lismintari bab iv-v

Upload: ismail-andi-baso

Post on 07-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    1/37

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Puskesmas Teluk Dalam

    Puskesmas Teluk Dalam adalah salah satu Puskesmas Induk dari 2 unit

    Puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Tenggarong Seberang. Luas

    wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam adalam 20.012 km2. Letak

    geografisnya (Topografi) dari wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam secara

    umum berada di dataran rendah dan perbukitan juga terletak ditepi sungai

    mahakam.

    Puskemas Teluk dalam memiliki 12 desa, penduduknya adalah sangat

    hetrogen dari berbagai suku di Indonesia ada, akan tetapi mayoritas

    didominasi oleh suku Jawa, Kutai, Lombok, dan banjar yang masing-masing

    suku mempunyai kebiasaan kebiasaan dalam prilaku MP-ASI Dini sangat

    berbeda. Mayoritas penduduk berpendidikan tamat SMP dengan mata

    pencaharian rata-rata adalah petani. menjadi wilayah kerjanya yang terdiri dari

    15 puskesmas pembantu/polindes/poskesdes yang membantu dalam

    melaksanakan pelayanan kesehatan pada daerah-daerah yang jauh sehingga

    masyarakat dapat mengakses/menggunakan tempat-tempat pelayanan

    kesehatan yang ada untuk membantu dalam mengatasi masalah- masalah

    kesehatan yang mereka alami. Dari seluruh wilayah kerja puskesmas Teluk

    dalam masing-masing memiliki posyandu bayi dan balita juga posyandu lansia

    43

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    2/37

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    3/37

    Pada tabel 4.1. diatas, pembagian umur yang digunakan

    berdasarkan pada rumus Sturgess. Umur minimal responden adalah 20

    tahun dan umur maksimal responden adalah 39 tahun, dan mayoritas

    responden berada pada umur antara 29-31 tahun yaitu sebesar 24,4 %.

    Sedangkan kelompok umur yang paling sedikit adalah 38-40 tahun yaitu

    2,3%

    b. Menurut Pendidikan Formal Ibu

    Berdasarkan latar belakang pendidikan responden, maka terlihat

    bahwa distribusi frekuensi untuk pendidikan responden sebagai

    berikut

    Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Respondendi Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    No Pendidikan Frekwensi Persentasi (%)

    1 Tidak sekolah/Tidak lulus SD 6 7,0

    2 Tamat SD/Sederajat 19 22,1

    3 Tamat SMP/Sederajat 36 41,9

    4 Tamat SMA/Sederajat 23 26,7

    5 Diploma/Perguruan Tinggi 2 2,7

    Jumlah 86 100

    Table 4.2. diatas menjelaskan bahwa diantara responden

    proporsi tertinggi terdapat pada ibu dengan latar belakang pendidikan

    SMP/sederajat yaitu (41,9%) dan terdapat responden dengan latar

    belakang tidak sekolah yaitu (2,7%).

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    4/37

    c. Menurut Pekerjaan Ibu

    Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan

    pendapatan/uang secara tetap. Distribusi frekuensi untuk pekerjaan

    responden dapat dilihat sebagai berikut :

    Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Respondendi Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    No Pekerjaan Frekwensi Persentasi(%)

    1 PNS 4 4,7

    2 Pegawai Swasta 3 3,5

    3 Petani 10 11,64 Buruh 17 19,8

    5 Tidak Bekerja 52 60,4Jumlah 86 100

    Tabel 4.3.diatas dapat terlihat bahwa pekerjaan ibu dengan

    proporsi tertinggi adalah tidak bekerja sebesar (60,4%). Sedangkan

    pekerjaan ibu dengan proporsi terendah berada pada ibu yang bekerja

    sebagai pegawai swasta yaitu sebesar (3,5%).

    d. Menurut Suku ibu

    Berdasarkan data yang diperoleh dapat dibuat suatu distribusi frekwensi

    suku sebagai berikut :

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    5/37

    Tabel 4.4.Distribusi FrekwensiBerdasarkan suku Responden diWlayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    NO Suku Frekwensi Persentasi(%)

    1 Jawa 38 44,182 Kutai 26 30,23

    3 Banjar 9 10,47

    4 Dayak 4 4,65

    5 Bugis 9 10,47Jumlah 86 100

    Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa suku responden

    dengan proporsi tertinggi adalah suku jawa sebesar (44,18%),

    sedangkan suku ibu dengan proporsi terendah adalah suku dayak (4,65

    % )

    e. Menurut Umur Bayi

    Berdasarkan data yang diperoleh dapat dibuat distribusi

    frekwensi untuk umur sebagai berikut :

    Tabel 4.5.Distribusi Frekwensi Berdasarkan Umur Bayi di Wilayah kerjaPuskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    No Umur Bayi (Bulan) Frekwensi Persentase(%)

    1 7 bulan 6 6,9

    2 8 bulan 14 16,3

    3 9 bulan 18 20,94 10 bulan 21 25,6

    5 11 bulan 14 16,3

    6 12 bulan 13 14Jumlah 86 100

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    6/37

    Tabel 4.5 menjelaskan bahwa proporsi tertinggi terdapat

    pada bayi usia 10 bulan yaitu (25,6%) sedangkan proporsi terendah

    terdapat pada usia 7 bulan yaitu (6,9%)

    f. Jenis Kelamin Bayi

    Berdasarkan data yang diperoleh dapat dibuat distribusi

    frekwensi untuk jenis kelamin bayi sebagai berikut :

    Tabel 4.6. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi diWilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    No Jenis Kelamin Frekwensi Persentasi (%)

    1 Laki-laki 35 40,9

    2 Perempuan 51 59,1

    Jumlah 86 100

    Tabel 4.6. Menjelaskan bahwa lebih dari sebagian bayi

    adalah berjenis kelamin perempuan yaitu (59.1%) sedangkan yang

    berjenis kelamin laki-laki sebanyak (40,9 %)

    g. Menurut Waktu pemberian MP-ASI dini

    Berdasarkan data yang diperoleh dapat dibuat distribusi

    frekwensi waktu pemberian MP-ASI Dini pertama kali sebagai berikut :

