makalah koperasi dan kemitraan kelompok 5.doc
TRANSCRIPT
MAKALAH KOPERASI DAN KEMITRAAN
PEMBELANJAAN KOPERASI
Disusun oleh:
KELOMPOK 5
1. Mahmud B. (H0814070)
2. Maria Hokki (H0814072)
3. Mustafa Yanuar B.S. (H0814083)
4. Nanda Putri Perdana (H0814086)
5. Nur Latifah Hajriyani (H0814095)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Pembelanjaan Koperasi” dapat
terselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pembelanjaan koperasi melalui penjelasan substansi-substansinya.
Sadar bahwa manusia tak pernah luput dari salah maka apabila terdapat kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengharapkan kritik dan saran-saran
dari pihak pembaca yang sifatnya membangun.
Akhirnya, kami atas nama penyusun makalah ini mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, semoga makalah ini bisa bermanfaat.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surakarta, 1 Oktober 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
Istilah manajemen dalam perkembangannya digunakan untuk
mengendalikan suatu organisasi. Jadi, berpikir secara manajemen dapat diartikan
sebagai mengendalikan, mengarahkan dan memanfaatkan segala faktor atau
sumber daya yang dimiliki untuk tujuan tertentu Sedangakan pengertian koperasi
menurut Undang-Undang koperasi No.12 Tahun 1967 mendefinisikan koperasi
sebagai organisasi ekonomi, berwatak sosial, dan dikelola berdasarkan
kekeluargaan.
Manajemen koperasi dapat diartikan mengendalikan, mengarahkan dan
memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk tujuan memajukan atau
mensejahterakan para anggota dan pengurus koperasi. ditinjau dari sudut pandang
gaya manajemen (managment style), manajemen koperasi menganut gaya
partisipatif (participation management), di mana posisi anggota ditempatkan
sebagai subjek dan manajemen yang aktif dalam mengendalikan manajemen
perusahaannya.
2. Tujuan
Berikut tujuan dari makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Memahami mengenai pembelanjaan koperasi
2. Mengetahui pembelanjaan internal dan eksternal koperasi
3. Memahami modal sendiri dan modal asing koperasi
4. Mengerti cara permodalan koperasi
5. Memahami definisi dan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelanjaan Koperasi
Pembelanjaan merupakan salah satu fungsi yang penting dalam
menjalankan roda perusahaan. Secara umum (luas), pembelanjaan dapat diartikan
sebagai semua aktivitas perusahaan untuk mencari atau memperoleh dana yang
dibutuhkan dan menggunakannya secara efisien.
Dilihat dari strukur koperasi, masalah pembelanjaan merupakan bagian dari
sistem yang dianut oleh koperasi itu sendiri yang bersumber pada dua hal yang
berkaitan yaitu :
1.Pelanggan koperasi yang merupakan para anggota dan sekaligus sebagai
pemilik koperasi (prisip identitas).
2.Sendi dasar dan asas koperasi Indonesia yang membedakan koperasi
dengan badan usaha lainnya.
Dalam pembelanjaan bisa debedakan menjadi lima macam yaitu
pembelanjaan internal koperasi, pembelanjaan eksternal koperasi, modal sendiri
koperasi, modal asing pada koperasi dan cara mengatasi permodalan koperasi.
1. Pembelanjaan Internal Koperasi
Masalah pembelanjaan internal koperasi sendiri dapat dibedakan
menjadi dua yaitu masalah pembelanjaan pasif dan aktif. Pembelanjaan aktif
menyangkut usaha menggunakan dana yang dimiliki dengan cara yang
seefisien mungkin. Dalam penggunaannya jangan sampai ada dana yang
menganggur terlalu besar, sehingga tidak efisien dari segi biaya bunga.
Disamping itu juga jangan sampai ada kekurangan dana sehingga kesempatan
memperoleh laba menjadi hilang atau direbut oleh pesaing. Pembelanjaan pasif
meliputi usaha atau aktivitas perusahaan untuk mencari dana yang dibutuhkan
dengan cara seefisien mungkin. Di sini berarti bahwa modal yang akan
digunakan harus diperoleh dengan biaya yang serendah mungkin dan sesuai
dengan kebutuhan. Bila besarnya pembelanjaan aktif dan pembelanjaan pasif
seimbang, maka keadaan keuangan perusahaan menunjukkan suatu
pembelanjaan yang efisien.
