makalah kecemasan fix 2015.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH KECEMASAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan Jiwa
DISUSUN OLEH :
1. Lasmini NPM : 2201102. Atty Setiawaty NPM : 2201101401913. Kokom Komalawati NPM : 2201104. Erlin NPM : 2201105. Cencen NPM : 2201106. Pitri NPM : 22011017. Samsam NPM : 22011013
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ......................................................................................................................
Daftar Isi ...............................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................
BAB II. TINJAUAN TEORI.................................................................................................
A. Pengertian Kecemasan ...........................................................................................
B. Etiologi Kecemasan ...............................................................................................
C. Gejala Kecemasan...................................................................................................
D. Klasifikasi kecemasan ............................................................................................
E. Dampak Kecemasan................................................................................................
F. Penanganan Gangguan Kecemasan........................................................................
BAB III. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................
5.2 Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................
i
ii
1
4
4
5
8
9
12
14
19
19
20
21
KATA PENGANTAR
Bandung, Oktober 2015
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang unik dan utuh yang terdiri dari bio-psiko-sosial-
spiritual. Dalam keadaan sehat individu berada dalam keadaan seimbang. Dalam kehidupan,
sepanjang periode tumbuh kembang individu akan menghadapi kejadian yang menegangkan,
untuk hal ini individu akan merespons. Respons individu tersebut dapat dipelajari dalam
konsep stres dan adaptasi. Konse tersebut dalam rentang respons adaptif dan maladaptif.
Aoabila individu tidak sanggup menghadapi kejadian yang menegangkan disebabkan
persepsi individu terhadap kejadian yang menyimpang, dukungan situasi yang kurang,
mekanisme koping individu yang tidak sehat, menyebabkan keadaan yang tidak seimbang.
Dalam kondisi seperti ini individu dapat dikatakan mengalami kecemasan.
Gangguan kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi
umum terhadp stres kadang disertai dengan kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu
dikatakan menyimpang jika individu tidak dapat meredam rasa cemas tersebut dalam situasi
dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa ada kesulitan berarti. Stres diawali
dengan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang dimiliki individu,
semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami individu,
dan akan merasa terancam kondisi terancam inilah yang menimbulkan kecemasan.
Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum,
tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian, dan sebagainya. Situasi tersebut dapat
memicu terjadinya kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila
rasa cemas tersebut berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan
metabolisme tubuh.
Gangguan kecemasan diperkirakan diidap 1 dari 10 orang. Menurut data National
Institut of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami
kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Ahli psiokoanalisa beranggapan
bahwa kecemasan neurotik dengan memasukan persepsi diri sendiri, dimana individu
beranggapan bahwa dirinya dalam ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa
takut akan pepisahan, terabikan, dan dalam bentuk penolakan dari orang yang dicintainya.
Perasaan-perasaan tersebut terletak dalam pikiran bawah sadaryang tidak disadari oleh
individu.
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam teknik dan tujuan
penanganan kecemasan. Akan tetapi pada dasarnya berbagai teknik tersebut sama-sama
mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber kecemasan mereka.
B. Tujuan penulisan
Pada dasarnya tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas materi Keperawatan Jiwa di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran
Bandung. Adapun tujuan yang lebih khsusus dalam pembuatan makalah ini diantaranya :
1. Dapat memahami definisi dari gangguan kecemasan
2. Dapat mengetahui penyebab dari gangguan kecemasan
3. Dapat memahami karakteristik dri gangguan kecemasan
4. Dapat mengidentifikasi cara-cara yang digunakan untuk menangani gangguan
kecemasan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Kecemsan
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin
“angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan
atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Sutardjo
Wiramihardja, 2005:66).
Kecemasan (anxiety) dapat diartikan pula sebagai perasaan kuatir, cemas, gelisah,
dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan
pada tubuh, seperti: jantung berdebar-debar, keringat dingin. Kecemasan dapat timbul
sebagai reaksi terhadap “bahaya” baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang tidak (hasil
dari imajinasi saja) yang seringkali disebut dengan “free-floating anxiety” (kecemasan yang
terus mengambang tanpa diketahui penyebabnya).
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami dan harus
dimiliki oleh setiap orang, namun apabila hal tersebut berlebihan maka keadaan itu disebut
abnormal sehingga muncul gejala ketakutan yang berlebihan dan irrasional. Hal ini dapat
mengganggu seseorang dalam beraktifitas atau berhubungan dengan orang lain yang disebut
anxiety disorder.
Nevid Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly (2005:163) memberikan
pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri
keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Pendapat Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah
fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya
sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi sebagai
mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada
bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat
sampai ego dikalahkan.
