lumbal dinamik

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiologi adalah suatu unit pelayanan kesehatan masyarakat yang memanfaatkan x-ray untuk mendiagnosa suatu penyakit atau kelainan di dalam tubuh manusia. Seperti unit pelayanan kesehatan yang lain, radiologi pun memiliki petugas yang bertugas untuk mengoperasikan pesawat sinar x sehingga pelayanan kesehatan yang diinginkan dapat tercapai yang dinamakan radiografer. Radiographer adalah seseorang yang diberi tugas dan tanggung jawab, hak dan wewenang secara penuh untuk melakukan pelayanan radiographi di unit pelayanan kesehatan. Dalam melakukan kegiatan radiografi terdapat berbagai macam jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang radiografer. Mulai dari tanpa menggunakan kontras sampai memakai kontras, CT Scan, MRI, dan lainnya. Dengan persiapan khusus atau pun tidak. Semua itu dilakukan untuk mendiagnosa kelainan dan gangguan yang ada dalam tubuh seseorang sesuai dengan klinis. Salah satunya, yaitu pemeriksaan Sinus Paranasal. Pada pasien-pasien dengan keluhan klinis khas yang mengarah pada dugaan adanya sinusitis, antara lain pilek-pilek kronik, nyeri kepala kronik, nyeri 1

Upload: agung-gumilar

Post on 16-Jan-2016

189 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

teknik pemeriksaan radiologi lumbal dinamik

TRANSCRIPT

Page 1: LUMBAL DINAMIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiologi adalah suatu unit pelayanan kesehatan masyarakat yang

memanfaatkan x-ray untuk mendiagnosa suatu penyakit atau kelainan di dalam

tubuh manusia. Seperti unit pelayanan kesehatan yang lain, radiologi pun

memiliki petugas yang bertugas untuk mengoperasikan pesawat sinar x sehingga

pelayanan kesehatan yang diinginkan dapat tercapai yang dinamakan radiografer.

Radiographer adalah seseorang yang diberi tugas dan tanggung jawab, hak

dan wewenang secara penuh untuk melakukan pelayanan radiographi di unit

pelayanan kesehatan. Dalam melakukan kegiatan radiografi terdapat berbagai

macam jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang radiografer. Mulai dari

tanpa menggunakan kontras sampai memakai kontras, CT Scan, MRI, dan

lainnya. Dengan persiapan khusus atau pun tidak. Semua itu dilakukan untuk

mendiagnosa kelainan dan gangguan yang ada dalam tubuh seseorang sesuai

dengan klinis.

Salah satunya, yaitu pemeriksaan Sinus Paranasal. Pada pasien-pasien

dengan keluhan klinis khas yang mengarah pada dugaan adanya sinusitis, antara

lain pilek-pilek kronik, nyeri kepala kronik, nyeri kepala satu sisi (kanan ataukiri),

nafas berbau, atau kelainan-kelainan lain pada sinus paranasal misalnya:

mukokel, pembentukan cairan dalam sinus-sinus, atau tumor, trauma sekitar sinus

paranasalis,diperlukan informasi mengenai sinus tersebut.

Sinus paranasal adalah sinus (rongga) pada tulang berada sekitar nasal

(hidung). Rongga - rongga pada tengkorak ini berhubungan dengan hidung, dan

secara terus – menerus menghasilkan lendir yang dialirkan ke hidung. Gangguan

aliran ini karena berbagai sebab seperti penumpukan lendir di rongga sinus, jika

terinfeksi oleh kuman akan menyebabkan  infeksi sinus yang disebut sinusitis.

Sinus paranasal terdiri dari sinus frontalis,ethmoidalis, sfenoidalis dan maksilaris. Sinus -

1

Page 2: LUMBAL DINAMIK

sinus ini bermuara ke dalam cavum nasi. Sinus paranasal dapat digolongkan dalam 2

golongan besar sinus paranasalis, yaitu golongan anterior sinus paranasalis, yaitu

sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, dan sinusmaksilaris. Golongan

posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan sinus

sphenoidalis.

Dengan pemeriksaan radiologis tersebut para ahli radiologi dapat

memberikan gambaran anatomi atau variasi anatomi, kelainan-kelainan pada sinus

paranasalis dan struktur tulang sekitarnya, sehingga dapat memberikan diagnosis

yang lebih dini.

