study circle report bner

86
STUDY CIRCLE Tata Cara Pelaksanaan, Contoh Diskusi dan Materi Tambahan Youthvikas SSG Denpasar

Upload: saiyouthdps

Post on 15-Jun-2015

169 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Study Circle Report Bner

STUDY CIRCLE

Tata Cara Pelaksanaan, Contoh Diskusi

dan Materi Tambahan

Youthvikas SSG Denpasar

2009

Page 2: Study Circle Report Bner

STUDY CIRCLES

Dari situs resmi Prasanthi Nilayam (www.sathyasai.org)

A. Apa Itu Study Circle?

Itu bukan sekedar membaca buku. Circle (lingkaran), belajar dalam

bentuk lingkaran berarti mengambil suatu topik atau pokok pembicaraan

dan setiap orang mendiskusikan apakah makna hal itu bagi mereka. Seperti

konfrensi meja bundar. Setiap orang mengutarakan pendapatnya, dan

akhirnya disimpulkan nilainya. Jika hanya membaca, akan timbul keraguan.

Tapi bila setiap orang memberikan pandangan atau pendapatnya, keraguan

akan terjawab. Persoalannya dibicarakan, dan kelompok belajar

membahasnya dari segi yang berlainan. Ini seperti berlian yang mempunyai

segi yang berbeda-beda, tetapi ada satu segi yang datar, segi paling atas,

dan dari sini semua dapat dilihat. Menemukan segi utama itulah tugas

kelompok belajar.

Wejangan Swami atau kitab suci lain dapat digunakan. Ambillah suatu

topik atau pokok pembicaraan. Setiap orang harus memikirkannya,

kemudian diskusikan, dan dapatkan titik akhir yang mengurangi keraguan.

Jika yang membaca hanya satu orang, hanya satu makna yang akan didapat.

Setelah semua pendapat dan semua kesalahpahaman dikeluarkan dan

dijelaskan, anggota kelompok belajar akan mendapat keyakinan. Hal ini

tidak dapat disangsikan lagi. Jika setiap orang hanya membaca, ini bisa

berlangsung setahun atau dua tahun, kemudian akan timbul alergi

membaca. Center-center harus mempunyai studi grup dengan cara ini, dan

tidak seorang pun merasakan waktu berlalu. Setiap orang akan

Page 3: Study Circle Report Bner

mendengarkan dengan penuh minat dan banyak yang akan mengutarakan

pendapatnya. Kitab Injil, Quran, Gita, dan buku-buku Swami bisa digunakan.

Yang diperlukan yaitu kelompok belajar. Berputar. Setiap orang harus

mendapat kesempatan. (Percakapan Dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba,

oleh: John Hislop, halaman 154)

Praktekkan Apa Yang Telah Engkau Pelajari (Discourse, 30 January

1985)

Sebuah kelompok belajar dalam bentuk sebuah lingkaran (study circle)

bukan berarti hanya membaca, berdiskusi dan memasukkan informasi-

informasi kedalam kepala, tapi juga melakukan apa yang telah dipelajari

(dari study circle tersebut). Jika pengetahuan dimasukkan ke dalam pikiran,

hal itu menyebabkan kebingungan, dan kebingungan menghalangi

terjadinya persatuan (diantara kita, para sadhaka/ anggota study circle).

Bagaimana mungkin sebuah pengetahuan sejati atau kebijaksanaan spiritual

terbangun jika terdapat banyak kebingungan? Contohnya, jika kalian terus

makan selama 24 jam tanpa henti, itu akan mengakibatkan kerusakan/

ketidakssanggupan pada pencernaan. Hal ini akan menyebabkan timbulnya

penyakit. Apa yang dimakan haruslah dicerna dengan sempurna terlebih

dahulu dan barulah kita dapat makan lagi. Sama halnya dalam study circle.

Sekarang apa yang kalian lakukan hanyalah memasukkan dan memasukkan

dan tidak membongkar/ mencernanya. Seberapa lama engkau bisa bertahan

dengan sistem seperti itu? Jadi, kalian haruslah memasukkan dan

mencernanya, mendengarkan dan melaksanakannya. Kalian harus

mempraktekkan apa yang sudah kalian pelajari. Hanya dengan demikian

study cirlce yang sesungguhnya terwujud.

Sangatlah Penting Untuk Mempelajari Sifat Alamimu

Page 4: Study Circle Report Bner

Didalam Study Circle, apapun (pengetahuan sejati) yang kita dengarkan

dan pahami di dalam pikiran kita harus dibagi kepada yang lain. dengan

begitu kita telah menunjukkan rasa terimakasih pada apa yang telah kita

dapatkan (pengetahuan sejati). Kita tidak boleh hanya mendengarkan dan

menyimpannya hanya untuk diri kita demi keuntungan kita sendiri saja.

Apapun yang telah kita dengarkan dan laksanakan haruslah dibagikan

kepada masyarakat umum. Rasa terimakasih yang seperti itu sangat penting

bagi manusia. Jika seseorang tidak memiliki rasa terimakasih, dia menjalani

hidup seperti binatang. Bahkan seekor anjing bisa menunjukkan rasa

terimakasih jika engkau memberinya sedikit nasi. Dalam organisasi Sathya

Sai, ingatlah ini dalam pikiranmu, kita harus menegakkan, memelihara dan

membangun persatuan dan membantu dunia. Organisasi lain mungkin tidak

mengerti hakekat ini, tapi dalam organisasi kita, kita harus memahami dan

melaksanakan hakekat ini, jika tidak ini hanyalah membuang-buang waktu,

tidak ada gunanya. Oleh karena itu kalian haruslah menjadi ideal bagi yang

lain.

Didalam study circle kalian dapat mempelajari berbagai hal, tapi yang

paling penting diatas segalanya yang harus dipelajari adalah kenyataan

sejatimu—Atmathathwa-mu. Mempelajari segala hal luaran tanpa

mengetahui dirimu yang sesungguhnya adalah seperti mempelajari batang-

batang dari pepohonan, mengabaikan akarnya. Ada banyak buah diatas

pohon. Kita dapat melihat buah tersebut. Apa yang terjadi jika kalian

menyirami buah tersebut? Mereka akan jatuh. Tapi jika kalian menyirami

akarnya yang berada di bawah, pohon akan menjadi penuh bunga dan akan

memberikan kita buah yang dapat kita nikmati. Engkau sekalian harus

mengembangkan pengetahuan Diri sejati dan kepercayaan Diri dan hanya

dengan demikian engkau dapat menolong orang lain.

Lingkaran Penuh Atau Setengah Lingkaran? (Discourse, 3 March 1974)

Page 5: Study Circle Report Bner

Kalian telah mengikuti dan menikmati pelajaran di Dharmakshetra, dan

sibuk membaca segala tipe buku dan mendapatkan informasi dan instruksi

(perintah). Tapi, keuntungan apa yang telah kalian peroleh? Pengetahuan

tentang apa yang telah ditulis oleh penulis atau yang orang suci ajarkan

bukanlah tujuan yang harus diperoleh dari study circle yang kalian lakukan.

Bukan informasi, tapi transformasi (perubahan); bukan intruksi (perintah),

tapi pembangunan (karakter yang sempurna) yang seharunya menjadi

tujuan. Pengetahuan teori menjadi beban, kecuali jika dipraktekkan, ketika

itu memancar menjadi kebijaksanaan, dan melaksanakannya dalam

kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang tidak memberikan keharmonisan

(keseimbangan) dan persatuan dalam proses kehidupan tidaklah menjadi

sesuatu yang bernilai untuk diperoleh. Setiap kegiatan haruslah dapat

menyumbangkan suatu keabsahan dan manfaat dengan kontribusi

(sumbangan) untuk penemuan akan Kebenaran, keduanya tentang Diri

(sejati) dan Alaminya. Apalah gunanya mengetahuai segalanya tentang

alam, jika kalian tidak mengetahui apa-apa tentang Diri? Alam hanya

proyeksi (penggambaran) dari Sang Diri, oleh karena itu, hanya jika Sang Diri

diketahui, pengetahuan alam tidaklah disimpankan atau diberdayakan. Sang

Diri adalah Atma, darimana seluruh ciptaan disusun, jadi pengetahuan

tentang Sang Diri sendiri yang memuaskan dahaga manusia.

Setiap orang darimu adalah peziarah diatas jalan yang menggiringmu

menuju kedamaianmu, berdasarkan kecakapan dan tingkatanmu. Nasehat

yang diserukan pada salah satu diantara kalian atau berlaku bagi salah

seorang diantaramu mungkin tidak cocok atau tepat bagi yang lain, yang

masih berjalan sedikit atau bagi yang sudah mencapai tingkat yang lebih

tinggi (dalam sadhana/ pengetahuan Ketuhanan). Ketika Aku seseorang

untuk mengikuti salah satu sadhana, itu khusus bagi keuntungan orang

tersebut saja, janganlah mengambilnya sebagai resep untukmu kebaikanmu

juga, dengan berkata, “Swami memberitahunya ini, biarlah aku juga

mengambilnya.” Setiap orang memiliki perbedaan make up (riasan)—baik itu

Page 6: Study Circle Report Bner

secara mental, physikal, dan spiritual. Sang dokter memerintahkan pada

seorang pasien untuk meminum dadih dan melarang bagi pasien yang lain

untuk meminumnya. Ketika seseorang gemuk sekali, dia (dokter)

menasehati beberapa tipe makanan, sedangkan bagi yang kurus, dia

menyarankan tipe atau jenis makanan yang lain (untuk dimakan). Jika dokter

yang mengurus penyakit badan harus menulis resep obat yang berbeda-

beda, bagaimana lebih khusunya dan personalnya (pribadinya) obat bagi

kondisi mental dan kerinduan spiritual seseorang.

Kecuali jika engkau melakukan pemeriksaan dengan sungguh-sungguh,

engkau tidak bisa menemukan jawaban yang dapat digunakan untuk

perangai dan permasalahanmu. Belajarlah dengan iman dan bhakti.

Selidikilah kedalaman dan arti dari apa yang engkau membaca, dan

selalulah melakukan tujuan dari semua ini yaitu dengan melaksanakan apa

yang telah engkau baca. Sebelum engkau melakukan hal ini, study circle

hanya akan menjadi “setengah lingkaran” selama-lamanya, tidak bisa

menjadi lingkaran penuh. Dan, perhatikan satu point lagi. Jangan membatasi

studi (pelajaran)mu hanya pada lingkaran dan buku-buku saja. Keseluruhan

alam semesta adalah universitas untukmu. Engkau dapat meminum

kebijaksanaan dari langit, awan, pegunungan, sungai, gejala matahari

terbenam dan matahari terbit yang terjadi setiap hari, musim, burung-

burung, pohon, bunga, serangga---sesungguhnya, semua mahluk dan

berbagai hal dalam alam.

Pendidikan Dalam Era Sai

Belajar lingkaran adalah SUATU BAGIAN YANG TAK TERPISAHKAN

dari kegiatan atau aktifitas organisasi Sai. Beberapa bhakta,khususnya yang

baru, mungkin tidak mengetahui tujuan dari study circle dan bagaimana cara

Page 7: Study Circle Report Bner

kerjanya. Kutipan dari percakapan Hislop dan wacana Baba yang ditemukan

pada (atas) halaman ini akan (jadi) bermanfaat dalam menangani masalah

ini. Bagaimanapun juga, kadang-kadang melakukan workshop (loka karya)

sangat berguna dimana kita dapat membahas hal-hal penting terkait study

ciecle. Ada 4 (empat) hal penting yang perlu diketahui tentang studi circle,

yaitu:

1. Tujuan dari study circle

2. Tata cara (proses) pelaksanaan study circle

3. Aturan dari fasilitator (pembawa acara)

4. Aturan dari partisipan (pesserta) study circle.

5. Tujuan dari study circle

Tujuan dasar dari suatu study circle adalah, tentu saja, untuk membantu

kita memahami bagaimana cara menjalani kehidupan yang lebih baik dari

hari ke hari, untuk semakin dekat dengan Tuhan. Sebagaimana Swami

katakan pada suatu wacana Beliau adalah penting untuk tidak hanya

membaca dan memahami saja tetapi bagaimana menemukan sesuatu untuk

dipraktekkan. Di bawah ada beberapa daftar tujuan dari study circle:

- Belajar tentang ajaran Swami (Baba), dan dengan demikian kita

belajar lebih banyak tentang kehidupan rohani

- Belajar bagaimana ajaran Swami (telah) mempengaruhi

(mentransformasi) orang lain (bhakta lain). Hal ini dapat

mengilhami, menginspirasi kita, membantu menghilangkan

keraguan yang mungkin kita miliki, memberi kita suatu kepercayaan

yang teguh.

- Membantu kemajuan spiritual

- Melihat dari semua segi

- Memperjelas apa yang kita “pikir” kita tahu---menjernihkan

(menghilangkan) salah paham

- Saling membantu satu sama lain dalam usaha rohani

Page 8: Study Circle Report Bner

- Menemukan aplikasi (penerapan) yang praktis dari ajaran Swami

- Berbagi pengalaman

- Memperlambat studi kita tentang ajaran Swami, agar kita dapat

memikirkannya lebih mendalam.

- Lebih mendalami ajaran Baba

- Belajar bagaimana cara melksanakan ajaran Sai

- Berada dalam perkumpulan orang-orang yang baik---satsang

- Memperoleh kepercayaan dalam berbicaran di depan publik (orang

banyak)

- Menanam nilai-nilai baik didalam diri kita

- Menyetrum kembali baterai kita

- Mengajari kita kesabaran (ketika kita menunggu giliran kita)

- Menemukan jawaban atas permasalahan (melalui ajaran, bukan

melalui terapi kelompok)

- Belajar bagaimana cara menangani situasi dimana kita tidak setuju

dengan orang lain

- Belajar untuk menyatakan dirinya (mengekspresikan), mengatasi

rasa malu.

Satu point penting dari tujuan diadakannya study circle adalah indah

untuk memberikan peserta agar: menemukan sesuatu hal dalam study circle

untuk dipraktekkan dalam minggu berikutnya. Study circle seharunya tidak

hanya menjadi perpindahan pengetahuan tapi harus dapat menciptakan

atau menghasilkan perubahan dalam diri peserta.

TATA CARA (PROSES) STUDY CIRCLE

Proses secara umum adalah untuk membaca suatu

pesan, lalu kemudian bergerak melingkar, memberikan

setiap peserta untuk berkomentar mengenai pesan tersebut. Peserta harus

menahan diri untuk tidak berbicara ketika belum gilirannya.; jika ini

berlangsung sekali atau dua kali, fasilitator (pembawa acara) dapat

Page 9: Study Circle Report Bner

memakluminya, tapi jika hal itu menjadi masalah, fasilitator harus

menyetopnya.

