makalah koperasi dpr

22
DUKUNGAN BANK INDONESIA TERHADAP PENGEMBANGAN KAPASITAS KOPERASI A. PENDAHULUAN Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang sudah diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang dikenal sebagai golongan ekonomi lemah. Sangat banyak orang mengetahui tentang koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya sebagian kecil dari populasi masyarakat yang mampu berkoperasi secara benar dan konsisten. Sebagai salah satu institusi usaha yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional, koperasi diharapkan dapat turut aktif serta dalam kegiatan investasi guna mendorong peningkatan sektor produktif. Propinsi Kalimantan Timur dengan dukungan sumber daya alam melimpah dan kesempatan menciptakan peluang usaha yang luas, membuat perkembangan koperasi mempunyai masa depan cerah. Kata Optimis dapat dikedepankan bila kita melihat beberapa angka dan fakta, bahwasanya Kalimantan Timur adalah salah satu kontributor terbesar Produk Domestik Bruto negara Indonesia, dengan nilai ekpor ke luar negeri paling besar diantara propinsi lain (BPS 2011 Triwulan I), dengan luasan wilayah hampir 1 ½ kali dari pulau jawa. Fakta-fakta awal ini menunjukkan bahwa pengembangan koperasi pada prinsipnya memiliki potensi dan prospek yang cukup baik. Namun, hal lain bahwa pengembangankoperasi masih menghadapi kendala-kendala yang harus segera dicari jalan keluarnya.Oleh karena itu, fokus terhadap pengembangan koperasi tidak hanya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur, akan Bank Indonesia dan Koperasi Page 1

Upload: yusufarif

Post on 01-Nov-2015

255 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Koperasi DPR

DUKUNGAN BANK INDONESIA TERHADAP PENGEMBANGAN KAPASITAS KOPERASI

A. PENDAHULUAN

Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang sudah

diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang

dikenal sebagai golongan ekonomi lemah. Sangat banyak orang

mengetahui tentang koperasi meski belum tentu sama pemahamannya,

apalagi juga hanya sebagian kecil dari populasi masyarakat yang mampu

berkoperasi secara benar dan konsisten. Sebagai salah satu institusi

usaha yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional, koperasi

diharapkan dapat turut aktif serta dalam kegiatan investasi guna

mendorong peningkatan sektor produktif.

Propinsi Kalimantan Timur dengan dukungan sumber daya alam melimpah

dan kesempatan menciptakan peluang usaha yang luas, membuat

perkembangan koperasi mempunyai masa depan cerah. Kata Optimis

dapat dikedepankan bila kita melihat beberapa angka dan fakta,

bahwasanya Kalimantan Timur adalah salah satu kontributor terbesar

Produk Domestik Bruto negara Indonesia, dengan nilai ekpor ke luar

negeri paling besar diantara propinsi lain (BPS 2011 Triwulan I), dengan

luasan wilayah hampir 1 ½ kali dari pulau jawa. Fakta-fakta awal ini

menunjukkan bahwa pengembangan koperasi pada prinsipnya memiliki

potensi dan prospek yang cukup baik. Namun, hal lain bahwa

pengembangankoperasi masih menghadapi kendala-kendala yang harus

segera dicari jalan keluarnya.Oleh karena itu, fokus terhadap

pengembangan koperasi tidak hanya akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi di Kalimantan Timur, akan tetapi juga dapat meningkatkan

kualitas dari pertumbuhan ekonomi yang pro poor dan pro job. Untuk itu,

dukungan dari berbagai pihak untuk pengembangan koperasi di

Kalimantan Timur sangat diperlukan.

B. KENDALA PENGEMBANGAN KOPERASI

Bank Indonesia dan Koperasi Page 1

Page 2: Makalah Koperasi DPR

Kendala terbesar dalam pengembangan koperasi di Kalimantan Timur

antara lain disebabkan oleh beberapa faktor seperti kualitas SDM,

teknologi, pembiayaan/permodalan, dan pemasaran. Persoalan utama

bagi sektor koperasi untuk berkembang masih terletak pada terbatasnya

akses pada sumber-sumber modal produktif. Kondisi ini juga menjadi

faktor penghambat koperasi untuk mengatasi permasalahan-

permasalahan lain yang dihadapinya. Oleh karena itu, penambahan modal

kepada koperasi menjadi salah satu prioritas harus dikerjakan.

Penambahan modal khususnya modal usaha dapat bersumber dari 1)

Bantuan Pemerintah,2) Pinjaman dari Bank, 3) atau sumber-sumber

lainnya.Dalam kaitannya dengan peningkatan akses kepada keuangan

tersebut, disadari bahwa koperasi masih memiliki banyak keterbatasan

dan kendala. Pada umumnya terdapat 3 kendala atau gap antara koperasi

dan perbankan, yakni :

1. Gap informasi, yaitu gap antara informasi produk bank serta prosedur

perbankan dengan yang dimiliki koperasi;

2. Gap formalitas, yaitu gap antara formalitas dokumen serta prosedur

yang harus dipenuhi koperasi dan yang saat ini dimiliki koperasi;

3. Gap skala usaha, yakni jumlah kredit yang diharapkan koperasi dan

yang direalisasikan oleh bank.

