askep pada penyakit dic dan dhf

41
ASKEP PADA PENYAKIT DIC DAN DHF Makalah Disusun untuk memenuhi tugas Mata Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Oleh Paian tua SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS 1

Upload: ianzkate

Post on 18-Jun-2015

4.476 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Dic Dan Dhf

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

ASKEP PADA PENYAKIT DIC DAN DHF

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Ajaran Keperawatan Medikal Bedah

Oleh

Paian tua

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

BANDUNG

1

Page 2: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang

membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari system transport. Darah merupakan

jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian

korpuskuli.

Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai

sel darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ

pembentuk darah.

Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika

terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan

berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih

seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi

tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat

bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk

sistem ini, atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses

tidak berfungsi.

Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya

telah pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja tanpa

kesalahan sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang terkecil.

Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi mencegah

kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan yang

lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan paling atas yang menutupi luka.

Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat yang tepat, maka keseluruhan darah

pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada kematian.

2

Page 3: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa D III keperawatan tingkat II mampu memahami serta dapat menerapkan

asuhan keperawatan pada klien dengan Disseminated intravaskuler coagulation, dan

DHF.

2. Tujuan khusus

Siswa dapat memahami pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

komplikasi, insiden, penatalaksanaan, serta proses keperawatan pada klien DIC

Siswa dapat memahami pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

komplikasi, insiden, penatalaksanaan, serta proses keperawatan pada klien DHF

C. Metode penulisan

Makalah ini menggunakan metode literatur, internet, diskusi kelompok, serta

bimbingan dengan dosen pembimbing.

D. Sistematika

Makalah ini terdiri dari bab I pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan, metode

penulisan, dan sistematika penulisan, bab II tinjauan teoretis meliputi konsep

penyakit DIC dan DHF serta proses keperawatannya, bab III penutup meliputi

kesimpulan dan saran.

3

Page 4: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Anatomi dan Fisiologi Hematologi

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sum-

sum tulang dan nodus limfa. Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah

manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.

Darah teerdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :

1. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan

protein darah.

2. Butir-butir darah ( blood corpuscles), yang terdiri atas komponen sebagai berikut :

a. Eritrosit (sel darah merah)

b. Leukosit (sel darah putih)

c. Trombosit (platelet) butir pembeku darah.

sel darah merah (eritrosit)

merupakan cairan bikonkav dengan diameter sekitar 7 mikron, yang memungkinkan

gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara

membrane dan inti sel, warnanya kuning kemerah-merahan karena didalamnya

mengandung hemoglobin.

Komponen eritrosit :

membran eritrosit

sistem enzim

hemoglobin, komponennya terdiri atas :

1. heme yang merupakan gabungan protoporfirin denagn besi

2. globin : bagian protein yang terdiri aats 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.4

Page 5: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Terdapat sekitar 300 molekul Hb dalam setiap sel darah merah. Tugas

akhir Hb adalah : menyerap karbondioksida dan ion hydrogen serta

membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari Hb.

Sifat-sifat sel darah merah :

1. Normositik = sel yang ukurannya normal.

2. Normokromik = sel dengan jumlah hemoglobin yang normal.

3. Mikrositik = sel yang ukurannya terlalu kecil.

4. Makrositik = sel yang ukurannya terlalu besar.

5. Hipokromik = sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit.

6. Hiperkromik = sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak.

Sel darah putih (Leukosit)

Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu. Sel

darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis-jenis dari golongan

sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan B: monosit dan

makrofag serta golongan yang bergranula,yaitu eosinofil, basofil, dan neutrofil.

Fungsi sel darah putih adalah :

1. Sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri

yang masuk ke dalam tubuh jaringan sistem retikulo endotel.

2. Sebagai pengangkut yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari dinding usus

melalui limfa terus ke pembuluh darah.

Jenis-jenis sel darah putih:

Sel darah putih terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai berikut:

1. Agranulosit

Memiliki diameter sekitar 10-12 mikron. Granulosit terbagi menjadi 3 kelompok:

5

Page 6: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

a. Neutrofil : granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terangkai,

kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik halus

atau granula, banyaknya sekitar 60-70%.

b. Eosinofil : berwarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran dan bentuknya

hamper sama dengan neutrofil banyaknya kira-kira 24%.

c. Basofil : berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil dari pada

eosinofil, mempunyai inti yang bentuknya teratur banyaknya kira-kira 0.5%

disumsum merah. Basofil bekerja sebagaimfosit sel mast dan mengeluarkan

peptide vasoaktif.

