makalah koperasi globalisasi, rekomendasi ilo

35
MAKALAH Koperasi dan Globalisasi serta Rekomendasi ILO Kelompok 1 : Fahmi Idris Audina 1206215314 Siti Kholisoh 1306382221 Namira Noviar 1306382391 Hana Herwika Maulidia 1306382303 Alexandra Claudia 1306382341

Upload: hana-herwika-maulidia

Post on 04-Dec-2015

299 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Koperasi Globalisasi dan Rekomendasi ILO

TRANSCRIPT

MAKALAH

Koperasi dan Globalisasi serta Rekomendasi ILO

Kelompok 1 :

Fahmi Idris Audina 1206215314

Siti Kholisoh 1306382221

Namira Noviar 1306382391

Hana Herwika Maulidia 1306382303

Alexandra Claudia 1306382341

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

2015

STATEMENT OF AUTHORSHIP

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah

murni hasil kerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa

menyebutkan sumbernya.

Materi ini belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata

ajar lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan/atau

dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Kelompok : 1

Nama : Fahmi Idris Audina

NPM : 1206215314

Tanda Tangan :

Nama : Siti Kholisoh

NPM : 1306382221

Tanda Tangan :

Nama : Namira Noviar

Nama : Hana Herwika Maulidia

NPM : 1306382303

Tanda Tangan :

Nama : Alexandra Claudia

NPM : 1306382341

Tanda Tangan :

NPM: 1306382391

Tanda Tangan :

Mata Ajar : Koperasi

Judul Makalah : Koperasi dan Globalisasi serta Rekomendasi ILO

Tanggal : 24 April 2015

Dosen : Abdillah Ahsan SE, MSE

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya maka makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdillah Ahsan, selaku

dosen dari mata ajar kuliah Koperasi, yang telah memberikan kesempatan kepada

kami untuk dapat menulis serta menyelesaikan makalah ini. Makalah ini ditulis

sebagai syarat tugas mingguan dari mata kuliah koperasi.

Tak ada gading yang tak retak, demikian juga kami dalam menulis makalah

ini memiliki beberapa kelemahan dan melakukan kesalahan, sehingga makalah yang

kami tulis ini juga tak luput dari kecacatan. Oleh karena itu, kami meminta maaf atas

kesalahan yang ada dan meminta saran atau masukan bagi makalah ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas kesempatan menulis

makalah ini dan perhatiannya, serta kami juga berharap agar makalah ini bermanfaat

bagi pembaca.

Jakarta, April 2015

Tim Penulis

DAFTAR ISI

Statement of Authorship …………………………………………………….…….…..i

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….iii

Daftar Isi …………………………………… …………………………………….….iv

Pengertian Globalisasi ………………………………………………………..…….…1

Koperasi di Era Globalisasi …………..……………………………………………….3

Peluang dan Tantangan Koperasi Dalam Era Globalisasi …………………………….6

Langkah-Langkah Koperasi untuk Menghadapi Era-Globalisasi …………………… 9

Langkah-Langkah Antisipasi Koperasi dalam Globalisasi ……………………….…11

Koperasi Indonesia dalam Menghadapi Pasar Global ………………………………. .6

Rekomendasi menurut ILO (International Labor Organization) …………………..…7

Daftar Pustaka ………………………………………………….………….…...……11

Pengertian Globalisasi

Secara umum, Globalisasi adalah suatu proses yang mendunia dimana

individu tidak terikat oleh negara atau batas-batas wilayah. Setiap individu dapat

terhubung oleh siapa saja yang ada dibelahan bumi ini dan terjadi penyebaran

informasi dan komunikasi melalui media cetak dan elektronik yang mendunia.

Globalisasi sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu Globalization. Kata "Global"

berarti mendunia sedangkan "Lization" berarti proses. Sehingga dalam Pengertian

Globalisasi menurut Bahasa adalah suatu proses yang mendunia. Globalisasi

merupakan suatu proses masuknya negara ke dalam pergaulan dunia. Globalisasi

membuat suatu negara semakin kecil atau sempit dikarenakan kemudahan dalam

berinteraksi antarnegara baik itu dalam perdagangan, teknologi, pertukaran informasi,

dan gaya hidup maupun dengan bentuk-bentuk interaksi lainnya. 

Pada umumnya telah kita ketahui, hampir seluruh belahan dunia termasuk

Indonesia, sudah memasuki era yang sudah sering sekali diperbincangkan, “Era

Globalisasi“. Era Globalisasi ini masuk ke Indonesia salah satunya melalui

perdagangan bebas. Bagi Indonesia, era globalisasi ini penting adanya untuk

membuka tertutupnya usaha, khususnya untuk Koperasi.

Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan

perdagangan, dimana Negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi

perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap

arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu

negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan

perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu

pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional

secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global

ke dalam pasar domestik.

Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain

terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:

1. Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara,

dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan

baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah,

infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang

kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.

2. Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk

memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio

ataupun langsung) di semua negara di dunia.

3. Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan

tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf

profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman

internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang.

Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas.

4. Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan

cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan

teknologi, antara lain melalui: TV, radio, media cetak, dll. Dengan jaringan

komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai

belahan dunia untuk barang yang sama.

5. Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan

penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan

demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat,

dan adil.

Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi

sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional.

Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari

perekonomian global yang ditandai dengan adanya kekuatan pasar dunia.

Globalisasi mempunyai dampak, baik positif maupun negative. Beberapa

dampak positif dari adanya globalisasi adalah sebagai berikut :

Produksi global dapat ditingkatkan

Pandangan ini sesuai dengan teori ‘Keuntungan Komparatif’ dari David

Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat

digunakan dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan

memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan

yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.

Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara

Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai

negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan

konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga

dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.

Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri

Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara

memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.

Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik

Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh

negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta

tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara

berkembang.

Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi

Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja

dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang

dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini seringkali

memerlukan modal dari bank atau pasar saham. Dana dari luar negeri terutama dari

negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri

dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.

Beberapa dampak negative dari adanya globalisasi ekonomi ini adalah sebagai

berikut:

Menghambat pertumbuhan sektor industri

Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar

negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang

tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada

industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar

negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk

memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan

kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.

Memperburuk neraca pembayaran

Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila

suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini

dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi

terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari

luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak

menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri

semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap

neraca pembayaran.

Sektor keuangan semakin tidak stabil

Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal)

portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar

negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir

masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik.

Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri

akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah

buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini

dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara

keseluruhan.

Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang

Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka

dalam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka

panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan

ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat

pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin

memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada

prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan

menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin

bertambah buruk.

Koperasi di Era Globalisasi

Keberadaan beberapa koperasi telah dirasakan peran dan manfaatnya bagi

masyarakat, walaupun derajat dan intensitasnya berbeda. Setidaknya terdapat tiga

tingkat bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat (PSP-IPB, 1999) :

Pertama, koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu

kegiatan usaha tertentu, dan kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat.

Kegiatan usaha dimaksud dapat berupa pelayanan kebutuhan keuangan atau

perkreditan, atau kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Pada tingkatan ini biasanya

koperasi menyediakan pelayanan kegiatan usaha yang tidak diberikan oleh lembaga

usaha lain atau lembaga usaha lain tidak dapat melaksanakannya akibat adanya

hambatan peraturan.

Peran koperasi ini juga terjadi jika pelanggan memang tidak memiliki

aksesibilitas pada pelayanan dari bentuk lembaga lain. Hal ini dapat dilihat pada peran

beberapa Koperasi Kredit dalam menyediaan dana yang relatif mudah bagi

anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh

dana dari bank. Juga dapat dilihat pada beberapa daerah yang dimana aspek geografis

menjadi kendala bagi masyarakat untuk menikmati pelayanan dari lembaga selain

koperasi yang berada di wilayahnya.

Kedua, koperasi telah menjadi alternatif bagi lembaga usaha lain. Pada

kondisi ini masyarakat telah merasakan bahwa manfaat dan peran koperasi lebih baik

dibandingkan dengan lembaga lain. Keterlibatan anggota (atau juga bukan anggota)

dengan koperasi adalah karena pertimbangan rasional yang melihat koperasi mampu

memberikan pelayanan yang lebih baik. Koperasi yang telah berada pada kondisi ini

dinilai berada pada ‘tingkat’ yang lebih tinggi dilihat dari perannya bagi masyarakat.

Beberapa KUD untuk beberapa kegiatan usaha tertentu diidentifikasikan mampu

memberi manfaat dan peran yang memang lebih baik dibandingkan dengan lembaga

usaha lain, demikian pula dengan Koperasi Kredit.

Ketiga, koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya. Rasa

memilki ini dinilai telah menjadi faktor utama yang menyebabkan koperasi mampu

bertahan pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas anggota

dan kesediaan anggota untuk bersama-sama koperasi menghadapi kesulitan tersebut.

Sebagai ilustrasi, saat kondisi perbankan menjadi tidak menentu dengan tingkat bunga

yang sangat tinggi, loyalitas anggota Koperasi kredit membuat anggota tersebut tidak

memindahkan dana yang ada di koperasi ke bank. Pertimbangannya adalah bahwa

keterkaitan dengan Koperasi kredit telah berjalan lama, telah diketahui

kemampuannya melayani, merupakan organisasi ‘milik’ anggota, dan ketidakpastian

dari daya tarik bunga bank. Berdasarkan ketiga kondisi diatas, maka wujud peran

yang diharapkan sebenarnya adalah agar koperasi dapat menjadi organisasi milik

anggota sekaligus mampu menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan

lembaga lain.