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    7/37

    Tabel 4.7. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Waktu Pemberian MP-ASIDini di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Tahun2011

    No Usia pertama kaliPemberian MP-ASI Frekwensi Persentasi(%)

    1 < 1 bulan 15 17,42 1 bulan 9 10,5

    3 2 bulan 7 8,14 3 bulan 6 12,8

    5 4 bulan 6 76 5 bulan 3 9,3

    7 6 bulan 2 2,3

    8 > 6 bulan 28 32,6Jumlah 86 100

    Tabel 4.7. Terlihat bahwa sebagian besar responden

    memberikan MP-ASI pada bayi dilakukan pada usia bayi < 6 bulan

    yaitu (67,4%) dengan proporsi tertinggi pada bayi usia < 1 bulan yaitu

    17,4% %dan yang paling sedikit adalah bayi berusia 6 bulan sebanyak

    2,3% sedangkan bayi yang tidak diberikan MP-ASI dini sebanyak 32,6%

    h. Menurut Berat badan Bayi

    Berdasarkan data yang diperoleh dapat dibuat distribusi

    Frekwensi berat badan bayi sebagai berikut :

    Tabel 4.8. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Berat Badan BayiDilihat Dari Pemberian MP-ASI dini diwilayah KerjaPuskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    No Berat BadanBayi

    Pemberian MP ASI diniYa % Tidak %

    1

    2

    Sesuai

    Tidak sesuai

    18

    40

    31,1

    68,9

    28

    0

    100

    0

    Jumlah 58 100 28 100

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    8/37

    Tabel 4.7. diatas datat dilihat bahwa lebih dari sebagian bayi

    yang diberikan MP-ASI dini mempunyai berat badan tidak sesuai yaitu

    sebanyak 40 bayi (68,9%), Sedangkan sebagian besar bayi yang tidak

    diberikan MP- ASI dini Mempunyai berat badab yang sesuai yaitu 28

    bayi (100%) .

    2. Analisis univariat

    Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang

    masing-masing variable yaitu variable MP-ASI dini, pengetahuan,

    dukungan keluarga,dan kebiasaan di wilayah kerja Puskesmas Teluk

    Dalam dengan mendiskripsikan nilai dari tiap variable yang digunakan

    dalam penelitian. Berikut adalah hasil penelitian yang disajikan dalam

    bentuk tabel distribusi frekwensi, persentasi yang disertai dengan

    penjelasan .

    a. MP ASI Dini

    Berdasarkan hasil penelitian dengan 86 responden diperoleh

    distribusi sampel menurut statusi bayi dengan MP-ASI dini sebagai

    sebagai berikut:

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    9/37

    Tabel 4.8.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemberian MP ASI Dini PadaBayi di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    No. Pemberian MP ASI Dini Frekuensi Persentasi (%)

    1.

    2.

    Ya

    Tidak

    58

    28

    67,4

    32,6

    Jumlah 86 100

    Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian ibu

    (67,4%) memberikan MP-ASI dini pada bayinya, sedangkan yang tidak

    terdapat (32,6%.) Hasil penelitian ini didukung dengan banyaknya bayi

    yang diberikan MP-ASI dini diwilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam

    sebesar( 72,4%) pada tahun 2010.

    b. Pengetahuan Tentang MP ASI Dini

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi sampel menurut

    pengetahuan ibu mengenai MP-ASI dini , maka dapat dibuat suatu table

    distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan tentang MP ASI dini

    sebagai berikut:

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    10/37

    Tabel 4.9.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemberian MP ASI DiniPada Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 86 responden proporsi

    tertinggi terdapa tpada ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang MP-

    ASI dini sebesar (52,3%), dan proporsi terendah terdapat pada ibu yang

    memiliki pengetahuan baik sebesar 18,6 %

    Tabel 4.10 Distribusi Frekwensi Dari Responden yang berpengetahuanBaik Mengenai MP-ASI dini di Wilayah Kerja Puskesmas TelukDalam tahun 2011

    No Pernyataan Total

    Jumlah Persentase(%)

    1 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalahmakanan / minuman yang diberikan pada bayisetelah bayi usia 6 bulan

    83 96,51

    2 Sebelum bayi berusia 6 bulan, maka bayi hanyaboleh diberi ASI saja.

    63 73,26

    3 Pemberian makanan/minuman selain ASI sebelumbayi berusia 6 bulan dapat menyebabkan bayimenderita diare

    54 62,79

    4 Pemberian obat pada bayi kurang 6 bulan bukanmerupakan pemberian MP-ASI Dini

    51 59,30

    Tabel 4.10 diatas menjelaskan bahwa dari pengetahuan

    responden sidah baik tentang MP-ASI dini, (96,51%) mengetahui bahwa

    No. Pengetahuan IbuTentang MP-ASI dini

    Frekuensi Persentasi(%)

    1.

    2.

    3.

    kurang

    Cukup

    Baik

    45

    25

    16

    52,3

    29,1

    18,6

    Jumlah 86 100

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    11/37

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    12/37

    berusia 6 bulan

    13 Memberikan prelakteal (makanan/minumanpada bayi setelah lahir tidak masalah apabila ASI belum keluar

    34 39,53

    14 Memberikan MP-ASI dini sebaiknya tidakdilakukan karena menyebabkan bayikegemukan

    37 43,02

    15 Makanan/minuman selain ASI pada bayidiperbolehkan meskipun usia bayi belum 7bulan

    62 72,09

    16 Pemberian susu formula kepada bayidiperbolehkan karena bayi sering menangis

    39 45,35

    Tabel 4.11 menjelaskan sebagian besar responden mempunyai

    pengetahuan tentang MP-ASI dini kurang baik yaitu responden tidak

    mengetah makanan/minuman selain ASI tidak diperbolehkan pada bayi

    kurang dari 6 bulan (72,09 %),MP-ASI dini tidak dapar mempercepat

    pertumbuhan bayi (68,60%), MP-ASI Dini tidak dapat mempereat

    jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi dan bayi kurang dari 6 bulan

