lp fam

14
LAPORAN PENDAHULUAN FIBROADENOMA MAMMAE A. PENGERTIAN 1. Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat. 2. Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. B. TANDA & GEJALA 1. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu- abuan, pada penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal 2. Ada bagian yang menonjol ke permukaan 3. Ada penekanan pada jaringan sekitar 4. Ada batas yang tegas 5. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma ) 6. Memiliki kapsul dan soliter 7. Benjolan dapat digerakkan 8. Pertumbuhannya lambat 9. Mudah diangkat dengan lokal surgery 10.Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian C. ETIOLOGI

Upload: sugeng-winoto

Post on 06-Aug-2015

469 views

Category:

Documents


87 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP FAM

LAPORAN PENDAHULUAN

FIBROADENOMA MAMMAE

A. PENGERTIAN

1. Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang meliputi

kelenjar dan stroma jaringan ikat.

2. Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang bersimpai jelas,

berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan.

B. TANDA & GEJALA

1. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang

tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal

2. Ada bagian yang menonjol ke permukaan

3. Ada penekanan pada jaringan sekitar

4. Ada batas yang tegas

5. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma

)

6. Memiliki kapsul dan soliter

7. Benjolan dapat digerakkan

8. Pertumbuhannya lambat

9. Mudah diangkat dengan lokal surgery

10. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian

C. ETIOLOGI

Fibroadenoma mammae ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Biasanya

ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi

hormon estrogen meningkat. Secara histology fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi :

1. Intracanalicular fibroadenoma Yaitu fibroadenoma pada payudara yang secara tidak

teratur dibentuk dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan

epitel.

2. Pericanalicular fibroadenoma Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar

atau kista yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan.

Sedangkan fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu :

Page 2: LP FAM

1. Common fibroadenoma.

2. Giant fibroadenoma umumnya berdiameter lebih dari 5 cm.

3. Juvenile fibroadenoma pada remaja.

Faktor-faktor predisposisi :

a. Usia : < 30 tahun

b. Jenis kelamin

c. Geografi

d. Pekerjaan

e. Hereditas

f. Diet

g. Stress

h. Lesi prekanker

D. PATOFISIOLOGI

Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa

reproduksi yang disebabkan oelh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan

setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam

mamary displasia.

Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang

berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis

menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga

kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma

berdasarkan histologik yaitu :

1. Fibroadenoma Pericanaliculare

Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.

2. Fibroadenoma intracanaliculare

Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk

panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.

Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat

menopause terjadi regresi.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Biopsi

2. Pembedahan

Page 3: LP FAM

3. Hormonal

4. PET ( Positron Emision Tomografi )

5. Mammografi

6. Angiografi

7. MRI

8. CT – Scan

9. Foto Rontqen ( x – ray )

10. Blood Study

F. PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI

1. Faktor-faktor resiko

2. Pemerikasaan payudara sendiri

3. Pemeriksaan klinik

4. Mammografi

5. Melaporkan tanda dan gejala pada sumber/ahli untuk mendapat perawatan.

G. PENATALAKSANAAN

Terapi fibroadinoma mammae adalah eksisi dengan anastesi lokal. Bila penderita muda,

dan lesi kecil, diagnosa dapat ditegakkan dengan aspirasi jarum halus, bila penderita tidak

menginginkan biopsi dengan eksisi. (samapai kini belum ada publikasi ilmiah tentang

penyelidikan terhadap fibroadinoma, yang tetap dibiarkan tanpa tindakan, hal ini harus

diberitahukan kepada penderita yang menolak pembedahan).

Fibroadinoma yang lebih besar (lebih dari 2 cm) harusdiangkat, karena dapat

menyebabkan nyeri, dan dapat bertumbuh terus.3 Prognosis dari fibroadinoma mammae

adalah baik, bila diangkat dengan sempurna, tetapi bila masih tertapat jaringan sisi dari hasil

operasi dapat kambuh kembali.

Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:

1. Ukuran

2. Terdapat rasa nyeri atau tidak

3. Usia pasien

4. Hasil biopsy

Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor

tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada operasi ini. Operasi ini tidak akan

Page 4: LP FAM

merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang

nanti akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Sistem Integumen.

1) Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus.

2) Inspeksi kemerahan & gatal, eritema.

3) Perhatikan pigmentasi kulit.

4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah

b. Sistem Gastrointestinalis

1) Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian

kemotherapi.

2) Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit

3) Kaji diare & konstipasi

4) Kaji anoreksia

5) Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

c. Sistem Hematopoetik.

1) Kaji Netropenia

Kaji tanda infeksi

Auskultasi paru

Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe

Kaji suhu

2) Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat

3) Kaji Anemia

Warna kulit, capilarry refill

Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

d. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular

1) Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif –

terutama bleomisin

2) Kaji tanda CHF

3) Lakukan pemeriksaan EKG

e. Sistem Neuromuskular

1) Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik

Page 5: LP FAM

2) Perhatikan adanya parestesia

3) Evaluasi refleks

4) Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki

5) Kaji gangguan pendengaran

6) Diskusikan ADL

f. Sistem genitourinari

1) Kaji frekwensi BAK

2) Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine

3) Kaji : hematuria, oliguria, anuria

4) Monitor BUN, kreatinin

2. Rencana Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau

efek samping therapy/tindakan, ditandai dengan :

DS :

Klien mengeluhkan rasa nyeri

Meringis karena nyeri (facial mask of pain)

Lemah dan istirahat kurang

DO :

Gangguan tonus otot

Gangguan prilaku

Respon autonomic

Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria :

Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)

Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin.

Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional sesuai

situasi individu.

Independent :

1) Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 – 10)

dan upaya untuk mengurangi nyeri.

2) Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional.

3) Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi,

komunikasi therapeutik melalui sentuhan.

4) Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi

sesuai kebutuhannya

Page 6: LP FAM

Kolaborasi :

1) Kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan dokter

2) Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.

b. Gangguan ganbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan

ditandai dengan :

DS :

Verbalisasi perubahan pola hidup.

Reaksi ketakutan dan menolak perubahan pada bagian tubuh.

Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.

Perasaan/pandangan negatif terhadap tubuh

Mengungkapkan keputusasaan.

Mengungkapkan ketakutan ditolak

Mengungkapkan kelemahan

DO :

Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah

Mengurangi kontak sosial

Pre okupasi dengan bagian tubuh/fungsi tubuh yang hilang

Menolak penjelasan perubahan tubuh

Tidak mau turut bertanggung jawab dalam perawatan diri

Gambaran diri berkembang secara positif dengan kriteria :

Mengerti tentang perubahan pada tubuh.

Menerima situasi yang terjadi pada dirinya.

Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah.

Menunjukkan penyesuaian terhadap perubahan.

Dapat menerima realita.

Hubungan interpersonal adekuat.

Independent :

1) Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna membantu klien agar

dapat aktif kembali sesuai ADLs.

2) Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan

termasuk efek yang mengganggu aktivitas seksual

3) Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan masalah dari efek

yang terjadi.

4) Beri informasi/konseling sesering mungkin.

Page 7: LP FAM

5) Beri dorongan/support psikologis.

6) Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi (pertahankan kontak

mata)

Kolaborasi :

1) Refer klien pada kelompok program tertentu.

2) Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi.

c. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan efek treatment.

Integritas jaringan/kulit adekuat dengan kriteria :

Indentifikasi intervensi pada kondisi-kondisi khusus.

Partisipasi aktif dalam tehnik guna pencegahan komplikasi/ meningkatkan

penyembuhan.

Independent :

1) Kaji kondisi kulit dari efek samping : robekan, penyembuhan lambat.

2) Dorong klien untuk tidak menggaruk area yang terkena gangguan.

3) Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep dan powder

jika bukan order/ijin dari dokter atau perawatnya.

4) Atur posisi sesuai kebutuhan.

Kolaborasi :

1) Administrasi pemberian antidote sesuai indikasi.

2) Berikan therapi kompres hangat dan dingin sesuai petunjuk.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang penyakit, prognosis dan tindakan

yang dibutuhkan berhubungan dengan informasi yang kurang, interpretasi yang

keliru, ditandai dengan :

DS :

Bertanya tentang masalah yang dirasakannya.

Meminta informasi tentang keadaan penyakitnya.

Mengatakan konsepsi yang keliru tentang penyakitnya.

DO :

Tidak mengenal prognosa dan tindakan yang dilakukan.

Tidak tahu dampak bila tidak dilakukan tindakan pembedahan.

Klien mengenal dan mengetahui informasi penyakit, prognosa, dan tindakan yang

perlu dilakukan dengan kriteria :

Mengatakan keakuratan dari informasi yang didapat tentang diagnosa, tindakan

dan kesiapan /penerimaan diri atas perawatan.

Page 8: LP FAM

Dapat membenarkan prosedur yang dibutuhkan.

Menjelaskan dan merespon tindakan yang dilakukan.

Mengindentifikasi / menggunakan sumber /ahli dengan tepat.

Berpartisipasi pada kegiatan perawatan dan pengobatan.

Independent :

1) Review tentang hal-hal yang khusus mengenai diagnosa, alternatif tindakan dan

harapan mendatang dengan persepsi yang adekuat.

2) Jelaskan, beri gambaran dan kaji persepsi klien tentang neoplasma dan

penanganannya. Kaitkan dengan pengalaman dari klien yang sama.

3) Jelaskan dan tanya klien untuk komunikasi (umpan balik) dan mengkoreksi

konsepsi yang keliru tentang penyakit yang dideritanya.

4) Review medikasi secara khusus dan cara-cara penggunaan obat.

5) Jelaskan cara perawatan kulit khususnya area incisi post neoplasma.

6) Dorong klien untuk menggunakan sumber / ahli guna mengontrol status

kesehatannya.

7) Lakukan pre discharge planning sesuai indikasi.

Page 9: LP FAM

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.

(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).

Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan).

Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,

(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan

Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media

Aescullapius.

(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran

Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya

Page 10: LP FAM

PATOFISIOLOGI FAM (FIBROADENOMA MAMMAE)

Faktor predisposisi dan resiko tinggi terjadinya FAM (usia, genetik, pola makan, stres, pekerjaan)

Terbentuknya sel-sel neoplastik

Berat badan

Hiperplasi pada sel mammae

Massa tumor mendesak ke jaringan luar

Mammae membengkak

Mendesak jaringan sekitar

Menekan jaringan pada mammae

Mensuplai nutrisi ke jaringan tumor

Suplai nutrisi ke jaringan lain

Nutirisi kurang dari kebutuhan

Hipermetabolis ke jaringan

Kelemahan genetis sel-sel yang menyertai

Gangguan produksi hormon esterogen

Peningkatan konsistensi mammae

Perfusi jaringan terganggu

Ulkus G3 integritas kulit dan jaringan

Mendesak sel syaraf Mendesak pembuluh darah

Nyeri

Interupsi sel syaraf

Pengeluaran transmitter

Infeksi

Aliran darah terhambat

hypoxia

Bakteri patogen

Necrosa jaringan

Ancietas

Kurang pengetahuan

G3 body image

Mammae asimetrik

Ukuran mammae abnormal

G3 keb.oksigenasiEkspansi paru menurun

Infiltrasi pleuro parietale

Pembedahan

Diskontinuitas jaringan

Luka terkontaminasi baktteri patogen

Daya tahan tubuh menurun