makalah pbm
DESCRIPTION
tugas kuliahTRANSCRIPT
TEORI THORNDIKE, SKINNER, DAN AUSUBEL
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Oleh:
Arifta Nurjanah, Tri Rokhimah,
Rinda Naviano ,Khomarudin Fahuzan
Jurusan Pendidikan Matematika, Fmipa Universitas Negeri Yogyakarta
Pendahuluan
Guru merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran. Untuk
dapat memudahkan siswa memahami isi atau materi pelajaran, guru perlu
mengetahui teori-teori dan metode-metode pembelajaran dalam penyampaian
materi.
Seorang guru dapat saja belajar dari pengalaman mengajarnya. Namun, hal
tersebut akan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, akan lebih baik jika
guru menerapkan teori-teori belajar dari para ahli. Dalam psikologi pendidikan
banyak sekali teori-teori pembelajaran yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh
psikologi. Antara lain: Thorndike, Skinner, Ausubel, Gagne, Pavlov, Baruda,
Piaget, Vygotsky, Van Hill, dan lain-lain.
Untuk membantu guru matematika mempelajari teori-teori belajar yang
telah dikemukakan para ahli, perlu dibahas teori-teori para ahli, penerapannya
dalam pembelajaan matematika, dan juga kelebihan serta kekurangan masing-
masing teori. Namun karena terdapat begitu banyak teori, maka dalam makalah ini
hanya akan dibahas teori Thorndike, Skinner, dan Ausubel.
Pembahasan
a. Thorndike
1. Biografi Thorndike
Edward Lee Thorndike yang lahir 31 Agustus 1874 di Williamsburg,
Massachusetts, adalah seorang psikolog Amerika. Ia lulus S1 dari Universitas
Wesleyen pada tahun 1895 dan S2 dari Harvard University pada tahun 1896.
Kemudian ia meraih gelar doktor di Columbia University pada tahun 1898.
Thorndike ialah seorang anggota dewan dari Psychological
Corporation, dan menjabat sebagai presiden American
1
Psychological Association pada tahun 1912. Kemudian Ia menjadi Presiden kedua
Psychometric Society Pada tahun 1937. Buku-buku yang ditulisnya antara lain
Educational Psychology, Intelligency, A Teacher’s Word Book, Your City, dan
Human Nature and the Social Order. Edward Lee Thorndike meninggal pada 9
Agustus 1949.
2. Percobaan Thorndike
Dalam percobaannya, Thorndike memasukkan
seekor kucing ke dalam sangkar (puzzle box) seperti
pada gambar. Puzzle box merupakan sebuah sangkar
besi yang pintunya dapat dibuka dengan menarik
rantai atau menginjak pedal yang ada di dalam sangkar. Jika kucing ingin keluar,
maka ia harus melakukan salah satu dari cara tersebut.
Percobaan yang dilakukan oleh Thorndike tersebut menghasilkan teori
“trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar terjadi
dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Ketika mencoba-coba, kucing
cenderung meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil.
3. Teori Thorndike
Berdasarkan eksperimennya, Thorndike berpendapat bahwa pembelajaran
merupakan hasil gabungan antara stimulus dan respons (S-R). Stimulus adalah
suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan
organisme untuk beraksi atau berbuat. Respon adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang. Teori belajar stimulus-respon yang
dikemukakan oleh Thorndike ini disebut juga koneksionisme.
Kualitas dan kuantitas hasil belajar siswa tergantung dari kualitas dan
kuantitas S-R dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Makin banyak dan
makin baik kualitas S-R itu makin banyak dan makin baik pula hasil belajar siswa.
Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon
mengikuti hukum-hukum berikut, Suprijono (2009).
a) Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh
stimulus, maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2
b) Hukum Latihan (Law of Exercise)
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan, maka asosiasi
semakin kuat. Pengulangan yang memberikan dampak positif adalah pengulangan
yang frekuensinya teratur dan bukan berarti dalam bentuk yang sama, namun
pengulangan yang tidak membosankan, dan disajikan dengan cara yang menarik.
c) Hukum Akibat (Law of Effect)
Hubungan antara rangsangan dan perilaku akan semakin kukuh apabila
terdapat kepuasan dan akan makin diperlemah apabila tidak terdapat kepuasan.
