referat dic pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

23
REFERAT Disseminated Intravascular Coagulation pada Kehamilan Pembimbing: dr. Astrid Padang, Sp.OG Oleh : Alvin Johan 2014-061-047 Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kebidanan & Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta 2016

Upload: alvinjohan31

Post on 12-Jul-2016

88 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

REFERAT

Disseminated Intravascular Coagulation pada Kehamilan

Pembimbing: dr. Astrid Padang, Sp.OG

Oleh :

Alvin Johan 2014-061-047

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kebidanan & Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia

Atma Jaya Jakarta

2016

Page 2: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.......................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2

2.1 Definisi Disseminated intravascular coagulation …………………..... 2

2.2 Perubahan sistem hemostasis selama kehamilan …………………… 2

2.2.1 Koagulasi dan fibrinolisis ......................................................... 2

2.2.2. Perubahan trombosit ................................................................. 3

2.2.2. Protein regulator ....................................................................... 3

2.3 Disseminated intravascular coagulation pada kehamilan ……….. 4

2.3.1. Epidemiologi ................................................................................ 4

2.3.2. Etiologi ......................................................................................... 4

2.3.2.1 DIC yang disebabkan abruptio plasenta/ plasenta previa ...... 5

2.3.2.2 DIC karena perdarahan postpartum ……………………. 5

2.3.2.3 DIC pada preeklamsia dan sindrom HELLP ......................... 6

2.3.2.4 DIC akibat perlemahan hati akut pada kehamilan................. 7

2.3.2.5 karena abortus sepsis atau infeksi intrauterin ........................ 7

2.3.2.6 DIC yang disebabkan kematian janin intrauterin .................. 8

2.3.2.7 DIC karena emboli cairan ketuban ........................................ 8

2.3.3 Diagnosis DIC .............................................................................. 9

2.3.3.1 Manifestasi klinis DIC............................................................. 9

2.3.3.2 Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis DIC ..................... 10

2.3.3.2.1 Prothrombin dan partial thromboplastin time .............. 10

2.3.3.2.2 Hitung trombosit........................................................... 11

2.3.3.2.3 Pemeriksaan jalur prokoagulan .................................... 11

2.3.3.2.4 Pemeriksaan jalur fibrinolitik ....................................... 12

2.3.3.3 Sistem skoring untuk diagnosis DIC ............................... 12

2.3.4 Tatalaksana DIC pada kehamilan ………………………….….. 15

2.3.4.1 Pemberian produk darah ………………………………... 15

2.3.4.2 Pemberian antikoagulan …………………………….…… 16

2.3.4.3 Tatalaksana perdarahan masif …………………………… 17

Page 3: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

ii

BAB III KESIMPULAN....................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19

Page 4: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini perdarahan obstetrik tetap menjadi penyebab utama tingginya angka

mortalitas ibu diseluruh dunia. Salah satu kondisi terkait kehamilan yang menyebabkan

terjadinya perdarahan dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi ini adalah Disseminated

intravascular coagulation (DIC). Pertama kali dideskripsikan oleh Joseph DeLee pada tahun

1901 sebagai suatu keadaan dimana terdapat kecenderungan untuk terjadi perdarahan yang

mengikuti abruptio plasenta. DIC memiliki manifestasi klinis yang luas, mulai dari

thrombosis intravaskular yang bisa saja tidak disadari, kerusakan mikrovaskular, sampai

terjadinya gagal organ dan perdarahan tidak terkontrol. Hal yang menarik disini adalah DIC

selalu terjadi sebagai gangguan sekunder yang menyertai suatu kelainan klinis tertentu..

Berbagai penelitian memperkirakan bahwa insidensi DIC pada seluruh kehamilan

diperkirakan sekitar 3-10 kasus per 100.000 kelahiran. DIC juga dapat menimbulkan

histerektomi post partum, transfusi darah, dan acute tubular necrosis dengan tingkat

morbiditas 6-24%.Deteksi dini DIC penting sehingga tatalaksana untuk kondisi yang

mengancam jiwa ini dapat dilakukan sesegera mungkin.3,

4

Saat ini penegakkan diagnosis DIC masih cukup sulit dilakukaan karena luasnya

gejala klinis yang dapat muncul serta tidak adanya pemeriksaan laboratorium tunggal,

sehingga untuk diagnosis DIC sat ini digunakan sistem skoring dari the international society

ont thrombosis and hemostasis (ISTH). Sayangnya sistem skoring ini masih belum

mempertimbangkan perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh ibu hamil, sehingga masih

perlu dilakukan beberapa modifikasi agar dapat mendeteksi DIC dengan tepat pada popualsi

obstetric. Saat ini tatalaksana DIC pada kehamilan berupa penanganan pada penyakit obsterik

yang menyebabkan terjadinya DIC sambil disertai terapi suportif seperti pemberian produk

darah dan pemberian agen antikoagulan.5,

6

Page 5: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Disseminated intravascular coagulation

Disseminated intravascular coagulation (DIC) merupakan suatu sindrom dengan

karakterisik aktivasi sistemik sistem pembekuan darah, sehingga terjadi thrombosis pada

pembuluh darah berukuran kecil dan sedang di seluruh tubuh. 1, 2

Thrombosis menyeluruh ini

dapat mengganggu supply darah ke berbagai organ dan dapat menyebabkan gagal organ.

Proses thrombosis patologis ini juga diasosiasikan dengan meningkatnya degradasi faktor

koagulasi dan protein antikoagulasi yang diikuti dengan gangguan sintesis faktor-faktor

tersebut sehingga akhirnya dapat terjadi perdarahan karena proses koagulopati konsumtif.3, 4,

5 DIC muncul ketika proses hemostasis yang seharusnya terkontrol dengan baik menjadi

terganggu karena satu dan lain hal. Akibat gangguan kontrol hemostasis ini respons koagulasi

yang awalnya bersifat protektif bagi tubuh manusia, berubah menjadi respons maladaptif

dengan berbagai konsekuensi patologis.6

2.2 Perubahan sistem hemostasis selama kehamilan

Selama kehamilan, kondisi prothrombotik menjadi lebih aktif dibandingkan

fibrinolisis, perubahan ini diduga berperan sebagai proteksi alami tubuh terhadap perdarahan

yang terjadi ketika persalinan dan sesudah persalinan.

