lprn tetap ddma, nurul 05 bner nn

79
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK Oleh Nurul Janah 05121006005 Kelompok II PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN DAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2013

Upload: nurul-jib

Post on 26-Nov-2015

144 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN TETAP

    PRAKTIKUM DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK

    Oleh

    Nurul Janah

    05121006005

    Kelompok II

    PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

    DAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    INDRALAYA

    2013

  • ii

    LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

    DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK

    Oleh

    Nurul Janah

    05121006005

    Telah Diterima

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Ujian Praktikum

    Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik

    Indralaya, 03 Juni 2013

    Mengetahui,

    Koordinator Praktikum

    Ade Dwi Sasanti S.Pi, M.Si

    NIP. 197612302000122001

    Asisten I Asisten II

    Rovil Amin Tara Suprayogi. AS

    NIM. 05091006004 NIM. 05111005012

    Asisten III Asisten IV

    Wasahla Yolanda Yusiana

    NIM. 05111006001 NIM. 05111005031

  • iii

    IDENTITAS PRAKTIKAN

    Nama : Nurul Janah

    NIM : 05121006005

    Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan

    Tempat Tanggal Lahir: Tanjung Batu, 02 Mei 1994

    Agama : Islam

    Nama Orang Tua

    Ayah : Bakar

    Ibu : Hermiah

    Alamat : Jalan Anggrek RSS 41, Timbangan, Indralaya

    Kesan :Saya merasa nyaman pada saat praktikum DDMA (Dasar-dasar

    Mikrobiologi Akuatik) karna penjelasan yg diberikan oleh para

    asisten sngat jlas dan sntai, shingga saya bisa memhami materi

    yang disampaikan terutma saya bisa melakukan smua praktikum

    dgn baik.

    Pesan : Pesan saya agar perlengkapan praktikum terutama smua alat2 dapat

    dilengkapi lagi agar praktikum dapat berjalan dgn baik.

    Indralaya, 03 juni 2013

    Praktikan

    Nurul Janah

    NIM. 05121006005

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

    senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    laporan praktikum pada mata kuliah Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik ini tepat pada

    waktunya.

    Banyak pengetahuan yang didapatkan selama mengerjakan laporan praktikum ini.

    Semua ini berkat kerja sama kelompok serta bantuan dari dosen pembimbing dan asisten

    yang telah memberikan bimbingan sehingga dapat terselesaikanya penulisan laporan ini.

    Walaupun dalam penyusunan laporan ini banyak kendala yang ditemui, baik secara teknis

    maupun non teknis, tetapi dapat diatasi dengan hasil yang cukup memuaskan.

    Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan masih sangat

    jauh dari kesempurnaan dan harapan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

    penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang

    konstruktif untuk menyempurnakan laporan-laporan berikutnya.

    Demikianlah semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

    umumnya, serta bagi para praktikan selanjutnya. Dan hasil laporan ini dapat turut serta

    dalam membangun peningkatan mutu mahasiswa.

    Indralaya, 03 Juni 2013

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PENGESAHAN.. ii

    IDENTITAS PRAKTIKAN iii

    KATA PENGANTAR.. iv

    DAFTAR ISI. v

    DAFTAR TABEL. viii

    DAFTAR GAMBAR ix

    MATERI PRAKTIKUM

    PENGENALAN ALAT DAN STERILISASI

    I. PENDAHULUAN. 1

    A. Latar Belakang. 1

    B. Tujuan.. 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA 3

    A. Laboratorium 3

    B. Pengenalan Alat Laboratorium Kimia dan Penyimpanannya.. 3

    C. Pengenalan Bahan-bahan Kimia dan Penyimpanannya... 4

    D. Pengertian Sterilisasi 5

    III. METODELOGI PRAKTIKUM.. 9

    A. Tempat dan Waktu... 9

    B. Alat dan Bahan. 9

    C. Cara Kerja 9

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 11

    A. Hasil. 11

    B. Pembahasan.. 18

    V. KESIMPULAN DAN SARAN. 20

    A. Kesimpulan.. 20

    B. Saran. 20

  • vi

    PEMBUATAN MEDIA AGAR

    I. PENDAHULUAN. 21

    A. Latar Belakang. 21

    B. Tujuan.. 22

    II. TINJAUAN PUSTAKA 23

    A. Media Agar.. 23

    B. Macam-macam Media Agar..... 24

    III. METODELOGI PRAKTIKUM.. 27

    A. Tempat dan Waktu... 27

    B. Alat dan Bahan. 27

    C. Cara Kerja 27

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 29

    A. Hasil. 29

    B. Pembahasan.. 30

    V. KESIMPULAN DAN SARAN. 32

    A. Kesimpulan. 32

    B. Saran. 32

    ISOLASI BAKTERI DAN PERHITUNGAN BAKTERI

    I. PENDAHULUAN. 33

    A. Latar Belakang. 33

    B. Tujuan.. 34

    II. TINJAUAN PUSTAKA 35

    A. Isolasi Bakteri.. 35

    B. Bakteri.. 36

    III. METODELOGI PRAKTIKUM.. 38

    A. Tempat dan Waktu... 38

    B. Alat dan Bahan. 38

    C. Cara Kerja 38

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 40

    A. Hasil. 40

  • vii

    B. Pembahasan 41

    V. KESIMPULAN DAN SARAN. 44

    A. Kesimpulan.. 44

    B. Saran. 44

    PEWARNAAN GRAM

    I. PENDAHULUAN. 45

    A. Latar Belakang. 45

    B. Tujuan.. 46

    II. TINJAUAN PUSTAKA 47

    A. Pewarnaan Gram.. 47

    B. Macam-macam Pewarnaan Gram 49

    III. METODELOGI PRAKTIKUM.. 55

    A. Tempat dan Waktu... 55

    B. Alat dan Bahan. 55

    C. Cara Kerja 55

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 57

    A. Hasil. 57

    B. Pembahasan.. 57

    V. KESIMPULAN DAN SARAN. 60

    A. Kesimpulan.. 60

    B. Saran. 60

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Daftar alat-alat beserta fungsi di laboratorium. 11

    Tabel 2. Jumlah bakteri.. 40

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Hasil media agar dengan menggunakan media PCA... 29

    Gambar 2. Hasil isolasi bakteri dari sampel terasi. 40

    Gambar 3. Diagram alir proses pewarnaan gram... 56

    Gambar 4. Hasil pewarnaan gram di atas kaca objek 57

  • PENGENALAN ALAT DAN STERILISASI

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Mikrobiologi ialah ilmu pengetahuan tentang peri kehidupan mahluk-mahluk kecil

    yang hanya kelihatan dengan mikroskop ( bahasa Yunani: mikros = kecil, bios= hidup,

    logos= kata atau ilmu). Mahluk-mahluk kecil itu disebut mikroba atau jasad renik.

    Mikrobiologi mencakup pengetahuan tentang virus (virology), pengetahuan tentang bakteri

    (bacteriology), dan pengetahuan tentang jamur (mycology). Pada beberapa abad yang lalu

    di tanah jawa dikenal istilah pageblug, yang berarti adanya suatu wabah penyakit yang

    melanda disuatu daerah yang disebabkan oleh mahluk-mahluk halus yang marah kepada

    penduduk sehingga banyak yang meninggal (Wahjono, 2007).

    Sejak ditemukan mikroskop oleh Antony van Leeuwenhoek pada tahun 1683 (Gupte,

    1990 dalam Rachmawati, 2008), dapat diketahui ternyata kuman ada di mana-mana, di air,

    tanah, udara, benda-benda, bahkan di tubuh setiap orang. Keberadaan kuman-kuman yang

    tidak kasat mata tersebut seringkali membuat kita tidak sadar akan bahaya yang dapat

    ditimbulkan. Secara kontinyu kuman-kuman tersebut diteliti atau dipelajari di laboratorium

    mikrobiologi (Rachmawati, 2008).

    Ekperimen diartikan sebagai rangkaian kegiatan (menyusun alat mengoperasikan

    alat, mengukur, dan sebagainya) dan pengamatan untuk memverifikasi dan menguji suatu

    hipotesis berdasarkan bukti-bukti empiris. Sementara kerja lab cakupannya lebih luas dari

    pada eksperimen yang diartikan sebagai aktifitas dengan menggunakan fasilitas lab, seperti

    melatih keterampilan menggunakan alat, melakukan eksperimen (percobaan),

    mendemonstrasikan percobaan, melakukan pengontrolan kualitas bahan baku,

    pengontrolan kualitas produk industri, ekshibisi (pameran) proses-proses kimia dan

    sebagainya (Widhy, 2009).

    Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di

    laboratorium kimia yang dapat dipergunakan berulangulang. Contoh alat laboratorium

    kimia: pembakar spiritus, thermometer, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong dan lain

    sebagainya (Widhy, 2009).

  • 2

    B. Tujuan

    Tujuan dari praktikum Pengenalan Alat-alat Laboratorium dan Sterilisasi adalah

    sebagai berikut:

    1. Agar praktikan dapat mengenal dan memahami alat-alat yang ada di laboratorium

    beserta fungsi dan cara pemakaian dari alat-alat tersebut.

    2. Agar praktikan dapat melakukan sterilisasi alat-alat dengan baik sebelum digunakan.

  • 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Laboratorium

    Laboratorium berasal dari kata laboratory yang memiliki pengertian yaitu : (1) tempat

    yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen di dalam sains atau melakukan

    pengujian dan analisis (is a place equipped for experimental study in ascience or for testing

    and analysis , (2) bangunan atau ruangan yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan

    penelitian ilmiah ataupun praktek pembelajaran bidang sains (a building or room equipped for

    conducting scientific research or for teaching practical science), (3) tempat memproduksi

    bahan kimia atau obat (a place where chemicals or medicines are manufactured), (4) tempat

    kerja untuk melangsungkan penelitian ilmiah ( a workplace for the conduct of scientific

    research), (5) ruang kerja seorang ilmuwan dan tempat menjalankan eksperimen bidang studi

    sains (kimia, fisika, biologi, dsb.) (the workplace a saintist also a place devoted to experiments

    in any branch of natural science , as chemistry, physics, biology etc. ) (Widhy, 2009).

