lp nefro

17
LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS A. KONSEP PENYAKIT 1. DEFINISI Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. 2. MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius menurut Smeltzer (2001) bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, edema, antara lain: a. Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan hidrostatik da distensi piala ginjal serta ureter proksimal. b. Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan disuria).

Upload: hari-hilman

Post on 26-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: LP Nefro

LAPORAN PENDAHULUAN

NEFROLITIASIS

A. KONSEP PENYAKIT

1. DEFINISI

Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-

batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam

urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari

yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil

biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini

dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi.

2. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius menurut

Smeltzer (2001) bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, edema, antara

lain:

a. Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan

peningkatan hidrostatik da distensi piala ginjal serta ureter proksimal.

b. Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan

disuria).

c. Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-

menerus di area koskovertebral.

d. Nyeri bertahap biasanya pada pinggang.

e. Nyeri yang berpindah kebawah (panggul, testis/vulva).

f. Hematuria.

g. Mual dan muntah sebagai akibat dari adanya gejala gastrointestinal.

Page 2: LP Nefro

3. ETIOLOGI

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan

gangguan aliran urin,gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi,

dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara

epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya

batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor

intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor

ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.

Faktor intrinsik antara lain :

a. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

b. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.

c. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak

dibandingkan dengan pasien perempuan

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

a. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu

saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal

sebagai daerah stonebelt.

b. Iklim dan temperature/

c. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium

pada air yang dikonsumsi.

d. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya

batu.

e. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya

banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

4. PATOFISIOLOGI

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti

pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal

bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin

Page 3: LP Nefro

dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan

juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin

ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan

adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang

berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat.

Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

kemudian dijadikan dalam beberapa teori ;

a. Teori supersaturasi

Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal

mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap

menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.

b. Teori matriks

Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10%

heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan

penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.

c. Teori kurang inhibitor

Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang

melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat

pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan

penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka

akan mudah terjadi pengendapan.

d. Teori epistaxi

Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama,

salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk

pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan

dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan

urat sebagai inti pengendapan kalsium.

e. Teori kombinasi

Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

Page 4: LP Nefro

5. TANDA DAN GEJALA

a. Nyeri dan pegal di daerah pinggang

Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala

ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih

tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral.

b. Hematuria

Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya

trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik.

c. Infeksi

Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun

infeksi asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang

progresif.

d. Kencing panas dan nyeri

e. Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Urin

1) PH lebih dari 7,6

2) Sediment sel darah merah lebih dari 90%

3) Biakan urin

4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat

b. Darah

1) Hb turun

2) Leukositosis

3) Urium krestinin

4) Kalsium, fosfor, asam urat

c. Radiologist

Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu

Page 5: LP Nefro

d. USG abdomen

7. PENATALAKSANAAN

Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis

terdiri dari :

a. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi

pembentukan batu yang baru.

b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).

c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.

d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu

kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.

e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong

terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi

makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan,

merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut

dikurangi.

f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti

hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus

renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan

terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.

g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena

makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam

air kemih.

h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.

i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu

untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan

kalium sitrat.

j. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.

Page 6: LP Nefro

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identitas

Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,

pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau

yang menggangu saat ini.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Dimana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor

yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai

di bawa ke RS.

d. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu

Dimana mengetahui ada atau tidaknya penyakit pada pasien yang terjadi

sebelumnya.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan

dari orang tua.

f. Pola-pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup

Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit

batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata

laksana hidup sehat.

2) Pola nutrisi dan metabolism

Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun

karena adanya luka pada ginjal.

3) Pola aktivitas dan latihan

Page 7: LP Nefro

Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik

disebabkan karena adanya luka pada ginjal.

4) Pola eliminasi

Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya

BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut,

BAB normal.

5) Pola tidur dan istirahat

Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu

karena adanya penyakit yang diderita pasien tersebut.

6) Pola persepsi dan konsep diri

Bagaimana persepsi klien terhadap tindakan operasi yang akan

dilakukan.

7) Pola sensori dan kognitif

Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya

selama di rumah sakit.

8) Pola reproduksi sexual

Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat

melakukan hal yang berhubungan dengan produksi sexual.

9) Pola hubungan peran

Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik

tidak ada gangguan.

10) Pola penaggulangan stress

Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha selalu melakukan hal yang

positif jika stress muncul.

11) Pola nilai dan kepercayaan

Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita

dapat sembuh.

g. Pemeriksaan Fisik

Page 8: LP Nefro

1) Keadaan Umum

a) Klien biasanya lemah.

b) Kesadaran komposmetis.

c) Adanya rasa nyeri.