    yang selalu menangis belum tentu lapar (67,44%), kandungan susu

    formula sama dengan ASI dan memberikan air putih pada bayi kurang

    dari 6 bulan bukan merupakan MP- ASI Dini (66,27%), pemberian MP-

    ASI Dini mempercepat pertumbuhan bayi kurang dari 6 bulan

    (60,46%),waktu yang tepat pemberian MP-ASI dan pemnerian

    prelakteal hanya (39,53%)

    c. Dukungan Keluarga

    Berdasarkan hasil penelitian dengan 86 responden diperoleh

    distribusi sampel menurut status dukungan keluarga terhadap

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    13/37

    pemberian MP-ASI dini, maka dapat dibuat suatu table distribusi

    frekuensi berdasarkan dukungan keluarga sebagai berikut:

    Tabel 4.12.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga diWilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    No. Dukungan Keluarga Frekuensi Persentasi (%)

    1.

    2.

    Mendukung MP-ASI dini

    Tidak Mendukung

    55

    31

    64,0

    36,0

    Jumlah 86 100

    Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa responden yang

    mendapatkan dukungan keluarga untuk memberikan MP ASI dini

    sebanyak (64%), dan responden yang tidak mendapatkan dukungan

    keluarga untuk memberikan MP ASI dini sebanyak (36%).

    Hasil distribusi frekwensi diatas diperoleh melalui hasil skor

    dukungan eluarga dalam memberikan MP-ASI dini yang dapt dilihat

    pada tabel berikut ini :

    Tabel 4.13.Distribusi Frekwensi dari Keluarga yang tidakmendukung Pemberian MP-ASI dini di Wilayah KerjaPuskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    No Pernyataan Total

    Jumlah Persentase

    1 Suami melarang ibu untukmemberikan makanan sebelum bayiberusia 6 bulan

    308 71,62

    2 Suami saya selalu mengingatkan sayauntuk tidak memberi makan kepada

    272 63,25

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    14/37

    bayi saya sebelum usia 6 bulan

    3 Sanak famili melarang ibu untukmemberikan makanan pada bayi sayasebelum usia 6bulan

    304 70,69

    Tabel diatas menjelaskan bahwa proporsi tertinggi pada

    dukungan keluarga yang tidak mendukung MP-ASI Dini adalah

    suami (71,63%) Dan sanak famili 70.69%)

    Tabel 4.14 Distribusi Frekwensi dari Responden yang mendukungdalam pemberian MP-ASI dini di Wilayah KerjaPuskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    No Pertanyaan TotalJumlah Persentase

    (%)

    1 Orang tua/mertua melarang ibu untukmemberikan makanan sebelum bayi berusia 6bulan

    136/34 33,74

    2 Orang tua/mertua selalu memberikan makanan/minuman kepada bayi saya sebelum bayiberusia 6 bulan

    304/76s

    70,70

    3 Orang tua/mertua selalu mengingatkan sayauntuk tidak memberikan makanan/minumansebelum bayi ber usia 6 bulan

    310/62ts

    72,09

    4 Setiap bayi saya menangis, orang tua/mertuaselalu menyuruh saya memberikanmakanan/minuman kepada bayi saya sebelumusia 6 bulan

    320/80s

    74,41

    5 Saya terpaksa memberikan makanan/minumankepada bayi bayi saya karena orang tua sayaselalu mengingatkan

    324/81s

    74,88

    6 Orang tua /mertua selalu menyalahkan sayakarena tidak memberikan makanan/minumantambahan kepada bayi saya sebelum usia 6bulan

    310s

    72,09

    7 Setiap bayi saya menangis, sanak famili selalumenyuruh saya memberikanmakanan/minuman

    320/64ss

    74,41

    8 Sanak famili selalu memberikan makanankepada bayi saya sebelum bayi berusia 6 bulan

    315/63ss

    73,35

    9 Sanak family selalu mengingatkan saya untuktidak memberikan makanan/minuman kepadabayi saya sebelum 6 bulan

    200/40 73,02

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    15/37

    10 Saya terpaksa memberikan makanan/minumankepada bayi saya karena sanak family sayamengingatkan

    304/76s

    72,55

    11 Sanak family menyalahkan saya karena tidakmemberikan makanan/minuman tambahankepada bayi saya sebelum bayi berusia 6 bulan

    304/76s

    73,02

    12 Memberikan makanan/minuman setelah bayilahir merupakan kebiasaan dalam keluargasaya

    320/64ss

    74,19

    13 Setiap bayi saya menangis suami saya selalumenyuruh saya memberikanmakanan/minuman

    312/78s

    72,79

    14 Saya terpaksa memberikan makanan kepadabayi saya karena suami saya mengingatkan

    312/78s

    74,88

    16 Suami saya menyalahkan saya karena sayatidak memberikan makanan/minumantambahan kepada bayi saya sebelum usia 6bulan

    316/79ts

    73,95

    17 Dalam memberikan makanan pada bayi sayasebelum 6 bulan saya didukung oleh semuakeluarga saya

    316/79s

    74,19

    Tabel 4.14 diatas menjelaskan bahwa sebagian besar responden

    sebagian besar responden mendapat dukungan untuk memberikan MP-

    ASI Dini pada bayi usia kurang dari 6bulan yaitu

    d. Kebiasaan

    Berdasarkan penelitian diperoleh hasil tentang distribusi

    frekwensi berdasarkan kebiasaan sebagai berikut :

    Tabel 4.12.Distribusi Frekwensi Berdasarkan Kebiasaan Ibu diWilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam

    No Kebiasaan Frekwensi Persentasi (%)

    1

    2

    Buruk

    Baik

    58

    28

    67,4

    32,6

    Jumlah 86 100

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    16/37

    Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

    responden memiliki kebiasaan buruk yaitu sebanyak 67,4 % sedangkan

    responden yang memiliki kebiasaan baik hanya 37,6 %.

