laporan kasus nn. af

Upload: syukron-amrullah

Post on 28-Mar-2016

28 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

LapSus

TRANSCRIPT

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Laporan ini diambil berdasarkan kasus seorang pasien yang menderita gastroenetritis akut, berjenis kelamin perempuan dan berusia 23 tahun. Dengan berbagai permasalahan yang dihadapi, tidak hanya dari segi biomedis melainkan faktor psikologis, sosial, ekonomi, dan pekerjaan dari orang tua penderita dan keluarga. Mengingat kasus ini banyak ditemukan di masyarakat dan merupakan kompetensi 4 bagi seorang dokter umum maka penting bagi kita untuk memperhatikan dan mencermatinya, untuk kemudian bisa dijadikan sebagai pengalaman di lapangan.

1.2 Tujuan

1.) Untuk mengetahui gambaran klinis dari gastroenteritis akut 2.) Untuk mengetahui alur diagnosa dari gastroenteritis akut 3.) Untuk mengetahui tatalaksana dari gastroenteritis akut1.3 Manfaat1.) Dapat memahami gambaran klinis dari gastroenteritis akut2.) Dapat memahami alur diagnosa dari gastroenteritis akut3.) Dapat memahami tatalaksana dari gastroenteritis akutBAB IISTATUS PENDERITA

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGAA. IDENTITAS PENDERITA

Nama: Nn. AFUmur: 23 th.Jenis kelamin: PerempuanPekerjaan: MahasiswiPendidikan: S1 (STIE)Agama: IslamAlamat

: Jl. Candi Agung 3, No. 20, MalangStatus Perkawinan: Belum MenikahSuku : JawaTanggal periksa: 13 Oktober 2014Identitas Orang Tua

Ayah

Nama : Tn. MPekerjaan: Wiraswasta Pendidikan: D3 TeknikAgama: IslamSuku: JawaAlamat

: Jl. Tanjung Muajo, RT: 4/RW: 2, Kecamatan Cepiring,

Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.Ibu

Nama : Ny. KPekerjaan: Wiraswasta Pendidikan: SMAAgama: IslamSuku: JawaAlamat

: Jl. Tanjung Muajo, RT 4/RW 2, Kecamatan Cepiring,

Kabupaten Kendal, Jawa TengahB. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama: Muntah2. Riwayat Penyakit Sekarang: Nn. AF merupakan mahasiswi usia 23 tahun datang ke RSI UNISMA diantar oleh temannya dengan keluhan muntah sejak 4 hari yang lalu. Muntah disertai diare cair sebanyak 3 sampai 4 kali sehari. Selain itu pasien mengeluh nyeri perut sebelah kiri terutama saat setelah diare. Pasien juga merasa tidak nafsu makan karena terasa mual, sehingga intake makanan berkurang. 3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit serupa: Disangkal Riwayat mondok: Pernah MRS dengan diagnosa infeksi

usus besar. Riwayat sakit gula : Disangkal Riwayat penyakit jantung : Disangkal Riwayat hipertensi : Disangkal Riwayat sakit kejang : Disangkal Riwayat alergi obat: Disangkal Riwayat alergi makanan: Disangkal4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Disangkal

Riwayat hipertensi

: Disangkal Riwayat sakit gula

: Disangkal Riwayat jantung

: Disangkal5. Riwayat Kebiasaan

Riwayat Merokok

: Disangkal Riwayat Minum Alkohol

: Disangkal Riwayat Olahraga

: Satu kali dalam satu minggu Riwayat Pengisisan Waktu Luang : Ngobrol dan jalan-jalan dengan teman, saudara maupun orang tua6. Riwayat Sosial Ekonomi : Nn. AF adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Orang tua Nn. AF berkerja sebagai wiraswasta. Nn. AF merupakan seorang mahsiswa S1 STIE. Biaya sekolah, biaya hidup sehari-hari, dan biaya rumah sakit ditanggung oleh orang tua dan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 7. Riwayat Gizi : Frekuensi makan sehari-hari biasanya 3 kali sehari dengan nasi, tahu, tempe, telur, daging dan sayur. C. ANAMNESIS SISTEM1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-), kulit kering dan mengelupas (-) di kedua kaki2. Kepala: sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)3. Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan dalam batas normal4. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)5. Telinga: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)6. Mulut: sariawan (-), mulut kering (-)7. Tenggorokan: sakit menelan (-), serak (-)8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-) 9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)10. Gastrointestinal : mual (+), muntah (+), diare (+), nafsu makan meningkat (-), nafsu makan menurun (+), nyeri perut (+),11. Genitourinaria : BAK lancar/tidak, warna dan jumlah urine dalam batas normal/tidak12. Neurologik: kejang (-), lumpuh (-), kesemutan dan rasa tebal pada kedua kaki (-)

