makalah blok 19
DESCRIPTION
makalah blok 19TRANSCRIPT
Tinjauan Pustaka
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik pada Anak
Raditia Kurniawan
102011219 / D1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta 2013
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : [email protected]
PENDAHULUAN
Tetralogi Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang
terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terj adi defek atau lubang dari bagian
infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek
tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta. Sebagai konsekuensinya, didapatkan
adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut :1
• Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel
• Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari
bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan
penyempitan
• Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan
• Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
Pada penyakit ini yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel dan
stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar dengan
lubang aorta. Tetralogi Fallot adalah kelainan jantung sianotik paling banyak yang tejadi
pada 5 dari 10.000 kelahiran hidup dan merupakan kelainan jantung bawaan nomor 2 yang
paling sering terjadi. TF umumnya berkaitan dengan kelainan jantung lainnya seperti defek
septum atrial.1,2
1 | P a g e
jantung Normal Tetralogi Fallot
Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF
PEMBAHASAN
A. Identitas
Nama :
Usia : 2 ½ Tahun
Keluhan Utama: Tiba-tiba bertambah biru setelah menangis.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien tiba-tiba bertambah biru setelah menangis. Keluhan ini pernah terjadi sebelumnya saat
pasien habis BAB (± usia 2 tahun). Saat itu, ibunya membawa anaknya ke puskesmas
terdekat dan pasien dikatakan menderita kebocoran jantung namun belum mendapatkan
pemeriksaan yang lengkap. Keluhan sering batuk pilek sejak kecil tidak ada., keluhan
menetek sebentar-sebentar dan cepat lelah ada. Keluhan BB sulit naik ada.
Riwayat kehamilan:
Tidak ada di skenario.
Riwayat persalinan:
2 | P a g e
lahir spontan, dibantu bidan, langsung menangis, biru (-).
Riwayat penyakit dahulu:
Keluhan ini pernah terjadi sebelumnya saat pasien habis BAB (± usia 2 tahun).
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, Compos Mentis, penampilan sianotik
Tanda Vital : TD mmHg
HR 150x/menit
RR 52/menit
Suhu Afebris
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Jantung : S1-S2 (N), ejection sistolik murmur sepanjang regio parsternal kiri,
Gallop (-), S2(P2) mengeras
Paru : Vesikular, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : Hepar tidak teraba, BU (+) Normal
Ekstremitas : clubbing finger (+)
Pemeriksaan diagnostik
Anamnesis
1. Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor
endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
2. Riwayat keluarga : apakah saudara dekatnya ada yang terkena blue babies, lahir dalam
keadaan meninggal karena penyakit jantung kongenital. Dan ditanyakan apakah terdapat
anggota keluarga yang lain mengalami penyakit jantung, seperti hipertensi,
arterosklerosis, stroke, PJB, aritmia, dll.
3. Riwayat Anak
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena sulit untuk
makan (ketika makan terasa sesak) sehingga asupan kalorinya sangat sedikit. Apakah saat
beraktifitas mengalami dispneu atau takipneu (karena inadekuat O2 ke jaringan).
Ortopneu biasanya diakibatkan kongesti vena pulmonary. Berkeringat secara abnormal
biasanya disebabkan oleh gagal jantung kongesti. Nyeri pada dada yang disebabkan
3 | P a g e
karena iskemia pada otot jantung. Pernah mengalami sincope atau tidak (karena stenosis
aorta, hipertensi pulmonal, heart rate yang sangat tinggi/sangat rendah).
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak biru setelah
tumbuh
Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
Skoliosis (ke arah kanan)
Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal hiperpnea, hypoxic
spells) ditandai dengan dyspnea, napas kusmaul, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai
koma dan kematian
Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan
beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali
Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan.
Palpasi
Teraba getaran bising sepanjang tepi sternum kiri.
Auskultasi
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal yang semakin
melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi. Bising ini adalah bising stenosis
pulmonal, bukan bising defek septum ventrikel. Darah dari ventrikel kanan yang menuju
ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami turbulensi karena tekanan sistolik antara
ventrikel kanan dan kiri hampir sama. Pada serangan anoksia bising menghilang (aliran
darah ke paru sangat sedikit/tidak ada)
Bunyi jantung I keras (penutupan trikuspid yang kuat)
Bunyi jantung II terpisah dengan komponen pulmonal yang lemah.