    Fungsi laboratorium dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu fungsi yang

    memberikan peningkatan pengetahuan (knowledge), fungsi yang memberikan peningkatan

    keterampilan (psychomotoric), dan fungsi yang memberikan penumbuhan sikap (attitude)

    (Widhy, 2009).

    Secara umum Laboratorium mikrobiologi mempelajari tentang mikroorganisme:

    virus, bakteri, jamur yang meliputi diagnostik (isolasi dan identifikasi), prognosis pada

    kasus infeksi, pedoman dalam pengobatan, mencari sumber infeksi (misal pada

    suatu kasus ledakan penyakit infeksi) (Rachmawati, 2008).

    B. Pengenalan Alat Laboratorium Kimia dan Penyimpanannya

    Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di

    laboratorium kimia yang dapat dipergunakan berulang kali. Contoh alat laboratorium

    kimia: pembakar spiritus, thermometer, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong dann lain

    sebagainya. Alat yang digunakan secara tidak langsung di dalam praktikum merupakan alat

    bantu laboratorium, seperti pemadam kebakaran dan kotak Pertolongan Pertama

    (Widhy, 2009).

  • 4

    Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat menentukan atau

    mempertimbangkan cara penyimpanannya. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus

    dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas atau porselen. Jadi alat seperti kaki tiga harus

    dikelompokkan dengan statif atau klem tiga jari karena ketiganya memiliki bahan dasar

    yang sama yaitu logam, sedangkan gelas kimia dikelompokkan dengan labu erlenmeyer

    dan labu dasar rata karena bahan dasarnya gelas. Belumlah cukup hanya dengan

    memperhatikan bahan dasar dari alat, namun penyimpanan alat yang memiliki bahan dasar

    yang sama harus ditata kembali. Jika tempat penyimpanan kaki tiga dan klem tiga jari

    adalah menggunakan lemari rak, maka tahapan rak untuk kaki tiga harus berbeda dengan

    tahap rak klem tiga jari, akan tetapi kedua tahap rak harus berdekatan. Dengan

    memperhatikan bahan dasar alat pula, peralatan yang terbuat dari logam umumnya

    memiliki bobot lebih tinggi dari peralatan yang terbuat dari gelas atau plastik. Oleh karena

    itu dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga diperhatikan.

    Janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar mudah diambil

    dan disimpan kembali (Widhy, 2009).

    C. Pengenalan Bahan-bahan Kimia dan Penyimpanannya

    Bahan kimia yang ada di lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah

    peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan

    resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan lab aspek penyimpanan,

    penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus

    diperhatikan. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan

    penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko

    bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities),

    wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals),

    inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information). Penyimpanan

    dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya

    diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan

    lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat

    kimianya terutama tingkat kebahayaannya (Widhy, 2009).

  • 5

    Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label

    wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai.

    Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut

    diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning

    untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk

    bahan yang bahayanya rendah. label bahan flammable label bahan oksidator label bahan

    toksik label bahan korosif label bahan dengan tingkat bahaya rendah (Widhy, 2009).

    D. Pengertian Sterilisasi

    Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada

    sehingga jika ditumbuhkan dalam suatu media tidak ada jasad renik yang dapat

    berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas

    yaitu spora bakteri. Sterilisasi sangat penting dalam penelitian-penelitian di bidang

    mikrobiologi, mengingat bahwa penelitian terhadap suatu spesies mikrobia harus selalu

    didasarkan atas penelitian terhadap sifat biakan murni spesies tersebut, sehingga untuk

    dapat memisahkan kegiatan mikrobia yang satu dengan mikrobia yang lain, atau untuk

    memelihara suatu mikrobia secara biakan murni, perlu digunakan alat-alat dan medium

    yang bebas mikroorganisme atau steril (Nike, 2012).

    Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membebaskan suatu benda dari semua

    mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora (Rachmawati, 2008).

    Fungsi sterilisasi di antaranya : pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencemaran

    organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan asepsis, pada

    pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap

    pencemaran oleh mikroorganisme (Rachmawati, 2008). Salah satu cara yang digunakan

    adalah dengan desinfeksi yaitu proses mematikan semua mikroorganisme patogen yang

    dapat menyebabkan infeksi (Rachmawati, 2008).

    Di laboratorium mikrobiologi, sterilisasi merupakan bagian yang sangat penting atau

    merupakan keharusan, baik pada alat maupun media. Hal ini penting karena jika alat atau

    media tidak steril, kita akan sulit menentukan apakah isolat kuman berasal dari spesimen

    pasien yang diperiksa atau kontaminan. Bekerja di laboratorium mikrobiologi mengandung

  • 6

    risiko yang tidak kecil. Setiap saat harus selalu berasumsi bahwa setiap mikroorganisme

    adalah potensial patogen dan kita harus berhati-hati agar tidak terinfeksi oleh kuman

    yang akan diperiksa (Rachmawati, 2008).

    Laboratorium mikrobiologi sendiri merupakan laboratorium yang mempelajari,

    menyimpan dan melakukan pelayanan dalam bidang mikrobiologi yang meliputi bakteri,

    virus dan jamur. Fungsi utama laboratorium mikrobiologi, membantu menegakkan

    diagnosis penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba, melakukan uji kepekaan serta

    penelitian-penelitian yang berkaitan dengan mikroba. Sekalipun yang diuji atau diteliti

    adalah mikroba, namun sterilitas merupakan hal yang mutlak pada pemeriksaan

    mikrobiologi. Tanpa adanya sterilitas maka hasil yang diperoleh bukanlah kuman yang

    sesungguhnya namun kuman kontaminan. Alat-alat yang steril namun tidak

    memperhatikan faktor lain, tidak menjamin bebas dari kontaminasi. Salah satu cara untuk

    menjaga agar hasil pekerjaan di laboratorium mikrobiologi tidak terkontaminasi, serta

    dapat melindungi pemeriksa adalah dengan cara cuci tangan (Rachmawati, 2008).

    Kemampuan penghambatan etil alkohol ini disebabkan karena etil alkohol memiliki

    sifat hidrofilik maupun hidrofobik, tetapi sifat hidrofobiknya jauh lebih besar dibandingkan

    sifat hidrofiliknya. Struktur yang demikian ini akan menyebabkan terganggunya proses

    osmosis maupun difusi pada membran sel mikrobia tersebut (Faatih, 2005).

    Menurut Tim Penyusun Praktikum Mikrobiologi tahun 2011 dalam Anonim, 2011,

    sterilisasi ada dua jenis yaitu:

    Sterilisasi dengan cara fisik:

    a. Pemanasan

    Air dan uap adalah media panas yang baik. Dalam waktu relatif singkat, alat yang

    akan disterilkan akan mencapai suhu yang diinginkan. Udara adalah penyalur panas yang

    kurang baik. Oleh karena itu, untuk mecapai suhu yang diinginkan akan membutuhkan

    waktu yang cukup lama.

    1. Panas kering

    Cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara panas kering yang tinggi.

    Sterilisasi panas kering dibedakan atas :

    Panas membara

  • 7

    Dengan jalan menaruh benda yang akan di sterilkan dalam nyala api bunsen sampai

    merah membara. Alat yang disterilkan yaitu sengkelit, jarum, ujung pinset dan ujung

    gunting.

    Melidah - apikan

    Dengan melewatkan benda dalam api bunsen, namun tidak sampai menyala terbakar.

    Alat yang disterilkan yaitu scalpel, kaca benda, mulut tabung dan mulut botol.

    Udara kering

    Oven merupakan ciri umum yang dimaksud. Alat ini terbuat dari kotak logam, udara

    yang terddapat di dalamnya mendapat udara panas melalui panas dari nyala listrik. Alat

    yang disterilkan yaitu tabung reaksi, cawan petri, pipet, scalpel dari logam, gunting dan

    botol. Pemanasan satu jam dengan temperatur 160 oC dianggap cukup.

    2. Panas Basah

    Yang dimaksud panas basah adalah pemansan menggunakan air atau uap air. Uap air

    adalah media penyalur panas yang terbaik dan terkuat daya penetrasinya. Panas basah

    mematikan mikroba. Oleh karena koagulasi dan denaturasi enzim dan protein protoplasma

    mikroba. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah selama 15 menit pada suhu

    121oC. Sterilisasi panas basah dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu:

    Panas basah 100oC

    Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak steril, sehingga biasa dipergunakan di

    rumah sakit dan laboratorium besar. Cara ini menggunakan tangki yang diisi dengan uap

  • 8

    air yang disebut autoclave. Alat yang disterilkan adalah alat dari kaca, kain kasa, media

    pembenihan, cairan injeksi, dan bahan makanan.

    b. Filtrasi (Penyaringan)

    Penyaringan dilakukan dengan mengalirka larutan melalui suatu alat penyaringan

    yang memiliki pori-pori cukup kecil. Untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran

    tertentu. Saringan yang umum digunakan tidak dapat menyaring virus. Penyaringan

    dilakukan dengan untuk mensterilkan cairan yang tidak tahan terhadap pemanasan dengan

    suhu tinggi seperti : serum, larutan yang mengandung enzim, toksin kuman, ekstrak sel,

    antibiotik dan asam amino.

    c. Radiasi / Penyinaran

    Mikroorganisme dapat dibunuh dengan penyinaran yang memakai sinar ultrraviolet

    yang panjang gelombangnya antara 220-290 nm. Radiasi paling efektif adalah 253,7 nm.

    Sinar matahari langsung mengandung sinar ultraviolet 290 nm, sehingga sinar matahari

    adalah sinar yang bersifat bakterida yang baik.

    Sterilisasi Dengan Cara Kimia:

    Zat kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi dapat berwujud :

    a. Gas : Ozon, formaldehyde, ethylene oxide gas

    b. Larutan : Deterjen, yodium, alcohol, peroksida fenol, formalin, AgNO3 dan

    merkuroklorid.

    Sterilisasi dengan cara kimia antara lain dengan disenfektan. Daya kerja antimikroba

    disenfektan ditentukan oleh konsenntrasi, waktu dan suhu. Beberapa contoh desinfektan

    yang digunakan antara lain : Desinfektan lingkungan misalnya :

    1. Untuk permukaan meja : lisol 5%, formalin 4% dan alcohol.

    2. Untuk di udara : natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa fenol lain.

    3. Desinfektan kulit atau luka : dicuci denngan air sabun, providon yodium dan etil

    alkohol 70%.