Pada umumnya, peserta harus menahan diri dari keterangan pribadi

yang dapat menyakiti seseorang. Juga, tidak boleh berubah menjadi terapi

sosial. Dibawah ada beberapa ide yang datang dari beberapa peserta study

circle:

1. BERI PENDAPAT PADA APA ARTI YANG TERKANDUNG DALAM PESAN

(TOPIK YANG DIBICARAKAN)

2. DISKUSIKAN APA YANG KAMU TIDAK MENGERTI DARI TOPIK, DAN

BERIKAN ALASANNYA

3. SEBUTKAN PERTANYAAN DI DALAM PIKIRAN KITA YANG DIMUNCULKAN

OLEH TOPIK YANG SEDANG DIBAHAS

4. GAMBARKAN DAMPAK DARI TOPIK TERHADAP DIRIMU

5. DISKUSIKAN PENGALAMAN YANG TELAH KAMU ALAMI TERKAIT DENGAN

TOPIK

6. DISKUSIKAN BAGAIMANA DAMPAK YANG MUNGKIN DIHASILKAN OLEH

TOPIK BAGIMU DALAM SEMINGGU KEDEPAN

7. JAWABLAH PERTANYAAN YANG DIAJUKAN OLEH PESERTA.

8. OLEH KARENA TUJUAN DARI STUDY CIRCLE ADALAH TRANSFORMASI

(PERUBAHAN), BUKAN HANYA TRANSORMASI PENGETAHUAN, IDE

DIATAS SANGAT BAIK. MENDEKATI AKHIR DARI STUDY CIRCLE,

DISKUSIKAN BAGAIMANA AJARAN YANG DIDAPATKAN DALAM STUDY

CIRCLE DAPAT DIPRAKTEKKAN DALAM SEMINGGU KEDEPAN. LIHAT

BAGAIMANA KELOMPOK DAPAT MENGASAH SUATU AJARAN ATAU

PRINSIP DARi SWAMI. PADA STUDY CIRCLE YANG BERIKUTNYA, HARUS

DIMULAI DENGAN BERGERAK MELINGKAR DAN BAGAIMANA TANGGAPAN

PESERTA TENTANG PELAKSANAAN MEREKA DARI AJARAN SWAMI YANG

DIBAHAS STUDY CIRCLE SEBELUMNYA DAN BAGAIMANA DAMPAKNYA

BAGI MEREKA.

Page 10: Study Circle Report Bner

TUGAS FASILITATOR (TUGAS PEMBAWA ACARA)

Pembawa acara bisa siapa saja. Menjadi pembawa acara yang baik

membutuhkan latihan, merupakan suatu keahlian yang perlu dipelajari.

Dibawah ada beberapa point (topik) yang dapat dipakai dalam study circle,

daftar ini hanya sebagai ilustrasi:

1. PILIHLAH SUATU TOPIK YANG DAPAT DIMENGERTI OLEH SEMUANYA,

FOKUS PADA AJARAN SWAMI, WALAUPUN MATERI YANG BERASAL DARI

MATERIAL TRADISIONAL (BUDAYA DAERAH/ LOKAL) JUGA DAPAT

DIPAKAI. TAPI AJARAN SWAMI SUDAH CUKUP UNTUK KITA PAKAI SELAMA

BERTAHUN-TAHUN

2. MUNGKIN COPY DARI MATERI YANG AKAN DIBAHAS BISA DIBERI KEPADA

PESERTA. TIDAK BOLEH TERLALU PANJANG

3. HEMAT KERTAS, DARIPADA MEMBUAT COPY, ADA BAIKNYA DIPAKAI

TRANSPARASI PROJEK ATAU LAYAR KOMPUTER UNTUK DIBACA

4. BERSIAPLAH, PELAJARILAH MATERI, DAN MILIKI MATERI LAIN YANG

MASIH RELEVAN JIKA DIBUTUHKAN

5. PERSIAPKAN ARTI DARI KATA SANSEKERTA YANG MUNGKIN DIGUNAKAN

6. TETAP JAGA DISKUSI AGAR BERADA DIBAWAH KONTROL, TETAP JAGA

PERGERAKAN AGAR MELINGKAR, BERIKAN SETIAP ORANG KESEMPATAN,

INI DAPAT MERELEKKAN SESAAT, JIKA SESEORANG INGIN MENJAWAB

PERTANYAAN DIPERSILAKAN, TAPI TETAP BERADA PADA JALUR

7. FASILITATOR HARUS MEMFASILITASI (MEMBERIKAN LAYANAN/

BANTUAN), JAGA KELOMPOK AGAR TETAP FOKUS PADA TOPIK, JAGAR

AGAR TETAP BERJALAN, JIKA TERASA LAMBAT, LANJUTKAN PADA PESAN

ATAU TOPIK YANG BERIKUTNYA.

8. GUNAKAN HUMOR (LELUCON)

Page 11: Study Circle Report Bner

9. MILIKI PENGALAMAN MENGENAI TOPIK UNTUK DICERITAKAN, JIKA

DIBUTUHKAN

10. CIPTAKAN SUASANA YANG MEMBUAT PESERTA MERASA NYAMAN.

GUNAKAN HUMOR, KONTAK MATA (YANG LEMBUT)

11. JADILAH PEMIMPIN YANG SOPAN, JANGAN BIARKAN PESERTA BERBICARA

TERLALU BANYAK, LIHAT WAKTU (MAKSIMAL 2 MENIT ATAU LEBIH,

TERGANTUNG SITUASI)

12. HINDARKAN MASALAH PRIBADI

13. KETAHUI PETUNJUK ORGANISASI

14. BAGI YANG TIDAK BERPARTISIPASI. JIKA SESEORANG (SALAH SATU

PESERTA) TIDAK IKUT BERDISKUSI DALAM JANGKA WAKTU YANG LAMA

(6 BULAN MUNGKIN?!), MUNGKIN SESEORANG PERLU BERBICARA

DENGANNYA SECARA PRIBADI TENTANG BAGAIMANA KEUNTUNGAN JIKA

KITA BERPARTISIPASI DALAM STUDY CIRCLE, JIKA SESEORANG TETAP

TIDAK BERPARTISIPASI BIARKAN SAJA, ITU ADALAH PILIHAN MEREKA.

Page 12: Study Circle Report Bner

TUGAS PESERTA

Study circle bukanlah suatu persentasi yang

dilakukan oleh satu orang saja. Pada waktu puncaknya,

akan membuat semua peserta berpartisipasi. Berikut

beberapa contoh tugas dari peserta study circle:

1. PERSIAPKAN DIRI, JIKA TOPIK DIUMUMKAN

2. BERPARTISIPASILAH! BERBICARALAH!

3. PERHATIKAN SECARA PENUH JIKA MATERI SEDANG DIBACAKAN! SILAKAN

TANYAKAN JIKA ADA YANG BELUM DIMENGERTI

4. PERHATIKAN SECARA PENUH APA YANG PESERTA LAIN SEDANG

KATAKAN

5. BAGILAH PENGALAMANMU YANG BERKAITAN DENGAN TOPIK

6. TANYAKAN PERTANYAAN YANG MUNCUL

7. FOKUS DAN UNGKAPKAN INTINYA (TO THE POINT), TETAP BERADA PADA

TOPIK

8. MILIKKI KESABARAN, TUNGGU GILIRAN

9. KATAKAN “PAS” JIKA TIDAK ADA YANG INGIN KAMU UTARAKAN

10. MILIKILAH KETERBUKAAN PIKIRAN (JANGAN TERTUTUP)

11. BERBICARALAH DARI HATI BUKAN DARI KEPALA

12. HINDARI ISU POLITIK

13. JANGAN JADIKAN INI MASALAH PRIBADI, JANGAN BERUSAHA

MENYERANG APA YANG PESERTA LAIN KATAKAN

14. JANGAN JADIKAN ACARA TERAPI SOSIAL

15. JANGAN MEMAKAN WAKTU YANG TERLALU LAMA

16. JANGAN BERBICARA, KECUALI ADA HAL POSITIF YANG INGIN

DIUNGKAPKAN

Page 13: Study Circle Report Bner

17. HINDARI PENGULANGAN, JANGAN HANYA SEKEDAR MENGULANGI APA

YANG TELAH DIKATAKAN OLEH PESERTA LAIN

18. JANGAN MEMPERTUNJUKKAN SUATU KONTES INTELEKTUAL (AJANG

MEMPERTONTONKAN KECERDASAN INTELEKTUAL)

19. JANGAN BERDEBAT, JANGAN MENGHAKIMI PESERTA LAIN

20. INGAT TUJUANNYA ADALAH TRANSFORMASI ATAU PERUBAHAN BAGI

DIMU SENDIRI

21. DUKUNGLAH PEMBAWA ACARA.

Page 14: Study Circle Report Bner

Report Study Circle

STUDY CIRCLE

Minggu 20 April 2009

Topik : Pelayanan

Moderator : Trisnawati, Utami

Notulen : Adi W

Apa itu seva?

Komang suparma : Seva sikap yang penuh pengorbanan

Suwedha : hal yang terpenting dalam seva adalah jujur dalam seva

Adi : seva saat dimana kita bisa memberi saat kita tidak punya

Bli sukadana : seva adalah pelaynan dengan cinta kasih untuk mengikis ego dengan dedikasi

Sutarka : Pelayanan harus tulus iklas dimana manfaatnya untuk diri sendiri. kita harus bersyukur sudah diberikan tubuh manusia digunakan untuk melayani orang lain

Sangtu : Perbuaan untuk melayani tanpa pamrih. Seva yang ideal adalah tanpa pamrih dibarengi dengan cinta kepada Tuhan walaupun itu kecil

Bli alit : upaya untuk memurnikan hati kita

Tu de : kegiatan apapun yang dilandasi dengan kesadaran kasih adalah seva

Supa : seva adalah kewajiban yang harus kita jalani sebagai manusia

Sang Ayu : kegiatan apapun yang kita lakukan dengan tulus iklas kepada Tuhan

Gung Alit : yang harus kita layani adalah setiap orang

Page 15: Study Circle Report Bner

Indrayani : seva itu berpikir berbuat dan berbicara tanpa beban ke. Mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk kpentingan orang lain dengan dilandasi cinta kasih

Apa tujuan seva dan manfaatnya?

Trisna : untuk melihat orang lain lebih bahagia

Vika : untuk melepaskan ego manfaatnya untuk mengembankan kasih dan memurnikan hat kita

Komang Suparma: tujuannya untuk mempererat persaudaraan, manfaatnya mengembankan cinta

Bli Suwedha : untuk melepaskan ego dan membahagiaakan orang lain

Adi Wirawan : memberikan kesempatan untuk membenahi diri dan melihat kedalam diri

Sukadana : Tujuannya untuk mengembangkan keilahian dalam diri manfaatnya adalah rasa kebahagiaan dalam diri

Sutarka : untuk mengikis ego, musuh terbesar adalah diri, dimana seva untuk memeranginya. Manfaatnya untuk menyadari kita sebagai alat dari Bhagavan.

Sugiarta : untuk memperoleh kebahagiaan

Sangtu : untuk memperoleh kahagiaan, untuk mengurangi ego

Alit : tujuan seva adalah memperingan beban kita, manfaatnya untuk memurnikan diri sehingg kita bahagia.

Tude : untuk mengenali diri kita sebagai perwujudan kasih dan menyebarkan kasih

Supa : menjadi pintu kemudahan untuk orang lain

Sang Ayu : melatih kesabaran dan memperleh kebahagiaan

Gung Alit : kita harus melayani Ibu kita, karena menurut Bhagavan melayani Ibu kita sendiri sama saja dengan melayani 10 ibu diluar. Pelayanan harus dimulai dari diri sendiri

Page 16: Study Circle Report Bner

Mega : untuk mengendalikan ego dan manfaatnya untuk menumbuhkan rasa cinta kasih kita kepada orang lain.

Masalah-masalah yang dihadapi dalam seva?

Vika : kadang kita dalam pelayanan tumbuh sidikit rasa ego,

Suwedha : kendala pasti akan selalu ada dalam seva. Kita harus jujur pada diri sendiri untuk melakukan seva jangn mencari pembenar dalam melakukan seva. Salah satu cara untuk seva pada orang tua adalah sujud kepada orang tua.

STUDY CIRCLE

10 Mei 2009

Spiritual, Kekerasan dan Aspek dari Kejujuran

1 (sister wahyuningsih):

Kejujuran : memang terasa sakit, tapi kita seharusnya berkata jujur

Ahimsa : tidak menyakiti dalam perkataan, pikiran dan perbuatan

Spiritual :

2 (vika)

Spiritual : ilmu tentang jiwa/ kejiwaan

Ahimsa : tidak menyakiti

Kejujuran : katakanlah semanis mungkin, lihat situasi

3 (tude)

Page 17: Study Circle Report Bner

Spiritual : spirit-jiwa, ritual-kegiatan, segala kegiatan yang mengarah ke

jiwa/ Tuhan

Tidak hanya sebatas doa, meditasi

Ahimsa : tanpa menyakiti, tidak menyakiti. Kejujuran yang manis adalah

ahimsa, kejujuran yang strik adalah himsa

Kejujuran : sathyam-kebenaran, suatu hal yang keluar dari hati nurani kita

sendiri

4 (bro alit)

Spritual : segala kehidupan kita adalah spiritual

Ahimsa : sulit, khusus untuk anak-anak nakal

Kejujuran : jika menimbulkan masalah jangan dibicarakan, perlu wiweka

5 (bro sudana)

Kejujuran : segala sesuatu yang kita lakukan berdasarkan hati nurani, bukan

pikiran

Spiritual : memahami siapa “saya” sesungguhnya

Ahimsa : tidak menyakiti, membuang sifat-sifat hewani, meningkatkan

pemahaman dan juga aplikasiannya

6 (bro suwede)

Spiritual : sama dengan Tude

Ahimsa : bukan sekedar tidak membunuh, tidak menyakiti lewat

perkataan (luas)

7 (bro Adi)

Kejujuran : mengatakan sesuatu tetap juga menjaga hati seseorang

Page 18: Study Circle Report Bner

Spiritual : saat kita bisa menjawab siapa “kita” dan untuk apa “kita” hidup

8 (uncle)

Ahimsa : motif kita yang penting, bhava penting

9 (bro

Spiritual : lebih melihat kedalam

Ahimsa : bicara tidak menyakiti, memikirkan juga menyakiti

Kejujuran : temen kita sering mendorong kita untuk berbuat bohong

10 (sister Surpi)

Spiritual : bagaimana engkau bisa menyatakan kejujuran

Spiritual

Ahimsa

Pengendalian diri

11 (sister

Ahimsa : tidak membunuh, kecuali itu membahayakan kita

Kejujuran : tentang rasa cinta yang terpendam kepada orang lain, tapi orang

lain yang sudah punya cewek

12 (Trisna)

Kejujuran : bagai makan buah simalakama, bagaimana jika kita jujur tapi

bisa menyakiti perasaan orang lain, bagaimana sikap kita?

Spiritual : bagaimana kita bisa melihat Tuhan didalam diri dan orang lain

Ahimsa : pembunuhan apa yang dibenarkan?

Page 19: Study Circle Report Bner

bagaimana jika kita jujur tapi bisa menyakiti perasaan orang lain, bagaimana

sikap kita?

pembunuhan apa yang dibenarkan?

