makalah koperasi
TRANSCRIPT
1
TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI
JASA KEUANGAN SYARIAH
I. PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi syariah telah mengambil bagian penting dalam
memberdayakan usaha kecil, mikro dan menengah. Hal ini dibuktikan dengan animo
masyarakat kita yang menginginkan untuk bisa dilayani oleh lembaga keuangan
berbasis syari'ah.
Banyak sekali lembaga keuangan mikro baik pola konvensional maupun pola syari'ah
dalam kenyataannya belum memiliki legalitas hukum formal (baca : Berbadan
Hukum). Pemerintah melalui menteri koperasi memberikan satu kebijakan yang
mampu menaungi payung hukum kelembagaan lembaga keuangan tersebut melalui
Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah. Sehingga akan tercipta kenyamanan, keamanan dan
kepastian hukum dalam melakukan transaksi
Koperasi Jasa Keuangan Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam, syariah dan tradisinya kedalam
transaksi keuangan anggota koperasi serta berbagal bisnis yang terkait anggotanya,
Prinsip utama yang diikuti oleh koperasi jasa keuangan syariah adalah :
(a) Larangan Riba dalam berbagai bentuk transaksi
(b) Melakukan kegiatan usaha dari perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan
yang syah
(c) Memberikan Zakat
Prinsip dasar dari pengembangan lembaga keuangan syari'ah (KJKS) adalah adanya
Dewan Pengawas Syari'ah, minimal dengan syarat-syarat:
1. Mempunyai sertifikasi (lisensi) yang dikeluarkan oleh dewan syari'ah Nasional /
Propinsi / Kabupaten kota.
2. Mengerti tentang ilmu ekonomi syariah
3. Mengerti tentang ilmu perkoperasian
2
II. DASAR HUKUM
1. UU No.25/1992 tentang perkoperasian
2. PP No.4/1994 tentang persyaratan & tata cara pengesaha Akta pendirian &
perubahan anggaran dasar koperasi
3. PP No.9/1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi
4. Inpres No.18/1998 tentang peningkatan pembinaan dan pengembangan
perkoperasian
5. PP No.33/1998 tentang modai penyertaan pada koperasi
6. Keputusan menteri koperasi, pengusaha kecil & menengah
No.145/KEP/M/VII/1998 tentang petunjukan pelaksanaan penamanan modal
penyertaan pada koperasi
7. Keputusan menegkop & UKM RI No.123/kep/M.KUKM/X/2004 tentang
penyelenggaraan tugas pembantuan dalam rangka pengesahan akta pendirian,
perubahan anggaraan dasar dan pembubaran koperasi pada Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
8. Keputusan menegkop dan UKM RI No.98/kep/M.KUKMX/2004 tentang notaris
sebagai pembuat akta koperasi (NPAK)
9. Keputusan menegkop dan UKM RI No.91/kep/M.KUKM/IX/2004 tentang
petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah
10. Peraturan menegkop dan UKM RI No.01/Per/M.KUKM/X/2006 tentang petunjuk
pelaksanaan pembentukan, pengesahan akta pendirian dan perubahan anggaran
dasar koperasi
11. Peraturan menegkop dan UKM Rl No.353/per/M.KUKM/X/2007
tentang pedoman penilalan kesehatan koperasi jasa keuangan syariah dan unit jasa
keuangan syariah koperasi
12. Peraturan menegkop dan UKM Rl No.21/per/M.KUKM/XI/2008 tentang pedoman
pengawasan KSP/USP koperasi
13. Peraturan menegkop dan UKM RI No. 15/per/M.KUKM/Xll/2009 tentang
perubahan atas peratuaran menegkop dan UKM RI No.
19/per/M.KUKM/XI/2008 tentang pedoman pelaksanaan kegiatan usaha simpan
pinjam oleh koperasi
14. Peraturan menegkop 35.3/per/M.KUKM/X/2007 tentang pedoman penilaian
kesehatan KSP/USP pola syari'ah
3
III. PROSES PEMBENTUKAN KOPERASI
Kumpulan orang yang akan membentuk dan mendirikan koperasi wajib memahami
pengertian, nilai, prinsip serta jati diri koperasi. Pada prinsipnya niat pendirian
koperasi harus berdasarkan kesadaran (sukarela), bertindak dan berusaha bersama
untuk kepentingan bersama.
