lp ckb
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN SEMESTER
IV DI RS BETHESDA YOGYAKARTA
Disusun oleh:
Nama : I Putu Agus Indra SaputraNim : 1002055
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
STI KES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
T.A 2011/2012
BAB I
LANDASAN TEORI
A. MEDIS
1. Pengertian
a. Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. Cedera kepala
paling sering dan penyakit neurologik yang serius di antara penyakit nuerologik
dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya
( Brunner & Suddarth’s, 2002 )
b. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas .(Mansjoer Arif ,dkk ,2000)
c. Trauma / cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit
kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara
langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)
d. Trauma kapitis merupakan akibat kecelakaan baik kecelakaan lalu-lintas
maupaun kecelakaan lain seperti terjatuh, kejatuhan benda keras atau
kecelakaan kerja
2. Anatomi dan Fisiologi
Sistem persyarafan salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh.
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
computer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam
rongga tenggkorak ( kranium ) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Selaput otak ( meningen ) selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang
belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan
cairan sekresi ( cairan serebro spinalis ), memperkecil benturan atau getaran yang
terdiri dari 3 lapis :
a. Duramater ( Lapisan sebelah luar )
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat,
dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan durameter propia
dibagian dalam.
b. Arakhnoid ( Lapisan tengah )
Selaput halus yang memisahkandurameter dengan piameter membentuk
sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh
susunansaraf sentral.
c. Piameter ( Lapisan sebelah dalam )
Selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak, piameter
berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-struktur jaringan ikatyang
disebut trebekel.
Bagian-bagian otak :
a. Serebulum; merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk
telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tenggkorak.
Fungsi : mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu
1) Pusat persyarafan yang menangani; Aktifasi mental, Akal, Intelegensi,
Keingian dan memori.
2) Pusat menagis, buang air besar dan buang air kecil
b. Batang Otak berhubungan dengan serebrum dan medulla oblongata kebawah
dengan medulla spinalis.
1) Diensepalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara serebelum
dengan mensensepalon,
Fungsinya ; Vaso kontruktor mengecilkan pembuluh darah, membantu
proses pernafasan, mengontrol kegiatan reflek, membantu pekerjaan
jantung.
2) Mesensepalon, atap dari mesesenpalon terdiri dari 4 bagian yang
menonjol keatas, 2 disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior
dan 2 sebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior.
Fungsi ; membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata,
memutar mata dan pusat pergerakan mata.
3) Pons Varoli ; yang menghubungkan mesensepalon dengan pons varoli
dengan serebelum
Fungsi ; pusat saraf nervus trigeminus.
4) Medula oblongata ; bagian dari batang otak yang paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis.
Fungsi : menghantarkan impuls dari medulla spinalis dan otak
c. Serebelum : terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan
dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan
diatas medulla oblongata.
3. Etiologi ( Cholik Harun dkk, 2007 )
Cidera kepala dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya :
a. oleh benda / serpihan tulang yang menembus jaringan otak missal :
kecelakaan, dipukul, terjatuh dan luka tembak.
b. Trauma saat lahir missal : sewaktu lahir dibantu dengan forcep atau vacum.
4. Patofisiologi ( Carnwin Ej, 2002 )
Berdasarkan mekanisme, cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul dan
cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan
kecelakaan mobil-motor, jatuh atau pukulan benda tumpul. Cedera kepala tembus
disebabkan oleh peluru atau tusukan. Adanya penetrasi selaput durameter
menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera tembus atau cedera tumpul.
Benturan benda tajam, pukulan
Kepala
Trauma kepala
Jejas / kerusakan jaringan
Iskemik
Hipoksia
Aliran darah ke otak ↓ Perub. Metabolisme aerob
jadi anaerob & penimbunan as. Laktat
↑ TIK
PCo² ↑Po² ↓Ph ↓
Hipersensitifitas
Kematian
Gg. pemompaan natrium dan kalium
Oedema otak
5. Tanda dan gejala ( Cholik Harun dkk, 2007 )
1) Sakit kepala, mual, muntah
2) Mengalami lupa ingatan ( amnesia retrograde atau antegrad)
3) Lemah ingatan, cepat lelah, amat sensitive
4) Pupil anisokor
5) TD turun
6) Suhu tubuh yang sulit dikendalikan
Glascow coma scale ( GCS) digunakan untuk menilai secara kuantitatif
kelainan neurologis dan dipakai secara umum dalam deskripsi beratnya penderita
cedera kepala
a. Cedera Kepala Ringan (CKR).
GCS 13– 15, dapat terjadi kehilangan kesadaran ( pingsan ) kurang dari 30
menit atau mengalami amnesia retrograde. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak
ada kontusio cerebral maupun hematoma
b. Cedera Kepala Sedang ( CKS)
GCS 9 –12, kehilangan kesadaran atau amnesia retrograd lebih dari 30 menit
tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
c. Cedera Kepala Berat (CKB)
GCS lebih kecil atau sama dengan 8, kehilangan kesadaran dan atau terjadi
amnesia lebih dari 24 jam. Dapat mengalami kontusio cerebral, laserasi atau
hematoma intracranial.