Jadi jelas terlihat bahwa Koperasi Indonesia masih sangat penting walaupun

harus menghadapi era globalisasi dimana semakin banyak pesaing ekonomi yang

bermunculan dari luar negeri. Koperasi merupakan sesuatu yang penting dan

dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia karena koperasi selalu berusaha untuk

mensejahterakan anggotanya.

Peluang dan Tantangan Koperasi Dalam Era Globalisasi

Usaha kecil, Menengah, dan Koperasi (UKMK) yang biasanya dianggap tidak

penting dan disepelekan justru sebagaian besar dapat eksis dalam menghadapi badai

krisis. Agar koperasi dapat eksis dalam era globalisasi perlu menempuh empat

langkah. Pertama, harus dapat merestrukturasi hambatan internal dengan mengikis

segala konflik yang ada. Kedua, pembenahan manajerial, ketiga, strategi integrasi ke

luar dan ke dalam. Keempat, peningkatan efisiensi dalam proses produksi dan

distribusi. Sebagai contohnya banyak peluang pasar yang semula tertutup sekarang

menjadi terbuka. Contohnya, akibat mahalnya harga obat yang sebagian besar masih

harus diimpor, produsen jamu yang membentuk koperasi mendapatkan kesempatan

untuk memperluas jangkauan pasarnya. Seandainya globalisasi benar-benar terwujud

sesuai dengan terjadinya pasar bebas dan persaingan bebas, maka bukan berarti

tamatlah riwayatnya koperasi. Hal itu justru merupakan peluang koperasi untuk tetap

berperan dalam perekonomian nasional dan internasional terbuka lebar asal koperasi

dapat berbenah diri menjadi salah satu pelaku ekonomi (badan usaha) yang kompetitif

dibandingkan pelaku ekonomi lainnya.

Yang paling menentukan ketika menghadapi persaingan global dalam

pengembangan eksistensi koperasi ialah dengan kondisi krisis proses konsolidasi

Gerakan Koperasi. Untuk itu gerakan koperasi harus terus dimantapkan untuk

menghadapi dinamika perekonomian global.

Pemberdayaan Ekonomi rakyat melalui koperasi hanya dapat dilakukan jika

koperasi sendiri mempunyai kekuatan. Persoalannya koperasi Indonesia bahkan

duniapun menghadapi dua masalah yang luar biasa besarnya dan terus memperlemah

koperasi yaitu dekadensi Idiologi dan ancaman globalisasi.

Di era globalisasi ini ada dua hal yang mempengaruhi kemampuan sebuah

koperasi untuk bisa bertahan atau unggul dalam persaingan (terutama jangka panjang)

di pasar, yakni: kemampuan menetapkan harga dan struktur pasar. kemampuan

koperasi untuk bisa unggul dalam persaingan dalam periode jangka panjang

ditentukan oleh kualitas dan efisiensi. Koperasi di Indonesia menghadapi tantangan

bahkan ancaman serius dari globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan dunia.

Salah satu perbedaan penting yang membuat koperasi di Indonesia pada khususnya

tidak berkembang sebaik di negara-negara maju adalah bahwa di Negara maju

koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar oleh karena itu

tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Sedangkan, di Negara

berkembang koperasi dihadirkan dalam rangka membangun institusi yang dapat

menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat. Dalam kata lain, bobot politik atau intervensi pemerintah di

dalam perkembangan koperasi di Negara berkembang atau Indonesia terlalu kuat.

Implikasi dari perdagangan bebas ini adalah pentingnya upaya untuk

membuka usaha, peluang, dan kesempatan, terutama bagi usaha koperasi yang

menjadi salah satu pola usaha ekonomi rakyat. Hal ini menjadi sangat penting karena

produk yang dihasilkan dari Indonesia harus berkompetisi secara terbuka tidak hanya

di pasar dalam negeri, melainkan juga di luar negeri/pasar internasional. Dalam

persaingan bebas, harga produk ditentukan oleh pasar internasional. Oleh karena itu,

persaingan harus ditingkatkan melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi.

Langkah-langkah koperasi untuk menghadapi era-globalisasi:

1. Dalam menjalankan usahanya, pengurus koperasi harus mampu

mengidentifikasi kebutuhan kolektif anggotanya dan memenuhi kebutuhan

tersebut. Dengan mempertimbangkan aspirasi anggota-anggotanya, sangat

dimungkinkan kebutuhan kolektif setiap koperasi berbeda-beda.

2. Adanya efektifitas biaya transaksi antara koperasi dengan anggotanya

sehingga biaya tersebut lebih kecil jika dibandingkan biaya transaksi yang

dibebankan oleh lembaga non-koperasi.

3. Kesungguhan kerja pengurus dan karyawan dalam mengelola koperasi.

Disamping kerja keras, figur pengurus koperasi hendaknya dipilih orang yang

amanah, jujur serta transparan.

4. Pemahaman pengurus dan anggota akan jati diri koperasi, pengertian koperasi,

nilai-nilai koperasi dan prinsip-prinsip gerakan koperasi harus dijadikan point

penting karena hal itu yang mendasari segala aktifitas koperasi. Aparatur

pemerintah terutama departemen yang membidangi masalah koperasi perlu

pula untuk memahami secara utuh dan mendalam mengenai perkoperasian.

5. Kegiatan koperasi bersinergi dengan aktifitas usaha anggotanya.

6. Koperasi produksi harus merubah strategi kegiatannya dengan mereorganisasi

kembali supaya kompatibel dengan tantangan yang dihadapi. Dengan

demikian, koperasi pun mampu setidaknya menghadapi era globalisasi saat

ini, bukan malah terseret arus globalisasi yang berdampak koperasi akan

tenggelam. Mari kita benahi koperasi sejak dini, karena koperasi di Indonesia

juga merupakan jati diri bangsa dalam memajukan perekonomian.

Langkah-langkah Antisipasi Koperasi Dalam Globalisasi

Sektor-sektor usaha kecil di Indonesia perlu diberi kesempatan untuk berperan

lebih banyak dalam bidang ekonomi di Indonesia. Keistimewaan koperasi tidak

dikenal adanya majikan dan buruh serta tidak ada istilah pemegang saham mayoritas.

Semua anggota berposisi sama dengan hak suara sama. Oleh karena itu, apabila

aktivitas produksi yang dilakukan koperasi ternyata dapat memberi laba financial,

semua pihak akan turut menikmati laba tersebut. Untuk mengembangkan koperasi

masih banyak hal yang perlu dibenahi baik di sisi internal maupun eksternal. Di sisi

internal dalam tubuh koperasi masih banyak hal-hal yang merugikan. Misalnya yang

paling berbahaya adalah penyalahgunaan koperasi sebagai wahana sosial politik.

Parahnya lagi para pengurus koperasi kadangkala merangkap jabatan birokratis ,

politis atau jabatan kemasyarakatan sehingga terjadi konflik peran. Konflik yang

berlatarbelakang non-koperasi dapat terbawa ke dalam koperasi sehingga

mempengaruhi citra koperasi. Dari sisi eksternal, terdapat semacam ambiguitas

pemerintah dalam konteks pengembangan koperasi karena sumber daya dan budidaya

lebih dialokasikan untuk mengurangi konflik-konflik sosial politik, maka agenda

ekonomi konkret tidak dapat diwujudkan. Koperasi jadi impoten, dimana fungsi

sebagai wahana mobilisasi tidak ada dan perjuangan perekonomian rakyat kecil tidak

berjalan.

Koperasi Indonesia dalam Menghadapi Pasar Global

Setelah 67 tahun Indonesia merdeka, bagaimana perkembangan dan peran

koperasi Indonesia? Ada dua pendapat. Pertama, kondisi dan perkembangan serta

peran koperasi Indonesia masih memprihatinkan. Kedua, keberadaan koperasi

sungguh membantu perekonomian Indonesia dan perkembangannya juga selalu naik.

Pakar Koperasi dan Ekonomi, Bernhard Limbong, menyatakan, kondisi

koperasi di Indonesia sampai tahun 2011 cukup memperihatinkan. Sebanyak 27

persen dari 177.000 koperasi yang ada di Indonesia atau sekitar 48.000 koperasi tidak

aktif.

Menurut Limbong, secara de facto, sosok peran koperasi masih jauh

panggang dari api. Kedudukan koperasi terstruktur dalam posisi yang marginal dan

terkungkung dalam masalah internal yang melemahkan. Komitmen amanat Pasal 33

UUD 1945, belum berhasil menciptakan fondasi dan bangunan perekonomian

koperasi yang kokoh dan berketahanan. Sebagai badan usaha, koperasi dicitrakan

gagal memenuhi harapan masyarakat luas, yaitu entitas bisnis yang menguntungkan.

Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi dianggap gagal menjadi actor sentral

demokrasi ekonomi.

Menurut Limbong, secara eksternal, pesatnya pengaruh globalisasi pasar bebas

ekonomi dunia telah menggiring perekonomian Indonesia ke arus kapitalisme yang

menggurita, dan pada gilirannya kian menyulitkan posisi dan peran koperasi di zona

ekonomi negeri ini. Sementara peran strategis negara untuk mewujudkan ideologi

ekonomi berbasis koperasi tidak secara nyata dan signifikan memberikan hak sosial

ekonomi rakyat berupa kemakmuran. Secara internal, lambannya perkembangan serta

pergerakan koperasi di Indonesia disebabkan sejumlah faktor internal koperasi itu

sendiri, seperti modal usaha dan lapangan usaha terbatas. Dampkanya, sebagian

koperasi hanya mengelola satu jenis usaha, dan sifatnya temporer, serta monoton.

