makalah kecemasan kelompok

24
RESUME KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN Oleh : KELOMPOK 1 1. Agus Darwin 2. Azkya Aryun 3. Devi Shahifatun Hasanah 4. Eva Herfianti 5. Febrina Viselitas 6. Hinin Wasilah 7. Lidya Latifah N. 8. Nilawati 9. Sandra Putri Dewi 10. Yani Sri Mulyani 1. Definisi Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2000). Stuart (2001) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif. Cemas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Menurut Wignyosoebroto, 1981 dikutip oleh Purba, dkk. (2009), takut mempunyai sumber penyebab yang spesifik atau objektif yang dapat diidentifikasi secara nyata, sedangkan cemas sumber 1

Upload: hinin-wasilah

Post on 31-Dec-2015

71 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Keperawatan Jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

RESUME

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN

Oleh :

KELOMPOK 1

1. Agus Darwin

2. Azkya Aryun

3. Devi Shahifatun Hasanah

4. Eva Herfianti

5. Febrina Viselitas

6. Hinin Wasilah

7. Lidya Latifah N.

8. Nilawati

9. Sandra Putri Dewi

10. Yani Sri Mulyani

1. Definisi

Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat

dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2000). Stuart (2001)

mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik dan

kondisi ini dialami secara subjektif. Cemas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan

penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah respon emosional

terhadap penilaian tersebut. Menurut Wignyosoebroto, 1981 dikutip oleh Purba, dkk. (2009),

takut mempunyai sumber penyebab yang spesifik atau objektif yang dapat diidentifikasi

secara nyata, sedangkan cemas sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk secara nyata dan

jelas. Kecemasan merupakan suatu respons yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan

dapat menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid, et

al., 2005).

2. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori seperti yang dikemukakan

oleh Laraia dan Stuart (1998).

1. Teori Psikoanalitik

1

Page 2: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

Pandangan psikoanalitik menyatakan kecemasan adalah konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan

insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani

seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi

menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah

mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2. Teori Interpersonal

Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap

tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan

dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan

kelemahan spesifik. Individu dengan harga diri rendah mudah mengalami

perkembangan kecemasan yang berat. Kecemasan yang berhubungan dengan

ketakutan ini dapat terjadi pada orag tua atau dapat juga pada anak itu sendiri yang

mengalami tindakan pemasangan infus. Tindakan pemasangan infus akan

menimbulkan kecemasan dan ketakutan serta rasa tidak nyaman bagi anak akibat

nyeri yang dirasakan saat prosedur tersebut dilaksanakan. Keadaan tersebut dapat

membuat orang tua cemas dan takut jika prosedur invasif pemasangan infus yang

dilakukan akan memberikan efek yang membuat anak merasa semakin sakit atau

nyeri (Sulistiyani, 2009)

3. Teori Perilaku

Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi yaitu segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Faktor tersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk memperoleh

kepuasan dan kenyamanan. Kecemasan dapat terjadi pada anak yang dirawat di rumah

sakit dan dipasang infus akibat adanya hambatan untuk mencapai tujuan yang

diinginkannya, seperti bermain dan berkumpul bersama keluarganya (Supartini,

2004).

4. Teori Keluarga

Teori keluarga menunjukkan bahwa kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui

dalam suatu keluarga. Kecemasan ini terkait dengan tugas perkembangan individu

dalam keluarga. Anak yang akan dirawat di rumah sakit merasa tugas

perkembangannya dalam keluarga akan terganggu sehingga dapat menimbulkan

kecemasan.

5. Teori Biologis

2

Page 3: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat

asam aminobutirik-gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran

utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, telah

dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai

predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai gangguan fisik dan

selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

b. Faktor Presipitasi

Stuart (2001) mengatakan bahwa faktor presipitasi/ stressor pencetus dikelompokkan

dalam dua kategori, yaitu :

1. Ancaman Terhadap Integritas Fisik

Ancaman terhadap integritas fisik seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis

atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Kejadian

ini menyebabkan kecemasan dimana timbul akibat kekhawatiran terhadap

tindakan pemasangan infus yang mempengaruhi integritas tubuh secara

keseluruhan. Pada anak yang dirawat di rumah sakit timbul kecemasan karena

ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas

sehari-hari, seperti bermain, belajar bagi anak usia sekolah, dan lain sebagainya.