Bagi bank, permasalahan UMKM (termasuk koperasi) terletak pada

kelayakan usaha, baik aspek keuangan maupun aspek pemasaran dan

tenaga kerja (Penelitian Bank Indonesia, 2005). Secara umum dapat

disimpulkan bahwa minimnya akses keuangan koperasi(UMKM) terutama

disebabkan oleh belum terdapat kesamaan pandangan dan persepsi

antara persyaratan bank yang harus dipenuhi dan yang dimiliki oleh

koperasi, termasuk mengenai laporan keuangan dan rencana

pengembangan usaha (business plan).

C. PERKEMBANGAN KOPERASI DI KALIMANTAN TIMUR

Melihat potensi Sumber daya Alam Propinsi Kalimantan Timur yang cukup

melimpah khususnya disektor perkebunan, kehutanan, migas dan sektor

pertambangan dan penggalian, tentunya kita dapat berharap dari

multiplier kegiatan ekonomi tersebut.Jadi anggapan sebagai salah satu

kontributor terbesar PDRB Indonesia, tidak hanya sebatas diatas kertas

Bank Indonesia dan Koperasi Page 2

Page 3: Makalah Koperasi DPR

namun memang dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya

koperasi. Dengan banyaknya industri yang bergerak disektor tersebut

diatas, tentunya peluang koperasi untuk ikut “bermain” atau ambil bagian

dalam kegiatan ekonomi di Kalimantan Timur sangat terbuka luas. Hal ini

juga sejalan sesuai arah kebijakan pemerintah dalam pembangunan

perindustrian melalui peningkatan industri berbasis pada sumber daya

alam yang berkelanjutan, melalui program peningkatan industri kecil,

menengah dan skala besar melalui pola kemitraan, peningkatan

infrastruktur bidang industri, program pengembangan industri rumah

tangga, industri kecil dan menengah, dan program peningkatan

kemampuan teknologi industri kecil.

Perkembangan koperasi di Kalimantan Timur hingga tahun 2009 cukup

menggembirakan, kondisi ini dapat membantu pergerakan perekonomian

di Kalimantan Timur ke yang lebih baik. Jumlah koperasi di Kalimantan

Timur yang tercatat pada tahun 2009 adalah 5.338 buah (35% tidak aktif),

dengan jumlah anggota koperasi sebanyak 795.610 orang dan volume

usaha sebesar Rp. 1.515.154.000.000.

Tabel 1. Data Koperasi berdasarkan Kabupaten Kota di Kalimantan Timur

No Koperasi

Per Desember 2009

Akti

f

Tida

k

aktif

Anggot

a

(orang)

RAT

(Unit)

Volume

Usaha

(Rp. Juta)

Asset

(Rp.

Juta)

1 Kota Samarinda 961 179 104.628 243 386.253 -

2 Kota Balikpapan 373 113 43.154 184 450.433 84.583

3 Kab. Penajam Paser Utara 155 27 6.500 114 35.141 12.115

4 Kab. Paser 254 106 28.127 101 31.971 10.606

5 Kab. Kutai Kertanegara 188 390 50.820 57 119.456 40.981

6 Kab. Kutai Barat 346 343 17.076 57 6.316 33.417

7 Kab. Kutai Timur 580 225 35.301 286 167.753 53.962

8 Kota Bontang 81 29 24.784 37 193.818 178.501

9 Kab. Berau 174 120 20.042 36 9.141 -

10 Kota Tarakan 87 120 17.662 33 55.881 51.614

Bank Indonesia dan Koperasi Page 3

Page 4: Makalah Koperasi DPR

11 Kab. Bulungan 60 80 433.534 44 23.229 10.463

12 Kab. Nunukan 124 100 6.709 22 7.273 -

13 Kab. Malinau 40 38 7.273 11 28.489 40.122

14 Kab. Tana Tidung 16 4 - 1 - -

15 Provinsi 19 6 - - -

Jumlah3.45

8

1.880795.610

1.225 1.515.15

4516.364

Sumber : Disperindagkop Prov. Kaltim 2010

Jumlah koperasi diKalimantan Timur sendiri bila dilihat dari sisi

pertumbuhan jumlah, keanggotaan, volume usaha, modal usaha dan Sisa

hasil usaha terlihat cukup menggembirakan hal ini dapat kita lihat pada

tabel dibawah ini sebagai berikut :

Tabel 2. Data Koperasi berdasarkan Kabupaten Kota di Kalimantan Timur

No

.

Uraian 2006 2007 2008 2009 %

1 Jumlah Koperasi 3.559 3.798 3.828 5.338 39.45

2 Anggota

Koperasi

387.649 386.594 405.260 795.610 96.32

3 Sales (Rp.

Juta)

477.235 742.473 901.167 1.515.15

4

68.13

4 Modal (Rp.

Juta)

