Download - LP Nefro
![Page 1: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PENDAHULUAN
NEFROLITIASIS
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-
batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam
urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari
yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil
biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini
dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi.
2. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius menurut
Smeltzer (2001) bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, edema, antara
lain:
a. Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan
peningkatan hidrostatik da distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
b. Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan
disuria).
c. Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-
menerus di area koskovertebral.
d. Nyeri bertahap biasanya pada pinggang.
e. Nyeri yang berpindah kebawah (panggul, testis/vulva).
f. Hematuria.
g. Mual dan muntah sebagai akibat dari adanya gejala gastrointestinal.
![Page 2: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/2.jpg)
3. ETIOLOGI
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin,gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi,
dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara
epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya
batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor
intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor
ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Faktor intrinsik antara lain :
a. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
b. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
c. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
a. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal
sebagai daerah stonebelt.
b. Iklim dan temperature/
c. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi.
d. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu.
e. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.
4. PATOFISIOLOGI
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti
pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal
bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin
![Page 3: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/3.jpg)
dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan
juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin
ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan
adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang
berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat.
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori ;
a. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10%
heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang
melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat
pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan
penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka
akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama,
salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk
pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan
dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan
urat sebagai inti pengendapan kalsium.
e. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
![Page 4: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/4.jpg)
5. TANDA DAN GEJALA
a. Nyeri dan pegal di daerah pinggang
Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala
ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih
tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral.
b. Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya
trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik.
c. Infeksi
Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun
infeksi asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang
progresif.
d. Kencing panas dan nyeri
e. Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Urin
1) PH lebih dari 7,6
2) Sediment sel darah merah lebih dari 90%
3) Biakan urin
4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Darah
1) Hb turun
2) Leukositosis
3) Urium krestinin
4) Kalsium, fosfor, asam urat
c. Radiologist
Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
![Page 5: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/5.jpg)
d. USG abdomen
7. PENATALAKSANAAN
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis
terdiri dari :
a. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi
pembentukan batu yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu
kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong
terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi
makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan,
merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut
dikurangi.
f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti
hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus
renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan
terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena
makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam
air kemih.
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu
untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan
kalium sitrat.
j. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.
![Page 6: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/6.jpg)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau
yang menggangu saat ini.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dimana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor
yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai
di bawa ke RS.
d. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Dimana mengetahui ada atau tidaknya penyakit pada pasien yang terjadi
sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan
dari orang tua.
f. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit
batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata
laksana hidup sehat.
2) Pola nutrisi dan metabolism
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun
karena adanya luka pada ginjal.
3) Pola aktivitas dan latihan
![Page 7: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/7.jpg)
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik
disebabkan karena adanya luka pada ginjal.
4) Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya
BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut,
BAB normal.
5) Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu
karena adanya penyakit yang diderita pasien tersebut.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terhadap tindakan operasi yang akan
dilakukan.
7) Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya
selama di rumah sakit.
8) Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat
melakukan hal yang berhubungan dengan produksi sexual.
9) Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik
tidak ada gangguan.
10) Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha selalu melakukan hal yang
positif jika stress muncul.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita
dapat sembuh.
g. Pemeriksaan Fisik
![Page 8: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/8.jpg)
1) Keadaan Umum
a) Klien biasanya lemah.
b) Kesadaran komposmetis.
c) Adanya rasa nyeri.
2) Kulit
a) Teraba panas.
b) Turgor kulit menurun.
c) Penampilan pucat.
3) Pernafasan
Pergerakan nafas simetris.
4) Cardio Vaskuler
a) Takicardi.
b) Irama jantung reguler.
5) Gastro Intestinal
Kurang asupan makanan, nafsu makan menurun.
6) Sistem Integumen
Tampak pucat.
7) Geneto Urinalis
a) Dalam BAK produksi urin tidak normal.
b) Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa keperawatan yang sering
muncul adalah :
1. Nyeri aku berhubungan dengan trauma jaringan.
2. Perubahan pola eliminasi berkemih berhubungan denngan obstruksi
mekanik.