Pemeriksaan Penunjang
4 | P a g e
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH. Pasien dengan Hb dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
besi.
b. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung. Gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.
c. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
e. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
Diagnosis Kerja
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan maka diagnosis kerjanya
Tetralogi Fallot
5 | P a g e
Diagnosis Banding
Defek septum ventrikel (DVS)
Defek septum ventrikel (DVS) merupakan
Penyakit jantung bawaan (PJB) yang paling
sering ditemukan, sekitar 30% dari semua jenis
PJB. Pada sebagian kasus, diagnosis kelainan
ini ditegakkan setelah melewati masa neonatus,
karena pada minggu-minggu pertama bising
yang bermakna biasanya belum terdengar
karena resistensi vascular paru masih tinggi dan
akan menurun setelah 8-10 minggu. Pada DVS
kecil hanya terjadi pirai dari kiri ke kanan yang
minimal sehingga tidak terjadi gangguan
hemodinamik yang berarti. Pada defek
sedang dan besar terjadi pirau yang
bermakna dari ventrikel kiri ke ventrikel
kanan. 3, 4
Duktus Arteriosus Persisten
6 | P a g e
Duktus Arteriosus Persisten (DPA) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah
bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh PJB. DPA sering dijumpai pada bayi
premature, insidensnya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi. Sebagian besar
DAP persisten menghubungkan aorta dengan a.pulmonalis kiri. Pada bayi baru lahir,
duktus arteriosus yang semula mengalirkan darah dari a.pulmonalis ke aorta akan
berfungsi sebaliknya karena resistensi vascular paru menurun dengan tajam dan secara
normal mulai menutup. Maka, dalam beberapa jam secara fungsional tidak terdapat arus
darah dari aorta ke a.pulmonalis. Bila duktus tetap terbuka, terjadi keseimbangan antara
aorta dan a.pulmonalis. dengan semakin berkurangnya resistensi vascular paru maka pirai
dari aorta ke arah a.pulmonalis (kiri ke kanan) makin meningkat.3,4
Pulmonary Stenosis (PS)
Defek dengan adanya penyempitan atau obstruksi pada muara Arteri Pulmonalis. Stenosis
pulmoner dapat berbentuk valvular, subvalvular (infundibular) dan supravalvular (peripheral
pulmonary artery stenosis atau coarctatio). Stenosis pulmoner dapat berdiri sendiri, tetapi
lebih sering melupakan bagian sindrom lain, seperti tetralogi Fallot, VSD, dan transporsisi
pembuluh darah besar (TPB). Yang akan di bicarakan disini adalah SP valvular dengan
septum interventicular normal. Ketiga jenis stenosis pulmoner tersebut tersebut akan muncul
dengan bising sistolik didaerah garis sternal kiri atas. Bunyi jantung II terdengar seperti
melebar terutama di daerah pinggir sternum, obstruksi semakin berat. Bising sistolik kasar di
interkostal II kiri. Keluhan yang terjadi biasanya menimbulkan : cepat lelah dispnea, angina,
sinkop, dan disfunsi serebral. Gangguan Hemodinamik : oleh karena adanya obstruksi, maka
aliran darah ke paru – paru berkurang, dan lama – kelamaan akan terjadi hipertrofi ventrikel
kanan.3,4
7 | P a g e
Gambar 4 Jantung normal dan pulmonary stenosis
TGA (Transposition of Great Aterios)
Transposisi Arteri Besar adalah kelainan letak dari aorta dan arteri pulmonalis. Dalam
keadaan normal, aorta berhubungan dengan ventrikel kiri jantung dan arteri pulmonalis
berhubungan dengan ventrikel kanan jantung. Pada transposisi arteri besar yang terjadi adalah
kebalikannya. Aorta terletak di ventikel kanan jantung dan arteri pulmonalis terletak di
ventrikel kiri jantung. Darah dari seluruh tubuh yang kekurangan oksigen akan mengalir ke
dalam aorta dan kembali dialirkan ke seluruh tubuh. Sedangkan darah yang berasal dari paru-
paru dan kaya akan oksigen akan kembali dialirkan ke paru-paru.3,4
Gambar 5 Jantung normal dan TGA
Double Outlet Right Ventricle (DORV)
DORV adalah kelainan dimana bilik kanan memiliki jalan keluar ganda, yaitu aorta dan arteri
pulmonalis (pembuluh darah yang mengarah ke paru-paru). Padahal, bilik kanan harusnya
terhubung dengan ateri pulmonalis dan bilik kiri tersambung dengan aorta. DORV selalu
disertai dengan kelainan adanya VSD. Lokasi VSD ini dapat berada di dekat aorta, atau di
dekat arteri pulmonalis, atau agak jauh dari kedua jalan keluar tersebut. Kelainan lain yang
dapat menyertai adalah stenosis pulmonal (penyempitan dari a pulmonalis), transposisi arteri
8 | P a g e