4. Penerapan Teori Thorndike dalam Pembelajaran Matematika
Suherman (2001), Implikasi teori Thorndike dalam kegiatan belajar
mengajar ialah sebagai berikut. a) Dalam menjelaskan suatu konsep tertentu, guru
sebaiknya mengambil contoh yang sekiranya sudah sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari; b) Metode pemberian tugas dan metode latihan (drill and
practic) akan lebih cocok. Siswa akan lebih banyak mendapatkan stimulus
sehingga respons yang diberikan pun akan lebih banyak; c) Materi disusun dari
materi yang mudah, sedang, dan sukar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Penerapan teori ini dalam pembelajaran matematika ialah guru memastikan
kesiapan siswa sebelum memasuki materi selanjutnya agar siswa lebih mantap
dalam mengikuti materi yang akan diajarkan. Sebagai contoh dalam mempelajari
deret, siswa harus menguasai materi barisan terlebih dahulu, dalam mempelajari
persamaan garis lurus, siswa harus memahami materi operasi dan pemfaktoran
bentuk aljabar, dan dalam mempelajari materi lain yang memerlukan penguasaan
materi prasyarat lainnya.
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Thorndike
Kelebihan dari teori Thorndike antara lain sebagai berikut. 1) Membantu
siswa menjadi lebih siap menerima materi selanjutnya; 2) Memacu semangat siswa
dengan adanya kepuasan; 3) Membantu siswa berfikir secara otomatis.
Kelemahan teori Thorndike antara lain sebagai berikut. 1) Pengulangan
tidak cukup untuk memperkuat S-R; 2) Hubungan S-R akan melemah jika
akibatnya tidak memuaskan; 3) Memandang belajar hanya merupakan asosiasi
antara stimulus dan respon; 4) Siswa tidak dapat berkembang sesuai dengan
potensinya karena belajar hanya bersifat otomatis-mekanis.
3
b. Skinner
1) Biografi Skinner
Burrhus Frederic Skinner lahir pada 20 Maret 1904 di
Susquehanna, Pennsylvania, dan wafat pada 18 Agustus 1990
di Massachusetts setelah terserang penyakit leukemia.. Ia
masuk di Hamilton College jurusan sastra Inggris, kemudian
menjadi sarjana muda pada tahun 1926. Dua tahun kemudian
Ia melanjutkan kuliah psikologi di Harvard University dan meraih gelar doktor
pada tahun 1931. Dari tahun 1931 sampai 1936, Skinner menghabiskan waktunya
dengan bekerja di laboratorium W. J. Crozier. Kemudian pada tahun 1936, Skinner
pindah ke Minneapolis untuk bergabung dengan fakultas psikologi di University of
Minnesota. Pada tahun 1945, Skinner pindah lagi ke University of Indiana sebagai
dekan Fakultas Psikologi. Tiga tahun kemudian ia mengajar di Universitas
Harvard sampai akhir hayatnya.
2) Percobaan Skinner
Skinner membuat mesin untuk
percobaanya yang dinamakan dengan "Skinner
Box". Seekor tikus yang lapar diletakkan dalam
Skinner Box. Pada saat pertama kali masuk
kedalam Box, tikus akan menyelidik dengan
mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat keadaan disekeliling.
Secara kebetulan dalam perilaku menyelidik tersebut, tikus menyentuh tuas
makanan dan makanan berjatuhan.
Dalam percobaan ini, tikus akan belajar bahwa setiap kali menekan tuas ia
akan mendapatkan makanan sehingga tikus akan sering mengulangi perilakunya.
Proses tersebut akan terus berlangsung sampai ada proses penghilangan dengan
menghilangkan penguatannya.
3) Teori Skinner
Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar. 1) Tingkah laku itu mengikuti
hukum tertentu (behavior oflawful); 2) Tingkah laku dapat diramalkan (behavior
can bepredicted); 3) Tingkah laku dapat dikontrol (Behavior can be controlled).
Dalam eksperimennya terdapat istilah Operant Conditioning yang berarti
suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat
4
berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Penguatan atau yang
sering disebut sebagai reinforcement merupakan suatu tindakan yang dapat
mengakibatkan bertahannya atau meningkatnya suatu respon. Penguatan terdiri
penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan negatif yang berupa verbal
maupun non verbal.
Penguatan positif ialah rangsangan yang dapat mendorong atau
memperkuat tindakan anak, berupa pujian maupun sikap guru yang bergembira
terhadap respon anak seperti mengacungkan jempol, bertepuk tangan, tersenyum,
dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilakukan ketika anak mampu manjawab
pertanyaan, menyelesaikan soal, mendapatkan nilai tes yang memuaskan, atau hal
positif lainnya.