142.627 207.250 227.981 267.677 17.41

5 SHU (Rp. Juta) 143.642 233.702 234.719 86.002 -63.36

Sumber : Disperindagkop Prov. Kaltim 2010

D. PERMASALAHAN AKSES KOPERASI KE PERBANKAN

Disadari bahwa Koperasi mempunyai beberapa permasalahan klasik

dalam mendapatkan pembiayaan dari perbankan, yaitu tidak mempunyai

agunan, membutuhkan pembiayaan dalam jumlah dan waktu yang tepat

serta masa kepengurusan yang pendek waktunya. Agunan dan masa

Bank Indonesia dan Koperasi Page 4

Page 5: Makalah Koperasi DPR

kepengurusan koperasi saling terkait, karena biasanya jaminan disediakan

oleh pengurus. Bisnis bank yang merupakan pengelolaan dana

masyarakat serta adanya tuntutan prinsip kehati-hatian dalam operasional

perbankan (prudential banking) mengharuskan pelaksanaan fungsi

intermediasi yang cermat dengan perhitungan tingkat keuntungan dan

risiko yang akurat tidak hanya kepada pelaku usaha besar namun juga

termasuk kepada usaha koperasi ataupun UMKM. Dalam kondisi

perbankan yang harus taat pada aturan-aturan prinsip kehati-hatian,maka

akan menjadi tidak mudah untuk meningkatkan akses kredit koperasi

apabila dibandingkan dengan usaha skala besar, jika tidak ada insentif

dari sisi permintaan (demand side) dan fasilitas pemerintah guna

menjembatani kesenjangan yang terjadi antara pelaku koperasi dengan

perbankan.

Insentif Pemerintah Daerah dari sisi permintaan dapat berupa perbaikan

kemampuan manajerial melalui sistim Bapak Angkat, pembentukan

klaster komoditi unggulan, pengawasan aktivitas keorganisasian koperasi

atau penyediaan agunan tambahan yang memadai sehingga dapat

mempengaruhi analisa kredit yang berujung pada kemudahan akses

modal produktif koperasi. Fasilitasi dari pemerintah terutama dapat

difokuskan pada pembentukan koperasi yang feasible dan bankable.

Permasalahan bankable inilah yang selama ini selalu menjadi kendala bagi

koperasi meskipun dapat dipastikan dana pembiayaan tersedia di bank.

Faktor utama yang menyebabkan masih rendahnya tingkat pinjaman atau

daya serap koperasi di lembaga perbankan antara lain terkait dengan

belum dilakukannya RAT secara reguler dan penyediaan jaminan. Salah

satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk koperasi yang telah

feasible namun tidak memiliki agunan yang cukup adalah dengan

membuat program yang dikenal dengan Kredit Usaha Rakyat.

E. JARINGAN KANTOR BANK UMUM DI KALIMANTAN TIMUR

Sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi koperasi, jumlah perbankan

di Kalimantan Timur terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2005 tercatat 22 bank dan tumbuh menjadi 31 bank di tahun

2011.

Tabel 3Jumlah Bank Umum di Kalimantan Timur

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 (Agustus)

Bank Indonesia dan Koperasi Page 5

Page 6: Makalah Koperasi DPR

Jumlah Bank 22 25 26 26 29 31 31

Adapun untuk Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu, tumbuh dari

227 di tahun 2005 menjadi 366 di tahun 2011. Ibarat filosofi ada gula ada

semut, perbankan dapat dianalogikan sebagai semut yang

perkembangannya akan mengikuti keberadaan gula dalam hal ini

pertumbuhan dan potensi perekonomian suatu daerah. Oleh karenanya,

seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan UMKM di Kalimantan Timur,

jumlah bank pun terus meningkat sebagai sumber pembiayaan untuk

menopang pertumbuhan ekonomi di daerah.

Tabel 4Jaringan Kantor Bank Umum di Kalimantan Timur

(Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu)

Kab/Kota2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(Agustus)

Kutai Kartanegara 13 13 16 16 18 19 21

Berau 10 10 10 12 12 16 16

Pasir 13 13 14 15 18 20 20

Bulungan 6 6 6 7 8 10 10

Kutai Barat 1 1 1 2 2 2 2

Kutai Timur 1 2 2 3 5 10 10

Malinau 1 1 1 1 1 3 3

Nunukan 4 4 4 4 4 4 4

Samarinda 68 75 102 82 105 112 111

Balikpapan 69 74 78 83 113 114 115

Tarakan 15 16 18 21 23 27 24

Bontang 25 25 22 24 22 25 26

PPU 1 1 1 1 1 3 4

TOTAL 227 241 275 271 332 365 366

Kinerja Bank Umum di Kalimantan Timur

Kinerja Bank Umum di Kalimantan Timur mengalami peningkatan yang

sangat signifikan dari tahun ketahun mulai dari Aset, DPK hingga kredit

(lihat tabel 5). Pertumbuhan Aset dan DPK pada bulan Mei 2011 lebih dari

dua kali dibandingkan dengan tahun 2005 atau rata-rata pertahun tumbuh

sekitar 16%. Adapun untuk kredit yang dikucurkan, pertumbuhannya

mencapai tiga kali dibandingkan dengan tahun 2005 atau rata-rata

pertahun tumbuh hingga 24.48%.