Lihat situasi, pemilihan bahasa

Hati yang harus kita dengarkan, kalau kita menggunakan pikiran

Mamadharma—menjalani hidup sebagai seorang manusia

Tidak jujur membuat tidak tenang

Page 20: Study Circle Report Bner

Contoh-contoh materi /renungan yang dibagikan setelah study circle

Pelayanan—Sebuah jalur untuk pengembangan “DIRI”

Kenapa kita berpartisipasi dalam pelayanan? Apakah untuk membantu orang yang menerima pelayanan tersebut? Apakah untuk mengatasi problem dunia? Bhagavan mengatakan prinsip yang menerima manfaat dari Seva/pelayanan adalah diri kita sendiri. Secara umum, jarang ada pendapat yang mengatkan seseorang akan mendapatakan nilai-nilai di dalam diri saat berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan. Beberapa merasakan keahliannya di bidang hubangan antar personal meningkat, yang lainnya menemukan batas kesabarannya meningkat dan yang lainnya melihat mereka mengembangkan suatu keahlian baru. Memang tidak bisa diragukan manfaatnya banyak. Tetapi fokusnya bukan itu. Fokusnya lebih pada bagaimana menuju pengembangan “sang diri” melalui pelayanan (Seva).

Kitab-kitab suci kita membahas tentang Bahir Dristi, Antar Laksyam (mengerjakan pekerjaan eksternal sambil menjaga fokus pada “yang di dalam diri”). Dalam konteks ini, sementara melakukan kegiatan eksternal, kita selalu berusaha untuk menyadari nilai-nilai di dalam diri di saat yang sama! Tetapi, bagaimana hal ini bisa diperoleh? Pertama, kita harus sadar pengalaman di dalam diri lebih penting dari aktivitas eksternal. Kedua, kita harus terus waspada untuk mengarahkan kembali diri kita saat kehilangan fokus itu (--fokus pada yang internal/di dalam diri). Ketiga sebelum ikut serta dalam sebuah kegiatan, renungkan hal apa yang harus kita fokuskan.

 Sebelum ikut dalam sebuah kegiatan pelayanan, tanyakan pada diri:

Bagaimana saya menggunakan kesempatan ini? hal apa yang harus saya fokuskan?

Bagaimana cara saya mengukur tingkat kesuksesannya? Apa halangan saya dan bisakah saya menghadapinya?

Saat pelaksaanaan kegiatan, pertanyaannya adalah: 

Apakah saya hanya melayani atau saya hanya mengalami apa yang terjadi disekitar saya?

Bisakah saya menantang pikiran saya untuk melihat manfaat yang bersifat Keilahian dari kegiatan itu?

Page 21: Study Circle Report Bner

Bisakah saya lebih mebuka diri saat berhubungan dengan lingkungan atau seseorang? Bisakah saya tidak hanya bersimpati, tetapi berempati dengan baik?

Saat selesainya kegiatan pelayanan, berfokuslah pada:

Apa yang bisa saya pelajari dari kegiatan ini? Sudahkah saya benar-benar berkembang/ meningkat?

Dengan jalan apa saya mendapat manfaat dari pelayanan? Bagaimana saya bisa meningkatkannya?

Bisakah saya melanjutkan hal itu? Bisakah saya mempertahankanya?

Svami sering mengatkan kita melayani umat manusia hanya untuk melayani diri kita. Mari sadari hal ini dan jadikan ini titik fokus selama semua fase kegiatan pelayanan. (terjemahan sebuah artikel dari www.saiyouth.org)

Katakan ”ini adalah sifatku”, jangan katakan “ini adalah kewajibanku”

(Svami Vivekananda)

Sri Anil Kumar:

Spritualitas adalah tawa, kebahagiaan, tarian dan perayaan—itulah spiritualitas. Ini sebuah perayaan, ini dinamis. Oleh karenanya, keseriusan

bukanlah spiritualitas. Serius berarti sakit. Jika kamu tersenyum, tersenyumlah selalu.

***^_^***

Wacana Bhagavan tentang Namsmaranam dan Dhyana

“Di masa kini dijabarkan dalam kitab suci bahwa masa ini adalah masa yang paling tepat untuk memperoleh Pembebasan, sementara di masa lalu dianjurkan melalui jalur penebusan dosa, kini di masa Kali Yuga, hanya dibutuhkan Namasmaranam untuk mencapai Pembebasan. Saat Nama

Tuhan diingat dengan segala kejayaan-Nya, banjir kebahagiaan rohani akan memenuhi pikiran. Tuhan penuh dengan kebahagiaan dan Ia adalah

kebahagiaan itu sendiri. Semua Kebahagaiaan ini hanya dapat dicicipi melalui Nama Suci Tuhan. Rsi Vyasa mengetahui hal ini, pernah seorang

bijak datang kepadanya untuk bertanya, Yuga mana yang paling tepat agar

Page 22: Study Circle Report Bner

usaha manusia memperoleh Pembebasan tercapai. Vyasa mengantisipasi pertanyaan itu dengan berkata sendiri dengan kerasnya, “Oh betapa

beruntungnya mereka yang lahir di jaman Kali Yuga! Sangatlah mudah mendapatkan Karunia Tuhan dengan menyebut nama suci Tuhan di Jaman

Kali.”

****^-^****

“Japa dan Dhyanam berarti kau bisa memaksa Karunia Tuhan mewujud dalam wujud dan Nama Tuhan yang kau rindukan. Tuhan akan mengambil wujud sesuai dengan wujud yang kau pilih dan bayangkan. Oleh karenanya jangan mengubah Wujud dan Nama Tuhanmu, tetapi teguhlah pada Wujud

dan Nama Tuhan yang paling kau sukai, tak peduli betapapun besar kesulitan dan rintangannya.”

****^-^****

“Dalam Manusmrti disebutkan “Apapun pikiran dan perasaan yang melingkupi wanita pada masa kehamilannya, dia akan mendapatkan anak sesuai dengan tipe pikirannya itu”. Betapa hebatnya masa depan negara ini

bila para Ibu selalu menyebut Nama dan membayangkan Wujud Tuhan dipikirannya. Anak-anak yang lahir akan sekaliber Lava dan Kusha, yang

mana Dewi Sita selalu menyebut Nama Rama dibibirnya dan membayangkan Wujud-Nya dalam pikiraan”.

(Bhagavan Baba on Namasmarana)

****^-^****

“Kurangi bicara, ini akan membawamu pada kekuatan mental. Dengan meningkatnya kemampuan mentalmu, kekuaatan Vivekamu (kemampuan membedakan antara yang baik dengan yang buruk) juga akan meningkat. Oleh karenanya kau akan mulai menyadari kekayaan dunia ini lebih besar daripada kekeyaan pribadimu. Kau harus mengembangkan kesadaran ini

sejak kau masih muda.”

(Sathya Sai Baba, Divine Discourse. Brindavan, 24 May, 1992)

****^-^****

“Praktekkan meditasi secara teratur setiap hari sebagaimana telah Aku sarankan. Dalam kesempatan lain sebutlah nama Suci Tuhan.”

(Sathya Sai Speaks, Volume X, hal. 348-350, Shivarathri, 1979)

Page 23: Study Circle Report Bner

****^-^****

Page 24: Study Circle Report Bner

HORMATI SEMUA AGAMA

۞ Sadari bahwa Tuhan itu satu adanya

Hal terpenting yang dibutuhkan oleh semua orang saat ini adalah

menyadari bahwa Tuhan itu satu. Inilah yang dinyatakan oleh Yesus

sebagaimana ia mempersembahkan hidupnya untuk pertumbuhan

keyakinan pada umat manusia bahwa Tuhan itu satu adanya. Tuhan adalah

dan hanya bisa satu, tidak lebih! Hanya ada satu Tuhan dan Dia adalah

Mahaada! Hanya ada satu agama, yaitu agama cinta kasih. Hanya ada satu

bahasa, yaitu bahasa hati. Para pengikut dari setiap agama, dengan jalan

dan cara mereka tersendiri, memanggil Tuhan yang satu yang ada dimana-

mana. Adalah Tuhan yang sama yang menganugerahkan kepada semua

umat manusia, kesehatan, kemakmuran, kedamaian dan kebahagiaan.

Manusia mungkin berbeda dalam wujud, nama, warna, negara, dan

sejarah. Tapi, Tuhan tidak berbeda-beda seperti itu. Tidak ada suatu agama

yang memiliki Tuhan khusus yang hanya menunjukkan anugerah pada

pengikut suatu agama itu saja! Oleh karena itu, engkau seharusnya

tidak mempertengkarkan perbedaan-perbedaan kecil yang mungkin

ada pada setiap agama atau menyerang atau mengejeknya.

Hancurkanlah dinding yang memisahkan manusia dari manusia yang lain.

Hilangkanlah perbedaan yang berdasarkan kasta dan keyakinan.

Engkau mungkin mengikuti keyakinan yang engkau yakini, tapi, engkau

tidak boleh meremehkan atau menghina keyakinan orang lain. Itu sama

artinya dengan mengejek atau menghina rasa bhakti. Kita harus

menghormati keilahian yang ada dalam setiap ciptaan.

Ingatlah bahwa Tuhan itu satu, tujuan dari hidup adalah satu,

kebenaran adalah satu, dan cinta adalah satu. Milikilah keyakinan yang

teguh akan hal ini. Pahamilah prinsip kesatuan ini dan berpegang teguhlah

padanya. Sehingga, dimanapun engkau mungkin berada, apakah di dalam

hutan atau di angkasa, di kota atau di desa, pada puncak gunung ataupun di

Page 25: Study Circle Report Bner

dalam lautan, Tuhan pasti akan menjagamu. Tidak seorangpun memiliki hak

untuk menyangkal keberadaan Tuhanmu.

Orang-orang menyatakan perbedaan keyakinan berdasarkan nama

Tuhan yang berbeda-beda, seperti: Vishnu, Siva, Ganesha, Allah, Kristus, dan

lainnya. Engkau mungkin menyembah Tuhan dalam wujud yang engkau

pilih, tapi kenali kebenaran bahwa Tuhan hanya satu. Tuhan adalah milik

semuanya. Dia adalah universal. Kalian semua harus melepaskan perbedaan

dan tidak memberikan tempat pada pandangan yang sempit tentang agama

dan perbedaan kenegaraan. Anggaplah dirimu sebagai anak dari Tuhan yang

satu.

۞ Lihatlah persatuan dalam keberagaman dalam Yang Satu

Semua keyakinan menekankan pada satu faktor atau unsur yang

umum, yaitu bahwa hanya ada satu Tuhan dan Kebenaran adalah

wujud-Nya. Sama sekali tidak ada perbedaan antara orang Hindu,

orang Muslim dan orang Kristen dalam konsep dasar ini. Semua

agama, semua kitab suci, semua ajaran spiritual menuju pada satu

tujuan, yaitu persatuan keilahian.

Jika kalian mencoba untuk memahami kebenaran dasar setiap agama,

maka akan terlihatlah bahwa semua agama hanya mengajarkan persatuan

dan kesatuan. Yesus mencoba untuk mengajarkan bahwa Tuhan

adalah Ayah, dan kita semua adalah anak-anaknya oleh karena itu

kita semua saudara. Seseorang yang hanya mengenal dan mengetahui

tentang kitab suci saja tidak bisa dikatakan sebagai seseorang yang memiliki

pengetahuan dan bijaksana. Hanya seseorang yang telah memiliki

pandangan tentang persamaan yang bisa dipandang sebagai orang yang

berpengetahuan dan bijaksana. Oleh karena itu, kita harus melihat

setiap agama dengan rasa hormat yang sama. Tidak ada agama yang

harus dikritik atau dicaci-maki.

Page 26: Study Circle Report Bner

Kebenaran adalah hakikat dari semua agama, pesan dari semua kitab

suci, dan dasar dari semua metafisika. Tugas utama dari manusia adalah

untuk mengetahui bahwa jalan dari masing-masing agama mungkin

banyak, tapi tujuannya satu. Dengan demikian, ketika hakikat dari semua

agama adalah satu dan sama, ketika semua kitab suci memproklamirkan

kebenaran yang sama, jika tujuan dari usaha manusia adalah satu adanya,

dimanakah dasar akan adanya perbedaan? Jalan ada banyak, tapi tempat

tujuan adalah satu dan sama.

۞ Janganlah mengijinkan terciptanya rasa perbedaan antar agama

Sebenarnya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan atau

menyakiti orang lain. Beberapa orang yang memiliki pikiran jahat salah

menafsirkan ajaran suci dan melaksanakannya dengan hati yang kotor dan

penuh kepentingan pribadi. Tapi bagaimanapun juga, kebenaran hakiki dari

semua agama tidak akan terpengaruh atau tercemar oleh kejahatan yang

dilakukan oleh sekelompok orang atau oleh asutan yang bersifat penuh

persaingan yang mereka lakukan dengan sesuka hati. Semua Messiah, Nabi,

dan Avatar mewartakan persatuan dan kesatuan.

Semua agama hanya mengajarkan apa yang baik bagi

kemanusiaan. Agama haruslah dipraktekkan dengan kesadaran ini.

Jika pikiran murni dan suci, bagaimana mungkin agama menjadi

buruk atau jelek? Adalah sebuah kebodohan besar jika menganggap

satu agama lebih tinggi dan agama yang lain lebih rendah dan

mengembangkan perbedaan antara agama atas dasar pemahaman

ini, sungguh bodoh! Ajaran dari semua agama adalah suci.

Bagaimanakah perbedaan antar agama ini muncul?

Sepeninggal para pendiri suatu cara atau teknik atau jalan menuju

Tuhan yang kemudian disebut agama, para pengikut mereka

mengacaukan ajaran para pendiri ini dan menciptakan perselisihan

Page 27: Study Circle Report Bner

diantara pengikut itu sendiri dengan cerita yang berisi kepentingan

yang penuh dengan keegoisan. Dengan berlalunya waktu,

perpecahan berkembang dalam semua agama dan perpisahan sekte

terjadi. Pertumbuhan perpecahan seringkali menghasilkan

kemunduran spiritualitas. Oleh karena manusia mengembangkan

keinginan-keinginan duniawi, keyakinan agama menurun. Ini adalah

hasil dari sifat individual, motif yang penuh keegoisan, dan bukan

kesalahan para pendiri agama.

Page 28: Study Circle Report Bner

EGO

Pengertian/ pemahaman

Hislop : Dalam usaha menyelidiki diri sendiri, Swami menasehatkan agar

kami bertanya apakah kita ini badan, pikiran, atau budi?

Sai : Engkau adalah saksi semua ini.

Hislp : Tetapi Swami orang melihat hal lain. Setiap keinginan selalu

menyatakan diri sebagai “AKU” walaupun sama sekali bertentangan

dengan keinginan pada masa lalu atau mendatang.

Sai : Sesungguhnya hanya ada 2 (dua) “aku”. Yang pertama adalah ego

yang selalu menyamakan dirinya dengan “aku”, dan “AKU” yang

lain adalah saksi abadi, yaitu Swami. Jika ada kesadaran tentang

saksi itu, “aku” yang berasal dari ego tidak akan mengganggu, ia

tidak terlalu berarti.