Dilihat dari segi pembelanjaan pasif, sumber modal dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu modal ekstenal (dari luar koperasi) dan modal internal.
Pembelanjan dari dari dalam atau intern merupakan usaha yang dilakukan
dengan efisien agar pemenuhan kebutuhan dana guna membiayai koperasi
perusahaan dapat dipenuhi dari sumber dalam perusahaan sendiri. Suatu bagian
yang besar dari modal internal koperasi, yaitu yang berasal dari bagian SHU
yang tidak dibagikan kepada anggota dan dimasukkan sebagai cadangan.
Jumlah ini akan kumulatif dengan modal yang sudah ada, sehingga modal
koperasi semakin lama semakin besar. Salah satu bentuk modal internal ialah
mengintensifkan dana yang sementara menganggur seperti dana cadangan
penyusutan aktiva. Sebelum modal tersebut digunakan untuk menambah modal
kerja atau untuk membeli mesin pengganti yang disusutkan, maka model
pemupukan modal pembelanjaan seperti ini disebut pembelanjaan intensif.
2. Pembelanjaan Eksternal Koperasi
Pembelanjaan eksternal koperasi atau pembelanjaan dari luar adalah
usaha pemenuhan kebutuhan dana dari sumber luar perusahaan di mana
jenisnya cukup bervariasi. Di sini manajemen harus pandai memilih sumber
dana yang murah dan mudah. Mudah berarti syarat-syaratnya mudah dipenuhi
dan resikonya kecil. Sedangkan murah berarti harga kredit tersebut, seperti
biaya bunga dan lain-lain sampai digunakan benar-benar murah.
Modal eksternal koperasi dapat diperoleh dari beberapa sumber berikut:
1. Pinjaman dari perbankan, apakah itu bank pasar atau bank umum, bank
swasta ataupun bank-bank pemerintah. Sesuai dengan Inpres No. Tahun
1978, bank-bank pemerintah mendapat tugas untuk ikut serta membantu
kebutuhan dana yang diperlukan oleh koperasi dengan beberapa
kemudahan.
2. Pinjaman dari Induk Koperasi, Gabungan Koperasi, dan dari Pusat
Koperasi untuk koperasi primernya merupakan sumber uang yang murah.
3. Pinjaman dari pembeli, penjual, dan sejawat koperasi baik dalam bentuk
barang maupun uang tunai.
4. Pinjaman dari lembaga keuangan lainnya, seperti dari perusahaan leasing,
perusahaan asuransi, perusahaan modal ventura, dsb.
5. Pinjaman dari perusahaan swasta (yang besar) dan bersedia membantu
sebagai bapak angkat atau anak asuh.
6. Pinjaman dalam bentuk uang atau saham dari BUMN dan BUMS yang
besar, maupun pemberian fasilitas usaha atau kemudahan-kemudahan
usaha.
7. Penerbitan obligasi.
8. Pinjaman dari sumber lainnya yang mungkin dapat digali oleh koperasi.
Biasanya modal eksternal ini disebut juga sebagai modal asing atau
kredit pinjaman sehingga keberadaannya di koperasi hanya bersifat sementara
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Pihak peminjam berkewajiban
membayar sejumlah bunga sebagai imbalan atas penggunaan fasilitas / modal
tersebut. Bagi koperasi apakah pinjaman ini akan menguntungkan atau tidak
sangat tergantung dari tinggi rendahnya bunga yang harus dibayarnya.
3. Modal Sendiri Koperasi
Modal sendiri (equity capital)/ model ekuiti menurut Undang-
Undang Nomor 25/1992 adalah modal yang telah disediakan oleh pemilik
modal, dalam hal ini anggota sebagai dasar bagi penanaman modal yang
memungkinkan koperasi melakukan usaha. Modal sendiri dapat
diklasifikasikan sebagai modal internal. Sifat dari jenis dana ini adalah
tertanam untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Sepanjang koperasi masih
hidup, jenis modal ini pasti ada walaupun jumlahnya dapat berubah naik atau
turun.
Modal ini merupakan modal yang beresiko (risk capital), karena
pemilik modal tersebut merupakan pemilik dari koperasi yang bersangkutan.
Sehingga apabila dalam suatu tahun buku koperasi menderita kerugian maka
yang harus menanggung kerugian tersebut adalah komponen-komponen
modal sendiri.
