ckb-tragedi subuh si kecil

Upload: anton-arifin

Post on 07-Apr-2018

255 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    1/42

    Laporan Kasus

    CEDERA KEPALA AKIBAT KECELAKAAN

    LALU LINTAS

    Oleh:

    Yoga Rahmadiyanto

    NIM. I1A003007

    Pembimbing:

    Dr. Iwan Aflanie, M.Kes, Sp.F

    BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

    FK UNLAM RSUD ULIN

    BANJARMASIN

    Mei, 2011

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    2/42

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Cedera kepala masih merupakan problem utama kesehatan masyarakat.

    Sering terjadi pada usia belasan tahun (teeneger) dan dewasa karena merupakan

    golongan sosial yang produktif. Cedera kepala juga sering diartikan sebagai

    traumatic brain injury. Penyebab paling sering adalah kecelakaan sepeda motor,

    yang juga merupakan mekanisme yang paling sering terjadi pada usia belasan

    tahun dan dewasa muda. 1

    Kejadian cedera kepala akibat trauma menyumbangkan sebagai penyebab

    kematian sekitar 1/3 dari total kematian akibat trauma. Di Amerika, cedera kepala

    akibat trauma di tahun 1989 sampai dengan 1998, terjadi akibat senjata api (40%),

    kecelakaan lalu lintas (10%), dan terjatuh (10%). Cedera kepala akibat trauma

    menyumbangkan 1,1 juta pasien setiap tahunnya yang datang ke unit gawat

    darurat di Amerika. 2-4

    Di Amerika Serikat, 40% kematian pada cedera kepala terjadi akibat

    kecelakaan. Dengan tingkat kematian pada cedera kepala berat (CKB) adalah 33%

    dan pada cedera kepala sedang (CKS) 2,5%.2

    Penyebab cedera kepala adalah

    kecelakaan terjatuh (28%), kecelakaan motor (20%), ditabrak (19%) dan

    pembunuhan (11%).Kelompok-kelompok yang berisiko mengalami cedera kepala

    adalah laki-laki (berisiko dua kali lipat dibandingkan perempuan), bayi dan anak-

    anak berusia 0-4 tahun dan dewasa 15-19 tahun (risiko tertinggi), dan risiko

    kematian tertinggi pada dewasa berusia 75 tahun atau lebih.5

    2

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    3/42

    Secara khas, cedera kepala akibat trauma menyebabkan kerusakan yang

    signifikan pada parenkim otak dan dapat berujung dengan kematian. Kematian

    akibat cedera kepala ini dapat terjadi dengan berbagai mekanisme, tergantung dari

    jenis cedera kepala yang terjadi.

    Berikut ini akan disajikan laporan kasus kematian dengan permintaan

    pemeriksaan otopsi oleh penyidik Kasat Lantas kepolisian Resor Banjar yang

    diduga disebabkan cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas.

    3

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    4/42

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    I. Identitas Korban

    Nama : An. Muntaha Azhari

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 10 tahun

    Warga Negara : Indonesia

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. A. Yani Km. 15,2 Gambut Kel. Gambut Kab. Banjar

    II. Kronologis Kejadian

    Selasa, 15 Maret 2011 pkl. 04.00 WITA

    Korban ialah seorang anak berusia sepuluh tahun. Korban tersebut

    mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan raya di depan rumah korban

    sekitar pukul 04.00 WITA. Menurut keluarga, setelah bangun tidur,

    korban lalu bermain-main di depan rumahnya. Di depan rumah korban

    sendiri terdapat jalan raya yang menghubungkan lalu lintas antar kota.

    Beberapa saat kemudian terdengar suara seperti benturan di luar rumah.

    Ternyata tampak si korban telah terlentang di tengah jalan dalam keadaan

    tidak bergerak. Pihak keluarga kemudian memanggil polisi yang tiba

    sekitar pukul 05.00 WITA. Setelah itu korban dibawa ke RSUD Ulin

    Banjarmasin.

    III. Hasil Pemeriksaan

    4

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    5/42

    A. Pemeriksaan Luar

    Berdasarkan surat permintaan penyidik, No: B/12/III/2011/Lantas,

    tanggal 15 Maret 2011, telah dilakukan pemeriksaan luar oleh Tim

    Kedokteran Forensik RSUD Ulin Banjarmasin, pada hari Selasa, 15 Maret

    2011 pkl. 08.10 WITA, dengan hasil sebagai berikut :

    1. Keadaan Jenazah

    Jenazah tidak berlabel, terletak di atas meja otopsi, ditutup dengan kain

    sarung bermotif kotak berwarna hijau lumut dan ungu, beralaskan tikar

    purun berwarna merah, hijau dan coklat muda. Setelah tutup dibuka,

    jenazah dalam keadaan telanjang, tidak menggunakan baju.

    2. Sikap Jenazah Di atas Meja Otopsi

    Sikap jenazah terlentang diatas meja otopsi dengan muka menghadap ke

    kanan depan. Lengan atas kanan sejajar dengan sumbu tubuh. Lengan

    bawah kanan membentuk sudut tiga puluh derajat terhadap lengan atas.

    Tangan kanan berada di atas dada, telapak tangan menghadap bawah, jari-

    jari lurus. Lengan atas dan bawah kiri sejajar sumbu tubuh, telapak tangan

    menghadap bawah, jari-jari lurus. Tungkai atas kanan sejajar sumbu tubuh,

    tungkai bawah kanan sejajar sumbu tubuh. Telapak kaki kanan menghadap

    ke kanan dengan jari-jari lurus, arah depan. Tungkai atas kiri sejajar

    sumbu tubuh,tungkai bawah kiri sejajar sumbu tubuh, telapak kaki kiri

    menghadap ke kanan dengan jari-jari lurus arah depan.

    3. Kaku Jenazah

    Kaku jenazah tidak didapatkan pada persendian tubuh.

    5

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    6/42

    4. Lebam Jenazah

    Terdapat lebam jenazah pada leher belakang, punggung belakang, bokong,

    anggota gerak atas dan bawah bagian belakang yang hilang pada

    penekanan.

    5. Pembusukan Jenazah

    Tidak terdapat pembusukan jenazah.

    6. Ukuran Jenazah

    Panjang badan seratus enam sentimeter, lingkar dada lima puluh tiga koma

    lima sentimeter, dan lingkar panggul empat puluh empat koma lima

    sentimeter.