besar (transposition of the great arteries=TGA), lokasi VSD dan defek lain yang menyertai
dapat mempengaruhi beratnya biru pada anak. Bila DORV disertai dengan VSD yang
lokasinya di dekat a. pulmonalis maka anak akan tampak biru. DORV yang disertai dengan
TGA juga akan nampak biru. Defek lain yang bisa menyertai DORV adalah PDA, ASD, dan
dapat juga muncul pembuluh darah kolateral.3,4
Gambar 6 Jantung normal dan DORV
Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara
pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara
lain :
Faktor endogen
Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen
Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu)
Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
9 | P a g e
Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah
multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir
bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan
jantung janin sudah selesai.1
Epidemiologi
Tetralogi of fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak
ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada
anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau
lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung
bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit
jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat
adanya pirau kanan ke kiri. Di US angka kejadiannya mencapai 3-6 dari 10000 kelahiran.
Tetralogi fallot merupakan penyebab tersering pada PJB yang menyebabkan sianosis. Lebih
sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.1
Patologi
Pada Tetralogi of Fallot terdapat kombinasi 4 hal yang abnormal, yaitu :
1. Stenosis Pulmonal
2. Hiipertrofi Ventrikel kana
3. Overriding Aorta
4. Defek Septum Ventrikel
Komponen yang paling penting, yang menentukan derajat beratnya penyakit ini adalah
stenosis pulmonal yang bervariasi dari sangat ringan sampai berat, bahkan dapat berupa
atresia pulmonal. Stenosis pulmonal ini bersifat progresif, makin lama makin berat.
Sedangkan defek pada septum ventrikel pada TOF biasanya besar, sehingga menyebabkan
tekanan ventrikel kiri sama dengan ventrikel kanan. Pada 25% kasus lengkung aorta terletak
di kanan.1
10 | P a g e
Manifestasi klinik
1. Pada mulanya sering kali tiada gejala (Ada sianosis bila berat)
2. Selanjutnya terjadi dispnea dan sianosis kalau beraktivitas, misalnya menyusui.
3. Sering duduk berjongkok, menjepit arteri Femoral
4. Sesudah keadaan sinanosis kronis, ujung jari membesar & tampak seperti: pentung/club
5. Terjadi “Tet spell” /Serangan biru waktu istirahat : Anak tampak biru kemerah-merahan,
Ujung tangan & kaki menjadi sianosis, Hiperpnea, sianosis berat & lemah, Mata terputar ke
atas dan kurang sadar.
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :5
Medika Mentosa
1. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu.
2. Natrium Bikarbonat 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
11 | P a g e
3. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru
menurun. Dengan usaha di atas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang
dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :
4. Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit,
dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan
perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
5. Berikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl, sekali pemberian 5
ml/kgBB
6. Propanolol oral 1 mg/kg/hari dalam 4 dosis dapat digunakan untuk serangan sianotik
7. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
8. Pemberian Prostaglandin E1 untuk sianosis atau pada keadaan akut (vasodilator arteriol
dan menghambat agregasi trombosit)
9. Pemberian Vasopressor pada awal serangan atau jika terapi lain gagal (methoxamine,
phenylephrine)
Non Medika Mentosa
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Perhatikan kebersihan mulut dan gigi untuk meniadakan sumber infeksi terjadinya
endokarditis infektif atau abses otak.
3. Hindari dehidrasi
Pembedahan
1. Bedah paliatif
Bedah paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B-T (Blalock-Taussig) Shunt yang
bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan menghubungkan a.subklavia dengan
a.pulmonalis yang ipsilateral. Umumnya operasi paliatif dilakukan pada bayi kecil atau
dengan hipoplasia a.pulmonalis dan pasien yang sering mengalami sianotik. Selain BT
Shunt terdapat pula Potts Shunt, Waterston Shunt, dan Glenn Shunt. Tetapi BT Shunt
merupakan yang paling sering digunakan karena memberikan hasil yang paling baik.
