makalah dic

35
Makalah DIC (Diseminata Intravaskular Koagulase) KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugrahNya makalah ini dapat diselesaikan. Adapun tujuan penyusunan makalah ini dengan judul DIC (Diseminata Intravaskular Koagulasi) untuk memenuhi tugas dari dosen matakuliah KMB II, khususnya tentang teori DIC (Diseminata Intravaskular Koagulasi) Kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu penyelesaian makalah ini: 1. Dosen matakuliah KMB II Mrs. Ana Damayanti,S.Kep.Ns 2. Teman-teman sekelompok 3. Orang tua kami yang senantiasa mendoakan kami dan selalu memberikan dukungan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk hasil yang lebih baik dikemudian hari. Tarakan, 03 November 2010

Upload: ambar-rahman

Post on 09-Dec-2014

197 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah DIC

Makalah DIC (Diseminata Intravaskular Koagulase)

K A T A P E N G A N T A R

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

anugrahNya makalah ini dapat diselesaikan. Adapun tujuan penyusunan makalah

ini dengan judul DIC (Diseminata Intravaskular Koagulasi)

untuk memenuhi tugas dari dosen matakuliah KMB II, khususnya tentang   teori DIC

(Diseminata Intravaskular Koagulasi)

Kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu

penyelesaian makalah ini:

1.    Dosen matakuliah KMB II Mrs. Ana Damayanti,S.Kep.Ns

2.    Teman-teman sekelompok

3.    Orang tua kami yang senantiasa mendoakan kami dan selalu memberikan

dukungan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk hasil yang

lebih baik dikemudian hari.

Tarakan, 03 November 2010

D A F T A R  I  S I

Kata Pengantar                                                                                                                       i

Daftar Isi                                                                                                                                 ii

Struktur Kelompok                                                                                                                 iii

Page 2: Makalah DIC

Bab I Pendahuluan                                                                                                                 1

A.    Latar Belakang                                                                                                            1

B.     Ruang Lingkup Pembahasan                                                                                      1

C.     Tujuan Penulisan                                                                                                         2

Bab II Pembahasan Konsep Medik                                                                                        3

A.    Definisi DIC                                                                                                               3

B.     Mekanisme Hemostasis normal                                                                                   3

C.     Etiologi DIC                                                                                                               5

D.    Patofisilogi                                                                                                                  5

E.     Gejala Klinis                                                                                                               7

F.      Komplikasi                                                                                                                  8

G.    Insiden                                                                                                                                    8

H.    Diagnosis Laboratorium                                                                                              8

I.       Penatalaksanaan                                                                                                          13

J.       Penyimpangan KDM                                                                                                  15

Bab III Pembahasan Konsep Keperawatan                                                                            16

A.    Pengkajian                                                                                                                   16

B.     Diagnosa Keperawatn                                                                                                 17

Daftar Pustaka           

21

 

Bab IPendahuluan

A.    Latar Belakang

Koagulasi intravascular diseminata (KID) merupakan salah satu kedaruratan medis,karena

mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera. Tetapi tidak semua KID

digolongkan dalam darurat medis,hanya KID fulminan atau akut sedang KID derajat yang

terendah atau kompensasi bukan suatu keadaan darurat. Namun perlu di waspadai bahwa

KID derajat rendah dapat berubah menjadi KID fulminan,sehingga memerlukan pengobatan

segera.

Banyak penyakit yang sudah di kenal dan sering mencetuskn KID. Akibat banyaknya

penyakit yang dapat mencetuskannya gejala klinis KID menjadi sangat bervariasi pula. Hal

Page 3: Makalah DIC

ini juga mungkin salah satu penyabab mengapa banyak istilah yang dipakai untuk KID 

seperti konsumsi koagulopati,hiperfibrinolisis,defibrinasi dan sindrom trombohemoragik.

Istilah yang paling akhir ini lebih menggambarkan gejala klinis karena dihubungkan dengan

patofisiologis. Istilah yang paling umum diterima sekarang ini adalah KID.

Trombohemoragik menggambarkan terjadinya thrombosis bersamaan dengan perdarahan.

Kedua manifestasi klinik ini dapat terjadi bersamaan pada KID. Tetapi para dokter lebih

sering memperhatikan perdarahan daripada akibat thrombosis padahal morbiditas dan

mortalitas lebih banyak dipengaruhi thrombosis.

Keberhasilan pengobatan selain ditentukan keberhasilan mengatasi penyakit dasar yang

mencetuskan KID juga ditentukan oleh akibat KID itu sendiri.

Dalam makalah ini akan disajikan penanganan yang obyektif mengenai diagnosis klinis dan

laboratorium,etiologi,patofisiologi,menentukan berat KID,menilai respons terhadap

pengobatan,dan tatalaksana pada umumnya.