    7. Kepala

    a. Rambut

    Warna rambut hitam, lurus, tidak beruban, panjang nol koma lima

    sentimeter, sukar dicabut, dan dalam keadaan kering.

    b. Bagian yang tertutup rambut

    - Terdapat luka memar di kepala belakang sebelah kanan bawah

    dengan ukuran panjang tujuh sentimeter dan lebar satu koma lima

    sentimeter, ujung pertama luka berjarak lima sentimeter sebelah

    kanan dari sumbu tengah tubuh bagian belakang dan delapan

    sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua sendi

    bahu, ujung kedua luka berjarak enam koma lima sentimeter

    sebelah kanan dari sumbu tengah tubuh bagian belakang dan

    6

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    7/42

    sepuluh sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua

    sendi bahu. Di daerah luka terdapat pembengkakan.

    - Terdapat luka lecet geser di kepala sebelah kanan bawah dengan

    ukuran panjang satu koma lima sentimeter dan lebar nol koma lima

    sentimeter, ujung pertama luka berjarak tujuh sentimeter sebelah

    kanan dari sumbu tengah tubuh bagian belakang dan enam

    sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua sendi

    bahu, ujung kedua luka berjarak enam koma lima sentimeter

    sebelah kanan dari sumbu tengah tubuh bagian belakang dan lima

    sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua sendi

    bahu.

    c. Dahi

    - Pada dahi kanan, terdapat luka lecet geser dengan panjang satu

    koma lima sentimeter dan lebar nol koma lima sentimeter. Ujung

    pertama luka berjarak empat sentimeter di sebelah kanan sumbu

    tengah depan tubuh dan lima sentimeter di atas garis horizontal

    yang memotong kedua mata, ujung kedua luka berjarak enam koma

    lima sentimeter di sebelah kanan sumbu tengah depan tubuh dan

    empat koma lima sentimeter di atas garis horizontal yang

    memotong kedua mata, tidak ditemukan memar di daerah sekitar

    luka dan tidak ditemukan derik tulang.

    - Pada dahi kiri, terdapat sekumpulan luka lecet geser dengan area

    seluas satu sentimeter kali satu sentimeter. Luka berjarak nol koma

    7

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    8/42

    lima sentimeter di sebelah kiri sumbu tengah depan tubuh dan

    enam sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua

    mata, tidak ditemukan memar di daerah sekitar luka dan tidak

    ditemukan derik tulang.

    d. Mata

    - Mata kanan

    Menutup, rambut mata tidak mudah dicabut, panjang nol koma

    lima sentimeter. Kelopak mata dalam dan luar tidak ada kelainan.

    Sekitar mata warna sama dengan kulit sekitarnya. Pada perabaan

    teraba kenyal, tidak ada retak tulang. Selaput bening jernih, selaput

    putih warna putih kuning, manik mata ukuran nol koma lima

    sentimeter dan bola mata tampak utuh, pada perabaan kenyal.

    - Mata kiri

    Menutup, rambut mata tidak mudah dicabut, panjang nol koma

    lima sentimeter. Kelopak mata dalam dan luar tidak ada kelainan.

    Sekitar mata warna sama dengan kulit sekitarnya. Pada perabaan

    teraba kenyal, tidak ada retak tulang. Selaput bening jernih, selaput

    putih warna putih kuning, manik mata ukuran nol koma lima

    sentimeter dan bola mata tampak utuh, pada perabaan kenyal.

    e. Hidung

    Dari lubang hidung sebelah kanan keluar cairan warna merah

    kecoklatan.

    f. Mulut

    8

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    9/42

    - Dalam keadaan terbuka satu sentimeter dengan gigi susu lengkap.

    Dari lubang mulut tidak ada keluar cairan, ditemukan memar di

    bibir bawah, lidah tidak tergigit dan tidak menjulur keluar.

    - Terdapat luka robek tepat di sudut bibir kiri dengan ukuran panjang

    satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter, dan kedalaman nol

    koma lima sentimeter. Tepi luka rata dan dasar luka bersih.

    g. Dagu

    - Pada dagu kanan, terdapat luka memar ukuran panjang satu koma

    lima sentimeter dan lebar nol koma tujuh sentimeter, luka berjarak

    satu sentimeter di kanan sumbu tengah depan tubuh dan tepat di

    ujung dagu.

    h. Pipi

    - Pada pipi kiri terdapat luka lecet tekan dengan ukuran panjang

    delapan sentimeter dan lebar satu sentimeter, ujung pertama luka

    terletak sembilan sentimeter dari sumbu tengah depan tubuh dan

    satu sentimeter di atas garis horizontal yang memotong kedua mata,

    ujung kedua luka terletak enam sentimeter dari sumbu tengah

    depan tubuh dan tujuh sentimeter di bawah garis horizontal yang

    memotong kedua mata.

    - Pada pipi kiri terdapat luka memar dengan ukuran panjang tiga

    sentimeter dan lebar satu koma lima sentimeter, ujung pertama luka

    terletak satu sentimeter dari sumbu tengah depan tubuh dan empat

    sentimeter di bawah garis horizontal yang memotong kedua mata,

    9

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    10/42

    ujung kedua luka terletak lima sentimeter dari sumbu tengah depan

    tubuh dan tiga sentimeter di bawah garis horizontal yang

    memotong kedua mata.

    i. Telinga

    Tidak terdapat kelainan.

    8. Leher

    Tidak terdapat luka, tidak terdapat luka memar, dan tidak terdapat retak

    tulang.

    9. Dada

    - Terdapat luka terbuka di dada kiri dengan ujung pertama luka

    sejajar garis sumbu tubuh setinggi empat sentimeter diatas garis

    sejajar putting susu. Ujung kedua luka delapan sentimeter ke kiri dari

    sumbu tubuh dan setinggi sepuluh sentimeter di atas putting susu.

    Luka tersebut berukuran panjang sepuluh sentimeter, lebar tiga

    sentimeter dan kedalaman dua sentimeter. Kedua ujung luka tumpul

    tepi tidak rata, jembatan jaringan terputus dan dasar luka berupa otot.

    - Ditemukan luka lecet tekan bercorak sesuai permukaan ban

    kendaraan bermotor dengan diameter dua puluh tiga sentimeter.

    Ujung pertama luka empat sentimeter ke kiri dari sumbu tubuh

    setinggi garis sejajar puting susu. Ujung kedua luka sembilan belas

    sentimeter ke arah kiri setinggi garis sejajar puting susu. Ujung ketiga

    luka sejajar sumbu tubuh setinggi sentimeter dibawah garis sejajar

    putting susu.

    10

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    11/42

    10. Perut

    Tidak didapatkan kelainan.

    11. Alat Kelamin

    Jenis kelamin laki-laki, belum disunat, tidak ada rambut, panjang penis tiga

    koma lima sentimeter, pada batang zakar tidak ada kelainan, dari lubang

    kelamin tidak keluar cairan. Pada kantong pelir telihat adanya dua buah

    pelir.