2.2.1 Koagulasi dan fibrinolisis

Kehamilan normal diasosiaskan dengan peningkatan kadar fibrinogen, faktor VII,

VIII, X, dan Von Willebrand factor (VWF). Konsentrasi fibrinogen plasma meningkat

sekitar 50% . Rata-rata konsentrasi fibrinogen plasma yang normalnya sekitar 300mg/dL

meningkat menjadi sekitar 500mg/dL pada akhir kehamilan. Peningkatan konsentrasi

fibrinogen ini menyebabkan peningkatan laju endap darah pada bu hamil. Kenaikan

faktor VII dideteksi mencapai >200% dibandingkan kadar normal selama kehamilan.

Peningkatan faktor faktor protrhombotik ini dimediasi oleh aktivitas sel trofoblas

plasenta dan pelepasan fosfolipid plasenta.6 Perubahan konsentrasi faktor koagulasi

selama kehamilan juga dapat ditemukan pada wanita tidak hamil yang menggunakan

kontrasepsi tablet esterogen dan progesteron.7 Penanda lain yang menunjukkan

terjadinya kondisi hiperkoagulasi adalah peningkatan konsentrasi kompleks thrombin-

Page 6: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

3

antithrombin (TAT) dan fragmen prothrombin.8 Konsentrasi plasminogen memang

ditemukan meningkat selama kehamilan, tapi hal ini juga disertai dengan peningkatan

konsentrasi plasminogen activator inhibitor 1 dan 2 (PAI-1 dan PAI-2). Peningkatan

PAI-1 dan PAI-2 ini akan menurunkan aktivitas plasmin selama kehamilan dan baru

akan kembali normal sesudah kehamilan.7 Produksi thrombin juga ditemukan meningkat

selama kehamilan dan baru akan kembali ke konsentrasi normal 1 tahun sesudah

kehamilan. Dalam wanita hamil normal, biarpun terjadi peningkatan ekspresi faktor

pembekuan darah seperti yang disebutkan diatas, tapi tidak terjadi peningkatan waktu

pembekuan darah yang signifikan. Diduga kondisi prothrombotik selama kehamilan ini

juga disertai dengan peningkatan konsentrasi plasminogen dan menurunnya konsentrasi

plasmin inhibitor, α2 antiplasmin yang berperan sebagai mekanisme kontrol untuk

mempertahankan fungsi hemostasis yang normal.

2.2.2 Perubahan Trombosit

Kehamilan normal juga melibatkan perubahan pada trombosit. Jumlah trombosit

menurun sekitar 10% selama kehamilan (jumlah hitung trombosit rata-rata pada wanita

hamil sekitar 213.000/µL dibandingkan dengan 250.000/µL pada wanita yang tidak

hamil. Penurunan jumlah trombosit pada ibu hamil ini terjadi karena efek hemodilusi

akibat peningkatan volume plama darah pada ibu hamil. Selain karena efek hemodilusi,

terjadi peningkatan aktivasi trombosit, sehingga proporsi trombosit muday nag tampak

lebih besar meningkat. Ada penelitian yang menemukan bahwa produksi thromboxane

A2 yang dapat memicu agregasi trombositmeningkat pada trimester kedua kehamilan.

Penurunan jumlah trombosit ini terlihat paling jelas saat memasuki trimester ketiga dan

biasanya kembali ke nilai normal 6 minggu sesudah persalinan.7,

9

2.2.3 Protein Regulator

Ada beberapa protein yang berperan sebagai inhibitor koagulasi alami dalam

tubuh, seperti protein C, protein S, dan antithrombin. Activated protein C, bersamaan

dengan protein S (kofaktor) dan faktor V berperan sebagai antikoagulan dengan

menetralisir faktor Va dan faktor VIIIa yang merupakan faktor prokoagulan. Selama

kehamilan, resistensi terhadap activated protein C meningkat secara progresif yang

diikuti dengan penurunan konsentrasi protein C teraktivasi, penurunan jumlah protein S,

konsentrasi faktor VIII juga ditemukan meningkat pada ibu hamil. Konsentrasi

antithrombin relatif konstan sepanjang kehamilan.7 Konsentrasi protein S menurun

Page 7: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

4

sejak trimester pertama dan kedua dan kemudian tetap stabil sepanjang trimester ketiga.

Resistensi terhadap activated protein C diduga terjadi karena peningkatan aktivitas faktor

VIII atau menurunnya aktivitas protein S. 7, 8

2.3 Disseminated intravascular coagulation pada kehamilan

Sejak tahun 1901 kondisi thrombohemoragic sudah diamati dan dilaporkan terjadi pada

berbagai komplikasi kehamilan seperti abruptio plasenta, intrauterine fetal death, embolisme

cairan amnion, atau aborsi septik. Kehamilan normal memang diasosasikan dengan aktivasi

sistem koagulasi tetapi berbagai komplikasi kehamilan tadi dapat memperberat respons

prokoagulasi yang kemudian dapat mengganggu keseimbangan hemostasis dan menyebabkan

kondisi patologis serius. 4

2.3.1 Epidemiologi

Karena definisi yang digunakan diberbagai negara masih berbeda dan DIC dapat

terjadi dalam berbagai tingkat keparahan, maka menentukan insidensi DIC yang pasti

pada wanita hamil masih sulit dilakukan. 7 Insidensi DIC pada kehamilan di Negara barat

diperkirakan sekitar 3-10 kasus per 100.000 kelahiran. Abruptio placenta muncul pada

sekitar 0,2-0,% kehamilan tetapi hanya 10% dari kasus ini yang diasosiasikan dengan

DIC.4 Mortalitas ibu terkait DIC diperkirakan sekitar 6-24%. Morbiditas maternal yang

terkait dengan DIC pada kehamilan berupa histerektomi postpartum, transfusi darah

masif, dan acute tubular necrosis.1

2.3.2 Etiologi

Penyakit apapun yang dapat meningkatkan kadar faktor prothrombosis,

menurunkan faktor antikoagulan , menyebabkan disfungsi endotel, atau mengganggu

proses fibrinolisis dapat menyebabkan terjadinya DIC.10

Penyebab DIC dalam bidang obstetrik biasanya berupa:1,

3, 6,

8

1. abruptio plasenta / plasenta previa; (37%)

2. perdarahan postpartum (29%);

3. pre-eklamsi, dan sindrom HELLP (14%);

4. perlemakan hati akut pada kehamilan (acute fatty liver of pregnancy) (8%);

5. emboli cairan ketuban(6%);

6. abortus septik dan infeksi intrauterine (6%);

7. kematian janin intrauterine (<1%);