  • 9

    III. METODELOGI PRAKTIKUM

    A. Tempat dan Waktu

    Adapun praktikum dilaksanankan pada hari rabu 20 Maret 2013 pada pukul 14.30

    sampai dengan selesai. Bertempat dilaboraturium program studi Teknologi Hasil Perikanan

    Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

    B. Alat dan Bahan

    Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Alat dan Sterilisasi yaitu

    cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas kimia, bunsen, bola hisap, tisue, pipet tetes,

    botol sepray, korek api dan kertas.

    Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu spitus dan alkohol 70%.

    C. Cara Kerja

    Cara kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

    1. Pengenalan alat-alat

    Cara kerja praktikum pengenalan alat ini adalah amati alat-alat yang disiapkan lalu

    digambar sebagai laporan sementara kemudian catat fungsi dan cara kerja dari

    masing-masing alat tersebut.

    2. Sterilisasi

    Cara kerja pada praktikum sterilisasi dilakuka dengan dua cara yaitu:

    a. Sterilisasi basah

    Cara kerja pada praktikum ini adalah:

    Sediakan semua alat-alat yang akan disterilkan. Semprotkan tangan anda

    dengan alkohol 70% lalu keringkan dengan menggunakan tissue, kemudian

    semprotkan alkohol keseluruh bagian alat-alat yang akan disterilkan satu per

    satu. Keringkan alat retsebut dengan menggunakan tissue, kemudian tutuplah

  • 10

    mulut alat dengan kapas lalu dibungkus dengan menggunakan kertas putih atau

    kertas bersih.

    Dengan menggunakan autoklaf, alat-alat yang akan disterilisasi dimasukkan ke

    dalam autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121oC pada tekanan 1 atm.

    Setelah itu didinginkan lalu tutuplah mulut alat dengan menggunakan kapas

    dan bungkus dengan kertas putih atau bersih.

    b. Sterilisasi kering

    Pada sterilisasi kering kita dapat melakukan sterilisasi dengan melakukan

    pemanasan langsung dan menggunakan oven.

    Pada pemanasan langsung alat-alat yang digunakan langsung dipanaskan pada

    api dari pemanas spitus atau bunsen secara keseluruhan lalu tutuplah mulut alat

    dengan kapas dan kemudian dibungkus dengan kertas putih atau bersih.

    Pada pemanasan menggunakan oven, alat-alat yang akan disterilisasi

    dimasukkan kedalam oven sekitar 1 jam dengan suhu sekitar 160oC kemudian

    setelah dioven dan didinginkan alat-alat tersebut mulutnya ditutup dengan

    kapas dan dibungkus dengan kertas putih atau bersih.

  • 11

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    Adapun hasil dari praktikum Pengenalan Alat Laboratorium dan Sterilisasi

    dituangkan dalam sebuah tabel sebagai berikut :

    Tabel 1. Daftar alat-alat beserta fungsi di laboratorium

    No Nama Alat Fungsi Gambar

    1 Gelas kimia

    (beaker)

    a. Untuk mengukur volume

    larutan yang tidak memerlukan

    tingkat ketelitianYang tinggi

    b. Menampung zat kimia

    c. Memanaskan cairan

    d. Media pemanasan cairan.

    2 Labu

    erlenmeyer

    a.Untuk menyimpan dan

    memanaskan larutan

    b.Menampung filtrat hasil

    penyaringan

    c Menampung titran (larutan yang

    dititrasi) pada proses titrasi.

    3 Gelas ukur Untuk mengukur volume larutan

    tidak memerlukan tingkat

    ketelitian yang tinggi dalam

    jumlah tertentu.

    4 Pipet seukuran digunakan untuk mengambil

    cairan dalam jumlah tertentu

    secara tepat, bagian tengahnya

    menggelembung.

    5 Pipet berukuran Berguna untuk mengukur dan

    memindahkan larutan dengan

    volume tertentu secara tepat.

    6 Pipet tetes Berguna untuk mengambil cairan

    dalam skala tetesan kecil.

  • 12

    7 Buret Untuk mengeluarkan larutan

    dengan volume tertentu, biasanya

    digunakan untuk titrasi.

    8 Tabung reaksi a.Sebagai tempat untuk

    mereaksikan bahan kimia

    bUntuk melakukan reaksi kimia

    dalam skala kecil

    9 Kaca arloji a.Sebagai penutup gelas kimia saat

    memanaskan sampel

    b.Tempat saat menimbang bahan

    kimia

    c.Tempat untuk mengeringkan

    padatan dalam desikator

    10 Corong Untuk menyaring campuran kimia

    dengan gravitasi.

    11 Cawan terbuat dari porselen dan biasa

    digunakan untuk menguapkan

    larutan.

    12 Mortar dan

    pestle

    digunakan untuk menghancurkan

    dan mencampurkan padatan kimia.

    13 Spatula a.Untuk mengambil bahan kimia

    yang berbentuk padatan

    b.Dipakai untuk mengaduk larutan

    14 Batang

    pengaduk

    terbuat dari kaca tahan panas,

    digunakan untuk mengaduk cairan

    di dalam gelas kimia.

  • 13

    15 Kawat kasa digunakan sebagai alas dalam

    penyebaran panas yang berasal

    dari suatu pembakar.

    16 Kaki tiga besi yang menyangga ring dan

    digunakan untuk menahan kawat

    kasa dalam pemanasan.

    17 Burset /

    pembakar

    spiritus

    digunakan untuk memanaskan

    bahan kimia.

    18 Bola hisap digunakan untuk membantu proses

    pengambilan cairan. Terbuat dari

    karet yang disertai dengan tanda

    untuk menyedot cairan (suction),

    mengambil udara (aspirate) dan

    mengosongkan (empty).

    19 Neraca analisis digunakan untuk menimbang

    padatan kimia.

    20 Labu ukur Untuk membuat larutan dengan

    konsentrasi tertentu dan

    mengencerkan larutan.

    21 Labu bundar Untuk memanaskan larutan dan

    menyimpan larutan.

  • 14

    22 Corong Buchner Berguna untuk menyaring sampel

    agar lebih cepat kering.

    23 Erlenmeyer

    Buchner

    Dipakai untuk menampung cairan

    hasil filtrasi.

    24 Corong pisah Untuk memisahkan campuran

    larutan yang memiliki kelarutan

    yang berbeda. Biasanya digunakan

    dalam proses ekstraksi.

    25 Desikator a.Tempat menyimpan sampel

    yang harus bebas air

    b.Mengeringkan padatan

    26 Cawan petri Berfungsi sebagai wadah

    menimbang dan menyimpan bahan

    kimia, mikrobiologi.

    27 Botol semprot Berfungsi sebagai tempat

    menyimpan aquadest.

    28 Krusibel Dipakai sebagai tempat untuk

    mereaksikan bahan kimia.

  • 15

    29 Kaki tiga krus berfungsi untuk menaruh krusibel

    saat akan dipanaskan langsung di

    atas api.

    30 Statif berfungsi untuk menegakkan

    buret, corong, corong pisah dan

    peralatan gelas lainnya pada saat

    digunakan.

    31 Klem manice berfungsi untuk memegang

    peralatan gelas yang dipakai pada

    proses destilasi.

    32 Klem bosshead berfungsi untuk menghubungkan

    statif dengan klem manice atau

    pemegang corong.

    33 Klem buret terbuat dari besi atau baja untuk

    memegang buret yang digunakan

    untuk titrasi.

    34 Pemegang

    corong

    untuk memegang corong atau

    corong pisah yang dipakai pada

    proses penyaringan atau

    pemisahan.

    35 Tang krusibel untuk mengambil dan membawa

    krusibel.

    36 Stirrer magnetic magnet yang digunakan untuk

    mengaduk larutan.

  • 16

    37 Sentrifuge berfungsi untuk mengendapkan

    dan memisahkan padatan dari

    larutan.

    38 Chromatography

    chamber

    terbuat dari kaca yang digunakan

    dalam proses kromatografi kertas.

    39 Spectronic 20 digunakan untuk mengukur

    absorbansi larutan berwarna dalam

    proses spektrofotometri

    40 Kertas saring Digunakan untuk menyaring

    larutan.

    41 Jarum ose Untuk mengambil dan

    menanamkan bakteri

    42 Kaca preparat Sebagai tempat sampel yang akan

    diuji

    43 Mikroskop Untuk melihat benda-benda yang

    berukuran mikroskopik.

  • 17

    44 Rak Sebagai tempat penyimpanan

    tabung reaksi.

    45 Penjepit tabung

    reaksi

    Untuk mengambil tabung reaksi

    pada saat proses pemanasan.

    46 Incubator Sebagai tempat inkubasi bakteri

    setelah ditanam.

    47 Autoclave Untuk mensterilkan alat pada suhu

    100-121oC.

    48 Oven Untuk mensterilkan alat pada suhu

    180oC.

    49 Colonicounter Untuk menghitung koloni bakteri

    50 lup Untuk alat pembesar

    Pada proses sterilisasi hasil yang kita dapat adalah dua cara sterilisasi. Adapun dua

    cara tersebut adalah:

  • 18

    a. Sterilisasi basah, sterilisasi basah dilakukan dengan menggunakn alkohol 70%.

    b. Sterilisasi kering, sterilisasi kering dilakukan dengan pemanasan langsung

    menggunakn bunsen.

    B. Pembahasan

    Kita sebagai praktikan tidak akan pernah lepas untuk berhubungan dengan

    laboratorium. Laboratorium adalah sebuah tempat untuk melakukan percobaan dan

    penelitian.

    Dari hasil yang diperoleh, telah kita ketahui bahwa begitu banyak macam alat-alat

    yang ada dilaboratorium. Semua alat-alat yang ada dilaboratorium mempunyai nama yang

    berbeda, bentuk yang berbeda, dan fungsi serta cara penggunaan yang berbeda-beda. Kita

    sebagai praktikan yang akan selalu berhubungan langsung dengan alat-alat tersebut,

    sehingga kita wajib untuk mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat-alat tersebut.