B.     Ruang Lingkup Pembahasan

Pada makalah ini kami akan membahas mengenai apa itu KID, penanganan yang obyektif

mengenai diagnosis klinis dan laboratorium, etiologi, patofisiologi, menentukan berat KID,

menilai respons terhadap pengobatan,dan tatalaksana pada umumnya.

C.   Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun sebagai bahan informasi bagi para pembaca, khususnya

kalangan medis, Agar kita dapat lebih memahami tentang apa itu DIC, penanganan

yang obyektif mengenai diagnosis klinis dan laboratorium,etiologi,patofisiologi,menentukan

berat KID,menilai respons terhadap pengobatan,dan tatalaksana pada umumnya.

Page 4: Makalah DIC

Bab II

Pembahasan Konsep Medik

A.    Definisi DIC

-          Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-

bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada

pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk

mengendalikan perdarahan. (medicastore.com).

-          Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai dengan

adanya perdarahan/kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh karena terbentuknya

plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai fibrinolitik yang di dapatkan

dalam sirkulasi (Healthy Cau’s)

-          Secara umum Disseminated Intavascular Coagulation (DIG) didefinisikan sebagai

kelainan atau gangguan kompleks pembekuan darah akibat stirnulasi yang berlebihan pada

Page 5: Makalah DIC

mekanisme prokoagulan dan anti koagulan sebagai respon terhadap jejas/injury (Yan Efrata

Sembiring, Paul Tahalele)

-          Kesimpulan : DIC adalah penyakit dimana faktor pembekuan dalam tubuh berkurang

sehingga terbentuk bekuan-bekuan darah yang tersebar di seluruh pembuluh darah.

B.     Mekanisme Hemostasis normal

Sistem pembuluh darah membentuk suatu sirkuit yang utuh yang mempertahankan darah

dalam keadaan cair. Jika terdapat kerusakan pada pembuluh darah, trombosit dan sistem

koagulasi akan menutup kebocoran atau kerusakan tersebut sampai sel pada dinding

pembuluh darah memperbaiki kebocoran tersebut secara permanen. Proses ini meliputi

beberapa tahap/faktor, yaitu;

1.      Interaksi pembuluh darah dengan struktur penunjangnnya.

2.      Trombosit dan interaksinya dengan pembuluh darah yang mengalami kerusakan.

3.      Pembentukan fibrin oleh sistem koagulasi.

4.      Pengaturan terbentuknya bekuan darah oleh inhibitor/penghambat faktor pembekuan dan

sistem fibrinolisis.

5.      Pembentukan  kembali (remodeling) tempat yang luka setelah perdarahan berhenti.

Tahap 1 dan 2 dikenal sebagai hemostasis primer. Sel endotel pada dinding pembuluh darah

mempunyai mekanisme untuk mengatur aliran darah dengan cara vasokontriksi  atau

vasodilatasi, sedangkan membran basal subendotel mengandung protein-protein yang berasal

dari endotel seperti kolagen, fibronektin, faktor von Willebrand dan lain-lain, yang

merupakan tempat melekatnya trombosit dan leukosit. Trombosit akan membentuk sumbat

hemostasis melalui proses: 1) adhesi (adhesion), yaitu melekat pada dinding pembuluh darah:

2) agregasi atau saling melekat di antara trombosit tersebut, yang kemudian menjadi

dilanjutkan dengan proses koagulasi.

Tahap 2 atau sistem koagulasi melibatkan faktor pembekuan dan kofaktor yang berinteraksi

pada permukaan fosfolipid membran trombosit atau sel endotel yang rusak untuk membentuk

darah yang stabil. Sistem ini dibagi menjadi jalur ekstrinsik yangn melibatkan faktol jaringan

(tissue factor) dan faktor VII, dan jalur instrinsik (starface-contact factor). Sistem ini

diaktifkan jika faktor  jaringan, yang diekspresikan pada sel yang rusak atau teraktivasi (sel

pembuluh darah atau monosit) berkontak dengan faktor VII aktif (a) yang bersikulasi,

membentuk kompleks yang selanjutnnya akan mengaktifkan faktor X menjadi Xa dan

seterusnya hingga membentuk trombus/fibrin yang stabil (fibrin ikat silang /cross-linked

fibrin).

Page 6: Makalah DIC

Setelah fibrin terbentuk, antikoagulan alamiah berperan untuk mengatur dan membatasi

pembentukan sumbat hemostasis atau trombus pada dinding pembuluh darah yang rusak

tersebut. Sistem ini terdiri dari antirombin (AT)-III, protein S, serta heparin kofaktor II, alfa-1

antirifsin dan alfa-2 makroglobulin. Antirombin bekerja menghambat atau menginaktivasi

trombin, faktor VIIa, XIIa, Xia, Xa, dan Ixa. Tanpa adanya heparin, kecepatan inaktivasi ini

reelatif lambat. Heparin mengikat dan mengubah AT dan meningkatkan kecepatan inaktivasi

AT. Sedangkan protein C menghambat faktor Va dan VIIIa, dengan bantuan protein S

sebagai kofaktor.