Tabel 5

Bank Indonesia dan Koperasi Page 6

Page 7: Makalah Koperasi DPR

Perkembangan Kredit Bank Umum di Kalimantan Timur (dalam juta rupiah)Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 (Sept)

Asset 30.675.528

41.559.903

46.203.494

50.373.983

55.706.603

63.765.171

79.139.120

DPK 23.509.476

30.596.207

34.315.844

39.333.510

43.702.602

49.912.610

61.076.508

Giro 6.357.027

9.522.268

10.827.418

12.120.242

12.596.215

11.886.796

15.495.706

Tabungan 8.690.155

10.093.869

12.856.368

14.275.063

18.920.691

22.670.000

24.592.296

Deposito 8.462.294

10.980.070

10.632.058

12.938.205

12.185.696

15.355.814

20.988.506

Kredit 10.978.375

12.457.624

15.731.452

20.942.755

24.976.132

32.532.458

38.659.664

Modal Kerja

4.660.545

5.560.336

7.231.252 9.278.132

10.310.570

12.728.601

14.584.837

Investasi 2.455.954

2.872.112

3.453.338 5.211.545

6.676.280

8.719.228 10.751.520

Konsumsi 3.861.876

4.025.176

5.046.862 6.453.078

7.989.282

11.084.629

13.323.307

LDR 46,70% 40,72% 45,84% 53,24% 57,15% 65,18% 63,30%

NPL (%) 2,86% 3,29% 3,12% 2,92% 2,13% 2,22% 2,72%

Dukungan perbankan sebagai salah satu motor penggerak

pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur juga terlihat pada keseriusan

perbankan menggarap sektor UMKM. Kucuran kredit ke UMKM mengalami

peningkatan dari waktu ke waktu seperti tampak pada Grafik 1

Grafik1Kredit UMKM di Kalimantan Timur

2006 2007 2008 2009 2010 40695

Menengah 3798207 4764205 5803717 6462624 8003450 8527470

Kecil 2674452 3288932 4247523 5526778 8297151 9631210

Mikro 2319570 2867005 3523315 4012689 4395503 4760330

2,500,000

7,500,000

12,500,000

17,500,000

22,500,000

Untuk Kredit Program Pemerintah (pemberian insentif pembayaran premi

penjaminan maksimal 70%/80%) atau lebih populer disebut KUR telah

diberikan kepada pelaku UMKM di Kalimantan Timur yang prospektif

namun belum bankable sebagai berikut :

Tabel 6

Perkembangan KUR Kalimantan Timur

Keterangan Total Kredit (Miliar Total Debitur

Bank Indonesia dan Koperasi Page 7

Page 8: Makalah Koperasi DPR

Rp) (Nasabah)2008 238,55 23.899

2009 370,50 41.413

2010 929,44 67.9492011

(Agustus)1.414,78 95.691

Sedangkan pembiayaan yang diberikan perbankan Kalimantan Timur pada

sektor koperasi adalah sebagai berikut :

Tabel 7

Data Penyaluran Kredit Kepada Koperasi di Kalimantan Timur, Agustus

2011

No. TAHUN

JUMLAH

KOPERAS

I

PENYALURAN KREDIT

PLAFON BAKI DEBET

1. 2009 992 884.273.994.845,36 475.786.926.466,56

2. 2010 612 1.127.083.245.049,5

1

668.586.956.829,86

3. 2011 516 1.215.773.172.962,8

3

782.223.129.919,17

F. PERANAN BANK INDONESIA TERHADAP PENGEMBANGAN KOPERASI

(UMKM)

Berdasarkan Undang-undang No. 23 tahun 1999 dan

disempurnakan melalui Undang-Undang No. 6 Tahun 2009, Bank

Indonesia dalam membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi

mengalami perubahan yang mendasar. Bank Indonesia tidak lagi dapat

memberikan bantuan keuangan, yang dikenal dengan kredit likuiditas

Bank Indonesia (KLBI) terhadap dunia usaha termasuk usaha kecil

(Developmental Role). Dengan demikian peranan Bank Indonesia dalam

membantu usaha kecil bersifat tidak langsung (Promotional Role), yaitu

melalui kebijakan Supply Side dan kebijakan Demand Side.

Kebijakan Supply Side, adalah pengembangan kebijakan yang

difokuskan kepada berbagai kebijakan dan program untuk membantu

bank dalam menyalurkan kredit kepada koperasi (UMKM). Kebijakan

Suply Side dapat berupa pemeliharaan kestabilan nilai rupiah,

Bank Indonesia dan Koperasi Page 8

Page 9: Makalah Koperasi DPR

mengupayakan terciptanya perbankan (termasuk Bank Perkreditan

Rakyat) yang sehat, mendukung perkembangan perbankan berdasarkan

prinsip syariah dan melalui kebijakan perkreditan dibidang perbankan.

Beberapa kebijakan Bank Indonesia dalam upaya mendorong peningkatan

fungsi intermediasi perbankan adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 3/2/PBI/2001 tentang

"Pemberian Kredit Usaha Kecil" antara lain meliputi : bank diajurkan

menyalurkan dananya melalui pemberian KUK, bank wajib

mencantumkan rencana pemberian KUK dalam Rencana Kerja

Anggaran Tahunan (RKAT), bank wajib melaporkan pelaksanaan

pemberian KUK dalam Laporan Bulanan Umum, bank wajib

mengumumkan pencapaian pemberiak KUK kepada masyarakat

melalui Laporan Keuangan Publikasi, plafon KUK disesuaikan

menjadi Rp 500 juta per nasabah, bank yang menyalurkan KUK

dapat meminta bantuan teknis dari Bank Indonesia, dan pengenaan

sanksi dan insentif dalam rangka pencapaian kewajiban KUK

dihapuskan.

2. PBI No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimal Pemberian Kredit

Bank Umum, Pemberian kredit kepada nasabah melalui lembaga

pembiayaan dengan metode penerusan (channeling) dikecualikan

dari pengertian kelompok peminjam sepanjang memenuhi

persyaratan. Pemberian kredit dengan pola kemitraan inti-plasma

dimana perusahaan inti menjamin kredit kepada plasma

dikecualikan dari pengertian kelompok peminjam sepanjang

memenuhi persyaratan.

