tugas referat dic dona.pdf

25
0 DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION ( D I C ) TUGAS REFFERAT KEGAWATDARURATAN DALAM KEBIDANAN DAN NEONATAL OLEH : RAHMADONA BP. 1121228046 PROGRAM PASCA SARJANA ILMU KEBIDANAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

Upload: rahmadona-syafri

Post on 17-Dec-2015

165 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

  • 0DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION( D I C )

    TUGAS REFFERAT

    KEGAWATDARURATAN DALAM KEBIDANAN DAN NEONATAL

    OLEH :

    RAHMADONABP. 1121228046

    PROGRAM PASCA SARJANA ILMU KEBIDANAN

    UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

    2011

  • iKATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, karena berkat

    karunia Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas refferat ini.

    Adapun tujuan dari pembuatan refferat ini adalah untuk memenuhi salah satu

    tugas dari mata kuliah Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan dan Neonatal dengan topic

    Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

    Dalam pembuatan refferat ini tidak terlepas dari bimbingan, ataupun bantuan dari

    dosen pembimbing. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan

    terimakasih kepada dosen pembimbing serta semua pihak yang ikut membantu penulis

    dalam penyusunan makalah sederhana ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari

    sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

    membangun untuk kesempurnaan di masa yang akan dating.

    Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya

    bagi pembaca. Akhir kata penulis sampaikan ucapan terima kasih.

    Padang, Desember 2011

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

    DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

    BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

    BAB II : TINJAUAN TEORITIS......................................................................................... 2

    1. Pengertian DIC ............................................................................................. 2

    2. DIC Dalam Kehamilan................................................................................... 2

    3. Mekanisme Hemostasis Normal.................................................................... 3

    4. Patofisologi DIC ............................................................................................ 7

    5. Etiologi DIC ................................................................................................... 12

    6. Prediposisi DIC ............................................................................................. 13

    7. Gejala Klinis DIC........................................................................................... 13

    8. Diagnosis DIC ............................................................................................... 14

    9. Terapi DIC..................................................................................................... 17

    BAB III : KESIMPULAN.................................................................................................... 20

    DAFTAR PUSTAKA

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan salah satu

    kedaruratan medis,karena mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera.

    DIC dapat terjadi hamper pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta

    usia.

    DIC bukanlah penyakit spesifik tetapi diagnosis kompleks yang melibatkan

    komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang mendasarinya. Banyak penyakit

    yang sudah di kenal dan sering mencetuskan DIC. Akibat banyaknya penyakit yang

    dapat mencetuskannya gejala klinis DIC menjadi sangat bervariasi pula. Hal ini juga

    mungkin salah satu penyabab mengapa banyak istilah yang dipakai untuk DIC seperti

    konsumsi koagulopati, hiperfibrinolisis, defibrinasi dan sindrom trombohemoragik. Istilah

    yang paling akhir ini lebih menggambarkan gejala klinis karena dihubungkan dengan

    patofisiologis. Istilah yang paling umum diterima sekarang ini adalah DIC.

    Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya,

    ditambah gejala tambahan akibat thrombosis, emboli, disfungsi orngan dan perdarahan.

    Pasien dengan DIC akan mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum suntik atau

    infuse, tempat masuk kateter, atau insisi bedah.

    Meski DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda dan

    gejala berikut penatalaksanaannya mutlak diperlukan dan keberhasilan pengobatan

    selain ditentukan oleh keberhasilan mengatasi penyakit dasar yang mencetuskan DIC

    tetapi juga ditentukan oleh akibat DIC itu sendiri.