2) Kulit

a) Teraba panas.

b) Turgor kulit menurun.

c) Penampilan pucat.

3) Pernafasan

Pergerakan nafas simetris.

4) Cardio Vaskuler

a) Takicardi.

b) Irama jantung reguler.

5) Gastro Intestinal

Kurang asupan makanan, nafsu makan menurun.

6) Sistem Integumen

Tampak pucat.

7) Geneto Urinalis

a) Dalam BAK produksi urin tidak normal.

b) Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa keperawatan yang sering

muncul adalah :

1. Nyeri aku berhubungan dengan trauma jaringan.

2. Perubahan pola eliminasi berkemih berhubungan denngan obstruksi

mekanik.

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

diuresis pasca obstruksi

Page 9: LP Nefro

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi, dan tidak

mengenal sumber informasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Nyeri akut

berhubungan

dengan trauma

jaringan.

Nyeri hilang atau

terkontrol.

a. Catat lokasi nyeri,

lamanya intensitas, dan

penyebaran.

b. Jelaskan penyebab

nyeri.

c. Berikan posisi yang

nyaman pada pasien.

d. Bantu dengan

ambulasi sesuai indikasi.

e. Kolaborasi :

pemberian obat sesuai

indikasi.

a. Membantu mengevaluasi

tempat obstruksi dan

pergerakan kalkulus.

b. Memberi kesempatan

untuk pemberian analgetik

dan membantu meningkatkan

koping klien.

c. Meningkatkan relaksasi,

menurunkan tegangan otot,

dan meningkatkan koping.

d. Mencegah stasis urine.

e. Mengurangi keluhan nyeri.

2 Perubahan pola

eliminasi berkemih

berhubungan

dengan obstruksi

mekanik.

Mempertahankan

fungsi ginjal

adekuat.

a. Awasi pemasukan

dan pengeluaran dan

karakteristik urine

b. Tetapkan pola

berkemih normal klien

dan perhatikan variasi

c. Dorong

peningkatan intake

cairan

d. Periksan semua

urine, catat adanya

a. Memberikan informasi

tentang fungsi ginjal dan

adanya komplikasi.

b. Kalkulus dapat

menyebabkan eksibilitas

saraf, sehingga menyebabkan

sensasi kebutuhan berkemih

segera.

c. Peningkatan hidrasi

membilas bakteri, darah, dan

dapat membantu lewatnya

Page 10: LP Nefro

batu

e. Selidiki keluhan

kandung kemih penuh

f. Kolaborasi : awasi

pemeriksaan

laboratorium

batu

d. Penemuan batu

memungkinkan identifikasi

tipe dan jenis batu untuk

pilihan terapi.

e. Retensi urine dapat terjadi,

menyebabkan distensi

jaringan

f. Hal ini mengindikasikan

fungsi ginjal

3 Resiko tinggi

terhadap

kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan diuresis

pasca obstruksi.

Mencegah

komplikasi.

a. Awasi pemasukan

dan pengeluaran

b. Tingkatkan

pemasukan cairan

sampai 3-4 liter / hari

dalam toleransi jantung

c. Observasi tanda-

tanda vital

d. Kolaborasi : awasi

Hb dan elektrolit

a. Membandingkan

keluaran aktual dan yang

diantisipasi membantu dalam

evaluasi adanya kerusakan

ginjal.

b. mempertahankan

keseimbangan cairan untuk

homeostasis tindakan

“mencuci” yang dapat

membilas batu keluar.

c. Indikasi hidrasi / volume

sirkulasi dan kebutuhan

intervensi.

d. Mengkaji hidrasi dan

keefektifan / kebutuhan

intervensi.

4 Kurang pengetahuan Memberikan a. Kaji ulang proses a. Memberikan

Page 11: LP Nefro

tentang kondisi,

prognosis, dan

kebutuhan

pengobatan

berhubungan

dengan slah

interpretasi

informasi, dan tidak

mengenal sumber

informasi

informasi

tentang proses

penyakitnya /

prognosis dan

kebutuhan

pengobatan.

penyakit

b. Tekankan

pentingnya

peningkatan masukan

cairan

c. Kaji ulang

program die

pengetahuan dasar di mana

klien dapat membuat pilihan

berdasarkan informasi.

b. Pembilasan sistem ginjal

menurunkan kesempatan

pembentukan batu.

c. Diet tergantung tipe batu

Page 12: LP Nefro

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

2. Doengoes, M.E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

3. Purnomo. 2003. Dasar-dasar Urologi. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya.

4. Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta: Buku

Kedoketan EGC.

5. Sjamsuhidrajat (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.

6. Syaifudin. 2002. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.