Penguatan negatif ialah penguatan yang mendorong individu untuk
menghindari suatu tindakan tertentu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Penguatan negatif dapat berupa teguran, peringatan, atau menunjukkan perilaku
tidak senang seperti mengerutkan kening, menggeleng, dan lain sebagainya. Hal ini
dilakukan ketika respon siswa tidak diperlukan atau tidak diharapkan seperti
mengejek temannya, membuat gaduh, dan lain-lain.
Berikut ini terdapat beberapa strategi yang dapat dipakai dalam pemberian
penguatan. a) Memilih penguatan yang efektif karena tidak semua penguatan akan
sama efeknya bagi anak; b) Penguatan dilakukan sesegera mungkin setelah siswa
melakukan tindakannya; c) Memilih jadwal penguatan terbaik, yaitu dengan
menyusun jadwal kapan suatu respon akan diperkuat; d) Menggunakan perjanjian,
di awal pembelajaran guru dan siswa membuat kontrak yang harus ditaati.
4) Penerapan Teori Skinner dalam Pembelajaran Matematika
Sugihartono (2007), beberapa prinsip belajar Skinner dalam pembelajaran
ialah sebagai berikut. a) Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika
salah dibetulkan, jika benar diberi penguat; b) Proses belajar harus mengikuti
irama dari yang belajar; c) Materi pelajaran, digunakan sistem modul; d) Dalam
proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri; e) Dalam proses
pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman; f) Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi
hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable
rasio reinforce; g) Dalam pembelajaran digunakan pembentukan respon (shaping).
5
Contoh penerapan Teori Skinner dalam pembelajaran matematika ialah
ketika siswa selesai ujian atau mengerjakan soal di papan tulis, guru segera
mengevaluasi hasil pekerjaan siswa. Jika terdapat kesalahan, guru harus segera
memberi tahu kesalahan siswa agar kesalahan itu tidak akan terulang kembali. Jika
siswa mendapatkan hasil yang baik, siswa diberi pujian atau hadiah.
5) Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner
Kelebihan teori Skinner ialah pendidik diarahkan untuk menghargai setiap
anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman dan
pembentukkan lingkungan yang baik.
Kelemahan teori ini ialah sebagai berikut. 1) Bagi sebagian siswa yang
tidak mampu menerima teguran akan membuatnya semakin down; 2) Pujian yang
diberikan guru terkadang menimbulkan kecemburuan; 3) Kekeliruan penggunaan
hukuman akan berakibat buruk pada siswa; 4) Tanpa adanya sistem hukuman akan
dimungkinkan membuat anak menjadi kurang disiplin.
c. Ausubel
1. Biografi Ausubel
Ausubel lahir pada 25 Oktober 1918 dan dibesarkan di
Brooklyn, New York. Pada tahun 1939 ia lulus dari Universitas
Pennsylvania. Setelah menyelesaikan pelatihan di psikiatri,
Ausubel masuk Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D.
Pada tahun 1950 David Paul Ausubel menempati posisi
Biro Pendidikan Penelitian di University of Illinois. Tahun 1966 ia pindah ke
Institut Ontario dan menempati bagian Departemen Psikologi Terapan. Setelah dua
tahun disana, Ausubel pindah ke Sekolah Pascasarjana University of New York
menjadi Profesor dan Kepala Departemen Psikologi Pendidikan hingga pensiun.
Setelah pensiun pada tahun 1975, Ausubel kembali ke praktek psikiatri.
2. Teori Ausubel
Teori belajar Ausubel menitikberatkan pada bagaimana seseorang
memperoleh pengetahuannya. Menurut Ausubel terdapat dua jenis belajar yaitu
belajar hafalan (rote-learning) dan belajar bermakna (meaningful-learning). Pada
belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya, tetapi pada
belajar bermakna materi yang diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain
sehingga belajar lebih dimengerti.
6
Ausubel juga membedakan belajar menemukan dengan belajar menerima.
Pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa sehingga siswa tidak
menerima pelajaran begitu saja. Selanjutnya bahwa Ausubel mengemukan bahwa
metode ekspositori adalah metode mengajar yang baik dan bermakna. Hal ini
dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa belajar menerima maupun
menemukan sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau bermakna.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut
Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan
dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sesuatu yang dihafal
akan cepat dan mudah hilang, namun sesuatu yang dimengerti akan tertanam kuat
di benak siswa.
