makalah epidural hematoma.doc

70
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan ke hadirat Allah S.W.T karena dengan rahmat-Nya jualah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul epidural hematoma. Makalah ini ditulis sebagai salah satu tugas makalah sistem neuro behavior STIKES Surabaya. Kritik dan saran terhadap makalah ini diharapkan dapat memberi masukan untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah khasanah pengetahuan di bidang keperawatan terutama dalam bidang neuro behavior bagi para pembacanya. Surabaya, 01 April 2014 2

Upload: indrahsl

Post on 28-Jan-2016

131 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan ke hadirat Allah S.W.T karena

dengan rahmat-Nya jualah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

epidural hematoma.

Makalah ini ditulis sebagai salah satu tugas makalah sistem neuro behavior

STIKES Surabaya.

Kritik dan saran terhadap makalah ini diharapkan dapat memberi masukan

untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam

menambah khasanah pengetahuan di bidang keperawatan terutama dalam bidang

neuro behavior bagi para pembacanya.

Surabaya, 01 April 2014

2

Page 2: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................................1

Kata pengantar............................................................................................................

2

Daftar Isi......................................................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

7

II.I Definisi ...........................................................................................................

7

II.II Insidensi dan Epidemiologi............................................................................

10

II.III Anatomi Otak dan Fisiologi ...........................................................................

11

II.IV Patofisiologi....................................................................................................

20

II.V Etiologi............................................................................................................

23

3

Page 3: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

II.VI Gejala Klinis...................................................................................................

24

II.VII Pemeriksaan Penunjang..................................................................................

26

II.VIII Diagnosis........................................................................................................

27

II.IX Diagnosis Banding.........................................................................................

28

II.X Diagnosa Keperawatan...................................................................................

29

II.XI Rencana Tindakan Keperawatan....................................................................

30

II.XII Penatalaksanaan..............................................................................................

30

II.XIII Komplikasi.....................................................................................................

32

II.XIV Prognosis........................................................................................................

33

II.XV WOC..............................................................................................................

34

BAB III LAPORAN KASUS....................................................................................

34

III.I Pengkajian .....................................................................................................

34

4

Page 4: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

III.II Analisa Data....................................................................................................

35

III.III Diagnosa Keperawatan...................................................................................

37

III.IV Tindakan Keperawatan...................................................................................

42

III.V Evaluasi...........................................................................................................

44

BAB IV PENUTUP....................................................................................................

47

IV.I Kesimpulan.....................................................................................................

47

IV.II Saran................................................................................................................

48

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

50

BAB I

5

Page 5: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

PENDAHULUAN

Otak di tutupi oleh tulang tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di

kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang di sebut dura.

Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus  vena, dan membentuk

periosteum tabula interna. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di

kepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin

akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang

mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan maka

darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan

inlah yang di kenal dengan sebutan epidural hematom.(1,2,3 )

Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency

dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang

lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom

berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan.

Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah

tulang temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila terjadi

perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi.

Cedera kepala adalah kondisi yang umum secara neurologi dan bedah

saraf dan merupakan salah satu penyebab kematian utama di kalangan usia

produktif khususnya di negara berkembang. Hal ini diakibatkan karena mobilitas

yang tinggi di kalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga

6

Page 6: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

keselamatan di jalan masih rendah disamping penanganan pertama yang belum

benar, rujukan yang terlambat.

Kasus terbanyak cedera kepala adalah kecelakaan mobil dan motor. Di

Amerika Serikat pada tahun 1990 dilaporkan kejadian cedera kepala 200/100.000

penduduk pertahun. Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang

hanya 3% - 5% yang memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40% dan sisanya

dirawat secara konservatif.(1,2)

             Makalah yang berjudul “Epidural Hematoma” ini dibuat untuk membahas

etiologi, gejala klinis, diagnosis, serta prognosis dari penyakit ini. Dengan itu

dapat lebih baik untuk menangani penyakit ini dengan tepat.

7

Page 7: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

BAB II

PEMBAHASAN

II.I DEFINISI

            Epidural hematoma adalah perdarahan akut pada lokasi epidural. Fraktur

tulang kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri meningea media

yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara

duramater dan tulang di permukaan dalam os temporale.

            Perdarahan yang terjadi menimbulkan epidural hematoma. Desakan oleh

hematom akan melepaskan duramater lebih lanjut dari tulang kepala sehingga

hematom bertambah besar.(1,3)

Hematoma epidural (EDH) merupakan kumpulan darah di antara

duramater dan tabula interna karena trauma (Gambar-1). Pada penderita traumatic

hematoma epidural, 85-96% disertai fraktur pada lokasi yang sama. Perdarahan

berasal dari pembuluh darah -pembuluh darah di dekat lokasi fraktur.

Sebagian besar hematoma epidural (EDH) (70-80%) berlokasi di daerah

temporoparietal, di mana bila biasanya terjadi fraktur calvaria yang berakibat

robeknya arteri meningea media atau cabang-cabangnya, sedangkan 10% EDH

berlokasi di frontal maupun oksipital. Volume EDH biasanya stabil, mencapai

8

Page 8: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

volume maksimum hanya beberapa menit setelah trauma, tetapi pada 9%

penderita ditemukan progresifitas perdarahan sampai 24 jam pertama.

9

Page 9: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

10

Page 10: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

II.II INSIDENSI  DAN EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan

hematoma epidural dan sekitar 10%  mengakibatkan koma. Secara Internasional

frekuensi kejadian hematoma epidural hampir sama dengan angka kejadian di

Amerika Serikat. Orang yang beresiko mengalami EDH adalah orang tua yang

memiliki masalah berjalan dan sering jatuh.(2,9)

60 % penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun, dan

jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka

kematian meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari

55 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan

perbandingan 4:1. (9)

Tipe- tipe : (6)

1. Epidural hematoma akut (58%) perdarahan dari arteri

2. Subacute hematoma ( 31 % )

3. Cronic hematoma ( 11%) perdarahan dari vena

11

Page 11: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

II.III ANATOMI OTAK DAN FISIOLOGI

Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang

membungkusnya, tanpa perlindungan ini, otak yang lembut yang membuat kita

seperti adanya, akan mudah sekali  terkena cedera dan mengalami kerusakan.

Selain itu, sekali neuron rusak, tidak dapat di perbaiki lagi. Cedera kepala dapat

mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang. Sebagian masalah merupakan

akibat langsung dari cedera kepala. Efek-efek ini harus dihindari dan di temukan

secepatnya dari tim medis untuk menghindari rangkaian kejadian yang

menimbulkan gangguan mental dan fisik dan bahkan kematian.(1)

Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan fibrosa,

padat dapat di gerakkan dengan bebas, yang memebantu menyerap kekuatan

trauma eksternal. Di antar kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan

membrane dalam yang mngandung pembuluh-pembuluih besar. Bila robek

pembuluh ini sukar mengadakan vasokontriksi dan dapat menyebabkan

12

Page 12: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

kehilangan darah yang berarti pada penderita dengan laserasi pada kulit kepala.