Selain itu, kurangnya tenaga professional, bahkan sebagian masyarakat enggan

masuk sebagai pengelola koperasi karena dinilai tidak menjanjikan masa depan.

Permasalahan lainnya adalah kepastian usaha, segmentasi pasar, dan daya dukung

organisasi yang sangat lemah. Percepatan usaha yang dimiliki berjalan lamban, dan

kurang mampu bersaing di pasar, baik pasar lokal, regional, dan nasional apalagi

pasar internasional.

Sebaliknya pendapat dari Menteri Koperasi dan UKM, Syarief Hasan,

menegaskan, 67 tahun setelah koperasi ditetapkan sebagai soko guru perekonomian

nasional, koperasi terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi

perekonomian nasional kita. Data dari Kementerian Koperasi dan UKM pada 2013

menampilkan ada 194.925 unit koperasi di Indonesia, termasuk di dalamnya 1.472

unit koperasi nelayan yang tersebar di 23 provinsi. Dengan jumlah anggota mencapai

33,6 juta orang. Setiap tahunnya, pertumbuhan koperasi ini mencapai tujuh sampai

delapan persen. Mayoritas koperasi yang beroperasi adalah simpan pinjam.

Dari data tersebut, Syarief berkeyakinan kuat bahwa koperasi akan makin

tumbuh dan berkembang pada tahun-tahun mendatang dan pada gilirannya akan ikut

berperan penting dalam mencapai pertumbuhan dan pemeratan ekonomi 7,7 persen,

pengurangan angka kemiskinan menjadi 8-10 persen, dan pengurangan angka

pengangguran mencapai 5 – 6 persen pada tahun 2014. Syarief tidak berlebihan,

pengalaman sejak krisis ekonomi sejak tahun 1998 menunjukan koperasi bersama

UMKM memiliki kemampuan berakselarasi dan berdaya tahan tinggi. Sebanyak 58

persen Produk Domestik Bruto (PDB) disumbangkan dari sektor koperasi dan

UMKM. Dari sektor koperasi pula Indonesia bisa menjaring pengusaha. Ini penting

karena rasio pengusaha di negara ini masih minim.

Selain itu, koperasi dan UMKM menjadi penyerap tenaga kerja yang sangat

potensial karena proses produksi yang dilakukan Kementerian biasanya bersifat padat

karya dan sangat adaptif terhadap lingkungan yang berubah.

Sementara pakar manajemen dan koperasi,Thoby Mutis, sebagaimana dikutip

Limbong dalam bukunya, Pengusaha Koperasi: Memperkokoh Fondasi Ekonomi

Rakyat, 2010, mengatakan, dua hal yang perlu mendapat perhatian para pelaku usaha

koperasi adalah pertama, terus menghasilkan terobosan-terobosan kreatif dan inovatif

dalam mengembangkan bisnis. Ini penting agar koperasi bisa berdiri sejajar dengan

badan usaha swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Thoby Mutis menghimbau para profesional koperasi untuk mencari relevansi

manajemen koperasi dengan perkembangan manajemen modern kontemporer yang

diterapkan di lembaga ekonomi lain (swasta dan lembaga ekonomi milik negara) agar

bisnis koperasi mampu memicu efisiensi teknis ekonomis dan sekaligus sosial.

Kedua, bertekat kuat menerapkan manajemen profesional dalam menjalankan

bisnis koperasi yang ditandai dengan beberapa strategi, yakni berani merekrut tenaga-

tenaga profesional hebat dengan gaji besar, mengembangkan keahlian para pengurus

dan manajemen pengelola koperasi, menyiapkan dana khusus untuk melakukan riset,

kegiatan public relation, dan memperluas kemitraan dan seterusnya.

Sampai saat ini dan kedepan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi

dan UKM, terus melakukan kegiatan untuk menumbuhkembangkan koperasi. Salah

satunya melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Lembaga ini sangat siap

membantu dunia perkoperasian dan para pelaku UKM. Sejak berdiri tahun 2006,

LPDB sudah memberikan modal kepada 1.600 koperasi. Sebanyak 1.600 koperasi ini

kalau hitung-hitung matematis, kalau satu koperasi mempunyai 1.000 UKM, kalau 1

UKM mempunyai tenaga kerja tiga orang, sudah 15.000 tenaga kerja. Jadi LPDB itu

menciptakan lapangan kerja.

Menurut Agus Muharam, sejak tahun 2010, Kementerian Koperasi dan UKM

menggagas program Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi (Gemaskop). Ada tiga

tujuan yang ingin dicapai dalam gerakan ini, yakni mengajak sebanyak-banyak

masyarakat Indonesia untuk berkoperasi, membenahi koperasi-koperasi yang ada

untuk berkoperasi sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi, lalu membangun koperasi

berskala besar yang memiliki daya saing di tingkat nasional dan internasional.

Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) sampai Februari 2012, pengangguran

terbuka di Indonesia mencapai 6,32 persen atau 7,61 juta orang. Sementara

berdasarkan data terbaru dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

(TNP2K) yang berada di bawah koordinasi Wakil Presiden di Indonesia pada tahun

2012 hingga 2013 yang mencapai angka 96 juta jiwa.

Semoga dengan gencarnya pemerintah melakukan Gemaskop, maka semakin

banyak orang bergabung atau membentuk koperasi terutama para penganggur dan

orang-orang miskin ini. Kalau demikian, maka koperasi benar-benar membuat

Indonesia Jaya.

Rekomendasi menurut ILO (International Labor Organization)

1. Rekomendasi ILO no. 127 tahun 1966

Perkembangan koperasi bertahap dari tahun ke tahun dalam mencapai

kesepakatan mengenai baik definisi, prinsip, maupun nilai-nilai yang terkandung

dalam koperasi. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa koperasi tidak mengenal sistem

buruh majikan, oleh karena itu sekitar tahun 1960-an ketika koperasi belum

mendapatkan kesepakatan secara internasional, Badan Organisasi Perburuhan (ILO)

memberikan dasar pengembangan koperasi dengan menekankan pemanfaatan model

koperasi sebagai wahana meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama kaum

pekerja yang pada saat itu akrab disebut sebagai kaum buruh, Sehingga syarat yang

ditekankan bagi keanggotaan koperasi adalah kemampuan untuk memanfaatkan jasa

koperasi.

Dalam Rekomendasi International Labour Organitation (ILO) nomor 127

Pasal 12 Ayat (1) disebutkan bahwa koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang

yang berkumpul secara sukarela untuk berusaha mencapai tujuan bersama melalui

suatu organisasi yang dikontrol secara demokratis, bersama-sama berkontribusi

sejumlah uang yang yang membentuk modal yang diperlukan untuk mencapai

tujuan bersama tersebut dan bersedia turut bertanggung jawab menanggung resiko

dari kegiatan tersebut, turut menikmati usaha bersama tersebut sesuai dengan

kontribusi permodalan yang diberikan orang “tersebut, kemudian” orang tersebut

secara bersama “dan langsung turut memanfaatkan organisasi tadi”(Muslimin

Nasution, 2002:13) .

Pada tahun 1966, ILO merumuskan rekomendasi nomor 127 mengenai

koperasi di negara berkembang. Menurut rekomendasi ini, pembentukan dan

pertumbuhan koperasi harus diperhatikan sebagai salah satu instrumen penting dalam

perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya. Pemerintah negara berkembang harus

merumuskan dan melaksanakan kebijakan dimana koperasi menerima bantuan dan

dorongan, tanpa mempengaruhi independensi koperasi.

Rekomendasi yang diberikan adalah sebagai berikut :

a) Ruang lingkup

Rekomendasi ini berlaku untuk semua kategori koperasi, termasuk koperasi

konsumen, koperasi perbaikan lahan, koperasi pertanian produktif dan

pengolahan, koperasi pasokan pedesaan, koperasi pemasaran pertanian, koperasi

perikanan, koperasi layanan, koperasi kerajinan, koperasi perumahan, koperasi

transportasi, koperasi asuransi dan koperasi kesehatan, dan lain-lain

b) Tujuan kebijakan mengenai koperasi

Pembentukan dan pertumbuhan koperasi harus dianggap sebagai salah satu

instrumen penting bagi pembangunan ekonomi, sosial dan budaya serta kemajuan

manusia di negara-negara berkembang. Secara khusus, koperasi harus ditetapkan

dan dikembangkan sebagai sarana

(1) memperbaiki situasi ekonomi, sosial dan budaya seseorang dari sumber daya

yang terbatas dan memberikan peluang serta mendorong semangat inisiatif

(2) meningkatkan modal sumber daya pribadi dan nasional dengan pemberdayaan

barang bekas, dengan menghilangkan riba dan dengan penggunaan kredit

(3) memberikan kontribusi terhadap perekonomian dengan mengukur peningkatan

kontrol demokratis dari kegiatan ekonomi dan pemerataan surplus

(4) meningkatkan pendapatan, pendapatan ekspor nasional dan penambahan

lapangan kerja oleh pemanfaatan penuh sumber daya

(5) meningkatkan kondisi sosial, dan melengkapi pelayanan sosial di bidang-

bidang seperti perumahan, kesehatan, pendidikan dan komunikasi

(6) membantu untuk meningkatkan tingkat pengetahuan umum dan teknis

anggotanya

Pemerintah negara-negara berkembang harus merumuskan dan melaksanakan

kebijakan di mana koperasi menerima bantuan dan dorongan, dari karakter ekonomi,

keuangan, teknis, legislatif atau lainnya, tanpa efek pada kemandirian mereka

c) Metode implementasi kebijakan yang berkaitan dengan koperasi

o Legislasi : tindakan yang tepat harus diambil termasuk konsultasi koperasi

yang ada untuk mendeteksi dan menghilangkan ketentuan yang tercantum

dalam undang-undang dan peraturan yang mungkin memiliki efek terlalu

membatasi pengembangan koperasi melalui diskriminasi, misalnya dalam

hal perpajakan atau alokasi lisensi dan kuota.