Kecemasan dapat pula didefinisikan sebagai kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya ( Stuart Gail.W
dalam Kapoh.Ramona P (2002).
Sedangkan menurut DepKes RI (1990) Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak
aman dan kekawatiran yang timbul karenadirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan
tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam.
Dari semua pengertian diatas, dapat dimbil kesimpulan bahwa kecemasan adalah:
1.Respon emosi terhadap penilaian : khawatir
2. Pengalaman subjektif individual
3. Tanpa sumber yang spesifik/jelas
4. Diikuti respon saraf otonom
5. Tidak dapat diobservasi secara langsung./perlu validasi
6. Dapat mempengaruhi orang lain
7. Normal –sesuai dengan situasi , akan hilang jika situasi teratsi
B. Etiologi Kecemasan
Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam
pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :
1. Teori Psikoanalitik
Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis
yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi
penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman
datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat
tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan
tingkah laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan
bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar
yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu
memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan
pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk
menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah
konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego
lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah
sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan
dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu :
sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka
lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988).
2.Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus
(fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus
yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu
kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.Sesorang yang sejak kecil
terbiasa dengan ketakutan yang berlebih ,akan menunjukan kecemasan pada kehidupan
selanjutnya.Adanya timbal balik antara konflik dan kecemasan; konflik menyebabkan
kecemasan dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya dan akan meningkatkan
konflik.
3.Teori Interpersonal
Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu,
sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga. Berhubungan
dengan trauma masa lalu seperti perpisahan, kehilangan yang menimbulkan seseorang
menjadi rentan. Sesorang dengan harga diri rendah rentan mengalami kecemasan yang
berat.
4.Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya
konflik dalam keluarga.Terjadi tumpang tindih antara kecemasan dan depresi.
5.Teori Biologik
Beberapa kasus kecemasan (5 – 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses
fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau
keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan
sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).
Menurut teori ini pula bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine.
Reseptor ini membantu mengatur kecemasan. Penghambat GABA juga berperan
sebagaimana endorphin.
Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan
beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering
pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang
terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
C. Gejala – Gejala Kecemasan
Kholil Lur Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari
kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian menimbulkan
rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian
terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam
keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable,akan tetapi sering juga
dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution
(delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung
menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164) mengklasifikasikan gejala-
gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak
berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin,
mudah marah atau tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang,
melekat dan dependen
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan
bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau
kebingungan, sulit berkonsentrasi.
D. Klasifikasi Kecemasan
Menurut Townsend (1996) ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan
panik.
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang
persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan
tingkah laku sesuai situasi.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.Tidaak dapat menghubungkan fikiran
dan kejadian. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat,
kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat,
bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar
namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan
terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak
sabar,mudah lupa, marah dan menangis, mulut kering, suara tinggi, bicara cepat,
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat
berpikir tentang hal lain. Tidak dapat menyelesaikan tugas.Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala,
nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan
keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung,
disorientasi.
d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami
kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah
susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren,
tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,
mengalami halusinasi dan delusi, ada kemungkinan bunuh diri.
Menurut penyebab, dan lama berlangsungnya, kecemasan dapat dibedakan menjadi beberapa
bentuk, yakni:
a. .Phobic Anxiety.
Yaitu kecemasan yang timbul dikarenakan oleh phobia (ketakutan) tertentu, misalnya:
– Cemas karena takut berada di dalam kamar tertutup.
– Cemas ketika tidur di ruang yang gelap.
– Cemas lantaran berada di tempat tinggi.
b. Acute Anxiety
Ialah kecemasan yang muncul mendadak dengan intensitas yang tinggi, tapi tidak
terlalu lama akan lenyap, misalnya:
Ketika melihat orang yang mirip dengan pembunuh keluarganya, ia segera
ketakutan dan beberapa saat setelah orang tadi pergi ia tenang kembali.
Akibat mendengar hiruk pikuk yang mengingatkannya pada peristiwa Medio
Mei, seorang ibu muda langsung histeris ketakutan, namun sesaat sesudah ia
sadar bahwa itu bukan peristiwa sesungguhnya, ia menjadi tenang kembali.
c. Chronic Anxiety
Yakni kecemasan yang berlangsung lama dan terus menerus (dapat terjadi seumur
hidup), meski dalam intensitas yang rendah, dan tanpa sebab yang jelas, misalnya:
– Orang “kagetan”.
– Hendak bepergian, selalu ingin kencing.
d. Normal Anxiety
Yaitu kecemasan yang beralasan, misalnya:
– Menjelang ujian, perasaan cemas muncul begitu besar.