3. PBI No. 7/45/PBI/2005 mengenai Perlakuan Khusus thd Bank

Umum Pasca Bencana Nasional di NAD & Nias-Sumut. Penetapan

kualitas kredit dan penyediaan dana lain sampai dengan Rp. 5

milyar hanya didasarkan atas ketepatan pembayaran pokok dan

bunga. Kualitas kredit yang direstrukturisasi digolongkan lancar

terhitung sejak restrukturisasi sampai dengan akhir Januari 2008.

4. PBI No. 7/8/PBI/2005 mengenai Sistem Informasi Debitur,

Penyediaan dana per debitur yang dilaporkan tidak hanya untuk

plafon >Rp50 juta, namun sejak penyampaian Laporan Debitur

Bank Indonesia dan Koperasi Page 9

Page 10: Makalah Koperasi DPR

Desember 2005, bank wajib melaporkan seluruh penyediaan dana

kepada setiap debitur (Rp >1).

5. Penyempurnaan Pengaturan Bantuan Teknis : Peraturan BI

No.8/39/PBI/2005 perihal Pemberian Bantuan Teknis dlm

pengembangan UMKM. BI memberikan bantuan teknis berupa

pelatihan dan penyediaan informasi kepada perbankan, lembaga

pembiayaan dan Business Development Service Provider (BDSP).

6. PBI No. 8/2/PBI/2006 tentang Perubahan atas PBI

No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Aktiva Produktif,

Penetapan kualitas yang sama berlaku untuk aktiva produktif yang

diberikan oleh lebih satu bank yang digunakan untuk membiayai 1

(satu) debitur atau proyek yang sama. Namun untuk kredit kurang

dari Rp500 juta (termasuk kredit mikro dan kecil) dikecualikan dari

penetapan KAP yang sama untuk pembiayaan 1 (satu) debitur (one

obligor).

7. PBI No. 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Penghitungan

ATMR, Penurunan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) kredit

Rp500 juta (termasuk kredit mikro & kecil) dari 100% menjadi 85%

8. PBI No. 9/6/PBI/2007 tentang Perubahan kedua atas PBI No.

7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum,

Penetapan kualitas hanya didasarkan atas ketepatan pembayaran

pokok dan bunga yang diberlakukan untuk : kredit dan penyediaan

dana lain dengan jumlah kurang dari atau sama dengan Rp500 juta,

kredit dan penyediaan dana lain kepada UKM selain

corporate/perusahaan dengan jumlah lebih dari Rp500 juta sampai

dengan Rp20 milyar bagi Bank yang memiliki sistem pengendalian

risiko “sangat memadai” (strong), lebih dari Rp500 juta sampai

dengan Rp10 milyar bagi Bank yang memiliki sistem pengendalian

risiko ”dapat diandalkan” (acceptable).

9. Paket Regulasi Perbankan April 2008,

i) KETENTUAN PENURUNAN PERHITUNGAN ATMR KUK yang

dijamin oleh Lembaga Penjaminan/Asuransi Kredit yang

memenuhi persyaratan tertentu : Bobot risiko dalam

perhitungan ATMR untuk KUK sebesar 85%, Penurunan bobot

risiko dalam perhitungan ATMR untuk bagian KUK yang dijamin

Lembaga penjamin/asuransi kredit berstatus BUMN yang

Bank Indonesia dan Koperasi Page 10

Page 11: Makalah Koperasi DPR

memenuhi persyaratan tertentu dari 50% menjadi 20%,

Penurunan bobot risiko dalam perhitungan ATMR untuk bagian

KUK yang dijamin Lembaga penjamin/asuransi bukan berstatus

BUMN yang memenuhi persyaratan tertentu dari 85% menjadi

sesuai rating lembaga penjamin/asuransi kredit yaitu: AAA s.d

AA- : 20%, A+ s.d. BBB- : 50%, BB+ s.d. B- : 75%.

ii) PENGUATAN KELEMBAGAAN UNTUK MENDORONG

PEMBERIAN KREDIT; Kerjasama dalam pembentukan skim

penjaminan kredit UMKM yang merupakan kerjasama antar BI

dengan PT Askrindo, BPD dan Pemda, Pembentukan lembaga

Apex bank bagi BPR*) untuk membantu BPR apabila memiliki

masalah likuiditas (liquidity mismatch) maupun bantuan

ekspansi BPR, Bazar Intermediasi Perbankan yang dilaksanakan

dalam bentuk pameran dan klinik perbankan yang

mempertemukan bank dan UMKM untuk saling berkomunikasi.

iii) SUP – 005 DAN DANA KELOLAAN (RELENDING) DALAM

RANGKA PENYALURAN KREDIT PROGRAM OLEH BUMN

KOORDINATOR (PNM DAN BTN)

10.PBI No. 11/2/PBI/2009 mengenai Kualitas Aktiva Bank Umum,

Penetapan kualitas kredit dan penyediaan dana lain sampai dengan

Rp1Milyar (mikro dan kecil) hanya didasarkan pada ketepatan

pembayaran pokok atau bunga. Untuk debitur s.d Rp5 milyar

(UMKM), penilaian agunan cukup dilakukan oleh penilai intern Bank

(tidak perlu dilakukan penilai ekstern).