    Contohnya pipet tetes digunakan untuk memindahkan larutan dari satu tempat ke tempat

    lainnya dalan skala kecil, sedangkan bola hisap juga digunakan untuk memindahkan

    larutan dalam skala besar. Jadi, kita sebagai praktikan harus tau benar fungsi dan cara

    penggunaan suatu alat agar tidak terjadi kesalahan saat menggunakan alat tersebut.

    Selain itu, kita juga harus mengetahui apa saja bahan-bahan yang ada di dalam

    laboratorium terutama bahan-bahan kimia. Agar kita tidak salah menggunakan bahan yang

    ingin digunakan dan berhati-hati dalam menggunakannya. Karena, bahan kimia bersifat

    berbahaya dan beracun.

    Sebelum melakukan percobaan kita pastinya harus menyediakan alat dan bahan yang

    digunakan untuk percobaan tersebut. Alat dan bahan yang digunakan haruslah dalam

    keadaan steril. Keadaan steril adalah keadaan dimana segala subtansi bebas dari semua

    makhluk hidup terutama bersifat mikropis. Sedangkan kegiatan pembebasan tersebut

    dinamakan sterilisasi. Sterilisasi dilakukan untuk mengindari terjadinya infeksi yang

    mungkin terjadi pada manusia, menghindari kerusakan alat atau bahan dari kontaminan

    dan mencegah pencampuran dari bahan-bahan yang tidak diinginkan.

    Biasanya makhluk hidup yang ingin dimusnahkan yaitu makhluk hidup yang bersifat

    parasit seperti bakteri, virus, alga, protozoa, serta jamur yang merugikan.

  • 19

    Dalam percobaan kali ini kami melalukan sterilisasi terhadap beberapa alat seperti

    cawan petri dan tabung reaksi. Sterilisasi yang kami lakukan dengan dua metode yaitu

    sterilisasi basah dan sterilisasi kering.

    Pada sterilisasi basah kami menggunakan bahan yaitu alcohol 70%. Dimana alkohol

    70% bisa membunuh bakteri karna alkohol bersifat racun (toxic). Alkohol 70% adalah

    alkohol yang mengandung 70% alkohol murni dan 30% aquadest selain itu alkohol 70%

    juga mudah didapatkan dengan harga yang murah. Sebelum melakukan sterilisasi alat kita

    harus mensterilkan tangan kita dengan menyemprotkan alkohol keseluruh bagian tangan

    lalu mengeringkannya dengan menggunakan tissue. Setelah itu barulah kita mensterilkan

    alat-alat yang akan digunakan dengan menyemprotkan alkohol 70% keseluruh bagian alat

    tersebut dan mengeringkannya dengan menmggunakan tisue. Setelah itu untuk tabung

    reaksi yang memiliki mulut, mulut tabung reaksi tersebut kita tutup dengan kapas agar

    tertutup dan tidak ada lagi kemungkinan mikroba untuk masuk ke dalam tabung reaksi

    tersebut, setelah itu alat-alat tersebut kita bungkus dengan teknik tersendiri. Selain dengan

    menggunakan alkohol, sterilisasi basah juga dapat dilakukan dengan menggunakan

    autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan 1 atm.

    Pada sterilisasi kering kami menggunakan pemanasan langsung dengan alat pemanas

    berbahan bakar spritus atau bunsen, Bunsen selalu digunakan sebagai pemanas dalam

    berbagai percobaan maupun penelitian. Dimana bunsen umumnya menggunakan bahan

    bakar spritus karena spritus menghasilkan api biru yang tidak menyebabkan kerusakan

    pada alat-alat laboratorium. Setelah Bunsen dinyalakan tabung reaksi dan cawan petri

    dipanaskan secara langsung pada api dengan jarak sekitar 1 cm, jarak ini digunakan agar

    alat tidak langsung menerima panas secara cepat sehingga bisa menyebabkan kerusakan.

    Setelah dipanaskan keseluruhan bagian alat tersebut lalu didinginkan, pada tabung reaksi

    dan cawan petri akan diperlakukan hal yang sama seperti pada sterilisasi basah yaitu

    menutupi mulut tabung dengan kapas dengan tujuan yang sama. Setelah itu cawan petri

    dan tabung reaksi dibungkus dengan menggunakan kertas putih dan bersih.

    Itulah hasil pembahasan yang dapat dituangkan pada praktikum Pengenalan Alat dan

    Sterilisasi. Sehingga kita diharapkan dapat mengetahui fungsi dan cara menggunakan alat-

    alat di laboratorium serta dapat melakukan proses sterilisasi dengan baik.

  • 20

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan dari praktikum Pengenalan Alat dan Sterilisasi antara lain

    sebagai berikut:

    1. Setiap alat dan bahan yang ada di dalam laboratorium mempunyai fungsi dan cara

    kerja yang berbeda-beda.

    2. Alat-alat yang ada di dalam laboratorium harus disimpan di tempat yang aman sesuai

    dengan bahan baku pembuatan alat tersebut.

    3. Sebelum melakukan percobaan ataupun penelitian kita harus melakukan sterilisasi,

    yaitu pembebasan segala subtansi dari semua makhluk hidup.

    4. Sterilisasi dilakukan untuk mencegah segala hal yang tidak diinginkan.

    5. Yang tidak diinginkan biasanya bersifat parasit seperti bakteri, virus, protozoa, alga

    dan jamur.

    6. Sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sterilisasi basah dan kering.

    7. Alkohol bersifat racun dan dapat membunuh bakteri, sehingga bisa digunakan sebagai

    bahan untuk melakukan sterilisasi.

    B. Saran

    Adapun saran saya pada praktikum kali ini adalah agar seluruh praktikan dapat

    melakukan setiap percobaan tersebut, sehingga setiap praktikan dapat memahami dan

    dapat mencapai tujuan dari praktikum tersebut untuk memudahkan praktikan kemudian

    harinya.

  • PEMBUATAN MEDIA AGAR

  • 21

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Untuk menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan

    mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan

    manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat

    yang disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang

    diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi

    optimum bagi pertumbuhannya (Label, 2008).

    Sejak ditemukan mikroskop oleh Antony van Leeuwenhoek pada tahun 1683 (Gupte,

    1990 dalam Farida, 2008), dapat diketahui ternyata kuman ada di mana-mana, di air, tanah,

    udara, benda-benda, bahkan di tubuh setiap orang. Keberadaan kuman-kuman yang tidak

    kasat mata tersebut seringkali membuat kita tidak sadar akan bahaya yang dapat

    ditimbulkan. Secara kontinyu kuman-kuman tersebut diteliti atau dipelajari di laboratorium

    mikrobiologi (Rachmawati, 2008).

    Ekperimen diartikan sebagai rangkaian kegiatan (menyusun alat mengoperasikan

    alat, mengukur, dan sebagainya) dan pengamatan untuk memverifikasi dan menguji suatu

    hipotesis berdasarkan bukti-bukti empiris. Sementara kerja lab cakupannya lebih luas dari

    pada eksperimen yang diartikan sebagai aktifitas dengan menggunakan fasilitas lab, seperti

    melatih keterampilan menggunakan alat, melakukan eksperimen (percobaan),

    mendemonstrasikan percobaan, melakukan pengontrolan kualitas bahan baku,

    pengontrolan kualitas produk industri, ekshibisi (pameran) proses-proses kimia dan

    sebagainya (Widhy, 2009).

    Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang

    disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan

    mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis

    mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada

    medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah

    sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu

    medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-

  • 22

    bahan kompleks lainnya. Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan

    inipun harus disterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada

    mikroorganisme lain, yang tidak diinginkan, tumbuh dalam media tersebut, sehingga dapat

    menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media tersebut

    (Mila, 2005).

    Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrien yang merupakan

    substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah

    degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus

    memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan

    faktor tumbuh (Mila, 2005).

    Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah

    memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan

    yang akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen

    utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium

    sebaiknya menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan

    magnesium yang tinggi. Alat yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum

    harus disterilisasi terlebih dahulu untuk membebaskan semua bahan dan peralatan tersebut

    dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua

    organisme yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3

    macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan

    bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin)

    (Mushoffa, 2011).

    B. Tujuan

    Adapun tujuan dari praktikum Pembuatan Media Agar adalah agar mahasiswa dapat

    mengetahui bagaimana cara membuat media agar sebagai media menumbuhkan bakteri.

  • 23

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Media agar

    Media adalah suatu substansi yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi)

    yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri . Untuk menaikan

    tekanan osmose dan menjaga keseimbangan fisikokhemis sel-sel bakteri yang tumbuh,

    kedalam media harus ditambahkan NaCL. Wadah yang digunakan pada pembuatan media

    dipakai alat-alat gelas dan stainless, sedangkan pH (derajat keasaman) media bisa diukur

    dengan kertas penunjuk, pH meter dan zat penunjuk . Untuk sterilisasi media dapat

    dilakukan dengan uap air panas bertekanan (autoclave), uap air panas yang mengalir

    (steam) atau dengan saringan Seitz EK, sedangkan alat-alat gelas disterilisasi dengan udara

    panas kering (oven). Setiap batch media yang sudah dikontrol sterilitas dan mutunya harus

    disimpan pada suhu 5C-8C, selama belum/tidak dipakai (Hidayat, 2000)

    Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran

    zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.

    Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit

    untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat

    mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media

    pertumbuhannya (Indra, 2008).

    Jenis medium sangat bervariasi bergantung kepada apa yang dijadikan dasar

    penamaan. Berdasarkan kepada bentuknya dikenal tiga macam medium, yaitu medium

    cair, medium semi solid dan medium padat. Beda utama ketiga macam medium, yaitu ada

    tidaknya bahan pemadat. Medium cair tidak menggunakan bahan pemadat. Medium semi

    solid dan medium padat menggunakan bahan pemadat. Bahan pemadat dapat berupa

    amilum, gelatin, selulosa, dan agar-agar. Agar-agar paling umum digunakan. Jumlah bahan

    pemadat pada medium semi solid setengahnya dari medium padat. Pada medium padat

    jumlah agarnya 1,5%-1,8%. Berdasarkan fungsi/sifatnya beberapa macam medium, antara

    lain medium umum, medium selektif dan medium diferensial. Berdasarkan komposisi

    kimianya, dikenal medium alami, medium semi sintetik, dan medium sintetik. Perlu

    sterilisasi terhadap medium dan alat-alat yang akan digunakan untuk kegiatan prakatikum

  • 24

    Mikrobiologi. Sterilisasi adalah suatu program untuk mematikan semua organisme

    yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada

    sifat bahan yang akan disterilkan. Cara sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di

    laboratorium Mikrobiologi ialah dengan pemanasan. Bila panas digunakan bersama-sama

    dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab, bila tanpa kelembaban disebut

    sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering (Ammi et al, 2001).