Beberapa syarat yang harus dimiliki saat pendirian dan pembentukan koperasi adalah:
1. Calon anggotanya harus memiliki niat serta kesadaran untuk mendirikan koperasi
2. Memahami nilai, prinsip dan jatidiri koperasi
3. Para pendiri (pemrakasa) harus WNI serta cakap secara hukum.
4. Memiliki usaha dan modal yang layak.
5. Memiliki Tenaga yang professional yang mampu mengelola.
Adapun langkah-langkah ataupun tahapan pendirian koperasi secara umum adalah
sebagai berikut:
1) Para pendiri mengadakan rapat persiapan pembentukan koperasi yang membahas
rancangan AD/ART dan hal lain yang diperlukan untuk pembentukan koperasi
yang didahului dengan penyuluhan koperasi oleh pejabat dari dinas yang
membidangi koperasi kepada para pendiri.
2) Rapat pembentukan koperasi dihadiri sekurang-kurangnya 20 orang untuk tingkat
primer dan untuk tingkat sekunder sekurang-kurangnya 3 koperasi primer yang
sudah berbadan hukum.
Dalam rapat pembentukan dihadiri oleh pejabat yang membidangi koperasi, dan
membahas antara lain:
a. Susunan nama pengurus dan pengawas yang pertama,
b. Anggaran dasar, yang memuat sekurang-kurangnya:
• Daftar Nama Pendiri
• Nama dan Tempat kedudukan
• Jenis Kelamin
• Maksud dan Tujuan
• Ketentuan mengenai Keanggotan
• Rapat Anggota
• Pengurus , Pengawas dan Pengelola
4
• Pengelola
• Permodalan
• Jangka Waktu Berdiri
• Pembagian SHU
• Pembubaran
• Sanksi
c. Mengajukan permohonan pengesahan Badan hukum Koperasi pada pejabat
koperasi setempat, sebagai berikut:
i. Untuk Koperasi Primer dan Sekunder yang anggotanya berdomisili lebih
dari satu provinsi/D.I, permohonan pengesahan diajukan kepada Deputi
Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM atas nama Menteri Negara
Koperasi dan UKM RI di JL HR. Rasuna Said kav.3-5 Jakatara Selatan.
ii. Untuk Koperasi Primer dan Sekunder yang anggotanya berdomisili lebih
dari satu kabupaten/kota, dalam wilayah provinsi yang bersangkutan,
permohonan pengesahan diajukan pada Gubenur cq. Kepala
Dinas/Lembaga yang menangani urusan perkoperasian di provinsi/D.I.
setempat.
iii.Untuk Koperasi Primer dan Sekunder yang anggotanya berdomisili lebih
dari satu kabupaten/kota, permohonan diajukan kepda Bupati/Walikota
cq. Kepla Dinas/lembaga yang menangani urusan perkoperasian di
kabupaten/kota setempat.
Hal-hal yang perlu dilampirkan saat pengesahan badan hukum adalah sebagai
berikut :
• Akta pendirian / Anggaran Dasar koperasi rangkap 3(tiga), satu
diantaranya bermateri yang disahkan Notaris Pembuat Akta koperasi
(NPAK). (Dasar Keputusan Menteri Negara dan UKM RI No. 98/
Kep/M.KUKMIX/2004
• Daftar hadir pembentukan koperasi
• Notulen rapat pembentukan koperasi
5
• Berita acara pembentukan koperasi
• Surat bukti penyetoran dari seriap pendiri, sekurang-kurangnya sebesar
simpanan pokok dan simpanan wajib.