Fibrinolisis atau pemecahan fibrin merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk

mempertahankan patensi pembuluh darah dan menormalkan aliran darah. Enxim yang

berperan dalam sistem ini adalah plasminogen, yang akan diubah menjadi plasmin dan

kemudian akan memecah fibrinogen dan fibrin menjadi fibrinogen(atau fibrin) degradation

product (FDP), sedangkan produk pemecahan fibrin ikat silang adalah D-dimer.

C.     Etiologi DIC

KID merupakan mekanisme  perantara berbagai penyakit dengan gejala klinis tertentu.

Berbagai penyakit dapat mencetuskan KID fulminan atauderajat rendah seperti di bawah ini:

1.     Penyakit yang disertai KID fulminan

a.       Bidang obstetric: emboli cairan amnion,abrupsi plasenta,eklamsia,abortus

b.      Bidang hematologi: reaksi transfusi darah,hemolisis berat,transfuse massif, leukemia M3 &

M4

c.       Infeksi

1.      Septicemia,gram negative (endotoksin),gram negative (mikro polisakarida)

2.      Viremia : HIV,hepatitis,varisela,virus sitomegalo,demam dengue

3.      Parasit : Malaria

4.       Trauma

5.      Penyakit hati akut : gagal hati akut ,ikterus obstruktif

6.      Luka bakar

7.      Alat prosthesis : shunt leveen shunt denver,alat bantu balon aorta

8.      Kelaian vascular

2.     Penyakit di sertai KID derajat

1.      Keganasan

2.      Penyakit kardiovaskular

Page 7: Makalah DIC

3.      Penyakit autoimun

4.      Penyakit ginjal menahun

5.      Peradangan

6.      Graft versus host disease

7.      Penyakit hati menahun

D.    Patofisiologi DIC

Emboli cairan amnion yang disertai KID sering mengancam jiwa dan dapat menyebabkan

kematian. Gejala KID karena emboli cairan amnion yaitu gagal nafas akut, dan renjatan. Pada

sindrom mati janin dalam uterus yang lebih dari 5 minggu yang ditemukan KID pada 50%

kasus. Biasanya pada permulaan hanya KID derajat rendah dan kemudian dapat berkembang

cepat menjadi KID fulminan.Dalam keadaan seperti ini nekrosis jaringan janin, dan enzim

jaringan nekrosis tersebut akan masuk dalam sirkulasi ibu dan mengaktifkan sistem koagulasi

dan fibrinolisis,dan terjadi KID fulminan.

            Pada kehamilan dengan eklamsia ditemukan KID derajat rendah dan sering pada

organ khusus seperti ginjal dan mikrosirkulasi plasenta. Namun perlu diingat bahwa 10-15%

KID derajat rendah dapat berkembang menjadi KID fulminan. Abortus yang diinduksi

dengan garam hipertonik juga sering disertai KID derajat rendah, sampai abortus

komplet,namun kadang dapt menjadi fulminan.

            Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi sehingga

terjadi KID. Akibat hemolisis,sel darah merah (SDM) melepaskan adenosine difosfat (ADP)

atau membrane fosfolipid SDM yang mengaktifkan sistem koagulasi baik sendiri maupun

secara bersamaan dan menyebabkan KID. Pada septikimia KID terjasi akibat endotoksin atau

mantel polisakarida bakteri memulai koagulasi dengan cara mengaktifkan factor F XII

menjadi FXIIa,menginduksi pelepasan reaksi trombosit,menyebabkan endotel terkelupas

yang dilanjutkan aktivasi F XII men F X-Xia,dan pelepasan materi prokoagulan dari

granulosit dan semuanya ini dapat mencetuskan KID.Terakhir dilaporkan bahwa organism

gram positif dapat menyebabkan KID dengan mekanisme seperti endotoksin, yaitu mantel

bakteri yang terdiri dari mukopolisakarida menginduksi KID.

Page 8: Makalah DIC

Aktivitas KomplemenFDP

D.dimerKerusakan EndotelKompleks Ag-AbEndotoksinKerusakan JaringanKerusakan TrombositADPKerusakan Sel darah merahKolagen

AktivitasTromboplastinXIXIIaXIXIaFosfolipidX         XaTrombinPrekalikreinKolagenKalikreinKlinisPlasminPlasminogenProtrombinP.F. 12FibrinogenFibrin 

Page 9: Makalah DIC

E.     Gejala Klinis

Gejala klinis bergantung pada penyakit dasar,akut atau kronik,dan proses patologis yang

mana lebih utama,apakah akibat thrombosis mikrovaskular atau diathesis  hemoragik. Kedua

proses patologis ini menimbulkan gejala klinis yang berbeda dan dapat ditemukan dalam

waktu yang bersamaan.

Perdarahan dapat terjadi pada semua tempat. Dapat terlihat sebagai petekie,

ekimosis,perdarahan gusi,hemoptisis,dan kesadaran yang menurun sampai koma akibat

perdarahan otak. Gejala akibat thrombosis mikrovaskular dapat berupa kesadaran menurun

sampai koma,gagal ginjal akut,gagal napas akut dan iskemia fokal,dan gangrene pada kulit.

Mengatasi perdarahan pada KID sering lebih mudah daripada mengobati akibat thrombosis

pada mikrovaskular yang menyababkan gangguan aliran darah,iskemia dan berakhir dengan

kerusakan organ yang menyebabkan kematian.

F.      Komplikasi

-          Acute respiratory distress syndrome (ARDS)

-          Penurunan fungsi ginjal

-          Gangguan susunan saraf pusat

-          Gangguan hati

-          Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahan

-          Peningkatan enzyme jantung : ischemia, aritmia

-          Purpura fulminan

-          Insufisiensi adrenal

-          Lebih dari 50% mengalami kematian

G.    Insiden

Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:

Page 10: Makalah DIC

-          Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai komplikasi,

dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah

-          Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang menyebabkan

terjadinya aktivasi pembekuan

-          Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.

Orang-orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC:

-          Penderita cedera kepala yang hebat

-          Pria yang telah menjalani pembedahan prostat

-          Terkena gigitan ular berbisa.

H.    Diagnosis Laboratorium

Karena rumitnya patofisiologi KID,hasil laboratorium yang di dapat sangat bervariasi. Rumit

dan sukar diinterpretasi jika patofisiologi tidak jelas dimengerti dan pemeriksaan yang

dilakukan tidak cukup. Tetapi jika pemeriksaan yang diminta cukup dan interpretasi tepat

akan dapat memberikan criteria diagnosis yang objektif. Saat ini banyak metode baru

tersedia,untuk uji laboratorium klinis yang memudahkan pemeriksaan pasien dengan KID.

Dibawah ini dijelaskan laboratorium yang objektif yang diperlukan untuk diagnosis

KID,yang didasarkan atas pengetahuan patofisiologi KID.

PEMERIKSAAN HEMOSTASIS pada KID

a)      Masa Protombin

Masa protrombin bias abnormal pada KID, dapat disebabkan beberapa hal. Karena masa

protrombin yang memanjang bisa karena hipofibrinogenemia, gangguan FDP pada

polimerisasi fibrin monomer dan karena plasmin menginduksi lisis faktor V dan faktor IX.

Masa protrombin ditemukan memanjang  pada 50-75% pasien KID sedang pada kurang 50%

pasien bias dalam batas normal atau memendek. Normal atau memendeknya masa

protrombin ini terjadi karena (1) beredarnya faktor koagulasi aktif seperti trombin atau F Xa

yang dapat mempercepat pembentukan fibrin, (2) hasil degradasi awal dapat mempercepat

pembekuan oleh thrombin atau sistem pembekuan gel yang cepat. Masa protrombin

umumnya kurang bermanfaat dalam evaluasi KID.

b)      Partial Thrombin Time (PTT)

PTT diaktifkan seharusnya juga memanjang pada KID fulminan karena berbagai sebab

sehingga parameter ini lebih berguna pada masa protrombin. Plasmin menginduksi

biodegradasi F V, VIII, IX dan XI, yang seharusnya juga menyebabkan PTT memanjang.

Page 11: Makalah DIC

Selain itu sama halnya dengan masa protrombin, PTT juga akan memanjang bila kadar

fibrinogen kurang dari 100 mg%.

PTT juga memanjang pada KID  Karena pada FDP menghambat polimerisasi fibrin

monomer. Namun PTT yang memanjang dapat ditemukan pada 50-60% pasien KID, dan oleh

sebab itu PTT yang normal tak dapat dipakai menyingkirkan KID. Mekanisme terjdinya PTT

normal atau memendek pada 40-50% pasien KID sama seperti pada masa protrombin.

c)      Kadar Faktor Pembekuan

Pemeriksaan kadar faktor pada pembekuan memberikan sedikit informasi yang berarti pada

pasien KID. Sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya pada kebanyakan pasien KID

fulminan faktor pembekuan yang aktif beredar dalam sirkulasi terutama F Xa, IXa dan

trombin. Pemeriksaan faktor yang didasarkan atas standar PTT dan masa protrombin dengan

teknik menggunakan difisiensi substrat akan memberikan hasil yang tidak dapat

diinterpretasi. Sebagai contoh jika F VIII diperiksa dengan pasien KID dengan disertai

peningikata F Xa, jelas F VIII yang dicatat akan tinggi karena dalam uji sistem F Xa melintas

kebutuhan F VIII sehingga terjadi perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan cepat dengan

waktu yang dicatat dalam kurva standar pendek, dan ini akan diinterpretasi sebagai kadar F

VIII yang tinggi.

d)     FDP

Kadar FDP akan meningkat pada 85-100% kasus KID. Hasil degradasi ini akibat

biodegradasi fibrinogen atau fibrin oleh plasmin, jadi secara tidak langsung menunjukkan

bahwa jumlah plasmin melebihi jumlah normal dalam darah. Tes protamin sulfat atau etanol

biasanya positif bila dalam sirkulasi darah ada fibrin monomer soluble. Tetapi sama sepert

FDP, tes ini bukan sebagai sarana diagostik, karena fibrin monomer soluble juga terlihat pada

situasi klinis lain, sama seperti pada situasi klinis lain, seperti pada wanita dengan kontrasepsi

oral, pasien dengan emboli paru, pada beberapa pasien infark miokard, pasien dengan

penyakit ginjal tertentu, pasien dengan thrombosis vena atau arteri, dan pasien dengan

tromboemboli.

e)      D- Dimer

suatu test terbaru untuk KID adalah D-Dimer.D-Dimer merupakan hasil degradasi fibrin ikat

silang yaitu fibrinogen yang diubah menjadi fibrin kemudian diaktifkan oleh factor XIII. Dari

periksaan atau tes yang paling banyak dilakukan untuk menilai KID. D-Dimer tamapaknya

merupakan tes yang paling dapat dipercaya untuk menilai kemungkinan KID, Menunjukkan

adanya D-Dimer apnormal pada 93% kasus, kadar AT III apnorml pada 89% kasus, kadar

fibri nopeptida apnormal pada 88% kasus, dan titer FDP abnormal pada 75 % kasus.

Page 12: Makalah DIC

Kadang-kadang titer FDP dan reaksi para koagulasi dapat negative pada KID. Hal ini

disebabkan pada KID akut jumlah plasmin yang beredar sngat banyak dan fibrinolisis

sekunder mengakibatkan degradasi Fragmen D & E, padahal fragmen inilah yang dideteksi

sebagai FDP. Selain itu penglepasan protease granulosid, kolagenase dan elastase yang

berlebihan dapat juga mengakibatkan dekradasi pada semua sisa fragmen D & E dan

akhirnya memberikan hasil FDP negative. Jadi FDP yang negative belum dapat

menyingkirkan diagnosis KID. Dengan tersedianya pemeriksaan D-Dimer, pemeriksaan FDP

dan tes protamin sulfat menjadi terbatas perannya dalam mendiagnosis KID.

f)       Plasmin

Pemeriksaan system fibrinolisis yang tersedia sekarang dalam laboratorium klinis yang

berguna pada KID yaitu pemeriksaan plasminogen dan plasmin. Fibrinolisi sekunder

merupakan respon tubuh untuk mencegah thrombosis, dalam upaya tubuh menghindarkan

kerusakan organ yang ireversibel pada pasien dengan KID. Jika terjadi gangguan system

fibrinolisi, morbiditas dan mortalitas akan meningkat sebagai akibat terjadinya kerusakan

organ. Aktivasi system fibrinolisis dapat dinilai dengan mengukur kadar plasminogen dan

plasmin dengan teknik subtract sintesis. Masa lisis euglobulin memberikan sedikit atau

kurang bermanfaat untuk menilai system fibrinolisis pada KID.

g)      Trombosit

Trombositopenia khas pada KID. Jumlah trombosit bervariasi mulai dari yang paling rendah

2000-3000 sampai lebih dari 100000/mm3. Pada kebanyakan pasien KID trombosit yang

diperiksa dalam sediaan apus dari tepi pada umumnya jumlahnya rata-rata 60.000/mm3.

Uji fungsi trombosit seperti masa perdarahan, agregasi trombosit biasanya terganggu pada

KID. Gangguan ini disebabkan FDP menyelubungi membran trombosit. Jadi tidak ada  alasan

dan tidak perlu melakukan uji fungsi trombosit pada KID. Factor 4 trombosit (PF4) dan β -

tromboglobulin merupakn petanda terjadinya reaktivasi dan penglepasan trombosit, dan

biasanya meningkat pada KID. Bila pada KID kadar PF4 dan β-tromboglobulin meningkat

dan kemudian menurun sesudah pengobatan , hal ini menunjukkan pengobatan berhasil.

Meningkatnya PF4 dan β- tromboglobulin pada KID selain merupakan bukti tidak langsung

adanya aktivitas prokoagulan, juga bermanfaat dalam pemantauan pengobatan.

Diagnosis laboratorium KID dapat dibagi dalam 4 kelompok : (1) aktifasi system

prokoagulan, (2) aktivasi system fibrinolisis, (3) konsumsi penghambat,(4) kerusakan atau

kegagalan organ.

Page 13: Makalah DIC

1.      Aktivasi system prokoagulan meliputi, protrombin, fragmen  1+ 2, fibrinopeptida A,

Fibrinopeptida B, kompleks thrombin – anti thrombin (TAT), dan D-Dimer. semuanya ini

meningkatkan pada KID.