Jenis-jenis modal sendiri koperasi akan diuraikan berikut ini:
1. Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh
anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan
pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap
anggota.
2. Simpanan Wajib
Simpanan ini merupakan jenis simpanan yang tidak mempunyai
peraturan atau dengan kata lain tergantung pada kebijakan masing-masing
pengurus koperasi dalam mengantisipasi kebutuhan modal usaha. Hal ini
bertujuan agar para anggota lebih berperan aktif dalam memupuk modal
sebanding dengan transaksi atau jasa yang diberikan kepada koperasi atau
oleh koperasi kepada anggota. Di sini berarti bahwa bagi anggota yang
menjumpai volume transaksi yang besar, akan mempunyai simpanan wajib
khusus yang besar pula.
3. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan
Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri,
pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan
untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
Dana cadangan diperoleh dan dikumpulkan dari penyisihan sebagian
Sisa Hasil Usaha (SHU) tiap tahun, dengan maksud jika sewaktu-waktu
diperlukan untuk menutup kerugian dan keperluan memupuk permodalan.
Posisi dana cadangan dalam sisi pasiva menunjukkan bahwa jika terjadi
kerugian dengan sendirinya akan terkompensasi dengan dana cadangan,
dan apabila tidak mencukupi ditambah dengan simpanan. Dapat
dimengerti adanya ketentuan dalam hukum dagang bahwa jika kerugian
suatu perusahaan mencapai lebih dari setengah modalnya wajib
diumumkan. Karena modal perusahaan sudah berkurang dan beresiko.
Pemupukan dana cadangan koperasi dilakukan secara terus-menerus
berdasar prosentase tertentu dari SHU, sehingga bertambah setiap tahun
tanpa batas. Jika koperasi menerima fasilitas pemerintah, ditentukan
bahwa prosentasi penyisihan dana cadangan semakin besar. Dana
cadangan sering lebih besar jumlahnya dibanding simpanan anggota.
Apabila dana cadangan menjadi sangat besar dan simpanan anggota tetap
kecil, maka koperasi tidak ubahnya seperti perusahaan bersama atau
mutual company (onderling; perusahaan tanpa pemilik). Ada yang
berpendapat bahwa memang mutual company merupakan bentuk akhir
dari koperasi, yang tentu bukan menjadi tujuannya. Dilihat dari tujuan
dana cadangan untuk menutup kerugian, jumlah dana cadangan dapat
dibatasi sampai jumlah tertentu sesuai keperluan. Misalnya disusun sampai
mencapai sekurang-kurangnya seperlima dari jumlah modal koperasi.
Sebelum mencapai jumlah tersebut penggunaannya dibatasi hanya untuk
menutup kerugian. Setelah tercapai jumlah tersebut dapat ditambah sesuai
dengan kepentingan koperasi.
Ada pendapat di kalangan koperasi bahwa dana cadangan
merupakan modal sosial, bukan milik anggota dan tidak boleh dibagikan
kepada anggota sekalipun dalam keadaan koperasi dibubarkan. Sebenarnya
tidak tepat ada larangan penggunaan dana cadangan termasuk untuk
dibagikan kepada anggota, sepanjang tidak melanggar batas minimumnya.
Misalnya pada saat koperasi mengalami kerugian dalam tahun buku
tertentu, tetapi ingin membagikan SHU kepada anggota dengan
pertimbangan tidak merugikan usaha koperasi dan melanggar ketentuan
tentang dana cadangan.
4. Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai
dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian
dan tidak mengikat.
Hibah adalah pemberian yang diterima koperasi dari pihak lain,
berupa uang atau barang. Hibah muncul sebagai komponen modal sendiri
disebabkan karena pengalaman banyak koperasi menerima hibah, terutama
dari pemerintah. Maksud ketentuan hibah dalam UU adalah agar koperasi
dapat memeliharanya dengan baik dan dicatat dalam neraca pos modal
sendiri.
Koperasi yang menerima hibah harta tetap seperti peralatan atau
mesin diwajibkan melakukan penyusutan, sehingga pada saatnya koperasi
dapat membeli yang baru. Ketentuan tersebut dianggap berlebihan, karena
hibah seharusnya ditentukan oleh perjanjian antara penerima dan pemberi
hibah, termasuk persyaratan yang disepakati. Status dan perlakukan
akuntansi disesuaikan dengan perjanjian tersebut.