Tepat di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung vena

emisaria dan diploika. Pembuluh-pembuluh ini dapat  emmbawa infeksi dari kulit

kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, yang jelas memperlihatkan betapa

pentingnya pembersihan dan debridement kulit kepala yang seksama bila galea

terkoyak. (1)

Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak

memungkinkan perluasan intracranial. Tulang sebenarnya terdiri dari dua dinding

atau tabula yang di pisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar di sebit tabula

eksterna, dan dinding bagian dalam di sebut tabula interna. Struktur demikian

memungkinkan suatu kekuatan dan isolasi yang lebih besar, dengan bobot yang

lebih ringan . tabula interna mengandung alur-alur yang berisiskan arteria

meningea anterior, media, dan posterior. Apabila fraktur tulang tengkorak

menyebabkan tekopyaknya salah satu dari artery-artery ini, perdarahan arterial

yang di akibatkannya, yang tertimbun dalam ruang epidural, dapat manimbulkan

akibat yang fatal kecuali  bila di temukan dan diobati dengan segera.

Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga lapisan meninges

adalah dura mater, arachnoid, dan pia mater (1)

1. Dura mater cranialis, lapisan luar yang tebal dan kuat. Terdiri atas dua

lapisan:

a. Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh

periosteum yang membungkus dalam calvaria

13

Page 13: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

b. Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yang

kuat yang berlanjut terus di foramen mágnum dengan dura mater

spinalis yang membungkus medulla spinalis

2. Arachnoidea mater cranialis, lapisan antara yang menyerupai sarang laba-

laba

3. Pia mater cranialis, lapis terdalam yang halus yang mengandung banyak

pembuluh darah.

Persarafan Duramater(10)

Persarafan ini terutama berasal dari cabang n.trigeminus, tiga saraf

servikalis bagian atas, bagian servikal trunkus simpatikus dan n.vagus. resptor –

reseptor nyeri dalam dura mater diatas tentorium mengirimkan impuls melalui

n.trigeminus, dan suatu nyeri kepala dirujuk ke kulit dahi dan muka. Impuls nyeri

yang timbul dari bawah tentorium dalam fossa kranialis posterior berjalan melalui

tiga saraf servikalis bagian atas, dan nyeri kepala dirujuk kebelakang kepala dan

leher.

Pendarahan Duramater (10)

Banyak arteri menyuplai duramater, yaitu arteri karotis interna, arteri

maxilaris, arteri paringeal asenden, arteri occipitalis, dan arteri vertebralis. Dari

segi klinis, yang paling penting ialah arteri meningeal media, yang umumnya

mengalami kerusakan pada cedera kepala. Arteri meningea media berasal dari

arteri maxillaries dalam fossa temporalis, memasuki rongga kranialis melalui

14

Page 14: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

foramen spinosum dan kemudian terletak antara lapisan meningeal dan endosteal

duramater. Arteri ini kemudian terletak antara lapisan meningeal dan endosteal

duramater. Arteri ini kemudian berjalan ke depan dank e lateral dalam suatu

sulkus pada permukaan atas squamosa bagian os temporale. Cabang anterior

(frontal) secara mendalam berada dalam sulkus atau saluran angulus antero –

inferior os parietale, perjalanannya secara kasar berhubungan dengan garis gyrus

presentralis otak di bawahnya.

Cabang posterior melengkung kearah belakang dan mensuplai bagian

posterior duramater.Vena –vena meningea terletak dalam lapisan endosteal

duramater. Vena meningea media mengikuti cabang – cabang arteri meningea

media dan mengalir kedalam pleksus venosus pterygoideus atau sinus

sphenoparietalis. Vena terletak di lateral arteri.

Sinus Venosus Duramater (10)

Sinus – sinus venosus dalam rongga kranialis terletak diantara lapisan –

lapisan duramater. Fungsi utamanya adalah menerima darah dari otak melalui

vena – vena serebralis dan cairan serebrospinal dari ruang – ruang subarachnoidea

melalui villi arachnoidalis. Darah dalam sinus – sinus duramatr akhirnya mengalir

kedalam vena – vena jugularis interna dileher. Vena emissaria menghubungkan

sinus venosus duramater dengan vena – vena diploika kranium dan vena – vena

kulit kepala.

15

Page 15: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

Sinus Sagitalis Superior menduduki batas atas falx serebri yang terfiksasi,

mulai di anterior pada foramen caecum, berjalan ke posterior dalam sulkus di

bawah lengkungan kranium, dan pada protuberantia occipitalis interna berbelok

dan berlanjut dengan sinus transverses. Dalam perjalanannya sinus sagitallis

superior menerima vena serebralis superior. Pada protuberantia occipitalis interna,

sinus sagitallis berdilatasi membentuk sinus konfluens.

Dari sini biasanya berlanjut dengan sinus transverses kanan, berhubungan

dengan sinus transverses yang berlawanan dan menerima sinus occipitalis.

Sinus sagitalis inferior menduduki tepi bawah yang bebas dari falx serebri,

berjalan kebelakang dan bersatu dengan vena serebri magna pada tepi bebas

tentorium cerebelli membentuk sinus rektus. Sinus rekrus menempati garis

persambungan falx serebri dengan tentorium serebelli, terbentuk dari persatuan

sinus sagitalis inferior dengan vena serebri magna, berakhir membelok kekiri

membentuk sinus transfersus.

Sinus transverses merupakan struktur berpasangan dan mereka mulai pada

protuberantia occipitalis interna. Sinus kanan biasanya berlanjut dengan sinus

sagitalis superior, dan bagian kiri berlanjut dengan sinus rektus. Setiap sinus

menempati tepi yang melekat pada tentorium serebelli, membentuk sulkus pada os

occipitalis dan angulus posterior os parietale. Mereka menerima sinus petrosus

superior, vena – vena serebralis inferior, vena – vena serebellaris dan vena – vena

diploika. Mereka berakhir dengan membelok ke bawah sebagai sinus sigmoideus.

Sinus sigmoideus merupakan lanjutan langsung dari sinus tranversus yang akan

16

Page 16: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

melanjutkan diri ke bulbus superior vena jugularis interna. Sinus occipitalis

merupakan suatu sinus kecil yang menempati tepi falx serebelli yang melekat, ia

berhubungan dengan vena – vena vertebralis dan bermuara kedalam sinus

konfluens. Sinus kavernosus terletak dalam fossa kranialis media pada setiap sisi

corpus os sphenoidalis.

