lp stroke
DESCRIPTION
LP STROKETRANSCRIPT
A. Konsep Teori Lansia
1. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 – 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2. Proses Menua (Aging Process)
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun
1998 adalah 60 tahun.
Menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Dharmojo, 2000).
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara
fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,
rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat
dan kurang gairah.
3. Teori Proses Menua
a. Teori – Teori Biologi
1) Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul – molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel
1
– sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
2) Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak).
3) Reaksi dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “Immunology Slow Virus” (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
6) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.
7) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan
ganda (triple loss), yakni :
Kehilangan Peran
Hambatan Kontak Sosial
Berkurangnya Kontak Komitmen
c. Teori Psikologi
1) Teori Tugas Perkembangan
Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa
tua antara lain adalah:
Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Selain tugas perkembangan di atas, terdapat pula tugas perkembangan
yang spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan
Kematangan fisik
Harapan dan kebudayaan masyarakat
3
Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 1954).
2) Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian
dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda
dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian
individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran
bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau
ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.
3) Teori Delapan Tingkat Kehidupan
Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya
kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan
tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap perubahan
psikologis (delapan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua,
tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai
keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.
Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan
Erikson dengan mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat
dipilah dalam tiga tingkat yaitu: pada perbedaan ego terhadap peran pekerjaan
preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola preokupasi, dan perubahan ego
terhadap ego preokupasi.
Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas
perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima identitas diri
sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang adekuat dari lingkungan
untuk menghadapi adanya peran baru sebagai orang tua (preokupasi). Adanya
pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal yang dapat dirasakan
sebagai sesuatu yang menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan
penurunan harga diri dari orang tua tersebut.
4
4. Permasalahan yang Terjadi pada Lansia
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah
berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto
(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang
lain,
b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal atau pindah,
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak, dan
e. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik
yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta
terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit.
Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu
menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut
diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya
b. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
c. Selalu mengingat kembali masa lalu
d. Selalu khawatir karena pengangguran
e. Kurang ada motivasi
5
f. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
g. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,
menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan
memiliki kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.
5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ketuaan
a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
6. Perubahan – Perubahan yang Terjadi pada Lansia
a. Perubahan Fisik
1) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra dan ekstra seluler
2) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon
waktu untuk mereaksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran,
presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum
karena meningkatnya keratin
3) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya
ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang.
4) Sistem Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah
berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
5) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
6
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya
sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan
menurun.
6) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi, sehingga menyebkan gizi buruk,
indera pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi
indera pengecap sampai 80%, kemudian hilangnya sensitifitas saraf
pengecap untuk rasa manis dan asin.
7) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %.
Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria,
otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc
sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan
berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % dialami oleh pria
diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput
lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi
alkali.
8) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate
(BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan
testosteron.
9) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, kulit kepala dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan rambut
dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
10) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh
menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut - serabut otot,
sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kram dan tremor.
11) Sistem Reproduksi : Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi
wanita meliputi penipisan dinding vagina dengan pengecilan ukuran dan
hilangnya elastisitas, penurunan sekresi vagina, atropi uterus dan ovarium,
serta penurunan tonus muskulus pubokoksigeus. Pada pria lanjut usia,
7
penis dan testis menurun ukurannya dan kadar androgen berkurang.
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
Perubahan fisik, khususnya organ perasa
Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan
Lingkungan.
c. Perubahan Perubahan Psikososial
Pensiun : nilai seorang diukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan
Merasakan atau sadar akan kematian
Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan famili.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
d. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner, 1970).
8
7. Patofisiologi Proses Penuaan
9
Berbagai teori ttg.proses menua :A.Faktor Biologi
- Teori Kesalahan.- Teori Keterbatasan- Teori Pakai Dan Usang- Teori Imunitas- Teori Radikal Bebas- Teori Ikatan Silang
B. Faktor Psikologis- T.Tugas perkembangan- T.Delapan tingkat kehidupan- T. Jung
C. Faktor Sosial.- Teori Stratifikasi- Teori Aktifitas- Teori Kontinyuitas
Perubahan-perubahan yg terjadi:- Terganggunya pembentukan
sel-sel baru- Penurunan fungsi imunitas - Penurunan semua fungsi organ
tubuh.- Tidak stabilnya keadaan
psikologis- Memasuki group / kelompok
lansia dalam komunitas
Penurunan berbagai fungsi sistem dan organ tubuh ; paru, jantung, ginjal, pencernaan, penglihatan, musculuskletal, dll
Diagnosa Keperawatan :a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhanb. Keterbatasan mobilitas fisikc. Gangguan rasa nyaman ; Nyerid. Gangguan pemenuhan aktivita sehari-harie. Resiko terjadinya infeksif. Resiko terjadinya cedera
B. Konsep Stroke
1. Definisi
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian. Secara umum, stroke digunakan sebagai
sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter
di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan
peredaran darah otak (GPDO). Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut
juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas,
invaliditas).
