Download - Lprn Tetap DDMA, Nurul 05 Bner Nn
-
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK
Oleh
Nurul Janah
05121006005
Kelompok II
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
DAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
-
ii
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK
Oleh
Nurul Janah
05121006005
Telah Diterima
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Ujian Praktikum
Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik
Indralaya, 03 Juni 2013
Mengetahui,
Koordinator Praktikum
Ade Dwi Sasanti S.Pi, M.Si
NIP. 197612302000122001
Asisten I Asisten II
Rovil Amin Tara Suprayogi. AS
NIM. 05091006004 NIM. 05111005012
Asisten III Asisten IV
Wasahla Yolanda Yusiana
NIM. 05111006001 NIM. 05111005031
-
iii
IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Nurul Janah
NIM : 05121006005
Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan
Tempat Tanggal Lahir: Tanjung Batu, 02 Mei 1994
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Bakar
Ibu : Hermiah
Alamat : Jalan Anggrek RSS 41, Timbangan, Indralaya
Kesan :Saya merasa nyaman pada saat praktikum DDMA (Dasar-dasar
Mikrobiologi Akuatik) karna penjelasan yg diberikan oleh para
asisten sngat jlas dan sntai, shingga saya bisa memhami materi
yang disampaikan terutma saya bisa melakukan smua praktikum
dgn baik.
Pesan : Pesan saya agar perlengkapan praktikum terutama smua alat2 dapat
dilengkapi lagi agar praktikum dapat berjalan dgn baik.
Indralaya, 03 juni 2013
Praktikan
Nurul Janah
NIM. 05121006005
-
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktikum pada mata kuliah Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik ini tepat pada
waktunya.
Banyak pengetahuan yang didapatkan selama mengerjakan laporan praktikum ini.
Semua ini berkat kerja sama kelompok serta bantuan dari dosen pembimbing dan asisten
yang telah memberikan bimbingan sehingga dapat terselesaikanya penulisan laporan ini.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini banyak kendala yang ditemui, baik secara teknis
maupun non teknis, tetapi dapat diatasi dengan hasil yang cukup memuaskan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan masih sangat
jauh dari kesempurnaan dan harapan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang
konstruktif untuk menyempurnakan laporan-laporan berikutnya.
Demikianlah semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya, serta bagi para praktikan selanjutnya. Dan hasil laporan ini dapat turut serta
dalam membangun peningkatan mutu mahasiswa.
Indralaya, 03 Juni 2013
Penulis
-
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN.. ii
IDENTITAS PRAKTIKAN iii
KATA PENGANTAR.. iv
DAFTAR ISI. v
DAFTAR TABEL. viii
DAFTAR GAMBAR ix
MATERI PRAKTIKUM
PENGENALAN ALAT DAN STERILISASI
I. PENDAHULUAN. 1
A. Latar Belakang. 1
B. Tujuan.. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Laboratorium 3
B. Pengenalan Alat Laboratorium Kimia dan Penyimpanannya.. 3
C. Pengenalan Bahan-bahan Kimia dan Penyimpanannya... 4
D. Pengertian Sterilisasi 5
III. METODELOGI PRAKTIKUM.. 9
A. Tempat dan Waktu... 9
B. Alat dan Bahan. 9
C. Cara Kerja 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 11
A. Hasil. 11
B. Pembahasan.. 18
V. KESIMPULAN DAN SARAN. 20
A. Kesimpulan.. 20
B. Saran. 20
-
vi
PEMBUATAN MEDIA AGAR
I. PENDAHULUAN. 21
A. Latar Belakang. 21
B. Tujuan.. 22
II. TINJAUAN PUSTAKA 23
A. Media Agar.. 23
B. Macam-macam Media Agar..... 24
III. METODELOGI PRAKTIKUM.. 27
A. Tempat dan Waktu... 27
B. Alat dan Bahan. 27
C. Cara Kerja 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 29
A. Hasil. 29
B. Pembahasan.. 30
V. KESIMPULAN DAN SARAN. 32
A. Kesimpulan. 32
B. Saran. 32
ISOLASI BAKTERI DAN PERHITUNGAN BAKTERI
I. PENDAHULUAN. 33
A. Latar Belakang. 33
B. Tujuan.. 34
II. TINJAUAN PUSTAKA 35
A. Isolasi Bakteri.. 35
B. Bakteri.. 36
III. METODELOGI PRAKTIKUM.. 38
A. Tempat dan Waktu... 38
B. Alat dan Bahan. 38
C. Cara Kerja 38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 40
A. Hasil. 40
-
vii
B. Pembahasan 41
V. KESIMPULAN DAN SARAN. 44
A. Kesimpulan.. 44
B. Saran. 44
PEWARNAAN GRAM
I. PENDAHULUAN. 45
A. Latar Belakang. 45
B. Tujuan.. 46
II. TINJAUAN PUSTAKA 47
A. Pewarnaan Gram.. 47
B. Macam-macam Pewarnaan Gram 49
III. METODELOGI PRAKTIKUM.. 55
A. Tempat dan Waktu... 55
B. Alat dan Bahan. 55
C. Cara Kerja 55
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 57
A. Hasil. 57
B. Pembahasan.. 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN. 60
A. Kesimpulan.. 60
B. Saran. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar alat-alat beserta fungsi di laboratorium. 11
Tabel 2. Jumlah bakteri.. 40
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Hasil media agar dengan menggunakan media PCA... 29
Gambar 2. Hasil isolasi bakteri dari sampel terasi. 40
Gambar 3. Diagram alir proses pewarnaan gram... 56
Gambar 4. Hasil pewarnaan gram di atas kaca objek 57
-
PENGENALAN ALAT DAN STERILISASI
-
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobiologi ialah ilmu pengetahuan tentang peri kehidupan mahluk-mahluk kecil
yang hanya kelihatan dengan mikroskop ( bahasa Yunani: mikros = kecil, bios= hidup,
logos= kata atau ilmu). Mahluk-mahluk kecil itu disebut mikroba atau jasad renik.
Mikrobiologi mencakup pengetahuan tentang virus (virology), pengetahuan tentang bakteri
(bacteriology), dan pengetahuan tentang jamur (mycology). Pada beberapa abad yang lalu
di tanah jawa dikenal istilah pageblug, yang berarti adanya suatu wabah penyakit yang
melanda disuatu daerah yang disebabkan oleh mahluk-mahluk halus yang marah kepada
penduduk sehingga banyak yang meninggal (Wahjono, 2007).
Sejak ditemukan mikroskop oleh Antony van Leeuwenhoek pada tahun 1683 (Gupte,
1990 dalam Rachmawati, 2008), dapat diketahui ternyata kuman ada di mana-mana, di air,
tanah, udara, benda-benda, bahkan di tubuh setiap orang. Keberadaan kuman-kuman yang
tidak kasat mata tersebut seringkali membuat kita tidak sadar akan bahaya yang dapat
ditimbulkan. Secara kontinyu kuman-kuman tersebut diteliti atau dipelajari di laboratorium
mikrobiologi (Rachmawati, 2008).
Ekperimen diartikan sebagai rangkaian kegiatan (menyusun alat mengoperasikan
alat, mengukur, dan sebagainya) dan pengamatan untuk memverifikasi dan menguji suatu
hipotesis berdasarkan bukti-bukti empiris. Sementara kerja lab cakupannya lebih luas dari
pada eksperimen yang diartikan sebagai aktifitas dengan menggunakan fasilitas lab, seperti
melatih keterampilan menggunakan alat, melakukan eksperimen (percobaan),
mendemonstrasikan percobaan, melakukan pengontrolan kualitas bahan baku,
pengontrolan kualitas produk industri, ekshibisi (pameran) proses-proses kimia dan
sebagainya (Widhy, 2009).
Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di
laboratorium kimia yang dapat dipergunakan berulangulang. Contoh alat laboratorium
kimia: pembakar spiritus, thermometer, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong dan lain
sebagainya (Widhy, 2009).
-
2
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Pengenalan Alat-alat Laboratorium dan Sterilisasi adalah
sebagai berikut:
1. Agar praktikan dapat mengenal dan memahami alat-alat yang ada di laboratorium
beserta fungsi dan cara pemakaian dari alat-alat tersebut.
2. Agar praktikan dapat melakukan sterilisasi alat-alat dengan baik sebelum digunakan.
-
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Laboratorium
Laboratorium berasal dari kata laboratory yang memiliki pengertian yaitu : (1) tempat
yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen di dalam sains atau melakukan
pengujian dan analisis (is a place equipped for experimental study in ascience or for testing
and analysis , (2) bangunan atau ruangan yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan
penelitian ilmiah ataupun praktek pembelajaran bidang sains (a building or room equipped for
conducting scientific research or for teaching practical science), (3) tempat memproduksi
bahan kimia atau obat (a place where chemicals or medicines are manufactured), (4) tempat
kerja untuk melangsungkan penelitian ilmiah ( a workplace for the conduct of scientific
research), (5) ruang kerja seorang ilmuwan dan tempat menjalankan eksperimen bidang studi
sains (kimia, fisika, biologi, dsb.) (the workplace a saintist also a place devoted to experiments
in any branch of natural science , as chemistry, physics, biology etc. ) (Widhy, 2009).
Fungsi laboratorium dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu fungsi yang
memberikan peningkatan pengetahuan (knowledge), fungsi yang memberikan peningkatan
keterampilan (psychomotoric), dan fungsi yang memberikan penumbuhan sikap (attitude)
(Widhy, 2009).
