lp stroke non hemoragik

31
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Menurut WHO (World Health Organization) stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh peredaran darah otak. Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak ( dalam beberapa detik ) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang terganggu (Chandra.B 1996). Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau kematian. Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO). Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan

Upload: karismaww

Post on 14-Nov-2015

91 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIKA. KONSEP DASAR PENYAKIT1. Definisi Menurut WHO (World Health Organization) stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh peredaran darah otak. Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak ( dalam beberapa detik ) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang terganggu (Chandra.B 1996). Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau kematian. Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO). Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas). Sedangkan stroke non haemorrhage (SNH) adalah jenis stroke yang disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis dari arteri otak atau yang memberi vaskularisasi pada otak atau suatu embolus dari pembuluh darah diluar otak yang tersangkut diarteri otak.2. Anatomi dan FisiologiBerat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak), dan diensefalon (Satyanegara, 1998). Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakangerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna. Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh. Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan. Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK

A. KONSEP DASAR PENYAKIT1. Definisi Menurut WHO (World Health Organization) stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh peredaran darah otak. Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak ( dalam beberapa detik ) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang terganggu (Chandra.B 1996). Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau kematian. Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO). Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas). Sedangkan stroke non haemorrhage (SNH) adalah jenis stroke yang disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis dari arteri otak atau yang memberi vaskularisasi pada otak atau suatu embolus dari pembuluh darah diluar otak yang tersangkut diarteri otak.2. Anatomi dan FisiologiBerat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak), dan diensefalon (Satyanegara, 1998). Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakangerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna. Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh. Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan. Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.3. Klasifikasi Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik (kausal):a. Berdasarkan manifestasi klinik Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)Gejala neurologik makin lama makin berat. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke) Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.b. Berdasarkan Kausal Stroke TrombotikStroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis. Stroke Emboli/Non TrombotikStroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.4. Epidemiologi Angka kematian penderita stroke di Indonesia berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 adalah 37,3 per 100.000 penduduk. Di Indonesia, walaupun belum ada penelitian epidemiologi yang sempurna, namun dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1984 dilaporkan prevalensi stroke pada umur 25-34 tahun adalah 6,7 per 100.000 penduduk, kelompok umur 35-44 tahun adalah 24,4 per 100.000 penduduk dan berturut-turut meningkat. Stroke non hamemorrhage merupakan kasus yang paling sering ditemukan di ruangan perawatan syaraf. Lebih dari 50% dari penderita yang masuk di bangsal lab.

5. Etiologi Faktor penyebab stroke non haemmorhage ysng tidak dapat diubah meliputi :a. Usia Usia merupakan faktor resiko yang paling penting untuk terjadinya serangan stroke non haemmorhage. Begitu kita memasuki usia tua maka kemungkinan terjadinya serangan stroke ini akan meningkat, hal ini disebabkan akumulasi plak yang tertimbun dalam pembuluh darah. Dibadingkan dengan usia 65 tahun , resiko terkena stroke pada usia 75 tahun adalah 5 kali lipat , bahkan pada usia 80 tahun memiliki resiko lebih besar dibandingkan usia 50 tahun.