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal,
regional maupun global yang berlangsung cepat, berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik.
Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan
daerah fokal pada otak yang terganggu.
Stroke Non Haemorhagik dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis
serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder dan kesadaran umummnya
baik.
2. Anatomi Pembuluh Darah Otak
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar
2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20%
oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial.
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi
10
normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis
interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke
bagian depan. Otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua
adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum
anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu
sirkulus willisi.
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-
fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke
atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang
berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat
jalan serabut-serabut saraf ke target organ.
Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan
kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam
pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya
serangan stroke.
11
3. Etiologi
Stroke secara umum dapat disebabkan oleh:
1. Infark otak (80 %)
Emboli.
2. Perdarahan intraserebral (15 %)
Hypertensi.
3. Perdarahan sub arakhnoid (5 %)
4. Penyebab lain (dapat menyebabkan infark / perdarahan)
Trombus sinus dura.
Kondisi hyperkoagulasi.
Stroke Non Haemorhagik
Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut :
1. Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
3. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus)
4. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
12
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis (radang pada arteri)
Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
4. Klasifikasi
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik
dan proses patologik (kausal):
a. Berdasarkan manifestasi klinik:
i. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
ii. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
iii. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
iv. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
13
b. Berdasarkan Kausal:
i. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik
terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan
darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan
pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke
pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
ii. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
5. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan
paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting
terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat
beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan;
1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
2. Edema dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
14
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih
disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah..
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh
anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.
6. Manifestasi Klinis
Gejala utama GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) akibat trombosis
serebri ialah timbulnya defisit neurologis secara mendadak atau sub akut
didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi. Dan
biasanya kesadaran tak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50
tahun. Pada fungsi lumbal likor serebrospinal jernih. Tekanan normal dari eritrosit
kurang dari 500 cc. Pada embolus yang cukup besar dapat menyebabkan
penurunan kesadaran.
Bagi pasien yang mengalami TIA, 1/3 akan mengalami stroke mayor, 1/3
akan tetap TIA, 1/3 lagi sembuh. Jika arteri karotis dan serebral yang terkena,
gejalanya: pasien mengalami kebutaan pada satu matanya, Hemiplegi gangguan
bicara dan kekacauan mental.
Jika arteri vertebralis, gejalanya: pening, diplopia, kekacauan penglihatan
pada satu atau kedua bidang pandang dan disatria.
15
Perbedaan Stroke Hemoragic dan Non Haemorhagic
Pengkajian Perdarahan InfarkAnamnese 1. Permulaannya
2. Waktu kejadian
3. Tanda awal4. Nyeri kepala5. Kejang6. Kesadaran menurun
Sangat akutPenderita aktif
-+++++++++
Sub akutBangun pagi /
istirahat+ +
--
- / +
Pemeriksaan Fisik 1. Penurunan kesadaran2. Bradikardi3. Udema pupil4. Kaku kuduk5. Kernig/ Brudzinski6. Ptosis7. Perdarahan retina
+ + ++ +
Sering ++ +
+ + + + ++ +
- / +- / +-----
Cairan Serebrospinal
1. Tekanan2. Warna3. Eritrosit
MeningkatMerah> 1000
NormalJernih< 500
7. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik, seperti perdarahan, atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi/ruptur.
16
2. CT Scan: memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya
infark. catatan: mungkin tidak dengan segera menunjukan adanya perubahan
tersebut.
3. Fungsi Lumbal: menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada
trombosis, emboli serebral dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya hemoragik subaraknoid atau
perdaraha intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis
sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
4. MRI: menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi
arterivena (MAV).
5. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah
sistem arteri karotis (aliran darah/muncul plak), arteriosklerotik).
6. EEG: mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7. Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari massa yang meluas; kalsifikasi karotis interna
terdapat pada trombosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada
perdarahan subaraknoid.
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
a. Bantuan kepatenan jalan nafas.
b. Tirah baring.
c. Penatalaksanana cairan dan nutrisi.
d. Obat-obatan:
1) Antikoagulasi/antiplatelet
2) Anti oedema.
e. Kortikosteroid.
f. EKG dan pemantauan jantung.
g. Hipotermia.
h. Pantau TIK.
i. Pemasangan kateter indelwelling.
j. Rehabilitasi neurologis.
17
Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1. Perfusi jaringan tidak efektif: cedera b.d gangguan sirkulasi darah ke otak
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan pemasukan b.d faktor biologis
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler, kerusakan
persepsi sensori, penurunan kekuatan otot.
4. Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak.