Tetapi BT Shunt juga menimbulkan beberapa komplikasi walaupun angka kejadiannya
sangat kecil. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain : hipoplasia pada lengan,
gangren pada digitalis, cedera nervus frenikus, stenosis a.pulmonal.
12 | P a g e
2. Bedah Korektif
Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa bedah
paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya koreksi total dilakukan pada
pasien tetralogi Fallot di bawah usia 2 tahun.
Komplikasi
a. Trombosis pulmonal
Trombosis disebabkan karena meningkatnya viskositas darah yang disebabkan oleh
polisitemia. Dehidrasi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya trombosis. Trombosis
dapat terjadi di mana saja tapi yang berbahaya jika terjadi di paru dan otak.
b. CVA trombosis
c. Abses otak
Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri, terutama terjadi pada
anak yang berusia lebih dari 2 tahun, dikenal luas sebagai faktor predisposisi abses otak.
Pada penderita ditemukan polisitemia dengan aliran darah yang lambat, sehinga dapat
menyebabkan terjadinya infark kecil di dalam otak yang merupakan tempat abses mulai
timbul. Aliran darah pirau dari kanan ke kiri, tidak difiltrasi di paru-paru, sehingga
memudahkan terjadinya septikemia. Hal-hal tersebut merupakan faktor predisposisi
terjadinya abses otak pada penderita penyakit jantung bawaan sianotik. Terjadinya abses
dapat dibagi menjadi empat stadium, yaitu: fase serebritis dini, fase serebritis lambat,
pembentukan kapsul dini dan pembentukan kapsul lambat. Abses otak pada penyakit
jantung bawaan sianotik biasanya soliter, sering terdapat pada lobus frontalis, temporalis,
dan parietalis.
d. Perdarahan
Bayi dengan sianosis disertai dengan lamanya polisetimia akan mengakibatkan trombositopenia
dan kelainan pembekuan darah.
e. Endokarditis
f. Aritmia
13 | P a g e
Embriologi Jantung
Perkembangan sistem kardiovaskular dimulai pada pertengahan minggu ke-3. Pada
minggu ke-4 sampai ke-7 jantung terbagi menjadi organ beruang empat. Satu tabung jantung
terdiri atas lapisan endotel dan lapisan otot. di antara kedua lapisan tersebut terdapat cardiac
jelly. Pada perkembangan selanjutnya jantung terdiri atas epikardium yang merupakan
lapisan perikardium viseral (derivat sel mesotel dari sinus venosus), miokardium yang
merupakan suatu lapisan otot yang berasal dari mesoderm splanknik, dan endokardium yang
merupakan lapisan sel endotel. Bersamaan dengan pemanjangan tabung jantung terjadi pula
pelebaran dan penyempitan pada beberapa bagian dari tabung jantung sehingga terbentuk
bagian-bagian yaitu trunkus arteriosus, bulbus kordis, ventrikel, atrium, dan sinus venosus.6
Pembentukan dan Kedudukan Tabung Jantung
Sel-sel lapisan mesoderm splanknik diinduksi oleh endoderm di bawahnya kemudian
membentuk angioblas. Angioblas berproliferasi dan membentuk kelompok sel-sel endotel
tersendiri (angiokista). Kelompok-kelompok ini menyatu dan membentuk pleksus pembuluh
darah kecil yang berbentuk tapal kuda.
- Bagian sentral anterior pleksus ini disebut daerah kardiogenik; di atasnya
terdapat rongga selom intraembrional yang berkembang menjadi rongga
pericardium
- Sel-sel angiogenik ini juga muncul bilateral, sejajar dandekat dengan garis tengah
cakram mudigah sehingga membentuk aorta dorsales
Pada awalnya, bagian tengah kardiogenik berada di depan lempeng prekordal tetapi
karena lempeng saraf menutup dan terbentuk gelembung-gelembung otak, SSP berkembang
kearah kepala hingga melewati daerah kardiogenik tengah.. Akibat pertumbuhan otak dan
mudigah yang melipat kearah sefalik, lempeng prekordal tertarik ke depan, jantung dan
rongga pericardium yang tadinya berada di leher menjadi berada di dada.