    Hasil distribusi Frekwensi diatas diperoleh melalui hasil skor

    kuesioner kebiasaan keluarga tentang MP-ASI dini yang dapat dibuat

    suatu table distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan sebagai berikut:

    Tabel 4.13.Distribusi frekwensi dari Responden Berdasarkan

    Kebiasaan Baik Dalam Keluarga di Wilayah KerjaPuskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    No Pernyataan Total s

    Jumlah Persentase

    1 Memberikan makanan bayi sjak lahir mutlakkeputusan saya

    34

    2 Bayi yang sejak lahir diberi makanan akanmudah sakit

    32

    3 Menyusui akan menambah berat badan ibu 34

    Tabel diatas menjelaskan bahwa jawaban responden proporsi

    tertinggi pada pernyataan memberikan makanan pada bayi sejak lahir

    mutlak keputusan saya sebesar 41,68%, Bayi sejak lahir diberi makanan

    akan mudah sakit sebesar 58,23 %, dan menyusui dapat menambah berat

    badan ibu sebesar 42,56%.

    Kebiasaan buruk responden dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    17/37

    Tabel 4.14. Distribusi Frekwensi dari responden yang mempunyaikebiasaan Buruk di Wilayah kerja Puskesmas Teluk DalamTahun 2011

    NO Pernyataan tentang kebiasaan keluarga Total

    Jumlahs

    Persentase(%)

    1 Dalam keluarga saya terbiasa untuk memberikanmakanan pisang sejak bayi lahir

    50

    2 Dalam keluarga saya terbiasa untuk memberikanmakanan madu sejak bayi saya dilahirkan

    52

    3 Dalam keluarga saya terbiasa memberikan makananseperti kelapa muda setelah bayi dilahirkan

    52

    4 Dalam keluarga saya ada kebiasaan memberikan

    makanan bayi sejak lahir

    63

    5 Memberikan makanan pendamping pada bayisebelum 6 bulan merupakan kebiasaan turun temurundalam keluarga saya

    58

    6 Jika tidak memberikan makanan pada bayi sejak lahirbearti menentang kebiasaan dalam keluarga saya

    63

    8 Setiap keputusan memberikan makanan pada bayitergantung pada keputusan orang yang dituakanseperti orang tua ataunenek kita

    54

    10 Jika tidak langsung memberikan makanan pada bayisetelah lahir maka melanggar kebiasaandalamkeluarga

    46

    10 Jika asi belum keluar maka bayi harus diberi susuformula

    57

    11 Bayi yang sering menangis harus segera diberi makankarena bearti bayi lapar

    57

    12 Orang tua akan sangat marah jika saya tidakmemberikan makanan /minuman pada bayi sayasebelum 6 bulan

    54

    13 Orang tua saya selalu menganjurkan saya untukmemberikan makanan bayi sejak lahir seoerti pisang,susu,madu

    54

    14 Pemberian ASI pada bayi sebelum 6 bulan harusdijadwalkan dan diselingi dengan pemberian MP ASI

    53

    15 Asi yang keluar pertama kali setelah melahirkan harusdiberikan kepada bayi karena bukan merupakan susubasi tetapi merupakan kolostrom yang sanga baikuntuk bayi

    34

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    18/37

    Tabel diatas menjelaskan bahwa jawaban responden proporsi

    tertinggi pada pertanyaan setiap keputusan untuk memberikan makanan

    pada bayi tergantung pada keputusan orang yang dituakan seperti nenek

    atau orang tua kita sebesar 68,84 %.

    3. Analisis Bivariat

    a. Hubungan antara pengetahuan dengan pemberian MP ASI Dini

    Hubungan pengetahuan dengan pemberian MP ASI dini dapat

    dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 4.15 .Hubungan antara Pengetahuan Dengan Pemberian MP ASI Dini Wilayah Kerja Puskesmas Teluk DalamTahun 201

    Pemberian MP ASI Dini

    Total

    X2

    hitungPengetahuan Ya TidakP

    n % n % n % Value

    Kurang 36 80.0 9 20.0 45 100

    21.342 0,000Cukup 19 76.0 6 24.0 25 100

    Baik 3 18.8 13 81.3 15 100

    Jumlah 58 67.4 28 32.6 86 100

    Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat dilihat diantara responden

    memberikan MP ASI Dini proporsi tertinggi terdapat pada responden

    dengan pengetahuan kurang (80%), dibandingkan dengan

    pengetahuan cukup (76%) dan baik,. Sedangkan pada responden yang

    tidak memberikan MP ASI Dini terdapat pada responden dengan

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    19/37

    pengetahuan baik ( 81,3%) dibandingkan dengan pengetahuan kurang (

    20% )dan cukup (24%) .

    Hasil uji statistik diperoleh nilai 2hitung = 21,342 > 2tabel = 5,991

    dan P = 0.000 < = 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang

    signifikan antara pengetahuan dengan pemberian MP ASI dini di

    Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong

    Seberang Tahun 2011.

    b.H

    ubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP ASI Dini

    Hubungan dukungan keluarga dengan pemberian MP ASI dini

    dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 4.16.Hubungan antara Dukungan Keluarga Dengan PemberianMP ASI Dini Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Tahun2011

    Dari tabel 4.16 diatas dapat dilihat bahwa diantara responden

    yang memberikan MP-ASI Dini proporsi tertinggi terdapat pada

    responden yang mendapat dukungan keluarga (80,1%), dibandingkan

    dengan yang tidak mendapat dukungan keluarga ( 45,2% ). Sedangkan

    Pemberian MP ASI

    Dini Total

    X2

    hitungDukungan Ya TidakP OR

    Keluarga n % n % n % Value 95%

    Mendukung 44 80.0 11 20.0 55 100

    9.430 0.002 4.857TidakMendukung 14 45.2 17 54.8 31 100

    Jumlah 58 67.4 28 32.6 86 100

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    20/37

    responden yang tidak memberikan MP-ASI Dini proporsi tertinggi

    terdapat pada responden yang keluarga tidak mendukung, (54,8%),

    sedangkan yang mendapatkan dukungan keluarga untuk memberikan

    MP ASI dini sebanyak (54,8%)

    Hasil uji statistik diperoleh nilai 2hitung = 9,430 > 2tabel = 3,841

    dan P = 0.002 < = 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang

    signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP ASI dini di

    Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong

    Seberang Tahun 2011.

