makalah iptek kelompok 2
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi “Tujuan Pembangunan Milenium”, adalah sebuah paradigma
pembangunan global yang dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189
negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September
2000. Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitmen untuk
mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam
upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang
pemenuhan hak asasi dan kebebasan manusia, perdamaian, keamanan, dan pembangunan.
Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi MDGs,
Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadi bagian yang tak
terpisahkan dengan program pembangunan nasional baik jangka pendek, menengah, dan
panjang. Pada hakikatnya setiap tujuan dan target MDGs telah sejalan dengan program
pemerintah jauh sebelum MDGs menjadi agenda pembangunan global dideklarasikan.
Potret dari kemakmuran rakyat diukur melalui berbagai indikator seperti bertambah
tingginya tingkat pendapatan penduduk dari waktu ke waktu, kualitas pendidikan dan
derajat kesehatan yang membaik, bertambah banyaknya penduduk yang menempati
rumah layak huni, lingkungan permukiman yang nyaman bebas dari gangguan alam dan
aman. Penduduk mempunyai kesempatan untuk mengakses sumber daya yang tersedia,
1
lapangan kerja yang terbuka untuk semua penduduk, serta terbebas dari kemiskinan dan
kelaparan.
Program pembangunan MDGs sangat berkaitan sekali dengan semua bidang,
terutama dengan bidang kesehatan khususnya Gizi. Seperti yang telah tertera dalam 8
sasaran pembangunan MDGs, terutama sasaran nomor 1,4,5, dan 6. Keempat nomor
sasaran tersebut sangat berkaitan dengan bidang Gizi, terutama untuk memberantas atau
menanggulangi Gizi buruk, angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu dan
memberantas kemiskinan serta kelaparan.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kami merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Millenium Development Goals (MDGs) ?
2. Apa sajakah delapan butir tujuan dari program MDGs ?
3. Bagaimana keterkaitan antara program pembangunan MDGs dengan bidang
kesehatan khususnya Gizi ?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas makalah ini disusun dengan tujuan
mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Definisi dari Millenium Development Goals (MDGs)
2. Delapan butir tujuan dari program MDGs
3. Keterkaitan antara program pembangunan MDGs dengan Gizi
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan pengetahuan dan media
informasi baik bagi kami selaku penulis maupun pembaca.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan metode deskriptif. Melaui metode ini penulis akan
menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif . Data teoritis
dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka , artinya
penulis mengambil data melalui kegiatan membaca yang relevan dengan tema makalah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Millenium Development Goals (MDGs)
Sasaran Pembangunan Milenium (bahasa Inggris : Millennium Development
Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil
kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk
dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan
pembangunan masyarakat pada 2015.
Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang
terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani
oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Milenium di New York ada bulan September 2000 tersebut. Pemerintah Indonesia
turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani
Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas
internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG),
sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.
Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia
untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan,
menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan
kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita
hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air
bersih pada tahun 2015.
4
2. Delapan Butir Tujuan Program MDGs
1. MDGs 1: Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan.
Tujuan pembangunan millennium yang pertama adalah menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan, untuk menurunkan kemiskinan dan kelaparan adalah dengan
cara memperluas kesempatan kerja, meningkatkan infrastruktur pendukung, dan
memperkuat sektor pertanian. Perhatian khusus yang perlu diberikan adalah pada: (i)
perluasan fasilitas kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); (ii)
pemberdayaan masyarakat miskin dengan meningkatkan akses dan penggunaan sumber
daya untuk meningkatkan kesejahteraannya; (iii) peningkatan akses penduduk miskin
terhadap pelayanan sosial dan (iv) perbaikan penyediaan proteksi sosial bagi kelompok
termiskin di antara yang miskin.
Dengan adanya perluasan kesempatan kerja dan memperkuat sektor pertanian,
angka kemiskinan dapat diturunkan karena sebagian masyarakat sudah mampu bekerja
berkat adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas kerja, sehingga
mereka pun mampu menafkahi keluarganya. Sedangkan dengan diperkuatnya sektor
pertanian produksi pangan akan meningkat sehingga tidak ada lagi rakyat yang merasa
kelaparan.