Arteri karotis interna, dikelilingi oleh pleksus saraf simpatis, berjalan

kedepan melalui sinus. Nervus abdusen juga melintasi sinus dan dipisahkan dari

darah oleh suatu pembungkus endothelial. Sinus petrosus superior dan inferior

merupakan sinus –sinus kecil pada batas – batas superior dan inferior pars

petrosus os temporale pada setiap sisi kranium. Setiap sinus kavernosus kedalam

sinus transverses dan setiap sinus inferior mendrainase sinus cavernosus kedalam

vena jugularis interna.

Arachnoidea Mater (10)

Arachnoidea mater merupakan membran tidak permeable, halus, menutupi

otak dan terletak diantara pia mater di interna dan duramater di eksterna.

Arachnoidea mater dipisahkan dari duramater oleh suatu ruang potensial, ruang

subdural, terisi dengan suatu lapisan tipis cairan, dipisahkan dari piamater oleh

ruang subarachnoidea, yang terisi dengan cairan serebrospinal. Permukaan luar

dan dalam arachnoidea ditutupi oleh sel –sel mesothelial yang gepeng.

Pada daerah – daerah tertentu, arachnoidea terbenam kedalam sinus venosus

untuk membentuk villi arachnoidalis. Villi arachnoidalis bertindak sebagai tempat

17

Page 17: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

cairan serebrospinal berdifusi kedalam aliran darah. Arachnoidea dihubungkan ke

piamater oleh untaian jaringan fibrosa halus yang menyilang ruang

subarachnoidea yang berisi cairan.

Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus choroideus dalam ventrikulus

lateralis, ketiga dan keempat otak. Cairan ini keluar dari ventrikulus memasuki

subarachnoid, kemudian bersirkulasi baik kearah atas diatas permukaan

hemispherium serebri dan kebawah disekeliling medulla spinalis.

Piamater otak (10)

Piamater merupakan suatu membrane vaskuler yang ditutupi oleh sel – sel

mesothelial gepeng. Secara erat menyokong otak, menutupi gyri dan turun

kedalam sulki yang terdalam. Piamater meluas keluar pada saraf – saraf cranial

dan berfusi dengan epineurium. Arteri serebralis yang memasuki substansi otak

membawa sarung pia mater bersamanya. Piamater membentuk tela choroidea dari

atap ventrikulus otak ketiga dan keempat, dan berfusi dengan ependyma untuk

membentuk pleksus choroideus dalam ventrikulus lateralis, ketiga, dan keempat

otak.

FISIOLOGI MENINGEN (10)

Otak dan medulla spinalis terbungkus dalam tiga sarung membranosa yang

konsentrik. Membran yang paling luar tebal, kuat dan fibrosa disebut duramater,

membrane tengah tipis dan halus serta diketahui sebagai arachnoidea mater, dan

18

Page 18: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

membrane paling dalam halus dan bersifat vaskuler serta berhubungan erat

dengan permukaan otak dan medulla spinalis serta dikenal sebagai piamater.

Duramater mempunyai lapisan endosteal luar, yang bertindak sebagai periosteum

tulang – tulang kranium dan lapisan bagian dalam yaitu lapisan meningeal yang

berfungsi untuk melindungi jaringan saraf dibawahnya serta saraf – saraf cranial

dengan membentuk sarung yang menutupi setiap saraf kranial. Sinus venosus

terletak dalam duramater yang mengalirkan darah venosa dari otak dan meningen

ke vena jugularis interna dileher.

Pemisah duramater berbentuk sabit yang disebut falx serebri, yang terletak

vertical antara hemispherium serebri dan lembaran horizontal, yaitu tentorium

serebelli, yang berproyeksi kedepan diantara serebrum dan serebellum, yang

berfungsi untuk membatasi gerakan berlebihan otak dalam kranium.

Arachnoidea mater merupakan membrane yang lebih tipis dari duramater dan

membentuk penutup yang longgar bagi otak. Arachnoidea mater menjembatani

sulkus – sulkus dan masuk kedalam yang dalam antara hemispherium serebri.

Ruang antara arachnoidea dengan pia mater diketahui sebagai ruang

subarachnoidea dan terisi dengan cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal

merupakan bahan pengapung otak serta melindungi jaringan saraf dari benturan

mekanis yang mengenai kepala.

Piamater merupakan suatu membrane vaskuler yang menyokong otak

dengan erat. Suatu sarung pia mater menyertai cabang – cabang arteri arteri

serebralis pada saat mereka memasuki substansia otak. Secara klinis, duramater

19

Page 19: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

disebut pachymeninx dan arachnoidea serta pia mater disebut sebagai

leptomeninges.

Komponen otak yang mempengaruhi Tekanan Intrakranial

1. Cairan Serebro Spinal (CSS)

CSS dihasilkan oleh plleksus khoroideus di atap ventrikel dengan

kecepatan produksi ± 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral

melalui foramen Monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari Sylvius

menuju ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan

masuk ke dalam ruang subarachnoid yang berada di seluruh permukaan

otak dan medula spinalis. CSS akan direabsorpsi ke dalam sirkulasi

vena melalui granulasio arachnoid yang terdapat pada sinus sagitalis

superior. Adanya darah dalam CSS akan menyumbat granulasio

arachnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan

kenaikan TIK (hidrosefalus komunikans paska trauma).

2. Tekanan Intrakranial

Berbagai proses patologis yang mengenai otak dapat menyebabkan

kenaikan Tekanan Intra Kranial (TIK; n=10 mmHg), keadaan ini akan

menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia.

3. Aliran Darah ke Otak (ADO)

Normalnya antara 50-55 mL/100 gr jaringan otak/menit. Cedera

otak berat sampai koma dapat menurunkan 50 % ADO dalam 12 jam

pertama sejak trauma. ADO biasanya akan meningkat dalam 2-3 hari

berikutnya, tetapi pada penderita yang tetap koma, ADO di bawah

20

Page 20: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

normal sampai beberapa hari/minggu kemudian. ADO yang rendah

tidak dapat mencukupi kebutuhan metabolisme otak segera setelah

trauma, sehingga mengakibatkan iskemi otak (fokal/difus).

Doktrin Monro-Kellie

Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus selalu konstan karena

rongga kranium pada dasarnya merupakan rongga yang rigid. Segera setelah

trauma, massa (gumpalan darah) dapat terus bertambah sementara TIK masih

dalam batas normal. Saat pengaliran CSS dan darah intravaskuer mencapai titik

dekompensasi, TIK akan cepat meningkat.

II.IV PATOFISIOLOGI

Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan

dura meter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu

cabang arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur

tulang tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah

frontal atau oksipital.(8)

Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen

spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale.

Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma

21

Page 21: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom

bertambah besar. (8)

Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada

lobus temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian

medial lobus mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini

menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim

medis.(1)

Tekanan dari herniasi unkus pada sirkulasi arteria yang mengurus

formation retikularis di medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di

tempat ini terdapat nuclei saraf cranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada

saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada

lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan

kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan

tanda babinski positif.(1)

Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan

terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar.

Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan

deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan.(1)

Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus

keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur

mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu

22

Page 22: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

beberapa jam , penderita akan merasakan nyeri kepala yang progersif memberat,

kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran

ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di sebut interval lucid.

Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada Epidural

hematom. Kalau pada subdural hematoma cedera primernya hampir selalu berat

atau epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval

karena pasien langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase

sadar. (8)

Sumber perdarahan : (8)

a. Artery meningea ( lucid interval : 2 – 3 jam )

b. Sinus duramatis

c. Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi a.

diploica dan vena   diploica

Epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di bedah

saraf karena progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada

sutura sehingga langsung mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah

herniasi trans dan infra tentorial.Karena itu setiap penderita dengan trauma kepala

yang mengeluh nyeri kepala yang berlangsung lama, apalagi progresif memberat,

harus segera di rawat dan diperiksa dengan teliti.(8)

23

Page 23: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

Arteri meningea media

II.V ETIOLOGI

           Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja  dan umur berapa saja,

beberapa keadaan yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya

benturan pada kepala pada kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat

trauma kepala, yang biasanya berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan

laserasi pembuluh darah.(2,9)

Pada keadaan yang normal, sebenarnya tidak ada ruang epidural pada

kranium. Dura melekat pada kranium. Perdarahan biasanya terjadi dengan fraktur

tengkorak bagian temporal parietal yang mana terjadi laserasi pada arteri atau

vena meningea media. Pada kasus yang jarang, pembuluh darah ini dapat robek

tanpa adanya fraktur. Keadaan ini mengakibatkan terpisahnya perlekatan antara

24

Page 24: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

dura dengan kranium dan menimbulkan ruang epidural. Perdarahan yang berlanjut

akan memaksa dura untuk terpisah lebih lanjut, dan menyebabkan hematoma

menjadi massa yang mengisi ruang.

Oleh karena arteri meningea media terlibat, terjadi perdarahan yang tidak

terkontrol,  maka akan mengakibatkan  terjadinya akumulasi yang cepat dari darah

pada ruang epidural, dengan peningkatan tekanan intra kranial (TIK) yang cepat,

herniasi dari unkus dan kompresi batang otak.(1,4,5,6)

II.VI GEJALA KLINIS

           Saat awal kejadian, pada sekitar 20% pasien, tidak timbul gejala apa – apa.

Pada anamnesa didapatkan riwayat cedera kepala dengan penurunan kesadaran.

Pada kurang lebih 50 persen kasus kesadaran pasien membaik dan adanya lucid

interval diikuti adanya penurunan kesadaran secara perlahan sebagaimana

peningkatan TIK. Pada kasus lainnya, lucid interval tidak dijumpai, dan

penurunan kesadaran berlangsung diikuti oleh detoriasi progresif. Beberapa

penderita epidural hematom mengeluh sakit kepala, Muntah – muntah, Kejang –

kejang. Epidural hematoma terkadang terdapat pada fossa posterior yang pada

beberapa kasus dapat terjadi sudden death sebagai akibat kompresi dari pusat

kardiorespiratori pada medulla. Pasien yang tidak mengalami lucid interval dan

mereka yang terlibat pada kecelakaan mobil pada kecepatan tinggi biasanya akan

mempunyai prognosis yang lebih buruk.(1)

25

Page 25: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

            Gejala neurologik yang terpenting adalah pupil mata anisokor, yaitu pupil

ipsilateral melebar. Pada perjalanannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal

dan reaksi cahaya yang pada permulaan masih positif akan menjadi negatif.

Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardia. Pada tahap akhir kesadaran

akan menurun sampai koma yang dalam, pupil kontralateral juga akan mengalami

pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi,

yang merupakan tanda kematian.(3)

Tanda Diagnostik Klinik Epidural Hematoma :(7)

1. Lucid interval (+)

2. Kesadaran makin menurun

3. Late hemiparese kontralateral lesi

4. Pupil anisokor

5. Babinsky (+) kontralateral lesi

6. Fraktur daerah temporal

Gejala dan Tanda Klinis Epidural Hematoma di Fossa Posterior :(7)

1. Lucid interval tidak jelas

2. Fraktir kranii oksipital

3. Kehilangan kesadaran cepat

4. Gangguan serebellum, batang otak, dan pernafasan

26

Page 26: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

5. Pupil isokor

II.VII PEMERIKSAAN PENUNJANG

Rontgen kepala

CT scan

27

Page 27: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

Meskipun foto radiologi skull atau tengkorak sering dilakukan untuk

mengevaluasi sebuah fraktur tengkorak, dewasa ini CT scan merupakan pilihan

primer dalam hal mengevaluasi trauma kepala. Emergensi CT scan adalah

modalitas utama yang digunakan untuk mengevaluasi trauma kepala akut setelah

penilaian neurologis dilakukan. Diagnosis yang tepat dari hasil CT scan sangat

krusial untuk menentukan metode penanganan yang tepat.

Epidural hematoma terjadi dibawah calvarium, diluar dari dura periosteal.

Sangat jarang melebihi batas dari sutura dikarenakan perlekatan yang kuat dari

dura periosteal dengan batas dari sutura. Karena perlekatan yang kuat ini, sebuah

epidural hematoma memiliki batas yang kasar dan penampakan yang bikonveks

pada CT scan dan MRI. Kasus epidural hematoma yang khas memberikan

tampakan lesi bikonveks dengan densitas tinggi yang homogeny pada CT scan,

tetapi mungkin juga tampak sebagai densitas yang heterogen akibat dari

pencampuran antara darah yang menggumpal dan tidak menggumpal.

II.VIIIDIAGNOSIS

            Diagnosis epidural hematoma didasarkan gejala klinis serta pemeriksaan

penunjang seperti foto Rontgen kepala dan CT scan kepala. Adanya garis fraktur

yang menyokong diagnosis epidural hematoma bila sisi fraktur terletak ipsilateral

dengan pupil yang melebar garis fraktur juga dapat menunjukkan lokasi

hematoma.(3)           

28

Page 28: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

Computed tomografi (CT) scan otak akan memberikan gambaran

hiperdens (perdarahan) di tulang tengkorak dan dura, umumnya di daerah

temporal dan tampak bikonveks.