Saat mudigah melipat ke arah sefalokaudal, ia juga melipat kearah lateral sehingga
kedua daerah tabung endotel saling mendekat dan bersatu, kecuali di ujung paling kaudal.
Bersamaan dengan itu, bagian lengkungan pada daerah tapal kuda meluas membentuk traktus
aliran keluar dan daerah ventrikel sehingga jantung mnerima aliran darah vena dari kutub
kaudalnya.
14 | P a g e
Pada mulanya, tabung jantung masih menempel pada sisi rongga pericardium melalui
mesokardium dorsal mesokardium dorsal hilang terbentuklah sinus pericardial
transversal. Mesoderm yang terletak di sekeliling tabung endokardium menebal dan
membentuk miokardium. Miokardium akan mensekresi lapisan tebal yang kaya akan asam
hialuronat sehingga terpisah dari endothelium. Sel-sel mesotel dari daerah sinus venosus
kemudian bermigrasi dan akhirnya membentuk epikardium.6
Pembentukan Rongga Jantung
Pada hari ke-23, tabung jantung bagian sefalik membengkok ke arah ventral, kaudal,
dan ke kanan. Tabung jantung bagian kaudal (atrium) ke arah dorsokranial dan kiri.
Pembengkokan ini selesai pada hr ke-28.
- Bulbus kordis membentuk ventrikel kanan yang bertrabekula
- Bagian tengah bulbus kordis (konus kordis) membentuk saluran aliran keluar
untuk kedua ventrikel
- Bagian distal bulbus (trunkus arteriosus) membentuk akar dan bagian
proksimal aorta dan arteri pulmonalis
- Persambungan bulbus kordis dan ventrikel foramen interventrikularis primer
(yang dari luar ditunjukkan oleh sulkus bulboventrikular)
15 | P a g e
Gambar 7. Pembentukan Ruang Jantung
Pada akhir pembentukan ruang jantung, tabung jantung yang berdinding halus
membentuk trabekula di sebelah proksimal dan distal foramen interventrikularis primer
ventrikel kanan primitif dan ventrikel kiri primitif. Bagian konotrunkal tabung jantung, yang
mula-mula terletak di sisi kanan rongga jantung, perlahan-lahan bergeser ke posisi yang lebih
medial akibat pelebaran melintang kedua atrium yang menonjol pada kedua sisi bulbus
kordis.6
Penbentukan Sekat-Sekat Jantung
16 | P a g e
Gambar 8. Pembentukan Ruang Jantung Pada Usia 28 Hari
Gambar 9. Proses Pembentukan Sekat Jantung
Pembentukan sekat jantung merupakan salah satu bagian perkembangan sistem
kardiovaskular. Sekat jantung utama terbentuk pada hari ke-27 dan 37 perkembangan
mudigah. Pembentukannya sebagian disebabkan perkembangan jaringan bantalan
endokardium di dalam atrioventrikularis dan di dalam regio konotrunkal. Sekat yang
terbentuk saat pertumbuhan dan perkembangan jantung antara lain sekat antar atrium, antar
ventrikel, kanalis atrioventrikularis, dan sekat pada bulbus.
a. Pembentukan sekat di dalam atrium komunis
Pada akhir minggu ke-4 suatu rigi berbentuk bulan sabit tumbuh dari atap atrium
kommunis ke dalam lumen, rigi ini dianggap sebagai bagian pertama septum primum.
Septum primum, suatu krista berbentuk sabit yang turun dari atap atrium menuju bantalan
endokardium di kanalis atrioventrikularis, mulai membagi atrium menjadi dua. Selama
pertumbuhannya, ada lubang antara tepi bawah septum primum dan bantalan endokardium
yang disebut ostium primum.
Ketika lumen atrium meluas, muncul lipatan baru yang disebut septum sekundum.
