dic askep klmk2
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
1/23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta
usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya,
ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ, dan perdarahan.
Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer dengan istilah aslinya,
Disseminated Intravascular Coagulation DIC! merupakan diagnosis kompleks yang
melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang mendahuluinya. Keadaan
ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan koagulopati konsumtif yang parah.
"anyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan
penyakit yang berakhir dengan DIC akan memiliki prognosis malam. #eski DIC merupakan
keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda dan gejala berikut penatalaksanaannya
menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasai oleh hematolog, namun hampir semua
dokter dari berbagai disiplin.
DIC merupakan kelainan perdarahan yang mengancam nya$a, terutama disebabkan
oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, luka bakar, trauma masif%multiple, serta sepsis
bakterial. Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai dengan
adanya perdarahan%kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh karena terbentuknya
plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai fibrinolitik yang di dapatkan
dalam sirkulasi. &erjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan
melepaskan faktor-faktor pembekuan darah. 'ndotoksin dari bakteri gram negatif akan
mengaktivasi beberapa langkah pembekuan darah. 'ndotoksin ini pula yang akan memicu
pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. (el yang teraktivasi
ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada
mikrovaskular. )ase a$al DIC ini akan diikuti fase consumptive coagulopathydansecondary
fibrinolysis. *embentukan fibrin yang terus menerus disertai jumlah trombosit yang terus
menurun menyebabkan perdarahan dan terjadi efek antihemostatik dari produk degradasi
fibrin. *asien akan mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum suntik%infus, tempat
masuk kateter, atau insisi bedah. +kan terjadi akrosianosis, trombosis, dan perubahan pre
gangren pada jari, genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme atau
mikrotrombin.
1
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
2/23
1.2 Rumusan Masalah
. +pa definisi dari DIC
. +pa etiologi dari DIC
/. "agaimana patofisiologi dari DIC
0. +pa manifestasi klinis dari DIC
1. +pa saja pemeriksaan diagnostic spesifik pada DIC
2. "agaimana penatalaksanaan dari DIC
3. "agaimana asuhan kepera$atan dari DIC
1.3 Tujuan
. #engetahui definisi dari DIC.
. #engetahui etiologi dari DIC.
/. #engetahui patofisiologi dari DIC.
0. #engetahui manifestasi klinis dari DIC.
1. #engetahui pemeriksaan diagnostic spesifik dari DIC.
2. #engetahui penatalaksanaan dari DIC.
3. #engetahui asuhan kepera$atan pada DIC.
1. Man!aat
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, baik penyusun maupun pembaca
dapat memahami dan memberikan asuhan kepera$atan pada pasien DIC dengan tepat
dan bermutu. (elain itu diharapakan makalah ini, kita dapat menambah ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kepera$atan.
2
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
3/23
BAB II
TIN"AUAN PU#TA$A
2.1 Pengert%an
Disseminated Intravascular Coagulation adalah gangguan dimana terjadi koagulasi
atau fibrinolisis destruksi bekuan!. DIC dapat terjadi pada sembarang malignansi, tetapi
yang paling umum berkaitan dengan malignansi hematologi seperti leukemia dan kanker
prostat, traktus GI dn paru-paru. *roses penyakit tertentu yang umumnya tampak pada pasien
kanker dapat juga mencetuskan DIC termasuk sepsis, gagal hepar dan anfilaksis. "runner 4
(uddarth, 55!
Keadaan ini dia$ali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang biasanya
dirangsang oleh suatu 6at racun di dalam darah. *ada saat yang bersamaan, terjadi pemakaian
trombosit dan protein dari faktor-faktor pembekuan sehingga jumlah faktor pembekuan
berkurang, maka terjadi perdarahan yang berlebihan.
Disseminated Intravascular Coagulation DIC! adalah suatu keadaan dimana bekuan-
bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan. medicastore.com!.
Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai dengan
adanya perdarahan%kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh karena terbentuknya
plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai fibrinolitik yang di dapatkan
dalam sirkulasi 7ealthy Cau8s!
(ecara umum Disseminated Intavascular Coagulation DIG! didefinisikan sebagai
kelainan atau gangguan kompleks pembekuan darah akibat stirnulasi yang berlebihan pada
mekanisme prokoagulan dan anti koagulan sebagai respon terhadap jejas%injury 9an 'frata
(embiring, *aul &ahalele!
Kesimpulannya, DIC adalah penyakit dimana faktor pembekuan dalam tubuh
berkurang sehingga terbentuk bekuan-bekuan darah yang tersebar di seluruh pembuluh darah.
2.2 Et%&l&g%
7al : hal yang dapat memyebabkan DIC ;
. )etus mati dalam kandungan
. +bortus
/. &rauma "isa ular
0. (yok 1. Infeksi
3
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
4/23
2. +noksemia
3. +sidosis
trakorporeal
. Keganasan. 7emolisis
?rang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC;
. @anita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai
komplikasi, dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
. *enderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin suatu 6at yang
menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan!
