study circle report bner
TRANSCRIPT
STUDY CIRCLE
Tata Cara Pelaksanaan, Contoh Diskusi
dan Materi Tambahan
Youthvikas SSG Denpasar
2009
STUDY CIRCLES
Dari situs resmi Prasanthi Nilayam (www.sathyasai.org)
A. Apa Itu Study Circle?
Itu bukan sekedar membaca buku. Circle (lingkaran), belajar dalam
bentuk lingkaran berarti mengambil suatu topik atau pokok pembicaraan
dan setiap orang mendiskusikan apakah makna hal itu bagi mereka. Seperti
konfrensi meja bundar. Setiap orang mengutarakan pendapatnya, dan
akhirnya disimpulkan nilainya. Jika hanya membaca, akan timbul keraguan.
Tapi bila setiap orang memberikan pandangan atau pendapatnya, keraguan
akan terjawab. Persoalannya dibicarakan, dan kelompok belajar
membahasnya dari segi yang berlainan. Ini seperti berlian yang mempunyai
segi yang berbeda-beda, tetapi ada satu segi yang datar, segi paling atas,
dan dari sini semua dapat dilihat. Menemukan segi utama itulah tugas
kelompok belajar.
Wejangan Swami atau kitab suci lain dapat digunakan. Ambillah suatu
topik atau pokok pembicaraan. Setiap orang harus memikirkannya,
kemudian diskusikan, dan dapatkan titik akhir yang mengurangi keraguan.
Jika yang membaca hanya satu orang, hanya satu makna yang akan didapat.
Setelah semua pendapat dan semua kesalahpahaman dikeluarkan dan
dijelaskan, anggota kelompok belajar akan mendapat keyakinan. Hal ini
tidak dapat disangsikan lagi. Jika setiap orang hanya membaca, ini bisa
berlangsung setahun atau dua tahun, kemudian akan timbul alergi
membaca. Center-center harus mempunyai studi grup dengan cara ini, dan
tidak seorang pun merasakan waktu berlalu. Setiap orang akan
mendengarkan dengan penuh minat dan banyak yang akan mengutarakan
pendapatnya. Kitab Injil, Quran, Gita, dan buku-buku Swami bisa digunakan.
Yang diperlukan yaitu kelompok belajar. Berputar. Setiap orang harus
mendapat kesempatan. (Percakapan Dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba,
oleh: John Hislop, halaman 154)
Praktekkan Apa Yang Telah Engkau Pelajari (Discourse, 30 January
1985)
Sebuah kelompok belajar dalam bentuk sebuah lingkaran (study circle)
bukan berarti hanya membaca, berdiskusi dan memasukkan informasi-
informasi kedalam kepala, tapi juga melakukan apa yang telah dipelajari
(dari study circle tersebut). Jika pengetahuan dimasukkan ke dalam pikiran,
hal itu menyebabkan kebingungan, dan kebingungan menghalangi
terjadinya persatuan (diantara kita, para sadhaka/ anggota study circle).
Bagaimana mungkin sebuah pengetahuan sejati atau kebijaksanaan spiritual
terbangun jika terdapat banyak kebingungan? Contohnya, jika kalian terus
makan selama 24 jam tanpa henti, itu akan mengakibatkan kerusakan/
ketidakssanggupan pada pencernaan. Hal ini akan menyebabkan timbulnya
penyakit. Apa yang dimakan haruslah dicerna dengan sempurna terlebih
dahulu dan barulah kita dapat makan lagi. Sama halnya dalam study circle.
Sekarang apa yang kalian lakukan hanyalah memasukkan dan memasukkan
dan tidak membongkar/ mencernanya. Seberapa lama engkau bisa bertahan
dengan sistem seperti itu? Jadi, kalian haruslah memasukkan dan
mencernanya, mendengarkan dan melaksanakannya. Kalian harus
mempraktekkan apa yang sudah kalian pelajari. Hanya dengan demikian
study cirlce yang sesungguhnya terwujud.
Sangatlah Penting Untuk Mempelajari Sifat Alamimu
Didalam Study Circle, apapun (pengetahuan sejati) yang kita dengarkan
dan pahami di dalam pikiran kita harus dibagi kepada yang lain. dengan
begitu kita telah menunjukkan rasa terimakasih pada apa yang telah kita
dapatkan (pengetahuan sejati). Kita tidak boleh hanya mendengarkan dan
menyimpannya hanya untuk diri kita demi keuntungan kita sendiri saja.
Apapun yang telah kita dengarkan dan laksanakan haruslah dibagikan
kepada masyarakat umum. Rasa terimakasih yang seperti itu sangat penting
bagi manusia. Jika seseorang tidak memiliki rasa terimakasih, dia menjalani
hidup seperti binatang. Bahkan seekor anjing bisa menunjukkan rasa
terimakasih jika engkau memberinya sedikit nasi. Dalam organisasi Sathya
Sai, ingatlah ini dalam pikiranmu, kita harus menegakkan, memelihara dan
membangun persatuan dan membantu dunia. Organisasi lain mungkin tidak
mengerti hakekat ini, tapi dalam organisasi kita, kita harus memahami dan
melaksanakan hakekat ini, jika tidak ini hanyalah membuang-buang waktu,
tidak ada gunanya. Oleh karena itu kalian haruslah menjadi ideal bagi yang
lain.
Didalam study circle kalian dapat mempelajari berbagai hal, tapi yang
paling penting diatas segalanya yang harus dipelajari adalah kenyataan
sejatimu—Atmathathwa-mu. Mempelajari segala hal luaran tanpa
mengetahui dirimu yang sesungguhnya adalah seperti mempelajari batang-
batang dari pepohonan, mengabaikan akarnya. Ada banyak buah diatas
pohon. Kita dapat melihat buah tersebut. Apa yang terjadi jika kalian
menyirami buah tersebut? Mereka akan jatuh. Tapi jika kalian menyirami
akarnya yang berada di bawah, pohon akan menjadi penuh bunga dan akan
memberikan kita buah yang dapat kita nikmati. Engkau sekalian harus
mengembangkan pengetahuan Diri sejati dan kepercayaan Diri dan hanya
dengan demikian engkau dapat menolong orang lain.
Lingkaran Penuh Atau Setengah Lingkaran? (Discourse, 3 March 1974)
Kalian telah mengikuti dan menikmati pelajaran di Dharmakshetra, dan
sibuk membaca segala tipe buku dan mendapatkan informasi dan instruksi
(perintah). Tapi, keuntungan apa yang telah kalian peroleh? Pengetahuan
tentang apa yang telah ditulis oleh penulis atau yang orang suci ajarkan
bukanlah tujuan yang harus diperoleh dari study circle yang kalian lakukan.
Bukan informasi, tapi transformasi (perubahan); bukan intruksi (perintah),
tapi pembangunan (karakter yang sempurna) yang seharunya menjadi
tujuan. Pengetahuan teori menjadi beban, kecuali jika dipraktekkan, ketika
itu memancar menjadi kebijaksanaan, dan melaksanakannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang tidak memberikan keharmonisan
(keseimbangan) dan persatuan dalam proses kehidupan tidaklah menjadi
sesuatu yang bernilai untuk diperoleh. Setiap kegiatan haruslah dapat
menyumbangkan suatu keabsahan dan manfaat dengan kontribusi
(sumbangan) untuk penemuan akan Kebenaran, keduanya tentang Diri
(sejati) dan Alaminya. Apalah gunanya mengetahuai segalanya tentang
alam, jika kalian tidak mengetahui apa-apa tentang Diri? Alam hanya
proyeksi (penggambaran) dari Sang Diri, oleh karena itu, hanya jika Sang Diri
diketahui, pengetahuan alam tidaklah disimpankan atau diberdayakan. Sang
Diri adalah Atma, darimana seluruh ciptaan disusun, jadi pengetahuan
tentang Sang Diri sendiri yang memuaskan dahaga manusia.
Setiap orang darimu adalah peziarah diatas jalan yang menggiringmu
menuju kedamaianmu, berdasarkan kecakapan dan tingkatanmu. Nasehat
yang diserukan pada salah satu diantara kalian atau berlaku bagi salah
seorang diantaramu mungkin tidak cocok atau tepat bagi yang lain, yang
masih berjalan sedikit atau bagi yang sudah mencapai tingkat yang lebih
tinggi (dalam sadhana/ pengetahuan Ketuhanan). Ketika Aku seseorang
untuk mengikuti salah satu sadhana, itu khusus bagi keuntungan orang
tersebut saja, janganlah mengambilnya sebagai resep untukmu kebaikanmu
juga, dengan berkata, “Swami memberitahunya ini, biarlah aku juga
mengambilnya.” Setiap orang memiliki perbedaan make up (riasan)—baik itu
secara mental, physikal, dan spiritual. Sang dokter memerintahkan pada
seorang pasien untuk meminum dadih dan melarang bagi pasien yang lain
untuk meminumnya. Ketika seseorang gemuk sekali, dia (dokter)
menasehati beberapa tipe makanan, sedangkan bagi yang kurus, dia
menyarankan tipe atau jenis makanan yang lain (untuk dimakan). Jika dokter
yang mengurus penyakit badan harus menulis resep obat yang berbeda-
beda, bagaimana lebih khusunya dan personalnya (pribadinya) obat bagi
kondisi mental dan kerinduan spiritual seseorang.
Kecuali jika engkau melakukan pemeriksaan dengan sungguh-sungguh,
engkau tidak bisa menemukan jawaban yang dapat digunakan untuk
perangai dan permasalahanmu. Belajarlah dengan iman dan bhakti.
Selidikilah kedalaman dan arti dari apa yang engkau membaca, dan
selalulah melakukan tujuan dari semua ini yaitu dengan melaksanakan apa
yang telah engkau baca. Sebelum engkau melakukan hal ini, study circle
hanya akan menjadi “setengah lingkaran” selama-lamanya, tidak bisa
menjadi lingkaran penuh. Dan, perhatikan satu point lagi. Jangan membatasi
studi (pelajaran)mu hanya pada lingkaran dan buku-buku saja. Keseluruhan
alam semesta adalah universitas untukmu. Engkau dapat meminum
kebijaksanaan dari langit, awan, pegunungan, sungai, gejala matahari
terbenam dan matahari terbit yang terjadi setiap hari, musim, burung-
burung, pohon, bunga, serangga---sesungguhnya, semua mahluk dan
berbagai hal dalam alam.
Pendidikan Dalam Era Sai
Belajar lingkaran adalah SUATU BAGIAN YANG TAK TERPISAHKAN
dari kegiatan atau aktifitas organisasi Sai. Beberapa bhakta,khususnya yang
baru, mungkin tidak mengetahui tujuan dari study circle dan bagaimana cara
kerjanya. Kutipan dari percakapan Hislop dan wacana Baba yang ditemukan
pada (atas) halaman ini akan (jadi) bermanfaat dalam menangani masalah
ini. Bagaimanapun juga, kadang-kadang melakukan workshop (loka karya)
sangat berguna dimana kita dapat membahas hal-hal penting terkait study
ciecle. Ada 4 (empat) hal penting yang perlu diketahui tentang studi circle,
yaitu:
1. Tujuan dari study circle
2. Tata cara (proses) pelaksanaan study circle
3. Aturan dari fasilitator (pembawa acara)
4. Aturan dari partisipan (pesserta) study circle.
5. Tujuan dari study circle
Tujuan dasar dari suatu study circle adalah, tentu saja, untuk membantu
kita memahami bagaimana cara menjalani kehidupan yang lebih baik dari
hari ke hari, untuk semakin dekat dengan Tuhan. Sebagaimana Swami
katakan pada suatu wacana Beliau adalah penting untuk tidak hanya
membaca dan memahami saja tetapi bagaimana menemukan sesuatu untuk
dipraktekkan. Di bawah ada beberapa daftar tujuan dari study circle:
- Belajar tentang ajaran Swami (Baba), dan dengan demikian kita
belajar lebih banyak tentang kehidupan rohani
- Belajar bagaimana ajaran Swami (telah) mempengaruhi
(mentransformasi) orang lain (bhakta lain). Hal ini dapat
mengilhami, menginspirasi kita, membantu menghilangkan
keraguan yang mungkin kita miliki, memberi kita suatu kepercayaan
yang teguh.
- Membantu kemajuan spiritual
- Melihat dari semua segi
- Memperjelas apa yang kita “pikir” kita tahu---menjernihkan
(menghilangkan) salah paham
- Saling membantu satu sama lain dalam usaha rohani
- Menemukan aplikasi (penerapan) yang praktis dari ajaran Swami
- Berbagi pengalaman
- Memperlambat studi kita tentang ajaran Swami, agar kita dapat
memikirkannya lebih mendalam.
- Lebih mendalami ajaran Baba
- Belajar bagaimana cara melksanakan ajaran Sai
- Berada dalam perkumpulan orang-orang yang baik---satsang
- Memperoleh kepercayaan dalam berbicaran di depan publik (orang
banyak)
- Menanam nilai-nilai baik didalam diri kita
- Menyetrum kembali baterai kita
- Mengajari kita kesabaran (ketika kita menunggu giliran kita)
- Menemukan jawaban atas permasalahan (melalui ajaran, bukan
melalui terapi kelompok)
- Belajar bagaimana cara menangani situasi dimana kita tidak setuju
dengan orang lain
- Belajar untuk menyatakan dirinya (mengekspresikan), mengatasi
rasa malu.
Satu point penting dari tujuan diadakannya study circle adalah indah
untuk memberikan peserta agar: menemukan sesuatu hal dalam study circle
untuk dipraktekkan dalam minggu berikutnya. Study circle seharunya tidak
hanya menjadi perpindahan pengetahuan tapi harus dapat menciptakan
atau menghasilkan perubahan dalam diri peserta.
TATA CARA (PROSES) STUDY CIRCLE
Proses secara umum adalah untuk membaca suatu
pesan, lalu kemudian bergerak melingkar, memberikan
setiap peserta untuk berkomentar mengenai pesan tersebut. Peserta harus
menahan diri untuk tidak berbicara ketika belum gilirannya.; jika ini
berlangsung sekali atau dua kali, fasilitator (pembawa acara) dapat
memakluminya, tapi jika hal itu menjadi masalah, fasilitator harus
menyetopnya.
Pada umumnya, peserta harus menahan diri dari keterangan pribadi
yang dapat menyakiti seseorang. Juga, tidak boleh berubah menjadi terapi
sosial. Dibawah ada beberapa ide yang datang dari beberapa peserta study
circle:
1. BERI PENDAPAT PADA APA ARTI YANG TERKANDUNG DALAM PESAN
(TOPIK YANG DIBICARAKAN)
2. DISKUSIKAN APA YANG KAMU TIDAK MENGERTI DARI TOPIK, DAN
BERIKAN ALASANNYA
3. SEBUTKAN PERTANYAAN DI DALAM PIKIRAN KITA YANG DIMUNCULKAN
OLEH TOPIK YANG SEDANG DIBAHAS
4. GAMBARKAN DAMPAK DARI TOPIK TERHADAP DIRIMU
5. DISKUSIKAN PENGALAMAN YANG TELAH KAMU ALAMI TERKAIT DENGAN
TOPIK
6. DISKUSIKAN BAGAIMANA DAMPAK YANG MUNGKIN DIHASILKAN OLEH
TOPIK BAGIMU DALAM SEMINGGU KEDEPAN
7. JAWABLAH PERTANYAAN YANG DIAJUKAN OLEH PESERTA.
8. OLEH KARENA TUJUAN DARI STUDY CIRCLE ADALAH TRANSFORMASI
(PERUBAHAN), BUKAN HANYA TRANSORMASI PENGETAHUAN, IDE
DIATAS SANGAT BAIK. MENDEKATI AKHIR DARI STUDY CIRCLE,
DISKUSIKAN BAGAIMANA AJARAN YANG DIDAPATKAN DALAM STUDY
CIRCLE DAPAT DIPRAKTEKKAN DALAM SEMINGGU KEDEPAN. LIHAT
BAGAIMANA KELOMPOK DAPAT MENGASAH SUATU AJARAN ATAU
PRINSIP DARi SWAMI. PADA STUDY CIRCLE YANG BERIKUTNYA, HARUS
DIMULAI DENGAN BERGERAK MELINGKAR DAN BAGAIMANA TANGGAPAN
PESERTA TENTANG PELAKSANAAN MEREKA DARI AJARAN SWAMI YANG
DIBAHAS STUDY CIRCLE SEBELUMNYA DAN BAGAIMANA DAMPAKNYA
BAGI MEREKA.
TUGAS FASILITATOR (TUGAS PEMBAWA ACARA)
Pembawa acara bisa siapa saja. Menjadi pembawa acara yang baik
membutuhkan latihan, merupakan suatu keahlian yang perlu dipelajari.
Dibawah ada beberapa point (topik) yang dapat dipakai dalam study circle,
daftar ini hanya sebagai ilustrasi:
1. PILIHLAH SUATU TOPIK YANG DAPAT DIMENGERTI OLEH SEMUANYA,
FOKUS PADA AJARAN SWAMI, WALAUPUN MATERI YANG BERASAL DARI
MATERIAL TRADISIONAL (BUDAYA DAERAH/ LOKAL) JUGA DAPAT
DIPAKAI. TAPI AJARAN SWAMI SUDAH CUKUP UNTUK KITA PAKAI SELAMA
BERTAHUN-TAHUN
2. MUNGKIN COPY DARI MATERI YANG AKAN DIBAHAS BISA DIBERI KEPADA
PESERTA. TIDAK BOLEH TERLALU PANJANG
3. HEMAT KERTAS, DARIPADA MEMBUAT COPY, ADA BAIKNYA DIPAKAI
TRANSPARASI PROJEK ATAU LAYAR KOMPUTER UNTUK DIBACA
4. BERSIAPLAH, PELAJARILAH MATERI, DAN MILIKI MATERI LAIN YANG
MASIH RELEVAN JIKA DIBUTUHKAN
5. PERSIAPKAN ARTI DARI KATA SANSEKERTA YANG MUNGKIN DIGUNAKAN
6. TETAP JAGA DISKUSI AGAR BERADA DIBAWAH KONTROL, TETAP JAGA
PERGERAKAN AGAR MELINGKAR, BERIKAN SETIAP ORANG KESEMPATAN,
INI DAPAT MERELEKKAN SESAAT, JIKA SESEORANG INGIN MENJAWAB
PERTANYAAN DIPERSILAKAN, TAPI TETAP BERADA PADA JALUR
7. FASILITATOR HARUS MEMFASILITASI (MEMBERIKAN LAYANAN/
BANTUAN), JAGA KELOMPOK AGAR TETAP FOKUS PADA TOPIK, JAGAR
AGAR TETAP BERJALAN, JIKA TERASA LAMBAT, LANJUTKAN PADA PESAN
ATAU TOPIK YANG BERIKUTNYA.
8. GUNAKAN HUMOR (LELUCON)
9. MILIKI PENGALAMAN MENGENAI TOPIK UNTUK DICERITAKAN, JIKA
DIBUTUHKAN
10. CIPTAKAN SUASANA YANG MEMBUAT PESERTA MERASA NYAMAN.
GUNAKAN HUMOR, KONTAK MATA (YANG LEMBUT)
11. JADILAH PEMIMPIN YANG SOPAN, JANGAN BIARKAN PESERTA BERBICARA
TERLALU BANYAK, LIHAT WAKTU (MAKSIMAL 2 MENIT ATAU LEBIH,
TERGANTUNG SITUASI)
12. HINDARKAN MASALAH PRIBADI
13. KETAHUI PETUNJUK ORGANISASI
14. BAGI YANG TIDAK BERPARTISIPASI. JIKA SESEORANG (SALAH SATU
PESERTA) TIDAK IKUT BERDISKUSI DALAM JANGKA WAKTU YANG LAMA
(6 BULAN MUNGKIN?!), MUNGKIN SESEORANG PERLU BERBICARA
DENGANNYA SECARA PRIBADI TENTANG BAGAIMANA KEUNTUNGAN JIKA
KITA BERPARTISIPASI DALAM STUDY CIRCLE, JIKA SESEORANG TETAP
TIDAK BERPARTISIPASI BIARKAN SAJA, ITU ADALAH PILIHAN MEREKA.
TUGAS PESERTA
Study circle bukanlah suatu persentasi yang
dilakukan oleh satu orang saja. Pada waktu puncaknya,
akan membuat semua peserta berpartisipasi. Berikut
beberapa contoh tugas dari peserta study circle:
1. PERSIAPKAN DIRI, JIKA TOPIK DIUMUMKAN
2. BERPARTISIPASILAH! BERBICARALAH!
3. PERHATIKAN SECARA PENUH JIKA MATERI SEDANG DIBACAKAN! SILAKAN
TANYAKAN JIKA ADA YANG BELUM DIMENGERTI
4. PERHATIKAN SECARA PENUH APA YANG PESERTA LAIN SEDANG
KATAKAN
5. BAGILAH PENGALAMANMU YANG BERKAITAN DENGAN TOPIK
6. TANYAKAN PERTANYAAN YANG MUNCUL
7. FOKUS DAN UNGKAPKAN INTINYA (TO THE POINT), TETAP BERADA PADA
TOPIK
8. MILIKKI KESABARAN, TUNGGU GILIRAN
9. KATAKAN “PAS” JIKA TIDAK ADA YANG INGIN KAMU UTARAKAN
10. MILIKILAH KETERBUKAAN PIKIRAN (JANGAN TERTUTUP)
11. BERBICARALAH DARI HATI BUKAN DARI KEPALA
12. HINDARI ISU POLITIK
13. JANGAN JADIKAN INI MASALAH PRIBADI, JANGAN BERUSAHA
MENYERANG APA YANG PESERTA LAIN KATAKAN
14. JANGAN JADIKAN ACARA TERAPI SOSIAL
15. JANGAN MEMAKAN WAKTU YANG TERLALU LAMA
16. JANGAN BERBICARA, KECUALI ADA HAL POSITIF YANG INGIN
DIUNGKAPKAN
17. HINDARI PENGULANGAN, JANGAN HANYA SEKEDAR MENGULANGI APA
YANG TELAH DIKATAKAN OLEH PESERTA LAIN
18. JANGAN MEMPERTUNJUKKAN SUATU KONTES INTELEKTUAL (AJANG
MEMPERTONTONKAN KECERDASAN INTELEKTUAL)
19. JANGAN BERDEBAT, JANGAN MENGHAKIMI PESERTA LAIN
20. INGAT TUJUANNYA ADALAH TRANSFORMASI ATAU PERUBAHAN BAGI
DIMU SENDIRI
21. DUKUNGLAH PEMBAWA ACARA.
Report Study Circle
STUDY CIRCLE
Minggu 20 April 2009
Topik : Pelayanan
Moderator : Trisnawati, Utami
Notulen : Adi W
Apa itu seva?
Komang suparma : Seva sikap yang penuh pengorbanan
Suwedha : hal yang terpenting dalam seva adalah jujur dalam seva
Adi : seva saat dimana kita bisa memberi saat kita tidak punya
Bli sukadana : seva adalah pelaynan dengan cinta kasih untuk mengikis ego dengan dedikasi
Sutarka : Pelayanan harus tulus iklas dimana manfaatnya untuk diri sendiri. kita harus bersyukur sudah diberikan tubuh manusia digunakan untuk melayani orang lain
Sangtu : Perbuaan untuk melayani tanpa pamrih. Seva yang ideal adalah tanpa pamrih dibarengi dengan cinta kepada Tuhan walaupun itu kecil
Bli alit : upaya untuk memurnikan hati kita
Tu de : kegiatan apapun yang dilandasi dengan kesadaran kasih adalah seva
Supa : seva adalah kewajiban yang harus kita jalani sebagai manusia
Sang Ayu : kegiatan apapun yang kita lakukan dengan tulus iklas kepada Tuhan
Gung Alit : yang harus kita layani adalah setiap orang
Indrayani : seva itu berpikir berbuat dan berbicara tanpa beban ke. Mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk kpentingan orang lain dengan dilandasi cinta kasih
Apa tujuan seva dan manfaatnya?
Trisna : untuk melihat orang lain lebih bahagia
Vika : untuk melepaskan ego manfaatnya untuk mengembankan kasih dan memurnikan hat kita
Komang Suparma: tujuannya untuk mempererat persaudaraan, manfaatnya mengembankan cinta
Bli Suwedha : untuk melepaskan ego dan membahagiaakan orang lain
Adi Wirawan : memberikan kesempatan untuk membenahi diri dan melihat kedalam diri
Sukadana : Tujuannya untuk mengembangkan keilahian dalam diri manfaatnya adalah rasa kebahagiaan dalam diri
Sutarka : untuk mengikis ego, musuh terbesar adalah diri, dimana seva untuk memeranginya. Manfaatnya untuk menyadari kita sebagai alat dari Bhagavan.
Sugiarta : untuk memperoleh kebahagiaan
Sangtu : untuk memperoleh kahagiaan, untuk mengurangi ego
Alit : tujuan seva adalah memperingan beban kita, manfaatnya untuk memurnikan diri sehingg kita bahagia.
Tude : untuk mengenali diri kita sebagai perwujudan kasih dan menyebarkan kasih
Supa : menjadi pintu kemudahan untuk orang lain
Sang Ayu : melatih kesabaran dan memperleh kebahagiaan
Gung Alit : kita harus melayani Ibu kita, karena menurut Bhagavan melayani Ibu kita sendiri sama saja dengan melayani 10 ibu diluar. Pelayanan harus dimulai dari diri sendiri
Mega : untuk mengendalikan ego dan manfaatnya untuk menumbuhkan rasa cinta kasih kita kepada orang lain.
Masalah-masalah yang dihadapi dalam seva?
Vika : kadang kita dalam pelayanan tumbuh sidikit rasa ego,
Suwedha : kendala pasti akan selalu ada dalam seva. Kita harus jujur pada diri sendiri untuk melakukan seva jangn mencari pembenar dalam melakukan seva. Salah satu cara untuk seva pada orang tua adalah sujud kepada orang tua.
STUDY CIRCLE
10 Mei 2009
Spiritual, Kekerasan dan Aspek dari Kejujuran
1 (sister wahyuningsih):
Kejujuran : memang terasa sakit, tapi kita seharusnya berkata jujur
Ahimsa : tidak menyakiti dalam perkataan, pikiran dan perbuatan
Spiritual :
2 (vika)
Spiritual : ilmu tentang jiwa/ kejiwaan
Ahimsa : tidak menyakiti
Kejujuran : katakanlah semanis mungkin, lihat situasi
3 (tude)
Spiritual : spirit-jiwa, ritual-kegiatan, segala kegiatan yang mengarah ke
jiwa/ Tuhan
Tidak hanya sebatas doa, meditasi
Ahimsa : tanpa menyakiti, tidak menyakiti. Kejujuran yang manis adalah
ahimsa, kejujuran yang strik adalah himsa
Kejujuran : sathyam-kebenaran, suatu hal yang keluar dari hati nurani kita
sendiri
4 (bro alit)
Spritual : segala kehidupan kita adalah spiritual
Ahimsa : sulit, khusus untuk anak-anak nakal
Kejujuran : jika menimbulkan masalah jangan dibicarakan, perlu wiweka
5 (bro sudana)
Kejujuran : segala sesuatu yang kita lakukan berdasarkan hati nurani, bukan
pikiran
Spiritual : memahami siapa “saya” sesungguhnya
Ahimsa : tidak menyakiti, membuang sifat-sifat hewani, meningkatkan
pemahaman dan juga aplikasiannya
6 (bro suwede)
Spiritual : sama dengan Tude
Ahimsa : bukan sekedar tidak membunuh, tidak menyakiti lewat
perkataan (luas)
7 (bro Adi)
Kejujuran : mengatakan sesuatu tetap juga menjaga hati seseorang
Spiritual : saat kita bisa menjawab siapa “kita” dan untuk apa “kita” hidup
8 (uncle)
Ahimsa : motif kita yang penting, bhava penting
9 (bro
Spiritual : lebih melihat kedalam
Ahimsa : bicara tidak menyakiti, memikirkan juga menyakiti
Kejujuran : temen kita sering mendorong kita untuk berbuat bohong
10 (sister Surpi)
Spiritual : bagaimana engkau bisa menyatakan kejujuran
Spiritual
Ahimsa
Pengendalian diri
11 (sister
Ahimsa : tidak membunuh, kecuali itu membahayakan kita
Kejujuran : tentang rasa cinta yang terpendam kepada orang lain, tapi orang
lain yang sudah punya cewek
12 (Trisna)
Kejujuran : bagai makan buah simalakama, bagaimana jika kita jujur tapi
bisa menyakiti perasaan orang lain, bagaimana sikap kita?
Spiritual : bagaimana kita bisa melihat Tuhan didalam diri dan orang lain
Ahimsa : pembunuhan apa yang dibenarkan?
bagaimana jika kita jujur tapi bisa menyakiti perasaan orang lain, bagaimana
sikap kita?
pembunuhan apa yang dibenarkan?
Lihat situasi, pemilihan bahasa
Hati yang harus kita dengarkan, kalau kita menggunakan pikiran
Mamadharma—menjalani hidup sebagai seorang manusia
Tidak jujur membuat tidak tenang
Contoh-contoh materi /renungan yang dibagikan setelah study circle
Pelayanan—Sebuah jalur untuk pengembangan “DIRI”
Kenapa kita berpartisipasi dalam pelayanan? Apakah untuk membantu orang yang menerima pelayanan tersebut? Apakah untuk mengatasi problem dunia? Bhagavan mengatakan prinsip yang menerima manfaat dari Seva/pelayanan adalah diri kita sendiri. Secara umum, jarang ada pendapat yang mengatkan seseorang akan mendapatakan nilai-nilai di dalam diri saat berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan. Beberapa merasakan keahliannya di bidang hubangan antar personal meningkat, yang lainnya menemukan batas kesabarannya meningkat dan yang lainnya melihat mereka mengembangkan suatu keahlian baru. Memang tidak bisa diragukan manfaatnya banyak. Tetapi fokusnya bukan itu. Fokusnya lebih pada bagaimana menuju pengembangan “sang diri” melalui pelayanan (Seva).
Kitab-kitab suci kita membahas tentang Bahir Dristi, Antar Laksyam (mengerjakan pekerjaan eksternal sambil menjaga fokus pada “yang di dalam diri”). Dalam konteks ini, sementara melakukan kegiatan eksternal, kita selalu berusaha untuk menyadari nilai-nilai di dalam diri di saat yang sama! Tetapi, bagaimana hal ini bisa diperoleh? Pertama, kita harus sadar pengalaman di dalam diri lebih penting dari aktivitas eksternal. Kedua, kita harus terus waspada untuk mengarahkan kembali diri kita saat kehilangan fokus itu (--fokus pada yang internal/di dalam diri). Ketiga sebelum ikut serta dalam sebuah kegiatan, renungkan hal apa yang harus kita fokuskan.
Sebelum ikut dalam sebuah kegiatan pelayanan, tanyakan pada diri:
Bagaimana saya menggunakan kesempatan ini? hal apa yang harus saya fokuskan?
Bagaimana cara saya mengukur tingkat kesuksesannya? Apa halangan saya dan bisakah saya menghadapinya?
Saat pelaksaanaan kegiatan, pertanyaannya adalah:
Apakah saya hanya melayani atau saya hanya mengalami apa yang terjadi disekitar saya?
Bisakah saya menantang pikiran saya untuk melihat manfaat yang bersifat Keilahian dari kegiatan itu?
Bisakah saya lebih mebuka diri saat berhubungan dengan lingkungan atau seseorang? Bisakah saya tidak hanya bersimpati, tetapi berempati dengan baik?
Saat selesainya kegiatan pelayanan, berfokuslah pada:
Apa yang bisa saya pelajari dari kegiatan ini? Sudahkah saya benar-benar berkembang/ meningkat?
Dengan jalan apa saya mendapat manfaat dari pelayanan? Bagaimana saya bisa meningkatkannya?
Bisakah saya melanjutkan hal itu? Bisakah saya mempertahankanya?
Svami sering mengatkan kita melayani umat manusia hanya untuk melayani diri kita. Mari sadari hal ini dan jadikan ini titik fokus selama semua fase kegiatan pelayanan. (terjemahan sebuah artikel dari www.saiyouth.org)
Katakan ”ini adalah sifatku”, jangan katakan “ini adalah kewajibanku”
(Svami Vivekananda)
Sri Anil Kumar:
Spritualitas adalah tawa, kebahagiaan, tarian dan perayaan—itulah spiritualitas. Ini sebuah perayaan, ini dinamis. Oleh karenanya, keseriusan
bukanlah spiritualitas. Serius berarti sakit. Jika kamu tersenyum, tersenyumlah selalu.
***^_^***
Wacana Bhagavan tentang Namsmaranam dan Dhyana
“Di masa kini dijabarkan dalam kitab suci bahwa masa ini adalah masa yang paling tepat untuk memperoleh Pembebasan, sementara di masa lalu dianjurkan melalui jalur penebusan dosa, kini di masa Kali Yuga, hanya dibutuhkan Namasmaranam untuk mencapai Pembebasan. Saat Nama
Tuhan diingat dengan segala kejayaan-Nya, banjir kebahagiaan rohani akan memenuhi pikiran. Tuhan penuh dengan kebahagiaan dan Ia adalah
kebahagiaan itu sendiri. Semua Kebahagaiaan ini hanya dapat dicicipi melalui Nama Suci Tuhan. Rsi Vyasa mengetahui hal ini, pernah seorang
bijak datang kepadanya untuk bertanya, Yuga mana yang paling tepat agar
usaha manusia memperoleh Pembebasan tercapai. Vyasa mengantisipasi pertanyaan itu dengan berkata sendiri dengan kerasnya, “Oh betapa
beruntungnya mereka yang lahir di jaman Kali Yuga! Sangatlah mudah mendapatkan Karunia Tuhan dengan menyebut nama suci Tuhan di Jaman
Kali.”
****^-^****
“Japa dan Dhyanam berarti kau bisa memaksa Karunia Tuhan mewujud dalam wujud dan Nama Tuhan yang kau rindukan. Tuhan akan mengambil wujud sesuai dengan wujud yang kau pilih dan bayangkan. Oleh karenanya jangan mengubah Wujud dan Nama Tuhanmu, tetapi teguhlah pada Wujud
dan Nama Tuhan yang paling kau sukai, tak peduli betapapun besar kesulitan dan rintangannya.”
****^-^****
“Dalam Manusmrti disebutkan “Apapun pikiran dan perasaan yang melingkupi wanita pada masa kehamilannya, dia akan mendapatkan anak sesuai dengan tipe pikirannya itu”. Betapa hebatnya masa depan negara ini
bila para Ibu selalu menyebut Nama dan membayangkan Wujud Tuhan dipikirannya. Anak-anak yang lahir akan sekaliber Lava dan Kusha, yang
mana Dewi Sita selalu menyebut Nama Rama dibibirnya dan membayangkan Wujud-Nya dalam pikiraan”.
(Bhagavan Baba on Namasmarana)
****^-^****
“Kurangi bicara, ini akan membawamu pada kekuatan mental. Dengan meningkatnya kemampuan mentalmu, kekuaatan Vivekamu (kemampuan membedakan antara yang baik dengan yang buruk) juga akan meningkat. Oleh karenanya kau akan mulai menyadari kekayaan dunia ini lebih besar daripada kekeyaan pribadimu. Kau harus mengembangkan kesadaran ini
sejak kau masih muda.”
(Sathya Sai Baba, Divine Discourse. Brindavan, 24 May, 1992)
****^-^****
“Praktekkan meditasi secara teratur setiap hari sebagaimana telah Aku sarankan. Dalam kesempatan lain sebutlah nama Suci Tuhan.”
(Sathya Sai Speaks, Volume X, hal. 348-350, Shivarathri, 1979)
****^-^****
HORMATI SEMUA AGAMA
۞ Sadari bahwa Tuhan itu satu adanya
Hal terpenting yang dibutuhkan oleh semua orang saat ini adalah
menyadari bahwa Tuhan itu satu. Inilah yang dinyatakan oleh Yesus
sebagaimana ia mempersembahkan hidupnya untuk pertumbuhan
keyakinan pada umat manusia bahwa Tuhan itu satu adanya. Tuhan adalah
dan hanya bisa satu, tidak lebih! Hanya ada satu Tuhan dan Dia adalah
Mahaada! Hanya ada satu agama, yaitu agama cinta kasih. Hanya ada satu
bahasa, yaitu bahasa hati. Para pengikut dari setiap agama, dengan jalan
dan cara mereka tersendiri, memanggil Tuhan yang satu yang ada dimana-
mana. Adalah Tuhan yang sama yang menganugerahkan kepada semua
umat manusia, kesehatan, kemakmuran, kedamaian dan kebahagiaan.
Manusia mungkin berbeda dalam wujud, nama, warna, negara, dan
sejarah. Tapi, Tuhan tidak berbeda-beda seperti itu. Tidak ada suatu agama
yang memiliki Tuhan khusus yang hanya menunjukkan anugerah pada
pengikut suatu agama itu saja! Oleh karena itu, engkau seharusnya
tidak mempertengkarkan perbedaan-perbedaan kecil yang mungkin
ada pada setiap agama atau menyerang atau mengejeknya.
Hancurkanlah dinding yang memisahkan manusia dari manusia yang lain.
Hilangkanlah perbedaan yang berdasarkan kasta dan keyakinan.
Engkau mungkin mengikuti keyakinan yang engkau yakini, tapi, engkau
tidak boleh meremehkan atau menghina keyakinan orang lain. Itu sama
artinya dengan mengejek atau menghina rasa bhakti. Kita harus
menghormati keilahian yang ada dalam setiap ciptaan.
Ingatlah bahwa Tuhan itu satu, tujuan dari hidup adalah satu,
kebenaran adalah satu, dan cinta adalah satu. Milikilah keyakinan yang
teguh akan hal ini. Pahamilah prinsip kesatuan ini dan berpegang teguhlah
padanya. Sehingga, dimanapun engkau mungkin berada, apakah di dalam
hutan atau di angkasa, di kota atau di desa, pada puncak gunung ataupun di
dalam lautan, Tuhan pasti akan menjagamu. Tidak seorangpun memiliki hak
untuk menyangkal keberadaan Tuhanmu.
Orang-orang menyatakan perbedaan keyakinan berdasarkan nama
Tuhan yang berbeda-beda, seperti: Vishnu, Siva, Ganesha, Allah, Kristus, dan
lainnya. Engkau mungkin menyembah Tuhan dalam wujud yang engkau
pilih, tapi kenali kebenaran bahwa Tuhan hanya satu. Tuhan adalah milik
semuanya. Dia adalah universal. Kalian semua harus melepaskan perbedaan
dan tidak memberikan tempat pada pandangan yang sempit tentang agama
dan perbedaan kenegaraan. Anggaplah dirimu sebagai anak dari Tuhan yang
satu.
۞ Lihatlah persatuan dalam keberagaman dalam Yang Satu
Semua keyakinan menekankan pada satu faktor atau unsur yang
umum, yaitu bahwa hanya ada satu Tuhan dan Kebenaran adalah
wujud-Nya. Sama sekali tidak ada perbedaan antara orang Hindu,
orang Muslim dan orang Kristen dalam konsep dasar ini. Semua
agama, semua kitab suci, semua ajaran spiritual menuju pada satu
tujuan, yaitu persatuan keilahian.
Jika kalian mencoba untuk memahami kebenaran dasar setiap agama,
maka akan terlihatlah bahwa semua agama hanya mengajarkan persatuan
dan kesatuan. Yesus mencoba untuk mengajarkan bahwa Tuhan
adalah Ayah, dan kita semua adalah anak-anaknya oleh karena itu
kita semua saudara. Seseorang yang hanya mengenal dan mengetahui
tentang kitab suci saja tidak bisa dikatakan sebagai seseorang yang memiliki
pengetahuan dan bijaksana. Hanya seseorang yang telah memiliki
pandangan tentang persamaan yang bisa dipandang sebagai orang yang
berpengetahuan dan bijaksana. Oleh karena itu, kita harus melihat
setiap agama dengan rasa hormat yang sama. Tidak ada agama yang
harus dikritik atau dicaci-maki.
Kebenaran adalah hakikat dari semua agama, pesan dari semua kitab
suci, dan dasar dari semua metafisika. Tugas utama dari manusia adalah
untuk mengetahui bahwa jalan dari masing-masing agama mungkin
banyak, tapi tujuannya satu. Dengan demikian, ketika hakikat dari semua
agama adalah satu dan sama, ketika semua kitab suci memproklamirkan
kebenaran yang sama, jika tujuan dari usaha manusia adalah satu adanya,
dimanakah dasar akan adanya perbedaan? Jalan ada banyak, tapi tempat
tujuan adalah satu dan sama.
۞ Janganlah mengijinkan terciptanya rasa perbedaan antar agama
Sebenarnya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan atau
menyakiti orang lain. Beberapa orang yang memiliki pikiran jahat salah
menafsirkan ajaran suci dan melaksanakannya dengan hati yang kotor dan
penuh kepentingan pribadi. Tapi bagaimanapun juga, kebenaran hakiki dari
semua agama tidak akan terpengaruh atau tercemar oleh kejahatan yang
dilakukan oleh sekelompok orang atau oleh asutan yang bersifat penuh
persaingan yang mereka lakukan dengan sesuka hati. Semua Messiah, Nabi,
dan Avatar mewartakan persatuan dan kesatuan.
Semua agama hanya mengajarkan apa yang baik bagi
kemanusiaan. Agama haruslah dipraktekkan dengan kesadaran ini.
Jika pikiran murni dan suci, bagaimana mungkin agama menjadi
buruk atau jelek? Adalah sebuah kebodohan besar jika menganggap
satu agama lebih tinggi dan agama yang lain lebih rendah dan
mengembangkan perbedaan antara agama atas dasar pemahaman
ini, sungguh bodoh! Ajaran dari semua agama adalah suci.
Bagaimanakah perbedaan antar agama ini muncul?
Sepeninggal para pendiri suatu cara atau teknik atau jalan menuju
Tuhan yang kemudian disebut agama, para pengikut mereka
mengacaukan ajaran para pendiri ini dan menciptakan perselisihan
diantara pengikut itu sendiri dengan cerita yang berisi kepentingan
yang penuh dengan keegoisan. Dengan berlalunya waktu,
perpecahan berkembang dalam semua agama dan perpisahan sekte
terjadi. Pertumbuhan perpecahan seringkali menghasilkan
kemunduran spiritualitas. Oleh karena manusia mengembangkan
keinginan-keinginan duniawi, keyakinan agama menurun. Ini adalah
hasil dari sifat individual, motif yang penuh keegoisan, dan bukan
kesalahan para pendiri agama.
EGO
Pengertian/ pemahaman
Hislop : Dalam usaha menyelidiki diri sendiri, Swami menasehatkan agar
kami bertanya apakah kita ini badan, pikiran, atau budi?
Sai : Engkau adalah saksi semua ini.
Hislp : Tetapi Swami orang melihat hal lain. Setiap keinginan selalu
menyatakan diri sebagai “AKU” walaupun sama sekali bertentangan
dengan keinginan pada masa lalu atau mendatang.
Sai : Sesungguhnya hanya ada 2 (dua) “aku”. Yang pertama adalah ego
yang selalu menyamakan dirinya dengan “aku”, dan “AKU” yang
lain adalah saksi abadi, yaitu Swami. Jika ada kesadaran tentang
saksi itu, “aku” yang berasal dari ego tidak akan mengganggu, ia
tidak terlalu berarti.
(Diambil dari Percakapan dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba)
Ketika kita memukul atau menyebabkan seseorang atau mahluk terluka, kita
membenarkan hal itu sebagai sesuatu yang tepat dan seharusnya terjadi;
tetapi ketika seseorang atau mahluk memukul atau menyakiti kita, kita
memberontak dan menyebutnya sebagai suatu kesalahan dan oleh
karenanya dapat dihukum (dibalas). Segala penilaian kita (yang seperti
diatas) adalah berdasarkan ego.
Ada kemanusiaan. Ada Ketuhanan. Kebendaan adalah bersifat
mementingkan diri sendiri (ego); kemanusiaan adalah sifat mementingkan
diri sendiri (ego) ditambah beberapa macam kebaikan; Tuhan tidak memiliki
sifat mementingkan diri sendiri (ego), hanya cinta. Pada permulaannya, sifat
mementingkan diri sendiri (ego) adalah “diperlukan” untuk kesehatan dan
kemakmuran (kekayaan). Tanpa kesehatan apa yang dapat kita lakukan?
Bekerja untuk ini harus diselesaikan (untuk memenuhi kesehatan/
kemakmuran); lalu kemudian tolonglah orang lain; dan yang terakhir hanya
Tuhan saja, hanya Tuhan.
Egolah yang menghalangi kita mendekatkan diri kepada Tuhan. Inilah yang
dikatakan ego, “aku harus melakukan ini, aku harus mendapatkan semua ini.
Engkau harus tahu bahwa “aku” hanyalah alat Tuhan. Seperti halnya kipas
adalah sebuah alat, engkau adalah alat Tuhan.
(Percakapan Dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, halaman : 8)
Teknik/ cara melampaui ego
Ketika engkau menyadari bahwa dirimu adalah bagian dari percikan Sang
Ilahi dan bahwa segala sesuatu di sekitarmu juga adalah bagian dari
percikan prinsip Keilahian yang sama, maka di kala itu engkau akan
memperlakukan setiap insan dengan penuh hormat dan cinta-kasih. Pada
saat itu, hatimu juga akan penuh dengan keceriaan dan sang ego menjadi
tak berkutik.
Hanya cinta-kasih sajalah yang bisa memunculkan Divinity yang laten ada di
dalam diri setiap orang. Cinta-kasih adalah Tuhan. Hiduplah dalam cinta-
kasih. Cinta-kasih bersifat pemberi dan pemaaf; sedangkan self (diri/
ego) bersifat menerima dan melupakan. Cinta-kasih bersifat tanpa
pamrih. Jangnanlah menghabiskan sisa kehidupanmu dengan
membiarkan dirimu tunduk terhadap kepentingan self (diri/ ego)!
Cintailah! Cintailah! Jadilah dirimu yang sejati, yaitu sebagai perwujudan
cinta-kasih. Tanpa peduli bagaimana perlakuan atau pemikiran orang
lain terhadap dirimu, engkau tidak perlu terlalu
mengkhawatirkannya sama sekali. Hatimu yang bersinar dengan cinta-
kasih sudah menjadi cinta-kasih Tuhan. Ingatlah selalu, “Aku adalah Tuhan.”
Di hari engkau melihat dirimu sebagai Tuhan, maka itu berarti engkau sudah
menjadi diri-Nya.
(Toughts for the day, Friday, February 15, 2008)
Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 20 Juni 2008
Manusia harus sanggup untuk menyingkirkan Ahamkara (yaitu
perasaan bahwa seolah-olah dialah yang menjadi pelaksana dari
segala-galanya). Selama ego masih dominan, maka kesadaran Atmic
tidak akan muncul. Seorang egois tidak bisa mengenali Atma.
Egoisme merupakan akar dari segala persoalan yang dihadapi oleh
manusia. Sungguh semuanya itu merupakan delusi yang didasari oleh
pandangan salah yang menganggap bahwa badan jasmani ini sebagai
sesuatu yang nyata dan abadi.
Bila seorang bhakta murni hati dan pikirannya, dan telah menyerahkan diri
kepada Bhagawan, maka Swami bertanggung jawab sepenuhnya pada
kehidupannya dan memelihara serta mengurus bhakta itu. Tetapi bila
seseorang mempunyai ego yang besar dan mengandalkan keinginan egonya
dan bukannya kehendak Bhagawan, maka Swami menjauh dan tidak ikut
campur.
(Diambil dari buku Percakapan dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba,
halaman 161)
EGO (2)
Egolah yang menghalangi kita mendekatkan diri kepada Tuhan.
(percakapan dengan bhagawan Sri Sathya Sai Baba, halaman : 8)
FUNGSI DAN LETAK EGO
Manas atau pikiran memahami sasarannya; buddhi menimbang-nimbang alasan untuk menyetujui dan menolak; chittam memahami obyek itu dengan cara tersebut. Ahangkaaram “ego atau rasa keakuan” mengubah keputusan untuk menyetujui atau menolaknya (menolak hasil pemilahan dari buddhi), dan dengan keterikatan atau rasa suka, ahamkara melemahkan jnana (kebijaksanaan). Inilah hal-hal yang mereka kerjakan.
Manas ada di dalam kepala, buddhi di dalam lidah, chittam di dalam pusar, dan ahamkara di dalam hati.
PENYEBAB MUNCULNYA EGO
Perasaan dualitas muncul ketika Aham ('aku') mengambil wujud dan nama tertentu. Ahamkara (perasaan ego) merupakan buah hasil dari terjadinya perubahan wujud tersebut.
(diambil dari : Toughts for the day (sabda “harian” TUHAN), pada tanggal 16 Juli 2008)
DAMPAK EGO
Manusia harus sanggup untuk menyingkirkan Ahamkara (yaitu perasaan bahwa seolah-olah dialah yang menjadi pelaksana dari segala-galanya). Selama ego masih dominan, maka kesadaran Atmic tidak akan muncul.
Seorang egois tidak bisa mengenali Atma. Egoisme merupakan akar dari segala persoalan yang dihadapi oleh manusia.
(disadur dari Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 20 Juni 2008)
KONSEKUENSI EGO
Setiap bentuk tindakan/ perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran badan (body consciousness) pasti akan bersifat egoistic. Selfless Seva (pelayanan tanpa-pamrih) tidak akan bisa tercapai bila engkau masih terjerat di dalam kesadaran badan. Sebaliknya, consciousness of Deva (kesadaran Ilahiah) akan memunculkan kemuliaan Prema (cinta-kasih). Berbekal inspirasi dan pedoman ini, manusia akan mencapai banyak kebajikan, tanpa harus mengetahui ataupun menyatakan bahwa dirinya sudah bersifat tanpa pamrih. Baginya, semuanya adalah kehendak Tuhan, kreasi dan kemuliaan-Nya.
(disadur dari Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 11 Juni 2008)
JUMLAH “AKU”/ KESADARAN
Sesungguhnya hanya ada 2 (dua) “aku”. Yang pertama adalah ego yang selalu menyamakan dirinya dengan “aku” (Tuhan/ Swami), dan “Aku” yang lain adalah saksi abadi, yaitu Swami. Jika ada kesadaran tentang saksi itu, “aku” yang berasal dari ego tidak akan mengganggu, ia tidak terlalu berarti.
SIKAP TUHAN TERHADAP ORANG YANG EGOIS:
Bila seorang bhakta murni hati dan pikirannya, dan telah menyerahkan diri kepada Bhagawan, maka Swami bertanggung jawab sepenuhnya pada kehidupannya dan memelihara serta mengurus bhakta itu. Tetapi bila seseorang mempunyai ego yang besar dan mengandalkan keinginan egonya dan bukannya kehendak Bhagawan, maka Swami menjauh dan tidak ikut campur.
(Percakapan dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, halaman 161)
TEKNIK/ CARA MELAMPAUI EGO
Ketika engkau menyadari bahwa dirimu adalah bagian dari percikan Sang Ilahi dan bahwa segala sesuatu di sekitarmu juga adalah bagian dari percikan prinsip Keilahian yang sama, maka di kala itu engkau akan memperlakukan setiap insan dengan penuh hormat dan cinta-kasih. Pada saat itu, hatimu juga akan penuh dengan keceriaan dan sang ego menjadi tak berkutik.
KESIMPULAN
EGO adalah kesadaran badan yang menganggap dialah pelaku dan penikmat segalanya, dimana kesadaran ini menghalangi kita dari Tuhan, dan membuat kita menganggap keinginan pribadi kita sebagai kehendak Tuhan, jika ini terjadi Bhagawan tidak ikut campur.
EGO (3)
Egolah yang menghalangi kita mendekatkan diri kepada Tuhan. Inilah yang
dikatakan ego, “aku harus melakukan ini, aku harus mendapatkan semua ini.
Engkau harus tahu bahwa aku hanyalah alat Tuhan. Seperti halnya kipas
adalah sebuah alat, engkau adalah alat Tuhan.
(percakapan dengan bhagawan Sri Sathya Sai Baba, halaman : 8)
Bhakta : Jika demikian, dimanakah letak buddhi (akal budi/ intelejensia),
chittam, ahamkara (ego) yang telah Swami bicarakan?
Swami : Mereka juga berada dalam ini saja (antahkarana atau indera
batin). Jnaanendriya dan karmendriya keduanya disebut
dashendriya. Empat di antaranya dikenal dan disebut juga
sebagai antah chathusthaya atau empat indera batin, yaitu :
manas, buddhi, chittam, dan ahangkaraam.
Bhakta : Bagus sekali. Dengan kata lain semuanya ada di dalam hal yang
sama. Hidup ini lucu sekali, tetapi Swami, apakah fungsi keempat
indera batin ini?
Swami : Manas atau pikiran memahami sasarannya; buddhi menimbang-
nimbang alasan untuk menyetujui dan menolak; chittam
memahami obyek itu dengan cara tersebut. Ahangkaaram “ego
atau rasa keakuan” mengubah keputusan untuk
menyetujui atau menolaknya (menolak hasil pemilahan
dari buddhi), dan dengan keterikatan atau rasa suka, ahamkara
melemahkan jnana (kebijaksanaan). Inilah hal-hal yang mereka
kerjakan.
Bhakta : Maafkan saya Swami, saya hanya bertanya agar tahu, di
manakah letak keempat indera batin ini dalam badan kita?
Swami : Aku senang, jangan khawatir. Manas ada di dalam kepala, buddhi
di dalam lidah, chittam di dalam pusar, dan ahamkara di dalam
hati.
Bhakta : Jadi di antara semua ini, manakah yang disebut aku? Siapakah
yang mengalami semua ini?
Swami : Kita telah sampai pada pokok pembicaraan yang benar. Engkau
bukanlah salah satu diantara semua ini! Semua ini hanya ada
selama engkau memiliki perasaan “badan ini milikku”. Semua itu
berhubungan dengan beberapa kegiatan atau vritti. Atma yang
memantau semua ini, itulah engkau (diri sejati). Suka duka,
kehilangan dan kesengsaraan, kebaikan dan keburukan, semua
aktivitas ini hanya berkaitan dengan tubuh, jadi mereka bukanlah
milikmu, mereka tidak akan menjadi milikmu. Engkau adalah
Atma. Sebelum kebenaran ini dihayati, engkau tertidur dalam
kelelapan (rasa) aku dan milikku. Dalam tidur itu timbullah mimpi-
mimpi kehilangan, kesengsaraan, kesedihan, dan kegembiraan.
Aneka mimpi ini hanya berlangsung sampai engkau terbangun.
Setelah engkau terbangun, ketakutan yang engkau rasakan dan
kesedihan yang kaualami dalam mimpi itu semuanya lenyap,
bukan lagi sesuatu yang benar. Demikian pula bila khayalan
dibuang dan engkau terbangun dalam jnaana, engkau akan
mengerti bahwa semuanya ini bukanlah engkau, bahwa
sesungguhnya engkau adalah atma.
(Sandeha Nivarini, halaman 48-49)
Ketika engkau menyadari bahwa dirimu adalah bagian dari percikan Sang
Ilahi dan bahwa segala sesuatu di sekitarmu juga adalah bagian dari
percikan prinsip Keilahian yang sama, maka di kala itu engkau akan
memperlakukan setiap insan dengan penuh hormat dan cinta-kasih. Pada
saat itu, hatimu juga akan penuh dengan keceriaan dan sang ego menjadi
tak berkutik.
Perasaan dualitas muncul ketika Aham ('aku') mengambil wujud dan nama
tertentu. Ahamkara (perasaan ego) merupakan buah hasil dari terjadinya
perubahan wujud tersebut. Jati-diri Divine sejati hanya bisa direalisasikan
apabila engkau sanggup mendisosiasikan (tidak melekat) pada nama dan
wujud yang engkau miliki saat ini. Apabila engkau melupakan identitas dan
divinity-mu serta sebaliknya melekat pada wujud yang senantiasa
mengalami perubahan dan impermanen (tidak abadi), maka kemelekatan
dan penderitaan tidak akan jauh darimu. Mind – (sebagai akibat
keterlibatannya dalam dunia eksternal dan impresi yang diterimanya melalui
panca indera) - merupakan sumber penyebab dari identifikasi yang salah ini.
Apabila kita memahami cara kerja mind, maka realitas Atma (yang berada di
luar jangkauan mind) akan dapat dialami sebagai prinsip yang omnipresent
(ada dimana-mana) nan abadi.
(diambil dari : Toughts for the day (sabda “harian” TUHAN), pada tanggal 16
Juli 2008)
Hanya cinta-kasih sajalah yang bisa memunculkan Divinity yang laten ada di
dalam diri setiap orang. Cinta-kasih adalah Tuhan. Hiduplah dalam cinta-
kasih. Cinta-kasih bersifat pemberi dan pemaaf; sedangkan self (diri/
ego) bersifat menerima dan melupakan. Cinta-kasih bersifat tanpa
pamrih. Jangnanlah menghabiskan sisa kehidupanmu dengan
membiarkan dirimu tunduk terhadap kepentingan self (diri/ ego)!
Cintailah! Cintailah! Jadilah dirimu yang sejati, yaitu sebagai perwujudan
cinta-kasih. Tanpa peduli bagaimana perlakuan atau pemikiran orang
lain terhadap dirimu, engkau tidak perlu terlalu
mengkhawatirkannya sama sekali. Hatimu yang bersinar dengan cinta-
kasih sudah menjadi cinta-kasih Tuhan. Ingatlah selalu, “Aku adalah Tuhan.”
Di hari engkau melihat dirimu sebagai Tuhan, maka itu berarti engkau sudah
menjadi diri-Nya.(Toughts for the day, Friday, February 15, 2008)
Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 20 Juni 2008
Manusia harus sanggup untuk menyingkirkan Ahamkara (yaitu
perasaan bahwa seolah-olah dialah yang menjadi pelaksana dari
segala-galanya). Selama ego masih dominan, maka kesadaran Atmic
tidak akan muncul. Seorang egois tidak bisa mengenali Atma.
Egoisme merupakan akar dari segala persoalan yang dihadapi oleh
manusia. Sungguh semuanya itu merupakan delusi yang didasari oleh
pandangan salah yang menganggap bahwa badan jasmani ini sebagai
sesuatu yang nyata dan abadi. Justru kebenaran hakiki adalah sebaliknya.
Engkau harus menyadari betapa rentannya badan fisik dan panca inderamu
serta lakukanlah upaya untuk mengendalikan keinginan-keinginan yang
timbul oleh orang-organ indera itu. Keinginan tiada mengenal kesudahan.
Upaya untuk mengejar kekayaan, kekuasaan dan jabatan hanya akan
berakhir dalam penderitaan. Sebaliknya, berlindunglah kepada Tuhan dan
dedikasikanlah semua tindakanmu kepada-Nya.
June 11th
Setiap bentuk tindakan/ perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran badan
(body consciousness) pasti akan bersifat egoistic. Selfless Seva (pelayanan
tanpa-pamrih) tidak akan bisa tercapai bila engkau masih terjerat di dalam
kesadaran badan. Sebaliknya, consciousness of Deva (kesadaran Ilahiah)
akan memunculkan kemuliaan Prema (cinta-kasih). Berbekal inspirasi dan
pedoman ini, manusia akan mencapai banyak kebajikan, tanpa harus
mengetahui ataupun menyatakan bahwa dirinya sudah bersifat tanpa
pamrih. Baginya, semuanya adalah kehendak Tuhan, kreasi dan kemuliaan-
Nya.
Hislop : Dalam usaha menyelidiki diri sendiri, Swami menasihatkan
agar kami bertanya apakah kita ini badan, pikiran, atau budi?
Sai : Engkau adalah saksi semua ini.
Hislp : Tetapi Swami orang melihat hal lain. Setiap keinginan selalu
menyatakan diri sebagai Aku” walaupun sama sekali bertentangan dengan
keinginan pada masa lalu atau mendatang.
Sai : Sesungguhnya hanya ada 2 (dua) “aku”. Yang pertama adalah
ego yang selalu menyamakan dirinya dengan “aku”, dan “Aku” yang lain
adalah saksi abadi, yaitu Swami. Jika ada kesadaran tentang saksi itu, “aku”
yang berasal dari ego tidak akan mengganggu, ia tidak terlalu berarti.
Bila seorang bhakta murni hati dan pikirannya, dan telah menyerahkan diri
kepada Bhagawan, maka Swami bertanggung jawab sepenuhnya pada
kehidupannya dan memelihara serta mengurus bhakta itu. Tetapi bila
seseorang mempunyai ego yang besar dan mengandalkan keinginan egonya
dan bukannya kehendak Bhagawan, maka Swami menjauh dan tidak ikut
campur.
(Percakapan dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, halaman 161)
August 6th
Siapapun juga yang berhasil mengatasi (menekan) egoismenya, maka itu
berarti ia sudah berhasil mengatasi keinginan-keinginannya yang selfish
(yang mementingkan diri sendiri), ia sudah menghancurkan perasaan serta
dorongan batin (yang salah) yang menganggap seolah-olah badan jasmani
ini sebagai diri (self). Dengan perkataan lain, ia sudah berada di jalan
Dharma (kebenaran).
DOA
Doa dan konsentrasi adalah dua disiplin yang dapat membersihkan pikiran
dari EGOISME dan juga KEBENCIAN.
Doa sejati adalah doa yang diterjemahkan ke dalam tindakan yang nyata.
Yang terpenting adalah bahwa engkau harus mengupayakan agar doa-
doamu bukan hanya sebatas di bibir saja, tetapi ia harus ditransformasikan
menjadi tindakan yang nyata.
Berdoalah seperti ini “Oh Tuhan! Engkau telah memberikan kehidupan ini
kepadaku dan aku juga telah menjalani suka dan duka. Saya tak ingin
terlahir kembali.” Itulah sebabnya jiwa agung seperti Adi Shankara berdoa,
“Oh Tuhan! Aku terperangkap dalam lingkaran kelahiran dan kematian yang
tiada habisnya. Waktu demi waktu, aku mengalami penderitaan saat berada
di dalam rahim ibu. Sungguh sangat sulit untuk mengarungi lautan
kehidupan duniawi ini. Tuntunlah daku untuk menyebrangi lautan samsara
dan anugerahilah pembebasan (moksha) padaku.” Berdoalah demi
kebebasanmu dari cengkraman keduniawian, bukan sebaliknya berdoa dan
tergila-gila akan keduniawian.
Disadur dari wacana Bhagavan yang terdapat dalam :
Buku “Bhakti dan Kesehatan”, halaman 80.
“SAIDEV” 2007, Wacana harian Prasanthi Nilayam periode Januari-Maret
2007, halaman 4 dan 31.
Svami kemudian menyabdakan sebuah puisi:
Muslim memandang Allah sebagai Tuhan tertinggi
Sedangkan Kristen mengelukan Yesus sebagai Tuhan tertinggi
Vaisnava memandang Vishnu sebagai Tuhan tertinggi
Sivaisme menempatkan Sambhu sebagai Tuhan tertinggi
Para pemuja Ganapathi setuju bahwa Ganesha adalah Tuhan tertinggi
Sarasvathi dipuja sebagai Tuhan tertinggi oleh para pencari ilmu
pengetahuan
Buddhis memuja Buddha sebagai yang Tercerahkan
Jains memberi tempat tertinggi pada Mahavira
Parsis memuja Zoroaster
Sikhs mengganggap Nanak sebagai Guru tertinggi
Bhakta Baba memuja Sai sebagai Yang Tertinggi
Orang yang bijaksana menghormati dan memandang
semuanya sama
Semua agama haruslah dipuja dengan rasa yang sama tanpa
perbedaan
Karena Tuhan itu satu, dan Tuhan yang sama bagi mereka semua
Tuhan adalah Kebenaran, Dia adalah Kebajikan
Dia adalah Kedamaian, Dia adalah Perwujudan Cinta Kasih.
Manusia seharusnya hidup tanpa mementingkan diri sendiri. ini mungkin
kelihatan sulit, tapi, dalam kenyataan tidak ada yang lebih mudah. Adalah
keegoisan dan ketidaktahuan yang menciptakan semua macam
kesulitan dan perbedaan ini. Cinta yang tulus tanpa kepentingan pribadi
tidak akan memberikan ruang bagi pikiran picik dan iri hati yang akan
menciptakan kejahatan dan perpecahan. Belajarlah untuk hidup dalam cinta
dan toleransi dengan semua anggota masyarakat disekitamu.
(Diambil dari sabda Svami dalam buku : Be Like Jesus, halaman 143-160)
SABDA SVAMI TENTANG KELUARGA
Rumah tangga adalah tempat suami dan istri terikat satu sama lain oleh
cinta yang suci, tempat keduanya asyik membaca buku-buku santapan
rohani, tempat nama Tuhan selalu dinyanyikan dan kemuliaan-Nya selalu
dikenang, rumah tangga semacam itu benar-benar merupakan
persemayaman Tuhan (ideal).
(Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma,
halaman 24)
Tempat suami istri menempuh hidup mereka dalam naungan cita-cita yang
luhur, tempat mereka bersama-sama menyanyikan keagungan nama Tuhan
dan melewatkan hidup mereka dengan melakukan perbuatan-perbuatan
yang baik, tempat yang dijiwai oleh kebenaran, kedamaian, dan kasih,
tempat mereka biasa membaca kitab-kitab suci secara teratur, tempat
nafsu-nafsu jasmani dikendalikan dan semua mahluk diperlakukan sama
berdasarkan pengetahuan tentang kesatauan dasar semua ciptaan, rumah
tangga semacam itu benar-benar merupakan surga dunia.
(Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma,
halaman 29)
ISTRI atau IBU
“Acharya” atau pembimbing rohani adalah 10 kali lebih berharga
daripada guru kesenian dan ilmu pengetahuan. Ayah sepuluh kali 10 kali
lebih berharga dari “acharya”. Ibu 10 kali lebih berharga daripada ayah,
demikianlah pernyataan Manu dalam kitab Dharmasaaatra.
(Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma,
halaman 57)
Mereka (para istri yang ideal) bangun pagi-pagi sekali sebelum fajar
menyingsing, membersihkan rumah, dan setelah mandi dan sebagainya,
duduk sejenak melakukan meditasi. Mereka menyediakan ruang khusus
untuk bersembahyang di rumahnya. Di tempat itu dipajangnya gambar-
gambar Tuhan, orang-orang suci, guru, serta pembimbing rohani. Mereka
menganggap ruangan itu suci dan memenuhinya dengan doa baik pada pagi
maupun sore hari, serta pada hari raya dan hari besar. Sesungguhnya
wanitalah yang memelihara rumah tangga, itulah misinya. Ia mewakili shakti
“kekuatan Tuhan”
(Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma,
halaman 57)
ISTRI IDEAL
Mereka (para istri yang ideal) bangun pagi-pagi sekali sebelum fajar
menyingsing, membersihkan rumah, dan setelah mandi dan sebagainya,
duduk sejenak melakukan meditasi. Mereka menyediakan ruang khusus
untuk bersembahyang di rumahnya. Di tempat itu dipajangnya gambar-
gambar Tuhan, orang-orang suci, guru, serta pembimbing rohani. Mereka
menganggap ruangan itu suci dan memenuhinya dengan doa baik pada pagi
maupun sore hari, serta pada hari raya dan hari besar. Sesungguhnya
wanitalah yang memelihara rumah tangga, itulah misinya. Ia mewakili shakti
“kekuatan Tuhan”
(Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma, halaman 57)
Kebajikan dan kesucian merupakan ideal bagi setiap wanita (istri).
Kerendahan hati, kesederhanaan, dan kesopanan merupakan hal yang
mutlak perlu bagi wanita; kebajikan ini merupakan permatanya yang tidak
ternilai. Wanita harus mengutamakan pelayanan kepada suaminya; itulah
ibadatnya yang sejati. Tanpa mengabdi kepada suaminya ia tidak dapat
memperoleh kebahagiaan dalam doa dan meditasinya. Sesungguhnya Tuhan
harus dianggap sebagai menjelma dalam diri suami, dan segala pengabdian
yang diberikan kepadanya (suami) harus diangkat hingga ke tingkat bhakti;
itulah jalan kewajiban yang sejati. Tidaklah menjadi soal betapa jahat dan
rendahnya si suami, dengan cintanya istri harus membuatnya insaf,
meluruskan jalan yang ditempuhnya, dan membantunya agar memperoleh
rahmat Tuhan. (Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma, halaman
24,25,28,29)
Pria harus menghormati istrinya sebagai ratu rumah tangga dan
bertindak sesuai dengan keinginannya (yang luhur dan mulia), karena istri
adalah dewi kemakmuran dalam rumah tangganya. Hanya dengan
demikianlah ia layak disebut pria.(Wejangan Svami dalam buku WANITA,
halaman 11)
“Acharya” atau pembimbing rohani adalah 10 kali lebih berharga daripada
guru kesenian dan ilmu pengetahuan. Ayah sepuluh kali 10 kali lebih
berharga dari “acharya”. Ibu 10 kali lebih berharga daripada ayah,
demikianlah pernyataan Manu dalam kitab Dharmasaaatra.(Wejangan Svami
dalam buku Pancaran Dharma, halaman 57)
Jika kaum ibu baik, maka anak-anaknya juga baik.
(Sabda Svami dalam buku Berkorban atau Yadnya Adalah Kesenanganku,
hlm 50).
Matru Devo bhava, Pitru Devo bhava, Acarhya Devo bhava, Atithi Devo Devo
bhava. Artinya, “Hormati ibu, ayah, guru, dan tamumu sebagai Tuhan”
(Sabda Svami dalam buku Berkorban atau Yadnya Adalah
Kesenanganku, hlm 50).
Orang tua mencurahkan seluruh hidup mereka untuk kesejahteraan anak-
anaknya. Anak-anak harus menyadari hal ini dan sebagai gantinya kelakuan
serta sikap mereka kepada orang tua harus baik dan sopan. Seorang anak
harus menyayangi ibu, ayah, dan saudaranya, selalu mematuhinya (orang
tua) dan senantiasa menempuh hidupnya dalam kasih sayang mereka.
(Sabda Svami dalam buku Berkorban atau Yadnya Adalah Kesenanganku,
hlm 51-52).
Perkawinan adalah untuk mengangkat spiritual. Perkawinan bukanlah
sebuah tangga sosial, tetapi merupakan tangga spiritual. Sebelum
menikah, mereka (pria-wanita) hanyalah setengah bagian, “ardha”. Tetapi
setelah menikah mereka memiliki badan yang utuh. Suami adalah ardhangi
dan istri adalah ardhangini. Keduanya bersama-sama membentuk kesatuan
yang penuh dan lengkap. Suami adalah Siva dan istri adalah Shakti. Mereka
mesti bersama-sama bahu-membahu berjuang keras untuk kemajuan
spiritual. Perkawinan sejati adalah persatuan antara engkau dengan
Tuhan, antara ciptaan dengan Kesadaran Tertinggi, antara jivatman
dengan paramatman.(Sabda Svami dalam buku Anugraha Varshini, hlm
53-54).
Tujuan akhirnya (perkawinan atau keluarga) adalah Sang Pencipta,
kembali kepada Sang Pencipta. Karenanya merupakan tugas yang suci
bagi suami-istri untuk membantu sama lain, menuntun dan saling
memperbaiki serta memberi semangat dalam sadhana spiritual mereka.
Bersama-sama mereka mesti berjalan sepanjang jalan spiritual dan
melakukan sadhana untuk memungkinkan mereka memperoleh kesadaran
jati diri, dan akhirnya bersatu dengan Tuhan. Inilah makna yang
sesungguhnya dari perkawinan . perkawinan merupakan jembatan antara
kemanusiaan dan keTuhanan yang dilalui oleh suami dan istri dalam
persatuan rohani.(Sabda Svami dalam buku Anugraha Varshini, hlm 53).
Siapakah sanak keluarga kita yang sejati?
Svami bersabda:
Biarkan kebenaran menjadi ayahmu
Biarkan cinta menjadi ibumu
Biarkan kebijaksanaan menjadi putramu
Biarkan kebhaktian menjadi saudaramu
Biarkan yogi menjadi temanmu.
(Sabda Svami dalam buku Berkorban atau Yadnya Adalah
Kesenanganku, hlm 39-40).
Ratu rumah tangga (istri) harus cerdas, sabar, tenang, baik, dan harus
memiliki semua kebajikan; dengan demikian rumah tangganya akan bersinar
cemerlang dan akan menjadi tempat kemenangan dalam bidang rohani.
(Sabda Svami dalam buku Pancaran Dharma, hlm 53).
SABDA SWAMI TENTANG DIRI YANG SEJATI
Pertama, engkau harus mengetahui siapakah engkau sebenarnya. Apakah
engkau badan raga? Jika engkau adalah badan raga lalu mengapa engkau
berkata, “ini badanku?” Jika engkau menyebutnya “badanku”, tentu engkau
berbeda dari raga itu. Jika engkau berkata, “hatiku”, maka itu berarti engkau
berbeda dengan hatimu. Hatimu adalah suatu obyek yang kaumiliki, engkau
pemiliknya. Dalam kehidupan duniawi kita menyatakan, “ini kakakku, ini
adikku, ini pikiranku, badanku, akal budiku”. Unsur yang tidak berubah
dalam semua pernyataan itu adalah kata “ku”. AKU yang sejati yang
menimbulkan kata “ku” ini sesungguhnya adalah kesadaran terdalam yang
berada pada setiap manusia dan dalam segala sesuatu. Itulah yang
dinamakan CHAITANYA, yaitu kesadaran Tuhan.
(Sabdha Svami dalam buku INTISARI BHAGAWAD GITA jilid pertama,
halaman 10)
Krishna berkata, “Akulah yang bersinar dalam dirimu”. Kata “Aku” ini tidak
menunjukkan badan. Kata ini timbul dari Yang Esa, dari ATMA itu sendiri.
“Aku” ini jangan dikaitkan dengan raga, pikiran, kemampuan intuitif
(intelejensia atau kecerdasan), atau aspek apapun juga dari pribadi manusia,
karena Ia melampaui semua batasan ini dan hanya berhubungan dengan
ATMA yang tidak terbatas.
(Sabdha Svami dalam buku INTISARI BHAGAWAD GITA jilid pertama,
halaman 15)
Ingat ini selalu anak-anak-Ku terkasih, sebenarnya engkau adalah sang
penghuni, yaitu dehi, dan bukan badan, atau deha. Engkaulah yang
memakai baju, engkau bukan baju itu. Engkau penghuni rumah, bukan
rumah. Engkau yang mengetahui lapangan, atau kshetrajna, tetapi engkau
menganggap dirimu medan itu, atau kshetra. Kelahiran dan kematian hanya
berkaitan dengan tubuh, hal itu tidak terjadi pada dirimu yang sejati. Engkau
bukan tubuh, engkau adalah eksistensi yang kekal yang bebas dari kelahiran
dan kematian. Engkau tidak memiliki awal atau akhir. Engkau tidak pernah
lahir dan tidak akan pernah mati, tidak. Engkau adalah ATMA. Engkau
memenuhi segala sesuatu. Sesungguhnya engkau adalah Tuhan
sendiri, oleh karena ATMA adalah BRAHMAN dan BRAHMAN adalah
ATMA.
(Sabdha Svami dalam buku INTISARI BHAGAWAD GITA jilid kedua,
halaman 50)
SABDA SWAMI TENTANG TUJUAN HIDUP
Apakah tujuan hidup manusia? Apakah cita-cita yang harus dicapainya?
Apakah sekedar makan, minum, tidur, mengecap sedikit kegembiraan dan
penderitaan, lalu mati seperti margasatwa? Tidak, pastilah tidak demikian.
Sedikit renungan akan mengungkapkan bahwa itu tidak benar. Tujuan hidup
manusia adalah brahmasakshathkara, yaitu “menyadari dan menghayati
Tuhan Yang Mahabesar!”. Tanpa hal itu, tidak ada manusia yang dapat
mencapai ketentraman batin. Ia harus meraih kebahagiaan (yang berasal)
dari rahmat Tuhan.
(Sabda Svami dalam buku PANCARAN DHARMA,
halaman 76)
Engkau harus merasa bahwa semua sifat Tuhan terwujud dalam
dirimu. “Kelapangan hati Tuhan harus menjadi bagian dari diriku. Sifat yang
tidak mementingkan diri sendiri yang merupakan ciri khas Tuhan harus
menjadi bagian dari diriku.” Jika engkau memiliki perasaan ini maka engkau
mencapai tahap “aku dan Dia satu”, dan terjadilah kemanunggalan yang
sempurna. Engkau harus tak putus-putusnya berusaha mencapai perasaan
ini; kerahkan segenap tenagamu untuk mencapainya. Kemudian pada suatu
hari engkau akan mencapai tujuan itu. Inilah tujuan akhir umat manusia.
(Sabda Svami dalam buku INTISARI BHAGAWAD GITA,
halaman 58)
Sekarang ini engkau hanya menginginkan ketenangan jasmani dan berusaha
memperoleh kedamaian hati ala kadarnya. Ini kurang bermanfaat. Engkau
harus mencapai kedamaian atma yang kekal. Bila engkau menyatu dengan-
Nya, engkau adalah kedamaian itu sendiri. Atma adalah perwujudan
perdamaian yang abadi. Jiwatma “sang pribadi” harus menyatu
dengan Paramatma “Tuhan yang universal” dengan demikian
perjalanan yang panjang akhirnya terselesaikan dan kebahagian abadi
terwujudkan.(Sabda Svami dalam buku INTISARI BHAGAWAD GITA, halaman
60)
Purusharta “tujuan hidup manusia” adalah dharma (kebajikan), artha
(kekayaan), kama (keinginan) dan moksha (kebebasan). Keempat tujuan ini
tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya. Keempat hal ini
adalah satu kesatuan yang utuh. Carilah kekayaan (artha) berdasarkan
kebajikan (dharma), dan keinginan (kama) haruslah ditujukan atau diarahkan
untuk mencapai kebebasan (moksha).
Kadang-kadang, adalah wajar bagimu memiliki rasa marah, ego, tempramen,
ketegangan dan lain sebagainya. Kalian harus memiliki penyesuaian diri dan
saling pengertian. “Pertama-tama kalian harus saling mengerti”. Setelah, itu
penyesuaian diri akan menjadi mudah. Yang pertama saling pengertian,
yang kedua baru penyesuaian diri. Sembilan puluh persen orang-orang
berusaha menyesuaikan diri terlebih dahulu, ini merupakan cara pendekatan
yang keliru. Pertama-tama adalah saling pengertian. (Sabdha Svami
dalam buku “wanita”, hal. 23)
PELAKSANAAN AJARAN BABA DALAM KEHIDUPAN
ATAU PEKERJAAN SEHARI-HARI
Dibandingkan dengan perbuatn biasa yang dilakukan dengan anggapan bahwa engkau adalah pelakunya, pekerjaan yang dilakukan tanpa keinginan untuk menikmati hasilnya, yaitu nishkama karma, jauh lebih agung. Anaasakti karma, yaitu perbuatan yang tanpa pamrih sepenuhnya, dilakukan tanpa dipengaruhi oleh perasaan pribadi dan tanpa keterikatan, bahkan jauh lebih agung daripada nishkama karma. Tetapi bila perbuatan itu seluruhnya dipersembahkan kepada Tuhan, bila karma itu menjadi yadnya atau korban suci, maka perbuatan itu bahkan lebih suci lagi dariapada yang lain-lain. Maka Krishna menyuruh Arjuna agar mempersembahkan segala perbuatannya kepada Tuhan.
(Buku Intisari Bhagawad Gita, hal 291-192)
Pada tahap pertama setiap manusia harus melaksanakan karma dan giat melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya. Kita harus melakukan pekerjaan agar tidak menjadi malas. Orang malas sama sekali tidak berguna bagi masyarakat. swami tidak senang dan tidak menganjurkan siapa saja bermalas-malasan. Pertama, engkau harus melakukan karma biasa. Kemudian engkau melakukan nishkama karma. Perlahan-lahan engkau mengubahnya menjadi yoga. Akhirnya yoga itu menjadi yajnya. Setelah menjadi yajna engkau sudah meninggalkan segala-galanya. Mengubah karma menjadi yajna dan mengubah kerja menjadi ibadah, adalah intisari Bhagawad Gita.
(Buku Intisari Bhagawad Gita, hal 292)
Arjuna engkau terikat kepada banyak objek indera, karena itu kejadian-kejadian yang berlangsung menggangu ketenangan hatimu. Selama ini engkau belum bisa memusatkan perhatian dan belum bisa menempatkan Aku (Krishna, salah satu wujud Tuhan) di hatimu. Berlatihlah terus agar engkau dapat memusatkan pikiran. Hanya bila engkau mampu memusatkan pikiran, engkau dapat menyerahkan dirimu kepada-Ku. Kapan saja dan dimana saja ingatlah akan Daku. Apapun yang sedang engkau kerjakan,
ingatlah Aku, hanya kepada-Ku, ingatlah Aku dengan cinta kasih dan penuh kepercayaan.
(Buku Intisari Bhagawad Gita, hal 40)
Dharma adalah selalu mengingat dan merenungkan Tuhan dengan tiada putusnya. Dharma adalah melakukan tugas sehari-hari sambil selalu ingat pada Tuhan. Bhagawad Gita tidak mengajarkan bahwa engkau harus meninggalkan keluargamu, bahwa engkau harus meninggalkan kekayaan dan harta benda, dan kemudian pergi ke hutan. Tidak! Uruslah keluargamu. Kerjakan tugasmu. Tetapi pusatkan pikiranmu selalu kepada Tuhan. Apapun yang engkau lakukan jangan melupakan tujuanmu. Jika engkau melupakannya engkau akan tersesat dan menyimpang ke jalan yang tidak benar.
(Buku Intisari Bhagawad Gita, hal 134)
Hislop : Bila Swami mengatakan “wujud Tuhan”, apakah yang dimaksud? Bila saya berpikir tentang Tuhan, timbullah citra Baba di dalam pikiran, dan itu terasa wajar. Tetapi apakah yang ada di luar itu semuanya?
Baba : Bila engkau berusaha melihat wujud itu ketika sedang melakukan pekerjaan sehari-hari, engkau akan melakukan kesalahan. Misalnya, bila engkau beusaha membayangkan Tuhan di dalam bathin ketika sedang melakukan pekerjaan di kantor, engkau akan membuat kesalahan. Karena itu, jika sedang sibuk bekerja, “membayangkan wujud Tuhan (mengingat Tuhan)” berarti bekerja atas nama Tuhan, dan bukannya untuk memperoleh hasilnya.
(Buku Percakapan Dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, hal 114)
SABDA SVAMI TENTANG KASIH
Cinta kasih TIDAK MENGENAL KEBENCIAN,
Cinta kasih TIDAK MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI,
Cinta kasih JAUH DARI KEMARAHAN,
Cinta kasih TIDAK PERNAH MENGAMBIL; SELALU MEMBERI,
Cinta kasih adalah TUHAN.
(dikutip dari INTISARI BHAGAWAD GITA (wejangan Sri Sthya Sai Baba)
halaman: 51)
Kasih sama dengan atma, kasih tidak mempunyai hubungan sama sekali
dengan perasaan duniawi dan benda-benda duniawi. Kasih yang sebenarnya
berarti bhakti, adalah sebutan untuk atma. (INTISARI BHAGAWAD GITA,
halaman: 16)
Jika engkau menginginkan kebahagiaan dan kedamaian, engkau harus
memberikan KASIH (kepada semuanya tanpa rasa perbedaan),
Hanya melalui KASIH engkau akan mendapatkan kebahagiaan sejati,
Hanya melalui KASIH engkau akan memperoleh kedamaian bathin,
Kasih hidup dengan memberi dan memaafkan.
(INTISARI BHAGAWAD GITA, halaman 6)
HANYA MELALUI KASIH ENGKAU DAPAT MENCAPAI TUHAN
“Inilah janji-Ku kepadamu, jika engkau mengingat Aku dengan KASIH, akan
Kuberi engkau kemampuan kearifan, budhhi yoga, sehingga engkau dapat
masuk kedalam diri-Ku untuk selamanya dan manunggal dengan-Ku”
“Orang yang berbhakti (KASIH) dengan mantap dan tidak tergoyahkan
kepada-Ku, dialah yang amat Kucintai”
“Aku bersemayam dalam semua mahluk, jadi kasih pada-Ku berarti mengasihi SEMUA MAHLUK”
SABDA BHAGAVAN DALAM BUKU “BE LIKE JESUS”
Melihat Tuhan yang sama yang berada dalam seluruh mahluk adalah jiwa
sejati dari non-dualisme. Hanya jika engkau mengembangkan rasa bahwa
semua adalah perwujudan Tuhan, maka pandanganmu akan disucikan.
Semua yang berada dalam ciptaan ini adalah suci. Semua yang engkau lihat
hanyalah manifestasi Tuhan. Engkau melihat Tuhan dalam wujud dunia,
tetapi engkau masih merasa bahwa engkau tidak bisa melihatNya. Tuhan
tidak memiliki wujud atau tempat tinggal khusus. Dia adalah saksi abadi dan
hadir dalam semua wujud. Kalian bisa maju dan berkembang dalam jalan
spiritual hanya jika kalian memiliki perasaan seperti ini. (HALAMAN 120)
Jesus, yang berusaha untuk membangun kembali umat manusia dalam dasar
kasih, telah disalib oleh sekelompok kecil manusia yang takut menara
kecilnya yang berupa rasa benci dan kerakusan akan dirobohkan oleh
ajarannya. Ketika paku ditancapkan padanya untuk menempatkannya diatas
salib, Jesus mendengar suara Bapa yang bersabda, “Semua kehidupan
adalah satu, anakKu terkasih. Bersikaplah sama pada semua orang,” dan
Jesus memohon agar mereka yang menyalibkannya dimaafkan oleh karena
mereka tidak tahu apa yang telah mereka lakukan. Jika kita sungguh-
sungguh mengikuti hal ini, maka akan cukuplah untuk memenuhi takdir kita.
Jesus mendoakan kebaikan pada mereka yang menghina, mencerca, dan
melukainya. Dia tahu bahwa semua adalah kehendak Tuhan. Jadi, walaupun
diatas salib dia tidak memiliki keinginan yang buruk kepada setiap orang dan
mendesak semua orang yang bersamanya agar memperlakukan semua
sebagai alat-alat dari kehendak Tuhan. Ketika Jesus disalibkan, dia menangis
kehadapan Tuhan, “Oh Tuhan, mengapa Engkau menghukumku seperti ini?”
dengan segera ia menyadari kebenaran dan berkata, “Oh Tuhan, biarkan
kehendakMu yang berlaku. Engkaulah yang telah yang telah menciptakan
aku, mendukungku dan melindungiku. Aku tidak akan bertindak melawan
kehendakMu. Adalah salah jika aku menyalahkanMu.” Ini adalah pelajaran
yang sangat dibutuhkan saat ini. Setiap orang seharusnya tidak menghitung-
hitung kejahatan yang diberikan kepadanya dan berencana untuk membalas
dendam. Dia harus berada disisi lain, yaitu membalas kebencian dengan
kasih, dan rasa persaudaraan pada kebencian. Berkelakuan sebaliknya
adalah bertanda kelemahan.
(HALAMAN 121-122)
Jesus kristus menyatakan: “Aku adalah Anak Tuhan.” Akan tetapi pada waktu
ia disalibkan, Tuhan tidak datang untuk menyelamatkannya. Kristus bahkan
menangis dengan kesedihan yang mendalam: “Oh Bapa, mengapa Engkau
tidak datang untuk menolongku?” Tapi Tuhan bertindak dengan
memperhatikan waktu, tempat dan keadaan. Dia memberi kepada setiap
orang kehormatan dan kemulian sebagai haknya. Kristus menjadi sosok yang
mulia pada waktu penyalibannya. Demikianlah, dengan tindakan tertentu
dan dalam keadaan tertentu, seserorang mencapai ketenaran dan
kemasyuran.
(HALAMAN 122)
Sabdha Svami untuk Youth
Misi-Ku tidak akan sampai pada sasaran tepat pada waktunya kalau masing-masing dari kalian mempunyai sesuatu masalah yang harus dikerjakan. Di dalam gugusan galaksi yang sangat besar, planet ini telah dipilih sebagai tujuan untuk menjalankan misi-Ku. Dia (Tuhan) sekarang telah terlihat dengan jelas di depan matamu. Dia juga memberikan petunjuk dari atas untuk menyebarkan semangat pengabdian. Dia juga berada di dalam hatimu sehingga kekuatan tidak terlihatnya akan melindungimu dari gangguan terhadapmu. Untuk mensukseskan tugas yang menjadi bagianmu, selalulah terfokus kepada-Ku (dengan namasmaranam/ meditasi/ japam/ seva, dll).
Aku tergantung padamu wahai murid-murid-Ku, untuk transformasi dunia dan revolusi yang hebat. Selalu berlaku baik dan kembangkanlah pikiranmu karena dunia mengharapkanmu. Dan seimbangkanlah di dalam dirimu 2 (dua) sifat utama, yaitu tidak terikat pada keduniawian dan karakter yang baik.
Anak-anak-Ku,
Engkau adalah bunga di taman-Ku
Engkau adalah bintang di langit-Ku
Engkau harus memiliki kepala seperti Shankara (penuh kebijaksanaan/ wiweka)
Engkau harus memiliki hati seperti Buddha (penuh cinta kasih, sabar dn tabah)
Engkau harus memiliki tangan seperti Janaka (tanpa pamrih, tanpa ego)
Kalau engkau memiliki semua kualitas itu,
Engkau akan menjadi orang yang sempurna.
Pemuda sekarang telah kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri. Kalian lansung terpengaruh oleh kritikan-kritikan yang ditujukan kepadamu. Kalian harus bisa melihat, bahwa jika kritikan itu benar adanya, kalian harus memperbaiki diri. Jika kritikan itu tidak benar, kalian harus mengabaikannya, itu saja.
Jadikanlah rumahmu sebagai tempat kebajikan, memupuk moral yang baik, dan penuh cinta kasih.
Kendalikan nafsu dan amarahmu. Itulah tanda bhakta yang sejati.
Kalian dapat saja menyatakan bahwa kalian adalah bhakta, akan tetapi kalau kalian hanya berbicara saja, tanpa pernah mencintai semuanya secara merata, maka Tuhan tidak akan pernah menyatakan engakau sebagai bhakta-Nya, camkanlah ini.
Dengarkan semua dan jangan berkata apa-apa (maunam/ hening)
Pikullah semua dan jangan melakukan apa-apa (menerima kehendak-Nya/ pasrah)
Berilah semua dan jangan mengambil apa-apa (kasih atau tanpa pamrih)
Layanilah semua dan jangan menjadi apa-apa (tanpa keinginan, tanpa pamrih, tanpa ego)
Karma Yoga
Dengan menginginkan buah atau hasil dari setiap perbuatan kita
(karmaphalam) maka engkau akan mendapatkan buah itu dari dunia,
lengkap dengan dualitasnya, baik-buruknya dan kita tidak bisa hanya
meminta baiknya saja.
Lepaskan pengakuan kita akan buah dari perbuatan kita, maka kita akan
mendapatkan kebahagiaan kekal abadi (anandam)
Ada tiga kategori karma atau perbuatan:
1. Karma atau perbuatan yang dilakukan dengan mengharapkan hasil
2. Karma atau perbuatan yang dilakukan dengan semangat atau motif
tanpa menginginkan hasil atau buahnya, ini disebut
karmaphalatyagam
3. Karama atau perbuatan yang dilakukan dengan semangat atau motif
tanpa menginginkan hasil atau buahnya dan dengan penuh cinta
dipersembahkan kepada Tuhan, ini disebut Karma Arpanam
Karma pada kategori pertama disebut karma biasa, karma pada kategori
kedua disebut Nishkaama karma (perbuatan tanpa pamrih), sedangkan
karma kategori ketiga disebut dengan Pavithra Karma (perbuatan suci, yaitu
perbuatan tanpa pamrih atau tulus ikhlas yang ditambah dngan cinta suci
murni).
Seva yang dilakukan oleh Sai Devotee (Bhakta Sai) normalnya masuk di
kategori yang kedua, dikatakan demikian jika perbuatan atau seva tersebut
dilakukan dengan mekanis (rutin) dan dengan gaya yang setengah-setengah
atau asal-asalan tanpa menaruh hatinya dalam perbuatan itu. Seva pada
kategori ketiga adalah seva yang sangat disukai dan dicintai oleh Tuhan.
SABDA BHAGAVAN TENTANG
“ALAT TUHAN”
Bila seorang adalah ALAT YANG SEJATI bagi kekuatan Tuhan, ia dapat
dikenal dengan ciri-ciri sebagai berikut: jujur, baik hati, penuh kasih,
sabar, mampu menahan diri, dan mempunyai rasa terimakasih.
(Sumber: buku Prema Vahini, halaman 14)
Aku telah datang untuk menjelaskan sifat bajik yang dimiliki oleh bhakta
sejati-Ku, dia memiliki:
Mata yang berseri-seri dan menenangkan,
Mata yang secara terus menerus mencari-Ku (melihat hanya Tuhan),
Mata yang memiliki kasih dan cinta,
Mata yang memperlihatkan ketetapan hati untuk selalu jujur,
Mata yang terfokus kepada tujuan (Tuhan),
Senyuman yang menunjukkan kepercayaan akan keputusan-Ku,
Senyuman yang menunjukkan bahwa tiada rasa sakit yang menyakitkan
hatinya,
Senyuman yang meluluhkan dan memenangkan semuanya,
Senyuman yang mengucapkan semua ajaran-Ku,
Senyuman yang selalu bermakna (kebaikan),
Tangan yang melayani,
Tangan yang tidak pernah lelah,
Tangan yang hanya memberi dan tidak pernah mengambil,
Tangan yang memikul segala beban semua mahluk,
Tangan yang tegas namun juga penuh cinta kepada semua mahluk,
Hati dimana didalamnya Aku bersinar,
Hati dimana melaluinya Aku berbicara,
Hati yang tidak pilih kasih atau membeda-bedakan,
Hati yang selalu berdenyut, denyutan yang memanggil nama-Ku,
Hati yang berbicara dengan bahasa-Ku (bahasa kasih, penuh kelembutan),
Hati dimana Aku menetap.
(Sumber: buku “Sai Darshana”, halaman 111)
VASANA ATAU VAASANAAS
Dorongan yang timbul dari dalam diri untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu yang berasal dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
individu atau jiwa di masa lampau, dimana didalamnya terkandung berbagai
macam hal, yaitu hal yang disukai dan hal yang tidak disukai.
Vasana inilah yamg membentuk watak seseorang, dan untuk mencapai
mukti atau moksa atau pembebasan sehingga mencapai kebahagiaan abadi
(MENYADARI BAHWA KITA ATMAN, YANG MENGATASI SEGALA SIFAT ATAU
NIRGUNA), maka vasana ini harus dibakar habis, dimana Swami mengatakan
membakarnya adalah dengan sadhana dimana namasmarana adalah salah
satunya selain juga satsang atau berkumpul dengan pergaulan yang baik
dan mulia atau dengan kata lain bergaul dan berada di bawah naungan
KEBENARAN.
KASIH
Aspek ajaran Swami yang paling mendalam dan sulit dipahami adalah
kasih. Cara untuk memahami lingkaran di sekitar persoalan yang sulit itu
ialah dengan latihan spiritual seperti meditasi, mengulang-ulang nama
Tuhan, berbicara dengan orang-orang yang baik, menjauhkan pikiran dari
hal-hal yang buruk, dan sebagainya. Latihan-latihan spiritual itu sendiri
sebetulnya tidak mempunyai nilai. Yang benar-benar bernilai hanyalah kasih.
Sifat kasih sejati adalah memberi dan bukan menerima. Kasih sejati itu
murni, tanpa mementingkan diri, bebas dari kesombongan, dan penuh
kebahagiaan. Pokok ajaran Swami mengenai cara hidup di dunia ini adalah
melihat kenyataan sejati di dalam diri setiap manusia – yaitu Tuhan – dan
mengasihi kenyataan itu, dengan tidak menghiraukan semua kelakuan, sifat,
perbuatannya yang tidak benar, serta ciri-ciri khas orang itu. Mengasihi
Tuhan di dalam diri seseorang yang kita hadapi adalah kasih spiritual dan
bukannya cinta badaniah. Walaupun kita berusaha melihat Tuhan dalam
segala mahluk, itu tidak berarti bahwa dalam hubungannya dengan sifat
duniawi mahluk tersebut kita selalu memaafkan, mengagumi, atau tidak
menegur kelakuan buruk duniawinya. Walaupun kita melihat, mengasihi, dan
sungguh memperhatikan Tuhan dalam diri seseorang itu, orang itu harus
ditegur, perhatiannya harus diarahkan untuk memperbaiki kelalaiannya,
kelakuannya yang tidak pantas, cacat celanya, dan sebagainya.
Sesungguhnya hal itu bukanlah suatu kekejaman. Yang penting dalam hal ini
adalah maksud dan tujuannya.
Mengapa manusia sulit sekali mengenali dan memahami kasih? Adalah
karena hati manusia sekarang telah mandul dan terkotorkan. Hati dipenuhi
dengan segala jenis keinginan dan tiada tempat lagi bagi kasih yang murni,
tanpa cela untuk masuk. Hanya setelah kelekatan duniawi dibuang dari hati
maka akan ada ruangan bagi kasih sejati untuk tinggal di dalamnya dan
tumbuh.
Meskipun kasih itu ada dalam setiap sel manusia, ia tidak menyatakan
diri karena hati yang kotor. Seorang manusia tanpa kasih dalam hatinya
adalah sama baiknya dengan kematian. Oleh karena itu, milikilah kasih bagi
semuanya. Bagikan kasihmu bahkan kepada mereka yang kurang
mengasihi. Dalam setiap tindakan didalam kehidupan sehari-harimu,
nyatakan kasihmu. Inilah jalan termudah menuju kesadaran Tuhan. Tapi
mengapa orang-orang tidak mengambil jalan itu? Ini dikarenakan mereka
terpengaruh dengan salah pengertian berkaitan dengan cara untuk
menghayati Tuhan. Mereka menganggap Tuhan sebagai wujud yang jauh
yang hanya dapat dicapai dengan latihan rohani yang berat. Perbaiki
pandanganmu yang keliru maka engkau akan mengalami Tuhan dalam
segala hal. Berbicaralah dengan kasih, bertindaklah dengan kasih,
berpikirlah dengan kasih dan lakukan setiap tindakan dengan hati yang
dipenuhi dengan kasih. Tidak perlu membilang manik-manik (japa) atau
duduk bermeditasi, sedangkan pikiranmu disibukkan dengan persoalan
duniawi. Japa yang harus kaulakukan adalah selalu mengingatkan dirimu
akan Tuhan dalam dirimu, inilah pesan tertinggi dari Weda.
Sadarilah bahwa jalan kasih adalah yang termudah, termanis dan jalan
yang pasti menuju Tuhan.
Diambil dari buku Swami yang berjudul “Percakapan Dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba” oleh Dr. John S. Hislop dan wacana Swami No. 12 Volume. XI/ November 1996.
Wacana Bhagawan Sri Sathya Sai Baba tentang Pemuda, Bangsa dan Negara
Tugas Utama Manusia
Pemuda pemudi terkasih,
Ini bukanlah saatnya untuk bersantai. Jangan membuang-buang waktu. Bangunlah dari tidur egoisme serta kepicikan dan bertekadlah untuk mengabdi bangsa. Lakukan segala kegiatan dengan menghargai dan menjungjung tinggi kehormatan bangsamu. Pahamilah misteri dibalik kelahiran sebagai manusia. Setiap orang mempunyai tujuan. Tidak pantaslah jika kaum muda melupakan Tuhan dan tujuan hidup manusia, serta
membuang–buang waktu untuk mengejar berbagai hal yang bersifat fisik dan materiil. Kaum muda harus mengungkapakan sifat-sifat kemanusiaan dengan meningkatkan keluhuran budi serta melakukan dharma bhakti bagi masyarakat. Mereka harus melaksanakan kewajibannya dengan tulus, dan menegakkan budaya pusaka negeri ini dengan melaksankan serta menyebarluaskan nilai-nilai aslinya. Namun, kaum muda modern mengabaikan kewajibannya kepada bangsa. Mereka tidak mengutamakan kemajuan dan kesejahteraan negerinya. Pertama-tama mereka harus mengerti bahwa kesejahteraan individu terletak pada keamanan dan keselamatan bangsa.
(Sai Baba, Sport & Meet Day 14/01/2000, Sabda Sathya Sai 33 hal 15)
****^-^****
Masa Depan Suatu Bangsa
Masa depan suatu bangsa dan negara tergantung pada youth (kaum muda). Kekuatan para youth terletak pada semangat patriotismenya. Tugas atau kewajiban utama para pemuda adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat . Kekuatan fisik dan mental para youth merupakan fondasi dimana berdirinya suatu bangsa/negara. Sadari dan bangunkanlah dirimu dari sifat-sifat mementingkan diri sendiri dan pandangan sempit, bulatkanlah tekadmu untuk bekerja demi kemajuan bangsa. Laksanakanlah semua aktivitasmu sembari tetap menjaga nama baik bangsa. Sungguh amat disayangkan sekali apabila para youth melupakan Keilahian dan tujuan hidupnya sembari menyia-nyiakan waktunya dalam memenuhi keinginan fisik dan materialistik semata. Para youth seyogyanya mengekspresikan kualitas kemanusiaan melalui karakternya yang luhur serta melalui tindakannya yang senantiasa memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka (youth) harus menyadari bahwa kesejahteraan individu adalah tergantung pada keselamatan dan keamanan bangsa.
(Sai Baba, Thought For The Day 22/11/2007)
****^-^****
Tingkatkan Semangat Cinta Tanah Air
Kaum muda harus bertekad melenyapkan kemiskinan, penderitaan, dan ketidakadilan di negeri ini. Hal ini hanya dapat dicapai dengan meningkatkan pikiran yang suci, mengikuti kebenaran, kebajikan, dan keadilan, serta menyadari bahwa Tuhan ada dimana-mana.
Kalian adalah para pembebas negeri ini. Berlindunglah kepada Tuhan, berdharama bhaktilah kepada negerimu, dan bertekadlah untuk menuliskan bab keemasan dalam sejarah tanah airmu. Itulah intisari pendidikan yang benar. Jangan membanggakan pengetahuan yang diperoleh dari buku. Pengetahuan dari buku hanya membantu dalam mencari nafkah. Hal itu tidak akan memberikan kebijaksanaan yang menyeluruh. Lakukan segala kegiatanmu dengan iman kepada Tuhan, maka engkau pasti akan sukses. Karena itu, jangan belajar sekedar untuk memperoleh gelar.(Sai Baba, Sport & Meet Day 14/01/2000, Sabda Sathya Sai 33 hal 22)
****^-^****
Engkau harus meningkatkan perasaan kebangsaan dan cinta tanah air. Kaum muda masa kini tidak mempunyai semangat kebangsaan. Ini disebabkan oleh pengaruh para politikus yang lebih mengutamakan kepentingan peribadi dan kepentingan negara. Akan tetapi engkau harus siap mengorbankan hidupmu bagi negara. Ini harus menjadi ideal dalam hidupmu. Jika engkau mengembangkan cita-cita luhur seperti itu, pasti engkau akan menghyati Tuhan. (Sai Baba, Upanayana 10/02/2000, Sabda Sathya Sai 33 hal 56)
****^-^****
Negaramu dan badan jasmanimu tidaklah saling berbeda satu sama lainnya. Kedua-duanya terbentuk dari lima macam unsur/elemen (tanah, air,
api, udara dan ether) dan saling berkaitan serta saling berketergantungan. Ibaratnya adalah seperti pasangan bayangan cermin. Cobalah untuk memahami kebenaran ini. Kaum muda hari ini akan menjadi pemimpin di masa depan. Apabila kita menghendaki masa depan yang makmur, maka para pemuda harus melaksanakan tugas & kewajibannya dengan penuh keyakinan kepada Tuhan. Engkau adalah bagian dan pemilik negara ini. Bagi mereka yang masih malu-malu untuk menyatakan secara bangga bahwa ini adalah tanah-airku, ini adalah bahasa-ku, ini adalah agama-ku – orang-orang seperti ini tak ada bedanya dengan mayat hidup. Setiap orang, tak peduli dari negara manapun, harus memiliki sikap patriotisme di dalam hatinya.
(Sai Baba, Thought For The Day 15/08/2007)
****^-^****
Jangan Pernah Meninggalkan Tanah Airmu
Jangan menghabiskan seluruh masa hidupmu untuk memperoleh berbagai gelar. Segenap kemampuan baik fisik, mental, maupun spiritual berasal dari Tuhan. Abdikan kemampuan itu kepada Tuhan. Tuhan adalah pemberi dan juga penerima. Beliaulah yang mengalami dan juga yang dialami. Pahami kebenaran bahwa segala sesuatu baik atau buruk, terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan. Jangan keranjingan ingin meraih berbagai gelar, pergi keluar negeri dan mengumpulkan harta. Kekayaan yang sejati berada didalam dirimu. Jangan pernah mengabaikan dan meninggalkan tanah tumpah darahmu. Hanya karena ibumu tidak cantik, dapatkah engkau meninggalkannya dan menganggap wanita lain yang lebih cantik sebagi ibumu? Jika engkau lebih menyukai negara lain dari pada tanah airmu sendiri, sama saja engkau melakukan hal itu.
“Janani jadma bhumishca svargadapi gariyasi”
Artinya : ‘Ibu dan ibu pertiwi lebih mulia dari surga’
****^-^****
Karena itu, engkau harus mencintai tanah tumpah darahmu. Tingkatkan deshabhimanam ‘semangat cinta tanah air’ bukan
dehabhimanam ‘kelekatan pada tubuh’.
****^-^****
Rasa cinta terhadap negara merupakan basis
Tempat engkau membangun cinta kasih
untuk masyarakat dunia
(Sai Baba, Sport & Meet Day 14/01/2000, Sabda Sathya Sai 33 hal 24)
****^-^****
“Hanya ada satu negara yang pantas menjadi negaraku. Ia tumbuh dengan perbuatan
dan perbuatan itu adalah perbuatanku.”
(Bung Hatta, Pledoi di Pengadilan Den Haag, Belanda 1928)
****^-^****
~~Sembah Sujud pada Tanah Airku Indonesia~~
Makna Gayatri Mantram
Semua orang harus mencantingkan Gayatri. Gayatri melampaui berbagai rintangan seperti kasta, komunitas, jenis kelamin, kewarganegaraan, waktu dan tempat. Adalah sebuah mantra yang boleh diulangi oleh semua orang. Ada 3 (tiga) aspek utama dalam mantra Gayatri.
Yang pertama, engkau harus tahu bahwa Bhur, Bvah, Svah, bukanlah suatu dunia yang terpisah satu dengan yang lainnya. Engkau pikir “Bhur, Bvah, Svah” adalah 3 dunia yang berbeda. Merupakan suatu kesalahan untuk berpikir seperti itu. Mereka ada didalam dirimu. “Gayamulu” berarti indra (indria). Oleh karena Gayatri berkaitan dengan pengontrolan indria, maka disebut demikian. Tubuh memiliki indra pemahaman dan kegiatan. Aspek pertama dari Gayatri ini disebut dengan “materialisasi” (penciptaan) atau Gayatri.
Tubuh dapat berfungsi jika ada prinsip kehidupan didalamnya. Kegiatan bergetar adalah berkaitan dengan kehidupan. Oleh karenanya, prinsip kehidupan bergetar didalam tubuh, sehingga tubuh dapat berfungsi atau bekerja sebagaimana mestinya. Aspek kedua dari Gayatri , yang merupakan daya hidup, disebut dengan getaran atau Savitri.
Aspek ketiga dari Gayatri adalah suara terpenting Omkara yang disebut dengan Saraswati, yang menyembur keatas dari pusar. OM merupakan kombinasi (campuran) dari tiga suara, “A”, “U”, dan “M”. “A” diucapkan dari pusar, “U” dimulai dari kerongkongan, “M” keluar dari bibir. Soham dicantingkan (diucapkan secara terus menerus) didalam proses bernafas kita, walaupun kita mungkin tidak menyadarinya. Ini disebut dengan “Japa Gayatri”. Ketika kita menarik nafas, kita membuat suara “so” dan ketika kita menghembuskan nafas, suara “ham” timbul. Mantra Soham diulangi sebanyak 21,600 (duapuluh satu ribu enam ratus) kali dalam proses pernafasan kita. Didalam mantra Soham, suara kedua dalam “so” adalah o, dan suara kedua dalam “ham”, adalah m. Berdua mereka membentuk OM.
Oleh karena itu, pada tingkat tubuh adalah Gayatri, materialisasi (penciptaan). Sebagai prinsip kehidupan, adalah Savitri, getaran, dan akhirnya sebagai kepala dari sumber suara, adalah Saraswati, radiasi (pemancaran). Ini merupakan tiga aspek dari mantra Gayatri. Dengan kata lain, kekuatan atma, sumber ilahi, adalah radiasi (pancaran) (Saraswati), yang memasuki tubuh sebagai vibrasi (getaran) atau prinsip hidup (Savitri), sehingga tubuh yang terbuat dari unsur-unsur material menjadi berfungsi yang disebut dengan materialisasi (Gayatri).
GAMBAR PERJALAN (PROSES) GAYATRI:
Anil Kumar bertanya : Swami! Beberapa orang menginginkan kita untuk melakukan puja, beberapa menyarankan dhyana (meditasi), beberapa lagi menyarankan parayana (membaca kitab suci) dan yang lain menjamin bahwa kita akan mendapatkan hasil yang baik melalui japa (mengulangi nama suci Tuhan). Saya bingung tentang
RADIASI
“OM” (SARASWATI)
VIBRASI
“DAYA HIDUP”
(SAVITRI)
MATERIALISASI TUBUH BERFUNGSI
(GAYATRI)
apa yang harus saya lakukan dan yang mana yang harus saya ikuti. Tolong beri saya jawaban yang manakah yang terbaik yang harus saya lakukan dalam sadhana saya?
Bhagavan menjawab : Engkau bisa mengikuti yang mana saja dengan penuh prema (cinta), nissvardha (tanpa pamrih), chittas'uddhi (kemurnian hati), ekagrata (satu arah/ pemusatan pikiran pada satu hal “Tuhan”). Dan saranagati (pasrah diri untuk menyadari dan mengalami Tuhan). Ikutilah jalan yang cocok dengan kenyamananmu. Prosedur yang mana saja, yang timbul dari dalam hatimu dan dapat memberimu shanti (kedamaian), dan ananda (kebahagiaan sejati) dapat kau ikuti. Tetapi jangan pernah meniru. Jangan “ikut-ikutan” dengan perkataan dan jalan yang ditempuh oleh orang lain. Engkau ikuti jalan yang engkau pilih. Jika tidak, engkau akan kehilangan jalanmu juga. Peniruan adalah manusia. Tapi penciptaan (daya cipta) adalah Ilahi (ketuhanan). Seharusnya engkau tidak meniru-niru dan mengikuti “orang” lain secara buta.
Diambil dari pertanyaan ke 149 di SATYOPANISAD VOL:II
AHIMSA
(STUDY CIRCLE TGL 14 JULI 2009)
Peminat kehidupan rohani harus menggunakan kata-kata yang sangat halus, manis, benar, dan menyenangkan. Orang semacam itu dapat dikenal dengan mudah karena sifat-sifat baiknya. Pikirannya adalah Mathura, hatinya adalah Dwaraka, dan badannya adalah Kasi. Di kaki gerbang yang kesepuluh ia dapat menyadari penerangan bathin yang tertinggi. Tetapi semua usahanya tidak akan ada gunanya bila hatinya tidak murni. Lihatlah ikan, selamanya tinggal di dalam air, tetapi dapatkah ia melepaskan dirinya dari bau yang anyir? Tidak. Dengan demikian, tidak menjadi soal betapa pun banyaknya latihan spiritual (sadhana) yang engkau tempuh untuk memurnikan pikiran dan perasaanmu, bila hatimu penuh dengan egoisme (rasa keakuan), engkau tidak akan pernah melepaskan diri dari keinginan dan hawa nafsu.i
Pikiran manusia menyukai objek-objek dunia lahiriah dan senang mengamati serta mengkritik dunia luar tanpa tujuan. Jadi, bagaimana pikiran semacam itu dapat dilatih agar mantap dan terpusat? Faedah apa yang engkau peroleh bila kau habiskan waktumu untuk mencari cacat cela dan kelemahan orang lain? Karena itu, langkah pertama pada jalan spiritual adalah upaya untuk mencari cacat cela serta kelemahan kita sendiri. Berjuanglah untuk memperbaiki hal itu dan berusahalah menjadi sempurna.ii
Ahimsa tidaklah hanya berarti “tidak melukai mahluk hidup”. Engkau harus tidak menyebabkan sakit walaupun hanya dengan sebuah kata, sebuah pandangan atau gerak tubuh. Toleransi, ketabahan, keseimbangan (ketenangan hati) -- mereka membantumu untuk menetap dalam ahimsa. Mereka akan memindahkan semua kesempatan yang engkau mungkin miliki untuk menyebabkan sakit bagi orang lain. Hal ini dinamakan “sahana” (kesabaran) atau “kshama” (pemaaf/ tindakan memaafkan). Beri nilai (simpan) hal baik yang pernah orang lain berikan (lakukan) atau katakan tentang dirimu, dan tumbuh
i Diambil dari buku Prema Vahini (Pancaran Kasih Ilahi), halaman 48.ii Diambil dari buku Prema Vahini (Pancaran Kasih Ilahi), halaman 5.
kembangkan ketabahan dan pemahaman untuk menghargai tingkah laku mereka (orang lain) dan ampuni kesalahan mereka. Kapasitas (kemampuan) ini adalah sama nilainya dengan kebenaran, kebajikan, kebijaksanaan, tanpa kekerasan, penolakan (akan hal-hal yang bersifat duniawi/ material), kegembiraan dan kasih. Inilah semua hal yang perlu dikuasai (disadari dan dilaksanakan) oleh seseorang demi kemajuan spiritualnya.iii
“Dia (seseorang/ orang lain) marah padaku, dia menyerangku, dia mengalahkanku, dia merampokku”
Mereka yang memiliki pikiran seperti ini, tidak akan pernah bebas dari kebencian.
“Dia marah padaku, dia menyerangku, dia mengalahkanku, dia merampokku”
Mereka yang tidak memiliki pikiran seperti ini, sudah pasti akan bebas dari kebencian.iv
Janganlah melihat keburukan; lihatlah kebaikan
Janganlah mendengar keburukan; dengarlah kebaikan
Janganlah berbicara yang buruk; berbicaralah kebaikan
Janganlah berpikir yang buruk; berpikirlah yang baik
Janganlah berbuat keburukan, berbuatlah kebaikan
Inilah jalan menuju Tuhanv
Bhakta telah berkumpul disini dari Malaysia, Singapura, Hongkong, Indonesia, Taiwan dan Jepang. Engkau mungkin datang dengan banyak masalah dan kecemasan. Tingkalkan mereka semua disini dan kembalilah ketempatmu dengan hati yang dipenuhi dengan kebahagiaan sejati (bliss). Tinggalkan semua pikiran dan perasaan burukmu, dan penuhi dirimu dengan iii Sabda Swami pada tangal 17 Februari tahun 1980iv Diambil dari Selections from the World's most sacred Literature, Eknath Easwaranv SSB, 11.05.1998, SS, Vol.41 No.6.
kedamaian dan kebahagiaan Prasanthi Nilayam.... Pikirkan hanya Tuhan. Tidak ada yang lebih penting dari itu.vi
vi Diambil dari wacana Swami pada perayaan Tahun Baru China di Prasanthi Nilayam, tanggal 5 Februari, 1998