Materi dalam pelajaran matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-
pisah namun merupakan satu kesatuan, sehingga pengetahuan yang satu dapat
berkait dengan pengetahuan yang lain. Suatu proses pembelajaran akan lebih
mudah dipelajari dan dipahami para siswa jika guru mampu untuk memberi
kemudahan bagi siswanya. Sedemikian sehingga siswa dapat mengaitkan
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Menurut Ausubel, bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan
sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Disamping itu,
seorang guru dituntut untuk mengecek, mengingatkan kembali ataupun
memperbaiki pengetahuan prasyarat siswanya sebelum ia memulai membahas
topik baru, sehingga pengetahuan yang baru tersebut dapat berkait dengan
pengetahuan yang lama yang lebih dikenal sebagai belajar bermakna tersebut.
3. Penerapan Teori Ausubel dalam Pembelajara Matematika
Penerapan teori Ausubel yaitu dengan menerapkan model pengajaran
ekspositori. Kegiatan belajar mengajar terpusat pada guru, tetapi dominasi guru
harus dikurangi. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan
contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Siswa mengerjakan latihan
soal sendiri, mengerjakan soal bersama dengan temannya, atau dapat juga
mengerjakan di papan tulis.
Penerapan teori ini dalam pembelajaran matematika misalnya dalam
mempelajari bangun ruang. Contohnya dalam menentukan volume tabung. Pada
belajar menerima siswa dijelaskan sampai mendapatkan rumus yang sudah ada,
7
yaitu π r2t . Sedangkan dalam belajar menemukan, siswa diajak untuk menemukan
dengan caranya sendiri bagaimana menemukan volume tabung dengan sedikit
arahan guru.
4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Ausubel
Kelebihan dari teori Ausubel ialah sebagai berikut. 1) Informasi yang
dipelajari secara bermakna lebih mudah diingat; 2) Informasi yang dipelajari
secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran
yang mirip; 3) Informasi yang dipelajari secara bermakna dapat mengkoneksikan
materi pelajaran yang sebelumnya dengan materi baru.
Kekurangan dari teori Ausubel ialah sebagai berikut. 1) Bahan yang
dipelajari harus dihubungkan dengan struktur kognitif dan secara beraturan;
2)Siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan bahan yang dihubungkan;
3)Siswa harus memiliki kemauan untuk menghubungkan konsep.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, teori yang dikemukakan oleh Thorndike, Skinner, dan
Ausubel merupakan teori behavioristik. Teori ini cocok digunakan untuk melatih
anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi,
membutuhkan pembiasaan, suka meniru, serta senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti hadiah dan pujian.
Setiap ahli mengkaji hakikat belajar dari berbagai sudut pandang. Mereka
mempunyai teori yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Teori-teori tersebut dapat saling melengkapi dan tidak tertutup kemungkinan akan
saling bertentangan. Hal yang terpenting bagi seorang guru matematika adalah
memahami bagaimana siswa belajar dan berfikir sehingga teori–teori tersebut dapat
diaplikasikan dalam pembelajaran matematika. Seorang guru juga harus dapat
menyesuaikan penerapan teori-teori tersebut dengan situasi dan kebutuhan siswa
agar pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Daftar PustakaAbdurohman, Andri. 2010. Teori Operant Conditioning. [online]. Tersedia:
http://ranah-berbagi.blogspot.com/2010/08/isi-latarbelakang-teori-skinner-seorang.html. Diunduh pada 24 Oktober 2012.
Dewi, Damajanti K. 2009. Theories of Learning. [online]. Tersedia: http://dantilearningtheory.blogspot.com/2009/08/edward-lee-thorndike.html. diunduh pada 24 Oktober 2012.
8
Mitha. 2010. Teori Pembelajaran David Ausubel. [online]. Tersedia: http://mitha-mithapaper.blogspot.com/2010/10/teori-pembelajaran-david-ausubel.html diunduh pada 25 Oktober 2012.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Suherman, Erman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winarto, Joko. 2011. Teori B.F. Skinner. [online]. Tersedia: http://edukasi. kompasiana .com/2011/02/13/teori-bf-skinner/ . diunduh pada 24 Oktober 2012.
9