  • 2BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    1. Pengertian DICDisseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah kelainan

    trombohemoragik sistemik kompleks yang mempengaruhi penurunan fibrin

    intravascular dan konsumsi prokoagulan dan platelet, yang secara klinis

    dikarakteristikkan sebagai koagulasi intravascular dan perdarahan (Becker. J.U,

    2011)

    Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana

    terdapat bekuan-bekuan darah kecil di seluruh aliran darah, menyebabkan

    penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya factor pembekuan

    yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan. (Razi, 2009)

    Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah hiperaktivasi koagulasi

    yang menyebabkan terbentuknya bekuan fibrin intravaskuler dan pembentukan

    sumbat trombosit yang parah di pembuluh darah kecil dan menengah (Levi dan

    Cate, 1999)

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa DIC

    adalah suatu sindrom dimana factor pembekuan darah berkurang sehingga

    terbentuk bekuan-bekuan darah yang tersebar di seluruh tubuh.

    2. DIC Dalam KehamilanPada kasus obstetri DIC selalu merupakan akibat adanya proses yang lain.

    Aktifasi sistem koagulasi ini dapat terjadi dengan cara :

    a. Pelepasan sistem tromboplastin kedalam sirkulasi maternal dari plasenta dan

    jaringan desidua. Mekanisme ini terjadi secara cepat pada kasus solusio

    plasenta, pada kasus IUFD dan missed abortion.

  • 3b. Kerusakan pada sel endotelial membuka kolagen utama kedalam plasma dan

    mengaktifkan faktor koagulasi. Contoh untuk kasus ini adalah Eklamsia dan

    preeclampsia

    c. Kerusakan pada sel darah merah dan trombosit melepaskan pospolipid.

    Hal ini terjadi pada reaksi transfusi.

    d. Kesalahan memperkirakan jumlah perdarahan pada persalinan dengan

    cairan pengganti yang tidak adekuat dengan kristaloid atau koloid

    menyebabkan terjadinya vasospasme, menyebabkan kerusakan endotel, dan

    memicu terjadinya DIC. Hipotensi menurunkan perfusi sehingga terjadi

    hipoksia lokal dan asidosis pada tingkat jaringan memicu terjadinya DIC. DIC

    bisa dihindari dengan mengganti cairan yang cukup, meskipun pada anemia

    yang berat.

    DIC mengarah pada pembentukan bekuan darah kecil di dalam pembuluh

    darah ke seluruh tubuh. Sebagai gumpalan kecil mengkonsumsi protein

    koagulasi dan trombosit, koagulasi normal terganggu dan terjadi perdarahan

    abnormal dari kulit (misalnya dari situs dimana sampel darah diambil ), saluran

    pencernaan, saluran pernapasan dan luka bedah. Gumpalan kecil juga

    mengganggu aliran darah normal untuk organ (seperti ginjal), yang dapat

    mengalami Kerusakan fungsi sebagai hasilnya.

    DIC dapat terjadi akut tetapi juga pada dasar, lambat kronis, tergantung

    pada masalah yang mendasari. Hal ini umum dalam sakit kritis, dan dapat

    berpartisipasi dalam pengembangan kegagalan organ multiple, yang dapat

    menyebabkan kematian.

    3. Mekanisme Hemostasis normal

    Teori yang paling diterima mengenai koagulasi darah dipopulerkan oleh

    Ratnoff dan Bennett (1973) dan dikenal dengan cascade theory.

  • 4Sistem pembuluh darah membentuk suatu sirkuit yang utuh yang

    mempertahankan darah dalam keadaan cair. Jika terdapat kerusakan pada

    pembuluh darah, trombosit dan sistem koagulasi akan menutup kebocoran atau

    kerusakan tersebut sampai sel pada dinding pembuluh darah memperbaiki

    kebocoran tersebut secara permanen. Proses ini meliputi beberapa tahap/faktor,

    yaitu;

    1. Interaksi pembuluh darah dengan struktur penunjangnnya.

    2. Trombosit dan interaksinya dengan pembuluh darah yang mengalami

    kerusakan.

    3. Pembentukan fibrin oleh sistem koagulasi.

    4. Pengaturan terbentuknya bekuan darah oleh inhibitor/penghambat faktor

    pembekuan dan sistem fibrinolisis.

    5. Pembentukan kembali (remodeling) tempat yang luka setelah perdarahan

    berhenti.