– Cemas menunggu hasil operasi tumor dari salah satu anggota keluarga.
e. Neurotic Anxiety
Ialah kecemasan tanpa alasan yang jelas sebagai akibat konflik alam bawah sadar,
misalnya:
Sering punya perasaan bersalah akibat seringnya dipersalahkan pada masa kecil, dan
kini muncul menjadi kecemasan yang berlarut-larut serta secara periodik muncul.
E. Dampak Kecemasan
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasiyang betul-
betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan dibandingkan
dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang
berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat
menimbulkan penyakitpenyakit
fisik (Cutler, 2004:304).
Yustinus Semiun (2006:321) membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam
beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana
yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami
kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-
hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan
masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara
efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motor
menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget
terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan
kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa
saja yang dirasanya mengancam.
F. Penanganan Gangguan Kecemasan
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan
penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama
mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan
mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan :
1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan
kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.
Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari
konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari
menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat member
perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga
dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang
berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka
mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri
kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self
seseorangyang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab
itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan
mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai
akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang
sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang
sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3. Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat- obatan untuk mengobati
gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, valium dan Xanax.
Meskipunbenzodiazepine mempunyai efek menenangkan tatapi mengakibatkan depansi fisik
adiksi(USDHHSS,1999a) . orang- orang yang tergantung kedapanya dapat mengalami
serangkaian sintom putus zat bila mereka berhenti menggunakannya dengan tiba- tiba. Obat
antidepresimempunyai efek antikecemasan dan anti panik selain jiga mempunyai efek anti
depresi
4. Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak
dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu
individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya
kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan
belajar,diantaranya:
a. Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan
setapak demi setapak atau (stepwise) dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik.
Efektifitas terapi pemaparan (exposure therapy) sudah sangat terbukti, membuat terapi ini
sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak
dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu
yangagorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah
kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap
terberattanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar.
Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara
menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan.
b. Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi
sebenarnya.biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c. Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya
takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety
untuk menghadapinya sendiri.
d. Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-
emotif,terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa
kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme
melahirkankecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah
menghilangkankebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha
mengoreksikeyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial
mungkinberpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-
cakapdengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa
hidupmereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam
pikiranmereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu
contohtekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis
membantu klienmencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka
bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-
tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang
mungkin dapatdikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres
pasca trauma,gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan
gangguan panik.Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama
percobaan pada pemaparandan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga
klien mampu menghadapi sendirisituasi tersebut.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah respon
seseorang terhadap suatu stressor dan merupakan hal yang normal, namun jika responnya
berlebihan maka hal tersebut dikatakan abnormal.
Respon seseorang terhadap stressor dikatakan tidak normal jika mengganggu aktifitas
dan kemampuan orang tersebut untuk berhubungan dengan orang lain.
Penyebab adanya abnormalitas dari kecemasan tersebut diantaranya adalah
lingkungan, oleh karena itu penting kiranya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
seseorang tumbuh dan berkembang menghadapi berbagai stressor kehidupan.
Berbagai teori dikembangkan untuk mengatasi gangguan kecemasan yang berlebih
namun pada prinsipnya adalah koping yang tepat yang harus dilakukan oleh individu untuk
mengatasi kecemasan tersebut.
B. Saran
1. Penulis menyarankan pembaca, setelah membaca makalah ini hendaknya dapat
mengidentifikasi tanda-tanda kecemasan dalam diri masing masing sehingga dapat
mengembangkan pola koping yang tepat untuk mengatasi kecemasan tersebut.
2. kepada teman - teman perawat hendaknya dapat mengidentifikasi kecemasan yang
dirasakan oleh pasien agar dampak negatif dari kecemasan tersebut tidak terjadi
sehingga kesembuhan pasien dapat optimal.
3. Kembangkanlah lingkungan yang baik untuk keluarga dan lingkungan terdekat agar
dapat menjadi alat untuk mengatasi stressor.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ridwan Sudirdjo. Gangguan kecemasan. Counselor and clinical hypnotherapy. Posting 19/06/2013.
Berry, Ruth. 2001. Freud. Seri Siapa Dia?. Jakarta : Erlangga
Kuswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung : PT. Eresco
Kapo, Ramona W. Buku Saku Keperawatan Jiwa: Edisi 5,2002. Jakarta, EGC.
Fitria,Nita dkk, Laporan Pendahuluan tentang Masalah Psikososial,2013, Jakarta, Salemba Medika
Iyus Yosep S.Kp., M.Si., M.Sc..Keperawatan Jiwa : edisi revisi, 2010. Refika Aditama. Bandung
http://m.Kompas.com/health/tumpang tindih gejala kecemasan. Posting 23/02/2014