2. Granulosit

Terdiri atas limfosit dan monosit:

a. Li mfosit

Memiliki nucleus besar bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit

berkembang dalam jaringan limfe. Ukurannya sekitar 7-15 mikron, banyaknya

20-25 % dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk dalam

jaringan tubuh.

Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan B.

Limfosit T meninggalkan susmsum tulang dan berkembang lama, kemudian

bermigrasi menuju ketimus.kemudian sel-sel beredar dalam darah sampai

mereka bertemu dengan antigen-antigen dimana mereka telah diprogramkan

untuk mungenalinya. Setelah dirangsang oleh antigennya. Sel ini

mengahasilkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan mikroorganisme dan

membertahu sel-sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi.

Limfosit B terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampai

menjumpai antigen dimana mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Pada

tahap ini, limfosit B mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi sel

plasma serta menghasilkan antibody.

6

Page 7: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

b. Monosit

Ukurannya lebih besar dari limfosit, protoplasmanya besar, warna biru sedikit

abu-abu serta mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Monosit dibentuk

didalam sumsum tulang masuk kedalam sirkulasi dalam bentuk hematom dan

mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan.

Fungsinya sebagai fagosit, jumlahnya 34 % dari total komponen yang ada di

sel darah putih.

Jumlah sel darah putih.

Pada orang dewasa, jumlah sel darah putih total 4,0-11,0 x 10 9/l yang terbagi

sebagi berikut.

Granulosit :

Neutrofil 2,5 – 7,5 x 109

Eosinofil 0,04 – 0,44 x 109

Basofil 0 – 0,10 x 109

Limfosit 1,5 – 3,5 x 109

Monosit 0,2 – 0,8 x 109

3. Keping darah (Trombosit)

Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang

berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari.

Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 109/liter (150.000-400.000/milimeter),

sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa dan sisanya bersirkulasi dalam

darah.

Fungsi trombosit yaitu berperan penting dalam pembentukan bekuan darah

diantaranya mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh

yang cedera.

7

Page 8: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

4. Plasma darah

Plasma darah adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya

bening kekuning-kuningan hamper 90% dari plasma darah terdiri atas air.

Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah sebagai berikut :

1. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.

2. Garam-garam mineral seperti garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain

yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.

3. Protein darah (albumin dan globulin) menigkatkan viskositas darah juga

menimbulkan tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam

tubuh

4. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, vitamin).

5. Hormone, yaitu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.

6. Antibody.

5. Limpa

Merupakan organ lunak kurang lebih berukuran 1 kepalan tangan. Limpa terletak

pada pojok atas kiri abdomen di bawah costa, limpa terdiri atas kapsula limpa

fibroelastin, folikel (masa jaringan limpa) dan pulpa merah (jaringan ikat, sel

eritrosit, sel leukosit).

Faktor-faktor Pembekuan Darah

Factor nama

I fibrinogen

II protrombin

IV kalsium

V labile factor, proaccelerin, dan accelerator (AC-) globulin

VII proconvertin, serum, protrombin convertin accelerator (SPCA), cotromboplastin, dan autoprotrombin I

8

Page 9: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

VIII Antihemophilic, factor, antihemophilic globulin (AHG)

IX plasma thromboplastin component (PTC)/chrismas factor

XII factor Hageman

XIII factor stabilisasi fibrin

B. DEMAM BERDARAH DENGUE

1. Konsep penyakit DHF

A. PENGERTIAN

DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan

nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang

ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut

pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). (askep DHF.com)

Penyakit demam berdarah (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebebkan

oleh virus dengue dan ditularkan dari orang keorang lain melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypti., dapat menimbulkan kematian yang singkat dan sering menimbulkan wabah.

(www.dkk-bpp.com)

Kesimpulan : penyakit demam berdarah adalah penyakit yang terdapat pada anak dan

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disebabkan oleh virus

dengue dari nyamuk aedes aegypti, dan biasanya memburuk setelah 2 hari pertama.