2. Ancaman terhadap Rasa Aman

Ancaman ini terkait terhadap rasa aman yang dapat menyebabkan terjadinya

kecemasan, seperti ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat

membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial seseorang. Ancaman ini

dapat terjadi pada anak yang akan yang akan dilakukan tindakan pemasangan

infus dan bisa juga terjadi pada orang tua. Ancaman yang terjadi pada orang tua

dapat disebabkan karena orang tua merasa bahwa anak mereka akan menerima

pengobatan yang membuat anak bertambah sakit atau nyeri. Orang tua cemas dan

takut jika prosedur invasif pemasangan infus yang dilakukan akan memberikan

efek yang membuat anak merasa semakin sakit atau nyeri (Sulistiyani, 2009).

Sedangkan pada anak, tindakan pemasangan infus mengakibatkan nyeri yang

dirasakan anak tersebut.

3. Penatalaksanaan

3

Page 4: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan kecemasan umum

adalah kemungkinan pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi, farmakoterapi dan

pendekatan suportif (Kaplan and Sadock, 1998).

- Psikoterapi : Teknik utama yang digunakan adalah pendekatan perilaku misalnya

relaksasi dan bio feed back (proses penyediaan suatu informasi pada keadaan satu atau

beberapa variabel fisiologi seperti denyut nadi, tekanan darah dan temperatur kulit).

- Farmakoterapi : Dua obat utama yang dipertimbangkan dalam pengobatan kecemasan

umum adalah buspirone dan benzodiazepin. Obat lain yang mungkin berguna adalah

obat trisiklik sebagai contohnya imipramine (tofranil) –antihistamin dan antagonis

adrenergik beta sebagai contonya propanolol (inderal).

- Pendekatan suportif : Dukungan emosi dari keluarga dan orang terdekat akan memberi

kita cinta dan perasaan berbagai beban. Kemampuan berbicara kepada seseorang dan

mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menguasai keadaan

(Smeltzer and Bare, 2000).

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi

memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik

(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti

pada uraian berikut :

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

a. Makan makan yang bergizi dan seimbang

b. Tidur yang cukup

c. Cukup olahraga

d. Tidak merokok

e. Tidak meminum minuman keras.

2. Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-

obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal

penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka

yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,

clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

3. Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat

dari kecemasan yang bekerpanjangan.Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik

4

Page 5: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang

bersangkutan

4. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:

- Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar

pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya

diri

- Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai

bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan\

- Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)

kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

- Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan

untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat

- Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika

kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi

stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

- Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor

keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan

sebagai faktor pendukung.

5. Terapi psikoreligius : Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat

hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem

kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

4. Proses terjadinya kecemasan

Kecemasan pada individu dapat terjadi melalui proses atau rangkaian yang dimulai

dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun internal sampai suatu keadaan yang

dianggap sebagai ancaman atau membahayakan. Spielberger, 1972 menyebutkan ada lima

komponen proses terjadinya kecemasan pada individu, yaitu:

Evaluated situation : adanya situasi yang mengancam secara kognitif sehingga

ancaman ini dapat menimbulkan kecemasan

Perception of situation : situasi yang mengancam diberi penilaian oleh individu, dan

biasanya penilaian ini dipengaruhi oleh sikap, kemampuan dan pengalaman individu

5

Page 6: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

Anxiety State of Rection : individu menganggap bahwa ada situasi berbahaya, maka

reaksi kecemasan akan timbul. Kompleksitas respon fisiologis seperti denyut jantung

dan tekanan darah.

Cognitive Reappraisal Follows : individu kemudian menilai kembali situasi yang

mengancam tersebut, untuk itu individu menggunakan pertahanan diri (defense

mechanism) atau dengan cara meningkatkan aktivitas kognisi atau motorik.

Coping : individu menggunakan jalan keluar dengan menggunakan defense

mechanism (pertahanan diri) seperti proyeksi atau rasionalisasi

5. Tanda Gejala Kecemasan

Klasifikasi dan tanda gejala menurut Stuart and Sundeen (1998) :

1. Kecemasan ringan: Berhubungan dengan ketegangan dan waspada. Manisfestasi yang

muncul pada ansietas ringan, antara lain:

a) Respon fisiologis

Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu menerima rangsang

yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar.

b) Respon kognitif

Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu menerima rangsang

yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan masalah.

c) Respon perilaku dan emosi

Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang, tremor halus

pada lengan, dan suara kadang meninggi.