/. *enderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun
prostat.(edangkan orang - orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC; ;
. *enderita cedera kepala yang hebat
. *ria yang telah menjalani pembedahan prostate
/. &erkena gigitan ular berbisa
2.3 Ins%'en kasus
. )rekuensi
DIC bisa terjadi pada /5A-15A pasien dengan sepsis. (elain itu diperkirakan DIC
terjadi A dari semua pasien yang dira$at di rumah sakit. Di +merika (erikat kira-kira terjadi
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
5/23
/. Benis Kelamin
Insiden kejadian sama antara laki-laki dan perempuan.
2. Pat&!%s%&l&g%
+danya keadaan perubahan factor pembekuan tertentu mengakibatkan pelepasan
substansi tromboplastik yang kemudian mengaktivasi thrombin dan selanjutnya akan
mengaktifkan fibrinogen dan berakibat penumpukan fibrin pada mikrosirkulasi. +gregasi
patelet%trombosit atau dhesivitas yang meningkat memungkinkan fibrin membeku dan
terbentuk mikrotrombin di otak, ginjal, jantung, dan organ-organ lain sehingga menyebabkan
mikroinfark dan nekrosis jaringan. *ada sisi lain sel-sel darah merah terkepung pada benang
fibrin dan mengalami kerusakan hemolisis! mengakibatkan penurunan aliran darah,
berkurangnya trombosit, protombin, dan factor pembekuan yang meluas mengaktivasi
mekanisme fibrinolitik. (ehingga menyebabakan produksi 6at pemecah fibrin. at peecah
fibrin bekerja menghambat fungsi pembekuan trombosit, yang memungkinkan koagulasi
menjadi lambat dan memicu perdarahan lebuh lanjut.
. Consumptive Coagulopathy
*ada prinsipnya DIC dapat dikenali jika terdapat aktivasi sistem pembekuan darah
secara sistemik. &rombosit yang menurun terus-menerus, komponen fibrin bebas yang terus
berkurang, disertai tanda-tanda perdarahan merupakan tanda dasar yang mengarah kecurigaan
5
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
6/23
ke DIC. Karena dipicu penyakit%trauma berat, akan terjadi aktivasi pembekuan darah,
terbentuk fibrin dan deposisi dalam pembuluh darah, sehingga menyebabkan trombus
mikrovaskular pada berbagai organ yang mengarah pada kegagalan fungsi berbagai organ.
+kibat koagulasi protein dan platelet tersebut, akan terjadi komplikasi perdarahan.
Karena terdapat deposisi fibrin, secara otomatis tubuh akan mengaktivasi sistem
fibrinolitik yang menyebabkan terjadi bekuan intravaskular. Dalam sebagian kasus, terjadinya
fibrinolisis akibat pemakaian alfa-antiplasmin! juga justru dapat menyebabkan perdarahan.
Karenanya, pasien dengan DIC dapat terjadi trombosis sekaligus perdarahan dalam $aktu
yang bersamaan, keadaan ini cukup menyulitkan untuk dikenali dan ditatalaksana.
*engendapan fibrin pada DIC terjadi dengan mekanisme yang cukup kompleks. Balur
utamanya terdiri dari dua macam, pertama, pembentukan trombin dengan perantara faktor
pembekuan darah. Kedua, terdapat disfungsi fisiologis antikoagulan, misalnya pada sistem
antitrombin dan sistem protein C, yang membuat pembentukan trombin secara terus-menerus.
(ebenarnya ada juga jalur ketiga, yakni terdapat depresi sistem fibrinolitik sehingga
menyebabkan gangguan fibrinolisis, akibatnya endapan fibrin menumpuk di pembuluh darah.
ah, sistem-sistem yang tidak berfungsi secara normal ini disebabkan oleh tingginya kadar
inhibitor fibrinolitik *+I-. (eperti yang tersebut di atas, pada beberapa kasus DIC dapat
terjadi peningkatan aktivitas fibrinolitik yang menyebabkan perdarahan. (epintas nampak
membingungkan, namun karena penatalaksanaan DIC relatif suportif dan relatif mirip dengan
model konvensional, maka tulisan ini akan membahas lebih dalam tentang patofisiologi DIC.
. Depresi *rokoagulan
DIC terjadi karena kelainan produksi faktor pembekuan darah, itulah penyebab
utamanya. Karena banyak sekali kemungkinan gangguan produksi faktor pembekuan darah,
banyak pula penyakit yang akhirnya dapat menyebabkan kelainan ini. Garis start jalur
pembekuan darah ialah tersedianya protrombin diproduksi di hati! kemudian diaktivasi oleh
faktor-faktor pembekuan darah, sampai garis akhir terbentuknya trombin sebagai tanda telah
terjadi pembekuan darah.
