makalah mo

13
MAKALAH TINDAK PIDANA PERPAJAKAN DI SUSUN OLEH : ADRI MEIRANDA DEBI PUTRA FITRI MARDIANA SINTIA MARTA NOVA KOMPUTER AKUNTANSI 30 JUNIOR

Upload: valentin-cool

Post on 01-Oct-2015

224 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

MAKALAH TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

DI SUSUN OLEH :ADRI MEIRANDADEBI PUTRAFITRI MARDIANASINTIA MARTA NOVAKOMPUTER AKUNTANSI 30 JUNIOR

DAFTAR ISIBAB I ITINJAUN PUSTAKA :PENGERTIAN TINDAK PIDANA PERPAJAKANPEMERIKSAAN BUKTI PERMULAANPENGHENTIAN PENIDIKAN TINDAK PIDANA PERPAJAKANPENUNTUTAN TINDAK PIDANA PERPAJAKANPUTUSAN PENGADILAN DAN UPAYA HUKUMNYACONTOH KASUS

BAB IIIPENUTUP DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Tindak Pidana PerpajakanTindak Pidana adalah Perbuatan Yang Berhubungan Dengan Tindak Kejahatan Yang pelakunya dapat Dikenakan Hukum Pidana. Tindak Pidana Perpajakan adalah Suatu Perbuaan Yang Melanggar Peraturan Perundang-Undangan Yang Menimbulkan Kerugian Keungan Negara Yang Pelakunya diancam Hukuman Pidana.Sebab terjadinya Tindak Pidana Perpajakan Antara Lain : Alpa1. Tindakan yang dilakukan Oleh Wajib Pajak dengan tidak Melaporkan SPT.2. Menyampaikan SPT Tapi Isi nya Tidak Benar/Tidak Lengkap.3. Atas tindakan kealpaan tersebut pelaku yang merugikan Negara,Maka dikenakan Hukum Pidana kurungan paling lama 1 tahun dan/atau denda paling tinggi 2 kali jumlah Pajak.

Kesengajaan1. Tindakan yang sengaja dilakukan oleh Wajib Pajak untuk tidak mendaftarkan diri.2. Tidak menyampaikan SPT.3. Menyampaikan SPT /keterangannya tidak benar.4. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan,5. Memperlihatkan buku pencatatan yang dibuat-buat atau palsu,6. Tidak Menyelenggaraan Pembukuan,.7. Tidak menyetorkan Pajak yang telah dipotong/dipungut.

Pemeriksaan Bukti PermulaanYang menjadi dasar dilakukannya pemeriksaan bukti permulaan adalah :1. InformasiInformasi yang dimaksud adalah informasi yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan yaitu keterangan baik yang disampaikan secara lisan maupun tertulis yang dapat dikembangkan dan dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.2. DataData yang dimaksud adalah data yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan yaitu kumpulan angka, huruf, kata, atau citra yang bentuknya dapat berupa surat, dokumen, buku atau catatan, baik dalam bentuk elektronik maupun bukan elektronik, yang dapat dikembangkan dan dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan, yang menjadi dasar pelaporan yang belum dianalisis.3. LaporanLaporan yang dimaksud adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang atau institusi karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya tindak pidana di bidang perpajakan.Laporan tersebut di atas termasuk Laporan Hasil Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak badan yang tidak atau tidak sepenuhnya memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) dan/atau ayat (3a) Undang-Undang KUP sehingga besarnya penghasilan Kena Pajak tidak dapat dihitung.4. PengaduanPengaduan yang dimaksud adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana aduan di bidang perpajakan.Kegiatan Pemeriksaan Bukti Permulaan dapat disamakan dengan kegiatan Penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian, yang ditujukan untuk memperoleh bukti pidana, yang dalam dunia perpajakan di sebut dengan bukti permulaan, yang nantinya dapat menentukan tindak lanjutnya, apakah akan dilakukan penyidikan atau tidak.Prosedur dan tata cara pemeriksaan bukti permulaan sama dengan pemeriksaan pajak lainnya. Hanya saja hasil pemeriksaan tidak diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui SPHP tetapi laporannya disampaikan langsung ke Direktur Intelijen dan Penyidikan Ditjen Pajak. Selain itu, jika dalam pemeriksaan biasa dokumen yang dipinjam harus dikembalikan, sebaliknya dalam pemeriksaan bukti permulaan dokumen-dokumen yang dipinjam oleh pemeriksa akan dikembalikan kepada Wajib Pajak tetapi akan disita kembali ditempat yang aman. Dokumen-dokumen dan keterangan lainnya akan dijadikan barang bukti untuk penyidikan pajak.Jika dalam pemeriksaan biasa pemeriksa cukup menghitung pajak terutang, dalam pemeriksaan bukti permulaan pemeriksa juga harus melaporkan: Posisi kasus Modus operandi Uraian perbuatan yang memenuhi unsur-unsur pidana dibidang perpajakan Rincian macam dan jenis barang bukti yang diperoleh (diamankan) Penghitungan besarnya kerugian pada pendapatan negara atau penghitungan pajak yang terutang Pasalpasal yang dilanggar Identitas calon tersangka atau para calon tersangka serta pengulangan tindak pidana di bidang perpajakan Identitas calon pelaku pembantu Identitas para calon saksi Kesimpulan pemeriksa Usul tindak lanjut pemeriksaAda dua kemungkinan usul pemeriksaan bukti permulaan. Pertama, pemeriksa mengusulkan agar dikeluarkan surat ketetapan pajak (SKP). Kesimpulan ini sebenarnya sama saja dengan pemeriksaan biasa. Tetapi jika memang pemeriksa tidak mendapatkan bukti yang cukup, usul ini paling masuk akal. Kedua, pemeriksa mengusulkan agar dilanjutkan dengan penyidikan pajak. Usul mana yang dipilih oleh pemeriksa, selain ditentukan oleh keadaan objektif dilapangan, juga ditentukan oleh subjektivitas pemeriksa.Apapun hasil pemeriksaan bukti permulaan, yang menentukan langkah selanjutnya adalah Direktur Jenderal Pajak. Jika Pak Dirjen menentukan agar dikeluarkan SKP, maka pemeriksa kemudian membuatkan nota penghitungan pajak yang akan dikirim ke KPP terkait. Selanjutnya jika Pak Dirjen menentukan akan dilanjutkan dengan penyidikan pajak, maka Pak Dirjen akan membuatkan Surat Perintah Penyidikan Pajak.Pemeriksaan Bukti Permulaan dilakukan sebelum dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.Pemeriksaan Bukti Permulaan dilakukan oleh Pemeriksa Bukti Permulaan, yaitu :1. Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan Pemeriksaan Bukti Permulaan;atau2. Pegawai Negeri Sipil pada unit pemeriksa internal Departemen Keuangan yang diberi tugas oleh Menteri Keuangan untuk melakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan yang menyangkut petugas Direktorat Jenderal Pajak.Apabila dari bukti permulaan ditemukan unsur tindak pidana korupsi, pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang tersangkut wajib diproses menurut ketentuan hukum Tindak Pidana Korupsi.

