makalah seminar msdm

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karet merupakan komoditas pertanian yang erat hubungannya dengan kebutahan sehari-hari. Dapat kita lihat dan rasakan olahan karet yang yang memberikan banyak manfaat, misalkan ban, sandal, peralatan otomotif, mainan dan lain-lain. Terdapat dua jenis karet yaitu karet sintesis dan karet alami, karet sintetis adalah karet yang memerlukan minyak mentah dalam proses pembentukannya sedangkan karet alami diperoleh langsung dari tanaman karet, kualitas karet terletak pada daya tahan terhadap panas, keretakan dan elastisitanya. Budiman (2005) menguraikan beberapa manfaat dalam pengembangan tanaman karet adalah : 1) Pohon karet memberikan hasil sadapan harian selama 25 tahun tanpa berhenti. 2) Selain menghasilkan elastomer yang sangat dibutuhkan dunia, pohon karet juga menghasilkan kayu unggulan di akhir masa sadapan.

Upload: byung-febriant

Post on 05-Apr-2017

638 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah seminar msdm

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karet merupakan komoditas pertanian yang erat hubungannya dengan kebutahan

sehari-hari. Dapat kita lihat dan rasakan olahan karet yang yang memberikan banyak manfaat,

misalkan ban, sandal, peralatan otomotif, mainan dan lain-lain. Terdapat dua jenis karet yaitu

karet sintesis dan karet alami, karet sintetis adalah karet yang memerlukan minyak mentah

dalam proses pembentukannya sedangkan karet alami diperoleh langsung dari tanaman karet,

kualitas karet terletak pada daya tahan terhadap panas, keretakan dan elastisitanya. Budiman

(2005) menguraikan beberapa manfaat dalam pengembangan tanaman karet adalah :

1) Pohon karet memberikan hasil sadapan harian selama 25 tahun tanpa berhenti.

2) Selain menghasilkan elastomer yang sangat dibutuhkan dunia, pohon karet juga

menghasilkan kayu unggulan di akhir masa sadapan.

3) Pohon karet memberikan banyak manfaat pelestarian lingkungan seperti cadangan air

dan konservasi. Karet mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Produksi karet alam dunia berdasarkan penguasaan atau kepemilikan terdiri dari

perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Kebutuhan akan karet baik untuk produksi maupun

sebagai konsumsi masyarakat sangat tinggi dan relatip terus meningkat. Menurut

International Rubber Study Group (IRSG) telah memproyeksikan pertumbuhan konsumsi

karet dunia dalam sepuluh tahun ke depan berkisar 4,7 persen per tahun. Untuk produksi,

diperkirakan tumbuh  4,9 persen per tahun. Ini merupakan peluang bagi negara yang

mempunyai perkebunan karet alam untuk melakukan ekspansi usaha, dalam hal ini adalah

ekspor setelah kebutuhan karet alam dalam negaranya sudah tercukupi.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai perkebuan karet yang cukup

luas. Peluang ini harus bisa dimanfaatkan agar bisa mendongkrak pendapatan nasional

Page 2: Makalah seminar msdm

2

Indonesia di sektor ekspor komoditas pertanian. Pengembangan dalam meningkatkan kualitas

karet alam agar bisa memenuhi pasar dalam negeri maupun mancanegara harus dilakukan.

Kabupaten Barito Utara adalah salah satu kabupaten yang mayoritas masyarakatnya

adalah petani karet. Dengan luas perkebunan sekitar 35.000 hektar dan produksi per tahun

rata-rata 25.000 ton. Para petani karet menggantungkan hidup dan menjadikan berkebun karet

sebagai pekerjaan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pemerintah juga ikut

membantu dengan memberikan banyak bibit unggul serta penyuluhan tentang

pembudidayaan pohon karet yang baik.

Namun yang menjadi masalah saat ini adalah rendahnya harga getah karet yang dari

tahun ke tahun terus menurun. Hal ini sangat mengecewakan bagi para petani karet. Yang

pada tahun 2011 harga karet menyentuh Rp 19.000 per kg, saat ini hanya berada di kisaran

Rp 5.000 hingga Rp 7.500 per kg. Banyak hal yang mempengaruhi rendahnya harga karet

saat ini, mulai dari turunnya harga minyak dunia, tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar,

dan banyak lagi hal lainnya. Dengan rendahnya harga karet saat ini, tidak salah jika banyak

dari para petani yang beralih untuk mencari usaha atau pekerjaan lainnya. Mereka hanya

berharap semoga harga karet normal kembali.