*embentukan trombin dapat dideteksi saat tiga hingga lima jam setelah terjadinya
bakteremia atau endotoksemia melalui mekanisme antigen-antibodi. )aktor koagulasi yang
relatif mayor untuk dikenal ialah sistem EIIa! yang memulai pembentukan trombin, jalur ini
dikenal dengan nama jalur ekstrinsik. +ktivasi pembekuan darah sangat dikendalikan oleh
faktor-faktor itu sendiri, terutama pada jalur ekstrinsik. Balur intrinsik tidak terlalu memegang
peranan penting dalam pembentukan trombin. )aktor pembekuan darah itu sendiri berasal
6
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
7/23
dari sel-sel mononuklear dan sel-sel endotelial. (ebagian penelitian juga mengungkapkan
bah$a faktor ini dihasilkan juga dari sel-sel polimorfonuklear.
Kelainan fungsi jalur-jalur alami pembekuan darah yang mengatur aktivasi faktor-
faktor pembekuan darah dapat melipatgandakan pembentukan trombin dan ikut andil dalam
membentuk fibrin. Kadar inhibitor trombin, antitrombin III, terdeteksi menurun di plasma
pasien DIC. *enurunan kadar ini disebabkan kombinasi dari konsumsi pada pembentukan
trombin, degradasi oleh en6im elastasi, sebuah substansi yang dilepaskan oleh netrofil yang
teraktivasi serta sintesis yang abnormal. "esarnya kadar antitrombin III pada pasien DIC
berhubungan dengan peningkatan mortalitas pasien tersebut. +ntitrombin III yang rendah
juga diduga berperan sebagai biang keladi terjadinya DIC hingga mencapai gagal organ.
"erkaitan dengan rendahnya kadar antitrombin III, dapat pula terjadi depresi sistem
protein C sebagai antikoagulasi alamiah. Kelainan jalur protein C ini disebabkan do$n
regulation trombomodulin akibat sitokin proinflamatori dari sel-sel endotelial, misalnya
tumor necrosis factor-alpha &)-F! dan interleukin b I-b!. Keadaan ini dibarengi
rendahnya 6imogen pembentuk protein C akan menyebabkan total protein C menjadi sangat
rendah, sehingga bekuan darah akan terus menumpuk. "erbagai penelitian pada he$an
tikus! telah menunjukkan bah$a protein C berperan penting dalam morbiditas dan mortalitas
DIC.
(elain antitrombin III dan protein C, terdapat pula senya$a alamiah yang memang
berfungsi menghambat pembentukan faktor-faktor pembekuan darah. (enya$a ini dinamakan
tissue factor path$ay inhibitor &)*I!. Kerja senya$a ini memblok pembentukan faktor
pembekuan bukan memblok jalur pembekuan itu sendiri!, sehingga kadar senya$a ini dalam
plasma sangatlah kecil, namanya pun jarang sekali kita kenal dalam buku teks. *ada
penelitian dengan menambahkan &)*I rekombinan ke dalam plasma, sehingga kadar &)*I
dalam tubuh jadi meningkat dari angka normal, ternyata akan menurunkan mortalitas akibat
infeksi dan inflamasi sistemik. &idak banyak pengaruh senya$a ini pada DIC, namun sebagai
senya$a yang mempengaruhi faktor pembekuan darah, &)*I dapat dijadikan bahan
pertimbangan terapi DIC dan kelainan koagulasi di masa depan.
/. Defek )ibrinolisis
*ada keadaan aktivasi koagulasi maksimal, saat itu sistem fibrinolisis akan berhenti,
karenanya endapan fibrin akan terus menumpuk di pembuluh darah. amun pada keadaan
bakteremia atau endotoksemia, sel-sel endotel akan menghasilkan *lasminogen +ctivator
Inhibitor tipe *+I-!. *ada kasus DIC yang umum, kelainan sistem fibrinolisis alami
dengan antitrombin III, protein C, dan aktivator plasminogen! tidak berfungsi secara
7
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
8/23
optimal, sehingga fibrin akan terus menumpuk di pembuluh darah. *ada beberapa kasus DIC
yang jarang, misalnya DIC akibat acute myeloid leukemia #-/ +#! atau beberapa tipe
adenokasrsinoma mis. Kanker prostat!, akan terjadi hiperfibrinolisis, meskipun trombosis
masih ditemukan di mana-mana serta perdarahan tetap berlangsung. Ketiga patofisiologi
tersebut menyebabkan koagulasi berlebih pada pembuluh darah, trombosit akan menurun
drastis dan terbentuk kompleks trombus akibat endapan fibrin yang dapat menyebabkan
iskemi hingga kegagalan organ, bahkan kematian.