(Diambil dari Percakapan dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba)

Ketika kita memukul atau menyebabkan seseorang atau mahluk terluka, kita

membenarkan hal itu sebagai sesuatu yang tepat dan seharusnya terjadi;

tetapi ketika seseorang atau mahluk memukul atau menyakiti kita, kita

memberontak dan menyebutnya sebagai suatu kesalahan dan oleh

karenanya dapat dihukum (dibalas). Segala penilaian kita (yang seperti

diatas) adalah berdasarkan ego.

Ada kemanusiaan. Ada Ketuhanan. Kebendaan adalah bersifat

mementingkan diri sendiri (ego); kemanusiaan adalah sifat mementingkan

diri sendiri (ego) ditambah beberapa macam kebaikan; Tuhan tidak memiliki

sifat mementingkan diri sendiri (ego), hanya cinta. Pada permulaannya, sifat

Page 29: Study Circle Report Bner

mementingkan diri sendiri (ego) adalah “diperlukan” untuk kesehatan dan

kemakmuran (kekayaan). Tanpa kesehatan apa yang dapat kita lakukan?

Bekerja untuk ini harus diselesaikan (untuk memenuhi kesehatan/

kemakmuran); lalu kemudian tolonglah orang lain; dan yang terakhir hanya

Tuhan saja, hanya Tuhan.

Egolah yang menghalangi kita mendekatkan diri kepada Tuhan. Inilah yang

dikatakan ego, “aku harus melakukan ini, aku harus mendapatkan semua ini.

Engkau harus tahu bahwa “aku” hanyalah alat Tuhan. Seperti halnya kipas

adalah sebuah alat, engkau adalah alat Tuhan.

(Percakapan Dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, halaman : 8)

Teknik/ cara melampaui ego

Ketika engkau menyadari bahwa dirimu adalah bagian dari percikan Sang

Ilahi dan bahwa segala sesuatu di sekitarmu juga adalah bagian dari

percikan prinsip Keilahian yang sama, maka di kala itu engkau akan

memperlakukan setiap insan dengan penuh hormat dan cinta-kasih. Pada

saat itu, hatimu juga akan penuh dengan keceriaan dan sang ego menjadi

tak berkutik.

Hanya cinta-kasih sajalah yang bisa memunculkan Divinity yang laten ada di

dalam diri setiap orang. Cinta-kasih adalah Tuhan. Hiduplah dalam cinta-

kasih. Cinta-kasih bersifat pemberi dan pemaaf; sedangkan self (diri/

ego) bersifat menerima dan melupakan. Cinta-kasih bersifat tanpa

pamrih. Jangnanlah menghabiskan sisa kehidupanmu dengan

membiarkan dirimu tunduk terhadap kepentingan self (diri/ ego)!

Cintailah! Cintailah! Jadilah dirimu yang sejati, yaitu sebagai perwujudan

Page 30: Study Circle Report Bner

cinta-kasih. Tanpa peduli bagaimana perlakuan atau pemikiran orang

lain terhadap dirimu, engkau tidak perlu terlalu

mengkhawatirkannya sama sekali. Hatimu yang bersinar dengan cinta-

kasih sudah menjadi cinta-kasih Tuhan. Ingatlah selalu, “Aku adalah Tuhan.”

Di hari engkau melihat dirimu sebagai Tuhan, maka itu berarti engkau sudah

menjadi diri-Nya.

(Toughts for the day, Friday, February 15, 2008)

Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 20 Juni 2008

Manusia harus sanggup untuk menyingkirkan Ahamkara (yaitu

perasaan bahwa seolah-olah dialah yang menjadi pelaksana dari

segala-galanya). Selama ego masih dominan, maka kesadaran Atmic

tidak akan muncul. Seorang egois tidak bisa mengenali Atma.

Egoisme merupakan akar dari segala persoalan yang dihadapi oleh

manusia. Sungguh semuanya itu merupakan delusi yang didasari oleh

pandangan salah yang menganggap bahwa badan jasmani ini sebagai

sesuatu yang nyata dan abadi.

Bila seorang bhakta murni hati dan pikirannya, dan telah menyerahkan diri

kepada Bhagawan, maka Swami bertanggung jawab sepenuhnya pada

kehidupannya dan memelihara serta mengurus bhakta itu. Tetapi bila

seseorang mempunyai ego yang besar dan mengandalkan keinginan egonya

dan bukannya kehendak Bhagawan, maka Swami menjauh dan tidak ikut

campur.

(Diambil dari buku Percakapan dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba,

halaman 161)

Page 31: Study Circle Report Bner

EGO (2)

Egolah yang menghalangi kita mendekatkan diri kepada Tuhan.

(percakapan dengan bhagawan Sri Sathya Sai Baba, halaman : 8)

FUNGSI DAN LETAK EGO

Manas atau pikiran memahami sasarannya; buddhi menimbang-nimbang alasan untuk menyetujui dan menolak; chittam memahami obyek itu dengan cara tersebut. Ahangkaaram “ego atau rasa keakuan” mengubah keputusan untuk menyetujui atau menolaknya (menolak hasil pemilahan dari buddhi), dan dengan keterikatan atau rasa suka, ahamkara melemahkan jnana (kebijaksanaan). Inilah hal-hal yang mereka kerjakan.

Manas ada di dalam kepala, buddhi di dalam lidah, chittam di dalam pusar, dan ahamkara di dalam hati.

PENYEBAB MUNCULNYA EGO

Perasaan dualitas muncul ketika Aham ('aku') mengambil wujud dan nama tertentu. Ahamkara (perasaan ego) merupakan buah hasil dari terjadinya perubahan wujud tersebut.

(diambil dari : Toughts for the day (sabda “harian” TUHAN), pada tanggal 16 Juli 2008)

DAMPAK EGO

Manusia harus sanggup untuk menyingkirkan Ahamkara (yaitu perasaan bahwa seolah-olah dialah yang menjadi pelaksana dari segala-galanya). Selama ego masih dominan, maka kesadaran Atmic tidak akan muncul.

Page 32: Study Circle Report Bner

Seorang egois tidak bisa mengenali Atma. Egoisme merupakan akar dari segala persoalan yang dihadapi oleh manusia.

(disadur dari Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 20 Juni 2008)

KONSEKUENSI EGO

Setiap bentuk tindakan/ perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran badan (body consciousness) pasti akan bersifat egoistic. Selfless Seva (pelayanan tanpa-pamrih) tidak akan bisa tercapai bila engkau masih terjerat di dalam kesadaran badan. Sebaliknya, consciousness of Deva (kesadaran Ilahiah) akan memunculkan kemuliaan Prema (cinta-kasih). Berbekal inspirasi dan pedoman ini, manusia akan mencapai banyak kebajikan, tanpa harus mengetahui ataupun menyatakan bahwa dirinya sudah bersifat tanpa pamrih. Baginya, semuanya adalah kehendak Tuhan, kreasi dan kemuliaan-Nya.

(disadur dari Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 11 Juni 2008)

JUMLAH “AKU”/ KESADARAN

Sesungguhnya hanya ada 2 (dua) “aku”. Yang pertama adalah ego yang selalu menyamakan dirinya dengan “aku” (Tuhan/ Swami), dan “Aku” yang lain adalah saksi abadi, yaitu Swami. Jika ada kesadaran tentang saksi itu, “aku” yang berasal dari ego tidak akan mengganggu, ia tidak terlalu berarti.

SIKAP TUHAN TERHADAP ORANG YANG EGOIS:

Bila seorang bhakta murni hati dan pikirannya, dan telah menyerahkan diri kepada Bhagawan, maka Swami bertanggung jawab sepenuhnya pada kehidupannya dan memelihara serta mengurus bhakta itu. Tetapi bila seseorang mempunyai ego yang besar dan mengandalkan keinginan egonya dan bukannya kehendak Bhagawan, maka Swami menjauh dan tidak ikut campur.

(Percakapan dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, halaman 161)

Page 33: Study Circle Report Bner

TEKNIK/ CARA MELAMPAUI EGO

Ketika engkau menyadari bahwa dirimu adalah bagian dari percikan Sang Ilahi dan bahwa segala sesuatu di sekitarmu juga adalah bagian dari percikan prinsip Keilahian yang sama, maka di kala itu engkau akan memperlakukan setiap insan dengan penuh hormat dan cinta-kasih. Pada saat itu, hatimu juga akan penuh dengan keceriaan dan sang ego menjadi tak berkutik.

KESIMPULAN

EGO adalah kesadaran badan yang menganggap dialah pelaku dan penikmat segalanya, dimana kesadaran ini menghalangi kita dari Tuhan, dan membuat kita menganggap keinginan pribadi kita sebagai kehendak Tuhan, jika ini terjadi Bhagawan tidak ikut campur.

EGO (3)

Egolah yang menghalangi kita mendekatkan diri kepada Tuhan. Inilah yang

dikatakan ego, “aku harus melakukan ini, aku harus mendapatkan semua ini.

Engkau harus tahu bahwa aku hanyalah alat Tuhan. Seperti halnya kipas

adalah sebuah alat, engkau adalah alat Tuhan.

(percakapan dengan bhagawan Sri Sathya Sai Baba, halaman : 8)

Bhakta : Jika demikian, dimanakah letak buddhi (akal budi/ intelejensia),

chittam, ahamkara (ego) yang telah Swami bicarakan?

Swami : Mereka juga berada dalam ini saja (antahkarana atau indera

batin). Jnaanendriya dan karmendriya keduanya disebut

dashendriya. Empat di antaranya dikenal dan disebut juga

Page 34: Study Circle Report Bner

sebagai antah chathusthaya atau empat indera batin, yaitu :

manas, buddhi, chittam, dan ahangkaraam.

Bhakta : Bagus sekali. Dengan kata lain semuanya ada di dalam hal yang

sama. Hidup ini lucu sekali, tetapi Swami, apakah fungsi keempat

indera batin ini?

Swami : Manas atau pikiran memahami sasarannya; buddhi menimbang-

nimbang alasan untuk menyetujui dan menolak; chittam

memahami obyek itu dengan cara tersebut. Ahangkaaram “ego

atau rasa keakuan” mengubah keputusan untuk

menyetujui atau menolaknya (menolak hasil pemilahan

dari buddhi), dan dengan keterikatan atau rasa suka, ahamkara

melemahkan jnana (kebijaksanaan). Inilah hal-hal yang mereka

kerjakan.

Bhakta : Maafkan saya Swami, saya hanya bertanya agar tahu, di

manakah letak keempat indera batin ini dalam badan kita?

Swami : Aku senang, jangan khawatir. Manas ada di dalam kepala, buddhi

di dalam lidah, chittam di dalam pusar, dan ahamkara di dalam

hati.

Bhakta : Jadi di antara semua ini, manakah yang disebut aku? Siapakah

yang mengalami semua ini?

Swami : Kita telah sampai pada pokok pembicaraan yang benar. Engkau

bukanlah salah satu diantara semua ini! Semua ini hanya ada

selama engkau memiliki perasaan “badan ini milikku”. Semua itu

berhubungan dengan beberapa kegiatan atau vritti. Atma yang

memantau semua ini, itulah engkau (diri sejati). Suka duka,

kehilangan dan kesengsaraan, kebaikan dan keburukan, semua

aktivitas ini hanya berkaitan dengan tubuh, jadi mereka bukanlah

milikmu, mereka tidak akan menjadi milikmu. Engkau adalah

Page 35: Study Circle Report Bner

Atma. Sebelum kebenaran ini dihayati, engkau tertidur dalam

kelelapan (rasa) aku dan milikku. Dalam tidur itu timbullah mimpi-

mimpi kehilangan, kesengsaraan, kesedihan, dan kegembiraan.

Aneka mimpi ini hanya berlangsung sampai engkau terbangun.

Setelah engkau terbangun, ketakutan yang engkau rasakan dan

kesedihan yang kaualami dalam mimpi itu semuanya lenyap,

bukan lagi sesuatu yang benar. Demikian pula bila khayalan

dibuang dan engkau terbangun dalam jnaana, engkau akan

mengerti bahwa semuanya ini bukanlah engkau, bahwa

sesungguhnya engkau adalah atma.

(Sandeha Nivarini, halaman 48-49)

Ketika engkau menyadari bahwa dirimu adalah bagian dari percikan Sang

Ilahi dan bahwa segala sesuatu di sekitarmu juga adalah bagian dari

percikan prinsip Keilahian yang sama, maka di kala itu engkau akan

memperlakukan setiap insan dengan penuh hormat dan cinta-kasih. Pada

saat itu, hatimu juga akan penuh dengan keceriaan dan sang ego menjadi

tak berkutik.

Perasaan dualitas muncul ketika Aham ('aku') mengambil wujud dan nama

tertentu. Ahamkara (perasaan ego) merupakan buah hasil dari terjadinya

perubahan wujud tersebut. Jati-diri Divine sejati hanya bisa direalisasikan

apabila engkau sanggup mendisosiasikan (tidak melekat) pada nama dan

wujud yang engkau miliki saat ini. Apabila engkau melupakan identitas dan

divinity-mu serta sebaliknya melekat pada wujud yang senantiasa

mengalami perubahan dan impermanen (tidak abadi), maka kemelekatan

dan penderitaan tidak akan jauh darimu. Mind – (sebagai akibat

keterlibatannya dalam dunia eksternal dan impresi yang diterimanya melalui

Page 36: Study Circle Report Bner

panca indera) - merupakan sumber penyebab dari identifikasi yang salah ini.

Apabila kita memahami cara kerja mind, maka realitas Atma (yang berada di

luar jangkauan mind) akan dapat dialami sebagai prinsip yang omnipresent

(ada dimana-mana) nan abadi.

(diambil dari : Toughts for the day (sabda “harian” TUHAN), pada tanggal 16

Juli 2008)

Hanya cinta-kasih sajalah yang bisa memunculkan Divinity yang laten ada di

dalam diri setiap orang. Cinta-kasih adalah Tuhan. Hiduplah dalam cinta-

kasih. Cinta-kasih bersifat pemberi dan pemaaf; sedangkan self (diri/

ego) bersifat menerima dan melupakan. Cinta-kasih bersifat tanpa

pamrih. Jangnanlah menghabiskan sisa kehidupanmu dengan

membiarkan dirimu tunduk terhadap kepentingan self (diri/ ego)!

Cintailah! Cintailah! Jadilah dirimu yang sejati, yaitu sebagai perwujudan

cinta-kasih. Tanpa peduli bagaimana perlakuan atau pemikiran orang

lain terhadap dirimu, engkau tidak perlu terlalu

mengkhawatirkannya sama sekali. Hatimu yang bersinar dengan cinta-

kasih sudah menjadi cinta-kasih Tuhan. Ingatlah selalu, “Aku adalah Tuhan.”

Di hari engkau melihat dirimu sebagai Tuhan, maka itu berarti engkau sudah

menjadi diri-Nya.(Toughts for the day, Friday, February 15, 2008)

Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 20 Juni 2008

Manusia harus sanggup untuk menyingkirkan Ahamkara (yaitu

perasaan bahwa seolah-olah dialah yang menjadi pelaksana dari

segala-galanya). Selama ego masih dominan, maka kesadaran Atmic

tidak akan muncul. Seorang egois tidak bisa mengenali Atma.

Egoisme merupakan akar dari segala persoalan yang dihadapi oleh

manusia. Sungguh semuanya itu merupakan delusi yang didasari oleh

Page 37: Study Circle Report Bner

pandangan salah yang menganggap bahwa badan jasmani ini sebagai

sesuatu yang nyata dan abadi. Justru kebenaran hakiki adalah sebaliknya.

Engkau harus menyadari betapa rentannya badan fisik dan panca inderamu

serta lakukanlah upaya untuk mengendalikan keinginan-keinginan yang

timbul oleh orang-organ indera itu. Keinginan tiada mengenal kesudahan.

Upaya untuk mengejar kekayaan, kekuasaan dan jabatan hanya akan

berakhir dalam penderitaan. Sebaliknya, berlindunglah kepada Tuhan dan

dedikasikanlah semua tindakanmu kepada-Nya.

June 11th

Setiap bentuk tindakan/ perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran badan

(body consciousness) pasti akan bersifat egoistic. Selfless Seva (pelayanan

tanpa-pamrih) tidak akan bisa tercapai bila engkau masih terjerat di dalam

kesadaran badan. Sebaliknya, consciousness of Deva (kesadaran Ilahiah)

akan memunculkan kemuliaan Prema (cinta-kasih). Berbekal inspirasi dan

pedoman ini, manusia akan mencapai banyak kebajikan, tanpa harus

mengetahui ataupun menyatakan bahwa dirinya sudah bersifat tanpa

pamrih. Baginya, semuanya adalah kehendak Tuhan, kreasi dan kemuliaan-

Nya.

Hislop : Dalam usaha menyelidiki diri sendiri, Swami menasihatkan

agar kami bertanya apakah kita ini badan, pikiran, atau budi?

Sai : Engkau adalah saksi semua ini.

Hislp : Tetapi Swami orang melihat hal lain. Setiap keinginan selalu

menyatakan diri sebagai Aku” walaupun sama sekali bertentangan dengan

keinginan pada masa lalu atau mendatang.

Sai : Sesungguhnya hanya ada 2 (dua) “aku”. Yang pertama adalah

ego yang selalu menyamakan dirinya dengan “aku”, dan “Aku” yang lain

Page 38: Study Circle Report Bner

adalah saksi abadi, yaitu Swami. Jika ada kesadaran tentang saksi itu, “aku”

yang berasal dari ego tidak akan mengganggu, ia tidak terlalu berarti.

Bila seorang bhakta murni hati dan pikirannya, dan telah menyerahkan diri

kepada Bhagawan, maka Swami bertanggung jawab sepenuhnya pada

kehidupannya dan memelihara serta mengurus bhakta itu. Tetapi bila

seseorang mempunyai ego yang besar dan mengandalkan keinginan egonya

dan bukannya kehendak Bhagawan, maka Swami menjauh dan tidak ikut

campur.

(Percakapan dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, halaman 161)

August 6th

Siapapun juga yang berhasil mengatasi (menekan) egoismenya, maka itu

berarti ia sudah berhasil mengatasi keinginan-keinginannya yang selfish

(yang mementingkan diri sendiri), ia sudah menghancurkan perasaan serta

dorongan batin (yang salah) yang menganggap seolah-olah badan jasmani

ini sebagai diri (self). Dengan perkataan lain, ia sudah berada di jalan

Dharma (kebenaran).

Page 39: Study Circle Report Bner

DOA

Doa dan konsentrasi adalah dua disiplin yang dapat membersihkan pikiran

dari EGOISME dan juga KEBENCIAN.

Doa sejati adalah doa yang diterjemahkan ke dalam tindakan yang nyata.

Yang terpenting adalah bahwa engkau harus mengupayakan agar doa-

doamu bukan hanya sebatas di bibir saja, tetapi ia harus ditransformasikan

menjadi tindakan yang nyata.

Berdoalah seperti ini “Oh Tuhan! Engkau telah memberikan kehidupan ini

kepadaku dan aku juga telah menjalani suka dan duka. Saya tak ingin

terlahir kembali.” Itulah sebabnya jiwa agung seperti Adi Shankara berdoa,

“Oh Tuhan! Aku terperangkap dalam lingkaran kelahiran dan kematian yang

tiada habisnya. Waktu demi waktu, aku mengalami penderitaan saat berada

di dalam rahim ibu. Sungguh sangat sulit untuk mengarungi lautan

kehidupan duniawi ini. Tuntunlah daku untuk menyebrangi lautan samsara

dan anugerahilah pembebasan (moksha) padaku.” Berdoalah demi

kebebasanmu dari cengkraman keduniawian, bukan sebaliknya berdoa dan

tergila-gila akan keduniawian.

Disadur dari wacana Bhagavan yang terdapat dalam :

Buku “Bhakti dan Kesehatan”, halaman 80.

“SAIDEV” 2007, Wacana harian Prasanthi Nilayam periode Januari-Maret

2007, halaman 4 dan 31.

Svami kemudian menyabdakan sebuah puisi:

Muslim memandang Allah sebagai Tuhan tertinggi

Page 40: Study Circle Report Bner

Sedangkan Kristen mengelukan Yesus sebagai Tuhan tertinggi

Vaisnava memandang Vishnu sebagai Tuhan tertinggi

Sivaisme menempatkan Sambhu sebagai Tuhan tertinggi

Para pemuja Ganapathi setuju bahwa Ganesha adalah Tuhan tertinggi

Sarasvathi dipuja sebagai Tuhan tertinggi oleh para pencari ilmu

pengetahuan

Buddhis memuja Buddha sebagai yang Tercerahkan

Jains memberi tempat tertinggi pada Mahavira

Parsis memuja Zoroaster

Sikhs mengganggap Nanak sebagai Guru tertinggi

Bhakta Baba memuja Sai sebagai Yang Tertinggi

Orang yang bijaksana menghormati dan memandang

semuanya sama

Semua agama haruslah dipuja dengan rasa yang sama tanpa

perbedaan

Karena Tuhan itu satu, dan Tuhan yang sama bagi mereka semua

Tuhan adalah Kebenaran, Dia adalah Kebajikan

Dia adalah Kedamaian, Dia adalah Perwujudan Cinta Kasih.

Page 41: Study Circle Report Bner

Manusia seharusnya hidup tanpa mementingkan diri sendiri. ini mungkin

kelihatan sulit, tapi, dalam kenyataan tidak ada yang lebih mudah. Adalah

keegoisan dan ketidaktahuan yang menciptakan semua macam

kesulitan dan perbedaan ini. Cinta yang tulus tanpa kepentingan pribadi

tidak akan memberikan ruang bagi pikiran picik dan iri hati yang akan

menciptakan kejahatan dan perpecahan. Belajarlah untuk hidup dalam cinta

dan toleransi dengan semua anggota masyarakat disekitamu.

(Diambil dari sabda Svami dalam buku : Be Like Jesus, halaman 143-160)

Page 42: Study Circle Report Bner

SABDA SVAMI TENTANG KELUARGA

Rumah tangga adalah tempat suami dan istri terikat satu sama lain oleh

cinta yang suci, tempat keduanya asyik membaca buku-buku santapan

rohani, tempat nama Tuhan selalu dinyanyikan dan kemuliaan-Nya selalu

dikenang, rumah tangga semacam itu benar-benar merupakan

persemayaman Tuhan (ideal).

(Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma,

halaman 24)

Tempat suami istri menempuh hidup mereka dalam naungan cita-cita yang

luhur, tempat mereka bersama-sama menyanyikan keagungan nama Tuhan

dan melewatkan hidup mereka dengan melakukan perbuatan-perbuatan

yang baik, tempat yang dijiwai oleh kebenaran, kedamaian, dan kasih,

tempat mereka biasa membaca kitab-kitab suci secara teratur, tempat

nafsu-nafsu jasmani dikendalikan dan semua mahluk diperlakukan sama

berdasarkan pengetahuan tentang kesatauan dasar semua ciptaan, rumah

tangga semacam itu benar-benar merupakan surga dunia.

(Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma,

halaman 29)

ISTRI atau IBU

“Acharya” atau pembimbing rohani adalah 10 kali lebih berharga

daripada guru kesenian dan ilmu pengetahuan. Ayah sepuluh kali 10 kali

Page 43: Study Circle Report Bner

lebih berharga dari “acharya”. Ibu 10 kali lebih berharga daripada ayah,

demikianlah pernyataan Manu dalam kitab Dharmasaaatra.

(Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma,

halaman 57)

Mereka (para istri yang ideal) bangun pagi-pagi sekali sebelum fajar

menyingsing, membersihkan rumah, dan setelah mandi dan sebagainya,

duduk sejenak melakukan meditasi. Mereka menyediakan ruang khusus

untuk bersembahyang di rumahnya. Di tempat itu dipajangnya gambar-

gambar Tuhan, orang-orang suci, guru, serta pembimbing rohani. Mereka

menganggap ruangan itu suci dan memenuhinya dengan doa baik pada pagi

maupun sore hari, serta pada hari raya dan hari besar. Sesungguhnya

wanitalah yang memelihara rumah tangga, itulah misinya. Ia mewakili shakti

“kekuatan Tuhan”

(Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma,

halaman 57)

ISTRI IDEAL

Mereka (para istri yang ideal) bangun pagi-pagi sekali sebelum fajar

menyingsing, membersihkan rumah, dan setelah mandi dan sebagainya,

duduk sejenak melakukan meditasi. Mereka menyediakan ruang khusus

untuk bersembahyang di rumahnya. Di tempat itu dipajangnya gambar-

gambar Tuhan, orang-orang suci, guru, serta pembimbing rohani. Mereka

Page 44: Study Circle Report Bner

menganggap ruangan itu suci dan memenuhinya dengan doa baik pada pagi

maupun sore hari, serta pada hari raya dan hari besar. Sesungguhnya

wanitalah yang memelihara rumah tangga, itulah misinya. Ia mewakili shakti

“kekuatan Tuhan”

(Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma, halaman 57)

Kebajikan dan kesucian merupakan ideal bagi setiap wanita (istri).

Kerendahan hati, kesederhanaan, dan kesopanan merupakan hal yang

mutlak perlu bagi wanita; kebajikan ini merupakan permatanya yang tidak

ternilai. Wanita harus mengutamakan pelayanan kepada suaminya; itulah

ibadatnya yang sejati. Tanpa mengabdi kepada suaminya ia tidak dapat

memperoleh kebahagiaan dalam doa dan meditasinya. Sesungguhnya Tuhan

harus dianggap sebagai menjelma dalam diri suami, dan segala pengabdian

yang diberikan kepadanya (suami) harus diangkat hingga ke tingkat bhakti;

itulah jalan kewajiban yang sejati. Tidaklah menjadi soal betapa jahat dan

rendahnya si suami, dengan cintanya istri harus membuatnya insaf,

meluruskan jalan yang ditempuhnya, dan membantunya agar memperoleh

rahmat Tuhan. (Wejangan Svami dalam buku Pancaran Dharma, halaman

24,25,28,29)

Pria harus menghormati istrinya sebagai ratu rumah tangga dan

bertindak sesuai dengan keinginannya (yang luhur dan mulia), karena istri

adalah dewi kemakmuran dalam rumah tangganya. Hanya dengan

demikianlah ia layak disebut pria.(Wejangan Svami dalam buku WANITA,

halaman 11)

“Acharya” atau pembimbing rohani adalah 10 kali lebih berharga daripada

guru kesenian dan ilmu pengetahuan. Ayah sepuluh kali 10 kali lebih

berharga dari “acharya”. Ibu 10 kali lebih berharga daripada ayah,

demikianlah pernyataan Manu dalam kitab Dharmasaaatra.(Wejangan Svami

dalam buku Pancaran Dharma, halaman 57)

Page 45: Study Circle Report Bner

Jika kaum ibu baik, maka anak-anaknya juga baik.

(Sabda Svami dalam buku Berkorban atau Yadnya Adalah Kesenanganku,

hlm 50).

Matru Devo bhava, Pitru Devo bhava, Acarhya Devo bhava, Atithi Devo Devo

bhava. Artinya, “Hormati ibu, ayah, guru, dan tamumu sebagai Tuhan”

(Sabda Svami dalam buku Berkorban atau Yadnya Adalah

Kesenanganku, hlm 50).

Orang tua mencurahkan seluruh hidup mereka untuk kesejahteraan anak-

anaknya. Anak-anak harus menyadari hal ini dan sebagai gantinya kelakuan

serta sikap mereka kepada orang tua harus baik dan sopan. Seorang anak

harus menyayangi ibu, ayah, dan saudaranya, selalu mematuhinya (orang

tua) dan senantiasa menempuh hidupnya dalam kasih sayang mereka.

(Sabda Svami dalam buku Berkorban atau Yadnya Adalah Kesenanganku,

hlm 51-52).

Perkawinan adalah untuk mengangkat spiritual. Perkawinan bukanlah

sebuah tangga sosial, tetapi merupakan tangga spiritual. Sebelum

menikah, mereka (pria-wanita) hanyalah setengah bagian, “ardha”. Tetapi

setelah menikah mereka memiliki badan yang utuh. Suami adalah ardhangi

dan istri adalah ardhangini. Keduanya bersama-sama membentuk kesatuan

yang penuh dan lengkap. Suami adalah Siva dan istri adalah Shakti. Mereka

mesti bersama-sama bahu-membahu berjuang keras untuk kemajuan

spiritual. Perkawinan sejati adalah persatuan antara engkau dengan

Tuhan, antara ciptaan dengan Kesadaran Tertinggi, antara jivatman

dengan paramatman.(Sabda Svami dalam buku Anugraha Varshini, hlm

53-54).

Page 46: Study Circle Report Bner

Tujuan akhirnya (perkawinan atau keluarga) adalah Sang Pencipta,

kembali kepada Sang Pencipta. Karenanya merupakan tugas yang suci

bagi suami-istri untuk membantu sama lain, menuntun dan saling

memperbaiki serta memberi semangat dalam sadhana spiritual mereka.

Bersama-sama mereka mesti berjalan sepanjang jalan spiritual dan

melakukan sadhana untuk memungkinkan mereka memperoleh kesadaran

jati diri, dan akhirnya bersatu dengan Tuhan. Inilah makna yang

sesungguhnya dari perkawinan . perkawinan merupakan jembatan antara

kemanusiaan dan keTuhanan yang dilalui oleh suami dan istri dalam

persatuan rohani.(Sabda Svami dalam buku Anugraha Varshini, hlm 53).

Siapakah sanak keluarga kita yang sejati?

Svami bersabda:

Biarkan kebenaran menjadi ayahmu

Biarkan cinta menjadi ibumu

Biarkan kebijaksanaan menjadi putramu

Biarkan kebhaktian menjadi saudaramu

Biarkan yogi menjadi temanmu.

(Sabda Svami dalam buku Berkorban atau Yadnya Adalah

Kesenanganku, hlm 39-40).