2.      Aktivasi system fibrinolisis meliputi D-Dimer, FDP, Plasmin dan plasmin antiplasmin

kompleks (PAP), semuanya meningkat pada KID.

3.      Konsumsi penghambat ada yang menimgkat dan ada yang menurun. Yang meningkat :

kompleks TAT, kompleks PAP. Yang menurun L anti thrombin α2 antiplasmin, heparin,

kofaktor II, protein C & S.

4.      Kerusakan ataau kegagalan organ. Yang meningkat adalah laktat dehidrogenase, kreatinin,

dan menurun pH dan PaO2.

Untuk menentukan diagnosis KID berdasarkan criteria laboratorium tersebut diperlukan satu

kelainan dari kelompok 1,2 dan 3, sedang kelompok 4 diperlukan 2 kalainan. Dari data

tersebut diatas terlihat bahwa D-Dimer merupakan pemeriksaan yang paling penting dalam

menentukan diagnosis KID.

System skor KID didasarkan atas nilai uji laboratorium ke 4 kelompok tersebut diatas,

ditambk keadaan klinis dan hemodinamik pasien. Nilai skor KID didapat dari hasil 100 di

kurangi jumlah nilai seluruh kolom. Berdasarkan nilai skor maka sejak permulaan dapat

ditentukan derajat beratnya KID.

Kriteria derajat berat KID :

1.      Skor > 90, KID tidak mungkin

2.      Skor 75-89 KID ringan

3.      Skor 50- 79 KID sedang

4.      Skor < 49 KID berat

Pemakaian system skor ini bermanfaat dalam perawatan pasien rutin untuk menilai manfaat

pengobatan pada KID walaupun pencetusnya (penyakit dasarnya ) berbeda. Manfaat skor

dalam menilai dan menentukan pengobatan:

1.   Ada respon pengobatan.skor bertambah 10 atau lebih dalam 48 jam. KID ada perbaikan. N

Pengobatan dengan anti koagulan diteruskan (Heparin atau AT III).

2.   KID menetap. Kenaikan skor ≤ 9 selama 48 jam KID menetap. antikoagulan (Heparin, AT

III) diteruskan.evaluasi 48 jam lagi.

3.   Terapi gagal. Skor berkurang selama 72 jam. Antikoagulan dihentikan, demikian juga

pengobatan subtitusi.

Page 14: Makalah DIC

I.       Penatalaksanaan

Mengenai pengobatan KID fulminan masih belum ada keseragaman dan kadang

kontrofersial.hal ini disebabkan,sangat sukar untuk melakukan percobaan pengobatan klinis

maupun penilaian hasil percobaan krna etiologi beragam dan beratnya KID juga

bervariasi.dalam pengobatan pasien ada 2 prinsip yang perlu diperhatikan,(1)

khusus:pengobatan KID bersifat individual atau kasus demi kasus,(2) umum:mengobati

pembekuan darah dalam,dan mengatasi perdarahan.

Walaupun masih controversial tetapi langkah pendekatan penatalaksanaan pada KID yang

disepakati sekarang ini sebagai berikut:

1.      Khusus pengobatan individu:mengatasi keadaan yang khusus dan yang mengamcam nyawa.

2.      Bersifat umum:

a.       Mengobati atau menghilangkan proses pencetus

b.      Menghentikan proses patalogis pembekuan intravascular.

c.       Terapi komponen atau substitusi

d.      Menghentikan sisa fibrinolisis.

Terapi Individu

Berhubung banyak macam penyakit yang mencetuskan KID dan derajat penyakit maupun

KID bervariasi,pengobatan kasus demi kasus perlu mendapat perhatian yang besar.Mungkin

hanya dengan pendekatan pengobatan etiologi saja untuk satu pasien sudah cukup

sedangpasien yang lain tidak.Atau pemberian heparin pada kasus yang stu sangat

diperlukan,sebaiknya pada kasus yang lain sama sekali tidak.Jadi harus selalu dilihat pada

setiap individu keuntungan dan keruggian suatu pengobatan.

Pengobatan harus didasarkan atas eteologi KID,umur,keadaan hemodinamik,tempat dan

beratnya pendarahan,tempat beratnya thrombus,dan gejala klinis yang ada hubungannya.

a.    Pengobatan factor pencetus

Pengobatan yang sangat penting pada KID fulminan yaitu mengobati secara progresif dan

menghilangkan penyakit pencetus KID. Dengan mengobati factor pencetus, proses KID dapat

dikurangi atau berhenti. Mengatasi renjatan, mengeluarkan janin mati, memberantai infeksi

(sepsis), dan mengembalikan volume dapat menghentikan proses KID

b.   Meghentikan koagulasi

Page 15: Makalah DIC

Menghentikan atau menghambat proses koagulasi dapat dapat dilakukan dengan memberikan

antikoagulan misalkan heparin.