11.PBI No. 12/21/PBI/2010perihal Rencana Bisnis Bank Umum Bank

wajib menyampaikan rencana penyaluran kredit UMKM menurut

sektor ekonomi, jenis penggunaan dan propinsi, dan wajib

menyampaikan laporan realisasi pemberian kredit UMKM.

Kebijakan Demand Side, Kebijakan Deman Side adalah kebijakan yang

diarahkan untuk mendorong UMKM agar mampu menigkatkan elijibilitas

dan kapabilitasnyasehingga mampu memenuhi persyaratan dari bank

(bankable). kebijakan Demand Side adalah seperti sebagai berikut

pemberian bantuan teknis dan fasilitasi.

1. Pelatihan. Kegiatan pelatihan kepada perbankan, merupakan salah

satu upaya untuk memperkenalkan, memotivasi dan mengembangkan

Bank Indonesia dan Koperasi Page 11

Page 12: Makalah Koperasi DPR

kemampuan dalam melayani segmen usaha kecil dan mikro serta

mengembangkan hubungan bank dengan usaha kecil dan

mikro.Pelatihan diberikan kepada perbankan sebagai upaya untuk

meningkatkan minat perbankan dalam membiayai usaha mikro, kecil

dan koperasi. Untuk pembiayaan usaha mikro, pelatihan yang

diberikan difokuskan pada pola pemberian kredit secara kelompok.

Pola ini di kembangkan melalui Proyek Hubungan Bank dengan

Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK) atau dengan sistem penerusan

kredit kepada koperasi berupa chaneling atau executing. Sementara

untuk pembiayaan usaha kecil, pelatihan diberikan sesuai dengan

permintaan perbankan dengan materi difokuskan pada pengembangan

usaha kecil.

2. Penelitian. Ruang lingkup penelitian mencakup segala aspek

perbankan dan lembaga keuangan dalam meningkatkan pemberian

kredit untuk pengembangan usaha kecil dan mikro, sesuai ketentuan

BI. Sedangkan obyek penelitian ditetapkan setiap tahun dalam program

kerja sesuai dengan kebutuhan.

3. Penyediaan informasi. Dilakukan melalui sarana online maupun

offline.

1.1.Dalam hal ini penyediaan melalui sarana online, Bank Indonesia

telah memperkaya informasi webnya tentang UMKM secara khusus

dengan membuat domain UMKM BI dialamat http://www.

bi.go.id/web/id/umkmbi/ yang memuat informasi antara lain

sebagai berikut :

- Kerjasama Pengembangan UMKM

- Gerai Info

- Konsultan Keuangan Mitra Bank

- Animasi Pengajuan Kredit

- Komoditas Unggulan

- Pola Pembiayaan Komoditas

- Pengembangan Klaster UMKM

- Profil Sentra UMKM

- Profil UMKM layak dibiayai

- Laporan Perkembangan Kredit UMKM

- Statitistik Kredit UMKM

- Skim Kredit UMKM

Bank Indonesia dan Koperasi Page 12

Page 13: Makalah Koperasi DPR

- Kisah sukses pembiayaan / Penerima Kredit Bank

- Penelitian Nasional dan Regional sehubungan UMKM

- Data Komoditi Non Migas dan Agrobisnis

- Link web terkait UMKM

1.2.Dalam hal pemberian informasi secara offline, Bank Indonesia

melalui Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM (KPSRU)

yang ada di setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) dapat memberikan

konsultasi secara langsung kepada UMKM atau Koperasi yang

datang. Selain itu penyebarluasan informasi dilakukan melalui

media massa, media elektronik dan sosialisasi (seminar atau

lokakarya).

Implementasi Kebijakan Demand Side antara lain sebagai berikut :

a. Melaksanakan berbagai penelitian dalam rangka pemberian

informasi yang dapat digunakan untuk pendorong

pengembangan UMKM

• Penelitian Profil UMKM di Indonesia 2005, yang menelaah UMKM dari

berbagai aspek-aspek pengembangan.

• Penelitian Kredit Konsumtif, Mikro Kecil dan Menengah untuk kegiatan

Produktif tahun 2009.

• Penelitian Prasyarat Pembentukan Credit Rating System untuk UMKM

di Indonesia tahun 2009.

• Penelitian mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan Keuangan

dan Business Plan untuk UMKM tahun 2009.

• Penelitian dan Survey mengenai Pembentukan Perusahaan

Penjaminan Kredit Daerah tahun 2010.

• Penelitian Baseline Economic Survey yang dipertajam dengan

pengembangan komoditas unggulan daerah masing-masing

kabupaten di suatu propinsi.

• Penelitian Pola Pembiayaan (Lending Model) untuk mendukung

pembiayaan bank kepada komoditas UMKM (76 komoditi)

• Penelitian tentang pola pembiayaan klaster UMKM yang ditindaklanjuti

dengan pilot project klaster di 6 propinsi

• Penelitian tentang identifikasi peraturan daerah yang tidak

mendukung pengembangan UMKM

Bank Indonesia dan Koperasi Page 13

Page 14: Makalah Koperasi DPR

b. Pelatihan kepada Perbankan dan Business Development

Services Provider (BDSP) / KKMB (Konsultan Keuangan Mitra

Bank).