    12. Anggota Atas Kanan

    a. Lengan Atas

    Terdapat tiga luka lecet tekan. Luka lecet tekan pertama dengan panjang

    dua koma lima sentimeter dan lebar satu koma lima sentimeter. Ujung

    pertama luka terletak sepuluh koma lima sentimeter dari garis tengah

    lengan dan tepat dibahu. Ujung kedua luka terletak sepuluh sentimeter

    dari garis tengah tubuh dan tepat dibahu. Luka lecet kedua dengan

    panjang luka empat belas sentimeter dan lebar nol koma tiga sentimeter.

    Ujung pertama luka terletak pada garis tengah lengan dan enam

    sentimeter dari bawah pangkal leher. Ujung kedua luka terletak sembilan

    sentimeter dari kiri garis tengah lengan dan tiga koma lima sentimeter

    dari bawah pangkal leher. Luka lecet tekan ketiga dengan panjang tujuh

    sentimeter dan lebar nol koma dua sentimeter. Ujung pertama luka

    terletak tepat pada garis tengah lengan dan delapan sentimeter dari

    bawah pangkal leher sedangkan ujung kedua luka terletak delapan

    11

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    12/42

    sentimeter dari garis tengah tubuh dan enam sentimeter dari bawah

    pangkal leher.

    b. Lengan bawah

    Tidak tampak kelainan.

    c. Siku

    Pada lipatan siku terdapat luka lecet tekan dengan panjang luka enam

    koma lima sentimeter dan lebar satu koma lima sentimeter. Ujung luka

    pertama terletak satu sentimeter dari garis tengah lengan dan satu koma

    liam sentimeter diatas lipatan siku. Ujung kedua luka terletak dua

    sentimeter dari garis tengah lengan dan empat sentimeter dari bawah

    lipatan siku.

    d. Tangan

    Tidak ada kelainan.

    13. Anggota Atas Kiri

    a. Lengan Atas

    Teraba persendian ujung tulang lengan atas yang terlepasnya sendi

    antara tulang bahu dan lengan atas.

    b. Lengan Bawah

    Ditemukan luka lecet tekan di punggung lengan dengan panjang empat

    sentimeter dan lebar satu setengah sentimeter, kedua sudut ujung luka

    tumpul. Ujung pertama luka tiga sentimeter ke kiri dari sumbu tengah

    lengan dan setinggi dua sentimeter diatas garis sejajar pergelangan

    12

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    13/42

    tangan. Ujung kedua luka empat sentimeter ke arah kiri dan setinggi

    tujuh sentimeter dibawah pergelangan tangan.

    c. Tangan

    Ditemukan luka lecet geser di punggung lengan dengan panjang satu

    sentimeter dan lebar nol koma dua sentimeter, kedua sudut ujung luka

    tumpul, tepi tidak rata. Ujung pertama luka sejajar sumbu tengah tangan

    dan setinggi garis sejajar pergelangan tangan. Ujung kedua luka satu

    sentimeter ke arah kanan dari garis sumbu tengah lengan dan setinggi

    satu sentimeter dibawah garis sejajar pergelangan tangan.

    14. Anggota Bawah Kanan

    a. Paha

    Pada paha bagian samping terdapat luka lecet geser dengan panjang luka

    enam koma lima sentimeter dan lebar luka nol koma dua sentimeter.

    Ujung pertama luka terletak dua sentimeter dari garis tengah tungkai

    bawah dan tiga belas sentimeter di atas lutut. Ujung kedua luka terletak

    dua koma lima sentimeter dari garis tengah tungkai bawah dan tujuh

    sentimeter di atas lutut. Sudut luka tumpul, tepi tidak rata, dan terdapat

    memar di sekeliling luka.

    b. Tungkai bawah

    Tidak terdapat kelainan.

    c. Kaki

    Tidak terdapat kelainan.

    15. Anggota Bawah Kiri

    13

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    14/42

    a. Tungkai Atas

    Tidak terdapat kelainan.

    b. Lutut

    Tidak terdapat kelainan.

    c. Tungkai Bawah

    Terdapat luka terbuka di tungkai bawah depan dengan panjang sepuluh

    sentimeter, lebar tujuh sentimeter, dalam satu setengah sentimeter dan

    kedua sudut ujung luka tumpul. Ujung pertama luka sejajar garis tengah

    kaki dan setinggi dua sentimeter dibawah garis sejajar lutut. Ujung

    kedua luka sejajar garis tengah kaki dan setinggi sebelas sentimeter

    dibawah garis sejajar lutut. Tepi luka tidak rata, tampak jembatan

    jaringan yang terputus dan dasar luka tampak jaringan otot serta tulang

    kering kaki yang patah dengan ujung patahan tulang bagian atas setinggi

    tiga sentimeter dibawah garis sejajar lutut.

    d. Kaki

    Tidak terdapat kelainan.

    16. Punggung

    - Ditemukan tiga luka lecet tekan. Luka pertama pada punggung bagian

    kiri atas dengan panjang empat sentimeter dan lebar satu sentimeter,

    kedua sudut ujung luka tumpul. Ujung pertama luka pertama lima

    sentimeter ke kiri dari sumbu tengah tubuh dan setinggi tiga

    sentimeter dibawah garis sejajar dasar leher. Ujung kedua luka

    14

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    15/42

    pertama delapan sentimeter ke arah kiri dan setinggi satu sentimeter

    dibawah garis sejajar pangkal leher.

    - Luka lecet tekan kedua ada di punggung bagian kiri tengah. Ujung

    pertama luka kedua tiga sentimeter ke kiri dari sumbu tengah tubuh

    dan setinggi tiga sentimeter dibawah garis sejajar dasar leher. Ujung

    kedua luka kedua lima sentimeter ke arah kiri dan setinggi sembilan

    belas sentimeter dibawah garis sejajar pangkal leher.

    - Luka lecet tekan ketiga ada di punggung daerah pinggang kiri. Ujung

    pertama luka ketiga sejajar sumbu tengah tubuh dan setinggi tujuh

    sentimeter diatas garis sejajar tulang ekor. Ujung kedua luka ketiga

    empat sentimeter ke arah kiri dan setinggi sepuluh sentimeter diatas

    garis sejajar tulang ekor.

    - Terdapat luka lecet tekan pada punggung kanan berbentuk lonjong

    dengan panjang lima sentimeter dan lebar dua sentimeter. Ujung

    pertama luka terletak dua belas sentimeter dari sumbu tubuh dan

    sebelas sentimeter dari bawah bahu. Ujung kedua luka terletak

    sepuluh sentimeter dari sumbu tubuh dan lima belas sentimeter dari

    bawah bahu.

    16. Pantat

    Tidak ada kelainan.

    17. Dubur

    Dari pemeriksaan colok dubur otot menjepit lemah dan teraba tinja.

    18. Bagian Tubuh yang lain

    15

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    16/42

    Tidak ada kelainan.