b. Ras Walaupun terdapat penurunan mortalitas dari semua ras dan kelompok jenis kelamin, akan tetapi mortalitas stroke pada orang Amerika asal afrika (Black/African Americans) lebih beresiko dari pada orang berkulit putih.c. Jenis kelamin Inseden stroke menunjukkan lebih banyak pria dibandingkan wanita sebelum menopause (1,3:1) namun setelah menopause keduanya memiliki resiko sebanding. Bila dibandingkan menurut subtipe stroke yang terjadi adalah, pria lebih banyak terkena infark serebri dibanding wanita, demikian juga pada perdarah intra serebral sedangkan wanita lebih banyak pada perdarahan subarakhnoidal.d. Keturunan Riwayat keluarga (family history) dengan penderita stroke diduga merupakan faktor predisposisi. Studi kohort yang dilakukan oleh Welin (1987) menunjukan bahwa seorang ibu penderita stroke merupakan resiko penting disamping tekanan darah, plasma fibrinogen dan kegemukan. Adanya anamnesis keluarga terkena stroke pada sanak keluaga tingkat pertama juga merupakan penentu risiko stroke bahkan disesuaikan faktor risiko lain.Faktor resiko yang dapat diubah :a. Hipertensi Hipertensi memegang peranan penting dan sering menyebabkan gangguan fungsi otak dan struktur otak manusia melalui mekanisme gangguan vaskuler. Infark dan perdarahan otak merupakan stadium akhir akibat memburuknya gangguan vaskuler pada otak. Stroke yang disebabkan oleh disebabkan adanya perubahan patologik yang terjadi pada pembuluh darah serebral didalam jaringan otak yang mempunyai dinding relatif tipis. Perubahan ini menunjukkan faktor predisposisi stroke secara langsung dan peningkatan proses aterogenesis merupakan faktor predisposisi perdarahan dan infark otal. Selain itu hipertensi merupakan faktor yang kuat untuk terjadi stroke, baik tekanan sistole maupun diastole merupakan faktor resiko terhadap stroke. Pada umumnya seseorang dianggap hipertensi pabila tekanan 140/90 atau lebih. Bertambah tinggi tekanan darah, bertambah besar pula kemungkinan mendapat stroke. Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Hipertensi menyebabkan terjadinya tekanan terhadap dinding-dinding pembuluh darah. Stroke dapat dicegah dengan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90mmHg dan menjalani pola hidup yang teratur. b. Diabetes MelitusPria dan wanita yang menderita diabetes melitus mempunyai kecendrungan beresiko lebih tinggi terjadinya stroke non hemoragik daripada yang tidak menderita diabetes melitus. Diabetes melitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah di otal yang berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan mempersempit diameter pembuluh darah otak dan penyempitan tersebut akan mengganggu kelancaran aliran darah ke otak, yang akhirnya mengakibatkan infark sel-sel otak.c. Penyakit jantungBerbagai jenis penyakit jantung mempunyai poyensi untuk menimbulkan gangguan peredaran darah otak. Faktor resiko ini pada umumnya akan menimbulkan hambatan aliran darah ke otak karena jantung melepas gumpalan darah atau jaringan yang telah mati kedalam aliran darah.d. Obesitas Obesitas atau berat badan yang berlebihan masih menjadi bahan perdebatan apakah memang merupakan faktor risiko stroke yang kuat atau tidak. Berat badan yang terlalu berlebihan menyebabkan adanya tambahan bebn ektra pada jantung dan pembuluh darah. Hal ini mempermudah terken serangan diabetes dan penyakit jantung, kedua penyakit ini akan semakin meningktkan kemungkinan terkena stroke.e. Merokok Merokok dapt menimbulkan penyakit jantung dan aterosklerosis. Merokok dapat membuat darah lebih mudah menggumpal dan membuat pembuluh-pembuluh darah lebih mudah menyempit yang akan mengakibatkan stroke non hemoragik.f. Alkohol Alkohol dianggap memberikan pengaruh yang berbahaya bagi peredaran darah otak. Bahkan ini telah terbukti meningkatkan tekanan darah, mengganggu metabolisme hidrat arang dan lemak dalam tubuh, dan juga mengganggu pembekuan darah. Faktor-faktor ini cenderung meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan stroke. Selanjutya adalah risiko timulnya trombosis yang cukup besar, khususnya pada saat alkohol diminum dalam jumlah banyak sehingga terjadi gangguan faal tubuh dengan hilangnya cairan tubuh, dehidrasi dan muntah-muntah.6. Gejala-gejala Stroke Non HaemmorhageGejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:a. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna. Buta mendadak (amaurosis fugaks). Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia)bila gangguan terletak pada sisi dominan. Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol. Gangguan mental. Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh. Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air. Bisa terjadi kejang-kejang.c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media. Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol. Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh. Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar. Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas. Meningkatnya refleks tendon. Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh. Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar (vertigo). Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia). Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit bicara (disatria). Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi). Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandange. Pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim). Koma Hemiparesis kontra lateral. Ketidakmampuan membaca (aleksia). Kelumpuhan saraf kranialis ketigaf. Gejala akibat gangguan fungsi luhur Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia dibagi dua yaitu, Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap baik. Aphasia sensorik adalah ketidakmampuan untuk mengerti pembicaraan orang lain, namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan lancar, walau sebagian diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya kerusakan otak. Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak. Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia. Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak. Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah terjadinya kerusakan otak. Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita tidak boleh melihat jarinya). Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang. Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang menyebabkan terjadinya gangguan bicara. Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak. Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah kemampuan.7. Patofisiologi (pathway terlampir)Trombus dan embolus pada pembuluh darah otak mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang atau terhenti sama sekali kedaerah distal otak yang mengalami trombus dan emboli sehingga otak kekurangan sumberkalori berupa glukosa dan mineral lain serta oksigen. Iskemia terjadi kertika aliran darah menurun kurang dari 25ml per 100 g/menit. Akibatnya neuron tidak bisa mempertahankan metabolisme (respirasi) aerobnya. Mitokondria berubah menjadi respirasi anaerob sehingga menghasilkan asam laktat dan perubahan pH. Perubahan bentuk metabolisme ini juga mengakibatkan penurunan jumlah neuron dalam memproduksi adenosin triphospate (ATP) yang akan dijadikan sumber energi dalam aktivitas sel neuron berupa proses depolarisasi. Penurunan aliran darah serebral menyebabkan daerah penumbra dan berkembng menjadi daerah infark. Daerah penumbra yaitu daerah otak yang iskemik dan terdapat pada daerah sekitar yang mengelilingi daerah infark. Jika hal ini berlanjut akan mengakibatkan bertambahnya kerusakan pada selaput sel. Akibat yang timbul adalah kalsium dan glutamat yang banyak terbuang, terjadi vasokontriksu dan menghasilkan radikal bebas. Proses ini memperbesar daerah infar pada penumbra dan memperberat gangguan neurologis terutama stroke iskemik. Hal ini akan mengakibatkan edema otak sehingga tekanan dan iskemia menyebabkan gangguan sistem saraf . 8. Diagnosis Stroke Non Hemoragikindakan penyelamatan.Diagnosis didasarkan atas hasil:Penemuan Klinis AnamnesisTerutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak. Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke. Pemeriksaan FisikAdanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.9. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium Pemeriksaan Neuro-RadiologikComputerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA). Pemeriksaan lain-lain Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler, Elektrokardiografi (EKG).10. Komplikasi Bahu yang kaku Penumonia (radang paru) Trombosis vena profundus dan emboli pulmoner Dekubitus Kejang (konvulsi) Problem kejiwaan11. Terapi Stroke Non HaemmorhageAdapun jenis terapi stroke non haemmorhage yang dapat dilakukan adalah :a. Terapi pendukungBila didapatkan peninggian tekanan darah maka harus diturunkan dan diobservasi. Tekanan darag tidak boleh diturunkan lebih dari 20% dan dipertimbangkan pemberian heparin untuk mencegah resiko terjadinya emboli paru. Pneumonia aspirasi dapat dicegah dengan NGT. Begitu pula mobilisasi dan rehabilisasi harus dalam waktu cepat.b. Standar IntervensiMengatasi defisit neurologis dan mencegah perluasan kerusakan neurologis. Terapi yang diberikan antitrombotik dan mencegah edema serebral. Pemberian antikoagulan seperti heparin padpasien dengan kardiopmetabolik stroke bermaksud mencegah terulangny kejadian stroke dan pada multipel TIA mencegah terjadinya pembentukan stroke.c. RehabilisasiDilakukan fisioterapi, latihan berdiri, berjalan, kegiatan lainnya dan dilatih pula bicara (speech therapy).12. Pencegahan Stroke Non HaemmorhagePencegahan PremordialTujuan pencegahan premordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan premordial dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke hemoragik melalui ceramah, media cetak, media elektronik.a. Pencegahan PrimerTujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu yang mempunyai faktor risiko tetapi belum menderita stroke dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain : Menghindari merokok, stres mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya. Mengurangi kolesterol, lemak dalam makanan seperti jerohan, daging berlemak, goreng-gorengan. Mengatur pola makan yang sehat seperti kacang-kacangan, susu dan kalsium, ikan, serat, vitamin yang diperoleh dari makanan dan bukan suplemen (vit C, E, B6, B12 dan beta karoten), teh hijau dan teh hitam serta buah-buahan dan sayur-sayuran. Mengendalikan faktor risiko stroke, seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan lain-lain. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur, minimal jalan kaki selama 30 menit, cukup istirahat dan check up kesehatan secara teratur minimal 1 kali setahun bagi yang berumur 35 tahun dan 2 kali setahun bagi yang berumur di atas 60 tahun.b. Pencegahan SekunderUntuk pencegahan sekunder, bagi mereka yang pernah mendapat stroke, dianjurkan : Hipertensi : diet, obat antihipertensi yang sesuai Diabetes melitus : diet, obat hipoglikemik oral/ insulin Penyakit jantung aritmik nonvalvular (antikoagulan oral) Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat antidislipidemia Berhenti merokok Hindari alkohol, kegemukan dan kurang gerak Polisitemia Asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama. Tiklopidin diberikan pada penderita yang tahan asetosal. Antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor risiko penyakit jantung dan kondisi koagulopati yang lain. Tindakan bedah lainnya.c. Pencegahan TertierMeliputi program rehabilitasi penderita stroke yang diberikan setelah terjadi stroke. Rehabilitasi meningkatkan kembali kemampuan fisik dan mental dengan berbagai cara. Tujuan program rehabilitasi adalah memulihkan independensi atau mengurangi ketergantungan sebanyak mungkin. Cakupan program rehabilitasi stroke dan jumlah spesialis yang terlibat tergantung pada dampak stroke atas pasien dan orang yang merawat.13. Prognosis Prognosis stroke dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis yang dihasilkan. usia pasien, penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi prognosis. Secara keseluruhan, kurang dari 80% pasien dengan stroke bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. pasien yang selamat dari periode akut, sekitar satu setengah samapai dua pertiga kembali fungsi independen, sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia, sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian ( data subyektif dan obyektif) berdasarkan 11 pola gordon. Identitas : Nama :Umur :Alamat: Pekerjaan :No. Reg :Tgl. MRS :Tgl. Pengkajian :Dx Medis :