• Rencana awal kegiatan usaha koperasi dalam 3(tiga) tahun kedepan, yang
meliputi:
i. Permodalan (Modal sendiri, modal pinjaman, modal penyertaan)
ii. Rencana kegiatan usaha (pembiayaan kepada anggota, calon anggota,
koperasi lain atau anggotanya).
iii.Penghimpunan simpanan (simpanan koperasi berjangka, tabungan).
iv. Rencana pendapatan dan biaya.
v. Struktur organisasi beserta uraian tugas.
• Daftar buku-buku Administrasi organisasi dan Usaha.
• Daftar Riwayat hidup pengurus, pengelola, dengan dibubuhi pas foto yang
bersangkutan.
• Fotokopi KTP para Pendiri Koperasi.
• Perjanjian-perjanjian.
• Neraca Awal
• Daftar Pengurus & Pengawas
• Data Akta Pendirian
• Surat Kuasa
• Daftar Sarana dan prasarana
• Ket : dokumen dokumen tersebut dibuat 3(tiga) rangkap.
Apabila yang didirikan itu KSP/USP koperasi atau KJKS/UJKS koperasi
lampiran diatas ditambah:
a) Surat bukti penyetoran modalsendiri KSP/USP, KJKS/ UJKS, pada
koperasi primer sekurang-kurangnya Rp.15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah) dan koperasi sekunder sekurang-kurangnya Rp.50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) berupa Deposito pada Bank pemerintah yang disetorkan
atas nama Menteri negara koperasi dan UKM cq. Ketua koperasi yang
bersangkutan.
6
b) Rencana kerja sekurang-kurangnya 3(tiga) tahun, yang menjelaskan hal-hal
sebagai berikut:
1. Rencana Permodalan
a) Rencana penghimpunan modal sendiri berasal dari simpanan
pokok, simpanan wajib, Hibah dan Cadangan.
b) Rencana perolehan peruntukan pengembalian modal pinjaman
yang berasal dari anggota, koperasi lain atau anggotanya, bank
dan lembaga keuangan lainya yang sah.
c) Rencana Modal Penyertaan
2. Rencana Kegiatan Usaha
Dalam rencana kegiatan usaha hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a) Rencana penghimpuanan dana dan simpanan, antara lain :
• Dana yang berasal dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan
anggotanya dalam bentuk tabungan dan atau simpanan berjangka.
• Ketentuan yang mengatur tentang penyertaan, penarikan, imbalan serta
system dan prosedur penghimpunan dana simpanan.
• Jumlah simpanan yang diproyeksikan.
• Rencana pemberian pinjaman.
• Jenis pinjaman.
• Ketentuan yang mengatur tentang jumlah pinjaman maksimum untuk
masing-masing jenis pinjaman, tingkat bunga, jangka waktu pinjaman
serta system dan prosedurnya.
• Jumlah pemberian pinjaman yang diproyeksikan.
b) Rencana Pendapatan dan Biaya.
c) Rencana Bidang organisasi dan SDM, meliputi:
1) Struktur Organisasi
2) Uraian Tugas, Wewenang, dan Tanggungjawab
3) Pembinaan Calon Anggota untuk menjadi Anggota
4) Jumlah karyawan
d) Standar operasional Manajemen (SOM) Standar operasional Prosedur (SOP)
e) Nama dan Riwayat Hidup calon pengelola, melampirkan:
7
i. Bukti telah mengikuti pelatihan simpan pinjam koperasi konvensional/
syariah dan surat keterangan telah mengikuti magang usaha simpanan
konvensional/syariah atau surat keterangan berpengalaman bekerja di
bidang simpan pinjam koperasi konvensional/syariah.
ii. Surat kelakuan Baik dari yang berwenang.
iii. Surat Pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan
semenda sampai derajat kesatu dengara pengurus atau pengawas.
iv. Pernyataan pengelola KSP/USP, KJKS/UJKS untuk bekerja purna
waktu.
f) Permohonan ijin menyelenggaraan usaha simpan pinjam.
g) Daftar saran kerja, dilengkapi dengan:
i. Kantor, meja dan kursi kerja.
