makalah pleno c7 skenario h
DESCRIPTION
makalah plenoTRANSCRIPT
Identifikasi Materi Genetik pada Jenazah
Ksatria Putra Abadi Kabakoran , Jantje Mandala Putra Sipakoly ,Muliaty Madiani Putri, Theresia
Cesa Puteri Wongkar, Vivian Chau, Nia Uktriae, Christovel Liempepas, Dewi Luckyta
Manehu, Suhaima Izzatiey Amirah
102010231,102013238, 102013437, 102014027, 102014036, 102014113,
102014153, 102014195, 102014232
C7
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Abstrak
Setiap mahluk hidup terutama manusia mewarisi setengah kromosom yang dimiliki ibu
dan setengah kromosom yang dimiliki ayah. Pewarisan sifat yang dimiliki oleh anak dari kedua
orangtuanya dapat dipelajari dengan menggunakan teori mendel. Kromosom mengandung DNA
yang merupakan bagian dari kromosom yang berfungsi sebagai molekul yang membawa
informasi genetic yang terletak didalam sel. DNA akan diwariskan ke generasi selanjutnya
melalui proses replikasi DNA. Pada umumnya DNA terdapat pada setiap sel di dalam tubuh
manusia, termasuk darah. Setiap manusia memiliki golongan darah yang berbeda-beda. Didalam
identifikasi DNA, perbedaan golongan darah ini penting untuk dapat membantu identifikasi dan
dapat menentukan pewarisan kromosom maupun golongan darah yang dimiliki dari kedua
orangtuanya.
Kata kunci: Teori mendel, DNA, Replikasi DNA, Golongan darah.
Abstract
Every sentient human life especially inherited half chromosomes owned mother and
father who owned half the chromosome. Inheritance of acquired properties owned by the son of
both parents can be learned by using the theory of mendel. Containing DNA of a chromosome
that is part of chromosome that serves as a molecule that carries information genetic located in
a cell .DNA will be queathed to the next generation through the process of DNA replication.
Generally DNA found in each cell in the human body, including blood. Every human has
different blood group. In the identification of DNA, the difference is important to the blood can
help the identification and may determine the inheritance of acquired chromosome and blood
group possessed of both parents.
Keyword: Mendel theory, DNA, DNA replication, The blood group.
Pendahuluan
Dewasa ini, banyak sekali djumpai kasus-kasus seperti bayi tertukar, kasus kejahatan
yang berujung pada pemerkosaan dan pembunuhan, dan kasus kecelakan yang terjadi didarat,
laut maupun udara, akibat dari kasus – kasus tersebut sering ditemukan korban yang tubuh
sudah tidak dapat dikenali lagi wajahnya. Untuk mengenali jenasah tersebut, dilakukan
identifikasi dengan cara identifikasi DNA yang terdapat pada tubuh korban. DNA merupakan
bagian dari kromosom yang berfungsi sebagai molekul yang membawa informasi genetic yang
terletak di dalam sel yang terdapat dalam setiap tubuh manusia. DNA pada umumnya terdapat
dalam tubuh manusia termasuk darah. Setiap manusia memiliki golongan darah yang berbeda
satu sama lain. Golonga darah yang berbeda tergantung akan pewarisan kromosom yang
diwariskan dari kedua orangtuanya.
Pewarisan kromosom yang terdapat dalam tubuh manusia merupakan pewarisan setengah
kromosom ayah dan setengah kromosom ibu. Pewarisan genetic yang terjadi didalam tubuh
manusia terdapat dalam teori mendel yang menjelaskan akan pewarisan genetic yang terjadi.
Dalam makalah ini akan membahas pewarisan kromosom dalm tubuh manusia yang dilakukan
secara replikasi serta komponen materi genetic dalam tubuh manusia sebagai bahan identifikasi
pada jenasah tak dikenali.
Rumusan Masalah
Jenasah perempuan muda yang sudah tidak dikenali lagi wajahnya.
Hipotesis
Pemeriksaan DNA dan golongan darah diperlukan untuk identifikasi jenazah perempuan
muda yang tidak dikenali lagi wajahnya.
Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa/i mampu memahami kesamaan antar gen.
2. Mahasiswa/i mampu memahami replikasi DNA.
3. Mahasiswa/i mampu memahami struktur DNA.
4. Mahasiswa/i mampu memahami teori Mendel.
5. Mahasiswa/i mampu memahami golongan darah dalam tubuh manusia.
DNA
Deoxyribonucleic acid (DNA) atau Asam Deoksiribosa Nukleat adalah asam nukleat
yang mengandung informasi genetik dan berfungsi mengatur perkembangan biologis seluruh
kehidupan manusia dan dapat diturunkan. Seperti yang kita ketahui bahwa kita memiliki DNA
yang sangat unik, pada eukariot DNA terutama terletak di inti tetapi juga terdapat di mitokondria
dalam jumlah kecil. Sel prokariot yang tidak mempunyai nukleus mempunyai satu kromosom
dalam bentuk plasmid.1
Pada inti sel, DNA membentuk suatu kesatuan yang disebut kromosom. Sel manusia
normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom somatic dan 1 pasang
kromosom sex (XX atau XY). Secara umum, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai unit
dasar informasi genetik. Maksudnya adalah DNA menyimpan cetak biru untuk semua aktivitas
sel. Hal ini berlaku pada setiap organisme. Tetapi ada beberapa pengecualian pada beberapa
virus seperti jenis virus (virus tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Rantai tunggal yang diperoleh dari DNA sebelumnya tersebut
bertindak sebagai "cetakan" untuk membuat rantai pasangannya.2
Pada umumnya DNA berfungsi sebagai sumber informasi pada tahap sintesis molekul
protein pada sel dan sebagai molekul yang membawa informasi genetic yang terletak di dalam
sel. Sehingga ketika sel membelah diri menjadi 2 (mitosis), DNA akan terbagi pula dalam jumlah
yang sama banyak pada setiap sel anakan. Pada DNA terdapat gen yang merupakan bagian
daripada DNA yang mengandung informasi genetic.3 Gen bersifat sebagai suatu materi yang
terdapat dalam kromosom, mengandung informasi genetika/heriditas, mengatur perkembangan
dan proses metabolisme individu dan dapat menduplikasikan diri pada proses pembelahan. Posisi
gen dalam kromosom digambarkan dengan garis-garis lurus vertikal sebagai kromosomnya dan
garis-garis kecil horizontal sebagai gennya. Lokus adalah lokasi bagi gen dalam kromosom.2
Struktur DNA
Struktur DNA dikemukakan oleh James Watson dan Francis H.C. Crick pada tahun 1953.
Diterangkan bahwa DNA memiliki struktur double heliks ganda. Analisis kemudian
menunjukkan bahwa tiap untai heliks merupakan suatu polinukleotida yang tersusun oleh
nukleotida-nukleotida yang dihubungkan satu sama lain melalui ikatan kovalen fosfodiester.
Kedua untai heliks bergabung satu sama lain melalui ikatan non-kovalen yang menghubungkan
basa-basa penyusun nukleotidanya. Ada empat basa ikut menyusun nukleotida sebagai
komponen DNA. Dua diantaranya termasuk basa purin, yaitu adenine (A) dan guanine (G),
sedangkan dua lainnya termasuk basa pirimidin, yaitu sitosin (C) dan timin (T). Pada molekul
DNA, keempat basa ini terdapat berpasangan, antara basa purin dan pirimidin. Adenine akan
selalu berpasangan dengan timin melalui dua jembatan hydrogen (A=T) sementra guanin akan
selalu berpasangan dengan sitosin melalui tiga jembatan hydrogen. Fenomena pasangan basa ini
rupanya tidak dapat ditawar dan dikenal sebagai kaidah atau aturan pasangan basa. Dengan
adanya ikatan antara dua untai poliukleotida semcam ini, tiap untai DNA adalah komplementer
dengan untai DNA lainnya.4
Ikatan hydrogen antara basa-basa yang berpasangan bukan merupakan satu-satunya
ikatan yang menstabilkan benang dupleks. Ada juga ikatan-ikatan lain, seperti antaraksi
elektrostatis. Apaun ikatannya, yang jelas molekul DNA ini mampu mengalami replikasi yang
menghasilkan dua anakan yang persis sama dengan DNA induknya. Dalam tiap molekul DNA,
urutan nukleotidanya sudah baku karena urutan nukleotida ini merupakan isyarat bagi normalnya
informasi genetic. Dengan struktur DNA yang semcam ini dapat dijelaskan bagaimana pewarisan
informasi genetic dari satu sel ke sel anakan melalui proses replikasi pada saat terjadi
pembelahan sel.4
Bentuk DNA yang paling umum, pasangan-pasangan basa terletak tegak lurus terhadap
panjangnya rangkap. Kedua untai pada DNA saling melilit satu dengan lainnya menghasilkan
struktur heliks putar kanan. Satu lilitan lengkap terbentuk setiap 10 pasangan basa atau sepanjang
3,4 nm yang disebut dengan pitch. Permukaan heliks memperlihatkan lekukan mayor dan
lekukan minor yang saling bergantian. Kedua untai komplementer harus terorientasi pada arah
yang berlawanan, dalam hal ini antiparalel antara satu dengan lainnya.5
Replikasi DNA
Setiap kali sel membelah selalu harus dibuat salinan lengkap dari seluruh bahan genetic
yang ada supaya sel anakan menerima seluruh informasi biologi yang dimiliki oleh sel induk.
Berarti sel yang membelah harus melakukan replikasi DNA secara ekstensif. Sebelum
mekanisme replikasi DNA dapat dibuktikkan secara ekperimental pada tahun 1958, ada tiga
hipotesis yang berkembang mengenai mekanisme replikasi DNA. Hipotesis pertama dikenal
sebagai model replikasi secara semikonservatif seperti yang dikemukakan oleh Watson and
Crick. Menurut hipotesis ini, setiap molekul untai ganda DNA anakan terdiri atas satu untai-
tunggal DNA induk dan satu untai-tunggal DNA hasil sintesis yang baru.4
Hipotesis kedua dikenal sebagai model replikasi secara konservatif. Menurut model
konservatif, molekul DNA untai-ganda induk tetap bergabung sedangkan kedua untaian DNA
anakan terdiri atas molekul hasil sintesis baru. Hipotesis ketiga yaitu model replikasi secara
dispertif menyatakan bahwa molekul DNA induk mengalami fragmentasi sehingga DNA anakan
terdiri atas campuran molekul lama (berasal dari DNA induk) dan molekul hasil sintesis baru.4
DNA mempunyai kemampuan untuk mengadakan replikasi yaitu memperbanyak atau
menggandakan diri. Dengan kata lain, DNA mampu membentuk DNA baru yang sama persis
dengan DNA awal. Replikasi DNA berlangsung pada sel-sel muda saat interfase (mitosis), yaitu
saat sel siap melakukan pembelahan. Replikasi DNA adalah suatu proses menurunkan sifat
genetic sehingga suatu jasad hidup tetap menurunkan jenisnya. Replikasi DNA bukan merupakan
proses yang sederhana, melainkan proses yang kompleks.5
Replikasi diawali dengan membuka pilinan salah satu ujung DNA karena kerja enzim.
Pilinan memisah menjadi benang atau untaian tulang karena ikatan hydrogen yang lemah.
Selanjutnya, masing-masing benang ini berlaku sebagai cetakan tempat menempel benang kedua
berikutnya. Jadi,benang pertama menjadi cetakan benang baru dan benang kedua juga menjadi
cetakan benang kedua yang baru juga. Kedua untaian heliks ganda membuka dan masing-masing
menentukan untaian anak yang baru, dengan memasangkan basanya. Sementara pilinan benang
rangkap ini terurai, nukleotida baru terpasang berjajar s epanjang tiap benang (untaian).
Nukleotida-nukleotida ini digabungkan satu persatu, dengan cara saling melengkapi secara tepat,
timin berseberangan dengan adenine dan sitosin berseberangan dengan guanine. Polimerasi
nukelotida-nukleotida ini dikatalis oleh enzim DNA polymerase dan secara bersamaan
dibebaskannya difosfat.
Setelah heliks ganda memisah atau tidak membentuk pilinan, nukleotida-nukleotida sel,
yaitu dNTP, mulai mendekati rantai yang terpisah, kemudian mengikatkan diri mengikuti aturan
basa. Adenine membentuk ikatan hydrogen dengan timin dan sitosin membentuk ikatan
hydrogen dengan guanine. Enzim polymerase menghubungkan nukleotida-nukleotida ini
membentuk rantai yang baru. Proses berlangsung terus sampai akhirnya semua rantai tereplikasi.
Pembentukan rantai polinukleotida baru dalam replikasi DNA dari nukleotida-nukleotida (dNTP)
adalah melalui pembentukan ikatan 3’,5’-fosfordiester. Dalam hal ini, dua nukelotida
membebaskan pirofosfat atau difosfat sehingga kedua nukeotida bergabung menjadi satu. Proses
berlangsung terus menerus hingga terbentuk polinukleotida yang baru.
Mekanisme replikasi DNA yang diteliti oleh Meselson dan Stahl. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa replikasi DNA berlangsung dengan mekanisme semikonservatif, yaitu dua
pita dari heliks ganda (induk) memisahkan diri dan selam proses replikasi, masing-masing pita
membentuk pita komplementernya dari nukeotida-nukleotida yang ada. Hasilnya adalah masing-
masing pita yang lama mendapatkan pasangan pita baru seperti pasangan yang lama. Setelah
replikasi, terbentuk dua pita DNA baru yang mirip.5
Teori Mendel
Pada tahun 1854 Johann Gregor Mendel mulai melakukan eksperimen klasik dengan
menggunakan tanaman kacang kapri ( Pisum Sativum). Ia juga bereksperimen dengan
menyilangkan tikus untuk mempelajari jika pewarisan sifat – sifat pada hewan berbeda dari
proses pada tumbuhan. Gregor mendel mempublikasikan hasil penelitian genetiknya pada
kacang ercis di tahun 1866, yang merupakan dasar untuk genetika modern. Setiap sifat yang
dipelajari oleh mendel, seperti tinggi tanaman, dikendalikan oleh gen. mendel juga mengusulkan
agar masing – masing sifat memerlukan dua sifat yang terkait, tetapi berbeda, faktor penentu
yang disebut alel. Alel mewaliki berbagai bentuk gen. meskipun gen tunggal mengendalikan
ketinggian tanaman kacang polong, gen yang ada dalam dua bentuk atau alel: D (tinggi yang
dominan) dan d (kerdil, yang resesif). Fenotip mengacu pada karakter yang dapat dilihata atau
diamati pada suatu organisme, sedang genotip adalah kombinasi alel yang dimiliki suatu
organisme. Hukum mendel terbagi menjadi dua yaitu hukum Mendel I dan hukum Mendel II.8
Hukum Mendel I ( disebut juga hukum segregasi) adalah mengenai pemisahan alel pada
waktu pembentukan gamet. Hukum segregasi menyatakan bahwa pada waktu pembentukan
gamet tejadi segregasi atau pemisahan alel secara bebas, dari diploid menjadi haploid.9 Hukum
mendel II atau hukum berpasangan secara bebas ( the mendelian law of independent assortment)
menyatakan bahwa selama proses pembentukan gamet, segrgasi pada alel – alel dalam satu gen
adalah berdiri sendri dari proses segregasi alel –alel dari gen lainnya. Hukum mendel I dan II
terjadi pada proses gametosis atau pembelahan meiosis.8 Hukum mendel inilah yang menjadi
dasar genetika modern.
Diagram Silsilah (Pedigree)
Pola pewarisan pada beberapa organisme adalah relative mudah untuk menentukan kapan
sejumlah besar keturunan dapat dihasilkan. Pengamatan Mendel dari rasio fenotipe 3:1 pada
generasi F2 membuatnya mengusulkan hukum persamaan segregasi. Jika ukuran sampel Mendel
telah lebih kecil, ia tidak mungkin telah melihat rasio ini. Selanjutnya, uji silang ( testcross)
untuk mengkonfrimasi hokum kedua berpasangan secara bebas diperlukan persilangan genotipe-
genotipe tertentu (dihibrid dan tanaman homozigot resesif ganda). Namun dalam banyak kasus,
terutama pada manusia, persilangan dan uji silang adalah bukan suatu pilihan atau yang lainnya
dinyatakan tidak layak. Dalam kasus ini, ahli genetika mengandalkan pada analisis suatu sifat
dalam beberapa generasi dari keluarga untuk menyimpulkan jenis pewarisan di tempat kerja.8
Sebuah silsilah (pedigree) adalah daftar sistematik (baik berupa kata-kata ataupun
symbol) nenek moyang suatu individu tertentu, atau bisa juga merupakan “pohon keluarga” bagi
banyak individu. Sudah menjadi kebiasaan untuk melambangkan perempuan atau betina dengan
lingkaran, sedangkan laki-laki atau jantan dengan kotak. Perkawinan ditunjukkan sebagai garis
horizontal antara dua individu. Keturunan dari sebuah perkawinan dihubungkan dengan garis
vertical ke garis perkawinan. Arsiran atau warna berbeda yang diberikan bagi simbol-simbol
dapat melambangkan berbagai fenotipe. Setiap generasi didaftarkan pada baris terpisah yang
dinomori dengan angka romawi.10
Analisis pedigree diperlukan untuk melihat insiden dan perjalanan penyakit dalam
keluarga. Risika berupa informasi yang tidak diharapkan dapat menyebabkan stress sosial dan
psikologi, stigma sosial dan diskriminasi di tempat kerja atau oleh asuransi.11 Analisis pedigree
juga digunakan sebagai ganti penelitian-penelitian penangkaran (breeding studies), terutama
pada manusia, sebab tak mungkin melakukan perkawinan ekperimental. Silsilah dapat membantu
menentukan dasar gentik dati suatu sifat atau penyakit tertentu.10
Fenotipe
Tidak semua kenakeragaman yang diamati dalam suatu populasi dapat diturunkan kepada
anakkannya.fenotipe adalah produk kumulatif dari suatu genotype yang diturunkan dan
diwariskan dengan berbagai pengaruh lingkungan. Sebagai contoh, para binaragawan mengubah
fenotipenya secara drastis lewat latihan. Penting untuk diingat bahwa hanya komponen genetik
yang variasilah yang dapat mengakibatkan evolusi sebagai hasil dari seleksi alam, karena hanya
inilah komponen yang diwariskan antar generasi.12
Dalam hal ini, cara untuk menafsirkan atau memperkirakan faktor-faktor penentu tingkah
laku yang bersifat dasariah dan tak berubah (morfogenotipe) berdasarkan hasil pengukuran yang
sebgaian besar didasarkan pada tubuh bagian luar yang dapat diamati disebut sebagai fenotipe. 13
Sehingga dapat dikatakan bahwa fenotipe merupakan karakteristik atau penampak luar tubuh
suatu individu yang dapat dilihat dengan mata.
Genotipe
Fenotipe mengacu pada karakter yang diamati dari suatu organism. Satu alel merupakan
fenotipe yang dominan dan alel lain menyebabkan fenotipe resesif. Kombinasi alel yang dimiliki
suatu organisme di sebut genotype. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa genotype merupakan
penyusun dari genetic yang terdapat dalam mahluk hidup. Genotipe juga dapat dikatakan sebagai
bentuk atau susunan genetic suatu karakter yang diwarisi suatu individu dari induknya.12
Golongan Darah
Golongan darah adalah dari berbagai cara dari tes maternitas atau paternitas, golongan
darah itu sendiri adalah suatu ciri khusus dari individu karena adanya perbedaan jenis
karbohidrat dan protein yang ada pada permukaan membrane sel darah merah. Dengan kata lain,
golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam
sel darah merah. Ada 2 penggolongan darah yang paling penting, yaitu Golongan ABO dan
Golongan Rhesus (Rh). Ada lebih dari 40 juta antigen yang kita kenal selain ABO dan Rh, hanya
sangat jarang sekali dijumpai.14
Golongan darah ABO
Pada golongan darah ABO, terdapat 2 antigen yang berbeda. Antigen-A, dan Antigen-B.
Ada 4 golongan dalam Golongan darah ABO ini, golongan A, B, AB, dan O. Individu dengan
golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.14
Golongan A Golongan B Golongan AB Golongan O
Anti A (+) (-) (+) (-)
Anti B (-) (+) (+) (-)
Anti AB (+) (+) (+) (-)
Sehingga, orang dengan golongan darah A -negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan golonga n darah A-negatif atau O-negatif. Untuk individu dengan golongan darah
B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B -negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan dolongan darah B -negatif atau O-negatif. Sedangkan
individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak
menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah
AB -positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut
resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB -positif tidak dapat mendonorkan
darah kecuali pada sesama AB-positif. Dan yang terakhir, individu dengan golongan darah O
memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga,
orang dengan golongan darah O -negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan
darah O -negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O- negatif. Secara umum, golongan
darah yang paling banyak adalah golongan darah O, meskipun di beberapa Negara sepertu
norwegia dan swedia golongan darah umum disana adalah golongan darah A.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.14
Tabel 1. Penetapan golongan darah ABO
Kegunaan penentuan golongan darah ABO karena informasi tentang golongan darah
ABO seseorang mutlak diperlukan dalam keadaan yang berhubungan dengan transfusi darah,
baik sebagai donor maupun sebagai resipien. Informasi ini lebih penting lagi bagi resipien dari
pada bagi donor. Oleh karena itu, sepatutnya seseorang mengetahui dengan pasti akan golongan
darahnya sendiri, yang dapat dilakukan dengan memeriksakan darahnya ke laboratorium.
Golongan darah juga berfungsi sebagai salah satu petanda (marker) genetik, yang ikut menjadi
bagian dari identirtas diri seseorang. Selain itu, sifat sekretor dan non-sekretor yang juga
ditentukan secara genetik, ikut menjadi petanda genetik. Informasi tentang petanda genetik
seringkali diperlukan dalam masalah yang berhubungan dengan hukum, apakah itu sebagai bukti
yang memperkuat atau memperlemah terhadap tersangka. Untuk tujuan tersebut informasi
tentang golongan darah ABO serta keadaan sekretor ataupun non-sekretor dari seseorang akan
sangat membantu dan dapat dimanfaatkan. Selain itu, kedua petanda genetik ini dapat pula
dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam menyelesaikan sengketa perkerabatan, seperti
penentuan ayah ata ibu dari seorang anak.14
Golongan Rhesus
Golongan darah berikutnya yang tidak kalah penting adalah Golongan Rhesus
(Rh). Nama ini diambil dari monyet jenis rhesus yang digunakan oleh karl leindsteiner pada
tahun 1940 (karl leindsteiner juga yang menemukan golongan darah ABO). Penggolongan pada
golongan ini dibagi 2, yaitu Golongan Rh + dan Rh -, golongan darah Rh + yang berarti
darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan
eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh). Sedangkan golongan darah Rh -
berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak
terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh). Jenis penggolongan ini
seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO.13
Menurut Landsteiner golongan darah Rh ini termasuk keturunan (herediter) yang diatur
oleh satu gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu Rh dan rh. Rh dominan terhadap rh sehingga
terbentuknya antigen-Rh ditentukan oleh gen dominan Rh. Orang bergolongan darah Rh+ jika
mempunyai genotip RhRh atau Rhrh, sedangkan orang Rh- mempunyai genotip rhrh. Antigen
golongan darah Rh adalah suatu protein yang menjadi bagian utuh dari membran SDM. Ini
berbeda dengan golongan darah ABO, yang berupa karbohidrat dalam bentuk oligosakarida.
Oleh karena oligosakarida dapat terikat ke protein (suatu glikoprotein) atau ke lipid( suatu
glikolipid) dan antigen golongan rhesus bukan suatu oligosakarida, maka antigen ini tidak
terdapat pada bagian lemak atau lipid dari membran SDM.14
Dalam kasus yang ada diketahui bahwa golongan ayah dari anak bayi tersebut
adalah A( IAIA / IAi) dan ibu bergolongan darah O (ii) dan hasil pemeriksaan golongan darah bayi
tersebut adalah A mengikuti golongan darah ayah.
P: IAi X ii
G: IAi, ii , IAi , ii
F: 50% bergolongan darah A
50% bergolongan darah O
Teori Probabilitas
Hukum yang digunakan untuk analisis genetik. Hukum pertama, hukum hasil perkalian
(aturan perkalian) digunakan untuk memprediksi probabilitas dua atau lebih kejadian saling –
bebas yang terjadi bersama. Dua atau lebih kejadian disebut saling – bebas (independent) jika
terjadi atau tidak terjadinya salah satu kejadian tersebut tidak mempengaruhi probabilitas
terjadinya kejadian lain yang mana pun. Jika dua kejadian saling – terjadi dengan probabilitas
berturut – turut p dan q, maka probabilitas terjadinya kedua secara bersamaan adalah (p)(q).15
Kesimpulan
Setiap mahluk hidup, terutama manusia memiliki kromosom. Dimana kromosom akan
diwariskan kepada anakkannya yang berasal dari setengah kromosom ibu dan setengah dari
kromosom ayah. Didalam setiap kromosom mengandung DNA yang merupakan sebuah molekul
yang mengandung informasi genetic yang akan diwarisi kepada anakannya dengan cara replikasi
DNA. DNA pada umumnya dapat ditemukan pada seluruh tubuh manusia terutama darah. Setiap
darah pada masing-masing orang berbeda-beda dan mengandung sifat secretor dan non-sekretor
yang dapat digunakan sebagai petunjuk genetika pada tiap orang yang berasal dari indukkannya.
Daftar Pustaka
1. Champe Pamela. Biokimia: Ulasan bergambar. Edisi 3. Jakarta: EGC;2010.h.483.
2. Anonim. Bried History of Forensik DNA Typing. Availabe at:
www. cs tl.ni s t.gov/ s trbase/ppt/intro.pd f . Accessed on: January 27, 2015.
3. Murray R.K, Granner D.K, Rodwell V.W. Biokimia Harper.Ed 27th. Jakarta: EGC; 2006. H.
321
4. Sofro A.S.M. Keanekaragaman genetik. Yogyakarta: Andi offset; 1994: h. 13-30
5. James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta: Peneribit
Erlangga; 2001: h. 88-90
6. Yuwono T. Biologi molekuler. Jakarta: Peneribit Erlangga; 2005: h. 93-7
7. Sumardjo D. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program
strata 1 fakultas bioeksakta. Jakarta: Buku kedoteran EGC; 2006: h. 307-45
8. Priastini R, Hartono B. Buku ajaran biologi sel dan molukuler. Jakarta: Falkultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana; 2014
9. Karmana O. Hukum mendel. Dalam: Nurdiaosyah A editor, Biologi. Edisi ke-1. Jakarta:
Grafindo media pratama; 2008: h.105.
10. Tyas D. Analisis silsilah. Diterjemahkan dari Elrod S.L, Stanffield W.D. Schaum’s outlines
of theory and problem of genetics, fourth edition Dalam: Pedigree analysis. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007:h.43-52
11. Hanafiah J, Amir A. Etika kedokteran dan hubungan kesehatan edisi 4. Jakarta: EGC; 200712. Wulandari DT. Genetika. Diterjemahkan dari Campbell NA, Reece JB. Biology eighth
edition Dalam: Genetic. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008: h.267-281
13. Supratiknya A. Teori-teori sifat dan behavioristik. Yogyakarta: penerbit kanisius; 1993.14. Camphbell Neil A. Biology. Ed 5th. Jakarta: Penerbit Erlangga;2002.h.257-71
15. Elrod S, Stansfield W. Genetika. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga; 2006: h.64.