2.( Man%!estas% $l%n%s
#anifestasi klinis dari sindrom ini beragam dan bergantung pada system organ yang
terlibat dalam thrombus%infark atau episode perdarahan. DIC kronis bisa menimbulkan
sedikit gejala, seperti mudah memar, perdarahan lama dari tempat tusukan pungsi vena,
perdarahan gusi, dan perdarahan gastrointestinal lambat, atau tidak ada gejala yang tidak
dapat diamati. Gejala akibat thrombosis mikrovaskular dapat berupa kesadaran menurun
sampai koma, gagal ginjal akut, gagal napas akut dan iskemia fokal, dan gangrene pada kulit.
#engatasi perdarahan pada KID sering lebih mudah daripada mengobati akibat thrombosis
pada mikrovaskular yang menyababkan gangguan aliran darah,iskemia dan berakhir dengan
kerusakan organ yang menyebabkan kematian.
2.) Pemer%ksaan '%agn&st%k s*es%!%k
DIC adalah suatu kondisi yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk didiagnosa.
&idak ada single test yang digunakan untuk mendiagnosa DIC. Dalam beberapa kasus,
beberapa tes yang berbeda digunakan untuk diagnose yang akurat.
&es yang dapat digunakan untul mendiagnosa DIC termasuk;
. D-dimer
&es darah ini membantu menentukan proses pembekuan darah dengan mengukur fibrin
yang dilepaskan. D-dimer pada orang yang mempunyai kelainan biasanya lebih tinggi
dibanding dengan keadaan normal.
. *rothrimbin &ime *&&!
&es darah ini digunakan untuk mengukur berapa lama $aktu yang diperlukan dalam
proses pembekuan darah. (edikitnya ada belasan protein darah, atau factor pembekuan
yang diperlukan untuk membekukan darah dan menghentikan pendarahan. *rothrombin
atau factor II adalah salah satu dari factor pembekuan yang dihasilkan oleh hati. *&&
yang memanjang dapat digunakan sebagai tanda dari DIC.
/. )ibrinogen
8
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
9/23
&es darah ini digunakan untuk mengukur berapa banyak fibrinogen dalam darah.
)ibrinogen adalah protein yang mempunyai peran dalam proses pemnekuan darah.
&ingkant fibrinogen yang rendah dapat menjadi tanda DIC. 7al ini terjadi ketika tubuh
menggunakan fibrinogen lebih cepat dari yang diproduksi.
0. Complete "lood Count C"C!
C"C merupakan pengambilan sampel darah dan menghitung jumlah sel darah merah dan
sel darah putih. 7asil pemeriksaan C"C tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa DIC,
namun dapat memberikan informasi seorang tenaga medis untuk menegakkan diagnose.
1. 7apusan Darah
*ada tes ini, tetes darah adalah di oleskan pada slide dan di$arnai dengan pe$arna
khusus. (lide ini kemudian diperiksa diba$ah mikroskop jumlah, ukuran dan bentuk sel
darah merah, sel darah putih, dan platelet dapat di identifikasi. (el darah sering terlihat
rusak dan tidak normal pada pasien dengan DIC.
#k&r Tes Pem+ekuan
(coring system untuk DIC diajukan oleh I(&7
International (ociety on thrombosis and 7emostasis!
(kor atau (kala 5 /
Bumlah *latelet
>5
=
%!
H55 55 15
*& detik! / H/ but 2 J2
)ibrinogeng%! H
)ibrin-related
markers
meningkat!
&idak
meningkat
#eningkat
sedang
*eningkatan
yang tajam
T,TAL Bika J1, overt DIC- tes diulang setiap hari. Bika 1, non-overt DIC :
tes diulang - hari setelah tes pertama dilakukan.
jalan pintas dari penilaian fibrin yang berhubungan dengan penanda yang ditegakkan
untuk tes spesifik.diadaptasi dari )ranchini, et al., 552, 2!
2.- Penatalaksanaan
*enatalakasanaan DIC yang utama adalah mengobati penyakit yang mendasari
terjadinya DIC. Bika hal ini tidak dilakukan, pengobatan terhadap DIC tidak akan berhasil.
Kemudian pengobatan lainnya yang bersifat suportive dapat diberikan.
1. Ant%k&gulan
9
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
10/23
(ecara teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses
pembekuan, baik yang disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain. #eski pemberian
heparin juga banyak diperdebatkan akan menimbulkan perdarahan, namun dalam penelitian
klinik pada pasien DIC, heparin tidak menunjukkan komplikas perdarahan yang signifikan.
Dosis heparin yang diberikan adalah /55 : 155 unit%jam dalam infus kontinu.
Indikasi;
a. *enyakit dasar tak dapat diatasi dalam $aktu singkat
b. &erjadi perdarahan meski penyakit dasar sudah diatasi
c. &erdapat tanda-tanda trombosis dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal hati,
sindroma gagal nafasDosis;
55iu%kg"" bolus dilanjutkan 1-1 iu%kg""%jam 315-15 iu%jam! kontinu, dosis
selanjutnya disesuaikan untuk mencapai a*&& ,1- kali kontrol
Low molecular weight heparindapat menggantikan unfractionated heparin.