Page 8: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

5

2.3.2.1 Disseminated intravascular coagulation yang disebabkan oleh abruptio

plasenta / plasenta previa

Abruptio plasenta merupakan penyebab tersering DIC pada bidang obstetrik,

atau bahkan dalam dunia kedokteran.7 Lepasnya plasenta secara mendadak pada

abruptio plasenta menyebabkan lepasnya faktor prokoagulan kedalam sirkulasi

maternal, menyebabkan terjadinya akativasi sistem koagulasi intravaskular. Hipoksia

dan hipovolemia dapat memicu respons endotel yang berupa peningkatan ekspresi

vascular endothelial growth factor (VEGF) yang kemudian meningkatkan ekspresi

endothelial tissue factor (TF).8 Peningkatan ekspresi TF dan thromboplastin ini

menyebabkan konsumsi dari faktor-faktor koagulasi, deposisi fibrin di sirkulasi mikro,

dan juga pembentukan thrombus pada permukaan desidual maternal pada lokasi

lepasnya plasenta. Sebagai dampak koagulasi intravaskular ini, maka terjadi aktivasi

plasminogen menjadi plasmin yang kemudian akan menghancurkan mikroemboli fibrin

untuk mempertahankan patensi mikrovaskular. Kebanyakan wanita dengan abruption

plasenta akan memiliki gangguan koagulasi intravaskular. Pada kasus abruption

plasenta yang cukup parah sampai menyebabkan kematian fetus, konsentrasi produk

degradasi fibrinogen-fibrin dan D-dimers ditemukan meningkat meskipun secara klinis

kuantifikasi ini tidak terlalu berguna.7,

8

Produk degradasi fibrin seperti D-dimer ini seringkali meningkat saat kehamilan

normal, dan masih belum ada penelitian yang menentukan nilai normal produk

degradasi fibrin ini pada wanita hamil sehingga penggunaan perhitungan konsentrasi

produk degradasi fibrin ini dianggap kurang bisa diandalkan untuk keperluan diagnosis

pada wanita hamil.11

Koagulasi konsumtif lebih mungkin terjadi dengan abruptio

tertutup (concealed abruption) karena tekanan intrauterinnya lebih tinggi sehingga

mendorong thromboplastin masuk kedalam vena-vena besar yang jadi tempat aliran

darah balik dari lokasi implantasi. Dengan abruption parsial dengan fetus hidup,

gangguan koagulasi parah jarang ditemukan.7

2.3.2.2 Disseminated intravascular coagulation karena perdarahan postpartum

Perdarahan postpartum masif didefiniskan dengan kehilangan darah >1500 ml.

PErdarahan sebanyak ini cukup sering ditemui pada wanita hamil dengan plasenta

previa, abruptio placenta, atau karne trauma operasi. Insidensi DIC karena perdarahan

masif dalam bidang obstetri sebesar 0,15% sampai 1,5%. Perdarahan menyebabkan

shock hipovolemik, diikuti dengan hipoksia. Hipoksia melepaskan TF yang kemudian

Page 9: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

6

mengaktivasi jalur koagulasi. Terjadi deposisi fibrinogen di pembuluh darah kecil yang

disertai pemecahannya menjadi produk degradasi fibrinogen. Terbentuknya produk

degradasi fibrinogen ini menstimulasi fibrinolisis. Perdarahan yang banyak juga

mengurangi konsentrasi faktor koagulasi dalam darah. Pasien dengan perdarahan post

partum harus ditangani sebagai faktor dengan risiko tinggi untuk mengalami DIC.

Pemberian tatalaksana yang tepat baik secara farmakologis, maupun pemberian produk

darah,atau cairan infus untuk mepertahankan sirkulasi ibu dapat mencegah terjadinya

DIC.3,

8

2.3.2.3 Disseminated intravascular coagulation pada preeklamsia dan sindrom

HELLP

Preeklamsia terjadi pada sekitar 5-8% kehamilan. Preeklamsi diduga terjadi

karena respons abnormal maternal terhadap plasentasi. DIC pada preeklamsia diduga

terjadi karena peningkatan tissue factor (TF) dari sel desidua. Peningkatan ini

dibuktikan dengan pewarnaan imunohistokimia pada lempeng desidua plasenta pada

kehamilan dengan preeklamsia. Selain peningkatan TF dapat juga terjadi penignkatan

VEGF pada preeklamsi berat. Peningkatan TF dan VEGF akan memicu aktivasi sistem

koagulasi. Peningkatan konsentrasi thrombomodulin dan fosfolipid prokoagulan

ditemukan pada serum darah wanita hamil dengan eklamsia. Aktivasi sistem koagulasi

ini juga diiukti oleh aktivasi jalur fibrinolitik, yang dibuktikan dengan konsentrasi PAI-

2 dalam plasma yang rendah dan meningkatnya konsumsi trombosit sehingga terjadi

trombositopenia.8

Sindrom HELLP sebuah sindrom dengan tiga gejala utama yaitu hemolysis,

peningkatan enzim hati, dan menurunnya jumlah trombosit. Diduga ada mediator

tertentu dari plasenta yang menyebabkan kondisi inflamasi akut pada sel endotel liver.

1Sebagian ahli menganggap sindrom HELLP termasuk dalam preeklamsi derajat berat

dan sebagian lainnya menganggap bahwa preeklamsia dan sindrom HELLP merupakan

dua kelainan berbeda dengan gejala klinis yang saling tumpang tindih. Sebanyak 15-

20% pasien dengan sindrom HELLP tidak memiliki hipertensi atau proteinuria. 12

Sindrom ini terjadi karena perkembangan dan fungsi plasenta yang terganggu sehinnga

terjadi iskemia pada plasenta. Kondisi iskemi ini kemudian memicu pelepasan berbagai

faktor mediasi yang menyebabkan disfungsi sel endotel. Disfungsi endotel ini

menyebabkan gangguan relaksasi otot polos vasukar, pelepasan vasokonstriktor, dan

aktivasi trombosit.