o Pendidikan dan pelatihan : Langkah-langkah harus diambil untuk

menyebarluaskan pengetahuan tentang prinsip-prinsip, metode,

kemungkinan dan keterbatasan koperasi seluas mungkin di antara

masyarakat negara-negara berkembang

o Memberikan bantuan keuangan bantuan administrasi untuk koperasi :

Apabila diperlukan, bantuan keuangan dari luar harus diberikan kepada

koperasi ketika mereka memulai kegiatan mereka atau menghadapi

kendala keuangan untuk pertumbuhan atau transformasi

o Pengawasan dan tanggung jawab pelaksanaan : Koperasi harus tunduk

pada bentuk pengawasan yang dirancang untuk memastikan bahwa mereka

melakukan kegiatan mereka sesuai dengan objek yang mereka didirikan

dan sesuai dengan hukum.

d) Kolaborasi internasional : Anggota harus sejauh mungkin berkolaborasi dalam

memberikan bantuan dan dorongan kepada koperasi di negara-negara berkembang

e) Ketentuan khusus mengenai peran koperasi dalam berurusan dengan masalah

khusus

2. Rekomendasi ILO No. 193 Tahun 1995

Rekomendasi ILO No. 193 menyatakan bahwa Pemerintah perlu mempromosikan

peran penting koperasi dalam mentransformasikan apa yang biasanya dianggap

kegiatan-kegiatan marginal untuk tetap bertahan (kadang disebut “perekonomian

informal”) menjadi pekerjaan yang dilindungi secara sah, dipadukan secara penuh

untuk mengarusutamakan kehidupan ekonomi.

Rekomendasi ILO 193 tahun 1995 berisi pemikiran yang lebih jauh maju

dengan advokasi  bagi pemerintah untuk mengakui pentingnya global koperasi di

kedua pembangunan ekonomi dan sosial, mendorong kerja sama internasional,

sementara pada saat yang sama menegaskan identitas koperasi berdasarkan nilai-nilai

dan prinsip-prinsip. Ini menggarisbawahi perlakuan yang sama dari koperasi jenis lain

dari perusahaan dan organisasi sosial, dan menentukan peran pemerintah dalam

menciptakan kebijakan yang mendukung dalam kerangka hukum, dan memfasilitasi

akses untuk mendukung pelayanan dan keuangan, tanpa campur tangan yang tidak

semestinya.

Beberapa rekomendasi yang terdapat di ayat 19 ILO rekomendasi 193 tahun

1995 secara umum berisi : (1) diakuinya koperasi (2) koperasi kumpulan orang

sukarela secara otonom (3) memperkuat jati diri (4) pemajuan potensi koperasi (5)

cara khusus koperasi sebagai usaha bersama (6) keseimbangan sektor – sektor (7)

pemajuan koperasi dengan jati diri (8) kebijakan nasional (9) pemerintah memajukan

peran koperasi (10) adanya UU khusus (11) kewajiban fasilitas oleh pemerintah (12)

cara memfasilitasi (13) pengembangan kondisi yang baik (14) pengakuan organisasi

(16) pekerja (17) kerjasam koperasi (18) kerjasama international (19) revisi

rekomendasi termasuk pemberian wewenang pemerintah dan pengukuhan jati diri

koperasi yang lebih dalam.

3. Rekomendasi ILO no. 193 tahun 2002

Organisasi Buruh Internasional (ILO) memandang koperasi sebagai suatu bentuk

badan ekonomi yang baik terutama menyinggung soal pekerja. Dalam Deklarasi

Philadelphia mengatakan bahwa “pekerja adalah bukan komoditas”, atas kesamaan

pandangan dalam melihat SDM antara ILO dan koperasi inilah ILO membuat

rekomendasi untuk koperasi guna mendorong kemajuan koperasi dari dampak

globalisasi dan berbagai tantangan yang ada di era milenium ini. Dalam pertemuan

yang diadakan pada tanggal 3 Juni 2002 di Geneva dalam sidang ke 90 Koperasi

diakui mampu mendorong terciptanya lapangan pekerjaan, mobilisasi sumber daya,

menggerakan investasi dan sumbangan utama terhadap perekonomian, dan

memajukan partisipasi penuh pembangunan ekonomi dan sosial dari rakyat,

globalisasi telah menciptakan tekanan-tekanan baru dan beragam, permasalahan-

permasalahan, tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan bagi koperasi-

koperasi, dan bahwa bentuk-bentuk yang lebih kuat dari kesetiakawanan umat

manusia pada tingkat nasional dan internasional dituntut untuk memfasilitasi adanya

distribusi yang lebih adil dari kemanfaatan globalisasi. Supaya koperasi dapat

bertahan dalam kerasnya tekanan globalisasi, ILO mengajukan beberapa rekomendasi

sebagai jawaban atas tantangan globalisasi.