5
2. MDGs 2 : Mencapai pendidikan Dasar Untuk Semua
Tantangan utama dalam percepatan pencapaian sasaran MDGs pendidikan
adalah meningkatkan pemerataan akses secara adil bagi semua anak, baik laki-laki
maupun perempuan, untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas di semua
daerah. Berbagai kebijakan dan program pemerintah untuk menjawab tantangan tersebut
adalah berupa: (i) perluasan akses yang merata pada pendidikan dasar khususnya bagi
masyarakat miskin, (ii) peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan. (iii) penguatan tata
kelola dan akuntabilitas pelayanan pendidikan. Disamping itu kebijakan alokasi dana
pemerintah bagi sektor pendidikan minimal sebesar 20 persen dari jumlah anggaran
nasional akan diteruskan untuk mengakselerasi pencapaian pendidikan dasar universal
pada tahun 2015.
3. MDGs 3 : Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Berbagai kemajuan telah dicapai dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender
di semua jenjang dan jenis pendidikan. Rasio angka partisipasi murni (APM) perempuan
terhadap laki-laki di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama berturut-turut sebesar
99,73 dan 101,99 pada tahun 2009, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki
pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,85. Oleh sebab itu, Indonesia
sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan gender yang terkait dengan
pendidikan pada tahun 2015. Prioritas ke depan dalam mewujudkan kesetaraan gender
meliputi : (1) peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan; (2)
perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan; dan (3) peningkatan
kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan.
6
Saat ini, tujuan program MDGs yang ketiga ini memang sudah tercapai dengan
baik, yaitu bisa terlihat pada banyaknya perempuan-perempuan yang berprestasi bahkan
mampu bersaing dengan para pria. Seperti banyaknya perempuan yang menjadi seorang
eksekutif muda, tenaga pendidik, bahkan perempuan-perempuan tersebut mampu
melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh para pria.
4. MDGs 4 : Menurunkan Angka Kematian Anak
Angka kematian bayi di Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup
signifikan dari 68 pada tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2007, sehingga target sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 diperkirakan
dapat tercapai. Demikian pula dengan target kematian anak diperkirakan akan dapat
tercapai. Namun demikian, masih terjadi disparitas regional pencapaian target, yang
mencerminkan adanya perbedaan akses atas pelayanan kesehatan, terutama di daerah-
daerah miskin dan terpencil. Prioritas kedepan adalah memperkuat sistem kesehatan dan
meningkatkan akses pada pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin dan
daerah terpencil.
Salah satu cara yang dapat menurunkan angka kematian anak adalah dengan
mempersiapkan kehamilan. Persiapan kehamilan dapat dimulai dengan pemenuhan gizi
yang baik selama pra hamil. Jika pemenuhan gizi pra hamil baik, dan kondisi ibu sehat,
seperti Hb nya normal dan memiliki ukuran LILA diatas 23,5 cm, maka ibu dengan
keadaan tersebut sudah siap hamil. Karena jika sejak pra kehamilan tidak dipersiapkan
dengan baik, akan berdampak buruk bagi bayi, seperti terjadinya BBLR, kematian bayi,
dan lain lain.
7
5. MDGs 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu
Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian ibu secara global
masih rendah. Di Indonesia, angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality
Rate) menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007. Target pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut.
Walaupun pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
cukup tinggi, beberapa faktor seperti risiko tinggi pada saat kehamilan dan aborsi perlu
mendapat perhatian. Upaya menurunkan angka kematian ibu didukung pula dengan
meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan menurunkan unmet need yang dilakukan
melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
Selain itu, untuk meningkatkan kesehatan ibu, perlu dijaga asupan nutrisinya,
pemenuhan gizi yang baik bukan hanya pada saat pra hamil dan ketika sedang hamil,
pada saat pasca hamil pun asupan nutrisi harus tetap dijaga apalagi dalam keadaan
menyusui, jangan sampai nutrisi yang sudah didapatkan ibu terserap habis oleh bayinya
melalui ASI.