Secara umum Laboratorium mikrobiologi mempelajari tentang mikroorganisme:
virus, bakteri, jamur yang meliputi diagnostik (isolasi dan identifikasi), prognosis pada
kasus infeksi, pedoman dalam pengobatan, mencari sumber infeksi (misal pada
suatu kasus ledakan penyakit infeksi) (Rachmawati, 2008).
B. Pengenalan Alat Laboratorium Kimia dan Penyimpanannya
Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di
laboratorium kimia yang dapat dipergunakan berulang kali. Contoh alat laboratorium
kimia: pembakar spiritus, thermometer, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong dann lain
sebagainya. Alat yang digunakan secara tidak langsung di dalam praktikum merupakan alat
bantu laboratorium, seperti pemadam kebakaran dan kotak Pertolongan Pertama
(Widhy, 2009).
-
4
Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat menentukan atau
mempertimbangkan cara penyimpanannya. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus
dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas atau porselen. Jadi alat seperti kaki tiga harus
dikelompokkan dengan statif atau klem tiga jari karena ketiganya memiliki bahan dasar
yang sama yaitu logam, sedangkan gelas kimia dikelompokkan dengan labu erlenmeyer
dan labu dasar rata karena bahan dasarnya gelas. Belumlah cukup hanya dengan
memperhatikan bahan dasar dari alat, namun penyimpanan alat yang memiliki bahan dasar
yang sama harus ditata kembali. Jika tempat penyimpanan kaki tiga dan klem tiga jari
adalah menggunakan lemari rak, maka tahapan rak untuk kaki tiga harus berbeda dengan
tahap rak klem tiga jari, akan tetapi kedua tahap rak harus berdekatan. Dengan
memperhatikan bahan dasar alat pula, peralatan yang terbuat dari logam umumnya
memiliki bobot lebih tinggi dari peralatan yang terbuat dari gelas atau plastik. Oleh karena
itu dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga diperhatikan.
Janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar mudah diambil
dan disimpan kembali (Widhy, 2009).
C. Pengenalan Bahan-bahan Kimia dan Penyimpanannya
Bahan kimia yang ada di lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah
peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan
resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan lab aspek penyimpanan,
penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus
diperhatikan. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan
penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko
bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities),
wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information). Penyimpanan
dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya
diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan
lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat
kimianya terutama tingkat kebahayaannya (Widhy, 2009).
-
5
Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label
wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai.
Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut
diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning
untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk
bahan yang bahayanya rendah. label bahan flammable label bahan oksidator label bahan
toksik label bahan korosif label bahan dengan tingkat bahaya rendah (Widhy, 2009).
D. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada
sehingga jika ditumbuhkan dalam suatu media tidak ada jasad renik yang dapat
berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas
yaitu spora bakteri. Sterilisasi sangat penting dalam penelitian-penelitian di bidang
mikrobiologi, mengingat bahwa penelitian terhadap suatu spesies mikrobia harus selalu
didasarkan atas penelitian terhadap sifat biakan murni spesies tersebut, sehingga untuk
dapat memisahkan kegiatan mikrobia yang satu dengan mikrobia yang lain, atau untuk
memelihara suatu mikrobia secara biakan murni, perlu digunakan alat-alat dan medium
yang bebas mikroorganisme atau steril (Nike, 2012).
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora (Rachmawati, 2008).
Fungsi sterilisasi di antaranya : pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencemaran
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan asepsis, pada
pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap
pencemaran oleh mikroorganisme (Rachmawati, 2008). Salah satu cara yang digunakan
adalah dengan desinfeksi yaitu proses mematikan semua mikroorganisme patogen yang
dapat menyebabkan infeksi (Rachmawati, 2008).
Di laboratorium mikrobiologi, sterilisasi merupakan bagian yang sangat penting atau
merupakan keharusan, baik pada alat maupun media. Hal ini penting karena jika alat atau
media tidak steril, kita akan sulit menentukan apakah isolat kuman berasal dari spesimen
pasien yang diperiksa atau kontaminan. Bekerja di laboratorium mikrobiologi mengandung
-
6
risiko yang tidak kecil. Setiap saat harus selalu berasumsi bahwa setiap mikroorganisme
adalah potensial patogen dan kita harus berhati-hati agar tidak terinfeksi oleh kuman
yang akan diperiksa (Rachmawati, 2008).
Laboratorium mikrobiologi sendiri merupakan laboratorium yang mempelajari,
menyimpan dan melakukan pelayanan dalam bidang mikrobiologi yang meliputi bakteri,
virus dan jamur. Fungsi utama laboratorium mikrobiologi, membantu menegakkan
diagnosis penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba, melakukan uji kepekaan serta
penelitian-penelitian yang berkaitan dengan mikroba. Sekalipun yang diuji atau diteliti
adalah mikroba, namun sterilitas merupakan hal yang mutlak pada pemeriksaan
mikrobiologi. Tanpa adanya sterilitas maka hasil yang diperoleh bukanlah kuman yang
sesungguhnya namun kuman kontaminan. Alat-alat yang steril namun tidak
memperhatikan faktor lain, tidak menjamin bebas dari kontaminasi. Salah satu cara untuk
menjaga agar hasil pekerjaan di laboratorium mikrobiologi tidak terkontaminasi, serta
dapat melindungi pemeriksa adalah dengan cara cuci tangan (Rachmawati, 2008).
Kemampuan penghambatan etil alkohol ini disebabkan karena etil alkohol memiliki
sifat hidrofilik maupun hidrofobik, tetapi sifat hidrofobiknya jauh lebih besar dibandingkan
sifat hidrofiliknya. Struktur yang demikian ini akan menyebabkan terganggunya proses
osmosis maupun difusi pada membran sel mikrobia tersebut (Faatih, 2005).
Menurut Tim Penyusun Praktikum Mikrobiologi tahun 2011 dalam Anonim, 2011,
sterilisasi ada dua jenis yaitu:
Sterilisasi dengan cara fisik:
a. Pemanasan
Air dan uap adalah media panas yang baik. Dalam waktu relatif singkat, alat yang
akan disterilkan akan mencapai suhu yang diinginkan. Udara adalah penyalur panas yang
kurang baik. Oleh karena itu, untuk mecapai suhu yang diinginkan akan membutuhkan
waktu yang cukup lama.
1. Panas kering
Cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara panas kering yang tinggi.
Sterilisasi panas kering dibedakan atas :
Panas membara
-
7
Dengan jalan menaruh benda yang akan di sterilkan dalam nyala api bunsen sampai
merah membara. Alat yang disterilkan yaitu sengkelit, jarum, ujung pinset dan ujung
gunting.
Melidah - apikan
Dengan melewatkan benda dalam api bunsen, namun tidak sampai menyala terbakar.
Alat yang disterilkan yaitu scalpel, kaca benda, mulut tabung dan mulut botol.
Udara kering
Oven merupakan ciri umum yang dimaksud. Alat ini terbuat dari kotak logam, udara
yang terddapat di dalamnya mendapat udara panas melalui panas dari nyala listrik. Alat
yang disterilkan yaitu tabung reaksi, cawan petri, pipet, scalpel dari logam, gunting dan
botol. Pemanasan satu jam dengan temperatur 160 oC dianggap cukup.
2. Panas Basah
Yang dimaksud panas basah adalah pemansan menggunakan air atau uap air. Uap air
adalah media penyalur panas yang terbaik dan terkuat daya penetrasinya. Panas basah
mematikan mikroba. Oleh karena koagulasi dan denaturasi enzim dan protein protoplasma
mikroba. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah selama 15 menit pada suhu
121oC. Sterilisasi panas basah dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu:
Panas basah 100oC
Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak steril, sehingga biasa dipergunakan di
rumah sakit dan laboratorium besar. Cara ini menggunakan tangki yang diisi dengan uap
-
8
air yang disebut autoclave. Alat yang disterilkan adalah alat dari kaca, kain kasa, media
pembenihan, cairan injeksi, dan bahan makanan.
b. Filtrasi (Penyaringan)
Penyaringan dilakukan dengan mengalirka larutan melalui suatu alat penyaringan
yang memiliki pori-pori cukup kecil. Untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran
tertentu. Saringan yang umum digunakan tidak dapat menyaring virus. Penyaringan
dilakukan dengan untuk mensterilkan cairan yang tidak tahan terhadap pemanasan dengan
suhu tinggi seperti : serum, larutan yang mengandung enzim, toksin kuman, ekstrak sel,
antibiotik dan asam amino.
c. Radiasi / Penyinaran
Mikroorganisme dapat dibunuh dengan penyinaran yang memakai sinar ultrraviolet
yang panjang gelombangnya antara 220-290 nm. Radiasi paling efektif adalah 253,7 nm.
Sinar matahari langsung mengandung sinar ultraviolet 290 nm, sehingga sinar matahari
adalah sinar yang bersifat bakterida yang baik.
Sterilisasi Dengan Cara Kimia:
Zat kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi dapat berwujud :
a. Gas : Ozon, formaldehyde, ethylene oxide gas
b. Larutan : Deterjen, yodium, alcohol, peroksida fenol, formalin, AgNO3 dan
merkuroklorid.
Sterilisasi dengan cara kimia antara lain dengan disenfektan. Daya kerja antimikroba
disenfektan ditentukan oleh konsenntrasi, waktu dan suhu. Beberapa contoh desinfektan
yang digunakan antara lain : Desinfektan lingkungan misalnya :
1. Untuk permukaan meja : lisol 5%, formalin 4% dan alcohol.
2. Untuk di udara : natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa fenol lain.
3. Desinfektan kulit atau luka : dicuci denngan air sabun, providon yodium dan etil
alkohol 70%.