13. Psikiatri: emosi stabil (-), mudah marah (-)

14. Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

15. Ekstremitas: Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

Bawah kanan: bengkak (-), sakit (-), luka (-)

Bawah kanan: bengkak (-), sakit (-), luka (-). D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Kesan: Tampak lemas (lethargi), tampak sakit sedang, kesadaran composmentis (GCS E4 V5 M6 )

2. Tanda Vital

BB: 47 kgTB:154 cmTensi:110/70 mmHgNadi:76 kali/menitSuhu :36 0C

3. Kulit Warna sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit menurun (-)4. Kepala

Bentuk normocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut (-), makula (-), papula (-), nodula (-).5. Mata

Mata cowong (-/-), Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-), arcus senilis (-/-), radang/conjunctivitis/ uveitis (-/-).6. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), saddle nose (-).

7. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)

8. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga bentuk9. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).

10. Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).11. Toraks

Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-), spider nevi (-), venectasi (-), pembesaran kelenjar limfe (-)-Cor:I:ictus cordis tidak tampak

P:ictus cordis tidak kuat angkat

P:batas kiri atas:SIC II Linea para sternalis sinistrabatas kanan atas:SIC II Linea para sternalis dekstrabatas kiri bawah:SIC V 1 cm medial lineo medio clavicularis sinistrabatas kanan bawah : SIC II Linea para sternalis dekstra(batas jantung kesan tidak melebar)

A :BJ III intensitas normal, regular, bising (-)

-Pulmo:Statis (depan dan belakang)

I:pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P:fremitus raba kanan sama dengan kiri

P:sonor/sonor

A:suara dasar vesikuler (+/+ ), suara tambahan (-/-)

Dinamis (depan dan belakang)

I:pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P:fremitus raba kanan sama dengan kiri

P:sonor/sonor

A:suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, suara tambahan tidak ditemukan12. Abdomen

I: dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)

A: bising usus (+)

P: tympaniP: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba13. Sistem Collumna Vertebralis

I: deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P: nyeri tekan (-)

14. Ektremitas:palmar eritema(-/-)

akral dinginoedem ulkus+ +- -

- -+ +- -

- -

15. Sistem genetalia: dalam batas normal

16. Pemeriksaan NeurologikKesadaran: composmentis GCS E4 V5 M6Fungsi Luhur: dalam batas normalFungsi Vegetatif: dalam batas normalFungsi Sensorik:

NN

N NFungsi motorik:

RF 2 2 RP - -

2 2 - -17. Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan:sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran:kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek:appropriatePsikomotor:normoaktif

Proses pikir:bentuk:realistik

isi:waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus:koheren

Insight:baikE. WORKING DIAGNOSAGastroenteritis akut F. DIAGNOSA BANDING1. Gastroenteritis akut2. Ulkus peptikum3. Pankreatitis

4. Keracunan makananG. PEMERIKSAAN PENUNJANG-

F. RESUME :

Berdasarkan anamnesis yang dilakukan pada pasien, Nn. AF usia 23 tahun muntah sejak 4 hari yang lalu. Muntah disertai diare cair sebanyak 3 sampai 4 kali sehari. Selain itu pasien mengeluh nyeri perut sebelah kiri terutama saat setelah diare. Pasien juga merasa tidak nafsu makan karena terasa mual, sehingga intake makanan berkurang. Status gizi nampak baik. G. DIAGNOSIS HOLISTIKNn.AF merupakan anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Tn. M dan Ny. K dan merupakan penderita gastroenteritis akut. Nn. AF tinggal bersama orangtua dan saudaranya yang dapat digolongkan dalam nuclear family.1. Diagnosis Klinis