Dari uraian di atas maka kami dari kelompok 7 (tujuh) tertarik mengambil judul

“Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Harga Getah Karet serta Pengaruhnya bagi

Masyarakat di Kabupaten Barito Utara”.

Page 3: Makalah seminar msdm

3

1.2 Rumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai

berikut:

a) Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi rendahnya harga getah karet di Indonesia?

b) Bagaimana pengaruh rendahnya harga karet bagi perekonomian masyarakat di

Kabupaten Barito Utara ?

c) Bagaimana peran pemerintah dalam meningkatkan harga getah karet di Indonesia?

1.3 Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya harga getah

karet di Indonesia.

b) Untuk mengetahui pengaruh rendahnya harga karet bagi perekonomian masyarakat di

Kabupaten Barito Utara.

c) Untuk mengetahui peran pemerintah dalam meningkatkan harga getah karet di

Indonesia.

1.4 Manfaat Makalah

Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya mengenai Usaha Kebun Karet Indonesia baik itu

secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis makalah ini bisa menambah ilmu pengetahuan

tentang ekspor karet alam Indonesia. Secara praktis dapat dijadikan sebagai media informasi

serta referensi tentang penyebab fluktuasi harga karet alam Indonesia.

Page 4: Makalah seminar msdm

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ekspor Karet Alam Indonesia

Ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara

lainnya melalui perdagangan internasional. Fungsi penting ekspor dalam perdagangan

internasional adalah negara akan memperoleh keuntungan yang akan menaikkan pendapatan

nasional, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi.

Produksi karet Indonesia meningkat secara perlahan dari 2.990.184 ton pada 2011

menjadi 3.040.376 ton di 2012 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 3.176.000 ton,

namun di tahun 2014 terjadi penurunan yaitu menjadi 2.903.000 ton. Produksi karet

Indonesia masih didominasi oleh karet rakyat dengan luasan terbesar di Indonesia yang

diusahakan oleh jutaan petani kecil-kecil (small farm) dan memberikan kontribusi besar

dalam menghasilkan devisa negara. (Marieska Harya : 2014)

Dari total produksi nasional, Indonesia hanya menggunakan sekitar 500.000 ton untuk

kebutuhan dalam negeri, sedangkan sisanya untuk di ekspor. Indonesia merupakan negara

pengeskpor kedua karet alam terbesar di dunia, tapi kondisi ini tidak membuat ekspor karet

alam Indonesia bebas dari masalah. Ekspor karet alam Indonesia masih mengalami beberapa

kendala seperti harga karet alam yang fluktuatif, produktifitas yang rendah, faktor minyak

mentah dunia, ketidakstabilan nilai tukar serta kondisi perekonomian dunia mempengaruhi

volume ekspor karet alam Indonesia.

Indonesia tercatat sebagai negara perkebunan karet terluas di dunia, yaitu dengan luas

3,4 juta hektar. Namun walau demikian, jumlah produksi masih kalah dengan Negara

Thailand. Produktifitas karet alam Indonesia kalah oleh Thailand dan Malaysia, Indonesia

baru mampu memproduksi 934 kilogram per hektar, sementara Thailand 1.705 kilogram per

Page 5: Makalah seminar msdm

5

hektar dan Malaysia 1.450 kilogram per hektar. System eksplorasi yang tepat harus di

kembangkan agar dapat meningkatkan produktifitas.

Jumlah output yang besar akan memicu terjadinya ekspor. Dengan produktivitas

Indonesia yang sebesar 934 kg per hektar, Indonesia sudah bisa melakukan ekspor ke

beberapa Negara di antaranya Amerika Serikat, China, Jepang dan lain-lain. Namun ada

beberapa hal yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia adalah sebagai

berikut

a) Harga Internasional

Semakin besar selisih antara harga di pasar Internasional dengan harga domestik

akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan di eskpor menajdi bertambah.

b) Nilai Tukar Uang (Exchange Rate)

Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara maka harga ekspor negara itu

di pasar internasional menjadi mahal. Sebaliknya, semakin rendah nilai tukar mata uang

suatu negara, harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi murah. Kuota

ekspor yaitu kebijakan perdagangan internasional berupa pembatasan kuota (jumlah)

barang ekspor.

c) Kebijakan Tarif dan Non Tarif

Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri dalam tingkatan

tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong pengembangan komoditi

tersebut. Sedangkan kebijakan non tarif adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi

ekspor. (Soekarwati,1999:1228)

Selain faktor-faktor umum di atas, terdapat faktor lain yang mempengaruhi

ekspor karet alam Indonesia. Diantaranya sebagai berikut :

Page 6: Makalah seminar msdm

6

a) GDP Negara tujuan ekspor

b) Harga karet dunia

c) Nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor

d) Produksi karet alam Indonesia

e) Harga Karet Sintetis

2.2 Analisis Ekspor Karet Alam Indonesia

Menurut beberapa penelitian, faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi ekspor karet

alam Indonesia antara lain adalah sebagai berikut :

a) GDP Negara Tujuan Ekspor

GDP mencerminkan negara bersangkutan mengalami kenaikan pendapatan

nasional. Bila GDP Negara tujuan ekspor meningkat, maka permintaan akan ekspor

karet alam akan meningkat untuk lebih merangsang meningkatnya produktivitas

b) Harga Karet Dunia

Semakin tinggi harga karet alam dunia akan merugikan bagi negara penghasil

karet alam. Karena permintaan akan karet alam akan menurun.

c) Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uang Negara Tujuan Ekspor

Bila Negara penghasil karet alam mengalami apresiasi ( kenaikan nilai mata uang

dimata nilai mata uang asing ) maka permintaan akan komoditas karet alam akan

menurun. Dikarenakan harga karet alam mengalami kenaikan bila di nilai dengan mata

uang Negara yang meminta karet alam.

d) Produksi Karet Alam Indonesia

Produktifitas yang semakin tinggi akan menghasilakan output yang tinggi pula,

sehingga terjadi exses suplly yang tinggi di dalam negeri dan kelebihan tersebut bisa

dipergunakan untuk memenuhi permintaan ekspor akan karet alam.

Page 7: Makalah seminar msdm

7

Pada akhir 2013 ekspor karet alam Indonesia terjadi peningkatan sebesar 10,7

persen dibanding tahun 2012 yang mencapai 2,44 juta ton. Namun nilai ekspornya

menurun sebesar 12,1 persen dibandingkan tahun 2012 yang mencapai US$ 7,8 miliar.

Hal itu dikarenakan oleh rendahnya harga karet dunia yang menyentuh US$ 1,64 per

kg. Dengan begitu maka dikalangan petani, harga karet alam berkisar antara Rp. 5.000

– Rp. 6.000 per kilogram.

e) Harga Karet Sintetis

Harga karet sintetis mungkin pengaruhnya tidak terlalu besar. Sebab kualitas

karet sintetis tidak sebagus karet alam. Tapi apabila harga karet alam dunia tidak

terkendali ( mahal ) konsumen bisa beralih menggunakan karet sintetis yang akan

menyebabkan pemintan karet alam akan menurun.

2.3 Faktor faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Harga Karet

Petani tanaman karet bisa dikatakan sangat kecewa untuk saat ini. Sebab utama tentu

saja dikarenakan begitu anjloknya harga karet yang dibeli oleh pasar. Harga getah karet

hanya berkisar 5000 s/d 7500 rupiah saja per kilogram. Bisa anda bayangkan, dengan harga

murah seperti itu petani karet harus tetap bertahan untuk menghidupi keluarganya, sementara

harga kebutuhan pokok semakin meningkat. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab

serta mempengaruhi rendahnya harga karet tersebut, yaitu:

1. Over Supply

Over supply merupakan salah satu penyebab harga karet turun, begitulah menurut Edy

irwansyah yang merupakan sekretaris dari GAPKINDO (Gabungan Pengusaha Karet

Indonesia). Saat ini, salah satu target konsumen indonesia untuk bahan mentah getah karet,

yaitu Cina sedang mengurangi permintaan ekspor. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya

jumlah stok, sehingga untuk sementara Cina mengurangi pasokan getah karet dari indonesia.