-
9
III. METODELOGI PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Adapun praktikum dilaksanankan pada hari rabu 20 Maret 2013 pada pukul 14.30
sampai dengan selesai. Bertempat dilaboraturium program studi Teknologi Hasil Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Alat dan Sterilisasi yaitu
cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas kimia, bunsen, bola hisap, tisue, pipet tetes,
botol sepray, korek api dan kertas.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu spitus dan alkohol 70%.
C. Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan alat-alat
Cara kerja praktikum pengenalan alat ini adalah amati alat-alat yang disiapkan lalu
digambar sebagai laporan sementara kemudian catat fungsi dan cara kerja dari
masing-masing alat tersebut.
2. Sterilisasi
Cara kerja pada praktikum sterilisasi dilakuka dengan dua cara yaitu:
a. Sterilisasi basah
Cara kerja pada praktikum ini adalah:
Sediakan semua alat-alat yang akan disterilkan. Semprotkan tangan anda
dengan alkohol 70% lalu keringkan dengan menggunakan tissue, kemudian
semprotkan alkohol keseluruh bagian alat-alat yang akan disterilkan satu per
satu. Keringkan alat retsebut dengan menggunakan tissue, kemudian tutuplah
-
10
mulut alat dengan kapas lalu dibungkus dengan menggunakan kertas putih atau
kertas bersih.
Dengan menggunakan autoklaf, alat-alat yang akan disterilisasi dimasukkan ke
dalam autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121oC pada tekanan 1 atm.
Setelah itu didinginkan lalu tutuplah mulut alat dengan menggunakan kapas
dan bungkus dengan kertas putih atau bersih.
b. Sterilisasi kering
Pada sterilisasi kering kita dapat melakukan sterilisasi dengan melakukan
pemanasan langsung dan menggunakan oven.
Pada pemanasan langsung alat-alat yang digunakan langsung dipanaskan pada
api dari pemanas spitus atau bunsen secara keseluruhan lalu tutuplah mulut alat
dengan kapas dan kemudian dibungkus dengan kertas putih atau bersih.
Pada pemanasan menggunakan oven, alat-alat yang akan disterilisasi
dimasukkan kedalam oven sekitar 1 jam dengan suhu sekitar 160oC kemudian
setelah dioven dan didinginkan alat-alat tersebut mulutnya ditutup dengan
kapas dan dibungkus dengan kertas putih atau bersih.
-
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil dari praktikum Pengenalan Alat Laboratorium dan Sterilisasi
dituangkan dalam sebuah tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar alat-alat beserta fungsi di laboratorium
No Nama Alat Fungsi Gambar
1 Gelas kimia
(beaker)
a. Untuk mengukur volume
larutan yang tidak memerlukan
tingkat ketelitianYang tinggi
b. Menampung zat kimia
c. Memanaskan cairan
d. Media pemanasan cairan.
2 Labu
erlenmeyer
a.Untuk menyimpan dan
memanaskan larutan
b.Menampung filtrat hasil
penyaringan
c Menampung titran (larutan yang
dititrasi) pada proses titrasi.
3 Gelas ukur Untuk mengukur volume larutan
tidak memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi dalam
jumlah tertentu.
4 Pipet seukuran digunakan untuk mengambil
cairan dalam jumlah tertentu
secara tepat, bagian tengahnya
menggelembung.
5 Pipet berukuran Berguna untuk mengukur dan
memindahkan larutan dengan
volume tertentu secara tepat.
6 Pipet tetes Berguna untuk mengambil cairan
dalam skala tetesan kecil.
-
12
7 Buret Untuk mengeluarkan larutan
dengan volume tertentu, biasanya
digunakan untuk titrasi.
8 Tabung reaksi a.Sebagai tempat untuk
mereaksikan bahan kimia
bUntuk melakukan reaksi kimia
dalam skala kecil
9 Kaca arloji a.Sebagai penutup gelas kimia saat
memanaskan sampel
b.Tempat saat menimbang bahan
kimia
c.Tempat untuk mengeringkan
padatan dalam desikator
10 Corong Untuk menyaring campuran kimia
dengan gravitasi.
11 Cawan terbuat dari porselen dan biasa
digunakan untuk menguapkan
larutan.
12 Mortar dan
pestle
digunakan untuk menghancurkan
dan mencampurkan padatan kimia.
13 Spatula a.Untuk mengambil bahan kimia
yang berbentuk padatan
b.Dipakai untuk mengaduk larutan
14 Batang
pengaduk
terbuat dari kaca tahan panas,
digunakan untuk mengaduk cairan
di dalam gelas kimia.
-
13
15 Kawat kasa digunakan sebagai alas dalam
penyebaran panas yang berasal
dari suatu pembakar.
16 Kaki tiga besi yang menyangga ring dan
digunakan untuk menahan kawat
kasa dalam pemanasan.
17 Burset /
pembakar
spiritus
digunakan untuk memanaskan
bahan kimia.
18 Bola hisap digunakan untuk membantu proses
pengambilan cairan. Terbuat dari
karet yang disertai dengan tanda
untuk menyedot cairan (suction),
mengambil udara (aspirate) dan
mengosongkan (empty).
19 Neraca analisis digunakan untuk menimbang
padatan kimia.
20 Labu ukur Untuk membuat larutan dengan
konsentrasi tertentu dan
mengencerkan larutan.
21 Labu bundar Untuk memanaskan larutan dan
menyimpan larutan.
-
14
22 Corong Buchner Berguna untuk menyaring sampel
agar lebih cepat kering.
23 Erlenmeyer
Buchner
Dipakai untuk menampung cairan
hasil filtrasi.
24 Corong pisah Untuk memisahkan campuran
larutan yang memiliki kelarutan
yang berbeda. Biasanya digunakan
dalam proses ekstraksi.
25 Desikator a.Tempat menyimpan sampel
yang harus bebas air
b.Mengeringkan padatan
26 Cawan petri Berfungsi sebagai wadah
menimbang dan menyimpan bahan
kimia, mikrobiologi.
27 Botol semprot Berfungsi sebagai tempat
menyimpan aquadest.
28 Krusibel Dipakai sebagai tempat untuk
mereaksikan bahan kimia.
-
15
29 Kaki tiga krus berfungsi untuk menaruh krusibel
saat akan dipanaskan langsung di
atas api.
30 Statif berfungsi untuk menegakkan
buret, corong, corong pisah dan
peralatan gelas lainnya pada saat
digunakan.
31 Klem manice berfungsi untuk memegang
peralatan gelas yang dipakai pada
proses destilasi.
32 Klem bosshead berfungsi untuk menghubungkan
statif dengan klem manice atau
pemegang corong.
33 Klem buret terbuat dari besi atau baja untuk
memegang buret yang digunakan
untuk titrasi.
34 Pemegang
corong
untuk memegang corong atau
corong pisah yang dipakai pada
proses penyaringan atau
pemisahan.
35 Tang krusibel untuk mengambil dan membawa
krusibel.
36 Stirrer magnetic magnet yang digunakan untuk
mengaduk larutan.
-
16
37 Sentrifuge berfungsi untuk mengendapkan
dan memisahkan padatan dari
larutan.
38 Chromatography
chamber
terbuat dari kaca yang digunakan
dalam proses kromatografi kertas.
39 Spectronic 20 digunakan untuk mengukur
absorbansi larutan berwarna dalam
proses spektrofotometri
40 Kertas saring Digunakan untuk menyaring
larutan.
41 Jarum ose Untuk mengambil dan
menanamkan bakteri
42 Kaca preparat Sebagai tempat sampel yang akan
diuji
43 Mikroskop Untuk melihat benda-benda yang
berukuran mikroskopik.
-
17
44 Rak Sebagai tempat penyimpanan
tabung reaksi.
45 Penjepit tabung
reaksi
Untuk mengambil tabung reaksi
pada saat proses pemanasan.
46 Incubator Sebagai tempat inkubasi bakteri
setelah ditanam.
47 Autoclave Untuk mensterilkan alat pada suhu
100-121oC.
48 Oven Untuk mensterilkan alat pada suhu
180oC.
49 Colonicounter Untuk menghitung koloni bakteri
50 lup Untuk alat pembesar
Pada proses sterilisasi hasil yang kita dapat adalah dua cara sterilisasi. Adapun dua
cara tersebut adalah:
-
18
a. Sterilisasi basah, sterilisasi basah dilakukan dengan menggunakn alkohol 70%.
b. Sterilisasi kering, sterilisasi kering dilakukan dengan pemanasan langsung
menggunakn bunsen.
B. Pembahasan
Kita sebagai praktikan tidak akan pernah lepas untuk berhubungan dengan
laboratorium. Laboratorium adalah sebuah tempat untuk melakukan percobaan dan
penelitian.
Dari hasil yang diperoleh, telah kita ketahui bahwa begitu banyak macam alat-alat
yang ada dilaboratorium. Semua alat-alat yang ada dilaboratorium mempunyai nama yang
berbeda, bentuk yang berbeda, dan fungsi serta cara penggunaan yang berbeda-beda. Kita
sebagai praktikan yang akan selalu berhubungan langsung dengan alat-alat tersebut,
sehingga kita wajib untuk mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat-alat tersebut.
Contohnya pipet tetes digunakan untuk memindahkan larutan dari satu tempat ke tempat
lainnya dalan skala kecil, sedangkan bola hisap juga digunakan untuk memindahkan
larutan dalam skala besar. Jadi, kita sebagai praktikan harus tau benar fungsi dan cara
penggunaan suatu alat agar tidak terjadi kesalahan saat menggunakan alat tersebut.