Nn. AF menderita gastroenteritis akut.2. Diagnosis personal

Nn. AF datang ke RSI UNISMA diantar oleh temannya dengan keluhan muntah sejak 4 hari yang lalu. Muntah disertai diare cair sebanyak 3 sampai 4 kali sehari. Selain itu pasien mengeluh nyeri perut sebelah kiri terutama saat setelah diare. Pasien juga merasa tidak nafsu makan karena terasa mual, sehingga intake makanan berkurang. Harapan Nn. AF ingin cepat sembuh dan bisa kembali aktif.3. Diagnosis Resiko Internal

Personal hygiene.

4. Diagnosis Resiko Eksternal

Kemungkinan pasien tertular melalui kontak langsung dengan penderita infeksi saluran cerna. 5. Derajat FungsionalDerajat fungsional Nn. AF memiliki score 1 karena pasien masih mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit.

6. PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa

Menjelaskan kepada Nn.AF mengenai keadaan dan kondisinya sekarang Memberikan diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) dan tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan yang pedas.Medikamentosa- Pemberian cairan intravena Ringer Asetat + Dextrose 5% dengan perbandingan 3 : 1, 30 tetes/menit. Pepzol drip 1 x 1 ampul Vometron inj. 2 x 1 ampul New Diatab oral 3 x 2 Imodium 2 x 1 Dislatif syr. 3 x1 Vometa TT syr 3 x1 Follow up

Nama: Nn. AFDiagnosis: Gastroenteritis akutTanggalSubjectiveObjectiveAssessmentPlanning

13 Oktober 2014

Muntah disertai diare cair sebanyak 3 sampai 4 kali sehari sejak 4 hari yang lalu, nyeri perut sebelah kiri terutama saat setelah diare. Pasien juga merasa mual. GCS : 456

BB : 47 kgTB : 154 cm

Tensi: 120/80 mmHgNadi: 80 kali/menit

Suhu : 36 0C

Gastroenteritis akut Pemberian cairan intravena Ringer Asetat + Dextrose 5% dengan perbandingan 3:1, 30 tetes/ menitPepzol drip 1x1 ampul Vometron inj. 2x1 ampul

New Diatab oral 3x2

Imodium 2x1

Dislatif syr. 3x1

Vometa TT syr 3x1

14 Oktober 2014

MualGCS : 456

BB : 47 kg

TB : 154 cm

Tensi : 110/70 mmHg

Nadi : 84 kali/menit

Suhu : 37 0C

Gastroenteritis akutPemberian cairan intravena Ringer Asetat + Dextrose 5% dengan perbandingan 3:1, 30 tetes/ menitPepzol drip 1x1 ampul Vometron inj. 2x1 ampul

New Diatab oral 3x2

Imodium 2x1

Dislatif syr. 3x1

Vometa TT syr 3x1

15

Oktober 2014LemasGCS : 456

BB : 47 kg

TB : 154 cm

Tensi : 90/70 mmHg

Nadi : 76 kali/menit

Suhu : 36 0CPemberian cairan intravena Ringer Asetat + Dextrose 5% dengan perbandingan 3:1, 30 tetes/ menitPepzol drip 1x1 ampul Vometron inj. 2x1 ampul

New Diatab oral 3x2

Imodium 2x1

Dislatif syr. 3x1

Vometa TT syr 3x1

BAB IIIIDENTIFIKASI KELUARGA

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGAA. FUNGSI HOLISTIK1. Fungsi Biologis

Nn. AF berusia 23 tahun menderita gastroenteritis akut.2. Fungsi PsikologisNn. AF tinggal bersama dengan orang tua dan saudaranya. Jika ada masalah dalam keluarga, anggota keluarga yang lain saling membantu dan mendiskusikan masalah dan menyelesaikan bersama. 3. Fungsi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua Nn. AF tergolong sebagai anggota masyarakat biasa dan tidak tergabung sebagai perangkat desa. Dalam kehidupan social, orang tua Nn. AF aktif dalam mengikuti kegiatan kemasyarakatan.4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Nn. AF adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Orang tua Nn. AF Ayah berkerja sebagai wiraswasta. Biaya sekolah, biaya hidup sehari-hari, dan biaya rumah sakit ditanggung oleh orang tua dan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.B. FUNGSI FISIOLOGIS