Page 10: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

7

Pada wanita dengan sindrom HELLP terjadi penurunan produksi fibrinogen

,faktor koagulan, dan juga penurunan produksi faktor antikoagulan, akan tetapi

perubahan komponen hemostasis tersebut diduga bukan penyebab utama terjadinya

DIC pada pasien dengan sindrom HELLP , karen DIC hanya terjadi pada sebagian

kecil pasien. Penyebab utama DIC pada pasien dengan sindrom HELLP diduga karena

anemia hemolitik mikro angiopati derajat berat. 3

2.3.2.4 Disseminated intravascular coagulation akibat perlemakan hati akut pada

kehamilan (acute fatty liver of pregnancy)

Sebenarnya perlemakan hati akut pada kehamilan merupakan kejadian yang

cukup jarang terjadi dan umumnya terjadi pada trimester ketiga kehamilan dengan

insidensi sekitar 11 – 14 kasus per 100.000 kehamilan. Meskipun jarang terjadi tetapi

dapat menyebabkan komplikasi kehamilan yang fatal. Keadaan ini dimulai dengan

infiltrasi lemak pada hepatosit melalui mikrovaskular yang diikuti oleh menurunnya

fungsi hati secara progresif tanpa mengganggu struktur hati. Penelitian menunjukkan

ada defek genetik pada oksidasi beta (beta oxidation) asam lemak yang merupakan

pathogenesis dari perlemakan hati akut ini. DIC pada keadaan ini disebabkan oleh

gangguan fungsi hati berat sehingga produksi fibrinogen maupun faktor koagulasi

lainnya menjadi berkurang. Defisiensi anti thrombin III juga dilaporkan terjadi pada

perlemakan hati akut pada kehamilan. DIC merupakan manifestasi klinis utama dalam

perlemakan hati pada kehamilan dan menunjukkan keparahan kerusakan hati. 1,

3,

8

2.3.2.5 Disseminated intravascular coagulation karena abortus sepsis atau infeksi

intrauterine

Abortus sepsis dan infeksi uterin postpartum dapat menyebabkan DIC dan

merupakan salah satu penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas maternal pada

negara berkembang. Pasien sepsis dengan DIC dapat mengalai gangguan sistem organ

karena terjadi gangguan thromboemboli seperti purpura fulminant atau deposisi fibrin

pada mikrovaskular. Selain gagal organ, secara klinis pasien juga dapat mengalami

perdarahan. Mekanisme terjadinya DIC pada kondisi sepsis ini karena pelepasan sitokin

inflamasi, terutama IL-6, IL-8, dan TNF yang kemudian mengaktivasi TF sehingga

jalur koagulasi menjadi teraktivasi. Hal ini disertai dengan inhibisi faktor antikoagulan

alami tubuh seperti AT, protein C, protein S, dan APC yang menyebabkan deposisi

fibrinogen pada mikrovaskular. Proses thrombosis yang terjadi secara diseminata ini

Page 11: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

8

akan semakin mengurangi konsentrasi faktor prokoagulan dan menyebabkan konsumtif

koagulopati. Konsentrasi plasminogen darah sempat meningkat sesaat, tetapi segera

menurun karena peningkatan kosentrasi PAI-1. Thrombositopenia juga dapat

ditemukan juga pada pasien dengan sepsis karena aktivasi trombosit oleh endotoksin

maupun oleh membran sel bakteri. Spesies bakteri tertentu seperti Staphylococcus

aureus, Streptococcus pneumonia, Streptococcus gordonii, dan Streptococcus sanguinis

dapat menyebabkan aktivasi trombosit dengan berikatan secara tidak langsung dengan

reseptor FcγRIIa pada membran trombosit dan mungkin merupakan penyebab DIC

pada pasien sepsis. 8,

13

2.3.2.6 Disseminated intravascular coagulation yang disebabkan kematian janin

intrauterin

Kematian janin intrauterine ditemukan pada <1% kehamilan. Biasanya

diasosiasikan dengan DIC yang terjadi secara kronis, dimana janin sudah mati dan tetap

berada dalam uterus selama lebih dari 5 minggu. DIC karena kematian janin

intrauterine ini juga kadang disebut sebagai fetal death syndrome. DIC ini terjadi

karena pelepasan thromboplastin dari janin yang mati yang kemudian menyebabkan

aktivasi trombosit ibu sehingga terjadi konsumsi fibrinogen yang berlebihan dalam

plasenta dan intravaskular ibu. Cairan ketuban yang diambil dari wanita dengan fetal

death syndrome memiliki konsentrasi tissue factor (TF) yang lebih tinggi.8

2.3.2.7 Disseminated intravascular coagulation karena emboli cairan ketuban

Emboli cairan ketuban merupakan kondisi klinis yang dapat terjadi ketika

proses persalinan sampai 48 jam post partum. Meskipun ada sejumlah kecil kasus yang

melaporkan kejadian emboli cairan ketuban selama periode antenatal. Gambaran

klinisnya berupa hipotensi, aritmia, sianosis, dyspnea, perubahan status mental, dan

perdarahan. Diperkirakan tingkat kematian maternal karena emboli cairan ketuban ini

sekitar 6-44%. 1,

8 Penyebab terjadinya DIC pada emboli cairan ketuban ini masih

kurang dipahami dengan baik. Emboli cairan ketuban terjadi karena terjadi robekan

pada membran fetus atau pada pembuluh darah uterus sehingga cairan ketuban masuk

kedalam sirkulasi maternal dan kemudian menyebabkan terjadinya vasopasme disertai

blokade pembuluh darah pulmoner. Kemudian terjadi gagal jantung kanan karena

ventrikel kanan tidak mampu memompa darah ke paru, yang segera diikuti gagal

jantung kiri karena ventrikel kiri tidak mendapatkan darah dari paru. Cairan ketuban

Page 12: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

9

juga kaya dengan TF, yang kemudian mengativasi faktor VII yang mengaktivasi faktor

X. Aktivasi faktor X memulai aktivasi jalur koagulasi. DIC pada kasus emboli cairan

ketuban terjadi karena koagulopati konsumtif dan merupakan komplikasi yang jarang

terjadi. Pasien dengan emboli cairan ketuban dapat meninggal karena gangguan

respirasi atau sirkulasi.7,

8

2.3.3 Diagnosis disseminated intravascular coagulation

Diagnosis didapat berdasarkan kecurigaan klinis dan didukung oleh hasil pemeriksaan

laboratorium, meskipun tidak ada pemeriksaan laboratorium tunggal yang dapat

mendiagnosis DIC.

2.3.3.1 Manifestasi klinis disseminated intravascular coagulation

DIC merupakan gangguan thromboemboli yang didapat dan manifestasi klinis

yang muncul tergantung dari patologi penyakit yang menjadi penyebabnya. Spektrum

klinis dari DIC cukup beragam dari thrombosis sampai perdarahan, tergantung dari

interaksi antara berbagai komponen hemostasis yang teraktivasi. Pada stadium awal

(periode akut), terjadi produksi thrombin berlebihan karena eksposur darah terhadap

tissue factor dalam jumlah besar. Aktivasi jalur koagulasi ini terjadi secara cepat.