    I. PEMERIKSAAN DALAM

    Tidak dilakukan atas permintaan penyidik.

    II. PEMERIKSAAN LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI

    Golongan darah : tidak diperiksa.

    Alkohol dalam darah : tidak diperiksa.

    Patologi anatomi : tidak diperiksa

    III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM TOKSIKOLOGI

    Tidak dilakukan atas permintaan penyidik:

    Nomor : B/12/III/2011/Lantas

    Tanggal : 15 Maret 2011

    Kepolisian : Satuan Lalu Lintas Resort Banjar

    IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM TOKSIKOLOGI

    Tidak dilakukan atas permintaan penyidik

    V. KESIMPULAN

    1. Telah dilakukan pemeriksaan luar atas jenazah laki-laki berusia

    sepuluh tahun dengan panjang badan seratus enam sentimeter

    2. Terdapat cairan warna merah kecoklatan yang keluar dari lubang

    hidung sebelah kanan

    3. Terdapat luka memar pada kepala kanan belakang, dagu kanan,

    pipi kiri akibat kekerasan tumpul

    4. Terdapat luka lecet geser pada kepala kanan bawah, dahi kanan

    dan kiri, tangan kiri, paha akibat kekerasan tumpul

    16

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    17/42

    5. Terdapat luka lecet tekan pada pipi kiri, dada, lengan atas kanan,

    siku kanan, lengan bawah kiri, punggung akibat kekerasan tumpul

    6. Terdapat luka robek pada sudut bibir kiri akibat kekerasan tumpul

    7. Terdapat patah tulang terbuka di tungkai bawah kiri dan akibat

    kekerasan tumpul

    8. Kelainan pada poin 2 dan 3 merupakan tanda cedera kepala berat

    akibat persentuhan benda tumpul yang dapat menyebabkan kematian, tanpa

    mengesampingkan penyakit lain karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam

    sesuai surat permintaan penyidik nomor B/12/III/2011/Lantas

    9. Saat kematian diperkirakan sekitar setengah sampai satu jam sejak

    korban menjalani pemeriksaan di Ruang Jenazah RSUD Ulin Banjarmasin.

    17

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    18/42

    BAB III

    ANALISIS KEPUSTAKAAN

    A. Anatomi Kepala

    Secara anatomis kepala tersusun atas struktur yang kompleks, meliputi

    kulit kepala, meningen, otak, cairan serebrospinalis, pembuluh darah, yang

    masing masing memiliki kesatuan fungsi. Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang

    disebut SCALP yaitu; skin atau kulit, connective tissue atau jaringan

    penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose conective tissue atau

    jaringan penunjang longgar ataupericranium.6

    Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga perdarahan

    akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah,

    terutama pada bayi dan anak-anak. 6

    Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang

    tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan

    oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini dilapisi

    oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai

    bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga

    tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat lobus frontalis,

    fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang

    otak dan serebelum. 6

    Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3

    lapisan yaitu6:

    18

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    19/42

    1. Duramater

    Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan

    endosteal dan lapisan meningeal. Duramater merupakan selaput yang keras,

    terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari

    kranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka

    terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara dura mater

    dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak,

    pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus

    sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami

    robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior

    mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari

    sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. 6

    Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan dalam

    dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat

    menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan

    epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media

    yang terletak pada fosa temporalis (fosa media). 6

    2. Selaput Arakhnoid

    Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang.

    Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah

    luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang

    potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium

    19

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    20/42

    subarakhnoidyang terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid

    umumnya disebabkan akibat cedera kepala. 6

    3. Piamater

    Piamater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Piamater adalah

    membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyrus dan

    masuk kedalam sulcus yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak

    dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi

    otak juga diliputi oleh piamater.

    Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang

    supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang

    infratentorial (berisi fosa kranii posterior). 6

    Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis.

    Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk

    circulus Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam

    dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar

    dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.6

    B. Patofisiologi Cedera Kepala

    Cedera kepala disebabkan oleh kekuatan mekanik dari luar pada kranium

    dan bagian intrakranial yang menghasilkan gangguan fungsi dan psikososial baik

    sementara maupun menetap.4,5 Manifestasi klinis cedera kepala berupa gegar otak

    sampai koma dan kematian. Pembagian cedera ada dua, yaitu cedera primer (pada

    saat trauma), dan cedera sekunder (terjadi segera setelah trauma dan berlanjut

    dalam waktu yang lama).7

    20

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    21/42

    Mekanisme fisik cedera kepala diklasifikasikan sebagai berikut:7

    1. Gaya tumbukan (impact), yaitu tumbukan antara kepala dengan benda padat

    yang bergerak dengan kecepatan yang bermakna. Gaya tumbukan terjadi saat

    trauma mengenai kepala dalam keadaan istirahat.

    2. Gaya impuls, yaitu timbulnya gerakan mendadak tanpa persentuhan fisik.

    3. Gaya statik, yaitu gaya dari kecepatan yang tidak bermakna, merupakan

    kombinasi antara gaya kontak dengan inersia (kelembaman). Inersia

    dihasilkan dari gerakan kepala dengan atau tanpa bersentuhan dengan

    tumbukan, yang kemudian menyebabkan akselerasi. Gaya statik jarang terjadi

    dan hanya timbul pada gerakan benda yang lambat yang menumbuk struktur

    kepala yang kaku dan menekan tengkorak secara bertahap sehingga terjadi

    fraktur kominutif yang cukup fatal.

    Kekuatan kontak atau inersia dapat melampaui batas toleransi jaringan otak

    sehingga terjadi cedera. Ada tiga ciri dasar kerusakan jaringan otak, yaitu:7

    1. Kompresi jaringan

    2. Peregangan jaringan

    3. Distorsi akibat pergeseran jaringan ke jaringan lainnya.

    C. Klasifikasi Cedera Kepala

    1. Cedera Kepala Primer

    Cedera kepala primer dapat berupa cedera lokal (misalnya fraktur tengkorak,

    hematom intrakranial, laserasi, memar, dan luka tembus) atau difus (cedera akson

    difus). Berikut macam-macam cedera kepala primer:7

    a. Fraktur tengkorak

    21

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    22/42

    Tengkorak dapat mengalami fraktur pada atap dan basis, dapat disertai

    oleh hematom, kerusakan saraf otak dan cedera otak. Empat bentuk dasar

    fraktur pada tengkorak yaitu: (1) linear, (2) depresi, (3) diastasis, dan (4)