Selain itu, kita juga harus mengetahui apa saja bahan-bahan yang ada di dalam
laboratorium terutama bahan-bahan kimia. Agar kita tidak salah menggunakan bahan yang
ingin digunakan dan berhati-hati dalam menggunakannya. Karena, bahan kimia bersifat
berbahaya dan beracun.
Sebelum melakukan percobaan kita pastinya harus menyediakan alat dan bahan yang
digunakan untuk percobaan tersebut. Alat dan bahan yang digunakan haruslah dalam
keadaan steril. Keadaan steril adalah keadaan dimana segala subtansi bebas dari semua
makhluk hidup terutama bersifat mikropis. Sedangkan kegiatan pembebasan tersebut
dinamakan sterilisasi. Sterilisasi dilakukan untuk mengindari terjadinya infeksi yang
mungkin terjadi pada manusia, menghindari kerusakan alat atau bahan dari kontaminan
dan mencegah pencampuran dari bahan-bahan yang tidak diinginkan.
Biasanya makhluk hidup yang ingin dimusnahkan yaitu makhluk hidup yang bersifat
parasit seperti bakteri, virus, alga, protozoa, serta jamur yang merugikan.
-
19
Dalam percobaan kali ini kami melalukan sterilisasi terhadap beberapa alat seperti
cawan petri dan tabung reaksi. Sterilisasi yang kami lakukan dengan dua metode yaitu
sterilisasi basah dan sterilisasi kering.
Pada sterilisasi basah kami menggunakan bahan yaitu alcohol 70%. Dimana alkohol
70% bisa membunuh bakteri karna alkohol bersifat racun (toxic). Alkohol 70% adalah
alkohol yang mengandung 70% alkohol murni dan 30% aquadest selain itu alkohol 70%
juga mudah didapatkan dengan harga yang murah. Sebelum melakukan sterilisasi alat kita
harus mensterilkan tangan kita dengan menyemprotkan alkohol keseluruh bagian tangan
lalu mengeringkannya dengan menggunakan tissue. Setelah itu barulah kita mensterilkan
alat-alat yang akan digunakan dengan menyemprotkan alkohol 70% keseluruh bagian alat
tersebut dan mengeringkannya dengan menmggunakan tisue. Setelah itu untuk tabung
reaksi yang memiliki mulut, mulut tabung reaksi tersebut kita tutup dengan kapas agar
tertutup dan tidak ada lagi kemungkinan mikroba untuk masuk ke dalam tabung reaksi
tersebut, setelah itu alat-alat tersebut kita bungkus dengan teknik tersendiri. Selain dengan
menggunakan alkohol, sterilisasi basah juga dapat dilakukan dengan menggunakan
autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan 1 atm.
Pada sterilisasi kering kami menggunakan pemanasan langsung dengan alat pemanas
berbahan bakar spritus atau bunsen, Bunsen selalu digunakan sebagai pemanas dalam
berbagai percobaan maupun penelitian. Dimana bunsen umumnya menggunakan bahan
bakar spritus karena spritus menghasilkan api biru yang tidak menyebabkan kerusakan
pada alat-alat laboratorium. Setelah Bunsen dinyalakan tabung reaksi dan cawan petri
dipanaskan secara langsung pada api dengan jarak sekitar 1 cm, jarak ini digunakan agar
alat tidak langsung menerima panas secara cepat sehingga bisa menyebabkan kerusakan.
Setelah dipanaskan keseluruhan bagian alat tersebut lalu didinginkan, pada tabung reaksi
dan cawan petri akan diperlakukan hal yang sama seperti pada sterilisasi basah yaitu
menutupi mulut tabung dengan kapas dengan tujuan yang sama. Setelah itu cawan petri
dan tabung reaksi dibungkus dengan menggunakan kertas putih dan bersih.
Itulah hasil pembahasan yang dapat dituangkan pada praktikum Pengenalan Alat dan
Sterilisasi. Sehingga kita diharapkan dapat mengetahui fungsi dan cara menggunakan alat-
alat di laboratorium serta dapat melakukan proses sterilisasi dengan baik.
-
20
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Pengenalan Alat dan Sterilisasi antara lain
sebagai berikut:
1. Setiap alat dan bahan yang ada di dalam laboratorium mempunyai fungsi dan cara
kerja yang berbeda-beda.
2. Alat-alat yang ada di dalam laboratorium harus disimpan di tempat yang aman sesuai
dengan bahan baku pembuatan alat tersebut.
3. Sebelum melakukan percobaan ataupun penelitian kita harus melakukan sterilisasi,
yaitu pembebasan segala subtansi dari semua makhluk hidup.
4. Sterilisasi dilakukan untuk mencegah segala hal yang tidak diinginkan.
5. Yang tidak diinginkan biasanya bersifat parasit seperti bakteri, virus, protozoa, alga
dan jamur.
6. Sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sterilisasi basah dan kering.
7. Alkohol bersifat racun dan dapat membunuh bakteri, sehingga bisa digunakan sebagai
bahan untuk melakukan sterilisasi.
B. Saran
Adapun saran saya pada praktikum kali ini adalah agar seluruh praktikan dapat
melakukan setiap percobaan tersebut, sehingga setiap praktikan dapat memahami dan
dapat mencapai tujuan dari praktikum tersebut untuk memudahkan praktikan kemudian
harinya.
-
PEMBUATAN MEDIA AGAR
-
21
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan
mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan
manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat
yang disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang
diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi
optimum bagi pertumbuhannya (Label, 2008).
Sejak ditemukan mikroskop oleh Antony van Leeuwenhoek pada tahun 1683 (Gupte,
1990 dalam Farida, 2008), dapat diketahui ternyata kuman ada di mana-mana, di air, tanah,
udara, benda-benda, bahkan di tubuh setiap orang. Keberadaan kuman-kuman yang tidak
kasat mata tersebut seringkali membuat kita tidak sadar akan bahaya yang dapat
ditimbulkan. Secara kontinyu kuman-kuman tersebut diteliti atau dipelajari di laboratorium
mikrobiologi (Rachmawati, 2008).
Ekperimen diartikan sebagai rangkaian kegiatan (menyusun alat mengoperasikan
alat, mengukur, dan sebagainya) dan pengamatan untuk memverifikasi dan menguji suatu
hipotesis berdasarkan bukti-bukti empiris. Sementara kerja lab cakupannya lebih luas dari
pada eksperimen yang diartikan sebagai aktifitas dengan menggunakan fasilitas lab, seperti
melatih keterampilan menggunakan alat, melakukan eksperimen (percobaan),
mendemonstrasikan percobaan, melakukan pengontrolan kualitas bahan baku,
pengontrolan kualitas produk industri, ekshibisi (pameran) proses-proses kimia dan
sebagainya (Widhy, 2009).
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang
disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada
medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah
sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu
medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-
-
22
bahan kompleks lainnya. Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan
inipun harus disterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada
mikroorganisme lain, yang tidak diinginkan, tumbuh dalam media tersebut, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media tersebut
(Mila, 2005).
Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrien yang merupakan
substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah
degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus
memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan
faktor tumbuh (Mila, 2005).
Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah
memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan
yang akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen
utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium
sebaiknya menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan
magnesium yang tinggi. Alat yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum
harus disterilisasi terlebih dahulu untuk membebaskan semua bahan dan peralatan tersebut
dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan
bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin)
(Mushoffa, 2011).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Pembuatan Media Agar adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana cara membuat media agar sebagai media menumbuhkan bakteri.
-
23
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Media agar
Media adalah suatu substansi yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi)
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri . Untuk menaikan
tekanan osmose dan menjaga keseimbangan fisikokhemis sel-sel bakteri yang tumbuh,
kedalam media harus ditambahkan NaCL. Wadah yang digunakan pada pembuatan media
dipakai alat-alat gelas dan stainless, sedangkan pH (derajat keasaman) media bisa diukur
dengan kertas penunjuk, pH meter dan zat penunjuk . Untuk sterilisasi media dapat
dilakukan dengan uap air panas bertekanan (autoclave), uap air panas yang mengalir
(steam) atau dengan saringan Seitz EK, sedangkan alat-alat gelas disterilisasi dengan udara
panas kering (oven). Setiap batch media yang sudah dikontrol sterilitas dan mutunya harus
disimpan pada suhu 5C-8C, selama belum/tidak dipakai (Hidayat, 2000)
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya (Indra, 2008).
Jenis medium sangat bervariasi bergantung kepada apa yang dijadikan dasar
penamaan. Berdasarkan kepada bentuknya dikenal tiga macam medium, yaitu medium
cair, medium semi solid dan medium padat. Beda utama ketiga macam medium, yaitu ada
tidaknya bahan pemadat. Medium cair tidak menggunakan bahan pemadat. Medium semi
solid dan medium padat menggunakan bahan pemadat. Bahan pemadat dapat berupa
amilum, gelatin, selulosa, dan agar-agar. Agar-agar paling umum digunakan. Jumlah bahan
pemadat pada medium semi solid setengahnya dari medium padat. Pada medium padat
jumlah agarnya 1,5%-1,8%. Berdasarkan fungsi/sifatnya beberapa macam medium, antara
lain medium umum, medium selektif dan medium diferensial. Berdasarkan komposisi
kimianya, dikenal medium alami, medium semi sintetik, dan medium sintetik. Perlu
sterilisasi terhadap medium dan alat-alat yang akan digunakan untuk kegiatan prakatikum
-
24
Mikrobiologi. Sterilisasi adalah suatu program untuk mematikan semua organisme
yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada
sifat bahan yang akan disterilkan. Cara sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di
laboratorium Mikrobiologi ialah dengan pemanasan. Bila panas digunakan bersama-sama
dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab, bila tanpa kelembaban disebut
sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering (Ammi et al, 2001).
