 100.000 /thn
1 / 100.000 /thn
ETIOLOGI
RasGenetikSalty fishPolisiklik
hidrokarbon ( arang)
-Merokok
5 Sign of NPC
Gejala telingaGejala hidung
Gejala leher
Gejala mataGejala kepala
Gejala dan tandaGejala pendengaran :- Telinga gemrebeg- Terasa tersumbat- Kurang pendegaran
ringan
Gejala hidung :- Hidung tersumbat- Epistaksis
Gejala leher :- Pembesaran kelenjar
limfe leher
Foramen laserum : N III, N IV, NVIForamen jugulare N IX, N X, N XI, N
XII
Gejala mata :- Ptosis- Strabismus
konvergen
Gejala intrakranial :- Nyeri kepala- Gangguan menelan
Pemeriksaan fisik
Sederhana- Rinoskopi anterior- Rinoskopi posterior
Lanjutan :- Nasofaringoskopi
dan biopsi- CT scan
Histopatology
Berdasarkan WHO :- WHO tipe 1 : KSS berkeratin- WHO tpe 2 : KSS tak berkeratin- WHO tipe 3 : KSS tak
berdiferensiasi / undifferentiated ca
Tes serologiIg A anti EA Ig A anti VCAEBNA
StadiumStadium IStadium IIStadium IIIStadium IV
T N M
Ukuran TumorT0 : tidak tampak tumor di nasofaringTx : tumor tidak dapat dievaluasiT1 : tumor terbatas pada satu lokasi
nasofaring T2 : tumor terdapat pada 2 lokasi atau lebih
tetapi masih di nasofaringT3 : tumor telah keluar dari rongga nasofaringT4 : tumor telah keluar dari nasofaring dan
mengenai saraf intrakranial
Kelenjar limfeNo : tidak terdapat pembesaran kelenjar
limfe leher N1 : terdapat pembesaran ipsilateral, masih
dapat digerakkanN2 : terdapat pembesaran bilateral masih
dapat digerakkanN3 : terdapat pembesaran ipsilateral maupun
bilateral, melekat ke jaringan sekitar
Metastasis jauh
M0 : tidak terdapat metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh
Stadium I : T1 N0 M0Stadium II : T2 N2 M0Stadium III : T3 N0 M0 T1-3 N1 M0Stadium IV : T4 N0/N1 M0
T1-4 N2/N3 M0 T1-4 N0-3 M1
TERAPIRadioterapi- Jenis radioterapi : External : 6000-
7500cGy Brakiterapi: 1000-
1500 cGy
KemoterapiJenis kemoterapi :- Alkylating agents- Antimetabolit- Antibiotik- Vinca Alkaloid- Taxane- Topoisomerasi
inhibitorCara pemberian :- IV- Oral- Intraarterial- Topikal- Intrakaviter
G0 : IstirahatG1 : PresintesisS : SintesisG2 : PremitosisM : Mitosis
PROGNOSISBerpatokan pada
“ 5 years survival rate”
- Semakin dini terdiagnosis, progsosis semakin baik
Stadium I : 76%Stadium II: 56%Stadium III: 38%Stadium IV: 16%
KARSINOMA LARING
dr. Willy Yusmawan, Sp THT-KL, Msi MedBagian Onkologi THT –KL RS dr. Kariadi Semarang
Di Amerika, urutan pertama keganasan THTDi Indonesia, urutan ketiga setelah KNF dan
karsinoma sinonasalEtiologi berhubungan dengan kebiasaan merokok
dan konsumsi alkoholLaki : perempuan 7: 1Tersering pada dekade usia antara 50-60 tahun
• Secara anatomi :- Supraglottis- Glottis (65%)- Subglottis
Vocal cord/ Pita suara
GejalaGejala awal berupa serak yang
berlangsung progresif yang makin lama akan berkembang menjadi sesak
Terkadang disertai dengan batuk dengan dahak yang mengandung darah
Gejala lain berupa pembesaran kelenjar limfe leher dan penurunan berat badan
Aliran kelenjar limfe leher
Klasifikasi Lokasi Ca Laring
Supraglotis
Glotis
Subglotis
Stadium untuk SupraglottisTis : karsinoma in situT1 : tumor terdapat pada satu sisi pita suara
palsuT2 : tumor terdapat pada dua sisi pita suara
palsu atau meluas ke glotis tetapi glotis masih bisa bergerak
T3 : tumor meluas ke sinus piriformis, dinding posterior krikoid, preepiglotis, tetapi masih terbatas di laring
T4 : tumor sudah meluas ke luar laring dan menginfiltrasi orofaring dan
kartilago tiroid
Stadium untuk glottisTis : karsinoma in situT1 : tumor terdapat pada satu sisi atau dua
sisi pita suara tetapi gerakan pita suara masih baik
T2 : tumor meluas ke supraglotis maupun subglotis, pita suara masih bisa bergerak
T3 : tumor sudah memenuhi semua bagian laring, pita suara sudah terfiksir
T4 : tumor sudah meluas ke luar laring dan merusak kartilago tiroid
Stadium untuk SubglottisTis : karsinoma in situT1 : tumor terdapat pada pada daerah
subglotisT2 : tumor meluas ke pita suara dan pita
suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir
T3 : tumor meluas ke seluruh bagian laring dan pita suara sudah terfiksir