    Agar biakan bakteri dapat dibuat, maka medium dan alat-alat yang diperlukan harus

    disterilisasi sebelum inokulasi. Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan semua

    organisme yang dapat menjadi kontaminan. Metode yang lazim digunakan untuk

    mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas digunakan

    bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan autaklaf), sedangkan

    jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering (menggunakan oven) (Mila, 2005).

    B. Macam-macam Medium

    Untuk menumbuhkan bakteri tersebut di dalam suatu biakan murni, haruslah

    dimengerti jenis- jenis nutrient yang disyartakan oleh bakteri dan juga macam lingkungan

    fisik yang mana dapat menyebabkan kondisi yang optimum bagi pertumbuhannya tersbut

    (Mushoffa, 2011).

    Adapun macam-macam media Pertumbuhan antara lain (Indra, 2008) :

    1. Medium berdasarkan sifat fisik

    Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin

    media menjadi padat.

    Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga

    menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan

    tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak

    mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh

    pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin

    hijau kebiruan dibawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat

    dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi

    oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen

  • 25

    meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata

    diseluruh media.

    Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB

    (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).

    2. Medium berdasarkan komposisi

    Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan

    takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.

    Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara

    pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan

    ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara

    detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.

    Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat

    diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya

    Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.

    3. Medium berdasarkan tujuan

    Media untuk isolasi. Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk

    pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.

    Media, selektif/penghambat. Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah

    suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain

    dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria

    Bertani medium yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten

    antibotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Salt broth yang

    ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap

    garam.

    Media diperkaya (enrichment). Media diperkaya adalah media yang mengandung

    komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks

    seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk

    mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya

    membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan

    komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.

  • 26

    Media untuk peremajaan kultur. Media umum atau spesifik yang digunakan untuk

    peremajaan kultur

    Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik. Media ini digunakan unutk

    mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba. Contohnya adalah

    Kosers Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan

    asam sitrat sebagai sumber karbon.

    Media untuk karakterisasi bakteri. Media yang digunakan untuk mengetahui

    kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk

    menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose

    Broth, Arginine Agar.

    Media diferensial. Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari

    campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial,

    misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria

    berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling

    koloni.

  • 27

    III. METODELOGI PRAKTIKUM

    A. Tempat dan Waktu

    Adapun praktikum dilaksanankan pada hari rabu 03 April 2013 pada pukul 14.30

    sampai dengan selesai. Bertempat dilaboraturium bersama program studi Budidaya

    Perairan dan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

    B. Alat dan Bahan

    Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Alat dan Sterilisasi yaitu

    cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, magnetik stirrer, gelas kimia, gelas ukur, pipet

    tetes, tissue, kertas putih.

    Adapun bahan yang digunakan yaitu media agar PCA (Plat Count Agar) dan

    aquadest serta alcohol 70%.

    C. Cara Kerja

    Cara kerja pratikum pembuatan media agar adalah sebagai berikut:

    1. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan mensterilisasikan terlebih dahulu alat-

    alat yang digunakan dengan alkohol 70% agar tidak ada mikroba yang tidak

    diinginkan masuk kedalam alat dan bahan yang akan digunakan tersebut.

    2. Lalu homogenkan larutan PCA (Plate Count Agar) sebanyak 4,2 gram dengan 15 ml

    aquadest kedalam Erlenmeyer dan masukkan magnetik stirrer. Magnetik stirrer

    berfungsi sebagai agar larutan dapat bercampur dengan sempurna, cara kerja dari

    magnetik stirrer yaitu magnetic akan berputar saat akan terkena tekanan panas dan

    larutan akan homogen.

    3. Kemudian panaskan larutan kedalam autoclave denagan suhu 1210 C selama 15 menit

    dengan tekanan 1 atm.

    4. Setelah itu, larutan tersebut dimasukkan kedalam cawan petri dan tabung reaksi.

  • 28

    5. Pada cawan petri diisi sebanyak 15 ml dan digoyang-goyangkan membentuk angka 8

    sampai agar tersebut mengeras seperti jelly.

    6. Pada tabung reaksi diisi dengan larutan tersebut sebanyak dari tinggi tabung.

  • 29

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    Adapun hasil dari praktikum Pembuatan Media Agar dapat dilihat dari gambar

    berikut:

    Gambar 1. Hasil media agar dengan menggunakan media PCA

  • 30

    Adapun hasil dari praktikum ini yaitu media agar yang dibuat dari medium PCA

    (Plat Count Agar). Dimana media berbentuk padatan dan dilarutkan menggunakan

    aquadest dengan pemanasan sehingga menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan.

    Setelah didinginkan larutan akan mengeras menjadi agar.

    B. Pembahasan

    Berdasarkan hasil praktikum ini, dapat diketahui bahwa untuk menumbuhkan

    mikroba kita dapat menggunakan media agar sebagai medium. Media agar yang kita

    gunakan pada praktikum kali ini yaitu media agar PCA (Plat Count Agar).

    Dimana telah di ketahui bahwa medium adalah media berupa bahan-bahan berisi

    nutrient atau nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk proses pertumbuhan.

    Sedangkan disini agar berperan sebagai gelling agent untuk memadatkan media cair

    sehingga sel tidak larut dalam larutan.

    Penggunaan media PCA karna media PCA mengandung nutrisi yang dibutuhkan

    mikroorganisme yang sedang dikembangkan, memiliki kelembaban optimum yang

    dibutuhkan, mengandung oksigen kultur untuk bakteri aerob dan pH yang sesuais serta

    bebas dari mikroba lainnya.

    Media PCA pertama berbentuk padatan, lalu diambil sebanyak 4,2 gram untuk

    dilarutkan kedalam 240 ml aquadest. Lalu dihomogenkan dengan cara dipanaskan dengan

    bantuan stirrer magnetik. Larutan yang dihasilkan berwarna merah kecoklatan. Dimana,

    stirrer magnetik berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan. Cara kerja stirrer

    magnetik yaitu apabila larutan dipanaskan maka stirrer magnetik akan berputar untuk

    menghomogenkan larutan. Setelah larutan dihomogenkan, larutan dimasukkan ke dalam

    cawan petri sebanyak 15 ml dan ke dalam tabung reaksi sebanyak dari tinggi tabung

    tersebut. Pada cawan petri larutan didinginkan dengan cara memutar cawan petri seperti

    angka 8 hingga larutan mengeras. Cara ini dilakukan agar larutan mengeras secara

    keseluruhan dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Sedangkan pada tabung reaksi larutan

    dikenakan pada sisi dinding tabung dengan cara memiringkan tabung, hal terbebut

    dilakukan agar mikroba yang ingin ditumbuhkan dapat tumbuh pada sisi tabung. Banyak

    lagi media agar yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba, contohnya media

  • 31

    TSA (Triptic Soy Agar), media TSB (Triptic Soy Broth), media OF (Oksidatif

    Fermentatif), Media Agar TSI (Triple Sugar Iron), dan lain-lain.

    Setiap media mempunyai kelebihan tersendiri, seperti media TSA yang sudah

    terkontaminasi dengan bakteri yang ingin di tumbuhkan. Sedangkan media TSB yaitu

    media yang belum terkontaminasi dengan bakteri apapun. Itulah pembahasan pada

    praktikum kali ini.

  • 32

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan dari praktikum Pengenalan Alat dan Sterilisasi antara lain

    sebagai berikut:

    1. Media agar digunakan untuk menumbuhkan bakteri.

    2. Sebelum membuat media agar kita harus mensterilkan semua alat agar tidak terjadi

    hal-hal yang tidak diinginkan.

    3. Agar berperan sebagai gelling agent untuk memadatkan media cair sehingga sel tidak

    larut dalam air.

    4. Media agar yang digunakan harus mempunyai kandungan nutrient, oksigen kultur, pH

    yang sesuai, kelembaban yang optimum, serta bebas dari mikroba yang tidak

    diinginkan.

    5. Dalam melarutkan media agar dengan akuadest biasanya dibantu dengan stirrer

    magnetik.

    6. Stirrer magnetik akan berputar dalam larutan yang dipanaskan untuk memudahkan

    dalam menghomogenkan larutan.

    7. Semua jenis media agar mempunyai kelebihan tersendiri sesuai kegunaan spesifiknya.

    B. Saran

    Adapun saran saya pada praktikum kali ini adalah agar seluruh praktikan dapat

    melakukan setiap percobaan tersebut, sehingga setiap praktikan dapat memahami dan

    dapat mencapai tujuan dari praktikum tersebut untuk memudahkan praktikan kemudian

    harinya.

  • ISOLASI BAKTERI DAN PERHITUNGAN BAKTERI

  • 33

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang

    disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan

    mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis

    mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada

    medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah

    sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu

    medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-

    bahan kompleks lainnya. Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan inipun

    harus disterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada

    mikroorganisme lain, yang tidak diinginkan, tumbuh dalam media tersebut, sehingga dapat

    menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media tersebut

    (Mila, 2005).

    Secara alami, mikroba di alam ditemukan dalam populasi campuran. Untuk

    memperoleh biakan murni dapat dilakukan isolasi yang diawali dengan pengenceran

    bertingkat. Proses isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain

    yang berasal dari campuran berbagai mikroba untuk dapat mempelajari sifat biakan,

    morfologi dan sifat mikroba lainnya. Bakteri aerob merupakan bakteri yang membutuhkan

    O2 untuk pertumbuhannya. Sistem enzimnya membutuhkan O2 sebagai elektron aseptor

    pada proses fosforilasi oksidatifnya. Contoh bakteri areob adalah Bacillus sp., Escherichia

    coli, dan Streptococcus (Fajar et al, 2012).

    Pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru harus

    dilakukan secara teliti. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada

    sangkut pautnya dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benarbenar steril. Hal ini

    untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikkroorganisme yang tidak diinginkan

    (Budiarti, 2009).

    Indonesia merupakan suatau negara kepulauan yang memiliki perairan cukup luas

    dengan pencampurran arus dari samudera Indonesia dan samudera Pasifik. Sehingga kaya

  • 34

    akan hasil-hasil perikanan. Hasil laut tersebut sidah banyak dimanfaatkan dalam bentuk

    segar maupun olahan. Salah satu pengolahan yang sering dilakukan adalah dengan cara

    permentasi. Fermentasi merupakan suatu proses penguraian secara biologis dari senyawa-

    senyawa komplek terutama protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dalam

    keadaan terkontrol dan hasil yang diinginkan serta dianggap aman untuk dikonsumsi.

    Dalam proses fermentasi bakteri berperan dalam penguraian senyawa-senyawa tersebut

    (Chistanti, 2006).

    Selama proses fermentasi akan terjadi aktivitas enzim protease, lipase dan amylase

    yang diproduksi oleh mikroba yang berperan dalam proses fermentasi yang bersangkutan.

    Fermentasi padat dalam produksi enzim pada umumnya memberikan hasil yang lebih

    baik dan enzim yang dihasilkan juga lebih beragam (Amelia et al, 2005).

    B. Tujuan

    Adapun tujuan dari praktikum Isolasi Bakteri dan Perhitungan Bakteri antara lain

    sebagai berikut:

    1. Untuk mengisolasi mikroba dengan berbagai metode atau teknik,

    2. Untuk mengisolasi bakteri dan jamur untuk mendapatkan biakan murni,

    3. Untuk menghitung jumlah mikroba, baik yang sudah mati maupun yang masih hidup

    secara langsung maupun secara tidak langsung.

  • 35

    III. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Isolasi bakteri

    Isolasi bakteri bertujuan untuk mendapatkan bakteri yang menyerang pada sampel

    yang diduga terinfeksi bakteri. Sumber isolasi pada ikan adalah semua bagian tubuh yang

    mengalami kelainan patologi yang diduga disebabkan oleh penyakit bakterial dari bagian

    tubuh eksternal maupun internal. Isolasi bakteri ini dilakukan dengan menggunakan media

    agar yang bersifat umum, yaitu media Triptic Soy Agar (TSA) atau Nutrient Agar (NA)

    (Balai Karantina Ikan, 2000).

    Pemurnian Bakteri Pemurnian ini merupakan kelanjutan dari isolasi bakteri bertujuan

    mengidentifikasi mikroorganisme penyebab penyakit dengan cara mengambil koloni

    bakteri yang tumbuh dominan atau terbanyak dengan asumsi bahwa bakteri yang dominan

    tersebut merupakan bakteri penyebab penyakit. Media yang digunakan sama dengan media

    yang digunakan untuk isolasi bakteri yaitu media TSA (Balai Karantina Ikan, 2000).

    Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba

    lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan

    dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel

    yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani, 2007).

    Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu

    biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan

    gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud

    untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah

    dari satu jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).

    Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain

    digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi,

    fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies (Dwidjoseputro,

    2005).

    Menurut Gandjar (2006), terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu:

    isolasi pada agar cawan, isolasi pada medium cair, dan Isolasi sel tunggal.

  • 36

    1. Isolasi pada agar cawan, prinsip isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan

    mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari

    organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut

    setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode

    isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawan tuang

    Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan

    terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Metode

    agar tuang Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan

    medium agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian dicawankan.

    Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung

    koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalam cawan.

    2. Isolasi pada medium cair, metode ini dapat dilakukan apabila mikroorganisme tidak

    dapet tumbuh pada agar cawan. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan

    beberapa kali pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan

    satu sel semakin besar.

    3. Isolasi sel tunggal, metode ini dilakukukan apabila mikroorganisme berukuran besar

    dan tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan atau medium cair. Sel

    mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian

    sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun

    micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.

    Bakteri yang memiliki flagella sering kali membentuk koloni yang menyebar

    terutama jika menggunakan lempengan agar basah, untuk mencegah menyebarnya koloni

    maka harus digunakan agar benar-benar kering (Djida, N., 2000).

    B. Bakteri

    Eubacteria (bakteri) merupakan organisme mikroskopis uniseluler (bersel tunggal)

    yang paling banyak dijumpai di dunia. Ilmuwan yang meneliti bakteri pertama kali adalah

    Antoni van Leeuwenhoek pada tahun 1674 menggunakan mikroskop ciptaannya sendiri.

    Istilah bakteri diperkenalkan oleh Ehrenberg pada tahun 1828 yaitu dari bahaya Yunani

    bacterium yang berarti tongkat kecil. Berdasarkan fosil yang ditemukan, diduga bakteri

  • 37

    telah ada sekurang-kurangnya 3,2 milyar tahun yang lalu. Ilmu yang mempelajari tentang

    bakteri disebut bakteriologi yang merupakan bagian dari mikrobiologi. Bakteri dapat

    ditemukan hampir di semua tempat, baik di udara, air, tanah, laut, es, sumber air panas,

    hingga di dasar lautan, bahkan di lingkungan yang tidak memungkinkan bagi organisme

    lain untuk hidup. Penyebaran yang luas ini disebabkan karena ukurannya kecil,

    bentuknya sederhana, kemampuan metabolismenya tinggi, dan dapat menggunakan

    hamper semua jenis senyawa organic sebagai sumber makanannya

    (Aryulina, 2006).

    Laju pertumbuhan bergantung pada reaksi biokimiawi dan reaksi ini dipengaruhi

    oleh suhu. Dengan demikian pola pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh suhu. Suhu

    optimum yang dikehendaki bakteri untuk pertumbuhan berbeda-beda (Aryulina, 2006).

    Berdasarkan Aryulina, (2006). Suhu optimum merupakan suhu yang paling baik

    (sesuai) untuk kehidupan suatu jenis bakteri. Berdasarkan suhu optimumnya, bakteri

    dibedakan menjadi tiga kelompok.

    1. Bakteri psikrofil, dapat tumbuh pada suhu 0 30C dengan suhu optimum 15C.

    Contoh bakteri psikrofil adalah Pseudomonas, Flavobacterium, Achromobacter, dan

    Alcaligenes.

    2. Bakteri mesofil, dapat tumbuh pada suhu 25 37C dengan suhu optimum 32C.

    Umumnya bakteri jenis ini hidup di dalam alat pencernaan. Beberapa jenis bakteri

    bahkan dapat hidup dengan baik pada suhu sekitar 40C. Semua jenis bakteri yang

    bersifat patogen pada hewan merupakan bakteri mesofil.

    3. Bakteri termofil, dapat tumbuh pada daerah yang suhunya tinggi, lebih dari 40C.

    Temperatur optimumnya antara 55 60C. Bakteri ini dijumpai pada sumbersumber

    air panas, kawah gunung berapi, geiser, dan sebagainya. Contoh bakteri termofil

    adalah Thermus aquaticus, Sulfolobus acidocaldarius, dan Chloroflexus.

  • 38

    III. METODELOGI PRAKTIKUM

    A. Tempat dan Waktu

    Adapun praktikum dilaksanankan pada hari rabu 17 April dan 19 April 2013 pada

    pukul 14.30 sampai dengan selesai. Bertempat dilaboraturium bersama program studi

    Budidaya Perairan dan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian Universitas

    Sriwijaya.

    B. Alat dan Bahan

    Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Isolasi Bakteri dan Perhitungan

    Bakteri yaitu cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, magnetik stirrer, gelas kimia, gelas

    ukur, autoklaf, coloni Counter, jarum ose, inkubator, bunsen, pipet tetes, mortal, tissue,

    kertas putih.

    Adapun bahan yang digunakan yaitu media agar PCA (Plat Count Agar), terasi dan

    aquadest serta alcohol 70%.

    C. Cara Kerja

    Cara kerja pratikum isolasi bakteri dan perhitungan bakteri adalah sebagai berikut:

    1. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan mensterilisasikan terlebih dahulu alat-

    alat yang digunakan dengan alkohol 70%,

    2. Lalu alat-alat tersebut disterilkan dengan pemanasan langsung dan sterilisasi basah

    menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC dan tekanan 1 atm selama 15 menit agar

    tidak ada mikroba yang tidak diinginkan masuk kedalam alat dan bahan yang akan

    digunakan tersebut,

    3. Lalu homogenkan larutan PCA (Plate Count Agar) sebanyak 4,2 gram dengan 15 ml

    aquadest kedalam Erlenmeyer dan masukkan magnetik stirrer. Magnetik stirrer

    berfungsi sebagai agar larutan dapat bercampur dengan sempurna, cara kerja dari

  • 39

    magnetik stirrer yaitu magnetic akan berputar saat akan terkena tekanan panas dan

    larutan akan homogen,

    4. Setelah itu, larutan tersebut dimasukkan kedalam cawan petri,

    5. Pada cawan petri diisi sebanyak 15 ml dan digoyang-goyangkan membentuk angka 8

    sampai agar tersebut mengeras seperti jelly,

    6. Sampel (terasi) dihaluskan menggunakan mortal dan ditimbang sebanyak 1 garam,

    7. Sampel 1 gram tadi diencerkan dengan aquadest sebanyak 10 ml,

    8. Dari hasil yang diencerkan tadi diambil sebanyak 1 ml lalu diencerkan lagi ke dalam 9

    ml aquadest, hasil pengenceran ini diberi nama sampel 10-1

    ,

    9. Dari sampel 10-1, diambil 1 ml lalu diencerkan lagi kedalam 9 ml aquadest, hasil

    pengenceran ini diberi nama sampel 10-2

    ,

    10. Dari sampel 10-2, diambil 1 ml lalu diencerkan lagi kedalam 9 ml aquadest, hasil

    pengenceran ini diberi nama sampel 10-3

    ,

    11. Dari sampel 10-3, diambil 1 ml lalu diencerkan lagi kedalam 9 ml aquadest, hasil

    pengenceran ini diberi nama sampel 10-4

    ,

    12. Dari keempat sampel, sampel 10-2 digunakan sebagai sampel pada isolasi bakteri

    dengan teknik gores menggunakan jarum ose,

    13. Sampel 10-4 digunakan sebagai sampel pada isolasi bakteri dengan teknik penaburan,

    14. Media agar yang telah diberi sampel yang mengandung bakteri didiamkan selama 3

    hari di dalam inkubator untuk proses pembiakan bakteri,

    15. Setelah 3 hari bakteri yang dibiakkan dihitung dengan menggunakan coloni counter.

  • 40

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    Adapun hasil dari praktikum Isolasi Bakteri dan Perhitungan Bakteri dapat dilihat

    dari gambar berikut:

    Tabel 2. Jumlah Bakteri

    Kelompok

    1 56 24

    2 14 -

    3 34 10

    4 8 23

    5 8 61

    6 43 56

    7 29 11

    Gambar 2. Hasil isolasi bakteri dari sampel terasi

    Adapun hasil dari praktikum Isolasi Bakteri dan Perhitungan Bakteri yaitu pada

    isolasi bakteri dengan teknik gores yang menggunakan sampel 10-2

    berjumlah 14-2

    koloni.

