makalah pediatrik edit ipul

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah. Kemampuan motorik dan kognisi berkembang sesuai tingkat usia anak, demikian juga pemerolehan bahasa bertambah melalui proses perkembangan mulai dari bahasa pertama, usia pra sekolah dan usia sekolah di mana bahasa berperan

Upload: nurul-hidayati-putri-rohmania

Post on 05-Dec-2014

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pediatrikkk

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pediatrik Edit Ipul

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam  struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses

diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi

fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku

sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan

perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.  Keterlambatan bicara

adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada

dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa

laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 –

10% pada anak sekolah. Kemampuan motorik dan kognisi  berkembang sesuai

tingkat usia anak, demikian juga pemerolehan bahasa bertambah melalui proses

perkembangan mulai dari bahasa pertama, usia pra sekolah dan usia sekolah di

mana bahasa berperan sangat penting dalam pencapaian akademik anak.

Melihat sedemikian besar dampak yang timbul akibat keterlambatan

bahasa pada anak usia pra sekolah maka sangatlah penting untuk

mengoptimalkan proses perkembangan bahasa pada periode ini. Deteksi dini

keterlambatan dan gangguan bicara usia prasekolah adalah tindakan yang

terpenting untuk menilai tingkat perkembangan bahasa anak, sehingga dapat

meminimalkan kesulitan dalam proses belajar anak tersebut saat memasuki usia

sekolah. Beberapa ahli menyimpulkan perkembangan bicara dan bahasa dapat

dipakai sebagai indikator perkembangan anak secara keseluruhan, termasuk

kemampuan kognisi dan kesuksesan dalam proses belajar di sekolah.

Dalam bab berikutnya, kami akan membahas lebih dalam mengenai

Page 2: Makalah Pediatrik Edit Ipul

gangguan bicara beserta terapi untuk mengurangi gangguan bicara yang terjadi

pada anak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dari gangguan bicara…?

2. Apa epidemilogi dari Gangguan Bicara…?

3. Bagaimana Fisiologi dari Gangguan Bicara…?

4. Apa saja Klasifikasi dari gangguan bicara…?

5. Apa apa saja etiologi dari gangguan bicara…?

6. Bagaimana Manifestasi klinik dari gangguan bicara…?

7. Apa saja terapi yang diberikan pada Pasien gangguan bicara…?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa Mengetahui atau memahami Definisi dari gangguan bicara

Dengan baik

2. Mahasiswa Dapat Tahu Epidemologi dari Gangguan Bicara

3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Fisiologi dari ganguan Bicara

4. Mahasiswa Bisa membedakan Klasifikasi dari gangguan Bicara

5. Mahasiswa Bisa menjelaskan Etiologi dari Gangguan Bicara

6. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinik dari gangguan bicara

7. Mahasiswa Dapat tahu terapi yang diberikan pada pasien gangguan bicara

Page 3: Makalah Pediatrik Edit Ipul

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kata bahasa berasal dari bahasa latin “lingua” yang berarti lidah.

Awalnya pengertiannya hanya merujuk pada bicara, namun selanjutnya

digunakan sebagai bentuk sistem konvensional dari simbol-simbol yang

dipakai dalam komunikasi. American Speech-Language Hearing

Association Committee on Language mendefinisikan bahasa sebagai : suatu

sistem lambang konvensional yang kompleks dan dinamis yang dipakai dalam

berbagai cara berpikir dan berkomunikasi.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, bahasa didefinisikan sebagai : suatu

sistem lambang bunyi yang  arbitrer, yang digunakan oleh suatu anggota

masyarakat untuk bekerja bersama, berinteraksi dan  mengidentifikasikan diri.

Kamus bahasa Inggris juga memberi definisi yang sama tentang bahasa.

Terdapat perbedaan mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara adalah

pengucapan yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara

dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam

suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. Bahasa

reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang

didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara

simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik.

Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja ia

dapat mengucapkan satu kata dengan jelas tetapi tidak dapat menyusun dua

kata dengan baik, atau sebaliknya seorang anak mungkin saja dapat

mengucapkan sebuah kata yang sedikit sulit untuk dimengerti tetapi ia dapat

menyusun kata-kata tersebut dengan benar untuk menyatakan keinginannya.

Sedangkan anak yang mengalami gangguan bicara, ia tidak mampu

atau kesulitan untuk mengungkapkan kata-kata dan menyebutkan kata-kata

tersebut. 