Page 8: Makalah seminar msdm

8

2. Turunnya Harga Minyak Dunia

Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) memperkirakan harga karet masih

sulit bergerak naik atau akan terus tertekan akibat harga minyak mentah dunia yang diduga

masih rendah. "Gapkindo menilai harga karet sulit bangkit dalam waktu dekat karena harga

minyak mentah yang rendah itu juga diperkirakan tetap bertahan," kata Sekretaris Eksekutif

Gapkindo Sumut Edy Irwansyah di Medan, Selasa. Harga karet dewasa ini tetap di bawah 2

dolar AS per kg di tengah harga minyak mentah yang juga yang masih 40 hingga 50 dolar AS

per barel.

2.4 Pengaruh Rendahnya Harga Karet bagi Perekonomian Masyarakat di Kabupaten

Barito Utara.

Tentunya dengan menurunnya harga karet dunia, akan berpengaruh pada pendapatan

petani karet termasuk salah satunya petani karet di Kabupaten Barito Utara. Harga karet per

kilogram tidak sebanding dengan harga beras. Sehingga pola konsumsi akan berubah dalam

hal ini konsumsi petani karet akan berkurang. Petani karet khusunya di Kabupaten Barito

Utara, Kalimantan Tengah mengeluhkan harga getah karet yang murah dan tidak menentu

dalam beberapa pekan terakhir. Di tingkat petani, harga getah karet hanya mencapai sekitar

Rp4.500 sampai Rp5.000 per kilogram. Berdasarkan hasil wawancara singkat kami, "Sempat

(harga getah karet) naik pertengahan bulan lalu menjadi Rp6.500 per kilogram, tapi itu pun

masih jauh dari harapan atau belum seimbang dengan berbagai harga kebutuhan pokok yang

meningkat," kata Arbain, salah seorang petani penyadap karet di Desa Jingah Kecamatan

Teweh Baru. Penurunan harga karet alam yang drastis tersebut, juga mempengaruhi

kontribusi komoditas tersebut terhadap ekspor nonmigas nasional. 

Turunnya harga karet di tingkat petani diduga akibat permainan para pengumpul karet.

Akibat permainan para pengumpul tersebut petani sangat dirugikan. Murahnya harga karet

membuat sebagian petani enggan menjual panennya, dan mereka lebih cenderung menunggu

Page 9: Makalah seminar msdm

9

adanya perubahan harga. "Sekarang musim penghujan, menyadap karet agak sulit karena

mangkok penampungan terisi air hujan, sehingga getah karet tumpah ke luar. Kami berharap

harga getah karet bisa naik," katanya.

Sementara itu harga karet di bursa Tokyo Commodity Exchange (Tocom) Rubber

Future Contract untuk kontrak  Juni 2015, seperti dikutip Bloomberg, sempat menguat

signifikan berkelanjutan, sebelum akhirnya ditutup melemah 0,97% ke 214,8 yen/kg atau

sekitar Rp22.800/kg pada penutupan perdagangan Selasa (10/2/2015).

2.5 Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Harga Getah Karet di Indonesia

Jika pada 2011 karet alam Indonesia menyumbang 11,7 miliar dolar AS dari total

ekspor nonmigas nasional, maka pada 2013 anjlok sekitar 40 persen menjadi 6,9 miliar dolar

AS. Kondisi itu tentu saja tidak bisa dibiarkan, karena Indonesia merupakan produsen karet

alam ke-2 terbesar di dunia, setelah Thailand. Selain itu, sekitar 85 persen produksi karet

alam Indonesia berasal dari perkebunan rakyat yang dikelola petani. 

"Banyak petani tergantung hidupnya dari karet, sehingga harus diperjuangkan agar mereka

tidak beralih ke tanaman lain," kata Menteri Perdagangan Rachmat Gobel yang sempat

menghadiri perundingan dan pertemuan tingkat menteri International Tripartite Rubber

Council (ITRC) di Kuala Lumpur, Malaysia, pekan lalu.

Berdasarkan data IRSG (International Rubber Study Group) yang diolah Gabungan

Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) produksi karet alam dunia mencapai sekitar 12 juta

metrik ton pada 2014, yang sekitar delapan juta berasal dari tiga anggota ITRC yaitu

Thailand (4,14 juta ton), Indonesia (2,9 juta ton), dan Malaysia (824 ribu ton). Sedangkan

konsumsi karet alam dunia sekitar 11 juta ton.