Agar biakan bakteri dapat dibuat, maka medium dan alat-alat yang diperlukan harus
disterilisasi sebelum inokulasi. Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang dapat menjadi kontaminan. Metode yang lazim digunakan untuk
mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas digunakan
bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan autaklaf), sedangkan
jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering (menggunakan oven) (Mila, 2005).
B. Macam-macam Medium
Untuk menumbuhkan bakteri tersebut di dalam suatu biakan murni, haruslah
dimengerti jenis- jenis nutrient yang disyartakan oleh bakteri dan juga macam lingkungan
fisik yang mana dapat menyebabkan kondisi yang optimum bagi pertumbuhannya tersbut
(Mushoffa, 2011).
Adapun macam-macam media Pertumbuhan antara lain (Indra, 2008) :
1. Medium berdasarkan sifat fisik
Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin
media menjadi padat.
Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga
menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan
tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak
mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh
pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin
hijau kebiruan dibawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat
dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi
oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen
-
25
meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata
diseluruh media.
Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB
(Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
2. Medium berdasarkan komposisi
Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan
takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara
pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan
ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara
detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.
Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat
diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya
Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.
3. Medium berdasarkan tujuan
Media untuk isolasi. Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk
pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.
Media, selektif/penghambat. Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah
suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain
dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria
Bertani medium yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten
antibotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Salt broth yang
ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap
garam.
Media diperkaya (enrichment). Media diperkaya adalah media yang mengandung
komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks
seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk
mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya
membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan
komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.
-
26
Media untuk peremajaan kultur. Media umum atau spesifik yang digunakan untuk
peremajaan kultur
Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik. Media ini digunakan unutk
mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba. Contohnya adalah
Kosers Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan
asam sitrat sebagai sumber karbon.
Media untuk karakterisasi bakteri. Media yang digunakan untuk mengetahui
kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk
menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose
Broth, Arginine Agar.
Media diferensial. Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari
campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial,
misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria
berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling
koloni.
-
27
III. METODELOGI PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Adapun praktikum dilaksanankan pada hari rabu 03 April 2013 pada pukul 14.30
sampai dengan selesai. Bertempat dilaboraturium bersama program studi Budidaya
Perairan dan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Alat dan Sterilisasi yaitu
cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, magnetik stirrer, gelas kimia, gelas ukur, pipet
tetes, tissue, kertas putih.
Adapun bahan yang digunakan yaitu media agar PCA (Plat Count Agar) dan
aquadest serta alcohol 70%.
C. Cara Kerja
Cara kerja pratikum pembuatan media agar adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan mensterilisasikan terlebih dahulu alat-
alat yang digunakan dengan alkohol 70% agar tidak ada mikroba yang tidak
diinginkan masuk kedalam alat dan bahan yang akan digunakan tersebut.
2. Lalu homogenkan larutan PCA (Plate Count Agar) sebanyak 4,2 gram dengan 15 ml
aquadest kedalam Erlenmeyer dan masukkan magnetik stirrer. Magnetik stirrer
berfungsi sebagai agar larutan dapat bercampur dengan sempurna, cara kerja dari
magnetik stirrer yaitu magnetic akan berputar saat akan terkena tekanan panas dan
larutan akan homogen.
3. Kemudian panaskan larutan kedalam autoclave denagan suhu 1210 C selama 15 menit
dengan tekanan 1 atm.
4. Setelah itu, larutan tersebut dimasukkan kedalam cawan petri dan tabung reaksi.
-
28
5. Pada cawan petri diisi sebanyak 15 ml dan digoyang-goyangkan membentuk angka 8
sampai agar tersebut mengeras seperti jelly.
6. Pada tabung reaksi diisi dengan larutan tersebut sebanyak dari tinggi tabung.
-
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil dari praktikum Pembuatan Media Agar dapat dilihat dari gambar
berikut:
Gambar 1. Hasil media agar dengan menggunakan media PCA
-
30
Adapun hasil dari praktikum ini yaitu media agar yang dibuat dari medium PCA
(Plat Count Agar). Dimana media berbentuk padatan dan dilarutkan menggunakan
aquadest dengan pemanasan sehingga menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan.
Setelah didinginkan larutan akan mengeras menjadi agar.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum ini, dapat diketahui bahwa untuk menumbuhkan
mikroba kita dapat menggunakan media agar sebagai medium. Media agar yang kita
gunakan pada praktikum kali ini yaitu media agar PCA (Plat Count Agar).
Dimana telah di ketahui bahwa medium adalah media berupa bahan-bahan berisi
nutrient atau nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk proses pertumbuhan.
Sedangkan disini agar berperan sebagai gelling agent untuk memadatkan media cair
sehingga sel tidak larut dalam larutan.
Penggunaan media PCA karna media PCA mengandung nutrisi yang dibutuhkan
mikroorganisme yang sedang dikembangkan, memiliki kelembaban optimum yang
dibutuhkan, mengandung oksigen kultur untuk bakteri aerob dan pH yang sesuais serta
bebas dari mikroba lainnya.
Media PCA pertama berbentuk padatan, lalu diambil sebanyak 4,2 gram untuk
dilarutkan kedalam 240 ml aquadest. Lalu dihomogenkan dengan cara dipanaskan dengan
bantuan stirrer magnetik. Larutan yang dihasilkan berwarna merah kecoklatan. Dimana,
stirrer magnetik berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan. Cara kerja stirrer
magnetik yaitu apabila larutan dipanaskan maka stirrer magnetik akan berputar untuk
menghomogenkan larutan. Setelah larutan dihomogenkan, larutan dimasukkan ke dalam
cawan petri sebanyak 15 ml dan ke dalam tabung reaksi sebanyak dari tinggi tabung
tersebut. Pada cawan petri larutan didinginkan dengan cara memutar cawan petri seperti
angka 8 hingga larutan mengeras. Cara ini dilakukan agar larutan mengeras secara
keseluruhan dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Sedangkan pada tabung reaksi larutan
dikenakan pada sisi dinding tabung dengan cara memiringkan tabung, hal terbebut
dilakukan agar mikroba yang ingin ditumbuhkan dapat tumbuh pada sisi tabung. Banyak
lagi media agar yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba, contohnya media
-
31
TSA (Triptic Soy Agar), media TSB (Triptic Soy Broth), media OF (Oksidatif
Fermentatif), Media Agar TSI (Triple Sugar Iron), dan lain-lain.
Setiap media mempunyai kelebihan tersendiri, seperti media TSA yang sudah
terkontaminasi dengan bakteri yang ingin di tumbuhkan. Sedangkan media TSB yaitu
media yang belum terkontaminasi dengan bakteri apapun. Itulah pembahasan pada
praktikum kali ini.
-
32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Pengenalan Alat dan Sterilisasi antara lain
sebagai berikut:
1. Media agar digunakan untuk menumbuhkan bakteri.
2. Sebelum membuat media agar kita harus mensterilkan semua alat agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Agar berperan sebagai gelling agent untuk memadatkan media cair sehingga sel tidak
larut dalam air.
4. Media agar yang digunakan harus mempunyai kandungan nutrient, oksigen kultur, pH
yang sesuai, kelembaban yang optimum, serta bebas dari mikroba yang tidak
diinginkan.
5. Dalam melarutkan media agar dengan akuadest biasanya dibantu dengan stirrer
magnetik.
6. Stirrer magnetik akan berputar dalam larutan yang dipanaskan untuk memudahkan
dalam menghomogenkan larutan.
7. Semua jenis media agar mempunyai kelebihan tersendiri sesuai kegunaan spesifiknya.
B. Saran
Adapun saran saya pada praktikum kali ini adalah agar seluruh praktikan dapat
melakukan setiap percobaan tersebut, sehingga setiap praktikan dapat memahami dan
dapat mencapai tujuan dari praktikum tersebut untuk memudahkan praktikan kemudian
harinya.
-
ISOLASI BAKTERI DAN PERHITUNGAN BAKTERI
-
33
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang
disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada
medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah
sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu
medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-
bahan kompleks lainnya. Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan inipun
harus disterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada
mikroorganisme lain, yang tidak diinginkan, tumbuh dalam media tersebut, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media tersebut
(Mila, 2005).
Secara alami, mikroba di alam ditemukan dalam populasi campuran. Untuk
memperoleh biakan murni dapat dilakukan isolasi yang diawali dengan pengenceran
bertingkat. Proses isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain
yang berasal dari campuran berbagai mikroba untuk dapat mempelajari sifat biakan,
morfologi dan sifat mikroba lainnya. Bakteri aerob merupakan bakteri yang membutuhkan
O2 untuk pertumbuhannya. Sistem enzimnya membutuhkan O2 sebagai elektron aseptor
pada proses fosforilasi oksidatifnya. Contoh bakteri areob adalah Bacillus sp., Escherichia
coli, dan Streptococcus (Fajar et al, 2012).
Pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru harus
dilakukan secara teliti. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada
sangkut pautnya dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benarbenar steril. Hal ini
untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikkroorganisme yang tidak diinginkan
(Budiarti, 2009).