    Hasil perhitungan Odds Ratio (OR) menunjukkan nilai 4,857 yang

    artinya ibu yang mendapatkan dukungan keluarga untuk memberikan

    MP ASI dini memiliki peluang 4,857 kali lebih besar memberikan MP

    ASI dini kepada bayinya sebelum berusia 6 bulan dibandingkan dengan

    ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga untuk memberikan MP

    ASI dini.

    c. Hubungan antara kebiasaan dengan pemberian MP ASI Dini

    Hubungan kebiasaan dengan pemberian MP ASI dini dapat

    dilihat pada tabel berikut ini :

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    21/37

    Tabel 4.16.Hubungan antara Kebiasaan Dengan Pemberian MP ASIDini Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Tahun 2011

    Berdasarkan tabel 4.16.diatas dapat dilihat bahwa diantara

    responden yang memberrrikan MP-ASI Dini proporsi tertinggi terdapat

    pada responden dengan kebiasaan buruk ( 89,7%) dibandingkan

    dengan yang mempunyai kebiasaan baik (21,4%), sedangkan yang

    tidak memberikan MP-ASIDini Proporsi tertinggi terdapat pada

    responden yang mempunyai kebiasaan baik (78,6%) dibandingkan

    dengan yang mempunyai kebiasaan buruk ( 10,3 %).

    Hasil uji statistik diperoleh nilai 2hitung = 36,985 > 2tabel = 3,841

    dan P = 0.000 < = 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang

    signifikan antara kebiasaan dengan pemberian MP ASI dini di Wilayah

    Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong Seberang

    Tahun 2011.

    Pemberian MP ASIDini

    Total

    X2

    hitungKebiasaanYa Tidak

    P OR

    n % n % n % Value 95%

    Buruk 52 89.7 6 10.3 58 100

    36.985 0.000 31.778Baik 6 21.4 22 78.6 28 100

    Jumlah 58 67.4 28 32.6 86 100

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    22/37

    Hasil perhitungan Odds Ratio (OR) menunjukkan nilai 31,778

    yang artinya ibu dengan kebiasaan buruk memiliki peluang 31,778 kali

    lebih besar memberikan MP ASI dini kepada bayinya sebelum berusia 6

    bulan dibandingkan dengan ibu dengan kebiasaan yang baik.

    A. Pembahasan

    1. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian MP ASI Dini

    Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden yaitu 60,3%

    memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang MP ASI. Kurangnya

    pengetahuan tentang MP ASI menyebabkan banyak ibu yang berpendapat

    bahwa MP ASI sama baiknya dengan ASI sehingga memberikan MP ASI

    tidak pada waktu yang tepat.

    Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan adalah

    merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

    terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan melalui pancaindra manusia

    yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dan

    sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.

    Banyaknya ibu-ibu yang memberikan MP ASI dini karena begitu banyaknya

    informasi dan fakta dimasyarakat yang salah tentang MP ASI. Gencarnya

    promosi susu formula dan makanan bayi baik di televisi, radio, majalah dan

    iklan dipinggir jalan sedikti banyaknya mempengaruhi pemahaman

    masyarakat tentang MP ASI, hal ini menjadi masalah yang besar jika

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    23/37

    tenaga kesehatan sebagai orang yang berkompeten dalam masalah ini

    kurang memberikan informasi kepada ibu-ibu tentang pentingnya

    memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan dan baru memberikan

    MP ASI dini jika bayi berusia 6 bulan keatas. Informasi yang keliru

    dimasyarakat dan bahkan salah seperti tersedianya susu formula dengan

    kandungan kolostrum dapat menggantikan ASI atau susu formula dengan

    harga yang mahal lebih baik dari ASI selain juga budaya didalam

    masyarakat yang memiliki kebiasaan memberikan makanan sejak bayi

    dengan alasan ASI tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi. Kondisi-kondisi

    seperti ini menyebabkan hanya sedikit ibu-oibu yang paham benar tentang

    pentingnya memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan

    baru memberikan MP ASI setelah bayi berusia > 6 bulan.

    Hasil uji bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

    pengetahuan dengan pemberian MP ASI dini ditunjukkan dengan nilai p

    value 0,000. Hasil penelitian ini membuktikan teori yang dikemukakan oleh

    Wisnu (2005) bahwa pemberian ASI ekslusif pada bayi hingga enam bulan

    merupakan investasi karena dengan pemberian ASI ekslusif akan muncul

    generasi yang memiliki intelegensia, emosi dan spiritual yang baik. Hasil

    penelitian menunjukkan lebih dari 3.000 penelitian memberikan hasil bahwa

    ASI selama enam bulan adalah jangka waktu paling optimal untuk

    pemberian ASI ekslusif karena ASI mengandung nutrisi yang diperlukan

    bayi untuk bertahan hidup pada enam bulan pertama mulai dari hormon,

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    24/37

    antibodi, faktor kekebalan sampai antioksidan. ASI merupakan cairan

    hidup yang melindungi bayi terhadap infeksi. Pada tahun pertama

    kehidupan bayi, sistem imunitasnya belum cukup berkembang, bayi

    tergantung pada ASI untuk melawan infeksi.

    Pengetahuan merupakan segala hal yang diketahui tentang suatu

    objek. Pengetahuan tentang ASI berarti sejauh mana seorang ibu

    memahami mengenai pengertian ASI dan manfaat ASI bagi pertumbuhan

    bayi, jika pengetahuan ibu sangat kurang tentang ASI maka ibu akan

    menganggap bahwa ASI sama baiknya dengan makanan pendamping

    lainnya dan akan memberikan ASI disertai makanan lain (MP ASI dini)

    sebelum bayi berusia 6 bulan (Trisno, 2005).