Pelatihan diberikan kepada bank-bank tentang penyaluran kredit

kepada UMKM & BDSP untuk memberikan pendampingan kepada

UMKM.

c. Penyediaan Informasi melalui Data Informasi Bisnis Indonesia

(DIBI)

• Menyediakan informasi mengenai potensi ekonomi dan komoditas

unggulan di suatu daerah melalui internet

(www.bi.go.id/web/id/ umkmbi / )

• Menyediakan database UMKM yang potensial dibiayai

d. Pengembangan komoditas unggulan daerah dibeberapa daerah

melalui pendekatan klaster

• Pengembangan komoditas unggulan daerah selalu terkait dengan

kegiatan pertanian, perikanan, peternakan maupun usaha-usaha

pengolahan hasil bumi terbarukan. Komoditas tersebut diatas selalu

terkait dengan petani, gapoktan maupun kelompok mandiri.

• Dalam pengembangan ekonomi daerah melalui pendekatan klaster,

pembinaan dan pendampingan petani/pembudidaya diarahkan

dengan melalui penciptaan atau merevitalisasi kelompok mandiri

seperti koperasi untuk mempermudah koordinasi dan meningkatkan

daya tawar petani/pembudidaya.

• Proyek percontohan pengembangan komoditas daerah melalui

pendekatan klaster untuk tahun 2011, adalah pengembangan rumput

laut di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur.

e. Kerjasama BI dengan Lembaga Internasional

• Kerjasama dengan IFC : Promoting Enterprise Acces to Credit (PEAC)

dan Pendirian Pusat Pengembangan Pendamping UKM (P3UKM)

• Pengembangan Program Kupon Akses Keuangan (Kasku) bekerjasama

dengan Swisscontact, yang bertujuan untuk memberikan informasi

mengenai UMKM yang potensial dibiayai oleh bank

• Kerjasama dengan GTZ-Profi: bantuan konsultan untuk penyusunan

policy paper “Kebijakan Pemberdayaan dan Pembiayaan untuk

UMKM”

• Kerjasama dengan Inwent terkait dengan Credit scoring bagi UMKM

Bank Indonesia dan Koperasi Page 14

Page 15: Makalah Koperasi DPR

f. Kerjasama BI dengan Pemerintah

• Kerjasama dengan berbagai instansi Pemerintah dalam rangka

pengentasan kemiskinan melalui pengembangan UMKM

• Menfasilitasi pertemuan Pemerintah, Perbankan dan dunia usaha

(tripartit) di Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Barat Indonesia

yang ditindaklanjuti dengan berbagai kegiatan hingga saat ini.

• Kerjasama dengan Kementerian Negara Koperasi dan UMKM dalam

rangka pelatihan KKMB dan Departemen Kelautan dan Perikanan

dalam rangka penyusunan buku lending model sektor kelautan.

• Sebagai counterpart dalam Komite Kebijakan Penjaminan

Kredit/Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi dalam rangka

mensosialisasikan dan meningkatkan penyaluran Kredit Usaha

Rakyat (KUR).

G. PERANAN KANTOR BANK INDONESIA SAMARINDA TERHADAP UMKM

(termasuk Koperasi) KALTIM

Kantor Bank Indonesia Samarinda mempunyai wilayah kerja

administratif meliputi 3 kota dan 8 kabupaten di Kalimantan Timur, yaitu

Kota Samarinda, Kota Bontang, Kota Tarakan, Kabupaten Kutai

Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten kutai Barat, Kabupaten

Berau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau dan

Kabupaten Tanah Tidung. Dalam rangka pengembangan dan peningkatan

potensi ekonomi khususnya UMKM, Kantor Bank Indonesia telah

melakukan pola-pola pengembangan dan peningkatan potensi ekonomi

dengan target peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Adapun pola-

pola pengembangan melalui beberapa kegiatan antara lain sebagai

berikut :

1. Penyediaan informasi dalam bentuk Diskusi, Seminar, Sosialisasi seperti

:

1) Survey profile UMKM di Kota Samarinda

2) Sosialisasi Peran BI dalam Pemberdayaan UMKM

3) Diskusi dalam rangka optimalisasi Penyaluran KUR dengan

Perbankan dan instansi terkait.

4) Seminar Potensi Sektor Perikanan dan Kelautan

Bank Indonesia dan Koperasi Page 15

Page 16: Makalah Koperasi DPR

5) Diskusi Permasalahan Status Lahan dalam rangka percepatan

aksesibiltas UMKM ke Perbankan.

6) Sosialisasi Addendum III Kredit Usaha Rakyat kepada Perbankan dan

Instansi Terkait

7) Sosialisasi KUR dan Kredit Program Lainnya.

8) Rakor Sinergi Pemerintah Daerah dan Perbankan Kalimantan Timur

dalam mengembangkan perekonomian rakyat. Mendorong Pendirian

Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah di Kalimantan Timur

2. Pelatihan

1) Pelatihan Penanganan Kredit bermasalah bagi AO BPR

2) Pelatihan Konsultan Keuangan Mitra Bank

3. Penguatan Kelembagaan

1) Pembentukan Satgasda Pemberdayaan Konsultan Keuangan Mitra

Bank (KKMB) Prov. Kaltim dengan SK Gubernur Kaltim Nomor

580/K.395/2010

2) Rencana Pembentukan Klaster dan Forum KUR.