Karena hibah merupakan kejadian biasa yang sering terjadi dalam
dunia usaha, dan untuk waktu mendatang mungkin tidak banyak lagi,
maka ketentuan tentang hibah seharusnya tidak perlu dicantumkan dalam
UU. Hibah yang diterima koperasi cukup diatur dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hibah yang diterima koperasi memang
harus disyukuri, tetapi terkesan bahwa koperasi bermental peminta-minta
hibah dan seharusnya dihindarkan.
5. Simpanan sukarela.
Simpanan sukarela adalah adalah jumlah simpanan tertentu yang
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam waktu tertentu secara
sukarela.
4. Modal Asing Koperasi
Modal asing adalah sejumlah modal yang digunakan oleh perusahaan
koperasi yang berasal dari luar koperasi. Karena modal ini bersifat sementara,
maka keberadaannya dalam koperasi hanya jika diundang atau kalau
diperlukan saja. Disini pemilik modal menanamkan modalnya ke koperasi
dengan harapan memperoleh penghasilan, yaitu bunga atas modal yang
dipinjamkannya. Jenis modal ini ada yang berasal dari anggota sendiri dan ada
juga yang berasal dari non anggota.
Manajer dan pengurus koperasi dituntut untuk menggunakan modal
jenis ini secara efektif sesuai dengan kebutuhan. Apabila penggunaan modal ini
tidak menghasilkan SHU dengan persentase yang lebih tinggi dibanding bunga
kredit yang harus dibayar, maka penggunaan modal asing tersebut tidak
menguntungkan dan untuk selanjutnya koperasi lebih baik tidak menggunakan
modal ini.
Modal asing sangat bermanfaat bila dapat meningkatkan rentabilitas
usaha bagi koperasi, atau persentase rentabilitas lebih tinggi dari persentase
suku bunga.
Pemanfaatan modal asing sebagai berikut:
1). Kredit penjual
Apabila koperasi membutuhkan peralatan maupun guna memenuhi
kebutuhan koperasi, sehingga koperasi membeli barang-barang tersebut
secara kredit karena terbatasnya biaya untuk membeli secara tunai.
2). Kredit pembeli
Apabila barang dijual koperasi bermutu baik dan banyak diminta oleh
konsumen sedangkan barang tersebut sulit dicari di pasar, maka pembeli
dapat membayar atau memesan lebih dulu dengan sejumlah uang muka, atau
bahkan dengan jumlah uang muka seharga barang yang akan dibeli. Jadi
uang muka atau pembayaran lebih dulu sebesar harga barang tersebut
sebelum barangnya diambil merupakan pinjaman dana dari pembeli kepada
koperasi dan biasanya disebut kredit pembeli.
3). Simpanan sukarela dari anggota
Jenis ini merupakan penunjang yang cukup baik untuk modal.
Walaupun simpanan ini bersifat sementara, namun fungsinya besar sekali
dalam mendukung keperluan modal koperasi. Dalam pengumpulannya
sangat tergantung pada kesa-daran para anggota untuk menyimpan di
koperasi. Simpanan ini merupakan perwujudan dari cara beribadah lewat
menabung di koperasi, karena dapat membantu orang lain yang
membutuhkan, seperti bantuan sosial, bantuan perbaikan jalan, dsb.
4). Kredit atau dana
Kredit atau dana yang tercipta dengan adanya sistem perekonomian
itu sendiri, misalnya dana yang disediakan oleh pusat koperasi, gabungan
koperasi, perum PKK, atau induk koperasi. Disini ada bank khusus yang
melayani kredit bagi koperasi (Bukopin). Dalam pelaksanaannya harus ada
pengawasan yang dinamis, jangan sampai disalah gunakan yaitu bukannya
dari koperasi,oleh koperasi, tetapi untuk pelaksana, atau untuk pesaing
koperasi.
Pada kondisi sekarang masih banyak kesempatan bagi koperasi untuk
memperoleh kredit lunak, yaitu kredit kredit yang diberikan oleh pemerintah
dalam rangka pembinaan dan pengembangan perkoperasian di Indonesia.
Fasilitas kredit lunak itu antara lain:
1. KUT atau Kredit Usaha Tani yang diberikan untuk keperluan membiayai
pengolahan lahan atau untuk pembelian bibit dan keperluan produksi.