    Tahap 1 dan 2 dikenal sebagai hemostasis primer. Sel endotel pada dinding

    pembuluh darah mempunyai mekanisme untuk mengatur aliran darah dengan

    cara vasokontriksi atau vasodilatasi, sedangkan membran basal subendotel

    mengandung protein-protein yang berasal dari endotel seperti kolagen,

    fibronektin, faktor von Willebrand dan lain-lain, yang merupakan tempat

    melekatnya trombosit dan leukosit.

    Trombosit akan membentuk sumbat hemostasis melalui proses: 1) adhesi

    (adhesion), yaitu melekat pada dinding pembuluh darah: 2) agregasi atau saling

    melekat di antara trombosit tersebut, yang kemudian menjadi dilanjutkan dengan

    proses koagulasi.

  • 5Tahap 3 atau sistem koagulasi melibatkan faktor pembekuan dan kofaktor

    yang berinteraksi pada permukaan fosfolipid membran trombosit atau sel endotel

    yang rusak untuk membentuk darah yang stabil. Sistem ini dibagi menjadi jalur

    ekstrinsik yangn melibatkan faktol jaringan (tissue factor) dan faktor VII, dan jalur

    instrinsik (starface-contact factor). Sistem ini diaktifkan jika faktor jaringan, yang

    diekspresikan pada sel yang rusak atau teraktivasi (sel pembuluh darah atau

    monosit) berkontak dengan faktor VII aktif (a) yang bersikulasi, membentuk

    kompleks yang selanjutnnya akan mengaktifkan faktor X menjadi Xa dan

  • 6seterusnya hingga membentuk trombus/fibrin yang stabil (cross-linked fibrin).

    Skema 1. Proses Koagulasi Darah

    Setelah fibrin terbentuk, pada tahap 4 antikoagulan alamiah berperan

    untuk mengatur dan membatasi pembentukan sumbat hemostasis atau trombus

    pada dinding pembuluh darah yang rusak tersebut. Sistem ini terdiri dari

    antirombin (AT)-III, protein S, serta heparin kofaktor II, alfa-1 antirifsin dan alfa-2

    makroglobulin. Antirombin bekerja menghambat atau menginaktivasi trombin,

    faktor VIIa, XIIa, Xia, Xa, dan Ixa. Tanpa adanya heparin, kecepatan inaktivasi ini

    reelatif lambat. Heparin mengikat dan mengubah AT dan meningkatkan

    kecepatan inaktivasi AT. Sedangkan protein C menghambat faktor Va dan VIIIa,

    dengan bantuan protein S sebagai kofaktor.

  • 7Fibrinolisis atau pemecahan fibrin merupakan mekanisme pertahanan

    tubuh untuk mempertahankan patensi pembuluh darah dan menormalkan aliran

    darah. Enzim yang berperan dalam sistem ini adalah plasminogen, yang akan

    diubah menjadi plasmin dan kemudian akan memecah fibrinogen dan fibrin

    menjadi fibrinogen(atau fibrin) degradation product (FDP), sedangkan produk

    pemecahan fibrin ikat silang adalah D-dimer.

    Tahap 5 terjadi hemostasis darah yang normal dan merupakan

    keseimbangan dinamis antara koagulasi yang membentuk fibrin dan sistem

    fibrinolisis, yang berfungsi membuang fibrin ketika fungsi hemostasis sudah

    lengkap.

    4. PATOFISIOLOGI DIC

    Patofisiologi 1: Consumptive coagulopathyPada prinsipnya DIC dapat dikenali jika terdapat aktivasi sistem

    pembekuan darah secara sistemik. Trombosit yang menurun terus-menerus,

    komponen fibrin bebas yang terus berkurang, disertai tanda-tanda perdarahan

    merupakan tanda dasar yang mengarah kecurigaan ke DIC. Karena dipicu

    penyakit/trauma berat, akan terjadi aktivasi pembekuan darah, terbentuk fibrin

    dan deposisi dalam pembuluh darah, sehingga menyebabkan trombus

    mikrovaskular pada berbagai organ yang mengarah pada kegagalan fungsi

    berbagai organ. Akibat koagulasi protein dan platelet tersebut, akan terjadi

    komplikasi perdarahan.