    basiler.8

    Fraktur atap tengkorak cenderung linear dan meluas ke sinus. Pada

    fraktur ini tidak terjadi pergeseran tulang. Fraktur depresi terjadi bila tulang

    yang patah melesak ke dalam, dengan atau tanpa robeknya scalp. Fraktur

    diastasis terjadi sepanjang garis sutura dan biasanya terjadi pada neonatus dan

    anak-anak, di mana suturanya melebar. Fraktur basiler adalah jenis fraktur

    yang paling parah dan terjadi patah tulang di dasar tengkorak. Fraktur dasar

    tengkorak sering disebabkan oleh kekuatan yang besar dan berhubungan

    dengan cedera pada saraf otak dan perdarahan dari telinga, hidung atau

    tenggorokan.Selain itu juga dapat terjadi fraktur tidak beraturan, tertutup dan

    terbuka. Fraktur sederhana terdiri atas satu fragmen tulang, sedangkan fraktur

    majemuk terdiri dari dua atau lebih fragmen tulang. 8

    1) Fraktur linear

    Fraktur tengkorak linear biasanya disebabkan oleh low-energy transfer

    akibat trauma tumpul pada permukaan tengkorak. Fraktur terjadi pada

    seluruh ketebalan tengkorak. Umumnya hanya sedikit berpengaruh pada

    saluran vaskuler, sinus venosus atau sutura. Komplikasinya adalah

    hematom epidural, trombosis sinus venosus, dan diastasis sutura. 8

    2) Fraktur depresi

    22

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    23/42

    Disebabkan oleh high-energy transfer, biasanya berupa fraktur

    comminutiva dengan patahan tulang mulai dari tumbukan maksimum yang

    menyebar ke tepi. Kebanyakan fraktur depresi terjadi di daerah

    frontoparietal karena tulang di daerah tersebut relatif tipis. 8

    3) Fraktur basiler

    Fraktur basiler adalah fraktur linear yang terjadi di dasar tengkorak yang

    biasanya berhubungan dengan robeknya lapisan dural. Sebagian besar

    fraktur basiler terjadi pada dua lokasi anatomi spesifik, yaitu temporal dan

    oksipito-kondiler. 8

    Fraktur temporal terdiri atas tiga macam, yaitu transversal, longitudinal,

    dan campuran. Fraktur longitudinal adalah jenis yang paling banyak (70-

    90%) dan terjadi pada bagian skuamosa tulang temporal, dinding superior

    saluran auditorius eksterna, dan tegmen timfani. Fraktur transversa (5-

    30%) berasal dari foramen magna yang meluas ke koklea dan labirin dan

    berakhir di fossa kranii media. 8

    Fraktur oksipito-kondiler dihasilkan dari high-energy transferpada trauma

    tumpul dengan kompresi aksial, tarikan lateral, atau cedera rotasi ke arah

    ligamentum alae. Fraktur ini terdiri atas tiga macam berdasarkan

    morfologi dan mekanisme cederanya, atau kestabilan fraktur bergantung

    pada ada tidaknya cedera pada ligamentum. 8

    Tipe I disebabkan oleh cedera kompresi aksial berupa frakturcomminutiva

    pada oksipito-kondiler, di mana fraktur ini jenis yang stabil. Tipe II

    disebabkan oleh tumbukan langsung. Fraktur meluas ke daerah basis-

    23

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    24/42

    oksipital dan merupakan jenis yang stabil karena ligamentum alae dan

    membrane tektorial tidak terkena. Tipe III merupakan fraktur yang tidak

    stabil dan disebabkan oleh cedera avulse akibat kekuatan rotasi dan tarikan

    ke lateral. 8

    Selain itu juga terdapat fraktur-fraktur spesifik pada bayi dan anak, yaitu

    fraktur ping-pong, fraktur lahir, dan fraktur pertumbuhan tengkorak. 8

    b. Hematom

    1) Hematom epidural terjadi akibat gaya tumbukan pada tengkorak

    yang berkaitan dengan laserasi arteri atau vena dural, sering disebabkan

    oleh fraktur tulang. Lebih banyak terjadi perdarahan di arteri meningea

    media dan menyebabkan defisit neurologis yang cepat.

    2) Hematom subdural terjadi pada cedera di vena korteks atau arteri

    pial pada cedera kepala berat. Berkaitan dengan tingkat kematian yang

    tinggi, sekitar 60-80%.

    3) Perdarahan intraserebral terjadi dalam parenkim otak sebagai

    akibat sekunder dari laserasi atau memar pada otak, terjadi pada cedera

    yang lebih besar dan mengenai pembuluh darah otak yang lebih dalam

    dengan memar korteks yang luas.

    4) Perdarahan intraventrikel cenderung terjadi pada cedera kepala

    yang paling berat dengan prognosis yang buruk.

    5) Perdarahan subaraknoid terjadi pada cedera kepala yang

    menyebabkan ruptur aneurisma akibat laserasi pembuluh darah kecil

    superfisial di rongga subaraknoid. Perdarahan ini dapat saja ringan. Akan

    24

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    25/42

    terjadi gangguan bila terjadi hidrosefalus komunikasi akibat obstruksi vili

    araknoid atau hidrosefalus nonkomunikasi akibat obstruksi bekuan darah

    pada ventrikel III atau IV.

    c. Kontusi coup dan kontra coup.

    Gambar 1. Cedera Kepala Kontusi Coup

    Kontusi merupakan kombinasi kerusakan vaskuler dan jaringan. Kontusi

    disebabkan oleh mekanisme trauma langsung atau cedera akselerasi dan

    deselerasi. Kontusi coup terjadi pada daerah yang bertumbukan langsung

    dengan tengkorak akibat tekanan negatif pada saat tengkorak kembali ke

    bentuknya yang normal di sisi tumbukan sementara pada kontusi kontra coup

    25

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    26/42

    lokasinya berseberangan dengan tempat tumbukan. Gaya yang besar dari

    benda padat yang kecil menyebabkan kontusi coup. Sebaliknya, gaya yang

    ditimbulkan oleh benda yang lebih besar atau deselerasi menyebabkan cedera

    tumbukan yang lebih kecil pada kontusi kontra coup. Contoh akselerasi adalah

    cedera akibat tinju, sedangkan contoh deselerasi adalah kecelakaan motor.

    d. Gegar otak

    Gegar disebabkan oleh deformitas struktur bagian dalam otak dan

    menyebabkan disfungsi neurologis yang luas sehingga terjadi penurunan

    kesadaran atau koma. Gegar merupakan bentuk ringan dari cedera aksonal

    difus.

    e. Cedera aksonal difus

    Cedera aksonal difus adalah kerusakan bagian putih otak yang luas dan

    menyeluruh. Pada akselerasi atau deselerasi kecepatan tinggi terjadi gerakan

    tentorium dan falks. Cedera aksonal difus juga dapat terjadi akibat iskemia.