2. Plasma 'an tr&m+&s%t
*emberian baik plasma maupun trombosit harus bersifat selektif. &rombosit diberikan
hanya kepada pasien DIC dengan perdarahan atau pada prosedur invasive dengan
kecenderungan perdarahan. *emberian plasma juga patut dipertimbangkan, karena di dalam
palasma hanya berisi faktor-faktor pembekuan tertentu saja, sementara pada pasien DIC
terjadi gangguan seluruh faktor pembekuan.
3. Pengham+at *em+ekuan AT III/
*emberian +& III dapat bermanfaat bagi pasien KID, meski biaya pengobatan ini
cukup mahal. Direkomendasikan sebagai terapi substitusi bila +& III35A
Dosis; Dosis a$al /555 iu 15 iu%kg""! diikuti 155 iu setiap < jam dengan infus kontinu
selama / : 1 hari.
Lumus;
. iu > "" kg! > M +& III, dengan target +& III H 5A
. M +& III > 5,2 > "" kg!, dengan target +& III H 1A
. ,+at0&+at ant%!%+r%n&l%t%k
+ntifibrinolitik sangat efektif pada pasien dengan perdarahan, tetapi pada pasien CID
pemberian antifibrinolitik tidak dianjurkan. Karena obat ini akan menghambat proses
10
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
11/23
fibrinolisis sehingga fibrin yang terbentuk akan semakin bertambah, akibatnya DIC yang
terjadi akan semakin berat.
&idak ada penatalaksanaan khusus untuk DIC selain mengobati penyakit yang
mendasarinya, misalnya jika karena infeksi, maka bom antibiotik diperlukan untuk fase akut,
sedangkan jika karena komplikasi obstetrik, maka janin harus dilahirkan secepatnya.
&ransfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika keadaan pasien sudah
sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan masif, memerlukan tindakan
invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan. &erbatasnya syarat transfusi ini
berdasarkan pemikiran bah$a menambahkan komponen darah relatif mirip menyiram bensin
dalam api kebakaran, namun pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya
hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. (esudah keadaan ini merupakan masa yang
tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk memperbaiki kondisi
perdarahan.
(atu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah pemberian antitrombosis,
yakni heparin. ?bat kuno ini tetap diberikan untuk meningkatkan aktivitas antitrombin III
dan mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin. ?bat ini tidak bisa melisis endapan
koagulasi, namun hanya bisa mencegah terjadinya trombogenesis lebih lanjut. 7eparin juga
mampu mencegah reakumulasi clot setelah terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis de$asa
normal heparin drip 0-1 N%kg%jam IE infus kontinu, pemberian heparin harus dipantau
minimal setiap empat jam dengan dosis yang disesuaikan. "olus heparin
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
12/23
BAB III
A#UHAN $EPERAATAN
3.1 Pengkaj%an
1. A'ana !akt&r0!akt&r *re'%s*&s%s%
a. (epticemia penyebab paling umum!
(eptikemia adalah suatu keadaan dimana terdapatnya multiplikasi bakteri dalam darah
bakteremia!. Istilah lain untuk septikemia adalah "lood poisoning atau "akteremia
dengan sepsis. (epsis adalah istilah klinis yang dipakai untuk suatu bakterimia yang
bergejala.
(eptikemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam ji$a, dan cepat
memburuk. (umber infeksinya berasal dari paru-paru, saluran kencing, tulang radang
otak dll. Gejalanya dimulai dengan demam tinggi, menggigil, nafas cepat dan denyut
jantung cepat. *enderita kelihatan sangat sakit. Gejala berkembang menjadi syok,
dengan penurunan suhu hypothermia!, penurunan tekanan darah, perubahan mental
bengong!, dan gangguan bekuan darah sehingga timbul bercak perdarahan di kulit
petechiae dan ecchymosis!. "isa ditemukan penurunan jumlah urin. *enderita biasanya
diinfus guna menjaga cairan tubuh%tekanan darah, oksigen dan antibitika diberikan.
*erlu diberikan produk darah untuk mengoreksi gangguan bekuan darah.
b. Komplikasi obstetric
12
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
13/23
c. (*(D sindrom distress pernafasan de$asa!