Hasil interaksi komponen hemostasis memiliki hasil akhir antara terjadinya

thrombosis jika yang dominan merupakan jalur prothrombotik atau perdarahan jika

yang dominan merupakan jalur proteolitik. Pada umumnya manifestasi klinis awal

yang terjadi berupa gangguan akibat thrombosis, baru diikuti kelainan berupa

perdarahan begitu sudah terjadi koagulopai konsumtif.

Jika thrombosis merupakan hasil akhir yang dominan dari aktivasi berbagai

komponen hemostasis, maka akan ditemukan gangguan pada organ karena gangguan

perfusi akibat sumbatan darah oleh thrombus. Manifestasi klinis yang muncul akibat

terbentuknya thrombus dapat berupa gagal ginjal yang sering dijumpai pada tahap awal

DIC yang terjadi karena sepsis . Acute respiratory distress syndrome merupakan

manifestasi awal DIC yang terjadi karena trauma atau emboli cairan ketuban. 5

Kelainan perdarahan biasanya berupa perdarahan pada traktus gastrointestinal

atau pada traktus urinarius dan kulit. Pada ibu hamil yang memiliki kelainan yang

sering diasosaisikan dengan DIC, maka sebaiknya pemeriksa melakukan pemeriksaan

kulit dengan teliti.Lesi kulit baru yang berupa petekie, purpura, atau bula hemoragik

Page 13: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

10

memiliki nilai diagnostic untuk DIC. Kelainan kulit merupakan manifestasi klinis yang

paling sering ditemukan pada pasien dengan DIC. Perdarahan pada kelenjar adrenal

dapat menyebabkan nekrosis kelenjar adrenal.5 Perdarahan yang tidak berhenti-

berhenti dari lokasi pungsi vena atau insisi bedah juga dapat dianggap sebagai

manifestasi perdarahan dari DIC.Perdarahan dalam jumlah besar kemudian dapat

menyebabkan perubahan status mental, gagal ginjal akut, hipoksia dan shock

hipovolemik.

Meskipun jarang terjadi tapi kadang dapat ditemukan abdominal compartment

syndrome pada pasie ndengan DIC. Abdominal compartment syndrome merupakan

kondisi dimana perfusi jaringan dan fungsi organ terganggu karena meningkatnya

tekanan dalam rongga abdomen, yang kemudian menyebabkan gangguan sirkulasi

sistemik. Gambaran kliis dari abdominal compartment syndrome berupa insufisiensi

kardiovaskular, gagal napas, gagal ginjal, distensi abdomen dan meningkatnya tekanan

intraabdominal. Gejala akan membaik dengan dekompresi secara surgikal.1

2.3.3.2 Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis disseminated intravascular

coagulation

Pemeriksaan laboratorium biasanya mencakup parameter untuk menilai

komponen yang terlibat dalam proses prokoagulasi dan fibrinolitik serta tanda-tanda

dari gagal organ. Dalam tatalaksana pasien DIC, penting untuk melakukan pemeriksaan

laboratorium tersebut secara berkala. Penelitiaan meta-analysis menunjukkan

pemeriksaan laboratorium abnormal yang paling sering ditemui pada DIC adalah

thrombocytopenia, peningkatan D-dimer serta pemanjangan PT dan aPTT.1

2.3.3.2.1 Prothrombin dan partial thromboplastin time

Hasil pemeriksaan PT dapat menunjukkan defisiensi dari faktor I,II, V,

VII, X dan digunakan untuk evaluasi jalur ekstrinsik dari proses koagulasi.

aPTT digunakan untuk evaluasi faktor I,II,V,VIII,IX,XI,XII yang terlibat

dalam jalur intrinsik. Dalam kehamilan normal, waktu PT dan aPTT biasanya

memendek, tetapi tidak signifikan. Pemanjangan waktu PT dan aPTT

ditemukan pada 50-69 % kasus DIC. Pemanjangan waktu pembekuan

dianggap signifikan jika didapat sesudah test berulang dan nilanya >1,5 x dari

normal untuk PT dan >2,5 x dari normal untuk aPTT. Pemanjangan PT

Page 14: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

11

maupun aPTT ini baru mulai terjadi saat jumlah faktor koagulasi dalam darah

sudah kurang dari 50%. 1,3,8

2.3.3.2.2 Hitung trombosit

Hitung trombosit dapat dilakukan dengan mudah dan merupakan

indicator dari koagulopati konsumtif dengan sensitivitas yang tinggi tapi

spesifisitas yang rendah. Hitung trombosit juga ditemukan rendah pada berbagai

kondisi medis kronis, infeksi malaria dan demam berdarah, karena supresi imun,

dan obat-obatan tertentu. Pada wanita hamil dapat terjadi trombositopenia

gestasional pada trimester ketiga dan dapat mempersulit diagnosis DIC. Salah

satu cara membedakan keduanya adalah dengan melakukan pemreiksaan hitung

trombosit serial. Pada DIC dapat ditemukan tren penurunan jumlah trombosit.

Hitung trombosit digunakan untuk menentukan derajat aktivasi trombosit.

Jumlah trombosit <100.000 sel / µL sugestif bahwa telah terjadi DIC dan

ditemukan pada >90% pasien. 3, 8

2.3.3.2.3 Pemeriksaan jalur prokoagulan

Pemeriksaan ini mencakup pemeriksaan untuk Prothrombin fragments

1+2 (PF 1+2), thrombin antithrombin xomplex (TAT), dan soluble fibrin dalam

darah, Konsentrasi plasma dari pemeriksaan tersebut menunjukkan aktivitas

thrombin pada pasien dengan DIC. PF 1+2 merupakan molekul yang terbentuk

saat konversi prothrombin menjadi thrombin, kadar PF 1+2 meningkat pada

>90% pasien dengan DIC. TAT merupakan kompleks yang terbentuk oleh

prethrombin 2 dan antagonis utamanya, yaitu antithrombin, keduanya

membentuk kompleks enzyme inhibitor inaktif yang stabil, kadar TAT

meningkat pada 80-90% pasien dengan DIC. Soluble fibrin monomer (FM),

memerlukan pemeriksaan ELISA, meningkatnya FM melebihi nilai normal

(<15nmol/L) ditemukan pada 75-80% pasien dengan DIC. Ketiganya saling

berkorelasi dan nilanya ditemukan meningkat pada pasien dengan DIC.

Konsentrasi fibrinogen plasma yang menurun <150mg/dL ditemukan pada 70%

pasien dengan DIC. Konsentrasi fibrinogen plasma meningkat karena proses

fisiologis kehamilan, sehingga penurunannya yang patologis dapat tersembunyi

pada populasi ini.8

Page 15: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

12

2.3.3.2.4 Pemeriksaan jalur fibrinolitik

Mencakup pemeriksaan produk sisa dari fibrinolysis yang mencakup

fibrin degradation product (FDP), D-dimer, dan kandungan PAI-1 plasma.

Pemeriksaan FDP dan D-dimer digunakan untuk mengukur tingkat produksi

fibrin secara tidak langsung. Keduanya merupakan indicator sensitive untuk

DIC dalam obstetric tapi memiliki spesifisitas yang rendah karena

konsentrasinya juga meningkat pada kehamilan normal. Peningkatan FDP

terjadi karena proses biodegradasi fibrinogen atau fibrin oleh plasmin sehingga

secara indikatif menunjukkan konsentrasi plasmin dalam darah, meningkatnya

FDP >40µg/mL ditemukan pada 85-100% pasien dengan DIC. D-dimer

merupakan produk lysis cross-linked fibrin oleh plasmin. Peningkatan D-dimer

>1,7µg/mL ditemukan pada 90% pasien dengan DIC.8

2.3.3.3 Sistem skoring untuk diagnosis disseminated intravascular coagulation

Tidak ada pemeriksaan laboratorium tunggal dengan sensitivitas dan spesifisitas

yang cukup baik untuk mendiagnosis DIC sehingga dikembangkan sistem skoring yang

terdiri atas perhitungan beberapa hasil pemeriksaan laboratorium.8 Ada tiga sistem

skoring yang direkomendasikan untuk mendiagnosis DIC, yaitu skor The International

Society of Thrombosis and Hemostasis (ISTH) , skoring dari the Japanese Ministry of

Health and Welfare (JMHW), dan skoring oleh the Japanese Association for Acute

Medicine (JAAM).2,

14

Ketiga sistem skoring ini melakukan perhitungan skor

nerdasarkan hasil pemeriksaan parameter koagulasi yang mirip tetapi memiliki cut-off

values yang berbeda, sehingga masing-masing sistem skoring tersebut memiliki

spesifisitas dan sensitivtias diagnosis yang berbeda. Guideline yang dikeluarkan oleh

the British Society of Haematology menganggap skor ISTH sebagai alat diagnosis

terbaik untuk DIC. Skor ISTH ini memiliki sensitivitas sebesar 91% dan spesifisitas

sebesar 97%.

Page 16: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

13

Sistem skoring ini (gambar 1.) hanya digunakan pada pasien dengan berbagai kelainan

yang sering diasosiasikan dengan DIC. 2,

14

Perhitungan skor dilakukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium untuk hitung

trombosit, produk degradasi fibrin, D-dimer, dan waktu PT, dan konsentrasi fibrinogen

darah. Skor 5 dan lebih dianggap sebagai overt DIC. Skor < 5 sugestif bukan DIC

meskipun demikian pemeriksaan tetap perlu dilakukan pemeriksaan ulang sesudah 1 –

2 hari.1

Sistem skoring DIC dari ISTH ini belum divalidasi untuk pasien obstetric.1 Nilai

referensi parameter koagulasi yang digunakan pada scoring DIC ISTH itu tidak

memperhitungkan perubahan parameter koagulasi yang terjadi saat kehamilan.

Penggunaannya pada populasi ibu hamil diduga akan memiliki sensitivitas dan

spesifisitas yang berbeda. Dari empat parameter koagulasi yang digunakan untuk

menghitung skoring ISTH, tiga dari empat parameter ini mengalami perubahan pada

kehamilan. Fibrinogen meningkat saat kehamilan terutama saat trimester ketiga dan

turun dua hari sesudah persalinan. Kehamilan juga merupakan suatu kondisi khusus

dimana jumlah trombosit menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan,

sekitar 7% wanita hamil akan mengalami thrombositopenia. Parameter koagulasi lain

yang juga berubah selama kehamilan adalah konsentrasi D-dimer atau produk degradasi

protein juga meningkat selama kehamilan terutama sesudah usia gestasi 20 minggu.

Gambar 1. International Society of Thrombosis and Hemostasis (ISTH) DIC Scoring System1

Page 17: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

14

Batas atas konsentrasi D-dimer pada populasi umum adalah 0,5 mg/L, selama trimester

ketiga kehamilan, hamper semua pasien memiliki konsentrasi D-dimer > 0,5 mg/L. Hal

ini menyebabkan nilai diagnostic parameter ini menjadi sangat rendah pada populasi

ibu hamil. Pada kehamilan terjadi sedikit perubahan nilai PT tetapi perubahannya tidak

signifikan.

Erez et al. pada tahun 2014 mengembangkan sistem skoring DIC ISTH yang

telah dimodifikasi untuk ibu hamil (tabel 1). Sistem skoring modifikasi ini dibuat

dengan mempertimbangkan perubahan parameter koagulasi pada ibu hamil. Erez et al.

menghilangkan parameter konsentrasi D-dimer karena perubahanya tidak

mempengaruhi diagnosis DIC(tidak seperti pada populasi umum). Selain itu

perhitungan PT dalam skor modifikasi ini menggunakan PT difference yang

didefinisikan sebagai perbedaan PT pasien dengan nilai normal dari laboratorium.

Sistem skoring ISTH modifikasi ini menggunakan nilai cutoff ≥26. Dengan sensitivitas

diagnosis 88% dan spesifisitas 96%.15

Parameter Skor

PT difference (dalam detik)

<0,5 0

0,5-1 5

1-1,5 12

>1,5 25

Trombosit (109/L)

<50 1

50-100 2

100-185 1

>185 0

Fibrinogen (g/L)

<3 25

3-4 6

4-4,5 1

>4,5 0

Tabel 1. Skor ISTH modifikasi oleh Erez et al.15

*dengan cutoff point ≥ 26 skoring ISTH modifikasi ini memiliki sensitivitas

88% dan spesifititas 96% dalam mendeteksi DIC pada populasi obstetrik.