II.IX DIAGNOSIS BANDING

1. Subdural Hematoma

Perdarahan yang terjadi diantara duramater dan arachnoid, akibat robeknya vena

jembatan. Gejala klinisnya adalah :

1) sakit kepala

2) kesadaran menurun + / -

Pada pemeriksaan CT scan otak didapati gambaran hiperdens (perdarahan)

diantara duramater dan arakhnoid, umumnya robekan dari bridging vein dan

tampak seperti bulan sabit.(7)

2. Subarakhnoid hematoma

            Gejala klinisnya yaitu :

1) kaku kuduk

2) nyeri kepala

3) bisa didapati gangguan kesadaran

29

Page 29: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

Pada pemeriksaan CT scan otak didapati perdarahan (hiperdens) di ruang

subarakhnoid.

II.X DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Perubahan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah (hemoragi,

hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolemia,

disritmia jantung)

2.      Resiko tinggi pola napas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskuler (cedera pada

pusat pernapasan otak). Kerusakan persepsi atau kognitif. Obstruksi

trakeobronkhial.

3.      Perubahan persepsi sensori b. d perubahan transmisi dan/atau integrasi (trauma

atau defisit neurologis).

4.      Perubahan proses pikir b. d perubahan fisiologis; konflik psikologis.

5.      Kerusakan mobilitas fisik b. d kerusakan persepsi atau kognitif. Penurunan

kekuatan/tahanan. Terapi pembatasan /kewaspadaan keamanan, misal: tirah

baring, imobilisasi.

6.      Resiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif.

Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi

tertekan (penggunaan steroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran

CSS)

7.      Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d

perubahan kemampuan untuk mencerna nutrien (penurunan tingkat kesadaran).

Kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah, menelan. Status

hipermetabolik.

8.      Perubahan proses keluarga b. d transisi dan krisis situasional. Ketidak pastian

tentang hasil/harapan.

9.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b. d kurang

pemajanan, tidak mengenal informasi. Kurang mengingat/keterbatasan kognitif.

30

Page 30: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

II.XI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1.      Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran

darah (hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia

(hipovolemia, disritmia jantung)

Tujuan: 1. Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi, dan fungsi

motorik/sensorik.

II.XII PENATALAKSANAAN

Penanganan darurat :

1) Dekompresi dengan trepanasi sederhana

2) Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom

Terapi medikamentosa

Elevasi kepala 300 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal

atau gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial

dan meningkakan drainase vena.(9)

Pengobatan yang lazim  diberikan pada cedera kepala adalah golongan

dexametason (dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam),

mannitol 20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema

cerebri yang terjadi akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana

yang terbaik. Dianjurkan untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin

31

Page 31: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

sedini mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic

dan untuk penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan karbamazepin.

Tri-hidroksimetil-amino-metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat

masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium

bikarbonat, dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat

dipakai unuk mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek

protektif terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan

adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan

dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar

serum 3-4mg%.(8)

Terapi Operatif

Operasi di lakukan bila terdapat :

1) Volume hematom > 30 ml ( kepustakaan lain > 44 ml)

2) Keadaan pasien memburuk

3) Pendorongan garis tengah > 3 mm

Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk

fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi

operasi emergensi. Biasanya keadaan emergensi ini di sebabkan oleh lesi desak

ruang.(8)

Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :

32

Page 32: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

1) > 25 cc desak ruang supra tentorial

2) > 10 cc desak ruang infratentorial

3) > 5 cc desak ruang thalamus

Sedangkan indikasi evakuasi life saving  adalah efek masa yang signifikan :

1) Penurunan klinis

2) Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan

penurunan klinis yang progresif.

3) Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan

penurunan klinis yang progresif.

            Penatalaksaan epidural hematoma dapat dilakukan segera dengan cara

trepanasi dengan tujuan melakukan evakuasi hematoma dan menghentikan

perdarahan.(3)

II.XIIIKOMPLIKASI (11)

1) Kelainan neurologik (deficit neurologis), berupa sindrom gegar otak dapat

terjadi dalam beberapa jam sampai bebrapa bulan.

2) Kondisi yang kacau, baik fisik maupun mental

3) Kematian

33

Page 33: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

II.XIV PROGNOSIS

           Prognosis tergantung pada : (8)

1) Lokasinya ( infratentorial lebih jelek )

2) Besarnya

3) Kesadaran saat masuk kamar operasi.

Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik,

karena kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar

antara 7-15% dan kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada

pasien yang mengalami koma sebelum operasi. (2)

Prognosis epidural hematoma biasanya baik. Mortalitas pasien dengan

epidural hematoma yang telah dievakuasi mulai dari 16% - 32%. Seperti trauma

hematoma intrakranial yang lain, biasanya mortalitas sejalan dengan umur dari

pasien. Resiko terjadinya epilepsi post trauma pada pasien epidural hematoma

diperkirakan sekitar 2%.(9)

34

Page 34: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

BAB III

LAPORAN KASUS

III.I PENGKAJIAN

Identitas :

Nama                       : TN. S.                                 

Umur                       : 50 tahun                             

Suku/Bangsa           : Jawa/Indonesia.

Agama                     : Islam

Alamat                    : Blimbing Ngeran Bojonegoro

Pekerjaan                 : tidak bekerja

Pendidikan              : SLTA

Tgl.MRS                 : 28  April 2002 jam: 02.30

Tgl. Pengkajian       : 29 April 2002  jam: 08.00

Diagnosa Medik      : Post op Trepanasi Cedera Otak Berat,  OF TP (S)

Alasan MRS : Kecelakaan lalu lintas, naik sepeda motor ditabrak truck,

klien tidaksadarkan diri dari kejadian sampai dibawa ke RS, muntah-muntah (-),

kejang (-) dan klien dibawa ke RSUD Cepu dan langsung dirujuk ke RSUD Dr.

Soetomo.

Observasi dan pemeriksaan fisik :

1)      Pernapasan

Klien menggunakan respirator, Mode: CR     Insp MV: 500     Exp MV: - FIO2: : 50%    A:aDO2: 

35

Page 35: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

Bentuk dada simetris, tidak ada jejas pada daerah dada,  wheezing -/-, Ronchi +/+, RR 18 x/menit. Pada hidung terpasang NGT.

2)      Kardiovaskuler/sirkulasi:

S1, S2 tunggal, tidak ada suara tambahan, hasil monitor EKG: irama sinus 75 x/menit, tekanan darah: 130/100, suhu: 36,5 C

3)      Persarafan/neurosensori

Klien tampak gelisah,  GCS: 1 – x – 1 , pupil isokor, reaksi cahaya +/+

4)      Perkemihan – Eliminasi uri

Terpasang Dower kateter produksi urine 1000 ml/12 jam warna kuning jernih

5)      Pencernaan – Eliminasi alvi

infus Dext 1500cc/24 jam, manitol 4 x 100 cc/24 jam. Tidak ada jejas pada daerah abdomen, bising usus (+), b.a.b (-). Cairan maag slang warna kecoklatan 200 cc.