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
diuresis pasca obstruksi
![Page 9: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/9.jpg)
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi, dan tidak
mengenal sumber informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri akut
berhubungan
dengan trauma
jaringan.
Nyeri hilang atau
terkontrol.
a. Catat lokasi nyeri,
lamanya intensitas, dan
penyebaran.
b. Jelaskan penyebab
nyeri.
c. Berikan posisi yang
nyaman pada pasien.
d. Bantu dengan
ambulasi sesuai indikasi.
e. Kolaborasi :
pemberian obat sesuai
indikasi.
a. Membantu mengevaluasi
tempat obstruksi dan
pergerakan kalkulus.
b. Memberi kesempatan
untuk pemberian analgetik
dan membantu meningkatkan
koping klien.
c. Meningkatkan relaksasi,
menurunkan tegangan otot,
dan meningkatkan koping.
d. Mencegah stasis urine.
e. Mengurangi keluhan nyeri.
2 Perubahan pola
eliminasi berkemih
berhubungan
dengan obstruksi
mekanik.
Mempertahankan
fungsi ginjal
adekuat.
a. Awasi pemasukan
dan pengeluaran dan
karakteristik urine
b. Tetapkan pola
berkemih normal klien
dan perhatikan variasi
c. Dorong
peningkatan intake
cairan
d. Periksan semua
urine, catat adanya
a. Memberikan informasi
tentang fungsi ginjal dan
adanya komplikasi.
b. Kalkulus dapat
menyebabkan eksibilitas
saraf, sehingga menyebabkan
sensasi kebutuhan berkemih
segera.
c. Peningkatan hidrasi
membilas bakteri, darah, dan
dapat membantu lewatnya
![Page 10: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/10.jpg)
batu
e. Selidiki keluhan
kandung kemih penuh
f. Kolaborasi : awasi
pemeriksaan
laboratorium
batu
d. Penemuan batu
memungkinkan identifikasi
tipe dan jenis batu untuk
pilihan terapi.
e. Retensi urine dapat terjadi,
menyebabkan distensi
jaringan
f. Hal ini mengindikasikan
fungsi ginjal
3 Resiko tinggi
terhadap
kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan diuresis
pasca obstruksi.
Mencegah
komplikasi.
a. Awasi pemasukan
dan pengeluaran
b. Tingkatkan
pemasukan cairan
sampai 3-4 liter / hari
dalam toleransi jantung
c. Observasi tanda-
tanda vital
d. Kolaborasi : awasi
Hb dan elektrolit
a. Membandingkan
keluaran aktual dan yang
diantisipasi membantu dalam
evaluasi adanya kerusakan
ginjal.
b. mempertahankan
keseimbangan cairan untuk
homeostasis tindakan
“mencuci” yang dapat
membilas batu keluar.
c. Indikasi hidrasi / volume
sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
d. Mengkaji hidrasi dan
keefektifan / kebutuhan
intervensi.
4 Kurang pengetahuan Memberikan a. Kaji ulang proses a. Memberikan
![Page 11: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/11.jpg)
tentang kondisi,
prognosis, dan
kebutuhan
pengobatan
berhubungan
dengan slah
interpretasi
informasi, dan tidak
mengenal sumber
informasi
informasi
tentang proses
penyakitnya /
prognosis dan
kebutuhan
pengobatan.
penyakit
b. Tekankan
pentingnya
peningkatan masukan
cairan
c. Kaji ulang
program die
pengetahuan dasar di mana
klien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
b. Pembilasan sistem ginjal
menurunkan kesempatan
pembentukan batu.
c. Diet tergantung tipe batu
![Page 12: LP Nefro](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022073018/5695cef71a28ab9b028c00f5/html5/thumbnails/12.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
2. Doengoes, M.E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
3. Purnomo. 2003. Dasar-dasar Urologi. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya.
4. Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta: Buku
Kedoketan EGC.
5. Sjamsuhidrajat (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.
6. Syaifudin. 2002. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.