Tata cara pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202/PMK.03/2007.Tujuan Pemeriksaan Bukti Permulaan ini adalah untuk mencari dan mengumpulkan bahan bukti tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan. Bahan bukti yang diperlukan untuk membuktikan adanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan adalah berupa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen lain yang menjadi dasar pembukuan atau yang ada hubungannya dengan kegiatan wajib pajak, keterangan pihak yang terkait, data elektronik.Untuk keperluan proses penyidikan dan pembuktian di pengadilan maka diupayakan pada saat Pemeriksaan Bukti Permulaan untuk mendapatkan bahan bukti yang asli.Apabila Pemeriksaan Bukti Permulaan akan dilanjutkan dengan tindakan penyidikan, maka dokumen-dokumen yang dipinjam oleh Pemeriksa Bukti Permulaan harus diamankan untuk keperluan penyitaan oleh Penyidik Pajak.

Penghentian Tindak Penyidikan Pidana PerpajakanAlasan penghentian penyidikan tersebut harus jelas sebagai dasar penghentian penyidikan.Alasan penghentian tersebut adalah:

1. Tidak diperoleh bukti yang cukup.Artinya penyidik tidak memperoleh cukup bukti untuk menuntut tersangka atau bukti yang diperoleh penyidik tidak memadai untuk membuktikan kesalahan tersangka jika diajukan ke depan pengadilan. Atas dasar inilah kemudian penyidik berwenang menghentikan penyidikan.

2. Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan tindak pidana.Apabila dari hasil penyidikan dan pemeriksaan, penyidik berkesimpulan bahwa apa yang disangkakan terhadap tersangka bukan merupakan perbuatan yang melanggar hukum atau tindak kejahatan maka penyidik berwenang menghentikan penyidikan.

3. Penghentian penyidikan demi hukum.Penghentian atas dasar alasan demi hukum pada pokoknya sesuai dengan alasan hapusnya hak menuntut dan hilangnya hak menjalankan pidana.a. Asas nebis in idem.Yaitu seseorang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya atas dasar perbuatan yang sama, dimana atas perbuatan itu telah diputus oleh pengadilan yang berwenang untuk itu dan memperoleh kekuatan hukum tetap.b. Apabila tersangkanya meninggal dunia.c. Karena kadaluarsa. Tenggang waktu itu, menurut KUHP:- Lewat masa satu tahun terhadap sekalian pelanggaran dan bagi kejahatan yang dilakukan dengan alat percetakan.- Lewat masa 6 tahun bagi tindak pidana yang dapat dihukum dengan pidana denda, kurungan atau penjara, yang tidak lebih dari hukuman penjara selama tiga tahun.- Lewat tenggang waktu 12 tahun bagi semua kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara lebih dari 3 tahun.- Lewat 18 tahun bagi semua kejahatan yang dapat diancam dengan hukuman pidana mati atau penjara seumur hidup.- Atau bagi orang yang pada waktu melakukan tindak pidana belum mencapai umur 18 tahun, tenggang waktu kadaluarsa yang disebut pada poin 1 sampai 4, dikurangi sehingga menjadi sepertiganya.Penuntutan Tindak Pidana Perpajakan Penuntutan indak pidana perpajakan adalah tindakan penuntuntut umum untuk melimpahkan perkara ke Pengadila Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim disidang Pengadilan.