2. Kredit PIR rosella, PIR tebu, perkebunan-pekebunan, petenakan, dan
sebagainya.
3. Kredit pembelian jeuk, cengkeh dll.
4. Kredit untuk pengolahan pasca panen, bagi nelayan, pengrajin dll.
5. Kredit yang bersumber dari BUMN , yaitu keuntungan perusahaan Negara
yang yang disisihkan untuk membantu permodalan koperasi.
6. Kredit yang diberikan secara khusus, seperti pelistrikan desa dan
perumahan buruh, karyawan pabrik yang kecil serta golongan ekonomi
lemah lainnya yang dirasakan mendesak. Jenis kredit produktifitas yang
diberikan kepada pengusaha kecil anggota koperasi, seperti kerajinan,
nelayan kecil, angkutan umum, dan sebagainya.
5). Cara pembelanjaan modern.
Jenis pembelanjaan modern saat ini cukup banyak ditawarkan dipasar,
yaitu misalnya dengan leasing (sewa guna usaha). Leasing adalah system
sewa beli alat-alat produksi, dan mempunyai hak untuk membeli apabila masa
sewa telah berakhir. Cara ini lebih murah, dan lebih banyak mendatangkan
manfaat secara finansial (keuangan) bagi koperasi dimana kepastiannya perlu
juga dinilai oleh manajer, serta secara ekonomis dengan pertimbangan yang
lainnya.
Dari pembahasan mengenai manajemen modal pinjaman dapat
disimpulkan bahwa pinjaman adalah bersifat pendukung. Pinjaman
diperlukan apabila modal sendiri yang dimiliki belum mencukupi dan
dirasakan penggunaan modal pinjaman bermanfaat bagi koperasi, yaitu:
1. Dapat menimbulkan penghematan-penghematan
2. Tidak terlalu banyak campur tangan pihak luar, termasuk pihak pemerintah
dan koperasi sekunder atau bapak angkat.
3. Bunga pinjaman lebih kecil dari tingkat SHU yang diperolehnya.
4. Penggunaan pinjaman tersebut benar – benar dapat dirasakan oleh anggota,
yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan mereka masing – masing atau
kelompok.
5. Cara Permodalan Koperasi
Cara mengatasi permodalan koperasi bisa dilakukan dengan
pemanfaatan modal koperasi seperti simpanan pokok, simpanan wajib,
simpanan wajib khusus, Sisa Hasil Usaha (SHU), cadangan-cadangan dan
dengan cara pemanfaatan modal asing seperti kredit penjual, kredit pembeli,
simpanan sukarela dari anggota, model bapak angkat atau bapak asuh, kredit
atau dana dan cara pembelanjaan modern.
Walaupun dalam prakteknya tidak semua koperasi mengalami
kekurangan modal, namun dalam menghadapi semakin besarnya usaha dan
semakin berkembangnya kegiatan yang ditangani sebagian besar koperasi di
Indonesia jelas membutuhkan dukungan modal yang lebih besar lagi. Guna
memenuhi kebutuhan dana yang semakin besar tersebut, maka berikut ini
ditawarkan beberapa peluang untuk menggali potensi yang ada pada koperasi.
1. Simpanan Pokok
Bagi setiap anggota, besarnya simpanan pokok adalah sama besar.
Walaupun modal yang besar belum pasti memberikan sesuatu yang baik,
namun semakin besar modal koperasi yang bersal dari simpanan pokok
apabila jumlah anggota bertambah, maka semakin terbuka kesempatan
untuk mengejar omzet usaha yang lebih besar lagi.
2. Simpanan Wajib
Simpanan wajib yang dimaksudkan di sini identik dengan simpanan
pokok, yaitu semakin besar jumlah anggota semakin besar jumlah modal
dari simpanan wajib. Jumlah simpanan wajib setiap bulannya harus
disesuaikan setelah lebih dari lima tahun berjalan atau lebih dari dua periode
kepengurusan.
3. Simpanan Wajib Khusus (SWK)
Apabila ada transaksi usaha yang dilakukan oleh anggota kepada
koperasi, maka anggota bersangkutan dapat diminta untuk memberikan
simpanan wajib khusus, dimana hal ini akan memperbesar modal koperasi.