9

Page 10: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Struktur nyamuk terdiri atas ; kepala, toraks yang setiap segmenya dilengkapi

dengan sepasang kaki yang beruas-ruas dan abdomen. Daerah kepala terdiri atas mata,

antena berbentuk poliform yang terdiri atas 15 segmen. Antena nyamuk betina disebut

pilose dengan bulu-bulu yang lebih sedikit sedangkan yang jantan memiliki banyak bulu

disebut plumose. Seperti halnya dengan serangga lain nyamuk memiliki sepasang mata

majemuk oseli (mata tunggal). Di bagian dorsal toraks terdapat bentuk bercak yang keras

berupa dua garis sejajar pada bagian tengah dan dua garis lengkung di bagian tepi. Vena

sayap meliputi seluruh bagian sayap sampai ke ujung berukuran 2,5 – 3,0 mm. Di bagian

abdomen nyamuk betina berukuran kecil terdapat dua caudal cerci yang berukuran kecil,

sedangkan pada nyamuk jantan terdapat organ seksual yang disebut hypopygium.

Nyamuk ini bersifat antropofilik ( senang sekali pada manusia), biasanya nyamuk

betina menggit di dalam rumah, kadang-kadang di luar rumah di tempat yang agak gelap.

Pada malam hari nyamuk beristirahat dalam rumah pada benda-benda yang digantung

seperti pakaian, kelambu, pada dinding dan tempat yang dekat dengan tempat

peridukannya. Nyamuk A.aegypti memilliki kebiasaan menggigit berulang-ulang

(multiple biters) yakni menggit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.

Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap peranannya sebagai vektor penyebab penyakit

DBD ke beberapa orang dalam sekali waktu. Nyamuk jantan juga tertarik terhadap

manusia pada saat melakukan perkawinan, tetapi tidak menggigit.

10

Page 11: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Dalam perkembangan hidupnya nyamuk ini mengalami metamorfosis sempurna

(holometabola) yaitu dari telur menetas menjadi larva (jentik), kemudian menjadi pupa

dan selanjutnya menjadi nyamuk dewasa. Dalam keadaan optimal, perkembangan telur

sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung sekurang-kurangnya selama 9 hari.

Nyamuk dewasa baik jantan maupun betina membutuhkan glukosa sebagai bahan

makanan yang dapat diperoleh dari cairan tumbuhan, sedangkan nyamuk betina

membutuhkan protein-protein dari darah untuk pematangan sel telur setelah perkawinan.

yamuk betina dewasa mulai menghisap darah setelah berumur 3 hari, setelah itu sanggup

bertelur sebanyak 100 butir. Nyamuk betina mampu bertahan hidup 2 minggu lebih di

alam, sedangkan nyamuk jantan setelah proses kawin dalam waktu ± 1 minggu akan

mati. Nyamuk betina dapat terbang sejauh 20 meter, kemampuan normalnya adalah ± 40

meter.

B. ETIOLOGI

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4

serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III,

sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 – 1954.

Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh

dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe

yang paling banyak beredar.

C. PATOFISIOLOGI

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala

karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,

hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada

system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan

limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF

dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat

anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat

ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama,

terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

11

Page 12: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya

cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard.

Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera

teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain

kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan

dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti

dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi

disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu

oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama

pada pasien dengan perdarahan hebat.

D. PATOFLOW (terlampir)

E. MANIFESTASI KLINIS

Demam mendadak, tinggi (dapat mencapai 39-400 celcius) disertai menggigil

Demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari itu sempat

turun di tengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat

penderita sembuh (gambaran kurva panas sebagai punggung unta).

Nyeri pada seluruh tubuh

Ruam

Perdarahan

12

Page 13: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

F. KLASIFIKASI DHF

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,

yaitu :

Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji

tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti

petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat

( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit, tekanan darah menurun.

Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur anggota gerak teraba dingin, berkeringat

dan kulit tampak biru.

G. TANDA DAN GEJALA

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dan

gejala lain adalah :

- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.

- Asites

- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )

- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

13

Page 14: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

H. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran

I. INSIDEN

Distribusi penderita DBD terbanyak laki-laki (52,48%), umur penderita terbanyak

<15 tahun (46,60%), wilayah yang terbanyak penderita kelurahan Lolu Selatan (15,41%),

waktu kejadian tertinggi terjadi pada bulan Mei s/d September. Diperoleh hubungan

kepadatan penduduk dengan kejadian DBD, suhu udara (25,30C – 28,10C) dan

kelembaban udara (71,3% – 79,7%), diperoleh hubungan Angka Bebas Jentik (ABJ)

dengan kejadian DBD di kecamatan Palu Selatan.