    Makanan pendamping ASI harus diberikan pada bayi setelah bayi

    berusia 6 bulan tetapi dalam prakteknya di masyarakat MP ASI sudah

    diberikan sejak dini yaitu sejak bayi berusia 3 bulan bahkan di beberapa

    daerah MP ASI diberikan sejak bayi. Pemberian MP ASI sejak dini

    mempunyai resiko terhadap kesehatan bayi. Hasil penelitian membuktikan

    bayi-bayi yang diberikan MP ASI sejak dini mempunyai resiko mengalami

    kesakitan sebesar 4,3% dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI

    eksklusif (Juliantoro, 2006).

    Melihat dasar teori tersebut jelaslah bahwa pemberian MP ASI secara

    dini dapat meningkatkan resiko kesakitan dan infeksi pada bayi seperti teori

    yang dikemukakan oleh Susilowati (2002) mengenai penelitian lain di

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    25/37

    Dundee, Scotland menemukan bahwa bayi yang dapat ASI lebih sedikit

    kemungkinan untuk kena infeksi napas. Pada usia 013 minggu, hampir

    39% bayi yang mendapat susu botol kena penyakit infeksi napas,

    dibandingkan 23% bayi yang mendapat ASI. Pemberian MP ASI dapat

    meningkatkan risiko infeksi seperti infeksi telinga dan meningitis. Penelitian

    dari Swedia menunjukkan bahwa bayi yang mendapat MP ASI lebih banyak

    kemungkinannya untuk kena radang telinga tengah. Sebagai contoh, pada

    usia satu sampai tiga bulan hanya 6% dari bayi yang disapih kena radang

    telinga tengah dibandingkan dengan 1% dari bayi yang mendapat ASI.

    Telah disepakati bahwa risiko alergi pada bayi yang diberikan MP ASI lebih

    sering terjadi.

    Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan ada hubungan

    yang signifikan (bermakna) antara pengetahuan dengan pemberian MP ASI

    dini dengan nilai p value sebesar 0,000 lebih kecil daripada 0,05 Hal ini

    dapat dibuktikan berdasarkan data penelitian yang menunjukkan dari 68

    orang ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan yang dengan tingkat pengetahuan

    yang kurang baik mayoritas memberikan MP ASI secara dini dan

    sebaliknya ibu dengan tingkat pengetahuan yang baik didapatkan

    mayoritas tidak memberikan MP ASI secara dini.. Data menunjukkan ada

    kecenderungan pada ibu menyusui yang dengan tingkat pengetahuan yang

    kurang baik untuk memberikan MP ASI dini sebelum bayi berusia 6 bulan.

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    26/37

    Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Juliantoro

    (2006) yang mengatakan bahwa rendahnya pemberian ASI salah satunya

    dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang kurang baik

    tentang mekanisme laktasi dan akibat dari pemberian MP ASI dini sejak

    dini sebelum bayi berusia 6 bulan.perilaku, seseorang sangat dipengaruhi

    oleh pengetahuannya, jika seorang ibu tidak mengerti bahaya memberikan

    MP ASI sejak dini maka akan mempengaruhi perilaku dengan memberikan

    MP ASI sebelum bayinya berusia 6 bulan. Data penelitian juga

    menunjukkan bahwa ditemukan 3 orang dengan tingkat pengetahuan yang

    baik tetapi masih memberikan MP ASI secara dini, hal tersebut dapat

    terjadi karena adanya faktor lain yang juga turut mempengaruhi pemberian

    MP ASI secara dini seperti adanya faktor kebiasaan yang menyebabkan ibu

    memberikan MP ASI seperti teori yang dikemukakan oleh Juliantoro (2006)

    yang menyatakan bahwa rendahnya pemberian ASI salah satunya

    dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang memberikan makanan

    pendamping ASI dini kepada bayi. Kebiasaan ini sudah membudaya di

    berbagai daerah di Indonesia dengan memberikan makanan pendamping

    kepada bayi sejak dini bahkan setelah bayi lahir. Hal tersebut dapat juga

    disebabkan.karena gencarnya promosi susu formula seperti yang

    dikemukakan oleh Soetjiningsih (2003) yang menyatakan bahwa tingginya

    pemberian MP ASI secara dini disebabkan karena gencarnya promosi dari

    produsen susu formula ataupun makanan bayi dan mempengaruhi ibu

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    27/37

    untuk mengganti ASI dengan makanan/minuman sebelum bayi berusia 6

    bulan.

    Sebaliknya data penelitian juga menunjukkan terdapat 9 orang ibu

    dengan tingkat pengetahuan yang kurang dan 6 orang dengan

    pengetahuan yang cukup tetapi tidak memberikan MP ASI secara dini, hal

    ini juga dapat disebabkan karena faktor lain seperti faktor dukungan

    keluarga seperti yang dikemukakan oleh Lina (2009) yang menyatakan

    bahwa tingginya pemberian MP ASI dini juga dipengaruhi oleh kurangnya

    dukungan keluarga terhadap keberhasilan menyusui. Seorang ibu sangat

    membutuhkan dukungan keluarga dalam memberikan ASInya sampai bayi

    berusia 6 bulan , tetapi banyak keluarga yaitu orang tua dan suami yang

    justru memberikan MP ASI dini seperti memberikan makanan atau

    minuman sebelum bayi berusia 6 bulan. Hal ini didukung oleh penelitian

    yang dilakukan oleh Sri Idayati (2009) dengan hasil penelitian tingginya

    pemberian MP ASI dini yaitu 76% di Kelurahan Mekarsari Balikpapan

    disebabkan karena adanya dukungan keluarga didalam pemberian MP ASI

    dini..

    Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh

    Yiska W (2010) dengan judul penelitian hubungan pengetahuan, peran

    petugas kesehatan dengan pemberian MP ASI dini pada bayi di Rumah

    Sakit Bersalin Sayang Ibu Balikpapan dengan hasil penelitian menunjukkan

    ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian MP

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    28/37

    ASI dini pada bayi usia 0-6 bulan di Rumah Sakit Bersalin Sayang Ibu

    Balikpapan dengan nilai p value 0,000 < 0,05.

    2. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian MP ASI Dini

    Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden yaitu 64%

    mendukung pemberian MP ASI dini. Dukungan ini diberikan terutama oleh

    orang tua dan juga suami. Keikutsertaan orang tua dalam perawatan bayi

    terutama ibu yang tinggal dengan orang tua menyebabkan resiko

    keikutsertaan orang tua dalam pemberian MP ASI dini semakin besar.

    Dukungan adalah informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan,

    yang nyata atau tingkah laku di berikan oleh orang-orang yang akrab

    dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran

    dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau

    berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Kuntjoro, 2002). Keberadaan

    orang tua yang selalu ada di rumah menyebabkan orang tua sangat

    dominan memberikan pengaruh didalam perawatan bayi, sehingga

    kemungkinan untuk memberikan MP ASI secara dini semakin besar.

    Dukungan keluarga dalam hal ini dapat berupa dukungan informasi,

    dukungan penghargaan, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

    Dukungan yang banyak diberikan orang tua berupa dukungan informasi

    dan dukungan instrumental. Orang tua memberikan informasi pentingnya

    memberikan makanan tambahan meskipun bayi belum berusia 6 bulan

    untuk memenuhi kebutuhan bayi bahkan langsung memberikannya tanpa

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    29/37

    meminta persetujuan dari ibu dengan alas an ibu belum mengerti cara

    merawat bayi dengan benar.

    Hasil uji bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

    dukungan keluarga dengan pemberian MP ASI dini ditunjukkan dengan

    nilai p value 0,000. Hasil penelitian ini membuktikan teori yang

    dikemukakan oleh Lina (2009) yang menyatakan bahwa tingginya

    pemberian MP ASI dini juga dipengaruhi oleh kurangnya dukungan

    keluarga terhadap keberhasilan menyusui. Seorang ibu sangat

    membutuhkan dukungan keluarga dalam memberikan ASInya sampai bayi

    berusia 6 bulan , tetapi banyak keluarga yaitu orang tua dan suami yang

    justru memberikan MP ASI dini seperti memberikan makanan atau

    minuman sebelum bayi berusia 6 bulan.

    Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan ada hubungan

    yang signifikan (bermakna) antara dukungan keluarga dengan pemberian

    MP ASI dini dengan nilai p value sebesar 0,000 lebih kecil daripada 0,05

    Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan data penelitian yang menunjukkan dari

    55 orang ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan yang mendaaptkan dukungan

    keluarga untuk memberikan MP ASI dini mayoritas memberikan MP ASI

    secara dini dan sebaliknya ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga

    untuk memberikan MP ASI dini didapatkan mayoritas tidak memberikan MP

    ASI secara dini.. Data menunjukkan ada kecenderungan pada ibu

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    30/37

    menyusui yang mendapatkan dukungan keluarga untuk memberikan MP

    ASI dini untuk memberikan MP ASI dini sebelum bayi berusia 6 bulan.

    Data penelitian juga menunjukkan bahwa ditemukan 11 orang yang

    mendapatkan dukungan keluarga untuk memberikan MP ASI dini tetapi

    tidak memberikan MP ASI secara dini, hal tersebut dapat terjadi karena

    adanya faktor lain yang juga turut mempengaruhi pemberian MP ASI

    secara dini seperti adanya faktor pengetahuan yang baik sehingga

    meskipun keluarga mengarahkan ibu untuk memberikan MP ASI secara

    dini tetapi karena pengetahuan ibu baik, ibu dapat menolaknya, dan

    ditemukan juga 14 orang yang tidak mendapatkan dukungan keluarga

    untuk memberikan MP ASI dini tetapi tetap saja memberikan MP ASI

    secara dini, hal ini juga dapat disebabkan karena faktor lain seperti faktor

    pengetahuan yang kurang baik ataupun adanya kebiasaan dalam keluarga

    sehingga meskipun tidak adanya dukungan dari keluarga karena orang tua

    tinggal berjauhan tetap saja ibu memberikan MP ASI dini.

    Hasil penelitian ini mendukung penelitian yg dilakukan oleh Mulasari

    (2010) mengenai hubungan dukungan keluarga dengan pemberian MP ASI

    dini di Rumah Sakit Hasanudin Makasar dengan hasil penelitian terdapat

    hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan pemberian MP

    ASI dini dilihat dari nilai p value 0,002.

    3. Hubungan Kebiasaan Dengan Pemberian MP ASI Dini

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    31/37

    Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden yaitu 67,4%

    memiliki kebiasaan yang buruk dalam pemberian MP ASI dini. Kebiasaan

    ini sudah berlangsung lama dan turun temurun tentang cara perawatan bayi

    khususnya dalam pemberian makanan sebelum bayi berusia 6 bulan.