Page 4: Makalah Pediatrik Edit Ipul

2.2 Epidemiologi

Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia prasekolah.

Hampir sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan

keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-

16 tahun. Pada anak-anak usia 5 tahun, 19% diidentifikasi memiliki gangguan

bicara dan bahasa (6,4% keterlambatan berbicara, 4,6% keterlambatan bicara

dan bahasa, dan 6% keterlambatan bahasa). Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5

tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan

bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3-6%

anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala

neurologi, sedangkan pada usia prasekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu

sekitar 15%. Menurut penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang

lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa yang lebih tinggi

daripada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah ke atas.

Studi Cochrane terakhir telah melaporkan data keterlambatan bicara,

bahasa dan gabungan keduanya pada anak usia prasekolah dan usia sekolah.

Prevalensi keterlambatan perkembangan bahasa dan bicara pada anak usia 2

sampai 4,5 tahun adalah 5-8%, prevalensi keterlambatan bahasa adalah 2,3-

19%. Sebagian besar studi melaporkan prevalensi dari 40% sampai 60%.

Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa di Indonesia belum

pernah diteliti secara luas. Kendalanya dalam menentukan kriteria

keterlambatan perkembangan berbahasa. Data di Departemen Rehabilitasi

Medik RSCM tahun 2006, dari 1125 jumlah kunjungan pasien anak terdapat

10,13% anak terdiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa. Penelitian

Wahjuni tahun 1998 di salah satu kelurahan di Jakarta Pusat menemukan

prevalensi keterlambatan bahasa sebesar 9,3% dari 214 anak yang berusia

bawah tiga tahun.

Page 5: Makalah Pediatrik Edit Ipul

2.3 Fisiologi

I. Proses fisiologi bicara 

Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan

motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba

berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek

motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan

artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.

Pada hemisfer dominan otak atau sistem susunan saraf pusat

terdapat pusat-pusat yang mengatur mekanisme berbahasa yakni dua pusat

bahasa reseptif area 41 dan 42 (area wernick), merupakan pusat persepsi

auditori-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu

yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman  adalah

pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian

segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area

Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Pusat-pusat tersebut berhubungan

satu sama lain melalui serabut asosiasi.

Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang

ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian

menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini rangsangan

diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian

dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk

pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea

maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran primer di

otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan

disalurkan  dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak

yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh

getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-

paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum

(langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf

motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.

Page 6: Makalah Pediatrik Edit Ipul

Proses Reseptif – Proses Dekode    

Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada

batang otak akan menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas

dan rangsang mana yang akan diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap

oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke area korteks auditori pada

girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini

berasal dari sisi telinga yang berlawanan.

Proses Ekspresif – Proses Encode

Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur

untuk pesan yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan

melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan

koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian melewati korteks

motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan

artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi

pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan

dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode fonologi.

Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara.

II. Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Di Bawah 3 Tahun 

Perkembangan bahasa sangat berhubungan erat dengan maturasi

otak. Secara keseluruhan terlihat dengan berat kasar otak yang berubah

sangat cepat dalam 2 tahun pertama kehidupan. Hal ini disebabkan karena

mielinisasi atau pembentukan selubung sistem saraf.  Proses mielinisasi

ini dikontrol oleh hormon seksual, khususnya estrogen. Hal ini

menjelaskan kenapa proses perkembangan bahasa lebih cepat pada anak

perempuan. 

Pada usia sekitar 2 bulan, korteks motorik di lobus frontal menjadi

lebih aktif. Anak memperoleh lebih banyak kontrol dalam perilaku motor

volusional. Korteks visual menjadi lebih aktif pada usia 3 bulan, jadi anak

menjadi lebih fokus pada benda yang dekat maupun yang jauh. Selama

Page 7: Makalah Pediatrik Edit Ipul

separuh periode tahun pertama korteks frontal dan hipokampus menjadi

lebih aktif. Hal ini menyebabkan peningkatan kemampuan untuk

mengingat stimulasi dan hubungan awal antara kata dan keseluruhan.

Pengalaman dan interaksi bayi akan membantu anak  mengatur kerangka

kerja otak.

Diferensiasi otak fetus dimulai pada minggu ke-16 gestasi.