Simpulan : Laki-laki lebih banyak beraktifitas daripada perempuan, penderita

DBD lebih banyak pada usia anak sekolah, kelurahan Lolu Selatan memiliki kepadatan

penduduk dan mobilisasi penduduk yang tinggi, peningkatan kasus terjadi pada waktu

musim penghujan yaitu bulan April s/d Oktober, adanya pengelompokkan kasus

penderita DBD di kelurahan Tatura Utara dan kelurahan Tanamodindi, kepadatan

penduduk sangat berhubungan positif dengan kejadian DBD, suhu dan kelembaban

sangat mendukung dalam perkembangbiakan vektor penular penyakit DBD yang

menyebabkan peningkatan penderita DBD dari tahun ke tahun

J. TEST DIAGNOSTIK

a. Darah

Trombosit menurun.

HB meningkat lebih 20 %

HT meningkat lebih 20 %

Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

Protein darah rendah

14

Page 15: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Ureum PH bisa meningkat

NA dan CL rendah

b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

Rontgen thorax : Efusi pleura.

Uji test tourniket (+)

K. PENATALAKSANAAN

a. Tirah baring

b. Pemberian makanan lunak .

c. Pemberian cairan melalui infus.

Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate

merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na +

130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan

Ca = 3 mEq/liter.

d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,

e. Anti konvulsi jika terjadi kejang

f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).

g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

j.

2. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak,

remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )

Keluhan Utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan

menurun.

15

Page 16: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,

sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan,

karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk

aedes aegipty.

Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas,

ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang

dibersihkan.

Riwayat Tumbuh Kembang

Pengkajian Per Sistem

a. Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan

dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

b. Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV

dapat terjadi DSS

c. Sistem Cardiovaskuler

Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositopeni,

pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,

cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan

tekanan darah tak dapat diukur.16

Page 17: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

d. Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn

limpa, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat

menelan, dapat hematemesis, melena.

e. Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan

nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.

f. Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada

uji tourniquet, terjadi petekie, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan

pada kulit.

B. Diagnosa Keperawatan

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke

ekstravaskuler

Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,

pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan

yang menurun.

Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan

darah ( trombositopeni ).

C. Rencana Asuhan Keperawatan.

a. DP : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

17

Page 18: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Tujuan : Suhu tubuh normal

Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37

Nyeri otot hilang

Intervensi :

Beri kompres air dingin

Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi

Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )

Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap

keringat

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat

dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali

atau lebih sering.

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan

dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan

umum pasien.

Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.

Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang

tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan suhu tubuh pasien.

b. DP : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan

intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan18

Page 19: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Kriteria : Input dan output seimbang

Vital sign dalam batas normal

Tidak ada tanda presyok

Akral hangat

Capilarry refill < 3 detik

Intervensi :

Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering

Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler

Observasi capillary Refill

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ

Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.

Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )

Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral

Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya

hipovolemic syok.

c. DP : Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal

19

Page 20: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Intervensi :

Monitor keadaan umum pasien

Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terjadi

perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok

Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih

Rasional : Perawat perlu terus mengobservasi vital sign untuk memastikan tidak

terjadi presyok / syok

Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi

perdarahan

Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat

segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.

Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh

secara hebat.

Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien

dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

d. DP : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan

nafsu makan yang menurun.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Menunjukkan berat badan yang seimbang.

20

Page 21: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Intervensi :

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan

Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan

Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan

juga mencegah distensi gaster.

Berikan dan Bantu oral hygiene.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.

Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

e. DP : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor

pembekuan darah ( trombositopeni )

Tujuan : Tidak terjadi perdarahan

Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat

Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat

Intervensi :

21

Page 22: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah

yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis,

ptekie.

Monitor trombosit setiap hari

Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat

kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.

Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )

Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya

perdarahan.

Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda

perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.

Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini

bila terjadi perdarahan.

Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan

mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.

Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

C. DISSEMINATED INTRAVASKULER COAGULATON (DIC)

1. Konsep penyakit DIC

A. PENGERTIAN

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-

bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada

pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk

mengendalikan perdarahan. (medicastore.com)

22

Page 23: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai dengan

adanya perdarahan/kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh karena

terbentuknya plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai

fibrinolitik yang di dapatkan dalam sirkulasi (Healthy Cau’s)

Secara umum Disseminated Intavascular Coagulation (DIG) didefinisikan sebagai

kelainan atau gangguan kompleks pembekuan darah akibat stirnulasi yang berlebihan

pada mekanisme prokoagulan dan anti koagulan sebagai respon terhadap jejas/injury

(Yan Efrata Sembiring, Paul Tahalele)

Kesimpulan : DIC adalah penyakit dimana faktor pembekuan dalam tubuh berkurang

sehingga terbentuk bekuan-bekuan darah yang tersebar di seluruh pembuluh darah.

B. ETIOLOGI

Perdarahan terjadi karena hal-hal sebagai berikut :

Hipofibrinogenemia

Trombositopenia

Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah

Fibrinolisis berlebihan

Penyakit-penyakit yang menjadi predisposisi DIC adalah sebagai berikut :

Infeksi (demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria

tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia)

Komplikasi kehamilan (solusio plasenta, kematian janin intrauterin, emboli cairan

amion )

Setelah operasi (operasi paru, by pass cardiopulmonal, lobektomi, gastrektomi,

splenektomi)

Keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, dan leukimia akut)

C. PATOFISIOLOGI

Dibawah kondisi homeostasis, tubuh dipertahankan dalam keseimbangan tersetel

koagulasi dan fibrinolisis. Aktivasi dari kaskade koagulasi menghasilkan trombin yang

mengubah fibrinogen untuk fibrin; bekuan fibrin yang stabil menjadi produk akhir dari

hemostasis.sistem yang kemudian fibrino lytic berfungsi untuk memecah fibrinogen dan

fibrin.pengaktifan system fibrinolytic menghasilkan plasmin (dalam bentuk

23

Page 24: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

trombin) ,yang bertanggung jawab untuk lisis dari bekuan fibrin.rincian fibrinogen dan

fibrin disebut polipeptida hasil dalam produk degradasi fibrin (FDPs) atau produk split

fibrin (FSPs).dalam keadaan homeostasis,kehadiran trombin sangat penting,karena

merupakan pusat enzim proteolitik dari pembekuan dan juga diperlukan untuk

pemecahan gumpalan darah ,atau fibrinolisis.

D. PATOFLOW

Kaskade koagulasi

Trombin

Fibrinogen untuk fibrin

Dipecah oleh fibrinolitik

Plasmin (dalam bentuk trombin)

Pusat enzim proteolitik diperlukan untuk penggumpalan darah

Perdarahan

Dx : Resti perubahan perfusi jaringan b.d hemoragi sekunder

E. MANIFESTASI KLINIS

Perdarahan dari tempat-tempat pungsi, luka, dan membran mukosa pada klien

dengan syok, komplikasi persalinan, sepsis atau kanker

Perubahan kesadaran yang mengindikasikan trombus serebrum

Distensi abdomen yang menandakan adanya perdarahan saluran cerna

Sianosis dan tachypnea akibat buruknya perfusi dan oksigenasi jaringan

Hematuria akibat perdarahan atau oliguria akibat menurunnya perfusi ginjal

24

Page 25: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

F. KOMPLIKASI

Acute respiratory distress syndrome (ARDS)

Penurunan fungsi ginjal

Gangguan susunan saraf pusat

Gangguan hati

Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahan

Peningkatan enzyme jantung : ischemia, aritmia

Purpura fulminan

Insufisiensi adrenal

Kematian lebih dari 50 %

G. INSIDEN

Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:

Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai

komplikasi, dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah

Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang

menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)

Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.

Orang-orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC:

Penderita cedera kepala yang hebat

Pria yang telah menjalani pembedahan prostat

Terkena gigitan ular berbisa.

H. TES DIAGNOSTIK

Hasil pemeriksaan darah menunjukan

Hipofibrinogenemia

Peningkatan produk hasil degradasi fibrin

Trombositopenia

Waktu protrombin yang memanjang

I. PENATALAKSANAAN

25

Page 26: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Menghilangkan faktor pencetus

Tindakan pendukung seperti oksigen suplemen dan cairan IV untuk

mempertahankan tekanan darah

Terapi heparin,heparin dapat diberikan 200 u/kg BB IV tiap 4-6 jam.