ii. Alat hitung
iii. Brankas
iv. Tempat menyimpan buku administrasi dan pembukuan.
v. Buku pedoman dan peraturan di bidang simpan pinjam koperasi
vi. Papan Nama
h) Dewan pengawasan Syariah bagi KJKS/UJKS
i) Jawaban terhadap permohonan pengesahan akta pendirian KSP/USP,
KJKS/UJKS baik primer maupun sekunder serta ijin usaha kegiatan simpan
pinjam dikeluarkan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
diterimanya permohonan pengesahan secara lengkap dan benar.
j) KSP/USP, KJKS/UJKS dapat melakukan kegiatan simpan pinjam setelah
mendapat pengesahan akta pendirian koperasi dan memperoleh ijin
menyelenggarakan usaha simpan pinjam yang dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang.
k) Pencairan modal awal koperasi dapat dilakukan pengurus KSP/USP,
KJKS/UJKS dengan menunjukkan keputusan pejabat yang berwenang
tentang pengesahan akta pendirian koperasi.
3) Koperasi memperoleh status Badan Hukum setelah mendapat pengesahan oleh
pejabat yang berwenang.
4) Nomor dan tanggal Surat Keputusan Pengesahan akta pendirian koperasi
merupakan nomor dan tanggal perolehan status Badan hukum koperasi.
8
IV. ROSES PENGESAHAN BADAN HUKUM KOPERASI
Dalam proses pengesahan akta pendirian koperasi, para pendiri koperasi dapat
mempersiapkan akta pendirian melalui bantuan notaris pembuat akta koperasi. Lebih
lengkap tentang proses pengesahan badan hukum dapat dilihat dari diagram dibawah
ini:
PROSES PENGESAHAN BADAN HUKUM KOPERASI
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan, dalam pendirlan Koperasi adalah :
1. Nama dan kedudukan koperasi
Nama koperasi ditulis secara lengkap dan jelas.
Koperasi tidak menggunakan :
Nama yang bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan atau perundang
undangan yang berlaku.
Nama yang sama dengan nama suatu ormas, organisasi politik, agama atau
ras atau suku.
Tempat Kedudukan koperasi disebutkan secara lengkap dan jeias sebagai
alamat kantor koperasi.
9
2. Kegiatan usaha
Kegiatan usaha utama yang dijalankan oleh koperasi adalah kegiatan usaha
yang memiliki keterkaitan dengan kepentingan ekonomi anggota.
Kegiatan usaha koperasi berfungsi menyokong kegiatan usaha atau
kepentingan ekonomi anggotanya.
Untuk Koperasi Simpan Pinjam hanya dapat melakukan kegiatan usaha di
bidang simpan pinjam saja.
3. Keanggotaan
Anggota merupakan faktor penting dalam koperasi karena merupakan
pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.
Dalam ketentuan keanggotaan agar diatur persyaratan keanggotaan, hak,
kewajiban, tanggungan dan sanksi.
Anggota koperasi harus memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya :
WNI yang mampu melakukan perbuatan hukum.
Memiliki kesamaan kepentingan ekonomi.
Membayar simpanan pokok dan simpanan wajib.
Sanggup melaksanakan dan mentaati seluruh ketentuan koperasi.
Jenis keanggotaan :
Anggota
Calon anggota
Anggota luar biasa
Keanggotaan koperasi berakhir apabila : minta berhenti atas permintaan
sendiri, diberhentikan, meninggal dunia dan atau koperasi bubar.
Lebih khusus untuk keanggotaan:
Menjadi anggota koperasi sebaiknya karena memang menyadari manfaat
berkoperasi, dan bukan hanya sekedar tergiur mendapat pimjaman mudah dan
bunga simpanan tinggi.
Harus dihindari adanya fenomena calon anggota abadi (karena selama dia
berstatus sebagai calon anggota, dia akan selalu kurang peduli terhadap
koperasinya).
Untuk itu koperasi harus menyelenggarakan pendidikan perkoperasian bagi
seluruh anggota.