Page 18: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

15

Sistem skoring modifikasi ISTH oleh Erez et al. ini merupakan sistem skoring DIC

pertama yang khusus ditujukan untuk mendiagnosis DIC pada populasi obstetrik. Kelemahan

skoring ini adalah pengembangan skor modifiaksi ini berdasarkan penelitian retrospektif dari

data terbatas yang sudah ada. Masih diperlukan penelitian prospektif lanjutan untuk memvalidasi

sistem skoring modifikasi ini.15

2.3.4.Tatalaksana disseminated intravascular coagulation pada kehamilan

Kunci tatalaksana DIC adalah pendekatan multidisplin dengan melibatkan dokteer

anestesi dan hematologist. DIC merupakan komplikasi dari penyakit lain yang

mendahulinya, maka tatalaksana penyakit yang menjadi penyebab DIC harus diberikan

sambil melakukan tatalaksana suportif yang bertujuan untuk memperbaiki kelainan koagulasi.

Jika penyakit obstetrik yang mendahului DIC terkoreksi, DIC biasanya akan segera

berhenti.5,

6

2.3.4.1 Pemberian produk darah

Terapi produk darah sebaiknya diberikan dengan mempertimbangkan kondisi

klinis dan hasil laboratorium. Saat terjadi DIC karena perdarahan, perlu segera

diberikan transfusi dengan menggunakan massive transfusion protocol. Protokol ini

mencakup transfusi sel darah merah, fresh frozen plasma, dan trombosit dengan rasio

1:1:1 dengan pemberian fibrinogen bila perlu. Secara umum pemberian trombosit baru

dilakukan pada pasien dengan hitung trombosit < 50.000 yang sedang mengalami

perdarahan aktif, untuk pasien yang tidak sedang mengalami perdarahan transfusi

trombosit baru dilakukan jika jumlah trombosit <30.000.1, 6, 8

Pemberian transfusi trombosit untuk profilaksis tidak memberikan keuntungan.

Fresh frozen plasma kaya dengan faktor koagulasi kecuali fibrinogen. Guideline

menyarankan transfusi FFP dalam jumlah besar saat ditemukan pemanjangan PT dan

APTT >1.5 kali dari nilai normal. Dosis FFP adalah 10-15 ml/kg. FFP tidak perlu

diberikan pada pasien yang tidak mengalami perdarahan atau tidak akan menjalani

tindakan invasive meskipun ditemukan waktu PT dan aPTT yang memanjang. Jika

transfusi FFP tidak memungkinkan (seperti pada pasien dengan overload cairan), maka

pemberian prothrombin complex concentrate (PCC) 25-30U/kg dapat dicoba.

Konsentrat ini hanya memperbaiki sebagian defisit faktor koagulan, karena hanya

mengandung faktor koagulan yang dependen terhadap vitamin K, sedangkan pada DIC

terjadi defisiensifaktor koagulasi yang global. Sebaiknya digunakan non-activated PCC

, penggunaan activated PCC ditakutkan akan memicu DIC.

Page 19: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

16

Terapi penggani fibrinogen diberikan terutama pada pasien yang mengalami DIC

karena perdarahan postpartum. Pada hipofibrinogenemia berat(≤ 1g/L), harus segera

diberikan konentrat fibrinogen. Konsentratfibrinogen memiliki keuntungan

dibandingkan pemberian cryoprecipitate karena tidak ada risiko transmisi infeksi virus

dengan pemberian konsentrat fibrinogen.6, 8

2.3.4.2 Pemberian antikoagulan

Antithrombin dapat digunakan sebagai monoterapi pada pasien dengan DIC

obstetric dan dengan konsentrasi antithrombin plasma <70%.Pada sebuah randomized

controlled trial, konsentrat antithrombin (1500U/hari selama 7 hari) diberikan pada

pasien dengan pre-eklamsi berat. Terjadi peningkatan parameter koagulasi dan

biopshysical score profile yang signifikan pada grup yang mendapat terapi antithrombin

dan tidak ditemukan efek samping yang diasosiasikan dengan terapi ini.

Heparin dapat digunakan sebagai tatalaksana DIC karena proses kaogulasi yang

teraktivasi secara abnormal. Hasil penelitian masih menunjukkan masil yang beragam

mengeai efektifitas pemberian heparin. Penggunaan terapi heparin disarankan untuk

kondisi dengan deposisi fibrin menyeluruh pada pembuluh darah atau pada kejadian

dimana terdapat thrombosis yang jelas. Pengguaan heparin sebagai thromboprophylaxis

ini dapat diberikan pada kompliasi kehamilan yang muncul karena gangguan oleh

plasenta.

Activated protein C (APC) yang merupakan inaktivator psikologis untuk faktor

Va dan VIIIa juga efektif pada pasien yang mengalami DIC karena sepsis. Sebuah

penelitian multisenter menunjukkan penggunaan recombinant human APC pada dosis

24µg/kg/jam yang diberikan secara intravena selama 96 jam. Hasil penelitian

menunjukkan terapi ini dapat mengurangi risiko terjadinya DIC pada pasien yang

rentan dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan placebo. Akan tetapi terdapat

peningkatan insidensi peningkatan perdarahan pada kelompok yang mendapatkan terapi

APC. 6, 8

2.3.4.3 Tatalaksana perdarahan masif

Mortalitas pada DIC seringkali disebabkan karena perdarahan. Selain itu

perdarahan juga menimbulkan morbiditas dengan sekuele jangka panjang. Terjadinya

perdarahan masif lebih sering ditemui pada DIC karena perdarahan postpartum.

Resusitasi agresif adalah kunci untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang tinggi

Page 20: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

17

ini. Tujuan resusitasi adalah mencapai tekanan darah normal dan mempertahankan suhu

yang normal pada pasien dengan faktor kaogulasi yang cukup. Pemasangan dua kanula

intravena berukuran besar harus segera dilakukan sehingga cairan dapat dimasukkan

secara cepat untuk mencegah terjadinya shock. Pemilihan cairan kristaloid atau koloid

dalam resusitasi masih diperdebatkan tetapi pada umumnya cairan kristaloid lebih

sering digunakan. Pemberian cairan yang terlalu cepat dapat menyebabkan dilusi

faktor koagusi dan sehingga penting untuk memasukkan juga produk darah saat

melakukan resusitasi dalam jumlah besar.

Sebaiknya segera disiapkan darah golongan darah O dengan Rh (-) dari bank

darah sambil menunggu darah golongan ABO yang sudah di cross match dan

diskrining. Pada umumnya pasien dengan DIC memerlukan darah dalam jumlah besar,

sehingga sebaiknya darah yang akan dimasukkan sudah dihangatkan terlebih dahulu

untuk mencegah hipotermia. Resusitasi dengan menggunakan packed red blood cell

(PRC) dapat menyebabkan koagulopati dilusional jika diberikan lebih dari 5 unit.