Terapi pengganti, darah diberikan untuk mengganti darah yang keluar, transfusi

trombosit, plasma beku segar untuk mengontrol perdarahan.

Obat penghambat fibrinolitik yang memblok akumulasi produk degradasi fibrin dan

harus diberikan setelah terapi heparin.

Dapat diberikan plasma yang mengandung faktor VIII, sel darah merah, dan

trombosit

2. PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. kaji adanya faktor predisposisi

a. septikemia

b. komplikasi obstetrik

c. sindrom distres pernapasan dewasa (ARDS)

d. luka bakar berat dan luas

e. neoplasia

f. gigitan ular

g. penyakit hepar

h. bedah kardiopulmonal

i. trauma

2. Pemeriksaan fisik

a. Perdarahan

Hematuria

Rembesan darah dari pungsi vena dan luka

Epistaksis

Perdarahan GI track

b. Kerusakan perfusi jaringan

Serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, atau sakit

kepala.

26

Page 27: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Ginjal : penurunan pengeluaran urine

Paru-paru : dispnea, ortopnea

Kulit : akrosianosis (ketidakteraturan bentuk bercak sianosis pada lengan

perifer atau kaki.

B. Diagnosa keperawatan

1. Risiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hemoragi

sekunder terhadap DIC

C. Rencana asuhan keperawatan

1. Risiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hemoragi

sekunder terhadap DIC

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan dapat adekuat.

Intervensi

Pantau hasil pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital dan perdarahan baru.

Rasional : untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

Waspadai perdarahan

Rasional : untuk meminimalkan potensial perdarahan lanjut.

Kolaborasi pemberian :

1. Terapi heparin : perhatikan pembentukan tanda-tanda antibodi antitrombosit

oleh penurunan tiba-tiba dari jumlah trombosit

2. Berikan transfusi darah sesuai dengan prosedur dan evaluasi dengan ketat

terhadap menifestasi reaksi transfusi. Hentikan transfusi bila terjadi reaksi

Rasionalnya : bila penyakit primer diatasi, tujuan tindakan tambahan adalah

untuk mengontrol perdarahan dan memperbaiki kadar faktor pembekuan yang

normal. Transfusi darah mungkin diperlukan untuk menggantikan faktor-

faktor pembekuan dan memperbaiki anemia yang dapat terjadi pada

kehilangan darah berlebihan.

27

Page 28: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

Jelaskan tentang semua tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan yang akan

dilakukan

Rasional : pengetahuan tentang apa yang diharapkan membantu mengurangi

ansietas.

Lakukan pendekatan secara tenang dan beri dorongan untuk bertanya serta berikan

informasi yang dibutuhkan dengan bahasa yang jelas.

Rasional : pemecahan masalah sulit untuk orang yang cemas, karena ansietas

merusak belajar dan persepsi. Penjelasan yang jelas dan sederhana paling baik

untuk dipahami. Istilah medis dan keperawatan dapat membingungkan klien dan

meningkatkan ansietas

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan insidennya cukup

besar,penyakit ini akan berakibat buruk jika sudah terjadi syok yang parah dan bisa

menyebabkan kematian.28

Page 29: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

DIC adalah penyakit yang disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah dan

insidennya lebih sedikit dibandingkan dengan DHF.

Kedua penyakit ini sebisa mungkin dihindari karena berhubungan dengan darah dan

darah merupakan komponen utama dalam tubuh yang terdapat diseluruh tubuh.

B. Saran

Penanganan DHF dan DIC harus sedini mungkin agar tidak menyebabkan akibat

buruk seperti kematian dan tenaga kesehatan harus memberi penyuluhan tentang

penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, wiwik. 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

hematologi. Jakarta : salemba medika.

Mubin, halim. 2008. Panduan praktis ilmu penyakit dalam diagnosis dan terapi.

Jakarta : EGC.

Lemone, priscilia. 2004. Medical surgical nursing : crirical thinking in client care.

Jakarta : EGC.

29

Page 30: Askep Pada Penyakit Dic Dan Dhf

http://askepblogspot.com/2008/01/asuhan keperawatan pada klien dengan DHF-6163.html

http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/fci/article/viewFile/349/348

www.fk.uwks.ac.id/.../Hematologi%20Anak%20Perdarahan.pdf

30