Indonesia merupakan suatau negara kepulauan yang memiliki perairan cukup luas
dengan pencampurran arus dari samudera Indonesia dan samudera Pasifik. Sehingga kaya
-
34
akan hasil-hasil perikanan. Hasil laut tersebut sidah banyak dimanfaatkan dalam bentuk
segar maupun olahan. Salah satu pengolahan yang sering dilakukan adalah dengan cara
permentasi. Fermentasi merupakan suatu proses penguraian secara biologis dari senyawa-
senyawa komplek terutama protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dalam
keadaan terkontrol dan hasil yang diinginkan serta dianggap aman untuk dikonsumsi.
Dalam proses fermentasi bakteri berperan dalam penguraian senyawa-senyawa tersebut
(Chistanti, 2006).
Selama proses fermentasi akan terjadi aktivitas enzim protease, lipase dan amylase
yang diproduksi oleh mikroba yang berperan dalam proses fermentasi yang bersangkutan.
Fermentasi padat dalam produksi enzim pada umumnya memberikan hasil yang lebih
baik dan enzim yang dihasilkan juga lebih beragam (Amelia et al, 2005).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Isolasi Bakteri dan Perhitungan Bakteri antara lain
sebagai berikut:
1. Untuk mengisolasi mikroba dengan berbagai metode atau teknik,
2. Untuk mengisolasi bakteri dan jamur untuk mendapatkan biakan murni,
3. Untuk menghitung jumlah mikroba, baik yang sudah mati maupun yang masih hidup
secara langsung maupun secara tidak langsung.
-
35
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Isolasi bakteri
Isolasi bakteri bertujuan untuk mendapatkan bakteri yang menyerang pada sampel
yang diduga terinfeksi bakteri. Sumber isolasi pada ikan adalah semua bagian tubuh yang
mengalami kelainan patologi yang diduga disebabkan oleh penyakit bakterial dari bagian
tubuh eksternal maupun internal. Isolasi bakteri ini dilakukan dengan menggunakan media
agar yang bersifat umum, yaitu media Triptic Soy Agar (TSA) atau Nutrient Agar (NA)
(Balai Karantina Ikan, 2000).
Pemurnian Bakteri Pemurnian ini merupakan kelanjutan dari isolasi bakteri bertujuan
mengidentifikasi mikroorganisme penyebab penyakit dengan cara mengambil koloni
bakteri yang tumbuh dominan atau terbanyak dengan asumsi bahwa bakteri yang dominan
tersebut merupakan bakteri penyebab penyakit. Media yang digunakan sama dengan media
yang digunakan untuk isolasi bakteri yaitu media TSA (Balai Karantina Ikan, 2000).
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel
yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu
biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan
gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud
untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah
dari satu jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain
digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi,
fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies (Dwidjoseputro,
2005).
Menurut Gandjar (2006), terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu:
isolasi pada agar cawan, isolasi pada medium cair, dan Isolasi sel tunggal.
-
36
1. Isolasi pada agar cawan, prinsip isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan
mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari
organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut
setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode
isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawan tuang
Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan
terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Metode
agar tuang Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan
medium agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian dicawankan.
Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung
koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalam cawan.
2. Isolasi pada medium cair, metode ini dapat dilakukan apabila mikroorganisme tidak
dapet tumbuh pada agar cawan. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan
beberapa kali pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan
satu sel semakin besar.
3. Isolasi sel tunggal, metode ini dilakukukan apabila mikroorganisme berukuran besar
dan tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan atau medium cair. Sel
mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian
sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun
micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.
Bakteri yang memiliki flagella sering kali membentuk koloni yang menyebar
terutama jika menggunakan lempengan agar basah, untuk mencegah menyebarnya koloni
maka harus digunakan agar benar-benar kering (Djida, N., 2000).
B. Bakteri
Eubacteria (bakteri) merupakan organisme mikroskopis uniseluler (bersel tunggal)
yang paling banyak dijumpai di dunia. Ilmuwan yang meneliti bakteri pertama kali adalah
Antoni van Leeuwenhoek pada tahun 1674 menggunakan mikroskop ciptaannya sendiri.
Istilah bakteri diperkenalkan oleh Ehrenberg pada tahun 1828 yaitu dari bahaya Yunani
bacterium yang berarti tongkat kecil. Berdasarkan fosil yang ditemukan, diduga bakteri
-
37
telah ada sekurang-kurangnya 3,2 milyar tahun yang lalu. Ilmu yang mempelajari tentang
bakteri disebut bakteriologi yang merupakan bagian dari mikrobiologi. Bakteri dapat
ditemukan hampir di semua tempat, baik di udara, air, tanah, laut, es, sumber air panas,
hingga di dasar lautan, bahkan di lingkungan yang tidak memungkinkan bagi organisme
lain untuk hidup. Penyebaran yang luas ini disebabkan karena ukurannya kecil,
bentuknya sederhana, kemampuan metabolismenya tinggi, dan dapat menggunakan
hamper semua jenis senyawa organic sebagai sumber makanannya
(Aryulina, 2006).
Laju pertumbuhan bergantung pada reaksi biokimiawi dan reaksi ini dipengaruhi
oleh suhu. Dengan demikian pola pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh suhu. Suhu
optimum yang dikehendaki bakteri untuk pertumbuhan berbeda-beda (Aryulina, 2006).
Berdasarkan Aryulina, (2006). Suhu optimum merupakan suhu yang paling baik
(sesuai) untuk kehidupan suatu jenis bakteri. Berdasarkan suhu optimumnya, bakteri
dibedakan menjadi tiga kelompok.
1. Bakteri psikrofil, dapat tumbuh pada suhu 0 30C dengan suhu optimum 15C.
Contoh bakteri psikrofil adalah Pseudomonas, Flavobacterium, Achromobacter, dan
Alcaligenes.
2. Bakteri mesofil, dapat tumbuh pada suhu 25 37C dengan suhu optimum 32C.
Umumnya bakteri jenis ini hidup di dalam alat pencernaan. Beberapa jenis bakteri
bahkan dapat hidup dengan baik pada suhu sekitar 40C. Semua jenis bakteri yang
bersifat patogen pada hewan merupakan bakteri mesofil.
3. Bakteri termofil, dapat tumbuh pada daerah yang suhunya tinggi, lebih dari 40C.
Temperatur optimumnya antara 55 60C. Bakteri ini dijumpai pada sumbersumber
air panas, kawah gunung berapi, geiser, dan sebagainya. Contoh bakteri termofil
adalah Thermus aquaticus, Sulfolobus acidocaldarius, dan Chloroflexus.
-
38
III. METODELOGI PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Adapun praktikum dilaksanankan pada hari rabu 17 April dan 19 April 2013 pada
pukul 14.30 sampai dengan selesai. Bertempat dilaboraturium bersama program studi
Budidaya Perairan dan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Isolasi Bakteri dan Perhitungan
Bakteri yaitu cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, magnetik stirrer, gelas kimia, gelas
ukur, autoklaf, coloni Counter, jarum ose, inkubator, bunsen, pipet tetes, mortal, tissue,
kertas putih.
Adapun bahan yang digunakan yaitu media agar PCA (Plat Count Agar), terasi dan
aquadest serta alcohol 70%.
C. Cara Kerja
Cara kerja pratikum isolasi bakteri dan perhitungan bakteri adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan mensterilisasikan terlebih dahulu alat-
alat yang digunakan dengan alkohol 70%,
2. Lalu alat-alat tersebut disterilkan dengan pemanasan langsung dan sterilisasi basah
menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC dan tekanan 1 atm selama 15 menit agar
tidak ada mikroba yang tidak diinginkan masuk kedalam alat dan bahan yang akan
digunakan tersebut,
3. Lalu homogenkan larutan PCA (Plate Count Agar) sebanyak 4,2 gram dengan 15 ml
aquadest kedalam Erlenmeyer dan masukkan magnetik stirrer. Magnetik stirrer
berfungsi sebagai agar larutan dapat bercampur dengan sempurna, cara kerja dari
-
39
magnetik stirrer yaitu magnetic akan berputar saat akan terkena tekanan panas dan
larutan akan homogen,
4. Setelah itu, larutan tersebut dimasukkan kedalam cawan petri,
5. Pada cawan petri diisi sebanyak 15 ml dan digoyang-goyangkan membentuk angka 8
sampai agar tersebut mengeras seperti jelly,
6. Sampel (terasi) dihaluskan menggunakan mortal dan ditimbang sebanyak 1 garam,
7. Sampel 1 gram tadi diencerkan dengan aquadest sebanyak 10 ml,
8. Dari hasil yang diencerkan tadi diambil sebanyak 1 ml lalu diencerkan lagi ke dalam 9
ml aquadest, hasil pengenceran ini diberi nama sampel 10-1
,
9. Dari sampel 10-1, diambil 1 ml lalu diencerkan lagi kedalam 9 ml aquadest, hasil
pengenceran ini diberi nama sampel 10-2
,
10. Dari sampel 10-2, diambil 1 ml lalu diencerkan lagi kedalam 9 ml aquadest, hasil
pengenceran ini diberi nama sampel 10-3
,
11. Dari sampel 10-3, diambil 1 ml lalu diencerkan lagi kedalam 9 ml aquadest, hasil
pengenceran ini diberi nama sampel 10-4
,
12. Dari keempat sampel, sampel 10-2 digunakan sebagai sampel pada isolasi bakteri
dengan teknik gores menggunakan jarum ose,
13. Sampel 10-4 digunakan sebagai sampel pada isolasi bakteri dengan teknik penaburan,
14. Media agar yang telah diberi sampel yang mengandung bakteri didiamkan selama 3
hari di dalam inkubator untuk proses pembiakan bakteri,
15. Setelah 3 hari bakteri yang dibiakkan dihitung dengan menggunakan coloni counter.
-
40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil dari praktikum Isolasi Bakteri dan Perhitungan Bakteri dapat dilihat
dari gambar berikut:
Tabel 2. Jumlah Bakteri
Kelompok
1 56 24
2 14 -
3 34 10
4 8 23
5 8 61
6 43 56
7 29 11
Gambar 2. Hasil isolasi bakteri dari sampel terasi
Adapun hasil dari praktikum Isolasi Bakteri dan Perhitungan Bakteri yaitu pada
isolasi bakteri dengan teknik gores yang menggunakan sampel 10-2
berjumlah 14-2
koloni.