Kelebihan pasokan itulah yang menyebabkan harga karet alam dunia anjlok, dan

mendorong anggota ITRC berupaya mengatur pasokan mereka ke pasar dunia. 

Page 10: Makalah seminar msdm

10

Sayangnya tidak semua anggota ITRC mentaati pembatasan ekspor sehingga harga

tetap jatuh dalam tiga tahun terakhir. Selain itu ada negara lain anggota ASEAN yang juga

menjadi produsen karet lumayan besar yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam

(CLMV) dengan pangsa pasar 10 persen dan belum menjadi anggota ITRC. 

"Kehadiran perwakilan CLMV pada pertemuan (ITRC) ini merupakan sinyal mereka mau

bersinergi," kata Datuk Amar Douglas Uggah yang menjadi ketua pada pertemuan ITRC 20

November 2014 itu. 

Pada pertemuan itu, tiga negara itu sepakat mengurangi pasokan ekspor antara lain

dengan meningkatkan 10 persen pemanfaatan karet alam untuk industri di dalam negeri

masing-masing dan mengatur penanaman kebun karet baru dalam skema managemen

pasokan (supply management scheme/SMS (2015-2020). 

"Kami juga meminta IRCo (International Rubber Consortium) untuk memperkuat

peranannya," kata Datuk Amar. 

Para menteri yang berunding juga sepakat untuk membentuk Regional Rubber Market

untuk mendapatkan harga karet yang lebih baik dan sistem hedging yang efektif serta

menguntungkan produsen dan konsumen, termasuk para pemain pasar.

"Kami menargetkan dalam 18 bulan regional rubber market itu terealisasi," katanya

lagi.

Dalam hal meningkatkan harga getah karet di Indonesia, untuk menanggulanginya

Pemerintah Indonesia yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC)

bersama Thailand dan Malaysia akan memangkas ekspor sebesar 300.000 ton selama enam

bulan dimulai pada oktober 2012 Indonesia mendapat jatah pengurangan 117.000 ton,

Thailand 143.000 ton, dan Malaysia 40.000 ton. Selama enam bulan pemangkasan ekspor

karet, disepakati 60 persen pengurangan ekspor dilakukan pada tiga bulan pertama, dengan

Page 11: Makalah seminar msdm

11

perincian tiap bulan 20 persen. Adapun 40 persen sisanya dibagi selama tiga bulan

berikutnya, dengan perincian Januari dan Februari sebanyak 15 persen dan Maret 10 persen.

Diharapkan dengan pemangkasan jumlah ekspor ini harga karet alam bisa naik

kembali. Petani pun bisa mendapatkan penghasilan yang tinggi dan pendapatan pemerintah

dari ekspor meningkat kembali. Selanjutnya angka kemiskinan dan pengangguran bisa

dikurangi.

Sebenarnya pertemuan tiga menteri ITRC tersebut dijadwalkan 12 Desember 2014,

namun kondisi yang harga karet yang terus nyungsep membuat ketiganya sepakat

mempercepat perundingan tersebut. 

Indonesia sendiri, seperti yang dikatakan Mendag Rachmat Gobel sangat

berkepentingan, karena 2,4 juta petani penyadap getah karet bergantung pada perdagangan

karet internasional.

"Penurunan harga karet alam saat ini harus segera diatasi dengan mengelola pasokan

ekspor, agar harga tidak semakin jatuh," katanya kepada Antara dalam penerbangan dengan

pesawat khusus yang membawa kami pulang pergi Jakarta-Kuala Lumpur. 

Ia mengatakan kesepakatan ITRC tersebut merupakan yang terbaik yang bisa dilakukan

untuk menaikkan harga karet secara bertahap. 

"Konsumsi karet alam lokal akan dinaikkan dengan membangun industri hilir berbasis

karet. Saya akan membahas hilirisasi karet itu dengan Menteri Perindustrian," ujar Rachmat. 

Apalagi, kata dia, berdasarkan pengalaman Thailand, karet alam juga bisa dimanfaatkan

untuk pembangunan jalan, konstruksi, dan lainnya, disamping industri yang selama ini

dikembangkan seperti ban, sarung tangan karet, komponen, dan kondom. 

Oleh karena itu, kesepakatan untuk menaikkan konsumsi karet dalam negeri juga disambut

Indonesia karena sesuai dengan kebijakan untuk memberi nilai tambah pada produk primer

nasional.