(indrom Distes *ernafasan De$asa Adult Respiratory Distress Syndrome/ARDS!
adalah kegagalan pernafasan mendadak yang ditandai dengan kebocoran plasma ke
dalam paru-paru melaluikapileryang rusak, menyebabkan akumulasi cairan paru-paru
yang mengurangi kemampuannya untuk mengembang. Kondisi ini adalah keadaan
darurat medis.
d. uka bakar berat dan luas
e. eoplasia
#enurut (ir Lupert @ilis seorang onkolog dari Inggris, neoplasma adalah massa
jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak terkoordinasi dengan jaringan normal
dan tumbuh terus menerus meskipun rangsang yang menimbulkannya%memulainya
telah hilang.
f. Gigitan ularg. *enyakit hepar
h. "eda kardiopulmonal
i. &rauma
2. Pemer%ksaan !%s%k
*erdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi prosedur invatif
a. Kulit dan mukosa membrane
! *erembesan difusi darah atau plasma
! *urpura yang teraba pada a$alnya di dada dan abdomen
/! "ula hemoragi
0! 7emoragi subkutan1! 7ematoma
2! uka bakar karena plester sianosis akral estrimitas ber$arna agak kebiruan, abu :
abu, atau ungu gelap !
b. (istem GI
! #ual dan muntah
! Nji guayak positif pada emesis atau aspirasi
/! asogastrik dan feses
0! yeri hebat pada abdomen
1! *eningkatan lingkar abdomen
c. (istem ginjal! 7ematuria
7 e ma tu r ia y an g b er a r ti d id a pa t ka nn ya s e l d ar a h m er a h p a da
u r i n e , p ad a u mu mn ya dikategorikan baik gross maupun mikroskopik. Nntuk
mikroskopik dikatakan hematuria apabila didapatkan lebih dari / sampai 1 sel darah
merah%lapang pandang.
! ?liguria
?liguria adalah produksi urinsedikit, biasanya kurang dari 055 ml % hari pada orang
de$asa, dan dapat menjadi salah satu tanda a$al dari gagal ginjal dan masalah
urologilainnya atau penyumbatan di dalam saluran kemih.
d. (istem pernafasan
13
http://kamuskesehatan.com/arti/plasma/http://kamuskesehatan.com/arti/plasma/http://kamuskesehatan.com/arti/kapiler/http://kamuskesehatan.com/arti/kapiler/http://kamuskesehatan.com/arti/urin/http://kamuskesehatan.com/arti/ginjal/http://kamuskesehatan.com/arti/urologi/http://kamuskesehatan.com/arti/saluran-kemih/http://kamuskesehatan.com/arti/kapiler/http://kamuskesehatan.com/arti/urin/http://kamuskesehatan.com/arti/ginjal/http://kamuskesehatan.com/arti/urologi/http://kamuskesehatan.com/arti/saluran-kemih/http://kamuskesehatan.com/arti/plasma/ -
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
14/23
! Dispnea sesak nafas!
! &akipnea frekuensi pernapasan yang cepat!
/! (putum mengandung darah
e. (istem kardiovaskuler
! 7ipotensi meningkat dan postural
! )rekuensi jantung meningkat/! adi perifer tidak teraba
f. (istem saraf perifer
! *erubahan tingkat kesadaran
! Gelisah
/! Ketidaksadaran vasomotor
g. (istem muskuloskeletal
yeri ; otot,sendi,punggung
h. *erdarahan sampai hemoragi
! Insisi operasi
! Nterus post partum/! )undus mata perubahan visual
0! *ada sisi prosedur invasif ; suntikan, IE, kateter arteral dan selang nasogastrik atau
dada, dll.
i. Kerusakan perfusi jaringan
! (erebral ; perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, sakit kepala
! Ginjal ; penurunan pengeluaran urin
/! *aru ; dispnea dan orthopnea
0! Kulit ; akrosianosis ketidakteraturan bentuk bercaksianosis pada
lengan perifer
dan kaki !
3.2 D%agn&sa $e*era4atan
Lesiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi
sekunder.
. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tingkat ansietas dan
adanya pembekuan darah.
. yeri berhubungan dengan trauma jaringan
/. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi perebesan darah dan tepatfungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah bersirkulasi.
0. Lesiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan keadaan
syok, hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan.
1. +nsietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan beberapa
aspek kemandirian karena penyakit kronis yang diderita
2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan yang
dirasakan.
14
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
15/23
3.3 Inter5ens% $e*era4atan
. Diagnosa kepera$atan ;
Lesiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi sekunder.
7asil yang diharapkan;
a.#enunjukan tidak ada manifestasi syokb. #enunjukan pasien tetap sadar dan berorientasi
c.#enunjukan tidak ada lagi perdarahan
d. #enunjukan nilai-nilai laboraturium normal
o Intervensi Lasional
. *antau hasil pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital, dan
perubahan sisi baru dan potensial.
Nntuk mengidentifikasi
indikasi-indikasi
kemajuan atau
penyimpangan.. #ulai monitoring ke$aspadaan pendarahan
Ke$aspadaan apabila ada resiko terhadap perdarahan jumlah
trobosit kurang dari 15.555%CN mm/!
. &empatkan tanda Oke$aspadaan perdarahanP di atas tempat
tidur klien, sehingga petugas pera$atan kesehatan lainnya
mengetahui adanya ke$aspadaan terhadap perdarahan.