2. Kecemasan sedang: Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

pada hal yang penting dengan mengesampingkan yang lain perhatian selektif dan

mampu melakukan sesuatu yang lebih terarah. Manifestasi yang muncul pada

kecemasan sedang antara lain:

1) Respon fisiologis

Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, diare atau

konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan berkeringat setempat.

2) Respon kognitif

Respon pandang menyempit, rangsangan luas mampu diterima, berfokus pada

apa yang menjadi perhatian dan bingung.

3) Respon perilaku dan emosi

Bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak aman.

6

Page 7: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

3. Kecemasan berat: Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci

dan spesifik dan tidak dapat berfikir tantang hal lain. Orang tersebut memerlukan

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang

muncul pada kecemasan berat antara lain:

1) Respon fisiologis

Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,

penglihatan kabur, dan ketegangan.

2) Respon kognitif

Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu menyelesaikan masalah.

3) Respon perilaku dan emosi

Perasaan terancam meningkat, verbalisasi cepat, dan menarik diri dari

hubungan interpersonal.

6. Pengukuran Skala Kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur

kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan

pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang

mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada

individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan

skor( skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). HARS pertama kali

digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah

menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic.  Skala

HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan

pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini

menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan

diperoleh hasil yang valid dan reliable.

Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skore) antara 0-4, yang artinya

adalah

Nilai 0 =  tidak ada gejala / keluhan

Nilai 1 =  gejala ringan / satu dari gejala yang ada

Nilai 2 =  gejala sedang / separuh dari gejala yang ada

Nilai 3 =  gejala berat / lebih dari separuh dari gejala yang ada

Nilai 4 =  gejala berat sekali / semua dari gejala yang ada

7

Page 8: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

Masing- masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan

dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:

Total nilai (skore) :

                kurang dari 14      =  tidak ada kecemasan

                                    14 – 20            =  kecemasan ringan

                                    21 – 27            =  kecemasan sedang

                                    28 – 41            =  kecemasan berat

                                    42 – 56            = kecemasan berat sekali / panik

Adapun hal- hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah sebagai berikut:

1. Perasaan cemas (ansietas):

a. Cemas

b. Firasat buruk

c. Takut akan pikiran sendiri

d. Mudah tersinggung

2. Ketegangan

a. Merasa tegang

b. Lesu

c. Tidak bisa istirahat dengan tenang

d. Mudah terkejut

e. Mudah menangis

f. Gemetar

Gelisah

3. Ketakutan

a. Pada gelap

b. Pada orang asing

c. Ditinggal sendiri

d. Pada binatang besar

e. Pada keramaian lalu lintas

f. Pada kerumunan banyak orang

4. Gangguan tidur

a. Sukar masuk tidur

b. Terbangun malam hari

c. Tidur tidak nyenyak

d. Bangun dengan lesu

8

Page 9: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

e. Banyak mimpi- mimpi

f. Mimpi buruk

g. Mimpi menakutkan

5. Gangguan kecerdasan

a. Sukar konsentrasi

b. Daya ingat menurun

c. Daya ingat buruk

6. Perasaan depresi (murung)

a. Hilangnya minat

b. Berkurangnya kesenangan pada hobi

c. Sedih

d. Bangun dini hari

e. Perasaan berubah- ubah sepanjang hari

7. Gejala somatik/ fisik (otot)

a. Sakit dan nyeri di otot- otot

b. Kaku

c. Kedutan otot

d. Gigi gemerutuk

e. Suara tidak stabil

8. Gejala somatik/ fisik (sensorik)

a. Tinitus (telinga berdengung)

b. Penglihatan kabur

c. Muka merah/ pucat

d. Merasa lemas

e. Perasaan di tusuk- tusuk

9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)

a. Takikardia (denyut jantung cepat)

b. Berdebar- debar

c. Nyeri di dada

d. Denyut nadi mengeras

e. Rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan

f. Detak jantung menghilang (berhenti sekejap)