    Pada masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Teluk

    Dalam yang sebagian besar masyarakatnya berasal dari suku Jawa

    memang mempunyai kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun

    dalam masyarakat mengenai praktek memberikan makanan pendamping

    sebelum bayi berusia 6 bulan. Kebiasaan ini sangat kental di masyarakat

    sehingga hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar responden

    terpengaruh kebiasaan masyarakat. Kebiasaan masyarakat suku Jawa

    adalah memberikan makanan sejak bayi lahir dengan memberikan madu

    dan makanan seperti air tajin beras. Kebiasaan ini sulit dihilangkan karena

    ibu-ibu menyusui sangat memegang aturan dan kebiasaan dari orang-

    orang yang dituakan seperti nenek atau orang tua dan hal ini sudah

    berlangsung sangat lama. Mereka menganggap bahwa bayi yang sering

    menangis berarti lapar dan harus segera diberi makan, kebiasaan ini

    hampir sama dengan kebiasaan pada suku lainnya, Wildan (2006)

    menjelaskan bahwa kebiasan masyarakat di Pulau Jawa masyarakat

    terbiasa memberikan buah-buahan seperti pisang kepada bayi yang baru

    lahir, demikian juga di pulau Madura, ada kebiasaan masyarakat Madura

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    32/37

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    33/37

    memberikan makanan pendamping ASI sejak dini di berbagai daerah tidak

    terlepas dari pengaruh sosial budaya masyarakat yang turun temurun

    dipercaya dan dianggap sebagai suatu kebenaran. Budaya memberikan

    makanan sejak dini karena menganggap bahwa bayi yang menangis berarti

    lapar dan harus diberi makan. Ditambahkan oleh Ridha (2004) yang

    menyatakan bahwa kebiasaan memberikan makanan pada bayi setelah

    bayi lahir sudah membudaya dalam masyarakat Indonesia dimana

    kebiasaan ini dipegang secara turun temurun dan merupakan bagian dari

    tradisi masyarakat yang sulit untuk dihilangkan.

    Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan ada hubungan

    yang signifikan (bermakna) antara dukungan keluarga dengan pemberian

    MP ASI dini dengan nilai p value sebesar 0,000 lebih kecil daripada 0,05

    Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan data penelitian yang menunjukkan dari

    58 orang ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan dengan kebiasaan yang buruk

    untuk memberikan MP ASI dini mayoritas memberikan MP ASI secara dini

    dan sebaliknya ibu dengan kebiasaan yang baik didapatkan mayoritas tidak

    memberikan MP ASI secara dini.. Data menunjukkan ada kecenderungan

    pada ibu menyusui dengan kebiasaan buruk untuk memberikan MP ASI

    dini sebelum bayi berusia 6 bulan.

    Data penelitian juga menunjukkan bahwa ditemukan 6 orang dengan

    kebiasaan buruk untuk memberikan MP ASI dini tetapi tidak memberikan

    MP ASI secara dini, hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor lain

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    34/37

    yang juga turut mempengaruhi pemberian MP ASI secara dini seperti

    adanya faktor dukungan petugas kesehatan ataupun faktor dukungan

    keluarga sehingga meskipun ibu memiliki kebiasaan yang buruk tetapi

    tetapi karena petugas kesehatan selalu mengingatkan ibu untuk tetap

    memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan begitu juga keluarga

    maka pemberian MP ASI dini tidak dilakukan, dan ditemukan juga 6 orang

    dengan kebiasaan baik tetapi tetap saja memberikan MP ASI secara dini,

    hal ini juga dapat disebabkan karena faktor lain seperti faktor pengetahuan

    yang kurang baik ataupun adanya dukungan dalam keluarga sehingga

    meskipun ibu memiliki kebiasaan yang baik tetapi karena pengaruh dari

    pengetahuan dan keluarga menyebabkan ibu memberikan MP ASI dini..

    Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Nursanti (2008) dengan judul penelitian hubungan sosial budaya dengan

    pemberian MP ASI dini dengan hasil penelitian terdapat hubungan yang

    signifikan antara sosial budaya dengan pemberian MP ASI dini dengan nilai

    p value 0,000.

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    35/37

    1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian MP ASI dini pada

    bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong

    Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.

    2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP ASI dini

    pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Teluk Dalam Kecamatan

    Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.

    3. Ada hubungan antara kebiasaan dengan pemberian MP ASI dini pada bayi

    usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong

    Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.

    B. Saran-saran

    Setelah menyajikan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat

    diberikan adalah :

    1. Meningkatkan pengetahuan responden tentang MP-ASI dini melalui :

    a. Petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada masyarakat

    tentang MP-ASI dini khususnya mengenai waktu yang tepat untuk

    memberikan MP-ASI dini, dampak jika diberikan MP-ASI dini, dan ASI

    adalah makanan yang terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan bayi

    sampai usia 6 bulan.

    b. Petugas kesehatan bersama kader dan masyarakat membentuk kelas

    ibu menyusui disetiap posyandu agar ibu memperoleh informasi yang

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    36/37

    cukup mengenai pentingnya ASI dan dampak dari pemberian MP-ASI

    dini.

    c. Petugas kesehatan dapat memberikan brosur-brosur/famlet yang

    berkaitan dengan pemberian ASI ekslusif lebih mudah didapatkan oleh

    masyarakat khususnya ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan.

    2. Menumbuhkan kesadaran keluarga agar tidak memberikan dukungan

    terhadap pemberian MP-ASI dini melalui cara :

    a. Petugas kesehatan melibatkan keluarga didalam memberikan

    penyuluhan dan bimbingan tentang pemberian ASI eksklusif dan

    menghindari pemberian MP-ASI dini sehingga bersama-sama didalam

    mendukung ASI eksklusif

    b. Setiap petugas kesehatan yang bertugas didesa hendaknya

    melakukan monitoring secara kontinu terhadap ibu yang memiliki bayi

    0-6 bulan agar tetap konsisten didalam pemberian ASI eksklusif dan

    menghindari pemberian MP-ASI dini apapun alasannya.

    c. Petugas kesehatan memberikan pelatihan bukan bukan hanya pada

    ibu tetapi juga melibatkan keluarga tentang cara menyusui yang benar

    sehingga dapat mendukung keberhasilan menyusui

    3. Memberikan pemahaman kepada keluarga dan masyarakat tentang mitos-

    mitos yang salah yang berkembang dimasyarakat tentang pemberian MP-

    ASI dini agar masyarakat dapat merubah kebiasaannya keluarga yang

    buruk tentang MP-ASI dini. Dan keluargasebaiknya memberikan perlakuan

  • 8/6/2019 Lismintari Bab IV-V

    37/37

    khusus kepada ibu menyusui dalam hal gizi yang dibutuhkan, memberikan

    waktu istirahat cukup bagi ibu untuk dapat merawat bayinya.