    Karena terdapat deposisi fibrin, secara otomatis tubuh akan mengaktivasi

    sistem fibrinolitik yang menyebabkan terjadi bekuan intravaskular. Dalam

    sebagian kasus, terjadinya fibrinolisis (akibat pemakaian alfa2-antiplasmin) juga

    justru dapat menyebabkan perdarahan. Karenanya, pasien dengan DIC dapat

  • 8terjadi trombosis sekaligus perdarahan dalam waktu yang bersamaan, keadaan

    ini cukup menyulitkan untuk dikenali dan ditatalaksana.

    Pengendapan fibrin pada DIC terjadi dengan mekanisme yang cukup

    kompleks. Jalur utamanya terdiri dari dua macam, pertama, pembentukan

    trombin dengan perantara faktor pembekuan darah. Kedua, terdapat disfungsi

    fisiologis antikoagulan, misalnya pada sistem antitrombin dan sistem protein C,

    yang membuat pembentukan trombin secara terus-menerus.

    Sebenarnya ada juga jalur ketiga, yakni terdapat depresi sistem fibrinolitik

    sehingga menyebabkan gangguan fibrinolisis, akibatnya endapan fibrin

    menumpuk di pembuluh darah. Nah, sistem-sistem yang tidak berfungsi secara

    normal ini disebabkan oleh tingginya kadar inhibitor fibrinolitik PAI-1. Seperti

    yang tersebut di atas, pada beberapa kasus DIC dapat terjadi peningkatan

    aktivitas fibrinolitik yang menyebabkan perdarahan.

    Sepintas nampak membingungkan, namun karena penatalaksanaan DIC

    relatif suportif dan relatif mirip dengan model konvensional, maka tulisan ini akan

    membahas lebih dalam tentang patofisiologi DIC.

    Patofisiologi 2: depresi prokoagulanDIC terjadi karena kelainan produksi faktor pembekuan darah, itulah

    penyebab utamanya. Karena banyak sekali kemungkinan gangguan produksi

    faktor pembekuan darah, banyak pula penyakit yang akhirnya dapat

    menyebabkan kelainan ini. Garis start jalur pembekuan darah ialah tersedianya

    protrombin (diproduksi di hati) kemudian diaktivasi oleh faktor-faktor pembekuan

    darah, sampai garis akhir terbentuknya trombin sebagai tanda telah terjadi

    pembekuan darah.

    Pembentukan trombin dapat dideteksi saat tiga hingga lima jam setelah

    terjadinya bakteremia atau endotoksemia melalui mekanisme antigen-antibodi.

    Faktor koagulasi yang relatif mayor untuk dikenal ialah sistem VII(a) yang

  • 9memulai pembentukan trombin, jalur ini dikenal dengan nama jalur ekstrinsik.

    Aktivasi pembekuan darah sangat dikendalikan oleh faktor-faktor itu sendiri,

    terutama pada jalur ekstrinsik.

    Jalur intrinsik tidak terlalu memegang peranan penting dalam

    pembentukan trombin. Faktor pembekuan darah itu sendiri berasal dari sel-sel

    mononuklear dan sel-sel endotelial. Sebagian penelitian juga mengungkapkan

    bahwa faktor ini dihasilkan juga dari sel-sel polimorfonuklear.

    Kelainan fungsi jalur-jalur alami pembekuan darah yang mengatur aktivasi

    faktor-faktor pembekuan darah dapat melipatgandakan pembentukan trombin

    dan ikut andil dalam membentuk fibrin. Kadar inhibitor trombin, antitrombin III,

    terdeteksi menurun di plasma pasien DIC.

    Penurunan kadar ini disebabkan kombinasi dari konsumsi pada

    pembentukan trombin, degradasi oleh enzim elastasi, sebuah substansi yang

    dilepaskan oleh netrofil yang teraktivasi serta sintesis yang abnormal. Besarnya

    kadar antitrombin III pada pasien DIC berhubungan dengan peningkatan

    mortalitas pasien tersebut. Antitrombin III yang rendah juga diduga berperan

    sebagai biang keladi terjadinya DIC hingga mencapai gagal organ.