10
4. Kelengkapan Organisasi koperasi
Kelengkapan organisasi koperasi jasa keuangan syari'ah antara lain:
a) Pengurus
b) Pengawas
c) Dewan Pengawas Syari'ah
d) Pengelola Syariah
5. Ketentuan mengenai jangka waktu Berdirinya Koperasi
a) Jangka waktu berdirinya koperasi harus ditetapkan”tidak terbatas” atau
“terbatas”
b Dalam hal jangka waktu sebagaimana ditetapkan telah berakhir maka
koperasi dapat memperpanjang jangka waktu berdirinya atau membubarkan
diri.
6. Ketentuan Mengenai Sisa Hasil Usaha
Pembagian dan penggunaan SHU diatur berdasarkan keputusan RA
Bagian SHU yang diperuntukkan kepada anggota dapat disimpan dalam
bentuk simpanan anggota atau dibagikan langsung.
SHU diperuntukkan antara lain :
Untuk Cadangan,
Untuk anggota sesuai jasa dan partisipasi anggota,
Untuk insentif Pengurus dan Pengawas,
Untuk dana pendidikan
Untuk dana sosial.
7. Ketentuan Pembubaran Koperasi Pembubaran koperasi dapat dilakukan oleh
Rapat Anggota dan Dilakukan oleh pemerintah (dinas yang membidangi koperasi)
8. Ketentuan Mengenal ART dan Peraturan Khusus
Anggaran Dasar koperasi pada dasarnya hanya memuat ketentuan pokok,
sedangkan penjelasan atau penjabaran lebih lanjut dapat diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga (ART) dan atau peraturan khusus.
Ketentuan tentang ART dan peraturan khusus antara lain memuat :
Penjabaran lebih lanjut ketentuan dalam AD koperasi.
Pengaturan lebih lanjut hal-hal yang telah ditetapkan dalam AD koperasi.
11
Pengaturan lain yang dianggap lebih perlu dan belum cukup diatur dalam AD
koperasi.
Apabila salah seorang anggota pengurus diangkat menjadi pengelola, maka
anggota pengurus ybs melepaskan diri dari jabatannya sebagai pengurus.
Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Pengurus.
Dilihat dari segi yuridis pendirian lembaga keuangan mikro, sebenarnya mudah
semudah mendirikan kios rokok, lembaga keuangan mikro yang mempunyai bentuk
kerjasama usaha yang dalam opesionalnya diperlukan wadah, wadah yang dimaksud
adalah sebuah lembaga yang merupakan badan hukum. Pemilihan badan hukum yang
paling tepat adalah Koperasi simpan pinjam Syari'ah
12
V. PENUTUP
Pesatnya pertumbuhan layanan keuangan syariah telah mengilhami Koperasi jasa
keuangan syariah untuk meniru dan menawarkan produk-produk layanan keuangan
syariah, hal ini dilakukan karena pangsa pasar yang sangat terbuka lebar dan tentunya
karena adanya keyakinan kuat dikalangan masyarakat muslim bahwa layanan
keuangan konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang agama.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah pilihan tepat untuk mengatasi masalah
layanan keuangan syariah ditingkat mikro.
Bravo KJKS.
13
KATA PENGANTAR
Sebagian besar masyarakat kita menginginkan untuk bisa dilayani oleh
lembaga keuangan syar’ah, untuk memenuhi keinginan tersebut salah satu cara untuk
memberdayakan usaha kecil, mikro dan menengah yaitu dengan mendirikan Koperasi
Jasa Keuangan Syari’ah (KKJS).
Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KKJS) mempunyai tujuan untuk
mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan
tradisinya kedalam transaksi keuangan anggota koperasi serta berbagai bisnis yang
terkait anggotanya.
i
14
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
II. DASAR HUKUM .................................................................................... 2
III. PROSES PEMBENTUKAN KOPERASI ................................................. 3
IV. PROSES PENGESAHAN BADAN HUKUM .......................................... 8
V. PENUTUP ................................................................................................ 12
ii