Ratu rumah tangga (istri) harus cerdas, sabar, tenang, baik, dan harus

memiliki semua kebajikan; dengan demikian rumah tangganya akan bersinar

cemerlang dan akan menjadi tempat kemenangan dalam bidang rohani.

(Sabda Svami dalam buku Pancaran Dharma, hlm 53).

Page 47: Study Circle Report Bner

SABDA SWAMI TENTANG DIRI YANG SEJATI

Pertama, engkau harus mengetahui siapakah engkau sebenarnya. Apakah

engkau badan raga? Jika engkau adalah badan raga lalu mengapa engkau

berkata, “ini badanku?” Jika engkau menyebutnya “badanku”, tentu engkau

berbeda dari raga itu. Jika engkau berkata, “hatiku”, maka itu berarti engkau

berbeda dengan hatimu. Hatimu adalah suatu obyek yang kaumiliki, engkau

pemiliknya. Dalam kehidupan duniawi kita menyatakan, “ini kakakku, ini

adikku, ini pikiranku, badanku, akal budiku”. Unsur yang tidak berubah

dalam semua pernyataan itu adalah kata “ku”. AKU yang sejati yang

menimbulkan kata “ku” ini sesungguhnya adalah kesadaran terdalam yang

berada pada setiap manusia dan dalam segala sesuatu. Itulah yang

dinamakan CHAITANYA, yaitu kesadaran Tuhan.

(Sabdha Svami dalam buku INTISARI BHAGAWAD GITA jilid pertama,

halaman 10)

Krishna berkata, “Akulah yang bersinar dalam dirimu”. Kata “Aku” ini tidak

menunjukkan badan. Kata ini timbul dari Yang Esa, dari ATMA itu sendiri.

“Aku” ini jangan dikaitkan dengan raga, pikiran, kemampuan intuitif

(intelejensia atau kecerdasan), atau aspek apapun juga dari pribadi manusia,

karena Ia melampaui semua batasan ini dan hanya berhubungan dengan

ATMA yang tidak terbatas.

(Sabdha Svami dalam buku INTISARI BHAGAWAD GITA jilid pertama,

halaman 15)

Ingat ini selalu anak-anak-Ku terkasih, sebenarnya engkau adalah sang

penghuni, yaitu dehi, dan bukan badan, atau deha. Engkaulah yang

Page 48: Study Circle Report Bner

memakai baju, engkau bukan baju itu. Engkau penghuni rumah, bukan

rumah. Engkau yang mengetahui lapangan, atau kshetrajna, tetapi engkau

menganggap dirimu medan itu, atau kshetra. Kelahiran dan kematian hanya

berkaitan dengan tubuh, hal itu tidak terjadi pada dirimu yang sejati. Engkau

bukan tubuh, engkau adalah eksistensi yang kekal yang bebas dari kelahiran

dan kematian. Engkau tidak memiliki awal atau akhir. Engkau tidak pernah

lahir dan tidak akan pernah mati, tidak. Engkau adalah ATMA. Engkau

memenuhi segala sesuatu. Sesungguhnya engkau adalah Tuhan

sendiri, oleh karena ATMA adalah BRAHMAN dan BRAHMAN adalah

ATMA.

(Sabdha Svami dalam buku INTISARI BHAGAWAD GITA jilid kedua,

halaman 50)

SABDA SWAMI TENTANG TUJUAN HIDUP

Apakah tujuan hidup manusia? Apakah cita-cita yang harus dicapainya?

Apakah sekedar makan, minum, tidur, mengecap sedikit kegembiraan dan

penderitaan, lalu mati seperti margasatwa? Tidak, pastilah tidak demikian.

Sedikit renungan akan mengungkapkan bahwa itu tidak benar. Tujuan hidup

manusia adalah brahmasakshathkara, yaitu “menyadari dan menghayati

Tuhan Yang Mahabesar!”. Tanpa hal itu, tidak ada manusia yang dapat

mencapai ketentraman batin. Ia harus meraih kebahagiaan (yang berasal)

dari rahmat Tuhan.

(Sabda Svami dalam buku PANCARAN DHARMA,

halaman 76)

Page 49: Study Circle Report Bner

Engkau harus merasa bahwa semua sifat Tuhan terwujud dalam

dirimu. “Kelapangan hati Tuhan harus menjadi bagian dari diriku. Sifat yang

tidak mementingkan diri sendiri yang merupakan ciri khas Tuhan harus

menjadi bagian dari diriku.” Jika engkau memiliki perasaan ini maka engkau

mencapai tahap “aku dan Dia satu”, dan terjadilah kemanunggalan yang

sempurna. Engkau harus tak putus-putusnya berusaha mencapai perasaan

ini; kerahkan segenap tenagamu untuk mencapainya. Kemudian pada suatu

hari engkau akan mencapai tujuan itu. Inilah tujuan akhir umat manusia.

(Sabda Svami dalam buku INTISARI BHAGAWAD GITA,

halaman 58)

Sekarang ini engkau hanya menginginkan ketenangan jasmani dan berusaha

memperoleh kedamaian hati ala kadarnya. Ini kurang bermanfaat. Engkau

harus mencapai kedamaian atma yang kekal. Bila engkau menyatu dengan-

Nya, engkau adalah kedamaian itu sendiri. Atma adalah perwujudan

perdamaian yang abadi. Jiwatma “sang pribadi” harus menyatu

dengan Paramatma “Tuhan yang universal” dengan demikian

perjalanan yang panjang akhirnya terselesaikan dan kebahagian abadi

terwujudkan.(Sabda Svami dalam buku INTISARI BHAGAWAD GITA, halaman

60)

Purusharta “tujuan hidup manusia” adalah dharma (kebajikan), artha

(kekayaan), kama (keinginan) dan moksha (kebebasan). Keempat tujuan ini

tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya. Keempat hal ini

adalah satu kesatuan yang utuh. Carilah kekayaan (artha) berdasarkan

kebajikan (dharma), dan keinginan (kama) haruslah ditujukan atau diarahkan

untuk mencapai kebebasan (moksha).

Page 50: Study Circle Report Bner

Kadang-kadang, adalah wajar bagimu memiliki rasa marah, ego, tempramen,

ketegangan dan lain sebagainya. Kalian harus memiliki penyesuaian diri dan

saling pengertian. “Pertama-tama kalian harus saling mengerti”. Setelah, itu

penyesuaian diri akan menjadi mudah. Yang pertama saling pengertian,

yang kedua baru penyesuaian diri. Sembilan puluh persen orang-orang

berusaha menyesuaikan diri terlebih dahulu, ini merupakan cara pendekatan

yang keliru. Pertama-tama adalah saling pengertian. (Sabdha Svami

dalam buku “wanita”, hal. 23)

Page 51: Study Circle Report Bner

PELAKSANAAN AJARAN BABA DALAM KEHIDUPAN

ATAU PEKERJAAN SEHARI-HARI

Dibandingkan dengan perbuatn biasa yang dilakukan dengan anggapan bahwa engkau adalah pelakunya, pekerjaan yang dilakukan tanpa keinginan untuk menikmati hasilnya, yaitu nishkama karma, jauh lebih agung. Anaasakti karma, yaitu perbuatan yang tanpa pamrih sepenuhnya, dilakukan tanpa dipengaruhi oleh perasaan pribadi dan tanpa keterikatan, bahkan jauh lebih agung daripada nishkama karma. Tetapi bila perbuatan itu seluruhnya dipersembahkan kepada Tuhan, bila karma itu menjadi yadnya atau korban suci, maka perbuatan itu bahkan lebih suci lagi dariapada yang lain-lain. Maka Krishna menyuruh Arjuna agar mempersembahkan segala perbuatannya kepada Tuhan.

(Buku Intisari Bhagawad Gita, hal 291-192)

Pada tahap pertama setiap manusia harus melaksanakan karma dan giat melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya. Kita harus melakukan pekerjaan agar tidak menjadi malas. Orang malas sama sekali tidak berguna bagi masyarakat. swami tidak senang dan tidak menganjurkan siapa saja bermalas-malasan. Pertama, engkau harus melakukan karma biasa. Kemudian engkau melakukan nishkama karma. Perlahan-lahan engkau mengubahnya menjadi yoga. Akhirnya yoga itu menjadi yajnya. Setelah menjadi yajna engkau sudah meninggalkan segala-galanya. Mengubah karma menjadi yajna dan mengubah kerja menjadi ibadah, adalah intisari Bhagawad Gita.

(Buku Intisari Bhagawad Gita, hal 292)

Arjuna engkau terikat kepada banyak objek indera, karena itu kejadian-kejadian yang berlangsung menggangu ketenangan hatimu. Selama ini engkau belum bisa memusatkan perhatian dan belum bisa menempatkan Aku (Krishna, salah satu wujud Tuhan) di hatimu. Berlatihlah terus agar engkau dapat memusatkan pikiran. Hanya bila engkau mampu memusatkan pikiran, engkau dapat menyerahkan dirimu kepada-Ku. Kapan saja dan dimana saja ingatlah akan Daku. Apapun yang sedang engkau kerjakan,

Page 52: Study Circle Report Bner

ingatlah Aku, hanya kepada-Ku, ingatlah Aku dengan cinta kasih dan penuh kepercayaan.

(Buku Intisari Bhagawad Gita, hal 40)

Dharma adalah selalu mengingat dan merenungkan Tuhan dengan tiada putusnya. Dharma adalah melakukan tugas sehari-hari sambil selalu ingat pada Tuhan. Bhagawad Gita tidak mengajarkan bahwa engkau harus meninggalkan keluargamu, bahwa engkau harus meninggalkan kekayaan dan harta benda, dan kemudian pergi ke hutan. Tidak! Uruslah keluargamu. Kerjakan tugasmu. Tetapi pusatkan pikiranmu selalu kepada Tuhan. Apapun yang engkau lakukan jangan melupakan tujuanmu. Jika engkau melupakannya engkau akan tersesat dan menyimpang ke jalan yang tidak benar.

(Buku Intisari Bhagawad Gita, hal 134)

Hislop : Bila Swami mengatakan “wujud Tuhan”, apakah yang dimaksud? Bila saya berpikir tentang Tuhan, timbullah citra Baba di dalam pikiran, dan itu terasa wajar. Tetapi apakah yang ada di luar itu semuanya?

Baba : Bila engkau berusaha melihat wujud itu ketika sedang melakukan pekerjaan sehari-hari, engkau akan melakukan kesalahan. Misalnya, bila engkau beusaha membayangkan Tuhan di dalam bathin ketika sedang melakukan pekerjaan di kantor, engkau akan membuat kesalahan. Karena itu, jika sedang sibuk bekerja, “membayangkan wujud Tuhan (mengingat Tuhan)” berarti bekerja atas nama Tuhan, dan bukannya untuk memperoleh hasilnya.

(Buku Percakapan Dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, hal 114)

Page 53: Study Circle Report Bner

SABDA SVAMI TENTANG KASIH

Cinta kasih TIDAK MENGENAL KEBENCIAN,

Cinta kasih TIDAK MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI,

Cinta kasih JAUH DARI KEMARAHAN,

Cinta kasih TIDAK PERNAH MENGAMBIL; SELALU MEMBERI,

Cinta kasih adalah TUHAN.

(dikutip dari INTISARI BHAGAWAD GITA (wejangan Sri Sthya Sai Baba)

halaman: 51)

Kasih sama dengan atma, kasih tidak mempunyai hubungan sama sekali

dengan perasaan duniawi dan benda-benda duniawi. Kasih yang sebenarnya

berarti bhakti, adalah sebutan untuk atma. (INTISARI BHAGAWAD GITA,

halaman: 16)

Jika engkau menginginkan kebahagiaan dan kedamaian, engkau harus

memberikan KASIH (kepada semuanya tanpa rasa perbedaan),

Hanya melalui KASIH engkau akan mendapatkan kebahagiaan sejati,

Hanya melalui KASIH engkau akan memperoleh kedamaian bathin,

Kasih hidup dengan memberi dan memaafkan.

(INTISARI BHAGAWAD GITA, halaman 6)

HANYA MELALUI KASIH ENGKAU DAPAT MENCAPAI TUHAN

Page 54: Study Circle Report Bner

“Inilah janji-Ku kepadamu, jika engkau mengingat Aku dengan KASIH, akan

Kuberi engkau kemampuan kearifan, budhhi yoga, sehingga engkau dapat

masuk kedalam diri-Ku untuk selamanya dan manunggal dengan-Ku”

“Orang yang berbhakti (KASIH) dengan mantap dan tidak tergoyahkan

kepada-Ku, dialah yang amat Kucintai”

“Aku bersemayam dalam semua mahluk, jadi kasih pada-Ku berarti mengasihi SEMUA MAHLUK”

SABDA BHAGAVAN DALAM BUKU “BE LIKE JESUS”

Melihat Tuhan yang sama yang berada dalam seluruh mahluk adalah jiwa

sejati dari non-dualisme. Hanya jika engkau mengembangkan rasa bahwa

semua adalah perwujudan Tuhan, maka pandanganmu akan disucikan.

Semua yang berada dalam ciptaan ini adalah suci. Semua yang engkau lihat

hanyalah manifestasi Tuhan. Engkau melihat Tuhan dalam wujud dunia,

tetapi engkau masih merasa bahwa engkau tidak bisa melihatNya. Tuhan

tidak memiliki wujud atau tempat tinggal khusus. Dia adalah saksi abadi dan

hadir dalam semua wujud. Kalian bisa maju dan berkembang dalam jalan

spiritual hanya jika kalian memiliki perasaan seperti ini. (HALAMAN 120)

Jesus, yang berusaha untuk membangun kembali umat manusia dalam dasar

kasih, telah disalib oleh sekelompok kecil manusia yang takut menara

Page 55: Study Circle Report Bner

kecilnya yang berupa rasa benci dan kerakusan akan dirobohkan oleh

ajarannya. Ketika paku ditancapkan padanya untuk menempatkannya diatas

salib, Jesus mendengar suara Bapa yang bersabda, “Semua kehidupan

adalah satu, anakKu terkasih. Bersikaplah sama pada semua orang,” dan

Jesus memohon agar mereka yang menyalibkannya dimaafkan oleh karena

mereka tidak tahu apa yang telah mereka lakukan. Jika kita sungguh-

sungguh mengikuti hal ini, maka akan cukuplah untuk memenuhi takdir kita.

Jesus mendoakan kebaikan pada mereka yang menghina, mencerca, dan

melukainya. Dia tahu bahwa semua adalah kehendak Tuhan. Jadi, walaupun

diatas salib dia tidak memiliki keinginan yang buruk kepada setiap orang dan

mendesak semua orang yang bersamanya agar memperlakukan semua

sebagai alat-alat dari kehendak Tuhan. Ketika Jesus disalibkan, dia menangis

kehadapan Tuhan, “Oh Tuhan, mengapa Engkau menghukumku seperti ini?”

dengan segera ia menyadari kebenaran dan berkata, “Oh Tuhan, biarkan

kehendakMu yang berlaku. Engkaulah yang telah yang telah menciptakan

aku, mendukungku dan melindungiku. Aku tidak akan bertindak melawan

kehendakMu. Adalah salah jika aku menyalahkanMu.” Ini adalah pelajaran

yang sangat dibutuhkan saat ini. Setiap orang seharusnya tidak menghitung-

hitung kejahatan yang diberikan kepadanya dan berencana untuk membalas

dendam. Dia harus berada disisi lain, yaitu membalas kebencian dengan

kasih, dan rasa persaudaraan pada kebencian. Berkelakuan sebaliknya

adalah bertanda kelemahan.