. *ertahanan semua sisi fungsi selama 1 menit.
/. *antau hasil pemeriksaan koagulasi.0. "erikan transfuse darah seperti yang diminta dan sesuai
dengan penatalaksanaan medis.
1. Instruksikan klien untuk menhindari aktivitas fisik
berlebih.
2. &es gualak untuk semua feses dan muntahan terhadap
darah.
3. Inspeksi urine terhadap heaturia nyata.
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
16/23
1. (elama menstruasi, catat jumlah pembalut yang digunakan.
Ke$aspadaan bila ada resiko terhadap hemoragi spontan
jumlah trombosit kurang dari 5.555%CN mm/!.
/./.. &empatkan tanda Oke$asfdaan perdarahanP di atas tempat
tidur klien, sehingga petugas pera$atan kesehatan lainnya
mengetahui adanya ke$aspadaan terhadap perdarahan.
/./.. "erikan pelunak feses bila tes Guaiak negative!.
/./../ Instruksikan klien untuk menghindari meniup tau batuk
keras.
/./..0 *ertahankan tirah baring klien untuk menghindari trauma
yang tidak diinginkan.
/./..1 *ertahankan posisi kepala, tempat tidur ditinggikan untuk
mengurangi tekanan intrakranial dengan resiko terjadinya
hemoragi intrakranial.
/./..2 *antau tanda vital, $arna kulit dan suhu, nadi pedalis,
status mental, dan bunyi paru setiap 0 jam.
/./..3 (etiap -0 jam, anjurkan klien membalik badan, napas
dalam dan latihan gerak perlahan.
/./..< Gunakan kumur pera$atan mulut, sebagai pengganti sikat
gigi.
/./..= 7indari penggunaan pencuci mulut komersial. Gunakan
larutan salin atau campuran natrium bikarbonat dan
hydrogen peroksida.
/./..5 *ertahankan pelumas atau pelembab kulit dengan
lotion.
. Diagnosa kepera$atan ;
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tingkat ansietas dan
adanya pembekuan darah.
7asil yang diharapkan ;Kebutuhan oksigen klien terpenuhi.
o
.
Intervensi Lasional
. *osisikan klien agar ventilasi udara efektif. Nntuk
meningkatkan
oksigenasi yang
adekuat antara
kebutuhan dan
. "erikan oksigen dan pantau responnya.
/. akukan pengkajian pernapasan dengan sering.
0. Kurangi kebutuhan oksigen dengan menurangi aktivitas yang
berlebih.
1. Kendalikan stimulus dari lingkungan.
16
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
17/23
suplai.
/. Diagnosa kepera$atan
yeri berhubungan dengan trauma jaringan
7asil yang diharapkan ;
Lasa nyeri yang dialami klien berkurang
o
.
Intervensi Lasional
. Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri, gunakan skala
tingkat nyeri.
#engetahui tingkat
nyeri klien untuk
mengetahui tindakan
selanjutan.
. "aringkan klien pada posisi yang nyaman, berikan
penyangga bantal untuk mencegah tekanan pada bagian-
bagian tubuh tertentu.
/. "antu memberikan pera$atan ketika klien mengalami
perdarahan hebat atau rasa tidak nyaman.
0. *ertahankan lingkungan yang nyaman.
1. "erikan $aktu istirahat yang cukup, buat jad$al aktivitas
dan pemeriksaan diagnostik, bila memungkinkan,
sesuaikan dengan toleransi klien.
2. "antu klien dengan pilihan tindakan yang nyaman seperti
musik, imajinasi atau distraksi lainnya.3. "erikan analgesik sesuai order dokter dan kaji
keefktifannya.
0. Diagnosa kepera$atan
Defisit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi perebesan darah dan tepat
fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah bersirkulasi.
Kriteria 7asil Interfensi Kepera$atan
#empertahankan
status nemodinamik
yang adekuat.
. Kaji tanda-tanda vital setiap jam.
. Kaji dan pantau jantung terhadap frekuensi dan iramajantung.
/. 'valuasi pengeluaran urin setiap jam jumlah dan berat
jenis!.
0. Kaji bunyi napas setiap jam.
1. Kaji kualitas dan keberadaan nadi perifer setiap 0 jam.
2. *ertahankan masukan dan pengeluaran yang akurat.
3. "erikan cairan IE, sesuai intruksi.
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
18/23
pembekuan.
5. *ertahankan tirah baring.
1. Diagnosa kepera$tan
Lesiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan keadaan syok,
hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan.
Kriteria 7asil Interfensi Kepera$atan
Kulit akan tetap utuh,
tanpa ada bagian yang
mengalami memar
atau lecet.
. Kaji semua permuakaan kulit setiap 0 jam.
. +ngkat, periksa, dan gantikan semua balutan yang menekan,
setiap 0-< jam sesuai intruksi.
/. +tur posisi pasien setiap jam.
0. 'valuasi semua keluhan-keluhan.
1. *eriksa jumlah (D* terhadap potensi inveksi.2. "eri obat sesuai intruksi, untuk member rasa nyaman.
3. 7indari fungsi berlebihan untuk keperluan pemeriksaan
laboraturium, gunakan aliran arterial atau akses IE pada
pembuluh besar untuk pengambilan darah.
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
19/23
membantu klien mengidentifikasi
penyebab stress.
/. +kui bah$a masalah ansietas dan masalah mirip
dengan diekspresikan orang lain, tingkatkan
perhatian mendengarkan klien.
Ealidasi bah$a perasaan normal
dapat membantu menurunkan
stress.
0. "erikan informasi yang adekuat dan nyata
tentang apa yang akan dilakukan, misalnya tirah
baring, pembatasan masukan per oral dan
prosedur tindakan yang lain.
Keterlibatan klien dalam
perencanaan kepera$atan
memberikan rasa control dan
membantu menurunkan ansietas.
1. "erikan lingkungan yang tenang untuk istirahat. #emindahkan klien dari stress
luar, meningkatkan relaksasi, dan
membantu menurunkan ansietas.
2. Dorong klien atau orang terdekat untuk
menyakan perhatian.
&indakan dukungan dapat
membantu klien untuk
meringankan energi untuk
dituangkan pada penyembuhan.
3. "antu klien untuk mengidentifikasi perilaku
koping yang dilakukan pada masa lalu.
*erilaku yang berhasil dapat
dikuatkan pada penerimaan
masalah atau stress saat ini,
meningkatkan rasa kontrol diriklien.
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
20/23
a. 'kspresi $ajah klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas berkurang.
b. #enunjukan pemahaman tentang tentang rencana terapeutik.
o
.
Intervensi Kepera$atan Lasional
. Gunakan pendekatan yang tenang dan dapat
menenangkan klien se$ktu memberi
informasi. "eri dorongan untuk bertanya.
*enjelasan yang jelas dan sederhana
dan menggunakan istilah-istilah non-
medis atau umum dapat mengurangi
tingkat kecemasan dan rasa bingung
klien. Lasa ansietas tersebut dapat
mengganggu kegiatan belajar dari
persepsi klien.
. Belaskan mengenai gambaran singkat tes,
tujuan tes, persiapan tes, dan pera$atan
setelah tes.
*enjelasan tentang apa yang
diharapkan membantu mengurangi
ansietas.
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
21/23
bah$a ia harus menerima keadaannya
sekarang.
0. "erikan penghargaan untuk mengekspresikan
perasaan. +rahkan klien pada kelompok
pendukung komunitas sesuai indikasi.
Dukungan komunitas penting
untuk meningkatkan kemajuan ke
atah penerimaan.
1. *ertahankan keluarga mendapatkan informasi
tentang kemajuan klien. ibatkan keluarga
secara sering dalam pera$atan klien.
#embantu klien menyatukan
kembali citra tubuh yang baru.
2. "ila memungkinkan, biarkan klien untuk
menentukan pilihan dalam pena$aran diri atau
pera$atan higiene rutin.
#eningkatkan kontrol diri.
3. "antu klien memandang penyakit kronis atau
perubahan citra tubuh sebagai tantangan untuk
pertumbuhan daripada situasi yang tidak
mungkin. Gunakan istilah tantangan
pertumbuhan sebagai ganti kecacatan. "ila ada
penyakit terminal,tekankan bah$a penelitian
untuk pengobatan masih terus berlanjut dan
hindari janji palsu.
Banji palsu menghambat kebutuhan
individu untuk mengungkapkan
perasaan.
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
22/23
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien;
. &idak ada manifestasi syok
. *asien tetap sadar dan berorirentasi
/. &idak ada lagi perdarahan
0. ilai-nilai laboraturium normal
1. Klien tidak merasa sesak lagi
2. Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang
3. Kebutuhan volume cairan terpenuhi
-
7/26/2019 DIC Askep Klmk2
23/23
BAB I6
PENUTUP
.1 $es%m*ulan
DIC adalah suatu sindrom ditandai dengan adanya perdarahan atau kelainan
pembekuan darah sehingga terjadi gangguan aliran darah yang menyebabkan kerusakan pada
berbagai organ. Diagnosa kepera$atan yang dapat ditegakkan salah satunya adalah resiko
tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi sekunder. Dari
diagnosa tersebut, intervensi kepera$atan yang dapat dilakukan adalah memantau hasil
pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital, dan perubahan sisi baru dan potensial.
.2 #aran
(etelah membaca makalah ini, diharapkan mahasis$a dapat mengaplikasikan asuhan
kepera$atan pada pasien dengan DIC secara tepat sehingga dapat mencegah terjadinya
kega$atdaruratan dan komplikasi yang tidak diinginkan.
23