Skala Koma Glasgow
No RESPON NILAI
1 Membuka Mata :
-Spontan
-Terhadap rangsangan suara
-Terhadap nyeri
-Tidak ada
4
3
2
1
2 Verbal :
-Orientasi baik
-Orientasi terganggu
5
4
-Kata-kata tidak jelas
-Suara tidak jelas
-Tidak ada respon
3
2
1
3 Motorik :
- Mampu bergerak
-Melokalisasi nyeri
-Fleksi menarik
-Fleksi abnormal
-Ekstensi
-Tidak ada respon
6
5
4
3
2
1
Total 3-15
6. Komplikasi
a. Edema pulmonal
b. Kejang
c. Kebocoran plasma
d. TIK meningkat
e. Infeksi
f. Lesi pada tingkat sel
g. Epilepsi
h. Perubahan aliran darah dan metabolisme otak
i. Kelainan respirasi akut
7. Pemeriksaan Diagnostik ( Marilynn E. Doenges, 2000 )
a. Skan CT ( tanpa / dengan kontras ): mengidentifikasi adanya SOL hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
Indikasi CT Scan adalah :
Nyeri kepala menetap atau muntah – muntah yang tidak menghilang setelah
pemberian obat – obatan analgesia/anti muntah.
Adanya kejang – kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapat lesi
intrakranial dibandingkan dengan kejang general.
Penurunan GCS lebih 1 point dimana faktor – faktor ekstracranial telah
disingkirkan (karena penurunan GCS dapat terjadi karena misal terjadi
shock, febris, dll).
Adanya lateralisasi.
Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, misal fraktur
depresi temporal kanan tapi terdapat hemiparese/plegi kanan.
Luka tembus akibat benda tajam dan peluru.
Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS.
Bradikardia (Denyut nadi kurang 60 X / menit).
b. MRI : sama dengan CT scan dengan atau tanpa kontras
c. Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma
d. EEG : untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis
e. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran
struktur dari garis tengah ( karena perdarahan, edema).
8. Penatalaksanaan ( Cholik Harun dkk, 2007 )
a. Tindakan terhadap peningkatan TIK
Pemantauan TIK dengan ketat.
Oksigenasi adekuat
Pemberian manitol
Penggunaan steroid
Peninggatan tempat tidur pada bagian kepala
Bedah neuro
b. Tindakan pendukung lain
Dukung ventilasi
Pencegahan kejang
Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
Terapi antikonvulsan
CPZ untuk menenangkan pasien
NGT
a. Dekompresasi dengan pembedahan : lesi massa intra cranial harus segera
dikeluarkan, biasnya dengan pembedahan flap tulang
b. Ventilasi : oksigenasi dan hipokapnea. Kerusakan dan kematian neuron dapat
terjadi dalam waktu 5 menit awitan hipoksemia.
c. Posisi tubuh sejajar atau ditinggikan 15- 30º kecuali ada kontra indikasi, posisi
deserebrasi dan dekortikasi meningkatkan TIK
d. Hipotermia dapat menurunkan laju metabolisme
e. Pengontrolan tekanan darah
f. Drainase CSS
g. Osmoterapi, agen-agen osmotic seperti; manitol, urea, gliserol, dan isosorbid
dapat digunakan untuk menurunkan TIK
B. KEPERAWATAN
1. Pengkajian ( Marilynn E. Doenges, 2000 )
a. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah
kejadian.
b. Pemeriksaan fisik
Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi, ataksik)
Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
Sistem saraf :
Kesadaran GCS.
Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak
akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,
gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat
kejang.
c. Aktifitas / istirahat
Gejala : merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese
d. Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah atau normal, bradikardi
e. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung
f. Eliminasi
Gejala : mual, muntah dan mengalami perubahan selera
Tanda : Muntah proyektil, gangguan menelan
g. Neurosensori
Gejala : kehilangan kesadaran sementara, amnesia sementara, vertigo, sinkope,
tinnitus, kehilangan pendengaran
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma
h. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia,
gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.
i. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : sakit kepala
Tanda : wajah menyeringai, gelisah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan
peningkatan tekanan intrakranial.