T4 : tumor sudah meluas ke luar laring dan disertai dengan destruksi kartilago
Pembesaran kelenjar limfe
N0 : kelenjar limfe tidak terabaN1 : terdapat pembesaran kelenjar limfe
ipsilateral , ukuran< 3 cmN2 : terdapat pembesaran kelenjar limfe
tunggal, ipsilateral, 3 ukuran-6 cmN2a : terdapat satu pembesaran kelenjar limfe
ipsilateral ukuran 3-6 cmN2b : terdapat multipel pembesaran kelenjar limfe
i- silateral, ukuran 3-6 cmN2c : terdapat pembesaran kelenjar limfe
bilateral, ukuran < 6 cmN3 : terdapat pembesaran kelenjar limfe > 6 cm
Metastasis jauhMx : metastasis jauh tidak dapat dievaluasiM0 : tidak terdapat metastasis jauhM1 : terdapat metastasis jauh
Stadium 1 : T1 N0 M0Stadium 2 : T2 N0 M0Stadium 3 : T3 N0 M0/ T1-3 N1 MoStadium 4 : T4 No Mo/ T1-4 N2-3 M0/T1-4
N1-3 M1
Pemeriksaan :1. Laringoskopi indirek2. Laringoskopi direk
Pemeriksaan radiologi :1. CT scan2. MRI
TerapiOperasi
- Laringektomi parsial/hemilaringektomi- Laringektomi total
Radiasi
TUMOR SINONASAL
dr. Willy Yusmawan, Sp THT-KL, Msi MedBagian Onkologi THT –KL RS dr. Kariadi Semarang
Insiden 3% dari seluruh keganasan kepala leher
Di bagian THT-KL urutan ke 2 setelah karsinoma nasofaring
Etiologi : occupational risk,berhubungan dengan pekejaan industri kayu, nikel ,krom, asbes formaldehid, isopropil alkohol, tekstil.
Laki laki : perempuan, 2:1Banyak pada usia 50-69 tahun
Anatomi hidung dan sinus paranasal
Jenis : Benigna : - Epitelial : papiloma, adenoma - Non epitelial : fibroma, kondroma,
osteoma,neurofibroma, hemangioma, limfangioma,
glioma Intermediate : inverted papiloma, angiofibroma,
ameloblastoma, fibrous dysplasia, ossyfying fibroma
Maligna : -Epitelial : Squamous cell carcinoma, adenoid cystic carcinoma, mucoepidermoid
carcinoma, adenocarcinoma, clear cell carcinoma, melanoma, olfactory
neuroblastoma - Non epitelial : condrosarcoma, osteogenic
sarkoma, chordoma - Soft tissue sarcoma
- Lympoproliferative
Papiloma Vestibular papiloma dan schneiderian papiloma
(epitel squamous) Schneiderian papiloma terbagi menjadi 3
jenis :- Fungiformis (50%)- Inverted (47%)- Cylindrikal (3%)
Tipe inverted sangat invasif dan cenderung merusak jaringan sekitarnya
Insiden 4,7% dari selruh tumor sinonasal Secara makkroskopik mirip dengan polip ,
tetapi lebih vaskular, padat dan tidak mengkilat
Angiofibroma Mempunyai jaringan asal jaringan ikat fibrous
dan pembuluh darah Sering pada penderita laki laki usia adolesen Berhubungan dengan faktor hormonal Secara histopatologis jinak akan tetapi secara
klinis ganas Gejala utama adalah epistaksis Memerlukan pemeriksaan radiologi khusus
yaitu arteriografi Pada x foto tampak gambaran “ Holman
Miller Sign”
Fibrous dysplasia Jaringan normal tulang digantikan oleh jaringan
kolagen fibroblast dan material osteoid. Secara klinis, 3 jenis :
- Monostotik ( mengenai 1 tulang)- Poliostotik ( mengenai beberapa tulang)- Disseminata ( disertai kelainan sistemik )
Gejala berupa benjolan di pipi ( deformitas wajah), keras, tidak nyeri, tumbuh lambat,
Neurofibroma Merupakan tumor jinak selubung saraf yang
berasal dari sel penunjang atau stroma saraf perifer, termasuk sel schwann, sel perineural dan fibroblast
Secara makroskopik berkapsul, eksenterik terhadap saraf yang utuh disepanjang sisi tumor
Membesarnya simetris dan membentuk pola fusiformis
Squamous cell carcinoma Merupakan keganasan yang paling sering
ditemukan 70 % di sinus maksila, 20% di kavum nasi Tumbuh progresif dan cepat SCC di kavum nasi, 10-20 % metastasis ke
kelenjar limfe regional leher Tingkat rekurensi tinggi
Adenoid cystic carcinoma Merupakan tumor ganas epitelial yang berasal dari
kelenjar Insiden sekitar 3-10% dari seluruh keganasan di
sinonasal Terdapat 3 jenis berdasarkan histologi : cribriform,
tubular, solid Tipe tubular paling sering ditemukan dan prognosis
paling baik, sementara tipe solid prognosis buruk Penyebaran hematogen, limfogen, perineural
invasion Prognosis paling buruk dibandingkan dengan
keganasan sinonasal lainnya.
Undifferentiated carcinoma Sifat pertumbuhan cepat, destruktif dan
sering meluas ke orbita dan fossa kranii anterior
Secara histologis terdiri dari sel pleimorfik dengan inti gelap, sulit dibedakan dengan neuroblastoma, limfoma, sarcoma maupun melanoma
Mucoepidermoid carcinoma Merupakan tumor ganas yang berasal dari
kelenjar yang mengandung unsur sel epidermoid dan sel kelenjar musin
Terdiri dari low grade dan high grade Low grade : tumbuh lambat, jarang
metastasis ke KGB, berbatas jelas High grade : tumbuh cepat, sering metastasis
jauh, batas tidak jelas, sering terdapat area nekrotik dan perdarahan
Olfactory neuroblastoma Disebut juga esthesioneuro epithelioma,
esthesioneurocytoma, esthesioneuoma Merupakan tumor ganas yang berasal dari sel
basal epitel olfactorius Pertumbuhan relatif lambat, tetapi destruktif
dan dapat meluas ke jaringan sekitarnya
GEJALA NASAL
GEJALA ORBITA
GEJALA ORAL
GEJALA FASIAL
GEJALA INTRAKRANIAL
GEJALAGejala nasal : obtruksi hidung, rinore,
epistaksisGejala orbital : diplopia, proptosis, oftalmoplegi, gangguan visusGejala oral : penonjolan palatum,
ulkus, gigi goyahGejal fasial : penonjolan daerah pipi, nyeri,
anestesi dan parestesiGejala intrakranial : nyeri kepala, oftalmoplegi
gangguan visus, likuore
Pemeriksaan fisik :- Rinoskopi anterior- Rinoskopi posterior- Nasoskopi- Sinuskopi
biopsiMenentukan jenis histopatologi tumorJenis : blind biopsi dengan panduan endoskopi• Hasil biopsi akan menentukan jenis terapi
dan tindakan yang akan diberikan
Pemeriksan radiologiCT
Erosi tulangPerluasan ke orbita
MRIMembedakan gambaran cairan infeksi , inflamasi, jaringan lunak dan tumor
70
STAGING Sibeleau : - suprastruktur
- mesostruktur - infrastruktur
Ohngren : - anteroinferior - superoposterior
UICC/AJCC, staging berdasarkan TNM
Tx : tumor primer tidak dapat dinilaiT0 : tidak ditemukan adanya tumor primerTis: karsinoma in situSinus maksila :T1 : tumor terbatas pada mukosa sinus tanpa adanya
destruksi tulangT2 : tumor dengan destruksi dan erosi palatum durum dan
meatus mediusT3 : tumor yang telah menginvasi dinding posterior sinus
maksila, dasar dan dinding medial orbita, fossa pterigoidea dan sinus etmoid, jaringan subkutan dan kulit pipi
T4 a : tumor menginvasi bagian depan orbita, kulit pipi, lamina pterigoidea, fossa infratemporal, lamina kribriformis, sinus spenoid dan frontal
T4b : tumor maninvasi apeks orbita, dura, fossa kranii media, nervus kraniales dan nasofaring
Kavum nasi dan sinus ethmoid :T1 : tumor terbatas pada satu lokasi dengan atau
tanpa invasi ke tulangT2 : tumor menginvasi 2 lokasi dalam satu regio
atau meluas dan melibatkan kompleks nasoetmoid, dengan atau tanpa invasi ke tulang
T3: tumor meluas dan menginvasi dinding medial orbita, sinus maksila, palatum dan lamina kribriformis
T4a : tumor menginvasi bagian depan orbita, fossa kranii anterior, lamina pterigoidea, sinus spenoid dan frontal, serta kulit di daerah hidung dan pipi
T4b : tumor menginvasi apeks orbita, dura, fossa kranii media, nervus kranialis, dan nasofaring
Limfonodi regional :
Nx : tidak dapat dinilai adanya pembesaran kelenjar limfe regional
N0 : tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfe regional
N1 : pembesaran kelenjar limfe ipsilateral ≤ 3cm
N2 : pembesaran kelenjar limfe ipsilateral tunggal dan atau multipel antara 3-6 cm serta pembesaran bilateral ≤ 6 cm
N3 : pembesaran kelenjar limfe dengan ukuran ≥ 6 cm
Metastasis jauhMx : metastasi jauh tidak dapat dinilaiMo : tidak ada metastasis jauhM1 : terdapat metastasis jauh
STAGING / STADIUM
Stadium 0 : Tis No MoStadium I : T1 No MoStadium II : T2 No MoStadium III : T3 No Mo / T1-3 N1 M0Stadium IV : T4 No-1 Mo / T1-4 N2 Mo / any T N3 Mo / any T any N M1
Terapi/tindakan operasi :1. Rinotomi lateral2. Maksilektomi medial3. Rinotomi sublabial4. Maksilektomi parsial5. Maksilektomi total6. Maksilektomi radikal dengan eksenterasi
orbita7. Maksilektomi luas dengan reseksi
kraniofasial
Radiasi- Eksternal radiasi- Brakiterapi
Kemoterapi- Neoadjuvant- Concurrent- Adjuvant
LIMFOMA NON HODGKIN
Dr. Willy Yusmawan, Sp THT-KL, Msi Med
Bagian Onkologi THT –KLRS dr. Kariadi Semarang
Kelompok keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T dan terkadang berasal dari NK yang berada dalam sistem limfe.
- Keganasan non epitelial yang tersering di daerah kepala leher
- Manifestasi klinis utama adalah pembesaran nnll leher
- 10 % terjadi extra nodal di Waldeyer ring, sinus paranasal, kavum nasi, kavum oris,laring, kavum, kelenjar ludah(parotis), thyroid
Etiologi dan faktor resiko
ImunodefisiensiInfeksi :
- Bakteri - Virus : EBV, HIV, HTLV, Hepatitis CLingkungan
Klasifikasi REAL/WHO
B cell neoplasm- Precursor B cell
neoplasm- Peropheral B cell
neoplasm
T cell and putative cell neoplasm
- Precursor T cell neoplasm
- Peripheral T cell and NK cell neoplasm
Working Formulation Subtype & grade -Small lymphocytic -Follicular small cleaved Low -Follicular mixed small/large cell
-Follicular large cell -Diffuse small cleaved cell Intermed.-Diffuse mixed small/large cell -Diffuse large cell
-Large cell immunoblastic High
-Diffuse small noncleaved(Burkitt's)
Berdasarkan progresifitasnya :
Indolent (low grade lymphoma) . -Pertumbuhan lambat, gejala klinis yang
ditimbulkan sedikit
Aggressive (intermediate grade dan high grade lymphoma)
- Pertumbuhan cepat. Gejala klinisnya tampak lebih berat / nyata.
Pendekatan diagnostikAnamnesis :Umum : - Pembesaran nnll atau malaise umum- Penurunan berat badan 10 % dalam waktu 6
bulan- Demam tinggi 38 C, 1 minggu tanpa sebab- Keringat malam hari- AnemiaKhusus :- Penyakit autoimun- Kelainan darah- Penyakit infeksi
Pemeriksan fisik :Limfadenopati colliTonsil : pembesaran tonsil, odinofagi Nasofaring : massa di nasofaring, hidung
tersumbat Sinus/Nasal Cavity : massa di cavum nasiRongga mulut : benjolan di mulut dan
palatum yang terkadang mengalami ulserasiBasis lidah : Foreign body sensationLaring : serak, sesak, Dysphagia
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium BiopsiBMPPunksi cairan tubuhRadiologi
Staging
Nodal/ extra Nodal ?Single/ multiple ?Diafragma ?
Ann Arbor Staging System
TERAPITerapi utama adalah kemoterapiRadiasi 30-40 cGyKombinasi kemoterapi yang digunakan
diantaranya adalah COP : cyclophospamide, oncovin, prednisonCHOP : cyclophosphamide, doxorubicin,
oncovin, prednison R-CHOP : rituximab, cyclophosphamide,
doxorubicin, prednison
TERIMA KASIH