10. Gejala respiratori (pernapasan)

a. Rasa tertekan / sempit di dada

9

Page 10: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

b. Rasa tercekik

c. Sering menarik napas

d. Napas pendek / sesak

11. Gejala gastrointestinal (pencernaan)

a. Sulit menelan

b. Perut melilit

c. Gangguan pencernaan

d. Nyeri sebelum dan sesudah makan

e. Perasaan terbakar di perut

f. Rasa penuh / kembung

g. Mual

h. Muntah

i. Buang air besar lembek

j. Sukar buang air besar (konstipasi)

k. Kehilangan berat badan

12. Gejala urogenetal (perkemihan dan kelamin)

a. Sering buang air kecil

b. Tidak dapat menahan air seni

c. Tidak datang bulan (tidak ada haid)

d. Darah haid berlebihan

e. Darah haid amat sedikit

f. Masa haid berkepanjangan

g. Masa haid amat pendek

h. Haid beberapa kali dalam sebulan

i. Menjadi dingin (frigid)

j. Ejakulasi dini

k. Ereksi melemah

l. Ereksi hilang

m. Impotensi

13. Gejala autonom

a. Mulut kering

b. Muka merah

c. Mudah berkeringat

d. Kepala pusin

10

Page 11: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

e. Kepala terasa berat

f. Kepala terasa sakit

g. Bulu – bulu berdiri

14. Tingkah laku (sikap) pada wawancara

a. Gelisah

b. Tidak tenang

c. Jari gemetar

d. Kerut kening

e. Muka tegang

f. Otot tegang / mengeras

g. Napas pendek dan cepat

h. Muka merah

7. Pengkajian Kecemasan

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala

atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Data fokus yang perlu

dikaji pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai berikut:

Menurut (Stuart & Sundeen, 1995) :

1. Perilaku

Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologisdan

perilaku secara tidak langsung melaluitimbulnya gejala atau mekanisme koping

sebagai upaya untuk melawan ansietas.

a. Faktor Predisposisi

b. Faktor Presipitasi

c. Stresor Pencetus

- Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas fisiologis yang akan

terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

- Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri

dan fungsi sosial.

d. Penilaian Stresor

Penilaian stresor mendorong pengkajian perilaku dan persepsi klien dalam

mengembangkan intervensi yang tepat. Sehingga pemahaman ansietas

memerlukan integrasi banyak faktor seperti pengetahuan dari perspektif

psikoanalisis, interpersonal, perilaku, genetik dan biologis.

11

Page 12: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

e. Sumber Koping

Memanfaatkan dan menggerakan sumber koping yang ada disekitar lingkingan

dapat mengatasi stres dan ansietas yang dialami oleh individu. Sumber koping

tersebut berupa modal ekonomi, kemampuan menyelelesaikan masalah,

dukungan sosial dan keyakinan budaya.

f. Mekanisme Koping

Ketidakmampuan mengatasi ansietas sacara konstruktif merupakan penyebab

utama terjadinya perilaku patologis. Pola mekanisme koping yang

biasa digunakan untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap meskipun

ketika ansietas menjadi lebih intens.ansietas ringan lebih sering ditangani tanpa

sadar. Ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping :

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan

berorientasi pada tindakan untukmemenuhi tuntutan stres secara realistis.

- Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi

hambatan pemunuhan kebutuhan.

- Perilaku menarik diri digunakan utntuk menjauhkan diri dari sumber

ancaman, baik secara fisik maupun psikologis.

- Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasanya

dipakai individu, mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan

personal.

2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.

Tetapi karena respon tersebut bersifat relatif pada tingkat tidak sadar dan

mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat menjadi

respon maladaptif terhadap stres.

PENGKAJIAN

Identitas Klien

Nama :

Umur :

Tanggal Lahir :

Agama :

Suku/Bangsa :

12

Page 13: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

Status Perkawinan :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Alamat :

Tanggal Pengkajian :

Riwayat Kesehatan

Keadaan Umum :

Penampilan Umum :

Keluhan Utama :

Riwayat Kesehatan Lalu :

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital

Tekanan Darah :

Denyut Nadi :

Frekuensi Nafas :

Suhu Tubuh :

Pengkajian Psikososial

Tahap Perkembangan

Apakah klien memenuhi tahap perkembangannya sesuai dengan usianya saat ini.

Konsep Diri

1. Citra Tubuh/Gambaran Diri

2. Ideal Diri

3. Harga Diri

4. Peran Diri

Hubungan Sosial

1. Orang yang berarti

2. Peran serta dalam kehidupan masyarakat

3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Pendidikan dan Pekerjaan

Gaya Hidup

Budaya

13

Page 14: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

Budaya apa yang terdapat di lingkungan tempat tinggalnya, dan apakah klien ada

konflik dengan budaya tersebut.