Manfaat dan fungsi SWK harus benar-benar dijelaskan, yaitu sebagai sarana
untuk memperbesar modal sendiri.
4. Sisa Hasil Usaha (SHU)
Modal sendiri yang berasal dari SHU yang tidak dibagi kepada para
anggota jumlahnya tergantung pada besar kecilnya SHU yang diperoleh
setiap tahunnya. Keuntungan yang tidak dibagi akan disisihkan sebagai
cadangan guna memperbesar modal sehingga selanjutnya dapat diperoleh
SHU yang lebih besar. Modal jenis ini termasuk sebagai modal yang murah
dan tanpa menanggung risiko yang besar, karena modal tersebut adalah
modal internal modal sendiri dan tidak membayar bunga.
5. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan
Sisa Hasil usaha, yang dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri,
pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan
untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan. Dana cadangan diperoleh
dan dikumpulkan dari penyisihan sebagian sisa hasil usaha (SHU) tiap
tahun, dengan maksud jika sewaktu-waktu diperlukan untuk menutup
kerugian dan keperluan memupuk permodalan. Posisi dana cadangan dalam
sisi pasiva menunjukkan bahwa jika terjadi kerugian dengan sendirinya akan
terkompensasi dengan dana cadangan, dan apabila tidak mencukupi
ditambah dengan.simpanan. Dapat dimengerti adanya ketentuan dalam
hukum dagang bahwa jika kerugian suatu perusahaan mencapai lebih dari
setengah modalnya wajib diumumkan. Karena modal perusahaan sudah
berkurang dan beresiko..
6. Simpanan Khusus/Lain-Lain
a. Simpanan sukarela simpanan yang dapat diambil kapan saja.
b. Simpanan Qurba
c. Deposito Berjangka
B. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
Menurut pasal 45 ayat (1) UU No. 25/1992, Sisa Hasil Usaha (SHU)
Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam
tahun buku yang bersangkutan. SHU dibayarkan secara tunai sementara
penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya
ditetapkan oleh Rapat Anggota Tahunan (RAT). Besarnya SHU yang diterima
oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan
transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Semakin besar
transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar
SHU yang akan diterima.
Sisa Hasil Usaha (SHU) pada koperasi pada hakikatnya sama dengan
keuntungan pada badan usaha seperti pada Perseroan Terbatas dan dapat
didefinisikan sebagai pemdapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk
pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Memang dilihat dari sumber
perolehannya, SHU pada koperasi dapat dibedakan antara SHU yang diperoleh
dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota koperasi dan SHU yang
diperoleh dari usaha untuk bukan anggota, sedangkan pada Badan Usaha
lainnya, seperti pada Perseroan Terbatas keuntungan yang diperolehnya itu
tidak dibedakan berdasarkan sumber perolehannya yaitu apakah dari anggota
ataukah dari bukan anggota atau dari pemegang saham ataukah dari bukan
pemegang saham.
Perbedaan sumber perolehan SHU tersebut, dinyatakan secara jelas
dalam UU No. 12/1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian (pasal 3 ayat 2),
hal ini memang bermaksud mengadakan pembedaan dalam mengalokasikan
hasil sisa usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan yang diselenggarakan
bukan untuk anggota. Menurut UU tersebut, para anggota koperasi tidak
mendapat bagian/alokasi dari SHU yang diperoleh dari penyelenggaraan untuk
bukan anggota. Sebagaimana tertera dalam pasal 34 ayat 3, kepada para
anggota koperasi akan dibagikan bagian dari SHU sebanding denga jasa-jasa
yang diselenggarakan untuk anggota, tetapi untuk SHU yang diselenggarakan
untuk bukan anggota sebagaimana tertera dalam pasal 34 ayat 4, kalimat
“pembagian SHU kepada anggota sebanding dengan jasa yang diberikannya,”
tidak tercantum.
4 hal yang menjadi Prinsip SHU Koperasi antara lain :
1. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.
Pada umumnya SHU yang dibagikan kepada anggota koperasi, bersumber
dari anggota itu sendiri. Sedangkan SHU yang sifatnya bukan berasal dari
transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada anggota,
tetapi dijadikan sebagai cadangan koperasi.
2. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan
anggota sendiri.
SHU yang diterima oleh setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif
dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukan
anggota koperasi. Oleh karena itu, dibutuhkan penentuan proporsi SHU
untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang akan dibagikan kepada
para anggota koperasi.