(HALAMAN 121-122)

Jesus kristus menyatakan: “Aku adalah Anak Tuhan.” Akan tetapi pada waktu

ia disalibkan, Tuhan tidak datang untuk menyelamatkannya. Kristus bahkan

menangis dengan kesedihan yang mendalam: “Oh Bapa, mengapa Engkau

tidak datang untuk menolongku?” Tapi Tuhan bertindak dengan

memperhatikan waktu, tempat dan keadaan. Dia memberi kepada setiap

orang kehormatan dan kemulian sebagai haknya. Kristus menjadi sosok yang

mulia pada waktu penyalibannya. Demikianlah, dengan tindakan tertentu

Page 56: Study Circle Report Bner

dan dalam keadaan tertentu, seserorang mencapai ketenaran dan

kemasyuran.

(HALAMAN 122)

Page 57: Study Circle Report Bner

Sabdha Svami untuk Youth

Misi-Ku tidak akan sampai pada sasaran tepat pada waktunya kalau masing-masing dari kalian mempunyai sesuatu masalah yang harus dikerjakan. Di dalam gugusan galaksi yang sangat besar, planet ini telah dipilih sebagai tujuan untuk menjalankan misi-Ku. Dia (Tuhan) sekarang telah terlihat dengan jelas di depan matamu. Dia juga memberikan petunjuk dari atas untuk menyebarkan semangat pengabdian. Dia juga berada di dalam hatimu sehingga kekuatan tidak terlihatnya akan melindungimu dari gangguan terhadapmu. Untuk mensukseskan tugas yang menjadi bagianmu, selalulah terfokus kepada-Ku (dengan namasmaranam/ meditasi/ japam/ seva, dll).

Aku tergantung padamu wahai murid-murid-Ku, untuk transformasi dunia dan revolusi yang hebat. Selalu berlaku baik dan kembangkanlah pikiranmu karena dunia mengharapkanmu. Dan seimbangkanlah di dalam dirimu 2 (dua) sifat utama, yaitu tidak terikat pada keduniawian dan karakter yang baik.

Anak-anak-Ku,

Engkau adalah bunga di taman-Ku

Engkau adalah bintang di langit-Ku

Engkau harus memiliki kepala seperti Shankara (penuh kebijaksanaan/ wiweka)

Engkau harus memiliki hati seperti Buddha (penuh cinta kasih, sabar dn tabah)

Engkau harus memiliki tangan seperti Janaka (tanpa pamrih, tanpa ego)

Kalau engkau memiliki semua kualitas itu,

Engkau akan menjadi orang yang sempurna.

Page 58: Study Circle Report Bner

Pemuda sekarang telah kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri. Kalian lansung terpengaruh oleh kritikan-kritikan yang ditujukan kepadamu. Kalian harus bisa melihat, bahwa jika kritikan itu benar adanya, kalian harus memperbaiki diri. Jika kritikan itu tidak benar, kalian harus mengabaikannya, itu saja.

Jadikanlah rumahmu sebagai tempat kebajikan, memupuk moral yang baik, dan penuh cinta kasih.

Kendalikan nafsu dan amarahmu. Itulah tanda bhakta yang sejati.

Kalian dapat saja menyatakan bahwa kalian adalah bhakta, akan tetapi kalau kalian hanya berbicara saja, tanpa pernah mencintai semuanya secara merata, maka Tuhan tidak akan pernah menyatakan engakau sebagai bhakta-Nya, camkanlah ini.

Dengarkan semua dan jangan berkata apa-apa (maunam/ hening)

Pikullah semua dan jangan melakukan apa-apa (menerima kehendak-Nya/ pasrah)

Berilah semua dan jangan mengambil apa-apa (kasih atau tanpa pamrih)

Layanilah semua dan jangan menjadi apa-apa (tanpa keinginan, tanpa pamrih, tanpa ego)

Page 59: Study Circle Report Bner

Karma Yoga

Dengan menginginkan buah atau hasil dari setiap perbuatan kita

(karmaphalam) maka engkau akan mendapatkan buah itu dari dunia,

lengkap dengan dualitasnya, baik-buruknya dan kita tidak bisa hanya

meminta baiknya saja.

Lepaskan pengakuan kita akan buah dari perbuatan kita, maka kita akan

mendapatkan kebahagiaan kekal abadi (anandam)

Ada tiga kategori karma atau perbuatan:

1. Karma atau perbuatan yang dilakukan dengan mengharapkan hasil

2. Karma atau perbuatan yang dilakukan dengan semangat atau motif

tanpa menginginkan hasil atau buahnya, ini disebut

karmaphalatyagam

3. Karama atau perbuatan yang dilakukan dengan semangat atau motif

tanpa menginginkan hasil atau buahnya dan dengan penuh cinta

dipersembahkan kepada Tuhan, ini disebut Karma Arpanam

Karma pada kategori pertama disebut karma biasa, karma pada kategori

kedua disebut Nishkaama karma (perbuatan tanpa pamrih), sedangkan

karma kategori ketiga disebut dengan Pavithra Karma (perbuatan suci, yaitu

perbuatan tanpa pamrih atau tulus ikhlas yang ditambah dngan cinta suci

murni).

Seva yang dilakukan oleh Sai Devotee (Bhakta Sai) normalnya masuk di

kategori yang kedua, dikatakan demikian jika perbuatan atau seva tersebut

dilakukan dengan mekanis (rutin) dan dengan gaya yang setengah-setengah

atau asal-asalan tanpa menaruh hatinya dalam perbuatan itu. Seva pada

kategori ketiga adalah seva yang sangat disukai dan dicintai oleh Tuhan.

Page 60: Study Circle Report Bner

SABDA BHAGAVAN TENTANG

“ALAT TUHAN”

Bila seorang adalah ALAT YANG SEJATI bagi kekuatan Tuhan, ia dapat

dikenal dengan ciri-ciri sebagai berikut: jujur, baik hati, penuh kasih,

sabar, mampu menahan diri, dan mempunyai rasa terimakasih.

(Sumber: buku Prema Vahini, halaman 14)

Aku telah datang untuk menjelaskan sifat bajik yang dimiliki oleh bhakta

sejati-Ku, dia memiliki:

Mata yang berseri-seri dan menenangkan,

Mata yang secara terus menerus mencari-Ku (melihat hanya Tuhan),

Mata yang memiliki kasih dan cinta,

Mata yang memperlihatkan ketetapan hati untuk selalu jujur,

Mata yang terfokus kepada tujuan (Tuhan),

Senyuman yang menunjukkan kepercayaan akan keputusan-Ku,

Senyuman yang menunjukkan bahwa tiada rasa sakit yang menyakitkan

hatinya,

Senyuman yang meluluhkan dan memenangkan semuanya,

Senyuman yang mengucapkan semua ajaran-Ku,

Senyuman yang selalu bermakna (kebaikan),

Tangan yang melayani,

Tangan yang tidak pernah lelah,

Page 61: Study Circle Report Bner

Tangan yang hanya memberi dan tidak pernah mengambil,

Tangan yang memikul segala beban semua mahluk,

Tangan yang tegas namun juga penuh cinta kepada semua mahluk,

Hati dimana didalamnya Aku bersinar,

Hati dimana melaluinya Aku berbicara,

Hati yang tidak pilih kasih atau membeda-bedakan,

Hati yang selalu berdenyut, denyutan yang memanggil nama-Ku,

Hati yang berbicara dengan bahasa-Ku (bahasa kasih, penuh kelembutan),

Hati dimana Aku menetap.

(Sumber: buku “Sai Darshana”, halaman 111)

VASANA ATAU VAASANAAS

Dorongan yang timbul dari dalam diri untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu yang berasal dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh

individu atau jiwa di masa lampau, dimana didalamnya terkandung berbagai

macam hal, yaitu hal yang disukai dan hal yang tidak disukai.

Vasana inilah yamg membentuk watak seseorang, dan untuk mencapai

mukti atau moksa atau pembebasan sehingga mencapai kebahagiaan abadi

(MENYADARI BAHWA KITA ATMAN, YANG MENGATASI SEGALA SIFAT ATAU

NIRGUNA), maka vasana ini harus dibakar habis, dimana Swami mengatakan

membakarnya adalah dengan sadhana dimana namasmarana adalah salah

satunya selain juga satsang atau berkumpul dengan pergaulan yang baik

Page 62: Study Circle Report Bner

dan mulia atau dengan kata lain bergaul dan berada di bawah naungan

KEBENARAN.

KASIH

Aspek ajaran Swami yang paling mendalam dan sulit dipahami adalah

kasih. Cara untuk memahami lingkaran di sekitar persoalan yang sulit itu

ialah dengan latihan spiritual seperti meditasi, mengulang-ulang nama

Tuhan, berbicara dengan orang-orang yang baik, menjauhkan pikiran dari

hal-hal yang buruk, dan sebagainya. Latihan-latihan spiritual itu sendiri

sebetulnya tidak mempunyai nilai. Yang benar-benar bernilai hanyalah kasih.

Sifat kasih sejati adalah memberi dan bukan menerima. Kasih sejati itu

murni, tanpa mementingkan diri, bebas dari kesombongan, dan penuh

kebahagiaan. Pokok ajaran Swami mengenai cara hidup di dunia ini adalah

melihat kenyataan sejati di dalam diri setiap manusia – yaitu Tuhan – dan

mengasihi kenyataan itu, dengan tidak menghiraukan semua kelakuan, sifat,

perbuatannya yang tidak benar, serta ciri-ciri khas orang itu. Mengasihi

Tuhan di dalam diri seseorang yang kita hadapi adalah kasih spiritual dan

bukannya cinta badaniah. Walaupun kita berusaha melihat Tuhan dalam

segala mahluk, itu tidak berarti bahwa dalam hubungannya dengan sifat

duniawi mahluk tersebut kita selalu memaafkan, mengagumi, atau tidak

menegur kelakuan buruk duniawinya. Walaupun kita melihat, mengasihi, dan

sungguh memperhatikan Tuhan dalam diri seseorang itu, orang itu harus

Page 63: Study Circle Report Bner

ditegur, perhatiannya harus diarahkan untuk memperbaiki kelalaiannya,

kelakuannya yang tidak pantas, cacat celanya, dan sebagainya.

Sesungguhnya hal itu bukanlah suatu kekejaman. Yang penting dalam hal ini

adalah maksud dan tujuannya.

Mengapa manusia sulit sekali mengenali dan memahami kasih? Adalah

karena hati manusia sekarang telah mandul dan terkotorkan. Hati dipenuhi

dengan segala jenis keinginan dan tiada tempat lagi bagi kasih yang murni,

tanpa cela untuk masuk. Hanya setelah kelekatan duniawi dibuang dari hati

maka akan ada ruangan bagi kasih sejati untuk tinggal di dalamnya dan

tumbuh.

Meskipun kasih itu ada dalam setiap sel manusia, ia tidak menyatakan

diri karena hati yang kotor. Seorang manusia tanpa kasih dalam hatinya

adalah sama baiknya dengan kematian. Oleh karena itu, milikilah kasih bagi

semuanya. Bagikan kasihmu bahkan kepada mereka yang kurang

mengasihi. Dalam setiap tindakan didalam kehidupan sehari-harimu,

nyatakan kasihmu. Inilah jalan termudah menuju kesadaran Tuhan. Tapi

mengapa orang-orang tidak mengambil jalan itu? Ini dikarenakan mereka

terpengaruh dengan salah pengertian berkaitan dengan cara untuk

menghayati Tuhan. Mereka menganggap Tuhan sebagai wujud yang jauh

yang hanya dapat dicapai dengan latihan rohani yang berat. Perbaiki

pandanganmu yang keliru maka engkau akan mengalami Tuhan dalam

segala hal. Berbicaralah dengan kasih, bertindaklah dengan kasih,

berpikirlah dengan kasih dan lakukan setiap tindakan dengan hati yang

dipenuhi dengan kasih. Tidak perlu membilang manik-manik (japa) atau

duduk bermeditasi, sedangkan pikiranmu disibukkan dengan persoalan

duniawi. Japa yang harus kaulakukan adalah selalu mengingatkan dirimu

akan Tuhan dalam dirimu, inilah pesan tertinggi dari Weda.

Sadarilah bahwa jalan kasih adalah yang termudah, termanis dan jalan

yang pasti menuju Tuhan.

Page 64: Study Circle Report Bner

Diambil dari buku Swami yang berjudul “Percakapan Dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba” oleh Dr. John S. Hislop dan wacana Swami No. 12 Volume. XI/ November 1996.

Wacana Bhagawan Sri Sathya Sai Baba tentang Pemuda, Bangsa dan Negara

Tugas Utama Manusia

Pemuda pemudi terkasih,

Ini bukanlah saatnya untuk bersantai. Jangan membuang-buang waktu. Bangunlah dari tidur egoisme serta kepicikan dan bertekadlah untuk mengabdi bangsa. Lakukan segala kegiatan dengan menghargai dan menjungjung tinggi kehormatan bangsamu. Pahamilah misteri dibalik kelahiran sebagai manusia. Setiap orang mempunyai tujuan. Tidak pantaslah jika kaum muda melupakan Tuhan dan tujuan hidup manusia, serta

Page 65: Study Circle Report Bner

membuang–buang waktu untuk mengejar berbagai hal yang bersifat fisik dan materiil. Kaum muda harus mengungkapakan sifat-sifat kemanusiaan dengan meningkatkan keluhuran budi serta melakukan dharma bhakti bagi masyarakat. Mereka harus melaksanakan kewajibannya dengan tulus, dan menegakkan budaya pusaka negeri ini dengan melaksankan serta menyebarluaskan nilai-nilai aslinya. Namun, kaum muda modern mengabaikan kewajibannya kepada bangsa. Mereka tidak mengutamakan kemajuan dan kesejahteraan negerinya. Pertama-tama mereka harus mengerti bahwa kesejahteraan individu terletak pada keamanan dan keselamatan bangsa.

(Sai Baba, Sport & Meet Day 14/01/2000, Sabda Sathya Sai 33 hal 15)

****^-^****

Masa Depan Suatu Bangsa

Masa depan suatu bangsa dan negara tergantung pada youth (kaum muda). Kekuatan para youth terletak pada semangat patriotismenya. Tugas atau kewajiban utama para pemuda adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat . Kekuatan fisik dan mental para youth merupakan fondasi dimana berdirinya suatu bangsa/negara. Sadari dan bangunkanlah dirimu dari sifat-sifat mementingkan diri sendiri dan pandangan sempit, bulatkanlah tekadmu untuk bekerja demi kemajuan bangsa. Laksanakanlah semua aktivitasmu sembari tetap menjaga nama baik bangsa. Sungguh amat disayangkan sekali apabila para youth melupakan Keilahian dan tujuan hidupnya sembari menyia-nyiakan waktunya dalam memenuhi keinginan fisik dan materialistik semata. Para youth seyogyanya mengekspresikan kualitas kemanusiaan melalui karakternya yang luhur serta melalui tindakannya yang senantiasa memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka (youth) harus menyadari bahwa kesejahteraan individu adalah tergantung pada keselamatan dan keamanan bangsa.

(Sai Baba, Thought For The Day 22/11/2007)

****^-^****

Page 66: Study Circle Report Bner

Tingkatkan Semangat Cinta Tanah Air

Kaum muda harus bertekad melenyapkan kemiskinan, penderitaan, dan ketidakadilan di negeri ini. Hal ini hanya dapat dicapai dengan meningkatkan pikiran yang suci, mengikuti kebenaran, kebajikan, dan keadilan, serta menyadari bahwa Tuhan ada dimana-mana.

Kalian adalah para pembebas negeri ini. Berlindunglah kepada Tuhan, berdharama bhaktilah kepada negerimu, dan bertekadlah untuk menuliskan bab keemasan dalam sejarah tanah airmu. Itulah intisari pendidikan yang benar. Jangan membanggakan pengetahuan yang diperoleh dari buku. Pengetahuan dari buku hanya membantu dalam mencari nafkah. Hal itu tidak akan memberikan kebijaksanaan yang menyeluruh. Lakukan segala kegiatanmu dengan iman kepada Tuhan, maka engkau pasti akan sukses. Karena itu, jangan belajar sekedar untuk memperoleh gelar.(Sai Baba, Sport & Meet Day 14/01/2000, Sabda Sathya Sai 33 hal 22)

****^-^****

Engkau harus meningkatkan perasaan kebangsaan dan cinta tanah air. Kaum muda masa kini tidak mempunyai semangat kebangsaan. Ini disebabkan oleh pengaruh para politikus yang lebih mengutamakan kepentingan peribadi dan kepentingan negara. Akan tetapi engkau harus siap mengorbankan hidupmu bagi negara. Ini harus menjadi ideal dalam hidupmu. Jika engkau mengembangkan cita-cita luhur seperti itu, pasti engkau akan menghyati Tuhan. (Sai Baba, Upanayana 10/02/2000, Sabda Sathya Sai 33 hal 56)

****^-^****

Negaramu dan badan jasmanimu tidaklah saling berbeda satu sama lainnya. Kedua-duanya terbentuk dari lima macam unsur/elemen (tanah, air,

Page 67: Study Circle Report Bner

api, udara dan ether) dan saling berkaitan serta saling berketergantungan. Ibaratnya adalah seperti pasangan bayangan cermin. Cobalah untuk memahami kebenaran ini. Kaum muda hari ini akan menjadi pemimpin di masa depan. Apabila kita menghendaki masa depan yang makmur, maka para pemuda harus melaksanakan tugas & kewajibannya dengan penuh keyakinan kepada Tuhan. Engkau adalah bagian dan pemilik negara ini. Bagi mereka yang masih malu-malu untuk menyatakan secara bangga bahwa ini adalah tanah-airku, ini adalah bahasa-ku, ini adalah agama-ku – orang-orang seperti ini tak ada bedanya dengan mayat hidup. Setiap orang, tak peduli dari negara manapun, harus memiliki sikap patriotisme di dalam hatinya.

(Sai Baba, Thought For The Day 15/08/2007)

****^-^****

Jangan Pernah Meninggalkan Tanah Airmu

Jangan menghabiskan seluruh masa hidupmu untuk memperoleh berbagai gelar. Segenap kemampuan baik fisik, mental, maupun spiritual berasal dari Tuhan. Abdikan kemampuan itu kepada Tuhan. Tuhan adalah pemberi dan juga penerima. Beliaulah yang mengalami dan juga yang dialami. Pahami kebenaran bahwa segala sesuatu baik atau buruk, terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan. Jangan keranjingan ingin meraih berbagai gelar, pergi keluar negeri dan mengumpulkan harta. Kekayaan yang sejati berada didalam dirimu. Jangan pernah mengabaikan dan meninggalkan tanah tumpah darahmu. Hanya karena ibumu tidak cantik, dapatkah engkau meninggalkannya dan menganggap wanita lain yang lebih cantik sebagi ibumu? Jika engkau lebih menyukai negara lain dari pada tanah airmu sendiri, sama saja engkau melakukan hal itu.

“Janani jadma bhumishca svargadapi gariyasi”

Artinya : ‘Ibu dan ibu pertiwi lebih mulia dari surga’

****^-^****

Karena itu, engkau harus mencintai tanah tumpah darahmu. Tingkatkan deshabhimanam ‘semangat cinta tanah air’ bukan

dehabhimanam ‘kelekatan pada tubuh’.

Page 68: Study Circle Report Bner

****^-^****

Rasa cinta terhadap negara merupakan basis

Tempat engkau membangun cinta kasih

untuk masyarakat dunia

(Sai Baba, Sport & Meet Day 14/01/2000, Sabda Sathya Sai 33 hal 24)

****^-^****

“Hanya ada satu negara yang pantas menjadi negaraku. Ia tumbuh dengan perbuatan

dan perbuatan itu adalah perbuatanku.”

(Bung Hatta, Pledoi di Pengadilan Den Haag, Belanda 1928)

****^-^****

~~Sembah Sujud pada Tanah Airku Indonesia~~

Makna Gayatri Mantram

Semua orang harus mencantingkan Gayatri. Gayatri melampaui berbagai rintangan seperti kasta, komunitas, jenis kelamin, kewarganegaraan, waktu dan tempat. Adalah sebuah mantra yang boleh diulangi oleh semua orang. Ada 3 (tiga) aspek utama dalam mantra Gayatri.

Yang pertama, engkau harus tahu bahwa Bhur, Bvah, Svah, bukanlah suatu dunia yang terpisah satu dengan yang lainnya. Engkau pikir “Bhur, Bvah, Svah” adalah 3 dunia yang berbeda. Merupakan suatu kesalahan untuk berpikir seperti itu. Mereka ada didalam dirimu. “Gayamulu” berarti indra (indria). Oleh karena Gayatri berkaitan dengan pengontrolan indria, maka disebut demikian. Tubuh memiliki indra pemahaman dan kegiatan. Aspek pertama dari Gayatri ini disebut dengan “materialisasi” (penciptaan) atau Gayatri.

Page 69: Study Circle Report Bner

Tubuh dapat berfungsi jika ada prinsip kehidupan didalamnya. Kegiatan bergetar adalah berkaitan dengan kehidupan. Oleh karenanya, prinsip kehidupan bergetar didalam tubuh, sehingga tubuh dapat berfungsi atau bekerja sebagaimana mestinya. Aspek kedua dari Gayatri , yang merupakan daya hidup, disebut dengan getaran atau Savitri.

Aspek ketiga dari Gayatri adalah suara terpenting Omkara yang disebut dengan Saraswati, yang menyembur keatas dari pusar. OM merupakan kombinasi (campuran) dari tiga suara, “A”, “U”, dan “M”. “A” diucapkan dari pusar, “U” dimulai dari kerongkongan, “M” keluar dari bibir. Soham dicantingkan (diucapkan secara terus menerus) didalam proses bernafas kita, walaupun kita mungkin tidak menyadarinya. Ini disebut dengan “Japa Gayatri”. Ketika kita menarik nafas, kita membuat suara “so” dan ketika kita menghembuskan nafas, suara “ham” timbul. Mantra Soham diulangi sebanyak 21,600 (duapuluh satu ribu enam ratus) kali dalam proses pernafasan kita. Didalam mantra Soham, suara kedua dalam “so” adalah o, dan suara kedua dalam “ham”, adalah m. Berdua mereka membentuk OM.

Oleh karena itu, pada tingkat tubuh adalah Gayatri, materialisasi (penciptaan). Sebagai prinsip kehidupan, adalah Savitri, getaran, dan akhirnya sebagai kepala dari sumber suara, adalah Saraswati, radiasi (pemancaran). Ini merupakan tiga aspek dari mantra Gayatri. Dengan kata lain, kekuatan atma, sumber ilahi, adalah radiasi (pancaran) (Saraswati), yang memasuki tubuh sebagai vibrasi (getaran) atau prinsip hidup (Savitri), sehingga tubuh yang terbuat dari unsur-unsur material menjadi berfungsi yang disebut dengan materialisasi (Gayatri).

GAMBAR PERJALAN (PROSES) GAYATRI:

Anil Kumar bertanya : Swami! Beberapa orang menginginkan kita untuk melakukan puja, beberapa menyarankan dhyana (meditasi), beberapa lagi menyarankan parayana (membaca kitab suci) dan yang lain menjamin bahwa kita akan mendapatkan hasil yang baik melalui japa (mengulangi nama suci Tuhan). Saya bingung tentang

RADIASI

“OM” (SARASWATI)

VIBRASI

“DAYA HIDUP”

(SAVITRI)

MATERIALISASI TUBUH BERFUNGSI

(GAYATRI)

Page 70: Study Circle Report Bner

apa yang harus saya lakukan dan yang mana yang harus saya ikuti. Tolong beri saya jawaban yang manakah yang terbaik yang harus saya lakukan dalam sadhana saya?

Bhagavan menjawab : Engkau bisa mengikuti yang mana saja dengan penuh prema (cinta), nissvardha (tanpa pamrih), chittas'uddhi (kemurnian hati), ekagrata (satu arah/ pemusatan pikiran pada satu hal “Tuhan”). Dan saranagati (pasrah diri untuk menyadari dan mengalami Tuhan). Ikutilah jalan yang cocok dengan kenyamananmu. Prosedur yang mana saja, yang timbul dari dalam hatimu dan dapat memberimu shanti (kedamaian), dan ananda (kebahagiaan sejati) dapat kau ikuti. Tetapi jangan pernah meniru. Jangan “ikut-ikutan” dengan perkataan dan jalan yang ditempuh oleh orang lain. Engkau ikuti jalan yang engkau pilih. Jika tidak, engkau akan kehilangan jalanmu juga. Peniruan adalah manusia. Tapi penciptaan (daya cipta) adalah Ilahi (ketuhanan). Seharusnya engkau tidak meniru-niru dan mengikuti “orang” lain secara buta.

Diambil dari pertanyaan ke 149 di SATYOPANISAD VOL:II

Page 71: Study Circle Report Bner

AHIMSA

(STUDY CIRCLE TGL 14 JULI 2009)

Peminat kehidupan rohani harus menggunakan kata-kata yang sangat halus, manis, benar, dan menyenangkan. Orang semacam itu dapat dikenal dengan mudah karena sifat-sifat baiknya. Pikirannya adalah Mathura, hatinya adalah Dwaraka, dan badannya adalah Kasi. Di kaki gerbang yang kesepuluh ia dapat menyadari penerangan bathin yang tertinggi. Tetapi semua usahanya tidak akan ada gunanya bila hatinya tidak murni. Lihatlah ikan, selamanya tinggal di dalam air, tetapi dapatkah ia melepaskan dirinya dari bau yang anyir? Tidak. Dengan demikian, tidak menjadi soal betapa pun banyaknya latihan spiritual (sadhana) yang engkau tempuh untuk memurnikan pikiran dan perasaanmu, bila hatimu penuh dengan egoisme (rasa keakuan), engkau tidak akan pernah melepaskan diri dari keinginan dan hawa nafsu.i

Pikiran manusia menyukai objek-objek dunia lahiriah dan senang mengamati serta mengkritik dunia luar tanpa tujuan. Jadi, bagaimana pikiran semacam itu dapat dilatih agar mantap dan terpusat? Faedah apa yang engkau peroleh bila kau habiskan waktumu untuk mencari cacat cela dan kelemahan orang lain? Karena itu, langkah pertama pada jalan spiritual adalah upaya untuk mencari cacat cela serta kelemahan kita sendiri. Berjuanglah untuk memperbaiki hal itu dan berusahalah menjadi sempurna.ii

Ahimsa tidaklah hanya berarti “tidak melukai mahluk hidup”. Engkau harus tidak menyebabkan sakit walaupun hanya dengan sebuah kata, sebuah pandangan atau gerak tubuh. Toleransi, ketabahan, keseimbangan (ketenangan hati) -- mereka membantumu untuk menetap dalam ahimsa. Mereka akan memindahkan semua kesempatan yang engkau mungkin miliki untuk menyebabkan sakit bagi orang lain. Hal ini dinamakan “sahana” (kesabaran) atau “kshama” (pemaaf/ tindakan memaafkan). Beri nilai (simpan) hal baik yang pernah orang lain berikan (lakukan) atau katakan tentang dirimu, dan tumbuh

i Diambil dari buku Prema Vahini (Pancaran Kasih Ilahi), halaman 48.ii Diambil dari buku Prema Vahini (Pancaran Kasih Ilahi), halaman 5.

Page 72: Study Circle Report Bner

kembangkan ketabahan dan pemahaman untuk menghargai tingkah laku mereka (orang lain) dan ampuni kesalahan mereka. Kapasitas (kemampuan) ini adalah sama nilainya dengan kebenaran, kebajikan, kebijaksanaan, tanpa kekerasan, penolakan (akan hal-hal yang bersifat duniawi/ material), kegembiraan dan kasih. Inilah semua hal yang perlu dikuasai (disadari dan dilaksanakan) oleh seseorang demi kemajuan spiritualnya.iii

“Dia (seseorang/ orang lain) marah padaku, dia menyerangku, dia mengalahkanku, dia merampokku”

Mereka yang memiliki pikiran seperti ini, tidak akan pernah bebas dari kebencian.

“Dia marah padaku, dia menyerangku, dia mengalahkanku, dia merampokku”

Mereka yang tidak memiliki pikiran seperti ini, sudah pasti akan bebas dari kebencian.iv

Janganlah melihat keburukan; lihatlah kebaikan

Janganlah mendengar keburukan; dengarlah kebaikan

Janganlah berbicara yang buruk; berbicaralah kebaikan

Janganlah berpikir yang buruk; berpikirlah yang baik

Janganlah berbuat keburukan, berbuatlah kebaikan

Inilah jalan menuju Tuhanv

Bhakta telah berkumpul disini dari Malaysia, Singapura, Hongkong, Indonesia, Taiwan dan Jepang. Engkau mungkin datang dengan banyak masalah dan kecemasan. Tingkalkan mereka semua disini dan kembalilah ketempatmu dengan hati yang dipenuhi dengan kebahagiaan sejati (bliss). Tinggalkan semua pikiran dan perasaan burukmu, dan penuhi dirimu dengan iii Sabda Swami pada tangal 17 Februari tahun 1980iv Diambil dari Selections from the World's most sacred Literature, Eknath Easwaranv SSB, 11.05.1998, SS, Vol.41 No.6.

Page 73: Study Circle Report Bner

kedamaian dan kebahagiaan Prasanthi Nilayam.... Pikirkan hanya Tuhan. Tidak ada yang lebih penting dari itu.vi

vi Diambil dari wacana Swami pada perayaan Tahun Baru China di Prasanthi Nilayam, tanggal 5 Februari, 1998