Berdasarkan hasil pengamatan dan latar belakang di atas maka penulis

tertarik membuat laporan kasus dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN

RADIOGRAFI SINUS PARANASAL DENGAN SINUSITIS DI INSTALASI

RADIOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA

CEMPAKA PUTIH”

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut diatas maka penulis dapat menarik

permasalahan yang akan dibahas yaitu :

1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografI sinus paranasal dengan

kasus Sinusitis?

2. Ada berapa proyeksi khusus untuk pemeriksaan radiografi sinus

paranasal?

1.3 Tujuan Penulis

1. Memberikan informasi mengenai cara melakukan pemeriksaan

Sinus Paranasal.

2. Memberikan informasi tentang anatomi dari Sinus Paranasal.

2

Page 3: LUMBAL DINAMIK

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk memenuhi tugas Laporan Kasus PKL I di Semester III, serta

menambah wawasan pengetahuan bagi penulis terutama tentang teknik

pemeriksaan Sinus Paranasal

2. Memberikan gambaran yang jelas tentang teknik

pemeriksaan Sinus paranasal

3. Menambah wawasan tenntang berbagai teknik pemeriksaan sinus

paransal

3

Page 4: LUMBAL DINAMIK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sinus Paranasal

Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus

etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil

pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang.

Semua sinus mempunyai muara ke rongga hidung.

Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga

hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus

sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat anak

lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari dari sinus etmoid anterior pada

anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada

usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-

sinus ini umumnya mencapai besar maksila 15-18 tahun.

4

Page 5: LUMBAL DINAMIK

1. Sinus Maksila

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir

sinus maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan

cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa.

Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus ialah

permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding

posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksila, dinding

medialnya ialah dinding lateral rongga hidung dinding superiornya adalah

dasar orbita dan dinding inferior ialah prosesus alveolaris dan palatum.

Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan

bermuara ke hiatus semilunaris melalui infindibulum etmoid.

2. Sinus Frontal

Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan

ke empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel

infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada

usia 8-10 thn dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 thn.

Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih

besar dari pada lainnya dan dipisahkan oleh sekret yang terletak di garis

tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu sinus

frontal dan kurang lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang.

Ukurannya sinus frontal adalah 2.8 cm tingginya, lebarnya 2.4 cm

dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus

5

Page 6: LUMBAL DINAMIK

berleku-lekuk. Tidak adanya gambaran septumn-septum atau lekuk-lekuk

dinding sinus pada foto Rontgen menunjukkan adanya infeksi sinus. Sinus

frontal dipisakan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri

anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini.

3. Sinus Etmoid

Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi

dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan

fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus

etomid seperti piramid dengan dasarnya di bagian posterior. Ukurannya

dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2.4 cmn dan lebarnya 0.5 cm di

bagian anterior dan 1.5 cm di bagian posterior.

Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang

menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os

etmoid, yang terletak di antara konka media dan dinding medial orbita.

Sel-sel ini jumlahnya bervariasi antara 4-17 sel (rata-rata 9 sel).

Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior

yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang

bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecil-

kecil dan banyak, letaknya di bawah perlekatan konka media, sedangkan

sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit

jumlahnya dan terletak di postero-superior dari perlekatan konka media.

Di bagian terdepan sinus etmoid enterior ada bagian yang sempit,

disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel

etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior

terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat

bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan di

resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di

infundibulum dapat menyebabkan sisnusitis maksila.

Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan

dengan lamina kribosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea

yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di

bagian belakang sinus etmoid posterior berbatsan dengan sinus sfenoid.

4. Sinus Sfenoid

Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid

posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum

intersfenoid. Ukurannya adalag 2 cmn tingginya, dalamnya 2.3 cm dan

6

Page 7: LUMBAL DINAMIK

lebarnya 1.7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7.5 ml. Saat sinus

berkembang, pembuluh darah dan nerbus di bagian lateral os sfenoid akan

menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai

indentasi pada dinding sinus etmoid.

Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media

dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral

berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak

sebagai indentasi) dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa

serebri posterior di daerah pons

2.2 Patologi

Sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Di sekitar rongga

hidung terdapat empat sinus yaitu sinus maksilaris ( terletak di pipi) , sinus

etmoidalis ( kedua mata) , sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus

sfenoidalis ( terletak di belakang dahi).

Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang

melapisi sinus. Biasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan

berisi cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat berkembang dan

menyebabkan infeksi.

Secara klinis sinusitis dibagi atas berbagai jenis, termasuk:

1. Sinusitis akut: Sebuah kondisi mendadak seperti gejala seperti pilek,

hidung tersumbat dan nyeri wajah yang tidak hilang setelah 10 sampai

14 hari. Sinusitis akut biasanya berlangsung 4 minggu atau kurang.

2. Sinusitis subakut: Sebuah peradangan yang berlangsung 4 sampai 8

minggu.

3. Sinusitis kronis: Suatu kondisi yang ditandai dengan gejala radang

sinus yang berlangsung 8 minggu atau lebih.

4. Sinusitis berulang: Beberapa serangan dalam setahun. 

7

Page 8: LUMBAL DINAMIK

Gejala sinusitis yang biasanya terjadi adalah :

1. Pilek yang berlangsung lama. Biasanya penderita tidak menyadari

dirinya terkena sinusitis, karena gejalanya sering didahului pilek yang

berlangsung lama sehingga dianggap biasa.

2. Bila sudah terjadi penumpukan cairan dalam rongga maka kepala

menjadi sakit, terutama jika sedang menunduk.

3. Kadang pendengaran berkurang dan badan meriang, sementara ingus

terus mengalir.

4. Kehilangan nafsu makan dan indera penciuman menjadi lemah.

Penyebab sinusitis :

1. Hidung tersumbat antara lain disebabkan oleh infeksi virus flu di saat

tubuh kurang fit. Infeksi yang menyerang di sekitar hidung dan

tenggorokan ini tak jarang menjalar ke sinus (rongga di sekitar hidung

yang mengalirkan lendir).

2. Radang pada rongga hidung ini bisa juga disebabkan oleh cara kita

membuang ingus yang salah. Ingus yang seharusnya keluar malah

tersedot masuk ke rongga sehingga susah dikeluarkan. Dapat

disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.

3. Kuman yang biasa menyerang adalah Streptococcus pneumoniae dan

Haemo philus influenzae yang ditemukan hampir pada 70% kasus.

4. Dapat juga disebabkan oleh radang ditempat lain yang berdekatan

misalnya radang tenggorokan, radang Amandel, radang pada gigi

geraham atas, kadang juga disebabkan karena berenang, menyelam,

trauma tekanan udara (biasanya pada awak pesawat).

5. Allergi dapat memperberat penyakit ini, sehingga orang yang memang

telah mengidap alergi akan lebih mudah terkena radang sinus ini.

8

Page 9: LUMBAL DINAMIK

2.3 Teknik Pemeriksaan

2.3.1 Proyeksi PA (Metode Cadwell)

a) Posisi pasien : Pasien diminta berdiri menghadap bucky stand

b) Posisi objek :

- Kepala diposisikan PA dengan MSP kepala tepat pada mid

line kaset

- Letakan hidung dan dahi pasien menempel pada kaset

- Atur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto

- Gunakan marker L atau R sebagai penanda objek

- Usahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan

eksposi

c) CR horizontal tegak lurus pada bidang film

d) CP tepat pada parieto occipital

2.3.2 Proyeksi Water’s

a) Posisi pasien : Pasien diminta berdiri menghadap bucky stand

b) Posisi objek :

- Kepala diposisikan PA dengan MSP kepala tepat pada mid

line kaset

- Atur kepala dan ekstensikan dagu hingga MML (Mento

Meatal Line) tegak lurus kaset, sehingga OML membentuk

sudut 37o

- Atur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto

- Gunakan marker L atau R sebagai penanda objek

9

Page 10: LUMBAL DINAMIK

- Usahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan

eksposi

c) CR horizontal tegak lurus pada bidang film

d) CP tepat pada parieto occipital menembus acanthion

2.3.3 Proyeksi Lateral

a) Posisi pasien : Pasien diminta berdiri menghadap bucky stand

b) Posisi objek :

- Kepala diposisikan true lateral dengan menempatkan MSP

kepala sejajar dengan bidang film

- Letakan lateral kepala yang sakit menempel pada kaset

- IOML sejajar dengan bidang flm

- IPL tegak lurus dengan bidang film

- Atur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto

- Gunakan marker L atau R sebagai penanda objek

- Usahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan

eksposi

c) CR horizontal tegak lurus pada bidang film

d) CP tepat pada parieto occipital

10

Page 11: LUMBAL DINAMIK

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

3.1.1 Identitas Pasien

a) Nama : Neilsen Elsyeba Mikhola

b) Jenis kelaamin : Laki-laki

c) Tanggal lahir : 26 Juli 2010

d) Usia : 4 Tahun

e) Pasien ID : 10186033

f) Pemeriksaan : Sinus Paranasalis

2.1 Teknik Pemeriksaan

2.2.1 Proyeksi PA (Metode Cadwell)

e) Posisi pasien : Pasien diminta berdiri menghadap bucky stand

f) Posisi objek :

- Kepala diposisikan PA dengan MSP kepala tepat pada mid

line kaset

- Letakan hidung dan dahi pasien menempel pada kaset

- Atur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto

- Gunakan marker L atau R sebagai penanda objek

- Usahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan

eksposi

g) CR horizontal tegak lurus pada bidang film

h) CP tepat pada parieto occipital

11

Page 12: LUMBAL DINAMIK

2.2.2 Proyeksi Water’s

i) Posisi pasien : Pasien diminta berdiri menghadap bucky stand

j) Posisi objek :

- Kepala diposisikan PA dengan MSP kepala tepat pada mid

line kaset

- Atur kepala dan ekstensikan dagu hingga MML (Mento

Meatal Line) tegak lurus kaset, sehingga OML membentuk

sudut 37o

- Atur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto

- Gunakan marker L atau R sebagai penanda objek

- Usahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan

eksposi

k) CR horizontal tegak lurus pada bidang film

l) CP tepat pada parieto occipital menembus acanthion

2.2.3 Proyeksi Lateral

m) Posisi pasien : Pasien diminta berdiri menghadap bucky stand

n) Posisi objek :

- Kepala diposisikan true lateral dengan menempatkan MSP

kepala sejajar dengan bidang film

- Letakan lateral kepala yang sakit menempel pada kaset

- IOML sejajar dengan bidang flm

- IPL tegak lurus dengan bidang film

- Atur luas kolimasi sesuai objek yang akan difoto

- Gunakan marker L atau R sebagai penanda objek

- Usahakan pasien tidak bergerak saat akan dilakukan

eksposi

o) CR horizontal tegak lurus pada bidang film

p) CP tepat pada parieto occipital

12

Page 13: LUMBAL DINAMIK

2.2 Hasil Gambar

Proyeksi Caldwell Proyeksi Water’s Proyeksi Lateral

2.3 Pengelolahan Film

Pengolahan film menggunakan Computed Radiography

2.4 Ekspetisi

Teman sejawat yang terhormat

Telah dilakukan pemeriksaan radiografi Sinus Paranasalis tiga Proyeksi

pemeriksaan yaitu, Caldwell, Water’s dan Lateral dengan hasil sebagai

berikut:

Sinus Paranasalis :

- Sinus Paranasalis Bersih.

- Tak tampak penebalan mukosa maupun perselubungan.

- Septum Nasi ditengah.

- Konka nasalis kanan dan kiri baik.

Kesan :

- Tak tampak tanda-tanda Sinusitis

13

Page 14: LUMBAL DINAMIK

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan 

Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini antara lain :

1. Proyeksi yang dilakukan pada pemeriksaan Dinamic

Lumbal dengan kasus “Suspek Canal Stenosis Spinalis” adalah

Proyeksi Lateral dengan hyper ekstensi dan hyper fleksi. Kedua

proyeksi Lateral dengan hyper ekstensi dan hyper fleksi ini, sudah cukup

untuk menegakkan diagnosa.

2. Keuntungan menggunakan proyeksi Lateral

Hyper Fleksi dan Hyper Ekstensi dengan kasus Suspek Canal Stenosis

Spinalis dapat menampakkan kelainan yang sangat kecil yang mungkin

tidak tampak pada proyeksi Antero Posterior (AP) maupun Lateral dan

mempunyai kekurangan karena dengan proyeksi ini pasien kurang nyaman

atau kurang maksimal karena merasa kesakitan

4.2 Saran 

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan penulisan

laporan kasus ini adalah :

1.    Untuk petugas radiasi saat melakukan pemeriksaan selalu menjaga

komunikasi yang baik dengan pasien.

2.    Proteksi radiasi bagi masyarakat umum hendaknya pengantar pasien

atau orang yang tidak berkepentingan tidak di perbolehkan masuk di

dalam ruang pemeriksaan dan di persilahkan menunggu di ruang tunggu

yang ada di depan kamar pemeriksaan

3. Pintu kamar pemeriksaan di tutup rapat.

14