Identitas penanggung jawab : Nama :Umur :Pendidikan :Pekerjaan :Hubungan dengan pasien :

Riwayat kesehatan : Keluahan utama :Riwayat penyakit sekarang Riwayat pembedahan :Riwayat kesehatan keluarga :

Pola kesehatan fungsional pola Gordon : 1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Menggambarkan Persepsi,pemeliharaan dan penanganan kesehatanPersepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan kesehatan,kemampuan menyusun tujuan,pengetahuan tentang praktek kesehatan,2. Pola nutrisi dan metabolik Menggambarkan Masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolitNafsu makan,pola makan, diet,fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan,Mual/muntah,Kebutuhan jumlah zat gizi, masalah /penyembuhan kulit,Makanan kesukaan.3. Pola eliminasi Menggambarkan Masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolitNafsu makan,pola makan, diet,fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan,Mual/muntah,Kebutuhan jumlah zat gizi, masalah atau penyembuhan kulit, makanan kesukaan.4. Pola aktivitas, latihan dan oksigenasiMenggambarkan pola latihan,aktivitas,fungsi pernafasan dan sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit,gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain. Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan 0: mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3 : dibantu orang dan alat 4 : tergantung dalam melakukan ADL,kekuatan otot dan Range Of Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi,irama dan kedalam nafas,bunyi nafas riwayat penyakit paru.5. Pola istirahat dan tidur Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang energy.Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.6. Pola Kebutuhan Cairan Elektrolit dan asam basa Mengkaji kebutuhan cairan elektrolit, asam dan basa sesuai dengan kondisi.7. Pola Kebutuhan persepdi diri dan konsep diriMenggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam pandangan secara holistic. Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup/relaks.8. Pola Peran dan Hubungan Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien, pekerjaan, tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif teradap orang lain, masalah keuangan. 9. Pola reproduksi dan seksual Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex,pemeriksaan genital.10. Pola koping terhadap stress dan adaptasiMenggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan penggunaan system pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress,interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan,efek penyakit terhadap tingkat stress. 11. Pola Keyakinan Dan Nilai Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dan budaya,berbagi dengan orang lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit. 12. Pola persepsi dan kognitif Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang,atau benda yang lain).Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan, pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman. Pengkajian fisik Keadaan umum pasien :Kesadaran :Pemeriksaan TTV :Pemeriksaan per sistem : Kulit, rambut dan kuku : Kepala leher Mata dan telinga Sistem pernafasan Sistem kardiovaskular Payudara wanita dan pria Sistem gastrointestinal Sistem urinarius Sistem reproduksi wanita/pria Sistem saraf Sistem muskuloskeletal Sistem imun Sistem endokrin

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan radiologi2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada stroke non hemoragik yaitu :a. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan sistem saraf pusat ditandai dengan sulit bicara, pelo.b. Kerusakan integritas kulit berhubugan dengan kondisi gangguan metabolik Kerusakan integritas kulit berhubugan dengan kondisi gangguan metabolikc. Resiko Cederad. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai dengan kesulitan membolak-balik posisi, keterbatasan rentang pergerakan sendie. Gangguan menelan berhubungan dengan paralisis serebral yang ditandai dengan terlihat bukti kesulitan menelan misalnya batuk atau tersedak3. Rencana asuhan keperawatan (terlampir)4. EvaluasiNo.DiagnosaEvaluasi

1. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan sistem saraf pusat ditandai dengan sulit bicara, pelo.

S : Kaji respon pasien terhadap intervensi yang diberikanO : Observasi TTV, peningkatan kemampuan berbicara, penggunaan isyarat. A : Kaji masalah yang masih muncul dan masalah baru yang muncul.P : Lanjutkan intervensi kolaborasi dengan melatih bicara sampai masalah klien teratasi.

2. Kerusakan integritas kulit berhubugan dengan kondisi gangguan metabolik ditandai dengan faktor mekanik misalnya tekanan, imobilisasi fisikS : Kaji respon pasien terhadap intervensi yang diberikan, tanda-tanda kerusakan integritas kulit yang dirasakan pasien.O : Observasi mobilisasi pasien serta keadaan kulit pasienA : Kaji masalah yang masih muncul dan masalah baru yang muncul.P : Lanjutkan intervensi dan observasi sampai kerusakan integritas kulit dapat teratasi