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi :

1. Adaptasi

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup dan 8-10 adalah baik.Tabel 1. APGAR APGAR Tn. S Terhadap KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/Tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Keterangan

0: Jarang/tidak sama sekali

1: Kadang-kadang

2: Sering/selalu Total Fungsi Fisiologis Keluarga Nn. AF = 10 (Baik)B. FUNGSI PATOLOGIS

Fungsi patologis dari dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut :Tabel 2. SCREEM keluarga penderitaSUMBERPATOLOGISKET

SocialTidak mengalami hambatan dalam bersosialisasi baik dengan orang disekitar tempat tinggal maupun berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain -

CultureDalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan keluarga dan orang disekitar tempat tinggal-

Religious

Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dengan ketaatan ibadah yaitu dalam menjalankan shalat 5 waktu-

EconomicEkonomi keluarga Tn. M terbilang cukup mampu dalam melengkapi kehidupan sehari-hari baik dalam membiayai kuliah, rumah sakit, dan kebutuhan sehari-hari.-

EducationalTingkat pendidikan keluarga ini terbilang relatif cukup, karena pendidikan terakhir Tn. M adalah D3 Teknik, Ny. K adalah SMA, Nn. AF dan adiknya masih duduk di bangku kuliah.-

Medical

Jarak dari rumah dengan pusat kesehatan dekat. Apabila ada anggota keluarga yang sakit segera diperiksakan apabila keluhan semakin hari tidak mereda.-

C. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. MAlamat lengkap : Jl. Tanjung Muajo, RT 4/RW 2, Kecamatan

Cepiring, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Bentuk Keluarga

: Keluarga inti (nuclear family)Tabel 3. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah

NoNamaKedudukanL/PUmurPendidikan TerakhirPekerjaanPasien KlinikKeterangan

1.Tn. MAyahL48 th.D3 TeknikWiraswasta Tidak0

2.Ny. KIbuP43 th.SMAWiraswasta Tidak0

3.Nn. AF AnakP23 th.S1MahasiswaYaGastroenteritis akut

4.Adik Nn. AFAnakP23 th.S1MahasiswaTidak0

Sumber : Data primer, 15 Oktober 2014

Kesimpulan:

Keluarga Nn. AF adalah nuclear family yang terdiri dari 4 orang anggota keluarga. Nn. AF merupakan anak kedua dari Tn. M dan Ny. K. Nn. AF berusia 23 tahun yang termasuk dalam tahapan usia dewasa. Diagnosa klinis Nn. AF adalah gastroenteritis akut. D. POLA INTERAKSI KELUARGA Diagram 1. Pola interaksi keluarga Tn.I

Keterangan :

Hubungan baik Hubungan tidak baikE. GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

: Laki-Laki : Tinggal satu rumah

: PerempuanIDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATANA. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA

1. Faktor Perilaku Keluargaa. Pengetahuan

Keluarga ini memiliki pengetahuan yang kurang mengenai masalah kesehatan, khususnya tanda-tanda bahaya penyakit dan komplikasi yang timbul pada Nn. AF.b. Sikap

Keluarga ini cukup memperhatikan kondisi dan keluhan Nn. AF, walaupun intensitas bertemu antara orang tua dan Nn. AF sangat minimal.c. Tindakan

Keluarga mengantarkan Nn. AF untuk berobat ketika keluhan Nn. AF tidak kunjung membaik.2. Faktor Non Perilakua. Lingkungan

Lingkungan rumah keluarga Nn. AF berada pada perumahan dan letak antar rumah berdempetan dengan rumah yang lain. b. Pelayanan KesehatanKeluarga Nn. AF menggunakan fasilitas kesehatan terdekat untuk berobat.c. Keturunan

Menurut Nn. AF tidak ada anggota keluarga yang sakit sama dengan dirinya.

Keterangan:

: Faktor Perilaku

: Faktor Non PerilakuB. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAHLingkungan Luar Rumah1. Memiliki pagar2. Jarak antar tetangga berdempetan

3. Air berasal dari sumur

4. Tempat pembuangan limbah rumah tangga adalah saluran pembuangan air

Lingkungan Dalam Rumah (Indoor)1. Rumah memiliki 7 ruangan

1 ruang tamu

1 ruang keluarga

4 kamar tidur

1 dapur

1 tempat jemuran 1 kamar mandi 1 parkiran2. Lantai keramik, dinding tembok, dan atap genteng

3. Rumah berlantai 1Denah Rumah

DAFTAR MASALAHA. Masalah Medis

Gastroenteritis akut

B. Masalah Non Medis

1. Kurangnya pengetahuan keluarga Nn. AF mengenai penyakit dan keluhan pada Nn. AF2. Kurangnya pengetahuan Nn. AF mengenai kebersihan diri

BAB IVTINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi Lambung

Lambung adalah bagian yang mengembang pada saluran pencernaan diantara esophagus dan intestinum tenue. Lambung adalah organ khusus untuk pengumpulan makanan yang teringesti, yang secara kimiawi dan mekanis mempersiapkan makanan tersebut untuk digesti dan pasase ke dalam duodenum. Pada sebagian besar orang, bentuk lambung menyerupai huruf J, tetapi bentuk dan posisi lambung dapat berbeda secara nyata pada orang dengan bentuk tubuh berbeda dan bahkan pada orang yang sama sebagai akibat gerakan diafragmatik selama respirasi, isi lambung, dan posisi orang tersebut (yaitu, apakah berbaring atau berdiri).1 Lambung dapat dibedakan menjadi empat daerah lambung. Zona sempit selebar 2-3 cm sekitar lubang esophagus disebut kardia. Daerah mirip kubah yang menonjol ke kiri di atas muara esophagus adalah fundus. Daerah pusat yang luas adalah korpus dan dan bagian distal yang menyempit berakhir pada orifisium gastroduodenal adalah pilorus. Terdapat perbedaan nyata dalam kelenjar mukosa kardia, korpus, dan pilorus, sedangkan dari fundus dan korpus adalah hampir sama.2 Lambung juga memiliki dua kurvatura, yaitu kurvatura minor dan major. Kurvatura minor membentuk batas konkaf lebih pendek pada lambung. Kurvatura major membentuk batas konveks lebih panjang pada lambung.1

Lambung memiliki banyak suplai arterial yang berasal dari truncus coeliacus dan percabangannya. Sebagian darah disuplai oleh anastomosis yang terbentuk sepanjang kurvatura minor oleh arteria gastrica dextra dan sinistra, dan sepanjang kurvatura major oleh arteria gastro-omentalis dextra dan sinistra. Fundus dan tubuh atas menerima darah dari arteria gastrica brevis dan posterior.1

Vena gastric sejajar dengan arteri pada posisi dan perjalanannya. Vena gastrica dextra dan sinistra bermuara ke dalam vena porta; vena gastrica brevis dan vena gastro-omentalis sinistra bermuara ke dalam vena lienalis, yang menyatukan vena mesenterica superior (SMV) untuk membentuk vena porta. Vena gastro-omentalis dextra bermuara ke dalam SMV. Vena prepylorik naik pada pilorus ke vena gastrica dextra. Karena vena tersebut jelas pada orang yang hidup, ahli bedah menggunakannya untuk mengidentifikasi pilorus.1B. Fisiologi Lambung

Mukosa lambung memiliki suatu kemampuan yang luar biasa untuk mensekresi asam. Sel parietal, berselang-seling sepanjang perjalanan kelenjar korpus dan fundus lambung, mensekresi asam hidrogen klorida oleh suatu proses yang melibatkan fosforilasi oksidatif. Sel parietal mensekresi ion hidrogen dalam konsentrasi kira-kira 3 juta kali yang ditemukan didalam darah. Konsentrasi HCl yang disekresi secara langsung oleh sel parietal adalah kira-kira 160 mM. Tiap ion hidrogen (H+) yang disekresi disertai oleh ion klorida (Cl-). Dengan tiap peningkatan dalam sekresi ion hidrogen, terdapat pengurangan yang timbal balik dalam sekresi ion natrium. Untuk setiap ion hidrogen yang disekresikan ke dalam lumen lambung, satu ion bikarbonat (HCO3-) dilepaskan ke dalam sirkulasi vena lambung, yang menerangkan gelombang alkalin, suatu pencerminan langsung dari besarnya sekresi H+ lambung. Bikarbonat dilepaskan dari asam karbonik yang dibentuk dari karbondioksida oleh karbonik anhidrase sel parietal. Tindakan terkahir pada sekresi ion hidrogen diselesaikan oleh mekanisme pompa proton yang melibatkan hydrogen-potassium adenosine triphosphatase (H+, K+-ATPase). Enzim tersebut menukar hidrogen dengan kalium melintasi membran mikrovilus.3

Faktor kimiawi, saraf (neural), dan hormonal yang multipel berpartisipasi dalam pengaturan sekresi asam lambung. Sekresi asam dirangsang oleh gastrin dan oleh serabut vagal paskaganglion melalui reseptor kolinergik muskarinik pada sel parietal. Gastrin, stimulan sekresi asam lambung yang dikenal paling kuat, dikandung dalam dan dilepaskan ke dalam sirkulasi dari granula sekretorius sitoplasmik sel gastrin (sel G) yang tersebar satu-satu atau dalam kelompok kecil diantara sel pelapis epitelial bagian tengah dan lebih dalam dari kelenjar pilorik antral. Efek gastrin dan perangsangan vagal pada sekresi asam lambung saling berhubungan dengan erat. Perangsangan vagal meningkatkan sekresi asam lambung melalui perangsangan kolinergik sekresi sel parietal, dengan dirangsangnya pelepasan gastrin ke dalam sirkulasi, dan dengan menurunkan ambang sel parietal untuk berespon terhadap konsentrasi gastrin yang beredar. Cabang atau serabut tertentu juga mencegah pelepasan gastrin.3

Mukosa lambung mengandung histamin dalam jumlah besar. Histamin terkandung dalam granula sitoplasmik sel mast, yang letaknya bukan epithelial (interstisial) dan sel menyerupai enterokromafin (LEK), sel endokrin epithelial yang tersebar satu demi satu dalam kelenjar oksintik, sering pada kontak langsung (direct contact) dengan sel parietal. Kebanyakan data menyokong kesimpulan bahwa histamin memainkan suatu peran penting dalam perangsangan sekresi asam lambung, histamin bekerja bersama dengan aktivitas gastrin, kolinergik gastrin, dan kolinergik atas sel parietal, tetapi bahwa masih terdapat ketidaktentuan mengenai apakah histamin adalah molekul efektor umum terakhir dalam perangsangan sekresi sel parietal. Membrana basolateral sel parietal mengandung reseptor untuk histamin, gastrin, dan asetilkolin, yang merangsang sekresi asam, dan untuk prostaglandin dan somatostatin yang menghambat sekresi asam. Reseptor somatostatin, gastrin, dan histamin sel parietal adalah anggota dari the seven-membranae spanning class of G protein-coupled receptors. Gastrin merangsang sekresi asam lambung dengan perangsangan sel parietal langsung dan perangsangan pelepasan histamin oleh LEK. Histamin merangsang sekresi asam lambung dengan meningkatkan adenosin monofosfat siklik (AMP) sel parietal, dengan demikian mengaktifkan protein kinase yang bergantung pada AMP siklik. Gastrin dan asetilkolin, yang tidak merangsang produksi AMP siklik, merangsang sekresi asam dengan meningkatkan kalsium sitosolik sel parietal.3

Pengaturan sekresi pepsinogen oleh sel peptik di dalam kelenjar oksintik terjadi sebagai respons terhadap dua jenis sinyal: (1) perangsangan sel-sel peptik oleh asetilkolin yang dilepaskan oleh nervus vagus atau oleh pleksus saraf enterik gastrik dan (2) perangsangan sekresi sel peptik sebagai respon terhadap adanya asam di lambung. asam kemungkinan tidak merangsang sel peptik secara langsung tetapi justru menimbulkan refleks saraf enterik tambahan yang mendukung saraf asli pemberi sinyal ke sel-sel peptik. Karena itu, kecepatan sekresi pepsinogen, prekursor enzim pepsin yang menyebabkan pencernaan protein, dipengaruhi kuat oleh jumlah asam di dalam lambung.4

Rangsang fisiologik utama untuk sekresi asam lambung ialah menyantap makanan. Secara tradisional, pengaturan sekresi asam lambung telah diklasifikasikan dalam tiga tahap yakni, sefalik, gastrik, dan intestinal. Tahap sefalik yang mencakup respon sekresi asam lambung pada pandangan, bau, rasa, dan menantikan makanan. Tahap lambung disebabkan oleh makanan dalam lambung. Tahap usus disebabkan karena masuk atau terdapatnya makanan di dalam lumen usus halus.3

Hambatan sekresi asam lambung dapat dihasilkan oleh beberapa mekanisme. Somatostatin tampaknya memainkan peranan penting dalam hambatan mekanisme umpan balik yang disebabkan oleh asam dari pelepasan gastrin. Somatostatin menghambat pelepasan gastrin melalui efek lokalnya (parakrin) pada sel gastrin. Sel endokrin mukosa antrum yang mengandung somatostatin (sel D) mempunyai proses sitoplasmik yang meluas ke sel gastrin yang berdekatan. Somatostatin mengurangi sekresi asam lambung melalui penghambatan pelepasan gastrin dan melalui penghambatan secara langsung sekresi sel parietal.3 Adapula prostaglandin yang berperan dalam fisiologi lambung yakni sebagai sitoprotektif yang mengontrol sekresi asam lambung, aliran darah mukosa, produksi mukus, dan menjaga integritas mukosa. Prostaglandin sitoprotektif ini ditemukan pada sel epitel kolon dan intestinal, sel imun pada lamina propria, dan sel mesenkim subepitelial.5C. Vomiting/Muntah

Definisi

Muntah didefinisikan sebagai keluarnya isi lambung dengan paksa atau dengan kekuatan. Mual dan muntah merupakan gejala yang umum dari gangguan fungsional saluran cerna. Keduanya berfungsi sebagai perlindungan terhadap toksin yang secara tidak sengaja tertelan.6Diagnosa BandingDiagnosa banding pasien dengan keluhan muntah terlihat pada tabel 5.1

Tabel 4.1 Diagnosa Banding pada Anak dan Remaja7

Diadaptasi dari dr. Deddy Satya Putra, Sp.A yang diadaptasi dari buku Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arfin AM, editor. Nelson Text Book of Pediatrics 15th ed Philadelphia Edition, Saunders; 1996; 1033EtiologiPenyebab terjadinya muntah dibedakan menjadi 2 kategori, yakni bilious dan non bilious.8

Diadaptasi dari Review Article oleh Karen F Muray dan Dennis L. Christie dalam Pediatrics in Review. Copyright by American Academy of Pediatrics. Print ISSN: 0191-9601.8D. Ulkus LambungUlkus lambung adalah kerusakan lokal permukaan jaringan yang meluas melalui mukosa muskularis hingga submukosa yang ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik radang pada lambung yang terpajan getah asam-peptik sehingga sel mengalami kematian dan tidak mampu memproduksi getah lambung sebagaimana mestinya. Ulkus lambung paling sering didiagnosis pada laki-laki dewasa usia pertengahan sampai lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah muncul pada usia muda. Khususnya diantara para pemakai kronis obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), alkoholik, dan perokok.9Etiologi dan Patogenesis Ulkus Lambung

Faktor Asam Lambung; Pengaturan Sekresi Asam Lambung Pada Sel Parietal (Schwarst 1910)Sel parietal/oxyntic mengeluarkan asam lambung HCl, sel peptik/zimogen mengeluarkan pepsinogen yang oleh HCl diubah menjadi pepsin, dimana HCl dan pepsin adalah faktor agresif terutama pepsin dengan pH