Lipatan ini tidak pernah membentuk sekat pemisah sempurna sehingga antar antrium akan
ada celah yang disebut foramen ovale. Pada saat lahir, ketika tekanan di atrium kiri
meningkat, kedua sekat tertekan sehingga saling melekat dan hubungan di antara keduanya
tertutup.
b. Pembentukan sekat di kanalis atrioventrikularis
Pada akhir minggu ke-4, dua bantalan mesenkim, yaitu bantalan endokardium
atrioventrikularis, nampak pada tepi atas dan bawah kanalis atrioventrikularis. Kedua
bantalan ini akan semakin menonjol ke dalam lumen dan akhirnya saling menyatu sehingga
membentuk kanalis atrioventrikulasir kanan dan kiri.
c. Pembentukan katup atrioventrikular
Setelah bantalan endokardium bersatu, masing-masing orifisium atrioventrikularis
dikelilingi oleh proliferasi setempat jaringan mesenkim. Ketika jaringan yang terletak di atas
permukaan ventrikel ini berproliferasi menjadi berongga dan menipis karena lairan darah,
terbentuklah katup-katup yang tetap menempel pada dinding ventrikel melalui tali-tali otot.
Akhirnya jaringan otot dalam tali-tali ini berdegenerasi dan digantikan jaringan penyambung
17 | P a g e
padat. Katup-katup ini kemudian terbentuk dari jaringan penyambung yang dibungkus oleh
endokardiumdan dihubungkan dengan muskuli papilares (trabekula tebal di dinding
ventrikel) dengen bantuan korda tendinea. Dengan cara ini, terbentuk dua daun katup di
kanalis atrioventrikularis kiri (katup bikuspid/ mitral) dan tiga buah di sisi kanan (katup
trikuspid).
d. Pembentukan sekat pada trunkus arteriousus dan konus kordis
Pada minggu ke-5, terbentuk tonjolan trunkus didinding atas kanan dan bawah kiri.
Tonjol-tonjol atau bantalan trunkus, terletak di dinding atas kanan (tonjol trunkus atas kanan)
dan pada dinding bawah kiri (tonjol trunkus bawah kiri). Tonjol trunkus atas kanan tumbuh
ke arah distal dan ke kiri, sedangkan tonjol trunkus bawah kiri tumbuh ke arah distal dan
kanan. Kemudian, keduanya menyatu sempurna sehingga membentuk septum
artikopulmonalis (menyekat trunkus artriousus menjadi saluran aorta dan pulmonalis).1
e. Pembentukan sekat di dalam ventrikel
Pada akhir minggu ke-4, kedua ventrikel primitif berkembang. Hal ini terjadi karena
pertumbuhan miokardium pada sisi luar dan pembentukan trabekula di sisi dalam. Dinding
medial ventrikel berhimpit dan berangsur-angsur bersatu nmembentuk septum
interventrikularis pars muskularis. Di bagian atas septum ini terbentuk foramen
interventrikularis, foramen ini akan mengecil dan akhrinya menutup lagi karena pertumbuhan
keluar bantalan endokardium bawah. Setelah penutupan sempurna, foramen menjadi septum
interventrikularis pars membranosa.6
Perubahan-perubahan Pada Saat Lahir
18 | P a g e
Gambar 10. Proses Pembentukan Septum Interventrikularis
Sirkulasi fetus melibatkan pertukaran darah dengan ibu melalui plasenta. Pada saat
lahir, hubungan plasenta tersebut terputus, arteri dan vena umbilikalis mengalami
vasokonstriksi. Perubahan sistem sirkulasi neonatus terdiri atas penyesuaian resistensi
vaskular sistemik dan paru, penutupan foramen ovale, dan penutupan duktus arteriosus.6
a. Perubahan resistensi vaskuler
Hilangnya aliran darah melalui plasenta menyebabkan peningkatan resistensi
pembuluh sistemik saat lahir sehingga meningkatkan tekanan aorta dan tekanan atrium kiri
dan ventrikel kiri. Perkembangan paru menurunkan resistensi vaskular paru sehingga
mengurangi tekanan arteri pulmonalis, ventrikel kanan, dan atrium kanan.
b. Penutupan foramen ovale
Peningkatan tekanan atrium kiri dan penurunan tekanan atrium kanan yang
disebabkan perubahan resistensi vaskular sistemik dan paru menyebabkan darah berbalik
mengalir melalui foramen ovale (dari kiri ke kanan). Aliran darah janin berasal dari atrium
kanan ke atrium kiri. Akibat perubahan arah aliran darah tersebut, septum sekundum dan
septum primum akan menutup lubang tersebut dan bergabung membentuk sekat antaratrium
jantung. Pada sebagian orang terjadi kegagalan penutupan foramen ovale sehingga terjadi
pencampuran darah kaya oksigen dan darah miskin oksigen. Pencampuran tersebut dapat
mengurangi jumlah oksigen yang diedarkan darah ke seluruh tubuh.