5. Sindrom defisit self-care: b.d kelemahan, gangguan neuromuskuler,
kerusakan mobilitas fisik
6. Risiko infeksi b.d imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasif
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan perawatannya b/d
kurang paparan dan keterbatasan kognitif
8. Gangguan eliminasi BAB b/d imobilisasi
9. Gangguan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler otot
menelan
10. Risiko trauma/injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
18
NODX
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Perfusi jaringan tidak efektif: cedera b.d gangguan sirkulasi darah ke otak
Setelah dilakukan tindakan keperawatan …… jam diharapkan perfusi jaringan efektif dg KH:
Perfusi jaringan cerebral: Fungsi neurology meningkat, TIK dbn, Kelemahan berkurang
Status neurology: Kesadaran meningkat, Fungsi motorik meningkat, Fungsi persepsi sensorik meningkat., Komunikasi kognitif meningkat, Tanda vital stabil
Peningkatan perfusi serebral
Kaji kesadaran klien Monitor status
respirasi Kolaborasi obat-obatan
untuk memepertahankan status hemodinamik.
Monitor laboratorium utk status oksigenasi: AGD
Monitor neurology Monitor pupil:
gerakan, kesimetrisan, reaksi pupil
Monitor kesadaran,orientasi, GCS dan status memori.
Ukur vital sign Kaji peningkatan
kemampuan motorik, persepsi sensorik ( respon babinski)
kaji tanda-tanda keadekuatan perfusi jaringan cerebral
Hindari aktivitas yg dapat meningkatkan TIK
Laporkan pada dokter ttg perubahan kondisi klien
2 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan b.d faktor biologis
Setelah dilakukan askep .. jam terjadi peningkatan status nutrisi dg KH:
Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat.
Identifikasi kebutuhan nutrisi.
Bebas dari tanda malnutrisi.
Managemen nutrisi Kaji pola makan klien Kaji kebiasaan makan
klien dan makanan kesukaannya
Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
kelaborasi dengan ahli
19
gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan
tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c
monitor intake nutrisi dan kalori
Monitor pemberian masukan cairan lewat parenteral.
Nutritional terapi kaji kebutuhan untuk
pemasangan NGT berikan makanan
melalui NGT k/p berikan lingkungan
yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan
monitor penurunan dan peningkatan BB
monitor intake kalori dan gizi
3 Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler, kerusakan persepsi sensori, penurunan kekuatan otot.
Setelah dilakukan Askep …. jam diharapkan terjadi peningkatan mobilisasi, dengan criteria:Level mobilitas:
Peningkatan fungsi dan kekuatan otot
ROM aktif / pasif meningkat
Perubahan pposisi adekuat. Fungsi motorik meningkat. ADL optimal
Latihan : gerakan sendi (ROM)
Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik
Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat latihan
Kolaborasi dg fisioterapi utk program latihan
Kaji lokasi nyeri/ ketidaknyamanan selama latihan
Jaga keamanan klien Bantu klien utk
mengoptimalkan gerak sendi pasif manpun aktif.
Beri reinforcement positif setipa kemajuan
20
Terapi latihan : kontrol otot
Kaji kesiapan klien utk melakukan latihan
Evaluasi fungsi sensorik
Berikan privacy klien saat latihan
kaji dan catat kemampuan klien utk keempat ekstremitas, ukur vital sign sebelum dan sesudah latihan
Kolaborasi dengan fisioterapi
Beri reinforcement ppositif setipa kemajuan
4 Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak.
Setelah dilakukan askep …. jam, kemamapuan komunitas verbal meningkat,dg criteria:Kemampuan komunikasi:
Penggunaan isyarat nonverbal Penggunaan bahasa tulisan,
gambar Peningkatan bahasa lisan
Komunikasi : kemampuan penerimaan.
Kemampuan interprestasi meningkat
Mendengar aktif: Kaji kemampuan
berkomunikasi Jelaskan tujuan
interaksi Perhatikan tanda
nonverbal klien Klarifikasi pesan
bertanya dan feedback. Hindari barrier/
halangan komunikasi
Peningkatan komunikasi: Defisit bicara
Libatkan keluarga utk memahami pesan klien
Sediakan petunjuk sederhana
Perhatikan bicara klien dg cermat
Gunakan kata sederhana dan pendek
Berdiri di depan klien saat bicara, gunakan isyarat tangan.
Beri reinforcement positif
21
Dorong keluarga utk selalu mengajak komunikasi denga klien
5 Sindrom defisit self-care: b.d kelemahan, gangguan neuromuskuler, kerusakan mobilitas fisik
Setelah dilakukan askep … jam, self-care optimal dg kriteria :
Mandi teratur. Kebersihan badan terjaga kebutuhan sehari-hari
(ADL) terpenuhi
Self-care assistant. Kaji kemampuan klien
dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari
Sediakan kebutuhan yang diperlukan untuk ADL
Bantu ADL sampai mampu mandiri.
Latih klien untuk mandiri jika memungkinkan.
Anjurkan, latih dan libatkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan klien sehari-hari
Berikan reinforcement positif atas usaha yang telah dilakukan klien.
6 Risiko infeksi b.d imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasif
Setelah dilakukan askep … jam tidak terdapat faktor risiko infeksi pada klien dengan KH:
Tidak ada tanda-tanda infeksi
status imune klien adekuat V/S dbn, AL dbn
Konrol infeksi : Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain.
Pertahankan teknik isolasi.
Batasi pengunjung bila perlu.
Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya.
Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
Pertahankan lingkungan yang
22
aseptik selama pemasangan alat.
Lakukan dresing infus, DC setiap hari.
Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
berikan antibiotik sesuai program.
Proteksi terhadap infeksi
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
Monitor hitung granulosit dan WBC.
Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.
Pertahankan teknik isolasi bila perlu.
Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas.
Dorong istirahat yang cukup.
Monitor perubahan tingkat energi.
Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.
Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program.
Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.
Laporkan kecurigaan infeksi.
7 Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan dan keterbatasan kognitif
Setelah dilakukan askep … jam pengetahuan keluarga klien meningkat dg KH:
Keluarga menjelaskan tentang penyakit, perlunya pengobatan dan memahami perawatan
Keluarga kooperativedan mau kerjasama saat
Mengajarkan proses penyakit
Kaji pengetahuan keluarga tentang proses penyakit
Jelaskan tentang patofisiologi penyakit dan tanda gejala penyakit
23
dilakukan tindakan Beri gambaran tentaang tanda gejala penyakit kalau memungkinkan
Identifikasi penyebab penyakit
Berikan informasi pada keluarga tentang keadaan pasien, komplikasi penyakit.
Diskusikan tentang pilihan therapy pada keluarga dan rasional therapy yang diberikan.
Berikan dukungan pada keluarga untuk memilih atau mendapatkan pengobatan lain yang lebih baik.
Jelaskan pada keluarga tentang persiapan / tindakan yang akan dilakukan
8 Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan imobil
Setelah dilakukan askep .. jam pasien tdk mengalami konstipasi dg KH:
Pasien mampu BAB lembek tanpa kesulitan
Konstipation atau impaction management
Monitor tanda dan gejala konstipasi
Monitor pergerakan usus, frekuensi, konsistensi
Identifikasi diet penyebab konstipasi
Anjurkan pada pasien untuk makan buah-buahan dan makanan berserat tinggi
Mobilisasi bertahab Anjurkan pasien u/
meningkatkan intake makanan dan cairan
Evaluasi intake makanan dan minuman
Kolaborasi medis u/ pemberian laksan kalau perlu
9 Gangguan sete lah dilakukan askep ... Mewasdai aspirasi
24
menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler otot menelan
jam status menelan pasien dapat berfungsi
monitor tingkat kesadaran
monitor status paru-paru
monitor jalan nafas posisikan 30-400
berikan makan / NGT jika memungkinkan
hindari memberikan makan peroral jika terjadi penurunan kesadaran
siapkan peralatan suksion k/p
tawarkan makanan atau cairan yang dapat dibentuk menjadi bolus sebelum ditelan
potong makanan kecil-kecil
gerus obat sebelum diberikan
atur posisi kepala 30-450 setelah makanTerapi menelan
Kolaborasi dengan tim dalam merencanakan rehabilitasi klien
Berikan privasi Hindari menggunakan
sedotan minum Instruksikan klien
membuka dan menutup mulut untuk persiapan memasukkan makanan
Monitor tanda dan gejala aspirasi
Ajarkan klien dan keluarga cara memberikan makanan
Monitor BB Berikan perawatan
mulut Monitor hidrasi tubuh Bantu untuk
mempertahankan intake kalori dan cairan
Cek mulut adakah sisa
25
makanan Berikan makanan yang
lunak.10 Risiko
trauma/injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
Setelah dilakukan askep … jam terjadi peningkatan Status keselamatan Injuri fisik Dg KH :
Klien dalam posisi yang aman dan bebas dari injuri
Klien tidak jatuh
Manajemen kejang monitor posisi tidur
klien Pertahankan kepatenan
jalan nafas Beri oksigen Monitor status
neurologi Monitor vital sign Catat lama dan
karakteristik kejang (posisi tubuh, aktifitas motorik, prosesi kejang)
Kelola medikasi sesuai order
Manajemen lingkungan
Identifikasi kebutuhan keamanan klien
Jauhkan benda yang membahayakan klien
pasang bed plang Sediakan ruang khusus Berikan lingkungan
tenang Batasi pengunjung Anjurkan pada
keluarga untuk menunggu/berada dekat klien
26