makalah pbm

14
TEORI THORNDIKE, SKINNER, DAN AUSUBEL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Oleh: Arifta Nurjanah, Tri Rokhimah, Rinda Naviano ,Khomarudin Fahuzan Jurusan Pendidikan Matematika, Fmipa Universitas Negeri Yogyakarta Pendahuluan Guru merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran. Untuk dapat memudahkan siswa memahami isi atau materi pelajaran, guru perlu mengetahui teori- teori dan metode-metode pembelajaran dalam penyampaian materi. Seorang guru dapat saja belajar dari pengalaman mengajarnya. Namun, hal tersebut akan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, akan lebih baik jika guru menerapkan teori-teori belajar dari para ahli. Dalam psikologi pendidikan banyak sekali teori-teori pembelajaran yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh psikologi. Antara lain: Thorndike, Skinner, Ausubel, Gagne, Pavlov, Baruda, Piaget, Vygotsky, Van Hill, dan lain-lain. Untuk membantu guru matematika mempelajari teori- teori belajar yang telah dikemukakan para ahli, perlu dibahas teori-teori para ahli, penerapannya dalam 1

Upload: arifta-nurjanah

Post on 25-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah PBM

TEORI THORNDIKE, SKINNER, DAN AUSUBEL

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh:

Arifta Nurjanah, Tri Rokhimah,

Rinda Naviano ,Khomarudin Fahuzan

Jurusan Pendidikan Matematika, Fmipa Universitas Negeri Yogyakarta

Pendahuluan

Guru merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran. Untuk

dapat memudahkan siswa memahami isi atau materi pelajaran, guru perlu

mengetahui teori-teori dan metode-metode pembelajaran dalam penyampaian

materi.

Seorang guru dapat saja belajar dari pengalaman mengajarnya. Namun, hal

tersebut akan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, akan lebih baik jika

guru menerapkan teori-teori belajar dari para ahli. Dalam psikologi pendidikan

banyak sekali teori-teori pembelajaran yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh

psikologi. Antara lain: Thorndike, Skinner, Ausubel, Gagne, Pavlov, Baruda,

Piaget, Vygotsky, Van Hill, dan lain-lain.

Untuk membantu guru matematika mempelajari teori-teori belajar yang

telah dikemukakan para ahli, perlu dibahas teori-teori para ahli, penerapannya

dalam pembelajaan matematika, dan juga kelebihan serta kekurangan masing-

masing teori. Namun karena terdapat begitu banyak teori, maka dalam makalah ini

hanya akan dibahas teori Thorndike, Skinner, dan Ausubel.

Pembahasan

a. Thorndike

1. Biografi Thorndike

Edward Lee Thorndike yang lahir 31 Agustus 1874 di Williamsburg,

Massachusetts, adalah seorang psikolog Amerika. Ia lulus S1 dari Universitas

Wesleyen pada tahun 1895 dan S2 dari Harvard University pada tahun 1896.

Kemudian ia meraih gelar doktor di Columbia University pada tahun 1898.

Thorndike ialah seorang anggota dewan dari Psychological

Corporation, dan menjabat sebagai presiden American

1

Page 2: Makalah PBM

Psychological Association pada tahun 1912. Kemudian Ia menjadi Presiden kedua

Psychometric Society Pada tahun 1937. Buku-buku yang ditulisnya antara lain

Educational Psychology, Intelligency, A Teacher’s Word Book, Your City, dan

Human Nature and the Social Order. Edward Lee Thorndike meninggal pada 9

Agustus 1949.

2. Percobaan Thorndike

Dalam percobaannya, Thorndike memasukkan

seekor kucing ke dalam sangkar (puzzle box) seperti

pada gambar. Puzzle box merupakan sebuah sangkar

besi yang pintunya dapat dibuka dengan menarik

rantai atau menginjak pedal yang ada di dalam sangkar. Jika kucing ingin keluar,

maka ia harus melakukan salah satu dari cara tersebut.

Percobaan yang dilakukan oleh Thorndike tersebut menghasilkan teori

“trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar terjadi

dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Ketika mencoba-coba, kucing

cenderung meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil.

3. Teori Thorndike

Berdasarkan eksperimennya, Thorndike berpendapat bahwa pembelajaran

merupakan hasil gabungan antara stimulus  dan respons (S-R). Stimulus adalah

suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan

organisme untuk beraksi atau berbuat. Respon adalah sembarang tingkah laku yang

dimunculkan karena adanya perangsang. Teori belajar stimulus-respon yang

dikemukakan oleh Thorndike ini disebut juga koneksionisme.

Kualitas dan kuantitas hasil belajar siswa tergantung dari kualitas dan

kuantitas S-R dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Makin banyak dan

makin baik kualitas S-R itu makin banyak dan makin baik pula hasil belajar siswa.

Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon

mengikuti hukum-hukum berikut, Suprijono (2009).

a) Hukum Kesiapan (Law of Readiness)

Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh

stimulus, maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu

sehingga asosiasi cenderung diperkuat.

2

Page 3: Makalah PBM

b) Hukum Latihan (Law of Exercise)

Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan, maka asosiasi

semakin kuat. Pengulangan yang memberikan dampak positif adalah pengulangan

yang frekuensinya teratur dan bukan berarti dalam bentuk yang sama, namun

pengulangan yang tidak membosankan, dan disajikan dengan cara yang menarik.

c) Hukum Akibat (Law of Effect)

Hubungan antara rangsangan dan perilaku akan semakin kukuh apabila

terdapat kepuasan dan akan makin diperlemah apabila tidak terdapat kepuasan.

4. Penerapan Teori Thorndike dalam Pembelajaran Matematika

Suherman (2001), Implikasi teori Thorndike dalam kegiatan belajar

mengajar ialah sebagai berikut. a)  Dalam menjelaskan suatu konsep tertentu, guru

sebaiknya mengambil contoh yang sekiranya sudah sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari; b) Metode pemberian tugas dan metode latihan (drill and

practic) akan lebih cocok. Siswa akan lebih banyak mendapatkan stimulus

sehingga respons yang diberikan pun akan lebih banyak; c)  Materi disusun dari

materi yang mudah, sedang, dan sukar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

Penerapan teori ini dalam pembelajaran matematika ialah guru memastikan

kesiapan siswa sebelum memasuki materi selanjutnya agar siswa lebih mantap

dalam mengikuti materi yang akan diajarkan. Sebagai contoh dalam mempelajari

deret, siswa harus menguasai materi barisan terlebih dahulu, dalam mempelajari

persamaan garis lurus, siswa harus memahami materi operasi dan pemfaktoran

bentuk aljabar, dan dalam mempelajari materi lain yang memerlukan penguasaan

materi prasyarat lainnya.

5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Thorndike

Kelebihan dari teori Thorndike antara lain sebagai berikut. 1) Membantu

siswa menjadi lebih siap menerima materi selanjutnya; 2) Memacu semangat siswa

dengan adanya kepuasan; 3) Membantu siswa berfikir secara otomatis.

Kelemahan teori Thorndike antara lain sebagai berikut. 1) Pengulangan

tidak cukup untuk memperkuat S-R; 2) Hubungan S-R akan melemah jika

akibatnya tidak memuaskan; 3) Memandang belajar hanya merupakan asosiasi

antara stimulus dan respon; 4) Siswa tidak dapat berkembang sesuai dengan

potensinya karena belajar hanya bersifat otomatis-mekanis.

3

Page 4: Makalah PBM

b. Skinner

1) Biografi Skinner

Burrhus Frederic Skinner lahir pada 20 Maret 1904 di

Susquehanna, Pennsylvania, dan wafat pada 18 Agustus 1990

di Massachusetts setelah terserang penyakit leukemia.. Ia

masuk di Hamilton College jurusan sastra Inggris, kemudian

menjadi sarjana muda pada tahun 1926. Dua tahun kemudian

Ia melanjutkan kuliah psikologi di Harvard University dan meraih gelar doktor

pada tahun 1931. Dari tahun 1931 sampai 1936, Skinner menghabiskan waktunya

dengan bekerja di laboratorium W. J. Crozier. Kemudian pada tahun 1936, Skinner

pindah ke Minneapolis untuk bergabung dengan fakultas psikologi di University of

Minnesota. Pada tahun 1945, Skinner pindah lagi ke University of Indiana sebagai

dekan Fakultas Psikologi. Tiga tahun kemudian ia mengajar di Universitas

Harvard sampai akhir hayatnya.

2) Percobaan Skinner

Skinner membuat mesin untuk

percobaanya yang dinamakan dengan "Skinner

Box". Seekor tikus yang lapar diletakkan dalam

Skinner Box. Pada saat pertama kali masuk

kedalam Box, tikus akan menyelidik dengan

mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat keadaan disekeliling.

Secara kebetulan dalam perilaku menyelidik tersebut, tikus menyentuh tuas

makanan dan makanan berjatuhan.

Dalam percobaan ini, tikus akan belajar bahwa setiap kali menekan tuas ia

akan mendapatkan makanan sehingga tikus akan sering mengulangi perilakunya.

Proses tersebut akan terus berlangsung sampai ada proses penghilangan dengan

menghilangkan penguatannya.

3) Teori Skinner

Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar. 1) Tingkah laku itu mengikuti

hukum tertentu (behavior oflawful); 2) Tingkah laku dapat diramalkan (behavior

can bepredicted); 3) Tingkah laku dapat dikontrol (Behavior can be controlled).

Dalam eksperimennya terdapat istilah Operant Conditioning yang berarti

suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat

4

Page 5: Makalah PBM

berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Penguatan atau yang

sering disebut sebagai reinforcement merupakan suatu tindakan yang dapat

mengakibatkan bertahannya atau meningkatnya suatu respon. Penguatan terdiri

penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan negatif yang berupa verbal

maupun non verbal.

Penguatan positif ialah rangsangan yang dapat mendorong atau

memperkuat tindakan anak, berupa pujian maupun sikap guru yang bergembira

terhadap respon anak seperti mengacungkan jempol, bertepuk tangan, tersenyum,

dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilakukan ketika anak mampu manjawab

pertanyaan, menyelesaikan soal, mendapatkan nilai tes yang memuaskan, atau hal

positif lainnya.

Penguatan negatif ialah penguatan yang mendorong individu untuk

menghindari suatu tindakan tertentu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Penguatan negatif dapat berupa teguran, peringatan, atau menunjukkan perilaku

tidak senang seperti mengerutkan kening, menggeleng, dan lain sebagainya. Hal ini

dilakukan ketika respon siswa tidak diperlukan atau tidak diharapkan seperti

mengejek temannya, membuat gaduh, dan lain-lain.

Berikut ini terdapat beberapa strategi yang dapat dipakai dalam pemberian

penguatan. a) Memilih penguatan yang efektif karena tidak semua penguatan akan

sama efeknya bagi anak; b) Penguatan dilakukan sesegera mungkin setelah siswa

melakukan tindakannya; c) Memilih jadwal penguatan terbaik, yaitu dengan

menyusun jadwal kapan suatu respon akan diperkuat; d) Menggunakan perjanjian,

di awal pembelajaran guru dan siswa membuat kontrak yang harus ditaati.

4) Penerapan Teori Skinner dalam Pembelajaran Matematika

Sugihartono (2007), beberapa prinsip belajar Skinner dalam pembelajaran

ialah sebagai berikut. a) Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika

salah dibetulkan, jika benar diberi penguat; b) Proses belajar harus mengikuti

irama dari yang belajar; c) Materi pelajaran, digunakan sistem modul; d) Dalam

proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri; e) Dalam proses

pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Lingkungan perlu diubah, untuk

menghindari adanya hukuman; f) Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi

hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable

rasio reinforce; g) Dalam pembelajaran digunakan pembentukan respon (shaping).

5

Page 6: Makalah PBM

Contoh penerapan Teori Skinner dalam pembelajaran matematika ialah

ketika siswa selesai ujian atau mengerjakan soal di papan tulis, guru segera

mengevaluasi hasil pekerjaan siswa. Jika terdapat kesalahan, guru harus segera

memberi tahu kesalahan siswa agar kesalahan itu tidak akan terulang kembali. Jika

siswa mendapatkan hasil yang baik, siswa diberi pujian atau hadiah.

5) Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner

Kelebihan teori Skinner ialah pendidik diarahkan untuk menghargai setiap

anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman dan

pembentukkan lingkungan yang baik.

Kelemahan teori ini ialah sebagai berikut. 1) Bagi sebagian siswa yang

tidak mampu menerima teguran akan membuatnya semakin down; 2) Pujian yang

diberikan guru terkadang menimbulkan kecemburuan; 3) Kekeliruan penggunaan

hukuman akan berakibat buruk pada siswa; 4) Tanpa adanya sistem hukuman akan

dimungkinkan membuat anak menjadi kurang disiplin.

c. Ausubel

1. Biografi Ausubel

Ausubel lahir pada 25 Oktober 1918 dan dibesarkan di

Brooklyn, New York. Pada tahun 1939 ia lulus dari Universitas

Pennsylvania. Setelah menyelesaikan pelatihan di psikiatri,

Ausubel masuk Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D.

Pada tahun 1950 David Paul Ausubel menempati posisi

Biro Pendidikan Penelitian di University of Illinois. Tahun 1966 ia pindah ke

Institut Ontario dan menempati bagian Departemen Psikologi Terapan. Setelah dua

tahun disana, Ausubel pindah ke Sekolah Pascasarjana University of New York

menjadi Profesor dan Kepala Departemen Psikologi Pendidikan hingga pensiun.

Setelah pensiun pada tahun 1975, Ausubel kembali ke praktek psikiatri.

2. Teori Ausubel

Teori belajar Ausubel menitikberatkan pada bagaimana seseorang

memperoleh pengetahuannya. Menurut Ausubel terdapat dua jenis belajar yaitu

belajar hafalan (rote-learning) dan belajar bermakna (meaningful-learning). Pada

belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya, tetapi pada

belajar bermakna materi yang diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain

sehingga belajar lebih dimengerti.

6

Page 7: Makalah PBM

Ausubel juga membedakan belajar menemukan dengan belajar menerima.

Pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa sehingga siswa tidak

menerima pelajaran begitu saja. Selanjutnya bahwa Ausubel mengemukan bahwa

metode ekspositori adalah metode mengajar yang baik dan bermakna. Hal ini

dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa belajar menerima maupun

menemukan sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau bermakna.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut

Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan

dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sesuatu yang dihafal

akan cepat dan mudah hilang, namun sesuatu yang dimengerti akan tertanam kuat

di benak siswa.

Materi dalam pelajaran matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-

pisah namun merupakan satu kesatuan, sehingga pengetahuan yang satu dapat

berkait dengan pengetahuan yang lain. Suatu proses pembelajaran akan lebih

mudah dipelajari dan dipahami para siswa jika guru mampu untuk memberi

kemudahan bagi siswanya. Sedemikian sehingga siswa dapat mengaitkan

pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.

Menurut Ausubel, bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan

sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Disamping itu,

seorang guru dituntut untuk mengecek, mengingatkan kembali ataupun

memperbaiki pengetahuan prasyarat siswanya sebelum ia memulai membahas

topik baru, sehingga pengetahuan yang baru tersebut dapat berkait dengan

pengetahuan yang lama yang lebih dikenal sebagai belajar bermakna tersebut.

3. Penerapan Teori Ausubel dalam Pembelajara Matematika

Penerapan teori Ausubel yaitu dengan menerapkan model pengajaran

ekspositori. Kegiatan belajar mengajar terpusat pada guru, tetapi dominasi guru

harus dikurangi. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan

contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Siswa mengerjakan latihan

soal sendiri, mengerjakan soal bersama dengan temannya, atau dapat juga

mengerjakan di papan tulis.

Penerapan teori ini dalam pembelajaran matematika misalnya dalam

mempelajari bangun ruang. Contohnya dalam menentukan volume tabung. Pada

belajar menerima siswa dijelaskan sampai mendapatkan rumus yang sudah ada,

7

Page 8: Makalah PBM

yaitu π r2t . Sedangkan dalam belajar menemukan, siswa diajak untuk menemukan

dengan caranya sendiri bagaimana menemukan volume tabung dengan sedikit

arahan guru.

4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Ausubel

Kelebihan dari teori Ausubel ialah sebagai berikut. 1) Informasi yang

dipelajari secara bermakna lebih mudah diingat; 2) Informasi yang dipelajari

secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran

yang mirip; 3) Informasi yang dipelajari secara bermakna dapat mengkoneksikan

materi pelajaran yang sebelumnya dengan materi baru.

Kekurangan dari teori Ausubel ialah sebagai berikut. 1) Bahan yang

dipelajari harus dihubungkan dengan struktur kognitif dan secara beraturan;

2)Siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan bahan yang dihubungkan;

3)Siswa harus memiliki kemauan untuk menghubungkan konsep.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, teori yang dikemukakan oleh Thorndike, Skinner, dan

Ausubel merupakan teori behavioristik. Teori ini cocok digunakan untuk melatih

anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi,

membutuhkan pembiasaan, suka meniru, serta senang dengan bentuk-bentuk

penghargaan langsung seperti hadiah dan pujian.

Setiap ahli mengkaji hakikat belajar dari berbagai sudut pandang. Mereka

mempunyai teori yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Teori-teori tersebut dapat saling melengkapi dan tidak tertutup kemungkinan akan

saling bertentangan. Hal yang terpenting bagi seorang guru matematika adalah

memahami bagaimana siswa belajar dan berfikir sehingga teori–teori tersebut dapat

diaplikasikan dalam pembelajaran matematika. Seorang guru juga harus dapat

menyesuaikan penerapan teori-teori tersebut dengan situasi dan kebutuhan siswa

agar pembelajaran lebih efektif dan efisien.

Daftar PustakaAbdurohman, Andri. 2010. Teori Operant Conditioning. [online]. Tersedia:

http://ranah-berbagi.blogspot.com/2010/08/isi-latarbelakang-teori-skinner-seorang.html. Diunduh pada 24 Oktober 2012.

Dewi, Damajanti K. 2009. Theories of Learning. [online]. Tersedia: http://dantilearningtheory.blogspot.com/2009/08/edward-lee-thorndike.html. diunduh pada 24 Oktober 2012.

8

Page 9: Makalah PBM

Mitha. 2010. Teori Pembelajaran David Ausubel. [online]. Tersedia: http://mitha-mithapaper.blogspot.com/2010/10/teori-pembelajaran-david-ausubel.html diunduh pada 25 Oktober 2012.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Suherman, Erman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winarto, Joko. 2011. Teori B.F. Skinner. [online]. Tersedia: http://edukasi. kompasiana .com/2011/02/13/teori-bf-skinner/ . diunduh pada 24 Oktober 2012.

9