3) FGD (Focuss Group Discussion) di Jakarta dengan stake holder

Kabupaten Nunukan (SKPD, Lemlit Univ. Borneo dan LSM) dalam

rangka peningkatan potensi ekonomi UMKM melalui pembentukan

klaster.

4. Penelitian

1) Pola Pembiayaan Budidaya Ikan dalam Keramba

2) Pola Pembiayaan Ayam Petelur

3) Pola Pembiayaan Rumput Laut

5. Bazaar / Pameran UMKM

Bazar UMKM, Stand Pameran Kaltim Expo, Stand Festival Kemilau Seni,

Budaya Benua Etam dan Pesona Kaltim Ekspo, PENAS KTNA 2011 Kutai

Kartanegara, Pameran Pembangunan HUT RI ke 66.

6. Penyediaan Informasi pada Kegiatan yang diadakan oleh pihak Ketiga,

sebagai narasumber :

1) Narasumber: Workshop Memulai dan Mengembangkan Usaha

2) Workshop kewirausahaan

3) Seminar Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

4) Forum Pemberdayaan Usaha Perikanan

5) seminar pengembangan ekonomi rakyat melalui pelaksanaan

investasi di Kaltim

Bank Indonesia dan Koperasi Page 16

Page 17: Makalah Koperasi DPR

6) Pelatihan Peningkatan Akses kredit mikro

7) Pelatihan Peningkatan Manajemen Usaha Produktif

8) Pelatihan manajemen Pengelolaan usaha koperasi materi "Studi

Kelayakan Praktis"

9) Seminar regional & rakorda wil.IX ISMEI tema "revitalisasi UKM

dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat Kalimantan

Timur

10)Pemateri Studi Kelayakan Praktis pada pelatihan pengembangan usaha simpan pinjam

11)kegiatan fasilitasi akses permodalan12)Apresiasi Kredit Perikanan Budidaya13)Rakor Koperasi dan UMKM Kota Samarinda14)Tenaga Instruktur temu UMKM dengan KKMB sektor kelautan15)diklat penumbuhan wirausaha baru16)Diskusi Skim Pola Pembiayaan dan Pinjaman Dana Bergulir di

Bontang17)Temu Koordinasi dengan FUKMI Kaltim18)Rakor Panjatapda Prov. Kaltim, Sharing informasi Program BLUD di

Tenggarong19)Rapat kerja Gubernur dg Bupati/Walikota20)Muspida/instansi vertikal se Kaltim21)Rapat Kerja Program Pembangunan Daerah yang Berkeadilan

7. Pengembangan komoditas unggulan daerah melalui pendekatan klaster

rumput laut di Kabupaten Nunukan untuk tahun anggaran 2011.

H. MASUKAN TENTANG RANCANGAN PERUBAHAN UNDANG_UNDANG

REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 25 TAHUN 1992

Beberapa usulan untuk peningkatan kapasitas koperasi memandang beberapa

kelemahan kapasitas koperasi seperti yang diurai diatas adalah sebagai berikut :

1. Perlunya dibentuk lembaga yang bertindak selaku lender of the last resort

atau lembaga pemberi pinjaman terakhir apabila terjadi krisis likuiditas.

Perlakuan ini perlu untuk mendukung keberlangsungan lembaga keuangan

mikro atau KSP/KSU/Kopsyar/BMT.

2. Perlunya segera direalisasikan pendirian lembaga perating koperasi, agar

koperasi dapat menerbitkan surat berharga untuk memperoleh tambahan

permodalan baik dari perbankan atau masyarakat.

Bank Indonesia dan Koperasi Page 17

Page 18: Makalah Koperasi DPR

I. PENUTUP DAN KESIMPULAN

Fungsi Perbankan sebagai penggerak dan urat nadi perekonomian, tidak

dapat dikesampingkan. UMKM (Koperasi termasuk didalamnya) sebagai

usaha produktif dalam proses meningkatkan kapasitasnya perlu dukungan

dari berbagai pihak. Salah satu bentuk dukungan yang cukup substansial

adalah dukungan financial dari Perbankan. Dukungan Perbankan dalam

memajukan perekonomian suatu daerah dapat terlihat dari trend data

perbankan yang cenderung menaik dari waktu ke waktu, baik dari sisi LDR

maupun sisi jumlah kantor layanan.

Antusiasme dukungan Perbankan terhadap kemajuan dan peningkatan

kapasitas UMKM perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas UMKM

secara umum. Berdasar hasil Survey Bank Indonesia tahun 2010 tentang

Kajian Kredit UMKM untuk kegiatan produktif menyatakan bahwa besarnya

peran tenaga kerja tidak diikuti dengan besarnya peran produktivitas

tenaga kerja UMKM itu sendiri, hal ini membuktikan bahwa tenaga kerja

yang bergerak di UMKM memiliki Skill atau tingkat pendidikan yang relatif

terbatas.

Melihat kenyataan tersebut diatas, keberadaan koperasi masih perlu

upaya-upaya yang sungguh-sungguh untuk ditingkatkan mengikuti

tuntutan lingkungan dunia usaha dan lingkungan kehidupan dan

kesejahteraan anggotanya. Pangsa koperasi dalam berbagai kegiatan

ekonomi masih relatif kecil dan ketergantungan koperasi terhadap

bantuan dan perkuatan dari pihak luar, terutama Pemerintah, masih

sangat besar.

Bank Indonesia dan Koperasi Page 18