Sedangkan isolasi bakteri dengan teknik penaburan yang menggunakan sampel 10-4
berjumlah 0 koloni.
-
41
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum ini, dapat diketahui bahwa dalam melakukan isolasi
bakteri dan perhitungan bakteri kita melakukan dua macam praktikum utama yaitu isolasi
bakteri pada hari rabu tanggal, 17 April 2013 dan perhitungan bakteri pada hari jumat, 19
April 2013. Isolasi bakteri dilakukan terlebih dahulu dibandingkan perhitungan bakteri
karna bakteri yang akan dihitung merupakan bakteri hasil biakan dari praktikum isolasi
bakteri. Dimana pada praktikum isolasi bakteri kita akan melakukan sterilisasi alat,
pembuatan media agar untuk medium isolasi bakteri, pengenceran sampel dan isolasi
bakteri. Bakteri yang akan dibiakkan yaitu bakteri yang ada pada terasi kilo.
Pada proses sterilisasi terhadap beberapa alat seperti tabung reaksi dan cawan petri.
Sterilisasi yang kami lakukan dengan dua metode yaitu sterilisasi basah dan sterilisasi
kering. Pada sterilisasi basah kami menggunakan bahan yaitu alcohol 70%. Dimana
alkohol 70% bisa membunuh bakteri karna alkohol bersifat racun (toxic). Alkohol 70%
adalah alkohol yang mengandung 70% alkohol murni dan 30% aquadest selain itu alkohol
70% juga mudah didapatkan dengan harga yang murah. Sebelum melakukan sterilisasi alat
kita harus mensterilkan tangan kita dengan menyemprotkan alkohol keseluruh bagian
tangan lalu mengeringkannya dengan menggunakan tissue. Setelah itu barulah kita
mensterilkan alat-alat yang akan digunakan dengan menyemprotkan alkohol 70%
keseluruh bagian alat tersebut dan mengeringkannya dengan menggunakan tisue. Setelah
itu kami langsung melakukan sterilisasi dengan pemanasan langsung dengan alat pemanas
berbahan bakar spritus atau bunsen. Setelah bunsen dinyalakan tabung reaksi dan cawan
petri dipanaskan secara langsung pada api dengan jarak sekitar 1 cm, jarak ini digunakan
agar alat tidak langsung menerima panas secara cepat sehingga bisa menyebabkan
kerusakan. Setelah dipanaskan keseluruhan bagian alat tersebut lalu didinginkan, pada
tabung reaksi dan cawan petri akan diperlakukan hal yang sama seperti pada sterilisasi
basah yaitu menutupi mulut tabung dengan kapas dengan tujuan yang sama. Setelah itu
cawan petri dan tabung reaksi dibungkus dengan menggunakan kertas putih dan bersih.
Selain dengan menggunakan alkohol, sterilisasi basah juga dapat dilakukan dengan
menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan 1 atm.
-
42
Media PCA pertama berbentuk padatan, lalu diambil sebanyak 4,2 gram untuk
dilarutkan kedalam 240 ml aquadest. Lalu dihomogenkan dengan cara dipanaskan dengan
bantuan stirrer magnetik. Larutan yang dihasilkan berwarna merah kecoklatan. Dimana,
stirrer magnetik berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan. Cara kerja stirrer
magnetik yaitu apabila larutan dipanaskan maka stirrer magnetik akan berputar untuk
menghomogenkan larutan. Setelah larutan dihomogenkan, larutan dimasukkan ke dalam
cawan petri sebanyak 15 ml. Larutan yang ada di dalam cawan petri didinginkan dengan
cara memutar cawan petri seperti angka 8 hingga larutan mengeras. Cara ini dilakukan agar
larutan mengeras secara keseluruhan dengan tingkat kepadatan yang tinggi.
Setelah membuat media agar, kita akan mengencerkan sampel. Sampel terasi
ditimbang 1 gram setelah itu diencerkan dengan 10 ml aquadest. Hasil pengenceran
tersebut diambil sebanyak 1 ml lalu diencerkan lagi kedalam 9 ml aquadest. Hasil
pengenceran ini diberi nama sampel 10-1
. Dari sampel 10-1
diambil 1 ml dan diencerkan
lagi dengan 9 ml aquadest, pengenceran kali ini diberi nama sampel 10-2
. 1 ml sampel 10-2
diencerkan lagi dengan aquadest sebanyak 9 ml, hasil pengenceran ini diberi nama sampel
10-3.
Dari sampel 10-3
diambil 1 ml dan diencerkan lagi dengan 9 ml aquadest, dan hasil
pengenceran ini di beri nama sampel 10-4
. Dari keempat sampel yang telah di beri nama
maka sampel 10-2
dijadikan sampel pada isolasi bakteri dengan teknik penggoresan dan
sampel 10-4
dijadikan sampel pada isolasi bakteri dengan teknik penaburan. Pengenceran
pada sampel dilakukan untuk mengurangi jumlah bakteri yang ada pada sampel karna
apabila bakteri yang akan diisolasikan dalam jumlah terlalu banyak maka nutrien yang ada
pada medium tidak mencukupi untuk proses perkembangbiakan bakteri.
Setelah medium (media agar) dan sampel sudah siap untuk digunakan, saatnya kita
melakukan isolasi bakteri, pada praktikum kali ini kita menggunakan dua teknik dalam
proses isolasi bakteri yaitu teknik penggoresan dan penaburan. Pada teknik penggoresan
kita menggunakan jarum ose sebagai alat untuk menggores medium. Jarum ose dipanaskan
dengan menggunakan bunsen, setelah pijar jarum langsung dicelupakan di dalam sampel
10-2
. Pemanasan jarum ose bertujuan untuk mencairkan kembali medium yang digoreskan
untuk tempat pertumbuhan (pembiakan) bakteri. Setelah itu jarum ose digoreskan pada
medium sebanyak empat goresan yang berbentuk huruf Z. Pada isolasi bakteri dengan
teknik penaburan sampel 10-4
diambil sebanyak 1 ml dan langsung dituangkan di atas
-
43
medium secara merata. Setelah isolasi selesai dan diberi lebel nama medium yang sudah
diisolasi bakteri dimasukkan ke dalam inkubator selama kurang lebih 2 hari untuk proses
penumbuhan bakteri dari sampel terasi kilo.
Setelah dua hari, hasil isolasi bakteri terasi kilo dikeluarkan dan akan dilakukan
proses perhitungan bakteri. Hasil isolasi bakteri tersebut diletakkan di atas coloni counter
dengan membalik hasil isolasi, lalu nyalakan coloni counter amati subjek dengan
menggunakan kaca pembesar yang ada di coloni counter. Berilah titik-titik pada koloni
yang telah terlihat dengn menggunakan spidol. Secara otomatis coloni counter akan
menyimpan data yang telah dititik-titik tadi. Pada hasil isolasi dengan teknik penaburan
kita beri garis empat bagian pada cawan petri tempat hasil tersebut. Perhitungan hanya
dilakukan disalah satu bagian.
Dari hasil perhitunagan didapat bahwa isolasi bakteri dengan teknik gores yang
menggunakan sampel 10-2
berjumlah 14-2
koloni. Sedangkan isolasi bakteri dengan teknik
penaburan yang menggunakan sampel 10-4
berjumlah 0 koloni. Jumlah yang didapatkan
pada isolasi bakteri dengan teknik penaburan dikatakan gagal. Kegagalan dari praktikum
ini dikarenakan medium yang digunakan belum terlalu keras sehingga apabila cawan petri
tempat medium dibalikkan medium akan hancur. Alasan lainnya karna pada saat
pendinginan medium terlalu cepat membuat putaran 8 dan sempat tergeser kuat sehingga
medium setengah keras pecah. Pada proses isolasi bakteri kita harus menggunakan media
agar (medium) yang benar-benar keras agar tidak terjadi pemecahan medium.
Pada proses isolasi bakteri ini kita menggunakan sampel terasi kilo untuk
membiakkan bakteri yang ada didalamnya. Bakteri atupun mikroba yang ada didalam
terasi merupakan bakteri yang membantu proses fermentasi pada udang sehingga menjadi
terasi. Mikroba yang terdapat didalam terasi juga merupakan mikroba yang dapat
mempertahankan mutu terasi dan mikroba yang tahan terhadap garam. Menurut Agustin
(2006), mikroba yang terdapat di dalam terasi antara lain Rhizopus sp, Penicillium sp,
Aspergillus sp, Micrococcus sp, Aerococcus sp, dan Neisseria sp.