Spiritual

1. Nilai dan Keyakinan

2. Kegiatan Ibadah

Pengkajian Umum dan Perilaku Motorik

Penampilan :

Cara Berbicara :

Personal Hygiene :

Pakaian :

Postur Tubuh :

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang dapat diangkat dari kecemasan, menurut NANDA adalah

sebagai berikut :

1. Ansietas2. Koping individu tidak efektif3. Takut

Asuhan Keperawatan Ansietas

Diagnosa Keperawatan:Ansietas ( Ringan, Sedang, Berat,Panik)

Dapat dihubungkan dengan: Konflik yang tidak disadari mengenai nilai-nilai ensensial Krisis situasional dan/atau maturasional; transmisi dan penularan interpersonal Ancaman terhadap konsep diri; ancaman kematian; perubahan terhadap status

kesehatan, kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi Terpisah dari sistem pendukung Ketidakseimbangan sensori; stimuli-lingkungan

Data Pengkajian Rentang perhatian menurun Gelisah,iritabilitas Kontrol impuls buruk Perasaan tidak nyaman, ketakutan,

atau tidak berdaya Defisit lapang persepsi Penurunan kemampuan

berkomunikasi secara verbal

Kriteria HasilKlien akan:

Bebas dari cedera Mendiskusikan perasaan takut,

ansietas Berespon terhadap teknik relaksasi

disertai penurunan tingkat ansietas Mengurangi tingkat ansietas sendiri Bebas dari serangan ansietas

14

Page 15: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

Menunjukkan kewaspadaan akan perasaan ansietas dan cara-cara sehat untuk menghadapinya

Menunjukkan pemecahan masalah dan menggunakan sumber-sumber secara efektif

Intervensi Rasional1. Tetap bersama klien ketika tingkat

ansietasnya tinggi (berat atau panik)

2. Pindahkan klien ke tempat yang tenang dengan stimulus minimal atau sedikit

3. Tetap tenang dalam mendekati klien

4. Gunakan pernyataan yang singkat, sederhana, dan jelas

5. Hindari meminta atau memaksa klien membuat pilihan

6. Penggunaan obat-obatan PRN dapat diindikasikan jika tingkat ansietas klien tinggi atau jika klien mengalami waham, disorganisasi pikiran

7. Dorong partisipasi klien dalam latihan relaksasi. Latihan ini dapat mencakup bernapas dalam, relaksasi otot progresif, medikasi, imajinasi terbimbing, dan pergi ke tempat yang tenang dan damai (untuk jiwa)

8. Ajarkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi secara mandiri

9. Bantu klien untuk melihat ansietas ringan sebagai katalis positif untuk berubah

1. Keselamatan klien merupakan suatu prioritas. Klien yang sangat cemas tidak boleh ditinggal sendiri- rasa cemasnya akan meningkat

2. Kemampuan klien untuk menghadapi stimulus yang berlebihan terganggu. Perilaku cemas dapat meningkat akibat stimulus eksternal. Ruangan yang lebih kecil dapat meningkatkan rasa aman klien.

3. Klien akan merasa lebih aman jika Perawat tenang dan klien merasa perawat dapat mengendalikan situasi

4. Kemampuan klien untuk menghadapi abstraksi atau kompleksitas terganggu

5. Kemampuan klien untuk menyelesaikan masalah terganggu. Klien mungkin tidak dapat membuat keputusan yang tepat atau tidak mampu membuat keputusan sama sekali.

6. Obat mungkin diperlukan untuk mengurangi ansietas klien sampai ke tingkat ia dapat mendengar perawat dan merasa aman

7. Latihan relaksasi merupakan cara yang efektif dan nonkimiawi untuk mengurangi ansietas.

8. Penggunaan teknik relaksasi secara mandiri dapat memberi rasa percaya diri pada klien dalam mengendalikan secara sadar perilaku cemasnya.

9. Kesalahpahaman yang seringkali munsul ialah bahwa ansietas merupakan sesuatu yang buruk dan tidak bermanfaat. Klien tidak perlu menghindari ansietas yang terjadi pada dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUIStuart, G, W dan Sundeen, J. 2001. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGCVidebeck, Sheila.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa , Jakarta : EGCwww.fik.ui.ac.id

16

Page 17: MAKALAH KECEMASAN KELOMPOK

17