Rekomendasi ILO tahun 2002 terdiri dari lima poin utama;

1. Ruang lingkup, definisi, dan tujuan

Ruang lingkupnya berlaku bagi semua jenis dan bentuk koperasi. Definisi

koperasi menurut rekomendasi ini adalah sebuah perkumpulan otonom dari orang-

orang yang bersatu secara sukarela guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan

aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang

dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis.Rekomendasi ini bertujuan

untuk Memajukan dan memperkuat jatidiri koperasi.

2. Kerangka kerja kebijakan dan peran pemerintah

Sebuah masyarakat yang seimbang mengharuskan adanya sektor-sektor publik

dan swasta yang kuat, dan juga sektor koperasi, sektor-sektor kerjasama dan sosial

dan non-pemerintah yang lain. Dalam konteks ini Pemerintah-pemerintah harus

mengadakan kebijakan dan kerangka kerja hukum yang mendukung, yang konsisten

dengan sifat dan fungsi dari koperasi-koperasi dan dipandu oleh nilai-nilai dan

prinsip-prinsip koperasi.

3. Implementasi kebijakan publik untuk memajukan koperasi-koperasi

Negara-negara Anggota harus menerima adanya perundang-undangan dan

peraturan-peraturan spesifik mengenai koperasi-koperasi, yang dipandu oleh nilai -

nilai dan prinsip-prinsip koperasi dan merevisi perundang-undangan dan peraturan-

peraturan bilamana sudah seharusnya. Pemerintah juga harus berkonsultasi dengan

organisasi-organisasi koperasi, dan juga dengan organisasi pengusaha dan pekerja-

pekerja yang bersangkutan, dalam merumuskan dan merevisi perundang-undangan,

kebijakan dan peraturan-peraturan yang diterapkan bagi koperasi-koperasi.

4. Peran dari organisasi pengusaha dan pekerja-pekerja dan organisasi

koperasi, dan hubungan di antara mereka

Organisasi pengusaha-pengusaha dan pekerja-pekerja, mengakui signifikannya

koperasi untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang berkesinambungan, harus

mencari bersama-sama dengan organisasi-organisasi koperasi, cara-cara dan sarana-

sarana guna memajukan koperasi.

5. Kerjasama internasional

Kerjasama internasional harus difasilitasi melalui : (a) pertukaran informasi

tentang kebijakan-kebijakan dan program-program yang telah terbukti efektif dalam

penciptaan lapangan kerja dan penggerakkan pendapatan bagi anggota-anggota

koperasi-koperasi. (b) menggalakkan dan memajukan hubungan-hubungan antara

badan-badan dan lembaga-lembaga nasional dan internasional yang terlibat dalam

pengembangan koperasi-koperasi (c) akses dari koperasi-koperasi pada data nasional

dan internasional, seperti informasi pasar, perundang-undangan, metode dan teknik

pelatihan, teknologi dan standar produksi (d) berkonsultasi dengan koperasi-koperasi,

organisasi pengusaha-pengusaha dan pekerja-pekerja yang bersangkutan, garis-garis

pemandu dan perundang-undangan bersama secara nasional dan internasional, untuk

mendukung koperasi-koperasi.

Kelima poin utama yang ditegaskan oleh Forum Buruh Internasional

sebenarnya suatu bentuk dukungan nyata ILO terhadap koperasi. ILO yang memiliki

pengaruh besar di mata dunia berupaya mendorong berbagai elemen dari organisasi

pengusaha, pemerintah negara, dan koperasi itu sendiri agar koperasi memperkuat diri

dan mengadakan kerjasama antarkoperasi agar koperasi memiliki kekuatan dan

survivalitas dalam tataran global.

Sumber Referensi :

https://www.academia.edu/5313637/ILO

http://eprints.undip.ac.id/13998/1/

Eksistensi_Koperasi_Peluang_dan_Tantangan_Di_Era_Pasr_Global....Purbayu_Budi

_Santosa_%28OK%29.pdf

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/bagaimana-koperasi-di-indonesia-

menghadapi-era-globalisasi/

http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-globalisasi-penyebab-dampak-

globalisasi.html#_

http://www.beritasatu.com/industri-perdagangan/125307-koperasi-indonesia-semakin-

dewasa-hadapi-pasar-global.html

https://tienivie.wordpress.com/2010/11/02/globalisasi-koperasi/

http://www.ilo.org

http://cog.kent.edu/lib/LevinCoop.htm

Rekomendasi ILO No.127 Tahun 1966

Rekomendasi ILO No.193 Tahun 2002