-
44
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Isolasi Bakteri dan Perhitungan Bakteri antara
lain sebagai berikut:
1. Isolasi bakteri dilakukan untuk dapat membiakkan mikroba dari suatu sampel.
2. Pada proses isolasi bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik yaitu
teknik penggoresan dan penaburan.
3. Sebelum melakukan isolasi bakteri kita harus mensterilkan smua alat dan membuat
media agar.
4. Media agar berperan sebagai medium pertumbuhan mikroba.
5. Pengenceran terhadap sampel untuk mengurangi jumlah mikroba yang akan diisolasi.
6. Perhitungan bakteri dapat dilakukan menggunakan alat penghitung bakteri yaitu coloni
counter.
7. Mikroba yang terdapat didalam terasi antara lain Rhizopus sp, Penicillium sp,
Aspergillus sp, Micrococcus sp, Aerococcus sp, dan Neisseria sp.
B. Saran
Adapun saran saya pada praktikum kali ini adalah agar seluruh praktikan dapat
melakukan setiap percobaan tersebut, sehingga setiap praktikan dapat memahami dan
dapat mencapai tujuan dari praktikum tersebut untuk memudahkan praktikan kemudian
harinya dan media agar yang digunakan sebaiknya kurang dari 15 ml agar media keras
dengan baik dalam waktu yang singkat.
-
PEWARNAAN GRAM
-
45
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan makhluk kecil
yang hanya kelihatan dengan mikroskop. Makhluk kecil tersebut adalah mikroorganisme,
protista, mikrobia. Mikrobiologi mencakup pengetahuan tentang virus (virologi),
pengetahuan tentang bakteri (bakteriologi), pengetahuan tentang hewan bersel satu
(protozoologi), pengetahuan tentang jamur (mikologi), terutama yang meliputi jamur-
jamur rendah seperti Phycomycetes, dan juga Ascomycetes, serta Deuteromycetes.
Mikroorganisme memegang peranan penting dalam menganalisa sistem enzim dan dalam
menganalisa komposisi suatu bahan makanan. Bakteri dapat diperoleh dari mana saja
(Waluyo, 2008).
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk
mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan
(Jimmo, 2008).
Bakteri berukuran sangat kecil dan tipis sehingga sukar dilihat struktur tubuhnya
walaupun dengan bantuan mikroskop. Untuk melihat morfologi bakteri secara lebih jelas
dikembangkan teknik pewarnaan bakteri. Prinsip pewarnaan bakteri adalah pertukaran
antara ion zat warna dengan ion protoplasma sel (Waluyo, 2008).
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), kokus, dan spirilum. Bakteri
yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil
pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan pada kokus dibagi
monokokus (satu buah bakteri berbentuk kotak), diplococcus, sampai staphylococcus
(bentuknya mirip buah anggur. Khusus pada spirul hanya dibagi 2 yaitu setengah
melengkung dan tidak melengkung. Bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik
pewarnaan gram. Teknik pewarnaan gram tersebut dapat menghasilkan warna merah dan
-
46
ungu. Bakteri gram negatif ditandai dengan pewarnaan ungu sedangkan yang positif
berwarna merah. Hal ini bertujuan untuk memberikan warna pada bakteri pada akhirnya
dapat diidentifikasi dengan mudah (Kuntarti, 2011).
Pengamatan morfologi koloni bakteri dilakukan setelah mendapatkan biakan murni.
Pengamatan ini meliputi warna, bentuk, tepian koloni, elevasi atau permukaan koloni dan
struktur dalam koloni. Pewarnaan gram Pewarnaan gram ber tujuan untuk menentukan
apakah bakteri tersebut termasuk di dalam kelompok bakteri gram positif atau kelompok
bakteri gram negatif. Cara kerja dari pewarnaan gram yaitu suspensikan bakteri dengan
ose, kemudian letakkan pada obyek dan difiksasi, tetesi dengan larutan gram A yang
mengandung kristal violet, kemudian tetesi dengan larutan gram B yang mengandung
lugol, tetesi dengan larutan gram C yang mengandung alkohol, dan yang terakhir tetesi
dengan larutan gram D yang mengandung safranin (Kismiyati, 2009).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Pewarnaan Gram adalah sebagai berikut:
1. Agar praktikan dapat mengenal bentuk pertumbuhan koloni dan sifat-sifat
karakteristik koloni bakteri pada berbagai bentuk media.
2. Mengetahui cara mewarnai bakteri.
3. Mempermudah melihat bentuk jasad mikrobia.
4. Memperjelas ukuran dan bentuk mikrobia.
-
47
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, gram-positif dan gram-negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode pengecatan pertama kali
ditemukan oleh Christian gram pada tahun 1884. Dengan metode ini, bakteri dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri gram positif dan gram negatif yang didasarkan
dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut
ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan
pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp
(Priyani, 2008).
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula
penyimpanan.
2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)
Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.
Pewarnaan pada mikrobia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pewarnaan
sederhana yang menggunakan larutan tunggal methylen blue 0.1 % dan metode pewarnaan
gram dengan 4 tahapan pewarnaan yang terdiri atas pemberian larutan gram A yaitu kristal
violet sebagai pewarnaan dasar, larutan gram B yaitu iodium sebagai cat penguat, larutan
gram C yaitu ethyl alcohol 95 % sebagai peluntur cat dan larutan gram D safranin yang
memberikan warna merah pada cat yang luntur (Madigan, 2000).
Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan
untuk melihat bentuk, ukuran, dan penataan mikroorganisme. Pada bakteri dikenal
berbagai bentuk, yaitu kokus, batang dan spiral. Dengan pewarnaan sederhana dapat juga
terlihat penataan bakteri. Pada kokus dapat terlihat penataan seperti rantai (stereptococcus),
buah anggur (stapylococcus), pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4
-
48
atau 8 kokus (sarcinae). Zat warna yang digunakan antara lain larutan biru metilen, larutan
karbol fuksin basa (Dwidjoseputro. D, 2003).
Menurut Volk dan Wheeler (2003) zat warna yang digunakan dalam pewarnaan
sederhana adalah : lembayung gentian, lembayung safranin, biru metilen, fuksin basa,
aniline basa.
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang berguna dan digunakan
dalam laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan ini merupakan tahap penting dalam pencirian
dan identifikasi bakteri. Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjadi kelompok gram
positif dan gram negatif. Bakteri gram positif berwarna ungu yang disebabkan kompleks
zat warna kristal violet iodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat,
sedangkan bakteri gram negative berwarna merah muda, karena kompleks tersebut larut
sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil zat warna kedua yang
berwarna merah (Lay dan Hastowo, 2007).
Pewarnaan gram memberikan hasil yang baik, bila digunakan biakan segar yang
berumur 24-48 jam. Bila dikembangbiakan tua, terdapat kemungkinan penyimpangan hasil
pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami kerusakan pada dinding selnya.
Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci
dengan larutan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding yang rusak
tidak lagi dapat mempertahankan komplek warna kristal violet iodium sehingga terlihat
sebagai bakteri gram negative (Lay dan Hastowo, 2007).
Menyiapkan bakteri agar dapat diwarnai, sedikit biakan disebarkan dalam setetes
air pada gelas preparat, Inilah yang dinamakan olesan. Olesan ini dikeringkan pada suhu
kamar dan bakteri dapat dilekatkan erat (difiksasi) dengan jalan melewatkan gelas preparat
(olesan di permukaan atas) dua atau tiga kali dengan cepat pada nyala api pembakar
bunsen (Volk dan Wheeler, 2003).
Menurut Waluyo (2007), Prinsip atau pokok-pokok pewarnaan Gram meliputi 4
tingkatan yaitu :
1. Pewarnaan dengan zat warna utama (kristal gentian violet yang warnanya violet).
2. Merekatkan (mengintensifkan) dengan suatu larutan mordant, yaitu larutan lugol
(J-KJ).
-
49
3. Menambahkan zat decolorisasi (bahan peluntur) misalnya alkohol atau alkohol-
asam.
4. Pemberian zat penutup (counter stain), misalnya : larutan fuchsin, safranin, dll.
Zat pewarna adalah garam yang tediri atas ion positif dan negatife, salah satu
diantaranya berwarna. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwanai daripada dalam
keadaan hidup, yang dimaksud dengan bakteri terwarnai adalah organisme yang telah
diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari, Pada umumnya,
olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur
internal seperti spora dan butira (Lay dan Hastowo, 2007).
Terdapat dua kelompok zat pewarna bakteri, yaitu : (1) bersifat Asam, berupa anion
dan umum digunakan dalam bentuk garam natrium. (2) bersifat Alkali, berupa kation dan
umum digunakan dalam bentuk klorida. Selain zat warna diperlukan zat tambahan yang
berfungsi untuk mengendapkan hasil rekasi zat warna dengan komponen dinding sel
bakteri. Zat tersebut dikenal dengan istilah zat Pematek yang akan melekatkan zat warna
pada plasma sel (Priyani, 2008).
Teknik pewarnaan bakteri dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Pewarnaan Sedehana atau Tunggal, dengan menggunakan satu macam zat warna
seperti : Metilen Blue, Karbol Violet dan Air Fucshin.
2. Pewarnaan Differensial dengan menggunakan dua atau lebih zat warna.
Pengamatan morfologi bakteri hasil pewarnaan dilakukan di bawah pengamatan
mikroskop.
B. Macam-macam Pewarnaan
Menurut Kuntarti (2011), secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Pewarnaan Sederhana
Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya untuk
melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum
digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya)
dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri
-
50
hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa)
sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat
alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Zat warna yang dipakai hanya
terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan
satu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa