bab i,ii,iii,iv,v

105
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan kesehatan masyarakat Indonesia di masa depan atau Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai “MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS” Untuk mewujudkan Visi Indonesia 2010, ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan yaitu : Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, memelihara dan KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Upload: herlina-anggraini-jalalludin

Post on 28-Apr-2015

158 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Umum

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin

dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan

dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan

merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di

seluruh wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan kesehatan

masyarakat Indonesia di masa depan atau Visi yang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai

“MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS”

Untuk mewujudkan Visi Indonesia 2010, ditetapkan empat

misi pembangunan kesehatan yaitu : Menggerakkan pembangunan

nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat

untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan

kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, memelihara dan

meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta

lingkungannya.

1.2 Profil Kota Batam

Visi Kota batam adalah :

Terwujudnya Kota Batam sebagai Bandar dunia madani yang modern

dan menjadi andalan pusat pertumbuhan perekonomian nasional

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 2: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

Misi Kota Batam adalah:

1. Mensukseskan misi pemerintah untuk mengembangkan Kota

Batam sebagai Bandar Modern berskala internasional sebagai

kawasan investasi dilengkapi dengan fasilitas pusat

perdagangan, kawasan industri besar, menengah kecil,

koperasi, usaha rumah tangga, industri pariwisata, pusat

perbelanjaan dan kuliner, hiburan, pengelolaan sumberdaya

kelautan melalui kerjasama dengan Pengelola Kawasan dan

pemangku kepentingan pembangunan lainnya.

2. Mengembangkan sistem pendukung strategis penataan ruang

terpadu meliputi komponen fasilitas sarana dan prasarana

sistem transportasi darat laut dan udara yang memadai, sistem

telekomunikasi dan teknologi informasi (ICT) modern dan

prima, ekosistem hutan kota, penataan lingkungan kota yang

bersih, sehat, aman, nyaman dan lestari.

3. Meningkatkan pelayanan prima dalam hal pendidikan,

kesehatan, perumahan yang layak dan terjangkau,

ketenagakerjaan, sosial budaya, fasilitasi keimanan dan

ketaqwaan, kepemudaan dan olahraga agar kualitas hidup

manusia dan kecerdasan seluruh lapisan masyarakat meningkat

serta pengentasan kemiskinan.

4. Menumbuhsuburkan kehidupan harmonis dan berbudi pekerti

atas dasar nilai multi etnis, multi kultur, multi agama dan

melestarikan nilai-nilai seni budaya melayu, kearifan lokal dan

memelihara kelestarian lingkungan hidup.

5. Mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik, bersih dan

berwibawa.

Di Kota Batam Kepulauan Riau, pelaksanaan pembangunan

kesehatan dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini antara lain

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 3: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

ditunjukan dengan penambahan sarana dan prasarana pelayanan

kesehatan, penambahan tenaga kerja, juga penambahan fasilitas

kesehatan lingkungan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia masih

terasa dampaknya di Kota Batam hingga saat ini, yaitu adanya

penduduk miskin sebanyak 136.000 jiwa, penyakit infeksi cenderung

naik, masalah gizi anak balita juga meningkat.

1.2.1. Kependudukan

Kota Batam, Kepri merupakan propinsi dengan urutan ke-12

terbesar jumlah penduduknya di Indonesia. Menurut sensus penduduk

pada Desember 2010, penduduk kota Batam mencapai 1.056.701

jiwa. Untuk mengungkapkan pertumbuhan penduduk Kota Batam

terus mengalami peningkatan dari bulan ke bulan. Pada Januari 2010

misalnya Kota Batam berjumlah 975.774 jiwa, kemudian pada

Februari 2010 jumlah penduduk meningkat menjadi 987.834 jiwa,

selanjutnya pada Maret 2010 mencapai 999.968 jiwa (berdasarkan

Dinas kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2010).

1.2.1.1. Pertumbuhan, Persebaran, Kepadatan, Sex Ratio

Penduduk

1.2.1.1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Propinsi Kepulauan Riau

sebanyak 1.679.163 jiwa yang mencakup mereka yang

bertenmpat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 1.390.787

jiwa (82,83%) dan di daerah pedesaan sebanyak 288.376 jiwa

(17,17%). Laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun

dari tahun 2000-2010 : 4,95 %.(Badan Pusat Statistik sensus

Penduduk 2010)

1.2.1.1.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Persebaran penduduk antara daerah Kabupaten/Kota

di Propinsi Kepulauan Riau tidak merata. Keadaan ini

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 4: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

sebenarnya ditemukan pada hampir semua Propinsi di

Indonesia, yang tentunya dapat mencerminkan taraf

pembangunan atau urbanisasi di suatu daerah.

Kepadatan penduduk Kepulauan Riau Tahun 2000

adalah 205 jiwa per km2. (Badan Pusat Statistik sensus

Penduduk 2010)

1.2.1.1.3. Sex Ratio

Sex Ratio adalah suatu angka menunjukkan

perbandingan jenis kelamin. Ratio ini merupakan

perbandingan antara banyak penduduk laki-laki dan

perempuan di suatu daerah dalam waktu tertentu. Sex ratio

pada kelompok umur 0-4 sebesar 107, kelompok umur 5-9

sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64

berkisar antara 87 sampai dengan 130, dan kelompok umur

65 sampai 69 sebesar 18 (Badan Pusat Statistik sensus

Penduduk 2010)

1.2.1.1.4. Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis

Kelamin

Penduduk laki-laki Propinsi Kepulauan Riau

sebanyak 862.144 jiwa dan perempuan sebanyak 817.019

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 5: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

jiwa. Sex ratio adalah 106, berarti terdapat 106 laki-laki

untuk setiap 100 perempuan. (Badan Pusat Statistik sensus

Penduduk 2010)

1.2.2. Tingkat Pendidikan

Setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib

mengikuti pendidikan dasar (pasal 6 UU No.20 tahun 2003).

Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 7-15 tahun

yang belum/tidak sekolah sebesar 2,82% dan yang tidak

sekolah lagi sebesar 4,23%. Ukuran atau indicator untuk

melihat kualitas sumber daya manusia(SDM) terkait dengan

pendidikan antara lain pendidikan yang ditamtkan dan angka

melek huruf (AMH). Berdasarkan hasil SP2010, persentase

penduduk 5 tahun yang berpendidikan minimal tamat

SMP/sederajat sebesar 56,21%, dan AMH penduduk berusia

15 tahun keatas sebesar 97,31% yang berarti dari setiap 100

penduduk usia 15 tahun keatas ada 97 orang yang melek

huruf. Penduduk dikatakan melek huruf jika dapat membaca

dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. (Badan Pusat

Statistik sensus Penduduk 2010)

1.2.3. Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja

di Propinsi Kepulauan Riau sebesar 764.010 orang, dimana

jumlah 738.743 orang diantaranya bekerja, sedangkan 25.267

orang merupakan pencari kerja.

Dari hasil SP2010, tingkat partisipasi angkatan kerja

TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu

masing-masing sebesar 86,65 % dan 41,52 %. Sementara itu

bila dibandingkan menurut pebedaan wilayah, TPAK di

perkotaan lebih tinggi daripada pedesaan, masing-masing

sebesar 65,79 % dan 58,60 %. 3 kabupaten/kota di Propinsi

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 6: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

Kepulauan Riau dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah

Kota Batam (69,78), Kabupaten Bintan (61,34), dan

Kabupaten Natuna (60,09). Dengan jumlah pencari kerja

sejumlah 25.267 orang, tingkat pengangguran terbuka (TPT)

di Propinsi ini mencapai 3,31 %. (Badan Pusat Statistik

sensus Penduduk 2010)

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 7: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

KEGIATAN-KEGIATAN PROGRAM DINAS KESEHATAN

KOTA BATAM

Struktur Organisasi dan Tatakerja ( SOTK )Dinas Kesehatan Kota Batam

Keterangan Gambar :

1. Kepala Dinas;

2. Sekretaris, membawahi :

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Kepegawaian

3. Bidang Program, membawahi :

a. Seksi Data dan Informasi

b. Seksi Penyusunan Program

c. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Sumber : Perda Kota Batam Nomor 12 Tahun 2007

KEPALA DINAS

Kelompok Jabatan Fungsional

SEKRETARIS

Sub BagUmum

Sub BagKeuangan

Sub Bag Kepegawaian

Bidang Program

Seksi Data dan Informasi

Seksi Penyusun Program

Seksi Evaluasi dan Pelaporan

Bidang Pengendalian Penyakit & Penyehatan

Lingkungan (P2 & PL)

Seksi Penyehatan Lingkungan

Seksi Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Surveilance

Seksi Pengendalian Penyakit Menular ( P2M )

UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH

Bidang Kesga & Promosi

Seksi PromosiKesehatan

Seksi Kesehatan Keluarga

Seksi Gizi

Bidang Pelayanan Kesehatan dan

Kefarmasian

Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi Farmasi dan makanan minunman

(Farmakmin)

Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan

(Sarprakes)