Proses Sengketa Pajak bermula dari adanya pemeriksaan, penelitian, maupun verifikasi oleh Aparat Pajak. Dari hasil tersebut timbullah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Selain itu dapat juga diterbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) dalam hal dikenakannya sanksi administrasi yang dapat berupa denda, bunga, serta kenaikan. Apabila dari hasil Surat Ketetapan Pajak (SKP) tersebut, Wajib Pajak tidak setuju maka ada beberapa tahap yang bisa ditempuh oleh Wajib Pajak jika sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan secara Internal.

Tahap-tahapan Sengketa Pajak yang dapat ditempuh oleh WP:

KEBERATANWajib Pajak merasa kurang atau tidak puas dengan suatu keputusan pajak yang dikenakan kepadanya atas pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga maka WP dapat mengajukan keberatan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP terdaftar.

Wajib Pajak dapat melakukan Keberatan atas:1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);5. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga.

Keberatan diajukan, dengan syarat;1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.2. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan disertai alasan-alasan yang jelas.3. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak.

Jangka Waktu Pengajuan Keberatan.

1. Untuk Surat Keberatn yang disampaikan langsung ke KPP, yaitu 3 (tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.2. Untuk Surat Keberatn yang disampaikan melalui Kantor Pos, yaitu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.

BANDING

Apabila WP tidak atau belum puas juga dengan keputusan yang diberikan atas keberatan, WP dapat mengajukan banding kepada badan peradilan pajak.

Pada Pasal 1 ayat (6) uu No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap suatau keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Syarat Banding: Tertulis dalam bahasa Indonesia. Dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan atas keberatan diterima. Alasan yang jelas. Dilampiri salinan Surat Keputusan atas keberatan.

Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau seluruhnya, sepanjang utang pajak sebagaimana dimaksud dalam SKPKB dan SKPKBT telah dibayar yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, maka kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan, paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak tanggal pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding.

PENINJAUAN KEMBALI Proses terakhir dari Sengketa Pajak adalah Peninjauan Kembali. Peninjauan Kembali diajukan apabila pihak yang bersangkutan tidak/belum puas dengan putusan Pengadilan Pajak, maka pihak yang bersengketa dapat mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung (MA) melalui Pengadilan Pajak dan hanya dapat diajukan satu kali.

Alasan-alasan Peninjauan Kembali:1. Putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada kebohongan atau tipu muslihat;2. Terdapat bukti tertulis baru dan penting dan bersifat menentukan3. Dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut.4. Ada suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;5. Putusan nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Jangka Waktu Peninjauan Kembali:1. Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan 2 diajukan paling lambat 3 bulan sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau ditemukan bukti tertulis baru;2. Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam angka 3, 4, dan 5 diajukan paling lambat 3 bulan sejak putusan dikirimoleh Pengadilan Pajak

Contoh Kasus

Adapun yang menjadi contoh kasus kami yaiutu kasus penyelewengan jabatan serta Penggelepan pajak atas SKPN atas kasus Bank BCA,yang mengakibatkan kerugian sebesar Rp.375 M,awal mulanya kecurigaan muncul karena harta dari Hadi PUrnomo yang mencapai Rp.38 M,Harta Hadi Purnomo setiap tahun meningkat begitu signifikan,sehingga muncul kecurigaan pada sosok mantan ketua BPK tersebut.

Setelah ditetapkan dari tersangka KPK masih mendalami kasus Mantan Ketua salah satu lembaga terbesar Negara.

Setiap warga Negara mepunyai hak untuk membela diri pada proses enuntutan umum dipengadilan nanti.

Kesimpulan

Tindak Pidana Perpajakan sangat dibutuhkan dalam hal perpajakan karena dapat memberi efek jera bagi pelaku yang telah melakukan penyelewengan pajak.

Demikianlah hasil makalah ini,kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah Tindak Pidana Perpajakan.untuk itu kami sangat mengharapkan kritik berupa saran dari semua pembaca.Agar selanjutnya dalam penyusunan berikutnya dapat lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

http://tax-center.pajak.go.id/tkb/KUP/11/KUP-104http://pajakpraktis.wordpress.com/http://sindo