    Sedangkan isolasi bakteri dengan teknik penaburan yang menggunakan sampel 10-4

    berjumlah 0 koloni.

  • 41

    B. Pembahasan

    Berdasarkan hasil praktikum ini, dapat diketahui bahwa dalam melakukan isolasi

    bakteri dan perhitungan bakteri kita melakukan dua macam praktikum utama yaitu isolasi

    bakteri pada hari rabu tanggal, 17 April 2013 dan perhitungan bakteri pada hari jumat, 19

    April 2013. Isolasi bakteri dilakukan terlebih dahulu dibandingkan perhitungan bakteri

    karna bakteri yang akan dihitung merupakan bakteri hasil biakan dari praktikum isolasi

    bakteri. Dimana pada praktikum isolasi bakteri kita akan melakukan sterilisasi alat,

    pembuatan media agar untuk medium isolasi bakteri, pengenceran sampel dan isolasi

    bakteri. Bakteri yang akan dibiakkan yaitu bakteri yang ada pada terasi kilo.

    Pada proses sterilisasi terhadap beberapa alat seperti tabung reaksi dan cawan petri.

    Sterilisasi yang kami lakukan dengan dua metode yaitu sterilisasi basah dan sterilisasi

    kering. Pada sterilisasi basah kami menggunakan bahan yaitu alcohol 70%. Dimana

    alkohol 70% bisa membunuh bakteri karna alkohol bersifat racun (toxic). Alkohol 70%

    adalah alkohol yang mengandung 70% alkohol murni dan 30% aquadest selain itu alkohol

    70% juga mudah didapatkan dengan harga yang murah. Sebelum melakukan sterilisasi alat

    kita harus mensterilkan tangan kita dengan menyemprotkan alkohol keseluruh bagian

    tangan lalu mengeringkannya dengan menggunakan tissue. Setelah itu barulah kita

    mensterilkan alat-alat yang akan digunakan dengan menyemprotkan alkohol 70%

    keseluruh bagian alat tersebut dan mengeringkannya dengan menggunakan tisue. Setelah

    itu kami langsung melakukan sterilisasi dengan pemanasan langsung dengan alat pemanas

    berbahan bakar spritus atau bunsen. Setelah bunsen dinyalakan tabung reaksi dan cawan

    petri dipanaskan secara langsung pada api dengan jarak sekitar 1 cm, jarak ini digunakan

    agar alat tidak langsung menerima panas secara cepat sehingga bisa menyebabkan

    kerusakan. Setelah dipanaskan keseluruhan bagian alat tersebut lalu didinginkan, pada

    tabung reaksi dan cawan petri akan diperlakukan hal yang sama seperti pada sterilisasi

    basah yaitu menutupi mulut tabung dengan kapas dengan tujuan yang sama. Setelah itu

    cawan petri dan tabung reaksi dibungkus dengan menggunakan kertas putih dan bersih.

    Selain dengan menggunakan alkohol, sterilisasi basah juga dapat dilakukan dengan

    menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan 1 atm.

  • 42

    Media PCA pertama berbentuk padatan, lalu diambil sebanyak 4,2 gram untuk

    dilarutkan kedalam 240 ml aquadest. Lalu dihomogenkan dengan cara dipanaskan dengan

    bantuan stirrer magnetik. Larutan yang dihasilkan berwarna merah kecoklatan. Dimana,

    stirrer magnetik berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan. Cara kerja stirrer

    magnetik yaitu apabila larutan dipanaskan maka stirrer magnetik akan berputar untuk

    menghomogenkan larutan. Setelah larutan dihomogenkan, larutan dimasukkan ke dalam

    cawan petri sebanyak 15 ml. Larutan yang ada di dalam cawan petri didinginkan dengan

    cara memutar cawan petri seperti angka 8 hingga larutan mengeras. Cara ini dilakukan agar

    larutan mengeras secara keseluruhan dengan tingkat kepadatan yang tinggi.

    Setelah membuat media agar, kita akan mengencerkan sampel. Sampel terasi

    ditimbang 1 gram setelah itu diencerkan dengan 10 ml aquadest. Hasil pengenceran

    tersebut diambil sebanyak 1 ml lalu diencerkan lagi kedalam 9 ml aquadest. Hasil

    pengenceran ini diberi nama sampel 10-1

    . Dari sampel 10-1

    diambil 1 ml dan diencerkan

    lagi dengan 9 ml aquadest, pengenceran kali ini diberi nama sampel 10-2

    . 1 ml sampel 10-2

    diencerkan lagi dengan aquadest sebanyak 9 ml, hasil pengenceran ini diberi nama sampel

    10-3.

    Dari sampel 10-3

    diambil 1 ml dan diencerkan lagi dengan 9 ml aquadest, dan hasil

    pengenceran ini di beri nama sampel 10-4

    . Dari keempat sampel yang telah di beri nama

    maka sampel 10-2

    dijadikan sampel pada isolasi bakteri dengan teknik penggoresan dan

    sampel 10-4

    dijadikan sampel pada isolasi bakteri dengan teknik penaburan. Pengenceran

    pada sampel dilakukan untuk mengurangi jumlah bakteri yang ada pada sampel karna

    apabila bakteri yang akan diisolasikan dalam jumlah terlalu banyak maka nutrien yang ada

    pada medium tidak mencukupi untuk proses perkembangbiakan bakteri.

    Setelah medium (media agar) dan sampel sudah siap untuk digunakan, saatnya kita

    melakukan isolasi bakteri, pada praktikum kali ini kita menggunakan dua teknik dalam

    proses isolasi bakteri yaitu teknik penggoresan dan penaburan. Pada teknik penggoresan

    kita menggunakan jarum ose sebagai alat untuk menggores medium. Jarum ose dipanaskan

    dengan menggunakan bunsen, setelah pijar jarum langsung dicelupakan di dalam sampel

    10-2

    . Pemanasan jarum ose bertujuan untuk mencairkan kembali medium yang digoreskan

    untuk tempat pertumbuhan (pembiakan) bakteri. Setelah itu jarum ose digoreskan pada

    medium sebanyak empat goresan yang berbentuk huruf Z. Pada isolasi bakteri dengan

    teknik penaburan sampel 10-4

    diambil sebanyak 1 ml dan langsung dituangkan di atas

  • 43

    medium secara merata. Setelah isolasi selesai dan diberi lebel nama medium yang sudah

    diisolasi bakteri dimasukkan ke dalam inkubator selama kurang lebih 2 hari untuk proses

    penumbuhan bakteri dari sampel terasi kilo.

    Setelah dua hari, hasil isolasi bakteri terasi kilo dikeluarkan dan akan dilakukan

    proses perhitungan bakteri. Hasil isolasi bakteri tersebut diletakkan di atas coloni counter

    dengan membalik hasil isolasi, lalu nyalakan coloni counter amati subjek dengan

    menggunakan kaca pembesar yang ada di coloni counter. Berilah titik-titik pada koloni

    yang telah terlihat dengn menggunakan spidol. Secara otomatis coloni counter akan

    menyimpan data yang telah dititik-titik tadi. Pada hasil isolasi dengan teknik penaburan

    kita beri garis empat bagian pada cawan petri tempat hasil tersebut. Perhitungan hanya

    dilakukan disalah satu bagian.

    Dari hasil perhitunagan didapat bahwa isolasi bakteri dengan teknik gores yang

    menggunakan sampel 10-2

    berjumlah 14-2

    koloni. Sedangkan isolasi bakteri dengan teknik

    penaburan yang menggunakan sampel 10-4

    berjumlah 0 koloni. Jumlah yang didapatkan

    pada isolasi bakteri dengan teknik penaburan dikatakan gagal. Kegagalan dari praktikum

    ini dikarenakan medium yang digunakan belum terlalu keras sehingga apabila cawan petri

    tempat medium dibalikkan medium akan hancur. Alasan lainnya karna pada saat

    pendinginan medium terlalu cepat membuat putaran 8 dan sempat tergeser kuat sehingga

    medium setengah keras pecah. Pada proses isolasi bakteri kita harus menggunakan media

    agar (medium) yang benar-benar keras agar tidak terjadi pemecahan medium.

    Pada proses isolasi bakteri ini kita menggunakan sampel terasi kilo untuk

    membiakkan bakteri yang ada didalamnya. Bakteri atupun mikroba yang ada didalam

    terasi merupakan bakteri yang membantu proses fermentasi pada udang sehingga menjadi

    terasi. Mikroba yang terdapat didalam terasi juga merupakan mikroba yang dapat

    mempertahankan mutu terasi dan mikroba yang tahan terhadap garam. Menurut Agustin

    (2006), mikroba yang terdapat di dalam terasi antara lain Rhizopus sp, Penicillium sp,

    Aspergillus sp, Micrococcus sp, Aerococcus sp, dan Neisseria sp.