6)      Tulang – otot – integumen:

Kemampuan pergerakan pada ektrimitas atas dan bawah tidak dapat dikaji karena pasien dalam tingkat kesadaran koma. Pada kepala ada luka operasi tertutup hipafix, tidak tampak adanya perdarahan, kulit wajah dibagian rahang bawah tampak lecet-lecet, kedua kelopak mata odem dan hematoma. Turgor baik, warna kulit pucat.

Pemeriksaan Penunjang :

Laboratorium tanggal 30 April 2002:Hb: 9,3 gr/dl.                      Leko: 5,6.                       Trombo: 101.  PCV: 0,28.                         Blood Gas:PH: 7,265                   PCO2: 46,0                    PO2: 259,4      HCO3: 20,4                BE: -6,6     CT Scan tanggal 29 April 2002:

         ICH daerah temporofrontal kiri dengan pnemotocele.  Fr Impresi frontal kanan dan kiri  Fraktur temporal kiri

1.9 Terapi:Rantin 2x 1 IV                         Novalgin 3 x 1 amp IV     Afriaxon 1 x  2 gr IV               Dilantin 3x 100 IV Manitol 4 x 100 ccFisioterapi napas + Suction tiap 3 jam

36

Page 36: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

III.II ANALISA DATA

Data Kemungkinan penyebab Masalah

DS: -

DO:

 Kesadaran me , GCS: 1

x  1,

CT Scan :

       ICH daerah temporofrontal kiri dengan pnemotocele.

Fr Impresi frontal kanan dan kiri

Fraktur temporal

kiri

Trauma kepala

Hematom Subarachnoid

Odema otak

TIK

Aliran darah ke otak

Gangguan perfusi

jaringan cerebral

DS: -

DO:

Menggunakan respirator, Mode: CR     Insp MV: 500     Exp MV: - FIO2: : 50%    A:aDO2:  Wheezing -/-, Ronchi +/+, RR 18 x/menit

TIK

rangsangan simpatis

tahanan vaskuler sistemik

terjadi pe tek. pada sist.

pemb. darah pulmonal.

Pe tek.hidrostatik

kebocoran cairan kapiler

Pe hambatan difusi O2  -

CO2

Hipoksemia

Gangguan pola

napas

DS: -

DO:

GCS: 1-x-1, terpasang

sonde, infus Dex 1500

cc/24 jam.

Trauma kepala

Stress

Pe katekolamin

Resiko nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

37

Page 37: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

NGT dibuka, cairan maag

slang warna coklat 200 cc.

Pe sekresi asam lambung

Mual, muntah

Asupan nutrisi tidak adekuat

DS: -

DO:

Luka post  op trepanasi pada farietal tertutup pembalut, tidak tampak adanya perdarahan, luka laserasi pada rahang bawah dan tertutp kasa serta luka jejas pada phalank distal sinistra dan mengeluarkan bau dan secret berwarna kuning, Turgor baik, warna kulit pucat. Klien terpasang respirator, dower katheter, NGT.Hasil lab: Hb: 9,3 gr/dl.  

Leko: 5,6.   

Trauma jaringan, kulit rusak,

prosedur invasif.

Resiko tinggi

terhadap infeksi

DS: -

DO: Kesadaran me , GCS: 1- x-14Klieb tidak sadar

Trauma kepala

Hematom Subarachnoid

TIK

Aliran darah ke otak

Penurunan kesadaran

Sindroma defisit

perawatan diri

III.IV DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d hemoragi/ hematoma; edema cerebral

38

Page 38: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

2. Pola napas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan

otak).

3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan, kulit rusak, prosedur invasif.

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan yang tidak adekuat

5. Defisit perawatan diri b.d penurunan kesadaran

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATANDP 1: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hemoragi/ hematoma; edema

cerebral.

Tujuan:

1. Mempertahankan tingkat kesadaran, kognisi, dan fungsi motorik/sensorik.

Kriteria hasil:

1. Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK

2. Tingkat kesadaran membaik

Intervensi Rasional

Pantau /catat status

neurologis secara teratur

dan bandingkan dengan

nilai standar GCS.

Evaluasi keadaan pupil,

ukuran, kesamaan antara

kiri dan kanan, reaksi

terhadap cahaya.

Mengkaji tingkat kesadaran dan potensial peningkatan

TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi,

perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.

Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial okulomotor (III)

berguna untuk menentukan apakah batang otak masih

baik. Ukuran/ kesamaan ditentukan oleh keseimbangan

antara persarafan simpatis dan parasimpatis. Respon

terhadap cahaya mencerminkan fungsi yang

terkombinasi dari saraf kranial optikus (II) dan

39

Page 39: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

Pantau tanda-tanda vital:

TD, nadi, frekuensi nafas,

suhu.

Pantau intake dan out put,

turgor kulit dan membran

mukosa.

Turunkan stimulasi

eksternal dan berikan

kenyamanan, seperti

lingkungan yang tenang.

Bantu pasien untuk

menghindari /membatasi

batuk, muntah, mengejan.

Tinggikan kepala pasien 5-

15 derajad.

Batasi pemberian cairan

sesuai indikasi.

Berikan oksigen tambahan

sesuai indikasi.

Berikan obat:

okulomotor (III).

Peningkatan TD sistemik yang diikuti oleh penurunan

TD diastolik (nadi yang membesar) merupakan tanda

terjadinya peningkatan TIK, jika diikuti oleh penurunan

kesadaran. Hipovolemia/hipertensi dapat mengakibatkan

kerusakan/iskhemia cerebral. Demam dapat

mencerminkan kerusakan pada hipotalamus.

Peningkatan kebutuhan metabolisme dan konsumsi

oksigen terjadi (terutama saat demam dan menggigil)

yang selanjutnya menyebabkan peningkatan TIK.

Bermanfaat sebagai ndikator dari cairan total tubuh

yang terintegrasi dengan perfusi jaringan.

Iskemia/trauma serebral dapat mengakibatkan diabetes

insipidus. Gangguan ini dapat mengarahkan pada

masalah hipotermia atau pelebaran pembuluh darah

yang akhirnya akan berpengaruh negatif terhadap

tekanan serebral.

Memberikan efek ketenangan, menurunkan reaksi

fisiologis tubuh dan meningkatkan istirahat untuk

mempertahankan atau menurunkan TIK.

Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intrathorak dan

intraabdomen yang dapat meningkatkan TIK.

Meningkatkan aliran balik vena dari kepala sehingga

akan mengurangi kongesti dan oedema atau resiko

terjadinya peningkatan TIK.

Pembatasan cairan diperlukan untuk menurunkan edema

serebral, meminimalkan fluktuasi aliran vaskuler TD

dan TIK.

Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat

meningkatkan vasodilatasi dan volume darah serebral

yang meningkatkan TIK.

40

Page 40: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

1. Manitol 4 x 100 cc

iv

2. Dilantin 3 x 100

mg IV

Manitol digunakan untuk menurunkan air dari sel otak,

menurunkan edema otak dan TIK. Sedatif digunakan

untuk mengendalikan kegelisahan, agitasi.

DP 2: Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada

pusat pernapasan otak).

Tujuan:

1. Mempertahankan pola pernapasan efektif melalui ventilator.

Kriteria evaluasi:

1. Tidak ada sianosis, Blood Gas dalam batas normal

Intervensi Rasional

Pantau frekuensi, irama,

kedalaman pernapasan

setiap 1 jam. Catat

ketidakteraturan

pernapasan.

Pantau / cek pemasangan

tube, selang ventilator

sesering mungkin.

Siapkan ambu bag tetap

berada didekat pasien

Lakukan penghisapan

dengan ekstra hati-hati,

jangan lebih dari 10-15

detik. Catat karakter,

warna dan kekeruhan dari

sekret.

Lakukan fisioterapi

Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi

pulmonal atau menandakan lokasi/luasnya keterlibatan

otak.

Adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak adekuatnya

pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara

yang tidak adekuat.

Membantu memberikan ventilasi yang adekuat bila ada

gangguan pada ventilator.

Penghisapan pada trakhea dapat menyebabkan atau

meningkatkan hipoksia yang menimbulkan

vasokonstriksi yang pada akhirnya akan berpengaruh

cukup besar pada perfusi jaringan.

Walaupun merupakan kontraindikasi pada pasien

41

Page 41: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

Napas .

Auskultasi suara napas,

perhatikan daerah

hipoventilasi dan adanya

suara tambahan yang tidak

normal misal: ronkhi,

wheezing, krekel.

Pantau analisa gas darah,

tekanan oksimetri

Lakukan ronsen thoraks

ulang.

dengan peningkatan TIK fase akut tetapi tindakan ini

seringkali berguna pada fase akut rehabilitasi untuk

memobilisasi dan membersihkan jalan napas dan

menurunkan resiko atelektasis/komplikasi paru lainnya.

Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru seperti

atelektasis, kongesti, atau obstruksi jalan napas yang

membahayakan oksigenasi cerebral dan/atau

menandakan terjadinya infeksi paru.

Menentukan kecukupan pernapasan, keseimbangan

asam basa dan kebutuhan akan terapi.

Melihat kembali keadaan ventilasi dan tanda-

tandakomplikasi yang berkembang misal: atelektasi atau

bronkopneumoni.

DP 3:

Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan, kulit rusak, prosedur invasif. Tujuan: tidak terjadi infeksi

Kriteria evaluasi:

Tidak ada tanda-tanda infeksi.Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.

Intervensi Rasional

Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan tehnik cuci tangan yang baik.Observasi daerah kulit

yang mengalami

kerusakan, daerah yang

terpasang alat invasi, catat

karakteristik dari drainase

dan adanya inflamasi.

Pantau suhu tubuh secara

teratur, catat adanya

Cara pertama untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial.

Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan

untuk melakukan tindakan dengan segera dan

pencegahan terhadap komplikasi selanjutnya.

Dapat mengindikasikan perkembangan sepsis yang

42

Page 42: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

demam, menggigil,

diaforesis.

Berikan antibiotik sesuai

program dokter.

selanjutnya memerlukan evaluasi atau tindakan dengan

segera.

Terapi profilatik dapat digunakan pada pasien yang

mengalami trauma, atau setelah dilakukan pembedahan

untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi.

III.V TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Tindakan Keperawatan

43

Page 43: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

29/4/02 1

2

3

        Mengobservasi dan mencatat status neurologis dan tanda-

tanda vital setiap 1 jam, GCS: 1- x - 1,  pupil: isokor reaksi

cahaya +/+, TD 130/90,  nadi 76 ,  RR: 17x/menit,  suhu:

37C.

        Memantau intake dan out put, turgor kulit cukup dan

membran mukosa agak kering.

        Memberi posisi  dengan meninggikan kepala pasien 30

derajad.

        Memberian cairan infus  Dext 21 tetes/menit.

        Memberikan obat:

1. Rantin 2 x 1 iv ( jam 12.00 – 24.00)

2. Novalgin 3 x 1 amp IV ( jam 12.00 – 20.00 – 04.00)

3. Afriaxon 1 x 2 gr iv ( jam 12.00 – 24.00)

4. Manitol 4 x 100 cc/drip ( jam 12.00 – 18.00 - 24.00 – 

– 06.00 )

        Mengecek pemasangan tube dan selang ventilator.

        Melakukan fisioterapi napas dan melakukan penghisapan

sekret setiap 3 jam (jam 08.00 – 11.00 – 14.00 – 17.00 –

20.00 – 23.00 –02.00 – 05.00) , mencatat karakter warna

lendir putih kental.

        .Mendengarkan suara napas: ronkhi +/+, wheezing -/-.

        Mengobservasi daerah kulit yang mengalami kerusakan,

daerah yang terpasang alat invasi (infus, drain,catheter),

drainase dari drain warna merah, infus tidak ada plebitis,

cateter terfiksasi baik, warna urine kuning jernih. Kulit kering

tidak tampak tanda inflamasi.

        Melakukan perawatan luka secara aseptik.

30/4/02 1         Mengobservasi dan mencatat status neurologis dan tanda-

tanda vital setiap 1 jam, GCS: 1- x-1,  pupil: isokor reaksi

cahaya +/+, TD 145/90,  nadi 78 ,  RR: 20x/menit,  suhu:

44

Page 44: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

2

3

37C.

        Memantau intake dan out put, turgor kulit cukup dan

membran mukosa agak kering.

        Memberi posisi  dengan meninggikan kepala pasien 15

         Memberikan cairan infus Tutofusi OPS: 14 tetes/menit,

cabang Intrafusin 3,5:  7 tetes/menit

        Memberikan obat:

1. Rantin 2 x 1 iv ( jam 12.00 – 24.00)

2. Novalgin 3 x 1 amp IV ( jam 12.00 – 20.00 – 04.00)

3. Afriaxon 1 x 2 gr iv ( jam 12.00 – 24.00)

4. Manitol 4 x 100 cc/drip ( jam 12.00 – 18.00 - 24.00 – 

– 06.00 )

        Melakukan fisioterapi napas, memberikan nebulizer dan

melakukan penghisapan sekret setiap 3 jam (jam 08.00 –

11.00 – 14.00 – 17.00 – 20.00 – 23.00 –02.00 – 05.00) ,

mencatat karakter warna lendir putih kental. Mendengarkan

suara napas: ronkhi +/+, wheezing -/-.