b. Nyeri akut b/d kerusakan jaringan otak dan peningkatan tekanan intracranial
c. Resiko terjadinya peningkatan intra cranial b/d adanya proses desak ruang
akibat penumpukan cairan / darah dalam otak
d. Kurang mandiri dalam merawat diri b/d kelemahan fisik
e. Resiko Infeksi b/d tindakan invasif
3. Nursing Care Plan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan criteria
hasilTindakan Raional
1. Perubahan
perfusi
jaringan
serebral b/d
edema
serebral
dan
peningkata
n tekanan
intrakranial
.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 4 x 24 jam,
diharapkan
perubahan perfusi
jaringan hilang
dengan criteria :
-Tak ada peningkatan
TIK
-Tanda vital normal
TD :110 /70 -120 /80
mmHg
N : 60-90 */mnt
R : 18-24 */mnt
S :36-37 ºC
1. Pantau status
neurologis secara
teratur
2. Pantau tanda-tanda
vital
3. Evaluasi keadaan
pupil
4. Anjurkan klien
untuk meninggikan
kepala 15-30º atau
kepala disejajarkan
5. Kolaborasi dengan
tim medis untuk
pemberian diuretik
1. Mengkaji adanya
kecenderungan pada
tingkat kesadaran dan
potensial peningkatan TIK
2. Mempertahakan aliran
darah keotak yang
konsisten
3. Untuk menetukan apakah
batang otak masih baik
4. Meningkatkan aliran balik
vena dari kepala, sehingga
akan mengurangi kongesti
dan edema
5. Diuretik dapat digunakan
pada fase akut untuk
menurunkan air dari sel
otak
2. Nyeri akut
b/d kerusakan
jaringan otak
dan
peningkatan
tekanan
intracranial
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 4 x 24 jam,
diharapkan nyeri akut
berkurang dengan
criteria :
-Klien tenang,
-Nyeri kepala dan
pusing hilang
-Skala nyeri 1-2
-Tanda vital normal :
TD :110 / 70-120 / 80
mmHg
1. Observasi
keadaan umum klien
2. Ajarkan latihan
teknik relaksasi
3. Buat posisi
kepala sejajar
dengan kaki
4. Kurangi
stimulus / batasi
pengunjung
5. Kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
1. Untuk mengetahui kondisi
klien
2. Membantu mengurangi
nyeri
3. Mengurangi nyeri dan rasa
mual dan muntah
4. Agar klien dapat
beristirahat
5. mengurangi rasa nyeri dan
sakit kepala
N :60-90 * / menit
R :18-24 * / menit
S :36-37 ºC
obat
3
4
5
Resiko
terjadinya
peningkatan
intra cranial
b/d adanya
proses desak
ruang akibat
penumpukan
cairan / darah
dalam otak
Kurang
mandiri
dalam
merawat diri
b/d
kelemahan
fisik
Resiko
Setelah dilakukan
tindakkan
keperawatan selama 4
x 24 jam, diharapkan
peningkatan TIK
tidak terjadi dengan
criteria :
-Kesadaran stabil
-Pupil isokor
-Reflek baik
-Tidak mual dan
muntah
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 4 x 24 jam,
diharapkan klien
mampu:
- Merawat diri
sendiri secara
bertahap
Setelah dilakukan
1. Kaji tingkat
kesadaran
2. Monitor tanda-tanda
vital
3. Kaji kemampuan
sensorik dan motorik
( ROM, kekuatan
otot)
4. Bantu klien untuk
menghindari batuk,
muntah atau
mengejan saat BAB
1. Kaji tingkat
kemandirian klien
dalam merawat diri
2. Bantu klien dalam
melakukan aktivitas
sehari-hari
3. Libatkan klien
dalam beraktivitas
memenuhi
kebutuhannya
4. Kolaborasi dengan
tim medis
1. Pantau tanda-tanda
1. Untuk mengetahui kondisi
klien
2. dapat membantu
mengetahui keadaan klien
3. Mengetahui kemajuan
klien
4. Agar TIK tidak meningkat
1. Untuk mengetahui
tingkat kemampuan klien
dalam merawat diri
2. Mengurangi rasa leleh
klien
3. Membantu klien dalam
merawat diri secara
bertahap
4. membantu keefektifan
asuhan keperawatan yang
diberikan
1. Mengetahui infeksi
infeksi b/d
tindakan
invasif
tindakan keperawatan
selama 4 x 24 jam,
diharapkan resiko
infeksi tidak terjadi
dengan criteria :
-Tidak ditemukan
tanda-tanda infeksi
seperti robor, dolor,
kalor, tumor,
fungtiolessa
-Tidak ada pus/ anah
-Tanda vital normal:
S :36-37 ºC
infeksi pada luka
(Rubor, dolor,
kalor, tumor,
fungtiolessa)
2. Rawat luka dengan
teknik steril
3. Anjurkan klien
untuk
memaksimalkan
gizi terutama
protein
4. Berikan antibiotic:
Ceftriaxon 2x 1 gr
sedini mungkin sehingga
dapat dilakukan
intervensi yang tepat
2. Meminimalkan
kontaminasi silang
dengan perawat kepada
klien
3. Protein sangat berguna
dalam proses
pertumbuhan sel
4. Mencegah adanya infeksi
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner dan Sudarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol-2, EGC, Jakarta,
2002.
2. Doengoes, Marilyn. E, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Pasien Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000.
3. Santosa, Budi (editor), Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006,
Definisi dan Klasifikasi, Prima Medika, Jakarta, 2005.
4. Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta: CV Sagung
Seto; 2001.
5. Syafudin,AMK. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawtan, Edisi 3.Jakarta:
EGC; 2003.
6. http://dentingberdetak.blogspot.com/2011/07/askep-klien-dengan-trauma-kepala.html
7. http://ppniklaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=68:cedera-
kepala&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66
8. http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-medikal-bedah-
kmb/askep-cedera-kepala/