    Berkaitan dengan rendahnya kadar antitrombin III, dapat pula terjadi

    depresi sistem protein C sebagai antikoagulasi alamiah. Kelainan jalur protein C

    ini disebabkan down regulation trombomodulin akibat sitokin proinflamatori dari

    sel-sel endotelial, misalnya tumor necrosis factor-alpha (TNF-) dan interleukin

    1b (IL-1b).

    Keadaan ini dibarengi rendahnya zimogen pembentuk protein C akan

    menyebabkan total protein C menjadi sangat rendah, sehingga bekuan darah

    akan terus menumpuk. Berbagai penelitian pada hewan (tikus) telah

    menunjukkan bahwa protein C berperan penting dalam morbiditas dan mortalitas

    DIC.

    Selain antitrombin III dan protein C, terdapat pula senyawa alamiah yang

    memang berfungsi menghambat pembentukan faktor-faktor pembekuan darah.

  • 10

    Senyawa ini dinamakan tissue factor pathway inhibitor (TFPI). Kerja senyawa ini

    memblok pembentukan faktor pembekuan (bukan memblok jalur pembekuan itu

    sendiri), sehingga kadar senyawa ini dalam plasma sangatlah kecil, namanya

    pun jarang sekali kita kenal dalam buku teks.

    Pada penelitian dengan menambahkan TFPI rekombinan ke dalam

    plasma, sehingga kadar TFPI dalam tubuh jadi meningkat dari angka normal,

    ternyata akan menurunkan mortalitas akibat infeksi dan inflamasi sistemik. Tidak

    banyak pengaruh senyawa ini pada DIC, namun sebagai senyawa yang

    mempengaruhi faktor pembekuan darah, TFPI dapat dijadikan bahan

    pertimbangan terapi DIC dan kelainan koagulasi di masa depan.

    Patofisiologi 3: defek fibrinolisisPada keadaan aktivasi koagulasi maksimal, saat itu sistem fibrinolisis

    akan berhenti, karenanya endapan fibrin akan terus menumpuk di pembuluh

    darah. Namun pada keadaan bakteremia atau endotoksemia, sel-sel endotel

    akan menghasilkan Plasminogen Activator Inhibitor tipe 1 (PAI-1).

    Pada kasus DIC yang umum, kelainan sistem fibrinolisis alami (dengan

    antitrombin III, protein C, dan aktivator plasminogen) tidak berfungsi secara

    optimal, sehingga fibrin akan terus menumpuk di pembuluh darah. Pada

    beberapa kasus DIC yang jarang, misalnya DIC akibat acute myeloid leukemia

    M-3 (AML) atau beberapa tipe adenokasrsinoma (mis. Kanker prostat), akan

    terjadi hiperfibrinolisis, meskipun trombosis masih ditemukan di mana-mana

    serta perdarahan tetap berlangsung.

    Ketiga patofisiologi tersebut menyebabkan koagulasi berlebih pada

    pembuluh darah, trombosit akan menurun drastis dan terbentuk kompleks

    trombus akibat endapan fibrin yang dapat menyebabkan iskemi hingga

    kegagalan organ, bahkan kematian.

  • 11

    Secara singkat, patogenesis DIC secara skematik dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    Masuknya Prokoagulan Ke Peredaran Darah/Kerusakan Endotil Yang Luas

    Skema : Patofisiologi DIC

    ContactActivation Tissue Factor Sistem Fibrinolisis

    PlateletActivation

    Coagulation Cascade Plasmin

    KonsumsiPlatelet

    Protrombin Thrombin

    Trombositopenia

    Konsumsi FaktorPembeku

    Fibrinogen Fibrin FDP

    Defisiensi factorpembeku

    KoagulationDisseminata

    BLEEDING

    Trombosis

    Multiple OrganFailure

    Anti Koagulan

  • 12

    5. ETIOLOGI DICDIC AKUTa. Obstetri :

    Solutio Plasenta (penyebab terbanyak)

    Emboli air ketuban

    Pre eklamsi/Eklamsi

    Abortus

    Ruptur uteri

    Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

    Perdarahan Postpartum

    b. Hematologi

    Reaksi transfuse darah

    Hemolisis berat

    Leukemia

    Haemofilia

    c. Infeksi

    Septikemia : gram negative (endotoksin)

    Viremia : HIV,hepatitis,varisela,virus sitomegalo,demam dengue

    Parasit : malaria

    d. Trauma

    e. Luka bakar

    f. Kelainan vascular

    DIC KRONIKa. Keganasan

    b. Penyakit Kardiovaskular

    c. Penyakit Auto imun

    d. Penyakit ginjal menahun

  • 13

    6. PREDISPOSISI DIC

    Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan yang

    disertai dengan komplikasi dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran

    darah

    Penderita infeksi berat dimana bakteri melepaskan endotoksin ( suatu zat

    yang menyebabkan aktivasi pembekuan)

    Penderita Leukimia tertentu atau penderita kanker lambung, pancreas atau

    prostat

    Penderita cedera kepala yang hebat

    Pria yang telah menjalani pembedahan prostat

    Gigitan ular berbisa

    7. GEJALA KLINIS DIC

    Perdarahan pada kulit (petechie dan echymosis)

    Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan lain-

    lain)

    Easy Bruising

    Perdarahan organ

    Pada kasus obstetric terjadi perdarahan aktif pada luka bekas operasi dan

    perdarahan postpartum

  • 14

    Gambar 1. Epistaksis

    Gambar 2. Petechiae

    Gambar 3. Echymosis

    8. DIAGNOSIS DICDiagnosis terhadap DIC didasarkan pada gejala fisik dan tes laboratorium.

    Kewaspadaan terhadap kondisi yang dapat menimbulkan DIC penting dilakukan,

    mengingat pentingnya kecepatan diagnosis DIC, dan kurangnya fasilitas

    laboratorium yang lengkap menyebabkan tidak dilakukannya tes kelainan

    hematologi definitif.

    Tes Pembentukan bekuan darah merupakan tes yang mudah dikerjakan.

    Hasil yang abnormal menunjukkan adanya abnormalitas menyeluruh dari sistem

    koagulasi. Tes ini dikerjakan dengan mengambil 5 ml darah dalam tabung gelas

    (atau dalam spuit injeksi), balikkan tabung tiga atau empat kali dan amati

  • 15

    terjadinya jendalan, dan retraksi serta koagulasi jendalan. Waktu pembekuan

    memanjang apabila lebih dari 10-12 menit. pembekuan harus dapat bertahan

    ketika tabung dibalik sesudah 30 menit, dan belum lisis dalam 1 jam.

    Pembekuan harus terbentuk paling tidak separuh dari total jumlah sampel

    darah. Pada DIC berat semua hasil laboratorium untuk menilai fungsi koagulasi

    dan fibrinolisis menjadi abnormal, sedangkan pada kasus yang lebih ringan

    hasilnya bervariasi.

    Uji laboratorium untuk diagnosis DIC terdiri atas uji tapis dan uji penentu.

    Uji tapis meliputi hitung trombosit, Protrombin time (PT), Partial Tromboplasitin

    Time, masa trombin, fibrinogen, sedangkan uji penentu adalah pemeriksaan

    fibrin monomer terlarut (soluble fibrin monomer), D-dimer, Fibrin degradation

    product dan anti trombin.

    Dalam pertemuan Scientific and standardization Comittee International

    Society on trombosis and Haemostasis ke 47, Juli 2001 di Paris disusun sistem

    skor untuk DIC.