Indikasi pemberian heparin:

-       Bila penyakit dasar tidak dapat dihilangkan dalam waktu yang singkat

-       Pasien yang masih disertai perdarahan walaupun penyakit dasar sudah dihilangkan. Hal ini

karena KID sendiri menggangu proses koagulasi.

-       Bila ada tanda/ditakutkan terjadi thrombosis dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal hati,

sindrom gagal nafas.

Cara pemberian heparin klasik pada KID dimulai dengan dosis permulaan 100-200π/kgBB

intravena dan dosisi selanjutnya ditentukan berdasarkan APTT atau masa pembekuan (MP)

yang diperiksa 2-3 jam sesudah pemberian heparin. Target APTT 1,5-2,5 kali control atau

masa pembekuan (MP) 2-3 kali control. Bila APTT kurang dari 1,5 kali control atau MP

kurang dari 2 kali control, dosis heparin dinaikkan. Bila lebih dari 2,5 kali APTT control atau

MP lebih dari 3 kali control  maka diulang 2 jam. Kemudian bila APTT atau MP tetap lebih

dari 2,5-3 kali control maka dosis dinaikkan sedangkan bila kurang, dosis diturunkan.

Heparin diberikan tiap 4-6 jam dan dosis diberikan berkisar 20.000-30.000 µ/hari.

c.    Terapi subtitusi

Bila perdarahan masih berlangsung terus sesudah mengobati penyakit dasar dan sesudah

pemberian antikoagulan kemungkinan penyebabnya adalah penurunan komponen darah yaitu

kekurangan factor pembekuan. Untuk  ini dapat diberikan plasma beku segar (Fresh frozen

plasma) atau kriopresipitat. Bila trombosit turun sampai 25.000 atau kurang pemberian

trombosit konsentrat perlu diberikan.

d.   Antifibrinolisis

Antifibrinolisis seperti asam traneksamik atau epsilon amino caproic acid (EACA) hanya

diberikan bila jelas thrombosis tidak ada dan fibriolisis yang sangat nyata. Antifibrinolisis

tidak diberikan bila KID masih berlangsung dan bahkan merupakan kontraindikasi

J.       Penyimpangan KDM

Page 16: Makalah DIC

Bab III

Pembahasan Konsep Keperawatan

A.    Pengkajian

1.      kaji adanya faktor predisposisi

a)      Septikemia

b)      Komplikasi obstetrik

c)      Sindrom distres pernapasan dewasa (ARDS)

Page 17: Makalah DIC

d)     Luka bakar berat dan luas

e)      Neoplasia

f)       Gigitan ular

g)      Penyakit hepar

h)      Bedah kardiopulmonal

i)        Trauma

2.      Pemeriksaan fisik

a)      Perdarahan

b)      Hematuria

c)      Rembesan darah dari pungsi vena dan luka

d)     Epistaksis

e)      Perdarahan GI track

f)       Kerusakan perfusi jaringan serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, atau

sakit kepala.

g)      Ginjal : penurunan pengeluaran urine

h)      Paru-paru : dispnea, ortopnea

i)        Kulit : akrosianosis (ketidakteraturan bentuk bercak sianosis pada lengan perifer atau kaki.

a)      Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan perfusi jaringan yang b/d perdarahan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan dapat adekuat.

Intervensi dan rasional

Intervensi Rasional

1.      Pantau Hasil pemeriksaan koagulasi,

tanda-tanda vital dan perdarahan baru.

1.      Untuk mengidentifikasi indikasi

kemajuan atau penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

Page 18: Makalah DIC

2.      Waspadai perdarahan

3.      Jelaskan tentang semua tindakan yang

diprogramkan dan pemeriksaan yang

akan dilakukan

4.      .Lakukan pendekatan secara tenang dan

beri dorongan untuk bertanya serta

berikan informasi yang dibutuhkan

dengan bahasa yang jelas

.

5.      Kolaborasi pemberian

-    Terapi heparin : perhatikan

pembentukan tanda-tanda antibodi

antitrombosit oleh penurunan tiba-tiba

dari jumlah trombosit

-    Berikan transfusi darah sesuai dengan

prosedur dan evaluasi dengan ketat

terhadap menifestasi reaksi transfusi.

Hentikan transfusi bila terjadi reaksi.

2.      untuk meminimalkan potensial

perdarahan lanjut.

3.      pengetahuan tentang apa yang

diharapkan membantu mengurangi

ansietas

4.      Pemecahan masalah sulit untuk orang

yang cemas, karena ansietas merusak

belajar dan persepsi. Penjelasan yang

jelas dan sederhana paling baik untuk

dipahami. Istilah medis dan

keperawatan dapat membingungkan

klien dan meningkatkan ansietas.