6. MDGs 6 : Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular lainnya
Tingkat prevalensi HIV/AIDS cenderung meningkat di Indonesia, terutama
pada kelompok risiko tinggi, yaitu pengguna narkoba suntik dan pekerja seks. Jumlah
kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia meningkat dua kali lipat antara tahun
2004 dan 2005. Angka kejadian malaria per 1.000 penduduk menurun dari 4,68 pada
tahun 1990 menjadi 1,85 pada tahun 2009. Sementara itu, pengendalian penyakit
8
Tuberkulosis yang meliputi penemuan kasus dan pengobatan telah mencapai target.
Pendekatan untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini terutama diarahkan pada
upaya pencegahan ke dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Selain itu,
pengendalian penyakit harus melibatkan semua pemangku kepentingan dan memperkuat
kegiatan promosi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
7. MDGs 7 : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Tingkat emisi gas rumah kaca di Indonesia cukup tinggi, walaupun upaya
peningkatan luas hutan, pemberantasan pembalakan hutan, dan komitmen untuk
melaksanakan kerangka kebijakan penurunan emisi karbon dioksida dalam 20 tahun
kedepan telah dilakukan. Proporsi rumah tangga dengan akses air minum layak
meningkat dari 37,73 persen pada tahun 1993 menjadi 47,71 persen pada tahun 2009.
Di samping itu, perlu dilakukan upaya untuk memperjelas peran dan tanggung
jawab pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya air dan pengelolaan sistem air
minum dan sanitasi yang layak. Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan menurun dari
20,75 persen pada tahun 1993 menjadi 12,12 persen pada tahun 2009. Upaya untuk
penurunan proporsi rumah tangga kumuh dilakukan melalui penanganan pemukiman.
8. MDGs 8 : Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan
Indonesia merupakan partisipan aktif dalam berbagai forum internasional dan
mempunyai komitmen untuk terus mengembangkan kemitraan yang bermanfaat dengan
berbagai organisasi multilateral, mitra bilateral dan sektor swasta untuk mencapai pola
pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan (pro-poor).
9
Indonesia telah mendapat manfaat dari mitra pembangunan internasional.
Untuk meningkatkan efektifitas kerjasama dan pengelolaan bantuan pembangunan di
Indonesia, Jakarta Commitment telah ditandatangani bersama 26 mitra pembangunan
pada tahun 2009. Bersamaan dengan ini, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan
pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya
rasio pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB dari 24,6 persen pada tahun 1996
menjadi 10,9 persen pada tahun 2009. Sementara itu, Debt Service Ratio Indonesia juga
telah menurun dari 51 persen pada tahun 1996 menjadi 22 persen pada tahun 2009.
10
3. Keterkaitan antara program pembangunan MDGs dengan Gizi
Program Millenium Development Goals atau disingkat menjadi MDGs merupakan
program pembangunan dunia yang memiliki 8 butir sasaran. Target ini merupakan
tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi
Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala
pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di
New York ada bulan September 2000 tersebut.
Program pembangunan MDGs ini sangat berkaitan sekali dengan bidang-
bidang kesehatan terutama bidang Gizi. Seperti yang tertera dalam sasaran ke 1,4, dan 5.
Ketiga nomor sasaran tersebut sangat berkaitan dengan bidang Gizi, terutama untuk
memberantas atau menanggulangi Gizi buruk, angka kematian anak, meningkatkan
kesehatan ibu dan memberantas kemiskinan serta kelaparan.
Pemenuhan gizi terutama pada ibu dan anak berpotensi mempercepat
pencapaian target sasaran pembangungan milenium (MDG's). Hal ini karena upaya
penurunan angka kekurangan gizi bisa berkontribusi pada pencapaian target MDG's,
khususnya target nomor kesatu, keempat, kelima, dan keenam (1, 4, 5).
Sasaran yang pertama adalah “menanggulangi kemiskinan dan kelaparan”.
Dalam rangka menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, pemerintah akan melakukan
segala hal seperti memperkuat sektor pertanian. Maksudnya adalah dengan lebih
meningkatkan hasil produksi pertanian agar rakyat dapat hidup sejahtera dan bebas dari
kelaparan. Jika dikaitkan dengan bidang Gizi, Ketika terjadi kemiskinan dan kelaparan di
suatu Negara, masalah yang akan pertama kali muncul adalah terjadinya Gizi kurang dan
Gizi buruk. Dalam hal ini, masalah gizi tersebut dapat terjadi karena kurangnya asupan
11
nutrisi sehari-hari, disebabkan karena kemiskinan yang melanda, maupun bencana alam
seperti kekeringan di daerahnya sehingga tidak bisa menanam berbagai macam tumbuhan
bahan pangan. Namun sebagian besar kelaparan dan kekurangan gizi biasa disebabkan
karena terjadinya kemiskinan, sehingga mereka tidak mampu membeli bahan-bahan
pangan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi mereka sehari-hari, dan akibatnya banyak
anak-anak yang mengalami masalah gizi, dari mulai gizi kurang bahkan sampai gizi
buruk. Seperti banyak anak yang mengalami stunting, KEP, GAKY, dan sebagainya.
Sasaran pembangunan yang pertama dalam program MDGs ini khusus untuk
memberantas masalah tersebut. Dengan diperkuatnya sektor pertanian, yaitu dengan lebih
meningkatkan hasil produksi pertanian, lambat laun dapat mengurangi angka kekurangan
gizi di suatu Negara. Karena jika nutrisinya terpenuhi oleh asupan makanan yang cukup,
apalagi dengan makanan-makanan yang memiliki nilai gizi tinggi, secara bertahap akan
menyembuhkan penyakit-penyakit masalah gizi, sehingga angka kekurangan gizi pun
dapat diatasi. Jika angka kekurangan gizi dapat diatasi dengan baik, maka sasaran untuk
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan pun telah tercapai dengan baik.
Sasaran yang keempat adalah “menurunkan angka kematian anak”. Sasaran
ini juga sangat berkaitan dengan bidang kesehatan terutama Gizi. Karena sebagian besar
anak yang meninggal biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau masalah gizi,
seperti menderita gizi kurang atau gizi buruk. Biasanya di desa-desa terpencil, anak-anak
yang menderita gizi kurang maupun gizi buruk kurang begitu diperhatikan, karena jarang
tersentuh oleh pelayanan kesehatan setempat dikarenakan tempatnya yang terisolir
sehingga tenaga kesehatan pun enggan untuk bekerja di tempat-tempat pelosok seperti
daerah yang terisolir. Selain sulit untuk dijangkau kendaraan, biasanya upah untuk tenaga
12
kesehatan pun kurang diperhatikan. Dengan adanya program MDGs yang sasarannya
adalah untuk menurunkan angka kematian anak, dapat membantu menurunkan angka
prevalensi kematian anak yang disebabkan karena masalah gizi seperti gizi kurang
maupun gizi buruk. Sasaran ini merupakan kelanjutan dari sasaran yang pertama yaitu
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, lalu diteruskan dengan sasaran untuk
menurunkan kematian anak, karena pada umumnya setiap butir-butir sasaran MDGs
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Misalnya, jika pada sasaran nomor satu
masih ada anak yang menderita kelaparan, bisa dituntaskan dengan sasaran yang keempat
ini. Seperti :
Untuk menurunkan angka kematian anak, harus dimulai dari ibu terlebih dahulu,
karena pemenuhan gizi ibu pada saat hamil akan berpengaruh terhadap kesehatan
anak/bayi ketika ia dilahirkan. Pemenuhan gizi terutama pada ibu dan anak berpotensi
mempercepat pencapaian target sasaran pembangungan milenium (MDG's).
Menurunkan angka kematian anak dapat dicapai dengan berbagai hal, seperti harus
memperhatikan pemenuhan gizi ibu selama hamil, memperhatikan gizi bayi setelah
dilahirkan, dan tentunya harus diperhatikan pula kesehatannya.
Memperhatikan gizi bayi/anak bisa dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan
harus rutin melakukan POSYANDU, karena pelayanan di POSYANDU itu tidak
hanya dilakukan penimbangan saja, namun ada banyak hal lain yang bermanfaat,
seperti pemberian kapsul vitamin A, tablet Fe, makanan bergizi, bahkan penyuluhan
kepada para orang tua yang mengantar anak. Penyuluhan sedang marak dilakukan di
berbagai daerah, tujuannya yaitu hanya untuk ingin merubah perilaku masyarakat
yang tadinya tidak peduli pada kesehatan menjadi masyarakat yang peduli pada
13
kesehatan. Penyuluhan ini biasanya berisi tentang pengetahuan bagi orang tua
anak/balita agar memperhatikan asupan gizi anak-anaknya setiap hari, dengan
demikian, jika asupan gizi sudah terpenuhi dengan baik, anak pun akan menjadi
sehat, dan tentunya prevalensi kematian anak pun bisa diturunkan.
Sasaran yang kelima adalah “meningkatkan kesehatan ibu”. Kesehatan ibu
adalah hal yang utama dan perlu diperhatikan. Pencapaian sasaran kelima ini antara lain
ditandai dengan keberhasilan menurunkan angka kematian ibu (AKI) melahirkan sampai
75 persen dari angka tahun 1990. Jika hal ini dikaitkan dengan Gizi, penyebab utama
perdarahan saat persalinan adalah anemia atau kekurangan zat besi pada ibu hamil.
Pemenuhan zat besi seharusnya jangan hanya pada ibu hamil saja, tetapi harus sejak masa
anak-anak sampai dengan remaja dan usia reproduksi. Faktor lain yang menyumbang
kematian saat persalinan adalah usia pernikahan yang terlalu dini serta jarak kelahiran
yang terlalu rapat. Jika menikah di usia terlalu muda maka usia suburnya menjadi panjang
sehingga kemungkinan untuk punya anak banyak juga tinggi. Masalah yang sering
muncul atau kesakitan yang biasa diderita oleh seorang ibu atau wanita adalah menderita
kekurangan zat besi atau anemia. Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan zat besi
yang cukup pada saat wanita tersebut masih dalam usia remaja atau pra nikah, ditambah
ketika ia sedang hamil asupan zat besinya pun kurang, sehingga ketika melahirkan ia
mengalami perdarahan hebat. Dengan adanya sasaran untuk meningkatkan kesehatan ibu,
ada banyak peraturan yang dikeluarkan pemerintah untuk menanggulanginya, yaitu
seperti :
14
Menikah untuk wanita minimal sudah berumur 20 tahun, karena jika terlalu muda,
usia subur dari wanita menjadi panjang dan kemungkinan untuk memiliki banyak
anak pun akan tinggi.
Wanita Usia Subur/WUS harus memiliki Lingkar Lengan atas/LILA minimal 23,5
cm, karena jika ukuran LILA kurang dari 23,5cm ia tidak diperbolehkan untuk hamil,
karena jika ia melahirkan nanti resiko untuk melahirkan anak yang BBLR pun akan
tinggi.
Untuk wanita yang baru menikah, sebaiknya harus mempersiapkan pemenuhan gizi
untuk masa kehamilannya nanti, seperti harus memeriksakan kesehatannya agar jika
sebelum hamil diketahui ada gangguan kesehatan atau kekurangan gizi masih bisa
diperbaiki sehingga kelak kehamilannya sehat dan risiko cacat bawaan bisa dicegah.
Pada saat hamil, disarankan harus mengonsumsi makanan yang bergizi tinggi
terutama yang banyak mengandung zat besi, dan konsumsi tablet Fe sebagai
penambah darah agar pada saat melahirkan nanti tidak terjadi perdarahan.
Dan yang terakhir, pada masa menyusui, ibu harus tetap mengonsumsi banyak
makanan yang bergizi tinggi, karena asupan nutrisi yang ibu makan bukan hanya
untuk tubuh ibu saja, tetapi juga untuk nutrisi bayinya. Dengan demikian, jika hal-hal
ini dilakukan dengan tepat dan sebaik mungkin maka kesehatan ibu pun akan semakin
meningkat dan lambat laun Angka Kematian Ibu/AKI pun dapat diturunkan.
Beberapa kebijakan pemerintah khususnya Kemenkes RI yang masih perlu
dievaluasi antara lain, kebijakan pencapaian MDG-1 tentang menurunkan prevelensi
balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi,diantaranya melalui pemenuhan
makanan yang aman dan bergizi cukup, MDG-4 tentang konsolidasi program vaksinasi,
15
termasuk sumber daya untuk pelaksanaan program (vaksin dan perangkatnya, operasional
dan perawatan, SDM), dan MDG-5 yang diantaranya peningkatan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Kebijakan-kebijakan ini direalisasikan
dalam bentuk beberapa program khusus seperti pelaksanaan jaminan persalinan,
penambahan dan penguatan bidan di desa, program safe motherhood yaitu program yang
memprioritaskan penanganan dan pemberian fasilitas layanan kesehatan prima pada ibu
dan anak termasuk pada saat kehamilan dan persalinan hingga seribu hari setelah
melahirkan. Sebenarnya, kebijakan dan program yang dibuat Kemenkes RI sudah tepat
dan sesuai dengan masalah yang ada. Namun, masalah yang ditemui ialah bagaimana cara
yang efektif untuk mewujudkan kebijakan dan program tersebut menjadi kerja nyata yang
dapat dilihat hasilnya.
Program-program ini tidak akan ada hasilnya jika hanya beberapa elemen yang
bekerja. Diperlukan kerja sama dan saling membantu antara pemerintah dan masyarakat.
Pemerintah melalui program-programnya bertugas memfasilitasi, sedangkan masyarakat
berkewajiban menjalankan dan memelihara fasilitas yang sudah disediakan. Tidak sedikit
masyarakat yang malah tidak perduli dengan apa yang sudah diusahakan pemerintah. Ini
terjadi karena kurangnya informasi yang dimiliki masyarakat. Mereka berpikir ini akan
hanya menjadi sia-sia. Hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengajak masyarakat
agar mau berpartisipasi dalam usaha mencapai target MDGs ialah dengan merekrut
komunitas yang peduli terhadap kesehatan masyarakat dan memiliki wawasan memadai
mengenai ilmu kesehatan untuk ikut membantu mensosialisasikan program yang
dijalankan pemerintah. Seperti mahasiswa, ibu-ibu PKK, remaja taruna, dan para aktivis
16
di lembaga yang fokus memperhatikan masalah kesehatan memilik potensi besar
menyukseskan sosialisasi program pemerintah.
17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa MDGs atau Tujuan
Pembangunan Milenium ialah sebuah target pembangunan global yang dideklarasikan
Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Ada 8 butir sasaran yang tertera
dalam Millenium Development Goals, dan 3 diantaranya yang berkaitan dengan bidang
kesehatan khususnya Gizi. Program MDGs ini sangat berkaitan sekali dengan Gizi
terutama untuk menurunkan angka kematian, menanggulangi kelaparan, dan
meningkatkan kesehatan, dalam upaya pencapaian kesehatan yang optimal.
B. Saran
1. Berdasarkan implikasi diatas, kita selaku calon ahli gizi harus berupaya
membantu pemerintah dalam menjalankan program MDGs ini agar seluruh
rakyat Indonesia dapat mencapai kesehatan yang optimal.
2. Seharusnya, pemerintah tidak hanya menjalankan program MDGs untuk
masyarakat wilayah kota dan desa saja, namun juga harus merata ke setiap
daerah, sekalipun daerah tersebut merupakan daerah yang terisolir.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2013. Mewujudkan Target MDGs dalam Bidang Gizi dan Kesehatan. Tersedia :
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2013/08/12/mewujudkan-target-mdgs-
bidang-gizi-dan-kesehatan-ibu-anak-580588.html [Diakses pada tanggal 4 Maret 2015]
2. Anonim. 2013. Apa itu MDGs. Tersedia :
http://edukasi.kompasiana.com/2013/08/13/apa-itu-mdgs-583450.html [Diakses pada tanggal 4 Maret 2015]
19