    Berikut pembagian derajat cedera aksonal difus menurut Gennarelli:

    1) Derajat 1: terjadi pada parasagital hemisfer otak

    2) Derajat 2: derajat 1 ditambah lesi pada korpus kalosum

    3) Derajat 3: derajat 2 ditambah lesi fokal pada pedunkulus serebral

    f. Luka tembus kepala

    Patologi yang ditimbulkannya bergantung pada jenis alat, kekuatan

    tumbukan, dan lokasi tumbukan.

    26

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    27/42

    Gambar 2. Proses Cedera Kepala

    2. Cedera Kepala Sekunder

    Pada cedera kepala sekunder terjadi kerusakan sel lebih lanjut sebagai efek

    dari cedera primer. Cedera sekunder terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa

    hari yang diperantarai oleh mediator-mediator neurokimia berikut:1

    a. Asam-asam amino pengeksitasi (EAA)

    EAA seperti glutamat dan aspartat meningkat secara bermakna setelah

    terjadinya cedera kepala. EAA dapat menyebabkan edema sel, vakuolisasi dan

    27

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    28/42

    kematian saraf. Selain itu juga dapat menyebabkan influks kalsium yang

    berkaitan dengan kerusakan lanjut. Bersama-sama dengan antagonis reseptor

    N-metil-D-aspartat yang juga meningkatkan influks kalsium, EAA

    menurunkan penyimpanan energi tinggi fosfat (ATP) atau meningkatkan

    produksi radikal bebas. EAA dapat menyebabkan edema astrosit melalui

    aktivasi saluran anion.

    b. Peptida opioid endogen

    Peptida opioid endogen berperan dalam eksaserbasi kerusakan neurologik

    dengan memodulasi pelepasan neurotransmiter EAA presinapstik. Aktivasi

    sistem kolinergik muskarinik pada rostral pons memperantarai supresi

    perilaku. Metabolisme yang memanjang dipicu oleh peningkatan kadar

    katekolamin dalam sirkulasi melalui induksi aksis simpatoadrenomedula dan

    sistem serotonergik yang menyebabkan cedera otak lebih lanjut. Proses-proses

    biokimia lain yang mengawali kerusakan yang lebih berat adalah

    meningkatnya potasium ekstraseluler, meningkatnya sitokin-sitokin yang

    menyebabkan edema dan berperan dalam inflamasi, serta menurunnya

    magnesium intrasel yang berperan pada influks kalsium. Untuk

    mempertahankan hidup neuron, terjadi aktivasi reseptor P2 purinergik yang

    meningkatkan produksi protein kinase B/Akt.

    Peningkatan tekanan intrakranial (TIK), terutama bila lebih dari 40 mmHg

    cenderung memperparah cedera kepala berat.7 Tekanan intrakranial adalah

    tekanan di dalam ruang tengkorak, di mana berdasarkan hipotesis Monro-Kellie

    dibentuk oleh jumlah volume darah intrakranial, jaringan otak, dan cairan otak

    28

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    29/42

    yang bersifat tetap karena berada dalam ruang tengkorak yang bersifat kaku

    sehingga tekanan tersebut menjalar ke seluruh ruangan di dalam tengkorak.9

    Tekanan intrakranial tergantung pada usia. Pada bayi berkisar antara 1,5-6

    mmHg, anak-anak 3-7 mmHg dan dewasa 10-15 mmHg. TIK tidak dalam kondisi

    statis, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tekanan sistolik jantung

    dan perubahan tekanan dalam pernapasan. Pada orang dewasa, TIK dihasilkan

    oleh volume otak sekitar 1400 cc, cairan serebrospinal 75 cc, dan sirkulasi darah

    otak dari arteri vertebral, arteri carotis interna dan sirkulus Willisi sekitar 75 cc.

    Volume dan tekanan dari ketiga komponen ini selalu dalam keseimbangan.9

    Hipotesis Monro-Kellie menyatakan bahwa peningkatan salah satu dari

    komponen tersebut akan menyebabkan perubahan volume yang lain melalui

    perubahan posisi atau pergeseran cairan serebrospinal, peningkatan absorbsi

    cairan serebrospinal, atau penurunan volume darah otak karena keterbatasan

    ekspansi tengkorak. Secara umum, ada empat mekanisme keseimbangan TIK,

    antara lain:9

    a. Peningkatan volume darah otak yang disebabkan oleh peningkatan tekanan

    vena sentral dan vasodilatasi serebral.

    b. Edema otak akibat penurunan tekanan sistemik sehingga terjadi penurunan

    tekanan perfusi otak dan selanjutnya terjadi penurunan aliran darah otak.

    Akibatnya, timbul hipoksia jaringan otak. Kemudian akan terjadi kerusakan

    otak dan sawar darah otak sehingga timbul edema otak.

    c. Obstruksi aliran cairan serebrospinal akibat adanya efek massa, infeksi,

    perdarahan trauma, dan lain-lain.

    29

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    30/42

    d. Efek massa sebagai akibat dari desakan dan peregangan mikrovaskuler yang

    menyebabkan pergeseran jaringan otak dan kerusakan jaringan.

    Peningkatan TIK dapat menyebabkan hipoksia dan iskemia otak, serta

    keadaan-keadaan berikut ini:7

    a. Edema otak

    Edema disebabkan oleh transmiter-transmiter neurokimia yang telah

    disebutkan dan akibat peningkatan TIK. Gangguan barier darah otak yang

    disertai oleh gangguan autoregulasi vasomotor menyebabkan dilatasi

    pembuluh darah otak yang juga berperan menimbulkan edema.

    b. Hidrosefalus

    Pada cedera kepala lebih sering terjadi hidrosefalus komunikasi sebagai akibat

    adanya darah yang menghambat aliran cairan serebrospinal dalam ruang

    subaraknoid dan absorbsinya di vili araknoid. Sementara hidrosefalus

    nonkomunikasi disebabkan oleh bekuan darah yang menghambat aliran darah

    di foramen interventrikel, ventrikel III, akuaduktus serebral, atau ventrikel IV.

    c. Herniasi otak

    Herniasi supratentorium berhubungan dengan kompresi mekanik langsung

    yang menyebabkan akumulasi massa atau meningkatkan TIK. Ada tiga

    macam herniasi supratentorium, yaitu:

    1) Herniasi subfalks

    Girus singular pada lobus frontal di bawah falks serebri terdorong saat

    perluasan massa lesi menyebabkan pergeseran hemisfer ipsilateral ke

    medial. Ini adalah jenis herniasi yang paling umum.

    30

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    31/42

    2) Herniasi transtentorium sentral

    Terjadi pergeseran nukleus basal dan hemisfer otak ke bawah sementara

    diensefalon dan otak tengah terdorong melewati tentorium.