Karenanya pemberian PRC sebaiknya disertai juga dengan transfusi FFP dengan rasio

1:1 dan diasosiasikan dengan peningkatan survival rate. Tranfusi trombosit juga dapat

diberikan sebanyak 1 atau 2 unit untuk setiap 8-10 unit PRC yang diberikan. Pemberian

cairan dan juga produk darah diteruskan sampai pemeriksaan laboratorium yang

mencakup pemeriksaan darah lengkap dan parameter koagulasi dilakukan dan

menunjukkan hasil yang normal.1, 6

Page 21: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

18

BAB III

KESIMPULAN

DIC muncul ketika proses hemostasis yang seharusnya terkontrol dengan baik

menjadi terganggu karena satu dan lain hal. Akibat gangguan kontrol hemostasis ini respons

koagulasi yang awalnya bersifat protektif bagi tubuh manusia, berubah menjadi respons

maladaptif dengan berbagai konsekuensi patologis.Saat kehamilan terjadi perubahan pada

sistem hemostasis. Selama kehamilan, kondisi prothrombotik menjadi lebih aktif

dibandingkan fibrinolisis, perubahan ini diduga berperan sebagai proteksi alami tubuh

terhadap perdarahan yang terjadi ketika persalinan dan sesudah persalinan. Perubahan

parameter koagulasi pada ibu hamil ini tidak menimbulkan gangguan klinis.

Berbagai komplikasi kehamilan tadi dapat memperberat respons prothrombotik yang

kemudian dapat mengganggu keseimbangan hemostasis sehingga menimbulkan gejala klinis

akibat thrombosis dan perdarahan. Sayangnya sampai saat ini tidak ada pemeriksaan

laboratorium tunggal untuk menegakkan diagnosis DIC, dan diagnosis DIC ditegakkan

dengan menggunakan sistem skoring tertentu seperti skoring DIC ISTH. Sistem skoring ini

telah dimodifikasi oleh Erez et al. pada tahun 2014 untuk menyesuaikan perubahan parameter

koagulasi yang terjadi selama kehamilan, meskipun didapatkan tingkat diagnosis yang cukup

baik, tapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk validasi sistem skoring modifikasi

ini. Kunci dari tatalaksana DIC adalah menangani komplikasi kehamilan yang menjadi

penyebab munculnya DIC sambil memberikan tatalaksana suportif seperti resusitasi cairan

dan pemberian komponen darah.

Page 22: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

19

Daftar Pustaka

1. Sahin S, Eroglu M, Tetik S, Guzin K. DISSEMINATED INTRAVASCULAR

COAGULATION IN OBSTETRICS : ETIOPATHOGENESIS AND UP TO DATE

MANAGEMENT STRATEGIES. 2014;90.

2. Di Nisio M, Baudo F, Cosmi B, D’Angelo A, De Gasperi A, Malato A, et al.

Diagnosis and treatment of disseminated intravascular coagulation: guidelines of the

Italian Society for Haemostasis and Thrombosis (SISET). Thromb Res [Internet].

Elsevier Ltd; 2012 May;129(5):e177–84. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21930293

3. Erez O, Mastrolia SA, Thachil J. Disseminated intravascular coagulation in

pregnancy: insights in pathophysiology, diagnosis and management. Am J Obstet

Gynecol [Internet]. Elsevier; 2015 Oct;213(4):452–63. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25840271

4. Levi M. Pathogenesis and management of peripartum coagulopathic calamities

(disseminated intravascular coagulation and amniotic fluid embolism). Thromb Res

[Internet]. Elsevier Ltd; 2013 Jan;131 Suppl 1:S32–4. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23452737

5. Thachil J, Toh CH. Current concepts in the management of disseminated intravascular

coagulation. Thromb Res [Internet]. Elsevier Ltd; 2012 Apr ;129 Suppl 1:S54–9.

Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22682134

6. Thachil J, Toh C-H. Disseminated intravascular coagulation in obstetric disorders and

its acute haematological management. Blood Rev [Internet]. Elsevier Ltd; 2009

Jul;23(4):167–76. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19442424

7. Cunningham FG, editor. Williams obstetrics. 24th edition. New York: McGraw-Hill

Medical; 2014. 1358 p.

8. Hossain N, Paidas MJ. Disseminated intravascular coagulation. Semin Perinatol

[Internet]. Elsevier; 2013 Aug;37(4):257–66. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23916024

9. Longmuir K, Pavord S. Haematology of pregnancy. Medicine (Baltimore) [Internet].

Elsevier Ltd; 2013 Apr ; 41(4):248–51. Available from:

http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1357303913000285

10. Ralph AG, Brainard BM. Update on disseminated intravascular coagulation: when to

consider it, when to expect it, when to treat it. Top Companion Anim Med [Internet].

Page 23: Referat DIC pada kehamilan (alvin johan 2014.061.047).pdf

20

Elsevier Inc.; 2012 May 27(2):65–72. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23031458

11. Rattray DD, O’Connell CM, Baskett TF. Acute Disseminated Intravascular

Coagulation in Obstetrics: A Tertiary Centre Population Review (1980 to 2009). J

Obstet Gynaecol Canada [Internet]. Elsevier Masson SAS; 2012 Apr;34(4):341–7.

Available from: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1701216316352148

12. K SH, Chabi S, Frey D. Hellp syndrome. J Obstet Gynaecol India; 2009

Feb;59(1):31-9.

13. Krauel K, Tilley DO, Weber C, Cox D, Greinacher A, Kerrigan SW, et al.

Amplification of bacteria-induced platelet activation is triggered by Fc g RIIA ,

integrin a IIb b 3 , and platelet factor 4. Blood. 2014;123(20):3166-74 .

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4023422/

14. Wada H, Matsumoto T, Yamashita Y, Hatada T. Disseminated intravascular

coagulation: testing and diagnosis. Clin Chim Acta [Internet]. Elsevier B.V.; 2014

Sep 25;436:130–4. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24792730

15. Erez O, Novack L, Beer-Weisel R, Dukler D, Press F, Zlotnik A, et al. DIC score in

pregnant women--a population based modification of the International Society on

Thrombosis and Hemostasis score. PLoS One [Internet]. 2014 Jan;9(4):e93240.

Available from:http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3984105