Selanjutnya maturasi otak berbeda dan terefleksikan pada perilaku bayi

saat lahir. Selama masa prenatal batang otak, korteks primer dan korteks

somatosensori bertumbuh dengan cepat. Sesudah lahir serebelum dan

hemisfer serebri juga tumbuh bertambah cepat terutama area reseptor

visual. Ini menjelaskan bahwa maturasi visual terjadi relatif lebih awal

dibandingkan auditori. Traktus asosiasi yang mengatur bicara dan bahasa

belum sepenuhnya matur sampai periode akhir usia pra sekolah. Pada

neonatus, vokalisasi dikontrol oleh batang otak dan pons. Reduplikasi

babbling menandakan maturasi bagian wajah dan area laring pada korteks

motor. Maturasi jalur asosiasi auditorik seperti fasikulus arkuatum yang

menghubungkan area auditori dan area motor korteks tidak tercapai

sampai awal tahun kedua kehidupan sehingga menjadi keterbatasan dalam

intonasi bunyi dan bicara.  Pengaruh hormon estrogen pada maturasi otak

akan mempengaruhi kecepatan perkembangan bunyi dan bicara pada anak

perempuan.

Page 8: Makalah Pediatrik Edit Ipul

Tabel I

Milestones normal perkembangan bicara dan bahasa pada anak.

Umur Kemampuan Reseptif Kemampuan Ekspresif

LahirMelirik ke sumber suara                                  

       

Menangis

2 - 4 BulanMemperlihatkan ketertarikan terhadap

suara-suara

Tertawa dan mengoceh tanpa arti

6 Bulan

Mengeluarkan suara yang merupakan kombi

nasi huruf

hidup (vowel) dan huruf mati (konsonan)

Memberi respon jika namanya 

dipanggil

9 BulanMengerti dengan kata-

kata yang Mengucapkan “mama”, “dada”

Bergumam

12 Bulan Memahami dan menuruti perintah sederhana Mengucapkan satu kata

15 Bulan Mempelajari kata-kata dengan perlahan Menunjuk anggota tubuh

18 - 24 

BulanMengerti kalimat

Menggunakan/merangkai dua kat

a

24 – 36 

Bulan

Mengikuti 2 langkah perintah   

Menanyakan “apa’’

Membentuk 3 (atau lebih) kalimat

Menjawab pertanyan           

Frase 50% dapat dimengerti

36 – 48 

Bulan

Mengerti banyak apa yang diucapkan.

Kalimat 75% dapat dimengerti, bahasa sudah 

mulai jelas,menggunakan lebih 

dari 4 kata dalam satu kalimat

Menanyakan “mengapa”

48 – 60 

Bulan

Mengerti banyak apa yang

dikatakan, sepadan dengan  fungsi kognitif     

Bercerita

Menyusun kalimat dengan

baik

6 Tahun 100% kalimat dapat dimengerti Pengucapan bahasa lebih jelas

Page 9: Makalah Pediatrik Edit Ipul

III. Kegagalan yang sering ditemukan pada komunikasi selama

perkembangan anak.

1. Kesalahan dalam bahasa

Kesalahan dalam mengartikan suatu kata

Kesalahan dalam mengorganisir kata dalam kalimat

Kesalahan bentuk kata

2. Kegagalan bicara

Gagap

Kekurangan dalam artikulasi

Kerusakan alat artikulasi

2.4 KLASIFIKASI

Sekitar 4 persen anak dan 1 persen orang dewasa memiliki kelaianan bicara

yang parah. Kelainan bicara pada usia remaja dapat merongrong kepercayaan

diri anak. Anak dapat mogok bicara jika terus mendapat ejekan kala gagap-

gugup menyerang. Semakin tidak nyaman semakin parah kondisinya. Walau

demikian, kelemahan bicara tidak berhubungan langsung dengan keberhasilan

hidup. Banyak pemimpin, pengusaha, kalangan professional yang memiliki

gangguan bicara. Mereka tetap dapat berkomunikasi dan hidup normal.

1. Gagap

Gagap (stuttering) pada masa batita dianggap normal karena masih belajar

mengembangkan keterampilan dan kemampuan bicara.

Paling banyak kegagapan ini terjadi di usia 18 bulan sampai kurang lebih

4 tahun. Misal, kata yang hendak diucapkan diulang-ulang, "Aku aku aku

mau pipis." Atau anak sulit mengucapkan kata tertentu di awal atau di

tengah, misalnya, "mmmmmama", "makkkkan."

Menginjak dewasa tidak semua orang telah memperoleh kemampuan

bahasa dengan baik. “Mmmmmm … maksudnya,” begitulah setiap kali

Page 10: Makalah Pediatrik Edit Ipul

Aries sang ketua di sebuah organisasi kala membuka argumentasi. Bagi

yang mendengar, kesulitan bahasa seperti yang di alami Aries membuat

gregetan.

2. Cadel

Candel bisa karena kelainan fisiologis, misalnya lidahnya pendek, tak

punya anak tekak, atau langit-langitnya cekung. Untuk menanganinya

tentu harus dikonsultasikan dengan dokter. Nah, yang sering terjadi adalah

karena kurang/belum matangnya koordinasi bibir dan lidah. Biasanya "r"

dibunyikan "l". Meski begitu, kecadelan tiap anak tidak sama persis.

3. Tunawicara

Gangguan bicara yang paling berat adalah tunawicara. Usia ini merupakan

saat yang paling tepat untuk mengetahui apakah anak mempunyai kelainan

tersebut atau tidak karena pada usia ini kemampuan bicara anak umumnya

sudah bagus. Jika ia hanya mengeluarkan bunyi-bunyi khas tanpa makna,

semisal “uuh..uuh”, “eeh…ehh”, untuk menjawab/menunjuk semua benda,

hal ini bisa dijadikan indikator kalau dia belum bisa bicara sama sekali.

Bila sudah ada gejala seperti itu, sebaiknya anak segera dibawa ke dokter.

Untuk langkah pertama bisa dibawa ke dokter anak sebelum mendapatkan

penanganan yang lebih intens.

4. Keterlambatan Bicara Fungsional

Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering

dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga

diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan

bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena

keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang

dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan

ini sering dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan

bicara pada keluarga

Page 11: Makalah Pediatrik Edit Ipul

Adapun bentuk-bentuk suara atau pengucapan batita antara lain:

1. Babbling

Sebagian anak di awal usia batita, melakukan babbling, yaitu

mengeluarkan suara berupa satu suku kata, seperti "ma..." atau "ba.."

Namun, itu masih belum bermakna. Jadi sekadar mengoceh atau

bereksperimen.

2. Bahasa "planet"

Contoh, saat meminta sesuatu dia hanya menunjuk sambil mengeluarkan

kata-kata yang tidak dimengerti orang dewasa.

3. Sepotong-sepotong

Kemampuannya untuk menangkap, mencerna, dan mengeluarkan apa

yang ingin diucapkan masih dalam tahap belajar. Wajar kalau pengucapan

masih sering tersendat-sendat/ sepotong-sepotong, hanya pada bagian

akhir kata.

4. Sulit mengucapkan huruf/suku kata

Misalnya, kata mobil disebut "mobing". Atau toko jadi "toto" atau stasiun

jadi "tatun". Pengucapan semacam ini, kan, jadi sulit ditangkap artinya.

5. Terbalik-balik

Contoh, maksud si kecil ingin mengatakan "Mau ikut ke pasar", tapi yang

dia ucapkan, "pacang icut mau", dan sebagainya. Ini tentu saja

membingungkan dan kadang sulit dipahami pihak yang diajak bicara.

6. Salah makna kata/kalimat

Nah, meskipun si kecil sudah bisa mengucapkan kata-kata menjadi

kalimat, namun masih sering terjadi salah makna. Tak jarang, rangkaian

kalimat itu justru maknanya bisa beragam. Misal, "Ma, mau mamam

cucu."

2.5 MANIFESTASI KILINIS

Sampai usia 12 bulan sama sekali belum bisa babbling.

Sampai usia 18 bulan belum ada kata pertama yang cukup jelas, padahal

Page 12: Makalah Pediatrik Edit Ipul

sudah dirangsang dengan berbagai cara.

Terlihat kesulitan mengucapkan beberapa konsonan.

Sepertinya tidak memahami kata-kata yang kita ucapkan.

Terlihat berusaha sangat keras untuk mengatakan sesuatu,

misalnya sampai ngeces atau raut muka berubah. maka hal ini haruslah

diteliti dan diperiksa oleh ahli yang memang berkompeten di bidangnya,

untuk menghindari terjadinya salah diagnosa dan penanganan. Untuk itu,

diperlukan pemeriksaan lengkap dari aspek-aspek :

2.6 ETIOLOGI

a) Hambatan pendengaran

Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan

keterlambatan bicara. Jika si anak mengalami kesulitan pendengaran,

maka dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan

menggunakan bahasa. Salah satu penyebab gangguan pendengaran anak

adalah karena adanya infeksi telinga.

b) Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-

motor.

Ada kasus keterlambatan bicara yang disebabkan adanya masalah pada

area oral-motor di otak sehingga kondisi ini menyebabkan terjadinya

ketidakefisienan hubungan di daerah otak yang bertanggung jawab

menghasilkan bicara. Akibatnya, si anak mengalami kesulitan

menggunakan bibir, lidah bahkan rahangnya untuk menghasilkan bunyi

kata tertentu.

c) Masalah keturunan

Masalah keturunan sejauh ini belum banyak diteliti korelasinya dengan

etiologi dari hambatan pendengaran. Namun, sejumlah fakta

menunjukkan pula bahwa pada beberapa kasus di mana seorang anak

anak mengalami keterlambatan bicara, ditemukan adanya kasus serupa

pada generasi sebelumnya atau pada keluarganya. Dengan demikian

Page 13: Makalah Pediatrik Edit Ipul

kesimpulan sementara hanya menunjukkan adanya kemungkinan masalah

keturunan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi.

d) Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua.

Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari

memiliki peran yang penting dalam membuat anak mempunyai

kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi. Banyak orang tua yang

tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si anak lah

yang juga membuat anak tidak punya banyak perbendaharaan kata-kata,

kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa atau membuat kesimpulan dari

kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekali pun. Sering orang tua malas

mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu dua patah

kata saja yang isinya instruksi atau jawaban sangat singkat. Selain itu,

anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri

sejak dini (lebih banyak menjadi pendengar pasif) karena orang tua terlalu

memaksakan dan “memasukkan” segala instruksi, pandangan mereka

sendiri atau keinginan mereka sendiri tanpa memberi kesempatan pada

anaknya untuk memberi umpan balik, juga menjadi faktor yang

mempengaruhi kemampuan bicara, menggunakan kalimat dan berbahasa.

e) Faktor Televisi.

Sejauh ini, kebanyakan nonton televisi pada anak-anak usia batita

merupakan faktor yang membuat anak lebih menjadi pendengar pasif.

Pada saat nonton televisi, anak akan lebih sebagai pihak yang menerima

tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Belum lagi

suguhan yang ditayangkan berisi adegan-adegan yang seringkali tidak

dimengerti oleh anak dan bahkan sebenarnya traumatis (karena

menyaksikan adegan perkelahian, kekerasan, seksual, atau pun acara yang

tidak disangka memberi kesan yang mendalam karena egosentrisme yang

kuat pada anak dan karena kemampuan kognitif yang masih belum

berkembang). Akibatnya, dalam jangka waktu tertentu yang mana

seharusnya otak mendapat banyak stimulasi dari lingkungan/orang tua

Page 14: Makalah Pediatrik Edit Ipul

untuk kemudian memberikan feedback kembali, namun karena yang lebih

banyak memberikan stimulasi adalah televisi (yang tidak membutuhkan

respon apa-apa dari penontonnya), maka sel-sel otak yang mengurusi

masalah bahasa dan bicara akan terhambat perkembangannya.

f) Keterbatasan kemampuan kognitif.

Yaitu kemampuan merepresentasikan objek yang dilihat dalam bentuk

image. Bila kemampuan kognitif terganggu, maka image tersebut tidak

akan terbentuk. Kondisi ini biasanya bisa dideteksi sendiri oleh orang tua

dengan melihat kemampuan motorik anak. Misalnya, anak yang

mengalami gangguan bicara biasanya juga kurang mampu melakukan

aktivitas lain yang sederhana sekalipun seperti memakai sepatu atau

mengancingkan baju.

g) Gangguan pervasif.

Biasanya terjadi pada anak yang mengalami ADD (attention defisit

disorder). Anak yang mengalami keterbatasan atensi ini mengalami

masalah di pusat sarafnya. Gangguan ini biasanya tidak berdiri tunggal,

tapi dibarengi ciri-ciri lain, semisal pekerjaannya tidak pernah tuntas,

sulit/tidak bisa konsentrasi dan sebagainya. Namun untuk

memastikannya, tak ada cara lain kecuali mendatangi ahli

2.7 Diagnosis

Fisiologis dan Neurologis.

Dokter memeriksa secara menyeluruh, untuk mengetahui apakah

keterlambatan tersebut disebabkan masalah pada alat pendengaran, sistem

pendengarannya, atau pun pada areal otak yang mengatur mekanisme

pendengaran-bicara dan otak yang memproduksi kemampuan berbicara. Tidak

hanya itu, pemeriksaan lengkap akan menghasilkan diagnosa yang jauh lebih

pasti tidak hanya faktor penghambatnya, namun juga metode penanganan

yang paling sesuai untuk anak yang bersangkutan.

Psikologis

Pemeriksaan secara psikologis juga diperlukan untuk memahami

Page 15: Makalah Pediatrik Edit Ipul

fungsi-fungsi lain yang berhubungan dengan kemampuan berbicara dan

berbahasa, seperti tingkat intelegensi serta tingkat perkembangan sosial-

emosional anak. Pemeriksaan secara psikologis ini juga dimaksudkan untuk

melihat sejauh mana pengaruh dari hambatan yang dialami anak terhadap

kemampuan emosional dan intelektualnya. Pemeriksaan ini juga harus

ditangani oleh ahli atau psikolog yang berkompeten dan berpengalaman dalam

menangani anak dengan problem keterlambatan bicara.

Setelah hasil pemeriksaan keluar, maka orang tua dengan rekomendasi

ahlinya dapat mengambil langkah tepat seperti misalnya, melakukan terapi

bicara atau jika usia anak sudah harus sekolah, maka dimasukkan pada

sekolah yang dapat memberikan perlakuan dan perhatian yang tepat sesuai

dengan masalah anak tersebut.Ada keterlambatan bicara yang masih bisa

diupayakan untuk diatasi sendiri oleh orangtua, tapi ada juga yang harus

melibatkan ahli.

2.7 Terapi

Terapi mandiri yang bisa dilakukan untuk mengurangi gangguan bicara pada

anak adalah sebagai berikut:

1. Menyebut nama-nama anggota tubuh. Misal, anak berdiri di depan kaca,

tunjuk anggota tubuh yang dimaksud sambil menyebutkan namanya, "Ini

tangan Mama, ini tangan Adek."

2. Ketika anak bicara tidak jelas tapi kita mengerti maksudnya, coba

betulkan kata-katanya lalu minta ia bicara lebih jelas lagi, baru kemudian

penuhi permintaannya. Contoh, si kecil minta susu tapi hanya menunjuk-

nunjuk, orangtua bisa mengatakan, "Susu" atau "Mau susu, ayo bilang

dulu."

3. Mengucapkan nama benda yang digunakan sehari-hari dengan cara terus

mengulang-ulang dan memintanya mengikuti.

4. Ketika seharusnya anak sudah bisa mengucapkan 2-3 kata dalam satu

kalimat tapi ia hanya mengucapkan satu kata, minta ia mengatakan dengan

benar. Umpama, anak hanya mengatakan "ayam" untuk makan ayam

Page 16: Makalah Pediatrik Edit Ipul

goreng, berikan contoh bagaimana seharusnya, "Adek mau makan ayam

gorengnya? Ayo bilang, makan ayam," dengan suara lebih keras dan minta

ia mengulanginya.

5. Jika ada konsonan-konsonan yang masih sulit diucapkannya di usia 12-18

bulan, beri kesempatan untuk terus meng- ulanginya.

6. Sering-seringlah mengajak anak bicara. Sesekali keraskan suara atau

pertegas intonasinya bila anak terlihat tak mengerti.

Tips Untuk Orang Tua

Banyak-banyak mengajak anak bicara. Walaupun mereka

sepertinya belum mengerti, tapi kata-kata tersebut akan diingatnya

dan suatu saat akan diekspresikannya.

Hati-hati dalam memilih kata di depan anak. Karena anak sangat

mudah menyerap dan mengingat, jangan mengucapkan kata-kata

kotor/umpatan.

Supaya lebih mudah dimengerti, ajak anak ngobrol dalam suasana

yang menyenangkan. Misal, ketika bicara tentang hujan, orangtua

memperbolehkan anak menadahkan tangan untuk menampung air

hujan sambil bercerita saat hujan seluruh tanaman akan basah. Bisa

juga sambil menyanyikan lagu-lagu tentang hujan.

Ketika bicara usahakan anak memang sedang menaruh perhatian.

Apakah matanya sedang melihat ke arah kita/benda yang kita

tunjukkan atau ke arah lain. Bila anak terlihat memerhatikan

sesuatu, ajak ia bicara mengenai hal/benda yang sedang

diperhatikannya itu.

Berikan makanan padat sesuai usia anak untuk merangsang otot

bicaranya.

Jangan mudah menyerah untuk terus mengajaknya bicara.

Page 17: Makalah Pediatrik Edit Ipul