    3) Herniasi unkus

    Pada herniasi ini terjadi pergeseran tepi medial unkus dan girus

    hipokampus ke medial serta melampaui tepi ipsilateral foramen tentorium

    otak kecil sehingga terjadi kompresi otak tengah, saraf III ipsilateral atau

    kontralateral teregang atau terkompresi.

    d. Herniasi otak kecil

    Terjadi herniasi infratentorium di mana tonsil serebelum terdorong melewati

    foramen magnum dan menekan medula yang menyebabkan bradikardia dan

    gagal napas.

    3. Derajat Cedera Kepala

    Ada berbagai cara dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan derajat

    beratnya cedera kepala. Salah satu cara sederhana yang banyak digunakan dalam

    klinis adalah penilaian kesadaran menurut skala koma Glasgow (GCS), yaitu

    sebagai berikut:10

    Tabel 1. Glasgow Coma Scale10

    Points Eye Opening Best Verbal Best Motor

    6 Follows commands

    5 Appropriate Localizes pain

    4 Spontaneous Inappropriate Withdraws to pain

    3 In response to voice Moaning Flexion (decorticate)

    2 In response to pain Incomprehensible Extension (decerebrate)

    1 None None None

    31

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    32/42

    Jumlah skor terendah yang mungkin adalah 3 dan skor tertinggi adalah 15.

    Berdasarkan GCS dapat ditentukan kategori cedera kepala, yaitu ringan (13-15),

    sedang (9-12), dan berat (3-8). 10

    Pengukur tingkat keparahan cedera kepala yang lain adalah durasi

    penurunan kesadaran.5

    Tabel 2. Durasi Penurunan Kesadaran5

    Severity of TBI Finding

    Mild Mental status change or LOC 6 h

    Selain itu dapat digolongkan sebagai penderita cedera kepala berat (tanpa

    memperdulikan nilai GCS) bila terdapat keadaan-keadaan berikut:11

    1. Pupil tidak simetris

    2. Motorik pada pemeriksaan tidak simetris

    3. Cedera kepala terbuka dengan bocornya

    cairan serebrospinal atau adanya jaringan otak yang terbuka

    4. Perburukan neurologik

    5. Fraktur tengkorak depresi

    32

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    33/42

    BAB IV

    ANALISIS KASUS

    Berdasarkan informasi yang diperoleh dari polisi, korban mengalami

    kecelakaan lalu lintas dan meninggal pada Selasa, 15 Maret 2011 sekitar pkl.

    04.00 WITA. Korban dinyatakan meninggal karena fungsi tiga organ sebagai

    parameter kematian benar-benar tidak berfungsi lagi yaitu sistem saraf,

    kardiovaskular dan pernafasan.

    Perubahan-perubahan pada mayat untuk menentukan perkiraan saat

    kematian dapat diketahui melalui terjadinya

    a. perubahan suhu

    b. terbentuknya lebam mayat

    c. terbentuknya kaku mayat

    d. terjadinya pembusukan

    e. terjadinya adipocare dan mumifikasi serta perubahan biokimiawi. 12

    Pada korban terdapat luka luka pada daerah kepala, yaitu:

    1. Memar pada kepala kanan belakang, dagu kanan, pipi kiri akibat

    kekerasan tumpul.

    2. Didapatkan cairan warna merah kecoklatan yang keluar dari lubang

    hidung sebelah kanan

    3. Terdapat luka lecet geser pada kepala kanan bawah, dahi kanan

    dan kiri, serta luka lecet tekan pada pipi kiri akibat kekerasan tumpul

    33

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    34/42

    Berdasarkan keadaan di atas, keluarnya cairan darah dari hidung dapat

    menunjukan adanya beberapa kemungkinan antara lain13:

    1. Robeknya pleksus kieselbach atau arteri etmoidalis anterior pada

    septum nasi,

    2. Terjadinya fraktur os etmoidea atau os sphenoidea, fraktur pada

    bagian ini biasanya disertai perdarahan yang banyak. Perdarahan dari hidung

    juga dapat merupakan manifestasi fraktur pada daerah lamina et foramina

    cribrosa. Fraktur pada tulang spenoid dapat mengakibatkan rupturnya arteri

    carotis intracavernosa interna sehingga muncul gejala-gejala fraktur basis

    kranii.

    3. Fraktur basis tengkorak disertai robekan duramater dan

    arachnoidea juga dapat bermanifestasi keluarnya darah disertai cairan otak

    dari hidung. Pada fraktur basis kranii dapat terjadi penekanan pada nervus

    kranialis III,IV, dan V. Gejala yang ditemukan pada kasus ini dapat

    merupakan suatu manifestasi dari suatu cedera yang bersifat tunggal atau

    kompleks. 2,3

    34

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    35/42

    Gambar 3. Manifestasi Klinis Cedera Kepala

    Kelainan pada kepala tersebut merupakan tanda cedera kepala berat akibat

    persentuhan benda tumpul yang dapat menyebabkan kematian, tanpa

    mengesampingkan penyakit lain karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam.

    Pada korban didapatkan juga lebam jenazah pada leher belakang,

    punggung belakang, bokong, anggota gerak atas dan bawah bagian belakang yang

    hilang pada penekanan Lebam mayat atau bercak jenazah terjadi akibat

    pengumpulan darah dalam pembuluh-pembuluh darah kecil, kapiler dan venula

    pada bagian tubuh yang terendah akibat daya gravitasi bumi. Lebam mayat mulai

    tampak sekitar sekitar 30 menit setelah kematian somatis dan intensitas maksimal

    akan tercapai dalam waktu 8 12 jam post mortal, dan jika dilakukan penekanan

    lebam mayat masih dapat menghilang, tetapi jika sudah lebih dari 8-12 jam lebam

    mayat tidak menghilang hal ini dikarenakan telah terjadi perembesan darah akibat

    rusaknya pembuluh darah ke dalam jaringan disekitar pembuluh darah tersebut.12

    Kaku jenazah tidak didapatkan pada persendian tubuh korban. Kaku mayat

    atau rigor mortis terjadi akibat perubhan kimiawi pada protein yang terdapat

    dalam serabut otot lurik maupun otot polos. Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2

    jam post mortal dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam post mortal, keadaan

    ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam akan menghilang.12

    Pada penderita cedera kepala berat dapat terjadi keadaan hipoksia akibat

    cedera pada pusat sistem respirasi di otak. Hipotensi yang terjadi juga dapat

    mempengaruhi kesadaran korban. Hipotensi ini terjadi sebagai suatu sistem

    pertahanan tubuh korban pada awal trauma kepala akibat adanya peningkatan

    35

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    36/42

    TIK. Peningkatan TIK dapat disebabkan adanya edema serebri atau adanya masa

    darah yang terkumpul di dalam intra kranium yang menekan sistem aktivasi

    retikular (RAS) dari batang otak. 2,3

    Akibat adanya peningkatan TIK dan peningkatan volume intra kranium

    dapat menyebabkan herniasi cerebral. Jika TIK tersebut tidak dapat dikontrol

    organ intrakranial akan terdorong keluar melalui foramen magnum. Herniasi

    tersebut dapat terjadi beberapa menit setelah trauma sampai dengan beberapa hari

    setelahnya. Jika terdapat tanda-tanda herniasi maka risiko kematian mencapai

    100% jika tidak diintervensi bedah saraf. Peningkatan TIK awalnya ditandai

    dengan penurunan GCS, status kesadaran, ukuran pupil, reflek cahaya pupil, dan

    kekuatan motorik serta kesimetrisannya. 2,3

    Pada kasus kecelakaan lalu lintas kerusakan otak dapat disebabkan adanya

    kontusio coup maupun counter coup. Kerusakan akibat kontusio umumnya

    merusak pembuluh darah pada daerah yang terkena maupun daerah counter coup.