    Skor DIC.1. penilaian risiko : apakah terdapat kelainan dasar/etiologi yang berkaitan

    dengan DIC ? (jika tidak, penilaian tidak dilanjutkan)

    2 Uji koagulasi : hitung trombosit, Protrombin time, Fibrinogen, FDP/D-dimer)

    Skor :Trombosit : >100.000/mm3 : 0

    : 50.000-100.000/mm3 : 1

    : 500 g/L : meningkat ringan : 2

  • 16

    Pemanjangan protrombin time (PT)

    : < 3 detik : 0

    : 4-6 detik : 1

    : > 6 detik : 2

    Fibrinogen

    : > 100 mg/dl : 0

    : < 100 mg/dl : 1

    Jumlah skor 5 sesuai DIC, skor diulang setiap hari

    Jumlah skor < 5 sugestif DIC, skor diulang dalam 1-2 hari.

    Angka trombosit rendah, atau turun sangat rendah, hal ini disebabkan

    kadar faktor VII dari sel endotelial sering meningkat. Partial tromboplastin time

    bervariasi dan mungkin hanya memanjang pada proses akhir, ketika faktor

    pembekuan turun sangat rendah. Protrombin time menjadi memanjang, oleh

    karena hampir semua faktor koagulasi ekstrinsik turun (terutama II,V,VII,X).4

    Trombin time biasanya memanjang.

    Kadar fibrinogen pada kondisi kehamilan normal meningkat 400-650 mg/dl

    pada DIC kadarnya turun pada kadar normal orang tidak hamil. Pada DIC berat

    kadar fibrinogen biasanya kurang dari 150 mg/dl. Kadar FDP 80/ml mendukung

    diagnosis DIC, kadar ini akan menetap tinggi selama 24-48 jam setelah DIC

    terkontrol. Sediaan apus darah akan menunjukkan bentuk abnormal, dan sel

    darahmerah yang pecah (Schistocytes), yang terbentuk akibat melalui lubang

    fibrin pada kapiler yang tersumbat.

  • 17

    9. TERAPI DIC

    Tidak ada penatalaksanaan khusus untuk DIC selain mengobati penyakit

    yang mendasarinya, misalnya jika karena infeksi, maka antibiotik diperlukan

    untuk fase akut, sedangkan jika karena komplikasi obstetrik, maka janin harus

    dilahirkan secepatnya.

    Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika keadaan

    pasien sudah sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan

    masif, memerlukan tindakan invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan.

    Terbatasnya syarat transfusi ini berdasarkan pemikiran bahwa

    menambahkan komponen darah relatif mirip menyiram bensin dalam api

    kebakaran, namun pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya

    hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan

    masa yang tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk

    memperbaiki kondisi perdarahan.

    Pada kehamilan DIC berlangsung sangat cepat. Terapi harus diutamakan.

    Proses dan perkembangan DIC sangat dinamis sehingga hasil laboratorium

    mungkin tidak menggambarkan situasi yang sebenarnya. Namun ini tidak berarti

    tidak harus mengikuti hasil laboratorium dan pertolongan dari ahli hematologi bila

    memang tersedia. Bagaimanapun tanpa hasil hematologi yang lengkap, harus

    punya rencana manajemen yang dapat mengatasi masalah yang bisa

    menimbulkan komplikasiyangmembahayakan.

    Manajemen yang pertama adalah mengatasi penyebab timbulnya DIC.

    Umumnya hal ini dilakukan dengan melahirkan produk kehamilan, kemudian

    dilanjutkan dengan menjaga perfusi organ.

    Terapi pada pasien dengan DIC antara lain adalah dengan pemberian

    prefarat di bawah ini :

  • 18

    1. Fresh Whole Blood (FWB)

    Merupakan terapi terbaik karena kandungan factor koagulasi dan trombosit

    2. Fresh Frozen Plasma (FFP)

    Diberikan dengan indikasi perdarahan masif, defisiensi faktor koagulasi

    tertentu, melawan pemberian warfarin sebelumnya, defisiensi antitrombin II,

    imunodefisiensi dan purpura trombositopeni

    3. Transfusi Trombosit

    Diberikan apabila terdapat perdarahan aktif dengan angka trombosit