3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan dan terbuka.
Proses perhitungan SHU per-anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada
anggota harus diumumkan secara transparan dan terbuka, sehingga setiap
anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa besaran
partisipasinya kepada koperasi. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan
salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun
suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan usaha, dan
pendidikan dalam proses demokrasi. Selain itu juga untuk mencegah
kecurigaan yang dapat timbul antar sesama anggota koperasi.
4. SHU anggota dibayar secara tunai
SHU yang dibagikan per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena
dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang
sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.
C. Laporan Keuangan
Manfaat Laporan Keuangan :
1. Mengetahui kondisi dan posisi keuangan koperasi, serta perkembangan
usaha koperasi
2. Mengukur tingkat biaya kegiatan usaha koperasi
3. Menentukan/mengukur efisiensi setiap proses, dan keuntungan
4. Menilai dan mengukur hasil kinerja setiap dalam kinerja koperasi
5. Menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan/ prosedur baru utk
mencapai hasil yg lebih baik
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam pembelanjaan bisa dibedakan menjadi lima macam yaitu
pembelanjaan internal koperasi, modal sendiri koperasi, pembelanjaan eksternal
koperasi, modal asing pada koperasi dan cara mengatasi permodalan koperasi.
Pembelanjaan internal koperasi meliputi pembelanjaan aktif menyangkut
bagaimana usaha penggunaan yang dimiliki agar bisa efisien sedangkan
pembelanjaan pasif menyangkut bagaimana caranya untuk mencari dana dengan
seefisien mungkin. dalam pembelanjaan aktif tentunya jangan sampai ada dana
yang menganggur terlalu besar karena akan mengakibatkan ketidak efisienan dari
segi biaya bunga tetapi juga jangan sampai ada kekuarangan dana agar tidak
mempersempit kesempatan memperoleh laba. Bila besarnya pembelanjaan aktif
dan pembelanjaan pasif seimbang maka keadaan keuangan perusahaan
menunjukan suatu pembelanjaan yang efisien
Salah satu kunci sukses koperasi adalah mampu menjalankan manajemen
pembelanjaan koperasi dengan baik dan terorganisir sehingga koperasi mampu
bertahan dalam kondisi apapaun, termasuk krisis. Karena yang menjadi pokok
pembahasan dalam manajemen pembelanjaan koperasi ini adalah mengenai
pembelanjaan dan modal koperasi yang menjadi sendi penting pembangunan
koperasi. Oleh karenanya, pemberian pemahaman mengenai manajemen
pembelanjaan koperasi dibutuhkan agar generasi muda penerus bangsa mampu
meneruskan pengembangan koperasi.
B. Saran
Melalui makalah ini kami menyarankan kepada beberapa pihak terkait
masalah koperasi yaitu :
1. Bagi mahasiswa
Kami menyarankan kepada rekan-rekan mahasiswa apabila nantinya
rekan-rekan mahasiswa terjun ke dunia usaha termasuk koperasi agar
mampu menerapkan apa yang terdapat dalam konsep makalah ini terutama
dengan pelaksanaan kegiatan administrasi dan manajemen karena dengan
dua hal tersebut jalannya usaha koperasi dapat berjalan dengan lancar.
2. Bagi pemerintah
Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan dunia perkoperasian di
Indonesia terutama dengan pemberian modal mengingat koperasi
merupakan soko guru perekonomian Indonesia dan merupakan alat
pemberdayaan ekonomi rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Gunadarma. 2003. Permodalan Koperasi. http://ocw.gunadarma.ac.i/ course/economics/management-s1/ekonomi/koperasi/permodalan-koperasi. Diunduh pada tanggal 1 Oktober 2015.
Hendrojogi. 1999. KOPERASI Azas-azas, Teori, dan Praktek (Edisi Revisi 1998). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ninik W., Sunindhia. 1998. Koperasi dan Perekonomian Indonesia (Cetakan ketiga). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sukamdiyo, Ignatius. 1992. Manajemen Koperasi. Jakarta: Erlangga.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1967, Tentang
Perkoperasian.Winarto. 2008. Modul Pembelajaran Akuntansi Koperasi. Pemerintah Kabupaten
Progo Dinas Pendidikan SMK 1 Pengasih.