    Kontusio umumnya terjadi pada fraktur depres dan membentuk suatu masa darah

    yang dapat menyebabkan iskemia lokal dan infark jaringan yang bersifat

    erreversibel. 2,3

    Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan dalam, sesuai dengan surat

    permitaan kepolisian, sehingga kemungkinan penyebab kematian lain masih dapat

    memingkinkan. Pentingnya pemeriksaan dalam pada kasus kecelakaan lalu lintas

    adalah bertujuan untuk : 14

    1.Menentukan penyebab kematian

    2.Mencocokan kematian oleh karena cedera yang dialami pada kecelakaan

    36

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    37/42

    3.Menentukan tipe dari cedera ini

    4.Mencari adanya penyakit atau faktor lain yang mungki berperan pada kejadian

    kecelakaan atau meninggalnya korban.

    5.Mencari adanya aktivitas kriminal yang berhubungan dengan kematian

    6.Mendokumentasikan semua penemuan untuk kepentingan peradilan.

    7.Menentukan identifikasi mayat khususnya jika korban terbakar atau termutilasi

    dengan hebat.

    37

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    38/42

    BAB V

    KESIMPULAN

    Telah diperiksa jenazah laki-laki berusia 10 tahun dengan panjang 106 cm.

    Dari pemeriksaan luar didapatkan memar pada kepala kanan belakang, dagu

    kanan, pipi kiri akibat kekerasan tumpul. Didapatkan cairan warna merah

    kecoklatan yang keluar dari lubang hidung sebelah kanan. Sebab kematian korban

    dapat disebabkan adanya fraktur basis tengkorak menimbulkan perdarahan di

    dalam tempurung kepala. Selanjutnya terjadi penekanan sistem saraf (herniasi

    serebral). Meskipun begitu tidak dapat pula dikesampingkan penyebab kematian

    yang lain karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam.

    38

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    39/42

    39

  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    40/42

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Bernstein, M.P., dan Mirvis S.E., 2005, Rapid multidetector imaging

    assesses multiple injuries in stable patients, Trauma CT offers one-stop

    diagnosis. (http://www.diagnosticimaging.com/home, Online diakses tanggal

    18 Mei 2011)

    2. Heegaard WG, Biros MH. System Injuries Marx: Rosen's Emergency

    Medicine: Concepts and Clinical Practice, 6th ed.

    (http://www.mdconsult.com/php/246899640-96/homepage. Online diakses

    tanggal 18 Mei 2011).

    3. Heegaard WG, Biros MH. Traumatic Brain Injury. Emerg Med Clin N Am

    25 (2007) 655678

    4. Ling GSF, Marshall SA. Management of Traumatic Brain Injury in the

    Intensive Care Unit. Neurol Clin 26 (2008) 409426.

    5. Pangilinan PH. Classification and complications of traumatic brain injury.

    Emedicine. Apr 2008. (http://emedicine.medscape.com/article/326643-

    overview, Online diakses tanggal 18 Mei 2011)

    6. Prahara Yuri Cedera Kepala (Head Injury) Fakultas Kedokteran

    Universitas Riau, Pekanbaru 2008

    7. Dawodu ST. Traumatic brain injury (TBI)-definition, epidemiology,

    pathophysiology. Emedicine. March 2009.

    (http://emedicine.medscape.com/article/326510-overview , Online diakses

    tanggal 18 Mei 2011).

    8. Khan AN. Skull fractures. Emedicine. February 2010.

    (http://emedicine.medscape.com/article/343764-overview, diakses April 2010Online diakses tanggal 18 Mei 2011).

    9. Tjokronegoro A, Utama H. Update in neuroemergencies. Jakarta: Balai

    Penerbit FKUI, 2002.

    10. Vinas FC. Penetrating head trauma. Emedicine. May 2009.(http://emedicine.medscape.com/article/247664-overview, diakses April 2010,

    Online diakses tanggal 18 Mei 2011).

    11. Syaiful S. Cedera Kepala (Head Injury). Padang: SMF Bedah Saraf RS

    Dr.M.Djamil FK UNAND, 2008.

    40

    http://emedicine.medscape.com/article/326643-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/326643-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/326510-overview%20http://emedicine.medscape.com/article/326643-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/326643-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/326510-overview%20
  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    41/42

    12. Idries AM. Kecelakaan Transportasi Dalam : Pedoman Ilmu Kedokteran

    Forensik Edisi Pertama.Jakarta: Binarupa Aksara, 1997.h. 169-207.

    13. Utami HD, Rusman AA, Basworo W. Perkiraan Kelainan Di dalam

    Kepala Melalui Pemeriksaan Luar Pada Cedera Kepala dengan Perdarahan

    Keluar Dari Lubang Hidung dan Telinga dalam pertemuan ilmiah tahunan

    PDFI. Yogyakarta: 2006.

    14. Pranolo, Joko. Cedera Tumpul Pada Pengendara Motor dan Pejalan Kaki.

    (http://www.freewebs.com/cederapadapengendaramotor/iitrpdpejalankaki.htm

    , Online diakses tanggal 18 Mei 2011)

    41

    http://www.freewebs.com/cederapadapengendaramotor/iitrpdpejalankaki.htmhttp://www.freewebs.com/cederapadapengendaramotor/iitrpdpejalankaki.htm
  • 8/6/2019 Ckb-tragedi Subuh Si Kecil

    42/42

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul............................................................................................................

    i

    Daftar Isi.....................................................................................................................

    ii

    BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................

    1

    BAB II. LAPORAN KASUS.....................................................................................

    3

    BAB III. ANALISIS KEPUSTAKAAN....................................................................

    17

    BAB IV. ANALISIS KASUS....................................................................................

    32

    BAB V. KESIMPULAN............................................................................................

    37

    Daftar Pustaka

    42