  • 44

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan dari praktikum Isolasi Bakteri dan Perhitungan Bakteri antara

    lain sebagai berikut:

    1. Isolasi bakteri dilakukan untuk dapat membiakkan mikroba dari suatu sampel.

    2. Pada proses isolasi bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik yaitu

    teknik penggoresan dan penaburan.

    3. Sebelum melakukan isolasi bakteri kita harus mensterilkan smua alat dan membuat

    media agar.

    4. Media agar berperan sebagai medium pertumbuhan mikroba.

    5. Pengenceran terhadap sampel untuk mengurangi jumlah mikroba yang akan diisolasi.

    6. Perhitungan bakteri dapat dilakukan menggunakan alat penghitung bakteri yaitu coloni

    counter.

    7. Mikroba yang terdapat didalam terasi antara lain Rhizopus sp, Penicillium sp,

    Aspergillus sp, Micrococcus sp, Aerococcus sp, dan Neisseria sp.

    B. Saran

    Adapun saran saya pada praktikum kali ini adalah agar seluruh praktikan dapat

    melakukan setiap percobaan tersebut, sehingga setiap praktikan dapat memahami dan

    dapat mencapai tujuan dari praktikum tersebut untuk memudahkan praktikan kemudian

    harinya dan media agar yang digunakan sebaiknya kurang dari 15 ml agar media keras

    dengan baik dalam waktu yang singkat.

  • PEWARNAAN GRAM

  • 45

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan makhluk kecil

    yang hanya kelihatan dengan mikroskop. Makhluk kecil tersebut adalah mikroorganisme,

    protista, mikrobia. Mikrobiologi mencakup pengetahuan tentang virus (virologi),

    pengetahuan tentang bakteri (bakteriologi), pengetahuan tentang hewan bersel satu

    (protozoologi), pengetahuan tentang jamur (mikologi), terutama yang meliputi jamur-

    jamur rendah seperti Phycomycetes, dan juga Ascomycetes, serta Deuteromycetes.

    Mikroorganisme memegang peranan penting dalam menganalisa sistem enzim dan dalam

    menganalisa komposisi suatu bahan makanan. Bakteri dapat diperoleh dari mana saja

    (Waluyo, 2008).

    Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat

    yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan

    kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk

    mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode

    pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat

    fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan

    (Jimmo, 2008).

    Bakteri berukuran sangat kecil dan tipis sehingga sukar dilihat struktur tubuhnya

    walaupun dengan bantuan mikroskop. Untuk melihat morfologi bakteri secara lebih jelas

    dikembangkan teknik pewarnaan bakteri. Prinsip pewarnaan bakteri adalah pertukaran

    antara ion zat warna dengan ion protoplasma sel (Waluyo, 2008).

    Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), kokus, dan spirilum. Bakteri

    yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil

    pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan pada kokus dibagi

    monokokus (satu buah bakteri berbentuk kotak), diplococcus, sampai staphylococcus

    (bentuknya mirip buah anggur. Khusus pada spirul hanya dibagi 2 yaitu setengah

    melengkung dan tidak melengkung. Bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik

    pewarnaan gram. Teknik pewarnaan gram tersebut dapat menghasilkan warna merah dan

  • 46

    ungu. Bakteri gram negatif ditandai dengan pewarnaan ungu sedangkan yang positif

    berwarna merah. Hal ini bertujuan untuk memberikan warna pada bakteri pada akhirnya

    dapat diidentifikasi dengan mudah (Kuntarti, 2011).

    Pengamatan morfologi koloni bakteri dilakukan setelah mendapatkan biakan murni.

    Pengamatan ini meliputi warna, bentuk, tepian koloni, elevasi atau permukaan koloni dan

    struktur dalam koloni. Pewarnaan gram Pewarnaan gram ber tujuan untuk menentukan

    apakah bakteri tersebut termasuk di dalam kelompok bakteri gram positif atau kelompok

    bakteri gram negatif. Cara kerja dari pewarnaan gram yaitu suspensikan bakteri dengan

    ose, kemudian letakkan pada obyek dan difiksasi, tetesi dengan larutan gram A yang

    mengandung kristal violet, kemudian tetesi dengan larutan gram B yang mengandung

    lugol, tetesi dengan larutan gram C yang mengandung alkohol, dan yang terakhir tetesi

    dengan larutan gram D yang mengandung safranin (Kismiyati, 2009).

    B. Tujuan

    Tujuan dari praktikum Pewarnaan Gram adalah sebagai berikut:

    1. Agar praktikan dapat mengenal bentuk pertumbuhan koloni dan sifat-sifat

    karakteristik koloni bakteri pada berbagai bentuk media.

    2. Mengetahui cara mewarnai bakteri.

    3. Mempermudah melihat bentuk jasad mikrobia.

    4. Memperjelas ukuran dan bentuk mikrobia.

  • 47

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pewarnaan Gram

    Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk

    membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, gram-positif dan gram-negatif,

    berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode pengecatan pertama kali

    ditemukan oleh Christian gram pada tahun 1884. Dengan metode ini, bakteri dapat

    dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri gram positif dan gram negatif yang didasarkan

    dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut

    ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan

    pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp

    (Priyani, 2008).

    Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:

    1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)

    Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula

    penyimpanan.

    2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)

    Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.

    Pewarnaan pada mikrobia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pewarnaan

    sederhana yang menggunakan larutan tunggal methylen blue 0.1 % dan metode pewarnaan

    gram dengan 4 tahapan pewarnaan yang terdiri atas pemberian larutan gram A yaitu kristal

    violet sebagai pewarnaan dasar, larutan gram B yaitu iodium sebagai cat penguat, larutan

    gram C yaitu ethyl alcohol 95 % sebagai peluntur cat dan larutan gram D safranin yang

    memberikan warna merah pada cat yang luntur (Madigan, 2000).

    Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan

    untuk melihat bentuk, ukuran, dan penataan mikroorganisme. Pada bakteri dikenal

    berbagai bentuk, yaitu kokus, batang dan spiral. Dengan pewarnaan sederhana dapat juga

    terlihat penataan bakteri. Pada kokus dapat terlihat penataan seperti rantai (stereptococcus),

    buah anggur (stapylococcus), pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4

  • 48

    atau 8 kokus (sarcinae). Zat warna yang digunakan antara lain larutan biru metilen, larutan

    karbol fuksin basa (Dwidjoseputro. D, 2003).

    Menurut Volk dan Wheeler (2003) zat warna yang digunakan dalam pewarnaan

    sederhana adalah : lembayung gentian, lembayung safranin, biru metilen, fuksin basa,

    aniline basa.

    Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang berguna dan digunakan

    dalam laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan ini merupakan tahap penting dalam pencirian

    dan identifikasi bakteri. Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjadi kelompok gram

    positif dan gram negatif. Bakteri gram positif berwarna ungu yang disebabkan kompleks

    zat warna kristal violet iodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat,

    sedangkan bakteri gram negative berwarna merah muda, karena kompleks tersebut larut

    sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil zat warna kedua yang

    berwarna merah (Lay dan Hastowo, 2007).

    Pewarnaan gram memberikan hasil yang baik, bila digunakan biakan segar yang

    berumur 24-48 jam. Bila dikembangbiakan tua, terdapat kemungkinan penyimpangan hasil

    pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami kerusakan pada dinding selnya.

    Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci

    dengan larutan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding yang rusak

    tidak lagi dapat mempertahankan komplek warna kristal violet iodium sehingga terlihat

    sebagai bakteri gram negative (Lay dan Hastowo, 2007).

    Menyiapkan bakteri agar dapat diwarnai, sedikit biakan disebarkan dalam setetes

    air pada gelas preparat, Inilah yang dinamakan olesan. Olesan ini dikeringkan pada suhu

    kamar dan bakteri dapat dilekatkan erat (difiksasi) dengan jalan melewatkan gelas preparat

    (olesan di permukaan atas) dua atau tiga kali dengan cepat pada nyala api pembakar

    bunsen (Volk dan Wheeler, 2003).

    Menurut Waluyo (2007), Prinsip atau pokok-pokok pewarnaan Gram meliputi 4

    tingkatan yaitu :

    1. Pewarnaan dengan zat warna utama (kristal gentian violet yang warnanya violet).

    2. Merekatkan (mengintensifkan) dengan suatu larutan mordant, yaitu larutan lugol

    (J-KJ).

  • 49

    3. Menambahkan zat decolorisasi (bahan peluntur) misalnya alkohol atau alkohol-

    asam.

    4. Pemberian zat penutup (counter stain), misalnya : larutan fuchsin, safranin, dll.

    Zat pewarna adalah garam yang tediri atas ion positif dan negatife, salah satu

    diantaranya berwarna. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwanai daripada dalam

    keadaan hidup, yang dimaksud dengan bakteri terwarnai adalah organisme yang telah

    diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari, Pada umumnya,

    olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur

    internal seperti spora dan butira (Lay dan Hastowo, 2007).

    Terdapat dua kelompok zat pewarna bakteri, yaitu : (1) bersifat Asam, berupa anion

    dan umum digunakan dalam bentuk garam natrium. (2) bersifat Alkali, berupa kation dan

    umum digunakan dalam bentuk klorida. Selain zat warna diperlukan zat tambahan yang

    berfungsi untuk mengendapkan hasil rekasi zat warna dengan komponen dinding sel

    bakteri. Zat tersebut dikenal dengan istilah zat Pematek yang akan melekatkan zat warna

    pada plasma sel (Priyani, 2008).

    Teknik pewarnaan bakteri dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

    1. Pewarnaan Sedehana atau Tunggal, dengan menggunakan satu macam zat warna

    seperti : Metilen Blue, Karbol Violet dan Air Fucshin.

    2. Pewarnaan Differensial dengan menggunakan dua atau lebih zat warna.

    Pengamatan morfologi bakteri hasil pewarnaan dilakukan di bawah pengamatan

    mikroskop.

    B. Macam-macam Pewarnaan

    Menurut Kuntarti (2011), secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat

    dikategorikan sebagai berikut :

    1. Pewarnaan Sederhana

    Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya untuk

    melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum

    digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya)

    dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri

  • 50

    hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan

    pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa)

    sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat

    alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Zat warna yang dipakai hanya

    terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan

    satu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa