kelompok 5 iptek
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dunia tanpa batas (world bourderless) saat ini mengisyaratkan umat Islam harus
peka dan tanggap terhadap isu-isu aktual dan faktual yang berlangsung hari ini. Kemajuan
sains dan teknologi yang begitu cepat perlu diselaraskan dengan pemahaman sains dan
disesuaikan dengan budaya yang ada. Pada hakikatnya, perkembangan sains dan teknologi
tidak bertentangan dengan agama Islam karena Islam adalah agama rasional yang lebih
menonjolkan akal dan dapat diamalkan tanpa merobah budaya setempat.
Surat al-Alaaq (ayat 1-5) merupakan dasar sains dan teknologi dalam Islam. Allah
memerintahkan kita membaca, meneliti dan mengkaji serta membahas dengan kemampuan
intektual. Surat ini merangsang daya kreativitas untuk berinovasi, mengembangkan
keimanan dengan rasio dan logika yang dimiliki manusia. Kewajiban membaca dan
menulis (memperdalam sains dengan meneliti) menjadi inheren Islam dan penguasaan dan
keberhasilan suatu penelitian atas restu Allah.
Rumusan Masalah
- Bagaimana pandangan Islam terhadap Sains dan Teknologi?
- Bagaimana peranan Islam dalam perkembangan Sains dan Teknologi?
- Apakah perkembangan Sains dan Teknologi saat ini sudah sesuai dengan Islam?
- Bagaimana seharusnya umat Islam menyikapi perkembangan Sains dan Teknologi
pada era modern ini?
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengkaji lebih dalam
pandangan Islam tentang Sains dan Teknologi sehingga dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan mengenai hubungan Sains dan Teknologi dan Islam dan permasalahan-
permasalahan yang timbul didalamnya. Selain itu, untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Pendidikan Agama Islam II.
1
Metode penulisan
Pada penulisan makalah ini, penyusun menggunakan metode studi pustaka dengan
menggunakan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dan buku-buku referensi serta majalah.
Selain dengan menggunakan buku cetak sebagai referensi, penyusun juga melakukan studi
pustaka dengan menggunakan media internet.
Sistematika penulisan
- Halaman Judul
- Kata Pengantar
- Daftar Isi
- Bab I Pendahuluan
o Latar Belakang
o Tujuan dan Manfaat
o Rumusan Masalah
o Metode Penulisan
o Sistematika Penulisan
- Bab II Sekilas tentang Sains dan Teknologi
- Bab III Perkembangan Sains da Teknologi
- Bab IV Studi Kasus Teknologi Bedah Plastik dalam Perspektif Islam
- Bab V Penutup
o Kesimpulan
- Daftar Pustaka
2
BAB II
SEKILAS TENTANG SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM
Di antara hal yang di anggap modern di era ini adalah sains dan teknologi. Sains
dan teknologi mengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia.
Dalam setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan teknologi
sebagai penemuan yang paling canggih dan modern. Keduanya sudah menjadi simbol
kemajuan dan kemodernan pada abad ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa atau
negara yang tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau negara
itu dapat dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang.
Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa Islam tidak pernah
mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya
untuk me-research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi.
Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan
dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini Allah
anugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Berbicara mengenai Islam dalam kaitannya dengan pengembangan iptek (ilmu
pengetahuan dan teknologi) tidak akan lepas dari tilikan atas landasan fundamental dua
referensi utamanya, yaitu Alquran dan hadis. Konsepsi atau dorongan Islam untuk
menggali fenomena alam sebagai dasar pengembangan iptek ini perlu dijelaskan.
Selanjutnya, dari landasan fundamental inilah dibangun/terbangun suatu konsepsi atau
pandangan tentang alam yang membentuk suatu pola pikir ilmiah mengenai fenomena
alam yang ada di sekeliling manusia.
Anugerah terbesar yang sangat berharga bagi umat islam ialah Al-Quran. Tidak
hanya sebagai petunjuk yang dapat menuntun manusia menuju Rab-Nya, tetapi juga
kandungan yang ada didalamnya¬- bila dilihat dari aspek tinjauan sains- memiliki nilai
yang sangat tinggi. Sains yang berlandaskan nilai-nilai Islam harus berlandaskan Al-Quran
sebagai referensi utama. Alasan logisnya, Al-Quran mengandung ayat-ayat kauniyah
kurang lebih sebanyak 800 ayat telah mencukupi kuota untuk memenuhi khasanah
pengetahuan ciptaan Sang Khaliq melalui sains. Ayat kauniyah sendiri merupakan ayat
yang berkaitan dengan alam semesta. Tentunya, Allah tidak memasukkan ayat-ayat
kauniyah dalam Al-Quran melainkan menjadi bekal pembelajaran dan inspirasi bagi
3
manusia yang hendak mendalami sains Islam. Ada beberapa Ayat-ayat di Al Qur’an yang
berisi tentang Ilmu Pengetahuan dan TEKnologi (IPTEK), yaitu:
No. Nama Ayat Kandungan ayat
1Q.S. Al Alaq
ayat 1-5
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.
Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.
2Q.S. Az-Zumar
ayat 9
“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu?’ Sesungguhnya hanya orang-orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
3Q.S. Al-Baqoroh
ayat 269
“Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat
dan kearifan) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan
barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar ia telah
dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (berdzikir) dari
firman-firman Allah.”
4Q.S. Mujaadilah
ayat 11
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
5Q.S. Al Anbiya’
ayat 29-30
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi dulu keduanya adalah sesuatu yang padu,
kemudian kami pisahkan antara keduanya. “Dan dari air kami
jadikan segalanya sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka
tidak juga beriman?”
6Q.S. Ali Imron
ayat 190-191
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
7Q.S. Al Hijr
ayat 16 dan 22
“Dan sesungguhnya menciptakan gugusan bintang-bintang
(dilangit)..”
“Dan kami meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-
tumbuhan)…”
8 Q.S. An Nahl “Maka bintang-bintang itu sebagai penunjuk jalan…”4
ayat 16
Ada beberapa ilmuwan Islam yang pernah hidup dan ditorehkan namanya dalam
sejarah emas kejayaan Islam dalam bidang Ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya,
Ibnu Sina, dalam umurnya yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai berbagai ilmu
kedokteran. Mognum opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi sumber rujukan primer di
berbagai universitas Barat.
Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang refresentatif untuk
kita sebut di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal sebagai orang
yang menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Dia juga ahli fiqih.
Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Tidak hanya itu, al-
Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu modern. Dia pernah mempunyai
proyek untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Baginya,
kedua jenis ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam.
Selain para ilmuwan di atas, ada Ibnu Rusyd. Dia filosof ulung, teolog dan
menguasai kedokteran. Bahkan dia juga bisa disebut sebagai faqih. Kapabalitasnya dalam
bidang fiqih dibuktikan dengan karya tulisnya Bidayah al-Mujtahid. Filosof ini juga
menjadi inspirasi gerakan-gerakan di Barat. Tidak sedikit ideologinya yang diadopsi oleh
orang Barat sehingga bisa maju seperti sekarang.
Ilmuwan lainnya seperti Fakhruddin al-Razi, selain seorang teolog, filosof, ahli
tafsir, dia juga seorang yang menguasai kedokteran. Al-Khawarizmi, Matematikawan dan
seorang ulama. Dan masih banyak lagi para ulama sekaligus ilmuwan yang dihasilkan dari
Peradaban Islam. Semua itu menunjukkan, bahwa suatu peradaban bisa maju dan unggul,
meskipun tetap dilandasi oleh agama dan kepercayaan terhadap Allah SWT.
Pengetahuan yang dikumpulkan manusia melalui penggunaan akalnya inilah yang
kemudian disusun menjadi suatu bentuk yang berpola. Setelah berbagai butir pengetahuan
itu dikumpulkan dalam suatu bentuk yang teratur, kumpulan itu disebut aqliah atau
falsafiyyaah, yaitu ilmu atau sains (Andi Hakim, 2008). Dan Allah menghendaki bahwa
sains yang dibangun tetap mematuhi sunnatullah yang telah ditetapkan Allah. Selain itu
Tujuan sains Islam untuk memperlihatkan kesatuan hukum alam, kesalinghubungan
seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan prinsip Illahi (Agus P, 2008).
Pada tahun 1979 ketika itu Abdus Salam, ilmuawan Muslim peraih Nobel dalam
bidang fisika teori, menuturkan dalam pidato penganugerahan Nobel Fisika di Karolinska
5
Institute, Swedia. Di forum tersebut, ia mengaku bahwa riset itu didasari oleh keyakinan
terhadap kalimah tauhid. “Saya berharap Unifying the Forces dapat memberi landasan
ilmiah terhadap keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa,” kata penulis 250 makalah
ilmiah fisika partikel itu. Dan dia juga menuturkan ketika menghadiri sidang UNESCO di
Paris, 1984, “Saya muslim karena saya percaya dengan pesan spiritual Al-Quran. Al-
Quran banyak membantu saya dalam memahami hukum alam, dengan contoh-contoh
fenomena kosmologi, biologi dan kedokteran sebagai tanda bagi seluruh manusia”.
Dari teori yang ditemukan Abdus Salam itu mengispirasi ilmuwan setelahnya
seperti Stephen Hawking dengan Theory of Everything dan yang dicanangkan ilmuwan
AS, Grand Theory (GT). Para fisikawan dan kosmolog dunia kini berambisi untuk
menjelaskan rahasia penciptaan alam semesta dalam satu teori tunggal yang utuh. Ujung-
ujungnya suatu saat akan terbukti bahwa permulaan penciptaan alam semesta berasal dari
sesuatu yang satu. Mirip dengan apa yang difirmankan Allah dalam Al-Quran, “Dan
apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi dulu keduanya
adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. “Dan dari air kami
jadikan segalanya sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?” (surat
Al Anbiya’ 21:30).
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya
hanya untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan
pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim
kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di
muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh
alam (Rahmatan lil ’Alamin).
Ada beberapa alasan untuk memusatkan perhatian pada masalah perlunya
mempelajari ilmu-ilmu lain (selain ilmu syariat, yakni iptek) dalam perspektif Alquran. Dr.
Mehdi Golshani, guru besar fisika Universitas Syarif, Iran, dalam bukunya, Filsafat Sains
Menurut Alquran, mengajukan beberapa alasan, di antaranya: Pertama, jika pengetahuan
dari suatu ilmu merupakan persyaratan pencapaian tujuan-tujuan Islam sebagaimana
dipandang oleh syariah, maka mencarinya merupakan sebuah kewajiban kerena ia
merupakan kondisi awal untuk memenuhi kewajiban syariah. Seperti kesehatan badan bagi
seseorang dalam satu masyarakat adalah penting, oleh sebab itu, sebagian kaum Muslim
dalam hal ini harus ada yang mempelajari ilmu mengenai perobatan.
6
Kedua, masyarakat yang dikehendaki oleh Alquran adalah masyarakat yang agung
dan mulia, bukan masyarakat yang takluk dan bergantung pada orang-orang kafir, seperti
bisa dilihat dalam ayat Aquran, “Dan, sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-
orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS An-Nisa’: 141). Agar
dapat merealisasikan tujuan yang dibahas oleh Alquran ini, masyarakat Islam benar-benar
harus menemukan kemerdekaan kultural, politik, dan ekonomi. Pada gilirannya, hal ini
membutuhkan pelatihan para spesialis kaliber tinggi di dalam segala lapangan dan
penciptaan-penciptaan fasilitas ilmiah dan teknik dalam masyarakat Islam. Karena pada
abad modern, kehidupan manusia tidak dapat dipecahkan kecuali dengan upaya
pengembangan ilmiah, dan kunci untuk sukses di dalam seluruh urusan bersandar pada
ilmu.
Ketiga, Alquran menyuruh manusia mempelajari sistem dan skema penciptaan,
keajaiban-keajaiban alam, sebab-sebab dan akibat-akibat seluruh benda-benda yang ada,
kondisi-kondisi organisme hidup; pendek kata, seluruh tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang
ada di alam eksternal dan kedalaman batin jiwa manusia, seperti tersirat dalam Alquran,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS Al-Baqarah: 164).
Keempat, alasan lain untuk mempelajari fenomena-fenomena alam dan skema
penciptaan adalah bahwa ilmu tentang hukum-hukum alam dan karakteristik-karakteristik
benda serta organisme-organisme dapat berguna untuk perbaikan kondisi manusia. Ini
misalnya yang tersirat dalam Alquran, “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berpikir.” (QS Al-Jatsiyah: 13)
7
BAB III
PERKEMBANGAN SAINS DAN TEKNOLOGI
A. Pengertian Sains dan Teknologi
Sudah umum diketahui bahwa ilmu pengetahuan termasuk salah satu instrument
(alat) pembenahan dan perbaikan masyarakat yang harus dikuasai umat Islam. Jelas, tak
akan tercipta suatu masyarakat yang baik, sementara individu-individunya masih saja
tenggelam dalam kubangan kebodohan dan ketinggalan “gerbong” ilmu pengetahuan.
Pasalnya, kebodohan merupakan lahan yang subur bagi tumbuh-suburnya segala jenis
kerusakan dan kebangkrutan moral (akhlak). Ilmu pengetahuan sebagai instrument
pembenahan dab perbaikan social menduduki posisi dibelakang keimanan.
Sebab, ilmu pengetahuan merupakan fenomena (gejala) lahiriah dari keimanan,
sekaligus buah dari seluruh kebajikan.
Kedudukan Ilmu Pengetahuan dan Ulama
Ilmu pengetahuan merupakan nikmat terbesar Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya.
Dalam pada itu, ilmu pengetahuan mampu membebaskan hati dari belenggu kebodohan
sekaligus menjadi lentera mata hati dalam menghadapi kezaliman. Dengan ilmu
pengetahuan, seseorang akan mencapai kedudukan orang-orang terpilih serta memiliki
kedudukan yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat.
Nabi Muhammad SAW, manusia suci utusan Allah SWT, tidak meninggalkan
warisan berupa harta dan perhiasan kepada umat Islam. Beliau justru member pusaka yang
jauh lebih berharga dari sekadar itu, yakni hikmah dan ilmu pengetahuan.
Menurut Abu Hamid al-Gazali dalam Ihya’ ‘Uluum ad-Diin, orang yang menelaah
Al-Quran tentu akan menyaksikan dengan jelas bahwa Kitabullah penuh dengan ayat-ayat
yang menjunjung ilmu pengetahuan seraya menganjurkan untuk menuntut dan
mencarinya. Bahkan, ayat pertama dalam Al-Quran memerintahkan manusia untuk
menuntut ilmu pengetahuan dan membaca. Allah SWT berfirman,
8
Artinya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”
(QS.al-‘Alaq[96]:1)
Allah SWT bersumpah dengan instrument untuk mencari ilmu pengetahuan,
Artinya, “Nuun, demi kalam dan apa yang mereka tulis” (QS. Al-Qalam[68]:1)
Sumpah Allah SWT ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memiliki nilai yang
luhur dalam pandangan Islam.
Dalam banyak ayatnya, Al-Quran memberikan komentar mengenai akal yang
merupakan sarana utama dalam proses belajar-mengajar. Di antaranya adalah firman Allah
SWT berikut.
Artinya, “Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya)
supaya kamu memahaminya” (QS. Al-Baqarah[2]:242).
Keharusan Memiliki Ilmu Pengetahuan
Para ulama, ungkap Yusuf Qaradawi dalam Syumuuliyyah al-Islaam, telah
menetapkan bahwa, baik menurut akal maupun syariat, amal perbuatan yang didasari
kebodohan pasti ditolak Allah SWT. Kebodohan merupakan kesesatan sebenar-benarnya
dan kegelapan yang nyata. Oleh karena itu, Islam mewajibkan umatnya untuk berilmu.
B. Perkembangan Sains
Sains dan Filsafat
Pada masa kejayaan Islam, sains umumnya dibagi atas dua disiplin utama:
matematika (terdiri atas aritmatika, geometri, aljabar, algoritma, astronomi, dan music) dan
ilmu alam (fisika, biologi, kimia, kedokteran, dan ilmu kognitif seperti psikologi). Dalam
perkembangan seperti itu, sains disebut juga filsafat. Pada abad pertengahan, filsafat
merupakan disiplin ilmu yang tidak hanya membahas metafisika, tetapi juga berbagai
9
persoalandi cabang ilmu pengetahuan, karena itu, hamper seluruh filsuf muslim pada masa
itu merupakan ilmuawan (scientist). Jika dianggap sebagai salah satu bidang ilmu yang
tidak hanya menekuni kajian tertentu, misalnya fisika dan astronomi, sains dalam Islam
juga kerap kali dipandang sebagai cabang filsafat. Al-khindi, filsuf pertama Islam yang
mengikuti Aristoteles, membagi ilmu menjadi dua bagian: ilmu teoritis dan ilmu praktis.
Sains, menurut Al-Khindi, adalah bagian dari ilmu teoritis, dan fislafat menjadi
primadonanya.
Istilah “sains” dalam bahasa Indonesia terlanjur di(salah)pahami sebagai ilmu pasti
atau ilmu alam, karena mengacu kepada bahasa aslinya (Inggris: science) yang mengacu
kepada ilmu eksakta saja. Padahal, secara harfiah, science adalah disiplin ilmu berbagai
bidang, baik eksakta maupun non-eksakta. Istilah sains sebagai sebuah dominan ilmu yang
dianggap sebagai cabang ilmu paling signifikan, seperti konsep science yang dipahami di
dunia Barat modern, tidak dikenal dalam Islam. Menurut Islam, semua ilmu sama. Nilai
sebuah ilmu ditentukan oleh nilai penting perannya dalam sebuah masyarakat. Dari sinilah
Islam mengenal klasifikasi ilmu menjadi yang wajib dipelajari secara social (fardu
kifayah) dan yang wajib dipelajari secara individual (fardu ‘ain).
Ilmu Agama VS Ilmu Umum
Adanya dikotomi ilmu pengetahuan, yakni ilmu rasional atau ilmu umum (dengan
segala jenis derivasinya) dan ilmu agama sempat menimbulkan perdebatan panjang dalam
sejarah keilmuan Islam. Sains dan ilmu eksakta lain masuk dalam kategori ilmu umum.
Akibat derasnya gelombang helenisme 9pengaruh yunani) pada abad ke-3 dan ke-4, ulama
tradisional terdorong untuk bersikap kritis terhadap ilmu rasional. Beberapa ulama dan
kalangan Islam ortodoks, yang merasa terdesak dengan perkembangan sains Islam yang
begitu pesat, melakukan reaksi perlawanan. Sebagian reaksi bersifat antagonis, bahkan
cenderung destruktif terhadap ilmu rasional. Ilmu rasional misalnya filsafat dan logika,
dilarang diberi fatwa “haram” oleh sekelompok ulama. Hadist palsu tentang pengharaman
itu kemudian disebarluaskan. Reaksi lain bersifat defensive dan berusaha menyerang balik
secara positif, misalnya al-Gazali dalam Ihya’ ‘Uluum ad-Diin, tulisannya mengenai
klasifikasi ilmu.
Klasifikasi ilmu pengetahuan al-Gazali (wafat:1111; teolog, filsuf, dan sufi) kerap
kali dipandang sebagai klasifikasi paling komprehensif cabang ilmu pengetahuan dari
10
Islam. Al-Gazali tidak hanya melihat ilmu pengetahuan dari sisi objek serta cabangnya,
tetapi juga melihat dan melakukan klasifikasi ilmu berdasarkan empat cara: pendekatan
ilmu sebagai disiplin ilmu teoritis dan praktis; pendekatan ilmu yang bias dihadirkan dan
yang bias dicapai; pendekatan ilmu agama dan ilmu intelektual; dan pendekatan ilmu yang
haru dipelajari oleh setiap individu dan oleh umum.
11
BAB IV
STUDI KASUS TEKNOLOGI BEDAH PLASTIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Operasi plastik atau dikenal dengan “Plastic Surgery” (ing) atau dalam bahasa
arab “Jirahah Tajmil” adalah bedah/operasi yang dilakukan untuk mempercantik atau
memperbaiki satu bagian didalam anggota badan, baik yang nampak atau tidak, dengan
cara ditambah, dikurangi atau dibuang, bertujuan untuk memperbaiki fungsi dan estetika
(seni) tubuh dan sebagian Ulama hadits yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan operasi plastik itu hanya ada dua:
1. Untuk mengobati aib yang ada dibadan, atau dikarenakan kejadian yang
menimpanya seperti kecelakaan, kebakaran atau yang lainya. Maka operasi ini
dimaksudkan untuk pengobatan
2. Atau untuk mempercantik diri, dengan mencari bagian badan yang dianggap
mengganggu atau tidak nyaman untuk dilihat orang, istilah yang kedua ini adalah
untuk kecantikan dan keindahan.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa operasi yang dilakukan itu bisa sebelum
meninggal atau sesudahnya, akan tetapi untuk pembagian yang kedua ini tidak ada
hubungannya dengan operasi plastik.
Oleh karena itu dalam makalah yang singkat ini, kita tidak membicarakan hal-hal yang
berkenaan dengan mayat. Operasi plastik ada dua :
1. Operasi tanpa ada unsur kesengajaan
Maksudnya adalah operasi yang dilakukan hanya untuk pengobatan dari aib (cacat)
yang ada dibadan, baik karena cacat dari lahir (bawaan) seperti bibir sumbing, jari tangan
atau kaki yang berlebih, dan yang kedua bisa disebabkan oleh penyakit yang akhirnya
merubah sebagian anggota badan, seperti akibat dari penyakit lepra/kusta, TBC, atau
karena luka bakar pada wajah akibat siraman air panas.
Kesemua unsur ini adalah opersi yang bukan karena keinginannya, akan tetapi yang
dimaksudkan adalah untuk pengobatan saja, walaupun hasilnya nanti menjadi lebih indah
12
dari sebelumnya, dalam hukum fiqih disebutkan bahwa, operasi semacam ini dibolehkan
saja, adapun dalil diantaranya sebagai berikut:
Dalil Sunnah
o Diriwayatkan dari Abu Hurairah R.a, dari Nabi Saw. berliau pernah
bersabda, “Tidak lah Allah Swt. menurunkan wabah/penyakit kecuali Allah
Swt. juga menurunkan obat penwarnya”(H.R. Bukhari)
o Riwayat dari Usamah ibn Syuraik R.a, berkata, “Ada beberapa orang Arab
bertanya kepada Rasulullah Saw.:”Wahai Rasulullah, apakah kami harus
mengobati (penyakit kami), Rasulullah menjawab, “Obatilah. Wahai hamba-
hamba Allah lekaslah kalian berobat, karena sesungguhnya Allah tidak
menurunkan satu penyakit, diriwayat lain disebutkan, beberapa penyakit.
Kecuali diturunkan pula obat penawarnya Kecuali satu yang tidak bisa
diobati lagi”, mereka pun bertanya,”Apakah itu wahai Rasul?”, Rasulullah
pun menjawab, “Penyakit Tua”(H.R At-Turmudzi)
Maksud dari hadits diatas adalah, bahwa setiap penyakit itu pasti ada obatnya,
maka dianjurkan kepada orang yang sakit agar mengobati sakitnya, jangan hanya dibiarkan
saja, bahkan hadits itu menekankan agar berobat kepada seorang dokter yang profesional
dibidangnya.
Imam Abu hanifah dalam kitabnya berpendapat, “Bahwa tidak mengapa jika kita
berobat menggunakan jarum suntik (yang berhubungan dengan operasi), dengan alasan
untuk berobat, karena berobat itu dibolehkan hukumnya, Sesuai dengan ijma’ ulama, dan
tidak ada pembeda antara laki-laki dan perempuan”.Akan tetapi disebutkan (pendapat
lemah) bahwa tidak diperbolehkan berobat menggunakan bahan yang diharamkan, seperti
khamar,bir dan sejenis. tapi jika ia tidak mengetahui kandungan obat itu, maka tidak
mengapa menggunakannya, namun jika tidak memungkinkan lagi (yakin bahwa tidak ada
obat) untuk mencari obat selain yang diharamkan itu, maka bolehlah menggunakan
sekedarnya
Ibnu Mas’ud Ra, mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. tidak menciptakan
sembuhnya kalian dengan barang yang diharamkan-Nya”.makna dari pendapat beliau
13
adalah walau bagaimanapun Allah Swt. menurunkan penawar yang halal, karena secara
akal pikir, tidak mungkin Allah mengharamkan yang telah diharamkan kemudian
diciptakan untuk dijadikan obat, pasti masih ada jalan lain yang lebih halal.
Operasi semacam ini terkadang bisa menjadi wajib hukumnya, jika menyebabkan
kematian, maka wajib baginya untuk berobat. Allah Swt. berfirman yang artinya (wallahu
a’lam), “dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”, dan di
ayat lain disebutkan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu].
Larangan membunuh diri sendiri ini menunjukkan bahwa Allah Swt melarang
hamba-Nya merusak jiwanya
Operasi ini tidak bisa dikatakan mengubah ciptaan Allah dengan sengaja, karena
operasi ini untuk pengobatan, walaupun pada akhirnya bertambah cantik atau indah
pada dirinya.
Syeikh Dr Yusuf Al-Qaradawi berpendapat : “Adapun kalau ternyata orang
tersebut mempunyai cacat yang mungkin menjijikkan pandangan, misalnya karena
ada daging tambah yang boleh menimbulkan sakit jiwa dan perasaan, maka tidak
berdosa bagi orang itu untuk berobat selagi dengan tujuan menghilangkan
kecacatan atau kesakitan yang boleh mengancam hidupnya. Kerana Allah tidak
menjadikan agama buat kita ini dengan penuh kesukaran“
2. Operasi yang dilakukan dengan sengaja
Maksudnya adalah operasi yang tidak dikarenakan penyakit bawaan (turunan) atau
karena kecelakaan, akan tetapi atas keinginannya sendiri untuk menambah keindahan dan
mempercantik diri.
Operasi ini ada bermacam-macam, akan tetapi saya hanya menuliskan garis
besarnya saja, yaitu terbagi dua, dan setiap bagian mempunyai hukum masing-masing:
a. Operasi anggota badan
14
Diantaranya adalah operasi telinga, dagu, hidung, perut, payudara, pantat (maaf)
dengan ditambah, dikurang atau dibuang, dengan keinginan agar terlihat cantik.
b. Operasi mempermuda
Adapun operasi bagian kedua ini diperuntukkan bagi mereka yang sudah berumur
tua, dengan menarik kerutan diwajah, lengan, pantat, tangan, atau alis. Mungkin ini
menurut penulis bagian-bagian yang sering kita temui dan yang paling umum; para
ulama berbeda pendapat mengenai hukum operasi plastik ini :
o Kebanyakan ulama hadits berpendapat bahwa tidak boleh melakukan operasi
ini dengan dalil diantaranya sebagai berikut:
Allah berfirman: “Allah telah melaknatnya. setan berkata, “sungguh akan
kutarik bagian yang ditentukan dari hamba-hamabaMu. dan sungguh akan
kusesatkan mereka, dan akan kubangkitlan angan-angan kosong mereka,
dan aku suruh mereka memotong telinga binatang ternak lalu mereka benar-
benar memotongnya, dan aku akan suruh mereka (merobah ciptaan Allah),
lalu mereka benar-benar merobahnya. dan barangsiapa yang menjadikan
setan sebagai pelindung maka sungguh dia telah merugi dengan kerugian
yang nyata”
Ayat ini menjelaskan kepada kita dengan konteks celaan dan
haramnya melakukan pengubahan pada diri yang telah diciptakan Allah
dengan sebaik-baik penciptaan, karena mengikuti akan hawa nafsu dan
keinginan syaitan yang dilaknat Allah.
o Diriwayatkan dari Imam Bukhari dan Muslim Ra. dari Abdullah ibn Mas’ud
Ra.beliau pernah berkata “”Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan
yang meminta untuk ditatokan, yang mencukur (menipiskan) alis dan yang
meminta dicukur, yang mengikir gigi supaya kelihatan cantik dan merubah
ciptaan Allah.” (H.R Bukhari) dari hadits ini, dapat diambil sebuah dalil bahwa
Allah Swt. melaknat mereka yang melakukan perkara ini dan mengubah
ciptaan-Nya
o Riwayat dari Ashabis Sunan
15
Dari Asmaa, bahwa ada seorang perempuan yang mendatangi
Rasulullah Saw. dan berkata, ” Wahai Rasululllah, dua orang anak perempuan
ku akan menjadi pengantin, akan tetapi ia mengadu kepadaku bahwa
rambutnya rontok, apakah berdosa jika aku sambung rambutnya?”, maka
Rasulullah pun menjawab, “Sesungguhnya Allah melaknat perempuan yang
menyambung atau minta disambungkan (rambutnya)”
Hadits ini dengan jelas mengatakan bahwa haram hukumnya bagi orang
yang menyambung rambutnya atau istilah sekrang dikenal dengan konde atau
wig dan jauh dari rahmat Allah Swt.
o Qiyas
Untuk melengkapi pendapat ini,maka akan saya coba menggunakan
qias dan akal. Operasi plastik semacam ini tidak dibolehkan dengan meng-qias
larangan Nabi Saw. terhadap orang yang menyambung rambutnya, tattoo,
mengikir (menjarangkan) gigi atau apa saja yang berhubungan dengan
perubahan terhadap apa yang telah diciptakan Allah Swt.
o Segi Akal
Secara akal kita akan menyangka bahwa orang itu kelihatannya indah
dan cantik akan tetapi, ia telah melakukan operasi plastik pada dirinya,
perbuatan ini sama dengan pemalsuan atau penipuan terhadap dirinya sendiri
bahkan orang lain, adapun hukumnya orang yang menipu adalah haram
menurut syara’.
Begitu juga dengan bahaya yang akan terjadi jika operasi itu gagal, bisa
menambah kerusakan didalam tubuhnya dan sedikit sekali berhasilnya, apapun
caranya tetap membahayakan dirinya dan ini tidak sesuai dengan hukum
syara’, sesuai dengan firman Allah yang berbunyi (wallahu ‘alam)”Jangan
bawa diri kalian dalam kerusakan”
16
Setelah kita perhatikan dalil-dalil diatas dengan seksama, maka jelaslah bahwa
operasi plastik itu diharamkan menurut syara’ dengan keinginan untuk mempercantik dan
memperindah diri, dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Operasi plastik merubah ciptaan Allah Swt
2. Adanya unsur pemalsuan dan penipuan
3. Dari sisi lain, bahwa negatifnya lebih banyak dari manfaatnya, karena bahaya yang
akan terjadi sangat besar apabila operasi itu gagal, bisa menyebabkan kerusakan
anggota badan bahkan kematian.
4. Syarat pembedahan yang dibenarkan Islam; memiliki keperluan untuk tujuan
kesehatan semata-mata dan tiada niat lain, diakui doktor profesional yang ahli
dalam bidang itu bahwa pembedahan akan berhasil dilakukan tanpa risiko, bahaya
dan mudarat.
5. Untuk pemakaian kosmetik, disyaratkan kandungannya halal, tidak dari najis
(kolagen / plasenta) dan tidak berlebihan (tabarruj) akan tetapi behias ini sangat di
tekankan bagi mereka yang ingin menyenangkan suaminya.
Sesungguhnya Allah Swt. Menciptakan kalian dalam keadaan sempurna dan
seimbang satu sama lainnya dengan sebaik-baik penciptaan. “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
Sudah sepantasnya kita sebagai makhluk Allah mensyukuri apa-apa yang telah
diberikan kepada kita.
17
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa Islam tidak pernah
mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung
umatnya untuk me-research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains
dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah
yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam
semesta ini Allah anugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi
untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana
ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat
Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada
kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin).
Menurut Islam, semua ilmu sama. Nilai sebuah ilmu ditentukan oleh nilai penting
perannya dalam sebuah masyarakat.
Melakukan pengubahan pada diri yang telah diciptakan Allah dengan sebaik-baik
penciptaan adalah haram, karena mengikuti akan hawa nafsu dan keinginan syaitan
yang dilaknat Allah, misalnya bedah plastic.
18
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Yang Mulia
Buku:
Barus, J. V. 2004. Ensiklopedi Islam untuk Pelajar. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
_________. 2006. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
Hakim, A, N. 2008. Pengantar ke Filsafat Sains. Jakarta: PT. Pustaka Litera Antarnusa.
Purwanto, A. 2008. Ayat-Ayat Semesta Sisi-Sisi Alquran yang Terlupakan. Bandung: PT.
Mizan Pustaka.
Maurice Buccaile. La Bible Le Coran Et Le Science, terjemah: Bible, Qur’an dan Sains
Modern oleh H.M. Rasjidi, Jakarta: Bulan Bintang
Wijaya, Utang R. Pustaka Pengetahuan Al-Quran. Jakarta: PT. Rehal Publika
Quraisy Syihab. Wawasan al-Qur’an, Jakarta: Gramedia
Majalah:
Majalah Islamia, Thn. I, No. 4, Artikel Prof. Dr. Cemil Akdogan.
Internet:
Exmuslim. (2009). Sains dan IPTEK dalam Al Qur’an. Diunduh pada 24 November 2010.
www.exmuslim.wordpress.com
Fajar Kurnianto. (2010). Islam dan Tradisi Sains-teknologi. Diunduh pada 24 November
2010. www.kompasiana.com
Sulthoni Akbar. (2009). Al Qur’an sumber inspirasi sains Islam. Diunduh pada 24
November 2010. www.sdm-iptek.org
19
Saeful Rokhman. (2008). Islam, Sains dan Teknologi. Diunduh pada 24 November 2010.
www.eful.dagdigdug.com
20