        Mengobservasi daerah kulit yang mengalami kerusakan,

daerah yang terpasang alat invasi (infus, drain,catheter),

drainase dari drain warna merah, infus tidak ada plebitis,

cateter terfiksasi baik, warna urine kuning jernih. Kulit kering

tidak tampak tanda inflamasi.

        Melakukan perawatan luka secara aseptik.

        Melakukan pemeriksaan lab:

1/5/02 Pasien Meninggal

45

Page 45: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

III.VI EVALUASI

TGL DIAGNOSA EVALUASI

29/4/2002 1. Perubahan perfusi

jaringan serebral

berhubungan dengan

hemoragi/ hematoma;

edema cerebral.

S: -

O:

       Klien masih tampak gelisah, GCS: 1- x-1 pupil isokor

reaksi cahaya +/+

       TTV stabil  TD berkisar antara 140/100 - 120/90, nadi: 72 

- 76 x/menit, RR: 17 – 22 x/menit, suhu : 36,6 – 37,5 C.

A: masalah belum teratasi

P: rencana tindakan dilanjutkan

29/4/2002 2. Pola napas tidak efektif

berhubungan dengan

kerusakan neurovaskuler

(cedera pada pusat

pernapasan otak).

S: -

O:

TTV stabil  TD berkisar antara 130/100 - 90/70, nadi: 72  - 76 x/menit, RR: 17 – 22 x/menit. Ventilator terpasang Menggunakan respirator, Mode: CR     Insp MV: 500  Exp MV: - FIO2: : 50%    A:aDO2:  Wheezing -/-, Ronchi +/+, RR 18 x/menitA:  Masalah belum teratasi

P:  Rencana keperawatan dilanjutkan,

29/4/2002 3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan, kulit rusak, prosedur invasif.

S:

O:

       TTV stabil  TD berkisar antara 140/80 - 150/100, nadi: 72 

- 80 x/menit, RR: 17 – 22 x/menit. suhu : 36,8 – 37,5 C.

       Cairan drain kepala warna merah, luka ditangan  merembes cairan (serum) warna kecoklatan.A: masalah belum teratasi

P: rencana tindakan dilanjutkan

30/4/2002 Perubahan perfusi jaringan

serebral berhubungan

dengan hemoragi/

S: -

O:

       GCS: 1- 1-1 pupil isokor reaksi cahaya +/+

Page 46: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

hematoma; edema

cerebral.

       TTV stabil  TD berkisar antara 130/100 - 140/110, nadi:

72  - 76 x/menit, RR: 17 – 22 x/menit, suhu : 36,6 – 37,5 C.

A: masalah belum teratasi

P: rencana tindakan dilanjutkan.

2. Pola napas tidak efektif

berhubungan dengan

kerusakan neurovaskuler

(cedera pada pusat

pernapasan otak).

S: -

O:

TTV stabil  TD berkisar antara 130/100 - 90/70, nadi: 72  - 76 x/menit, RR: 17 – 22 x/menit. Ventilator dilepas, dipasang T –Piece , dengan O2 6 lt/menit, Ronchi +/+, RR 18 x/menit

       Hasil Blood Gas Blood Gas:PH: 7,265         PCO2:46,0         PO2: 254,4      HCO3: 20,4         BE: - 6,6 A:  Masalah belum teratasi

P:  Rencana keperawatan :

     Klien bernapas dengan alat Bantu T-Piece.    

3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan, kulit rusak, prosedur invasif.

S:

O:

       TTV stabil  TD berkisar antara 140/80 - 150/100, nadi: 72 

- 80 x/menit, RR: 17 – 22 x/menit. suhu : 37,3 – 37,7 C.

       Cairan drain kepala warna merah, luka ditangan  merembes cairan (serum) warna kekuning-kuningan.A: masalah infeksi belum terjadi

P: rencana tindakan dilanjutkan

Tanggal   1/5/2002 klien meninggal

Page 47: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

BAB IV

PENUTUP

IV.I Kesimpulan

            Epidural hematoma adalah perdarahan akut pada lokasi epidural. Fraktur

tulang kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri meningea media

yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara

duramater dan tulang di permukaan dalam os temporale.

            Tanda Diagnostik Klinik Epidural Hematoma :(7)

1. Lucid interval (+)

2. Kesadaran makin menurun

3. Late hemiparese kontralateral lesi

4. Pupil anisokor

5. Babinsky (+) kontralateral lesi

6. Fraktur daerah temporal

Diagnosis epidural hematoma didasarkan gejala klinis serta pemeriksaan

penunjang seperti foto Rontgen kepala dan CT scan kepala. Prognosis epidural

hematoma biasanya baik. Mortalitas pasien dengan epidural hematoma yang telah

dievakuasi mulai dari 16% - 32%.

Page 48: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

IV.II Saran

1. Diagnosis dini perlu diperhatikan pada pasien

2. Bila dijumpai gejala seperti yang disebutkan di atas, maka sebaiknya dilakukan

pemeriksaan lengkap sampai Epiduralhematoma dapat disembuhkan.

3. Diharapkan dengan meningkatkan penemuan kasus dini penangulangan

terhadap penyakit ini dapat disembuhkan. Sehingga angka kematian dapat ditekan.

Page 49: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Gilroy J. Basic Neurology. USA: McGraw-Hill, 2000. p. 553-5

2. Japardi I. Penatalaksanaan Cedera Kepala Secara Operatif. Bagian Bedah

Fakultas Kedokteran USU. [serial online] 2004. [cited 20 Mei 2008].

Didapat dari : http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar

%20japardi61.pdf

3. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC,

2003. p. 818-9

4. Waxman SG. Correlative Neuroanatomy. USA: Lange Medical Books,

2000. p. 183-5

5. Duus P. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.

Jakarta: EGC, 1994. p. 329-30

6. Agamanolis DP. Traumatic Brain Injury and Increased Intracranial

Pressure. Northeastern Ohio Universities College of Medicine. [serial

online] 2003. [cited 20 Mei 2008]. Didapat dari :

http://www.neuropathologyweb.org/chapter4/chapter4aSubduralepidural.h

tml

7. PERDOSSI. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma

Spinal. Jakarta: PERDOSSI Bagian Neurologi FKUI/RSCM, 2006. p. 9-11

Page 50: MAKALAH EPIDURAL HEMATOMA.doc

8. Ekayuda I. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta: Gaya Baru, 2006. p.

359-65, 382-87

9. Evans RW. Neurology and Trauma. Philadelphia: W.B. Saunders

Company, 1996. p. 144-5

10. Snell R.S. Neurologi Klinik. Editor, Sjamsir, edisi ke dua, cetakan

pertama, penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta 1996. hal 521-532.

11. Prince DD, Epidural Hematoma in Emergency Medicine. Available at

http://emedicine.medscape.com/article/824029-followup#a2649. Accessed

on 26 Agustus 2013.