5.      Bila penyakit primer diatasi, tujuan

tindakan tambahan adalah untuk

mengontrol perdarahan dan

memperbaiki kadar faktor pembekuan

yang normal. Transfusi darah mungkin

diperlukan untuk menggantikan faktor-

faktor pembekuan dan memperbaiki

anemia yang dapat terjadi pada

kehilangan darah berlebihan.

2.      Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi

Tujuan : Hipertermi dapat diatasi dengan criteria hasil:

a)      Pasien mengeluh tubuhnya tidak panas lagi

b)      Suhu tubuh normal

Page 19: Makalah DIC

c)      Akral tidak teraba panas

d)     Tidak teraba distensi abdomen

Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional

Mandiri

1.      Pantau suhu tubuh pasien pada periode

akut tiap 1 jam.

2.      Beri Kompres hangat

Kolaborasi:

1.      Berikan obat penurun panas non alcohol

dan non kafein sesuai resep

Mandiri

1.Mendeteksi tingkat penyebaran peradangan.

2.      Dapat membantu mengurangi demam

Kolaborasi:

1.       Menurunkan panas melalui

responpersarafan pusat (hipotalamus)

3.      Resiko intoleransi Aktivitas b/d penurunan suplai O2

Intervensi dan rasional

Intervesi Rasional

1.   Kaji kemampuan pasien untuk

melakukan tugas

2.   Awasi TD, nadi, pernafasan, selama dan

sesudah aktivitas.

3.   Berikan lingkungan tenang. Pertahankan

tirah baring bila diindikasikan.

1.       Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan

2.       Manifestasi kardiopulmonal dari upaya

jantung dan paru utnuk membawa jumlah

O2 adekuat ke jaringan.

3.       Meningkatkan istirahat untuk

menurunkan kebutuhan oksigen tubuh.

4.       Meningkatkan secara bertahap aktivitas

Page 20: Makalah DIC

4.   Rencanakan kemajuan aktivitas dengan

pasien.

sampai normal.

4.      Nyeri

Tujuan :

Intervensi dan rasional

Nyeri hilang atau terkontrol.

Kriteria hasil :

1)      Mengungkapkan nyeri hilang

2)      Menyatakan metode yang memberikan pengurangan

Intervensi

Intervensi Rasional

1.   Kaji tingkat nyeri pasien.

2.   Mempertahankan tirah baring selama

fase akut

3.   Kurangi aktifitas yang berlebihan

4.   Bantu pasien dalam aktifitas sesuai

kebutuhan

1.     Tingkat nyeri dapat mempengaruhi

tingkah laku pasien dan proses

pengobatan

2.     Meningkatkan relaksasi terhadap

seluruh organ yang bersangkutan.

3.     Aktifitas yang berlebihan dapat

meningkatkan tekanan vaskuler

4.     Mencegah komplikasi dalam

hubungannya dengan sakit kepala

Page 21: Makalah DIC

Bab IV

Penutup

A.    Kesimpulan

Penyakit Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) atau yang lebih dikenal sebagai

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu gangguan pembekuan darah

yang didapat, berupa kelainan trombohemoragic sistemik yang hampir selalu disertai dengan

penyakit primer yang mendasarinya. Karakteristik ditandai oleh adanya gangguan hemostasis

yang multipel dan kompleks berupa aktivasi pembekuan darah yang tidak terkendali dan

fibrinolisis (koagulopati konsumtif). DIC merupakan salah satu kedaruratan medik, karena

mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera.

Penyebab DIC dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan akut atau kronis . DIC pun dapat

merupakan akibat dari kelainan tunggal atau multipel. DIC paling sering disebabkan oleh

kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis bacterial.

Patofisiologi dasar DIC adalah terjadinya Aktivasi system koagulasi (consumptive

coagulopathy), Depresi prokoagulan, efek Fibrinolisis

Page 22: Makalah DIC

DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia.

Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah

gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ, dan perdarahan.

percobaan pengobatan klinik maupun penilaian hasil percobaan karena etiologi beragam dan

beratnya DIC juga bervariasi. Yang utama adalah mengetahui dan melakukan pengelolaan

penderita berdasarkan penyakit yang mendasarinya dan keberhasilan mengatasi penyakit

dasarnya akan menentukan keberhasilan pengobatan.

B.     Saran

Mengetahui DIC harus sedini mungkin agar tidak menyebabkan akibat buruk seperti

kematian dan tenaga kesehatan harus memberi penyuluhan tentang penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

Gofir Abdul. 2003. Diagnosa dan Terapi kedokteran. Salemba Medika: Jakarta

Suyono Selamet. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi ketiga.Balai Penerbit FKUI:

Jakarta

Dianec Buughman. 1997. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta 

Baker WF. 1989. Clinical of disseminated intravascular coagulation syndrome. Balai Penerbit

FKUI: Jakarta

 Http:www.google.com

Diposkan oleh Adriyanii Puji Lestarii di 20:55

zz