c. Penutupan duktus arteriosus
Peningkatan resistensi sistemik meningkatkan tekanan aorta sementara penurunan
resistensi paru menurunkan tekanan arteri pulmonalis. Maka, darah mengalir balik dari aorta
ke arteri pulmonalis melalui duktus arteriosus saat lahir, sedangkan pada kehidupan fetus
darah mengalir dari arteri pulmonalis ke aorta. Dalam beberapa jam, duktus arteriosus akan
mengalami vasokonstriksi dengan bantuan prostaglandin, dan selama 1 hingga 8 hari
kontriksi tersebut cukup untuk menghentikan semua aliran darah. Hal ini disebut penutupan
fungsional duktus arteriosus. Selama 1 hingga 4 bulan kemudian, duktus arteriosus biasanya
secara anatomis tertutup oleh pertumbuhan jaringan fibrosa ke dalam lumen duktus. Pada
satu dari beberapa ribu bayi terjadi kegagalan penutupan duktus arteriosus sehingga menjadi
paten (PDA/Patent Ductus Arteriosus).6
Prognosis
19 | P a g e
Jika tidak dilakukan tindakan operasi maka rata-rata mencapai umur 15 tahun. Dengan
operasi paliatif dan korektif makan prognosis akan menjadi lebih baik.
PENUTUP
Dari anamnesis diketahui bahwa pasien mengalami sianosis yang timbul setelah pasien
menangis sejak usia ± 2 tahun. Keluhan ini pernah terjadi saat pasien habis BAB. Gejala-
gejala ini menunjukkan adanya serangan sianotik dimana perfusi darah ke jaringan tidak
mecukupi. Adanya serangan sianotik ini menimbulkan kecurigaan terhadap TOF sehingga
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk konfirmasi. Selain itu terdapat juga diagnosis
banding ain seperti VSD, atresia pulmonal, stenosis pulmonal, dan TGA.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bunyi jantung Ii tunggal dengan komponen
pulmonal yang melemah. Pada pemeriksaan EKG ditemukan tanda-tanda RVH dan RAD
yang menunjukkan dominasi kanan. Pada pemeriksaan penunjang foto rontgen terdapat
gambaran boot shaped. Untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit jantung bawaan lain
yang dapat menyebabkan sianotik dilakukan pemeriksaan ekokardiografi. Pada pemeriksaan
ekokardiografi didapatkan adanya VSD, RVH, overriding aorta, dan stenosis pulmonal maka
dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami TOF.
Pada pasien ini perlu dilakukan pemantauan terhadap kadar Hb dan Ht untuk mencegah
terjadinya anemia relatif. Untuk terapi yang dianjurkan adalah pembedahan biak paliatif
ataupun korektif. Namun untuk memastikan tindakan pembedahan yang dibutuhkan perlu
dialkukan pengukuran arteri pulmonalis terlebih dahulu.
Pada pasien ini prognosis ad vitam baik karena penyebab keluhan sesak nafas dan gejala
sianotik pada pasien ini telah diketahui akibat dari TOF yang dialami pasien ini. Prognosis ad
sanactionam pada pasien ini cukup baik mengingat dapat dilakukan tindakan pembedahan
untuk mengembalikan fungsi jantung pasien namun pasien mengalami kesulitan biaya
sehingga belum dapat melakukan operasi. Prognosis ad functionam pada pasien ini baik
karena biasanya setelah dilakukan pembedahan kondisi fungsi jantung pasien akan kembali
normal.
20 | P a g e
Daftar Pustaka
1. Braunwald E, Zipes DP, Libby P. Braunwald: Heart Disease: A Textbook of
Cardiovascular Medicine 6th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2001
2. Lilly, Leonard S. Pathophysiology of Heart Disease 4th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007.
3. Driscoll, David J. Fundamentals of Pediatric Cardiology 1st ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2006.
4. Fuster V, Walsh RA, O’Rourke RA, Wilson PP. Hurst’s The Heart 12 th ed. USA: McGraw-
Hill; 2008.
21 | P a g e