Page 12: Makalah seminar msdm

12

"Ke depan Indonesia harus semakin memperbesar ekspor industri olahan yang

memberi nilai tambah tinggi, bukan lagi produk bahan mentah," kata Rachmat. 

Sementara itu Wakil Ketua Gapkindo mengatakan saat ini industri berbasis karet di Indonesia

relatif masih sedikit. Dari produksi karet alam Indonesia yang mencapai sekitar 3,2 juta

metrik ton, prediksi tahun ini, konsumsi domestik hanya 500 ribu metrik ton per tahun.

"Industri hilir karet di dalam negeri belum banyak. Di Indonesia juga belum ada keharusan

misalnya gedung dan jalan menggunakan bahan berbasis karet untuk konstruksi tahan

gempa," katanya. 

Kendati demikian ia optimistis kesepakatan ITRC menaikkan konsumsi karet

domestik sebesar 10 persen bisa diimplementasi Indonesia. 

"Kan saat ini banyak investasi dan pabrik ban baru di dalam negeri," ujar Moenardji. 

Ia berharap hilirisasi industri berbasis karet di dalam negeri semakin berkembang sehingga

Indonesia tidak terlalu banyak mengandalkan ekspor karet alam mentah yang selama ini

sebagian besar diekspor ke Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang.

Page 13: Makalah seminar msdm

13

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Ekspor adalah menjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara ke Negara lainnya

melalui perdagangan internasional.

Faktor-faktor umum yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia adalah sebagai berikut

a) Harga Internasional

b) Nilai Tukar Uang (Exchange Rate)

c) Kebijakan Tarif dan Non Tarif

Faktor yang lebih signifikan mempengaruhi permintaan karet alam Indonesia:

a) GDP Negara tujuan ekspor.

b) Harga karet dunia.

c) Nilai tukar rupiah terhadap mata uang Negara tujuan ekspor.

d) Produksi karet alam Indonesia.

e) Harga Karet Sintetis

Faktor-faktor yang menjadi penyebab serta mempengaruhi rendahnya harga karet, yaitu:

a) Over Supply

b) Turunnya Harga Minyak Dunia

Dengan menurunnya harga karet dunia, akan berpengaruh pada perekonomian masyarakat di

Kabupaten Barito Utara khusunya pada pendapatan petani karet, dimana harga karet per

kilogram tidak sebanding dengan harga kebutuhan pokok saat ini yang semakin naik. Yang

menyebabkan mereka mencari pekerjaan lain untuk menghidupi keluarganya.

Dalam hal meningkatkan harga getah karet di Indonesia, untuk menanggulanginya

Pemerintah Indonesia yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC)

Page 14: Makalah seminar msdm

14

bersama Thailand dan Malaysia akan melakukan pemangkasan jumlah ekspor serta akan

berencana membangun industri hilir berbasis karet.

3.2.      Saran

Pemerintah harus membuat kebijakan untuk meningkatkan kapasitas prodiksi karet

alam Indonesia agar bisa setidaknya sama dengan Negara lain.

Penggunaan teknologi baru dalam pengolahan hasil karet alam juga perlu

dikembangkan agar Indonesia tidak hanya mengekspor karet setengah jadi tetapi juga

bisa mengekspor barang jadi.

Pemerintah perlu mendorong investor agar mau membangun pabrik di daerah

penghasil karet, hal itu diperlukan agar harga dapat bersaing dan tidak terlalu rendah.

Page 15: Makalah seminar msdm

15

DAFTAR PUSTAKA

Vagha, Julivanto. 2009. Dinamika ekspor karet alam Indonesia. Diakses 1 juni

2014 diunduh dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15460

Hamawita. 2013. Usaha Indonesia menghadapi perdagangan. Diakses 1 juni

2014 diunduh dari http://hawamita.blogspot.com

Mariezka. 2013. produksi karet Indonesia sampai 31 juta ton. Diakses 1 juni

2014. Diunduh dari http://economy.okezone.com

Dinamik Karet Alam Dunia Terkini Balai Penelitian Sungei Putih.htm

Sumber lain:

http://www.antaranews.com/berita/466038/upaya-meregang-harga-karet-yang-

mengkerut, 19 Februari 2015