Page 8: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

4. Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan, membawahi:

a. Seksi Penyehatan Lingkungan

b. Seksi Pengendalian Penyakit tidak Menular dan Surveilance

c. Seksi Pengendalian Penyakit Menular

5. Bidang Kesehatan Keluarga dan Promosi, membawahi :

a. Seksi Promosi Kesehatan

b. Seksi Kesehatan Keluarga

c. Seksi Gizi

6. Bidang Pelayanan Kesehatan dan Kefarmasian, membawahi :

a. Seksi Pelayanan Kesehatan

b. Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman

c. Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan

7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas

8. Kelompok Jabatan Fungsional.

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Batam diatur

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 12 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Susunan Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Kota Batam,

Keputusan WaliKota Batam Nomor 14 tahun 2003 tentang Uraian Tugas Dinas

Daerah Kota Batam, kemudian direvisi Berdasarkan surat WaliKota Batam

Nomor : 132/050/II/2008 perihal Penyusunan Renstra SKPD dan Renja SKPD

T.A 2009 dan Peraturan Wali Kota Batam nomor 10 tahun 2008 tentang Uraian

Tugas Dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Batam berdasarkan hal inilah Dinas

Kesehatan Kota Batam mempunyai kewenangan melaksanakan otonomi daerah

dibidang kesehatan, maka dibentuklah Struktur Organisasi dan Tata Kerja

(SOTK) Dinas Kesehatan Kota Batam.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 9: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

1.3. Profil Kecamatan Nongsa

1.3.1. Deskripsi Wilayah Kecamatan Nongsa

Kecamatan Nongsa merupakan salah satu dari 4 kelurahan yang ada di Kota

Batam, dengan batas kecamatan sebagai berikut :

Sebelah utara : Berbatas dengan Laut Singapura

Sebelah timur : Berbatas dengan Laut dan Kabupaten Bintan

Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kecamatan Galang dan

Bulang

Sebelah Barat : Berbatas dengan Kecamatan Batuampar, Batam

Kota, Sungai Beduk dan Bengkong

Dengan luas ± 64.090 km2 yang terdiri dari 4 Kelurahan.

Tabel 1.1

Distribusi Penduduk Berdasakan Jenis Kelamin di Kecamatan Nongsa

Kota Batam Kepulauan Riau 2012

Kecamatan Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

Nongsa Sambau 4.751 4.204 8.955

Batu Besar 14.127 12.290 26.417

Kabil 13.598 11.677 25.275

Ngenang 866 694 1.560

Jumlah

%

33.342 28.865 62.207

53,60 46,40

Sumber : www.batamkota.go.id (data kependudukan Kota batam per

April 2012)

Keterangan Tabel 1.1.

Dari tabel di atas didapatkan bahwa kecamatan Nongsa memiliki penduduk

berjenis kelamin 33.342 laki-laki (53,60 %) dan 28.865 perempuan ( 46,40%).

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 10: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

1.3.2. Data Demografis Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa

Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin :

Laki-laki : 4751 jiwa

Perempuan : 4204 jiwa

Jumlah : 8955 jiwa

Tabel 1.2.

Distribusi Penduduk Berdasakan Agama di Kota Batam Tahun 2000

No Agama Persentase (%)

1 Islam 76,69

2. Kristen 17,02

4. Budha 5,79

5. Hindu 0,40

Jumlah 100

Keterangan Tabel 1.2.

Dari tabel di atas didapatkan bahwa penduduk Kota Batam adalah mayoritas

penduduknya beragama Islam (76,69%)

1.4. Profil Kelurahan Sambau

1.4.1. Sejarah Kelurahan / Dasar Hukum

Kelurahan Sambau merupakan satu dari Enam puluh empat

Kelurahan yang ada pada saat ini di wilayah Administratif Kota

Batam, Sebelum ditetapkan menjadi Kelurahan, Kelurahan Sambau

merupakan bagian dari Desa Nongsa, yang wilayahnya pada waktu itu

merupakan gabungan dari dua Kelurahan yang ada Sekarang ini yaitu

Kelurahan Sambau dan Kelurahan Batu Besar.

Dengan terbitnya Peraturan Daerah kota Batam Nomor 4 Tahun

2002 tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan (Lembaran

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 11: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

Daerah Kota Batam No. 20 seri D) maka Desa Nongsa dibagi menjadi

dua Kelurahan, Yaitu Kelurahan Nongsa dan Kelurahan Batu Besar.

Selanjutnya dengan adanya Perda Kota Batam Nomor 2 Tahun

2005 Tentang Pemekaran, Perubahan, dan Pembentukan Kecamatan

dan Kelurahan dalam Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah kota

Batam Tahun 2005 Nomor 65 seri D Tambahan Lembaran Daerah No

34) Kecamatan Nongsa dimekarkan menjadi dua Kecamatan yaitu

Kecamatan Nongsa dan Kecamatan Batam Kota. Seiring dengan itu,

untuk menghindari kesalahan persepsi antara Kelurahan Nongsa dan

Kecamatan Nongsa, maka nama Kelurahan Nongsa berubah menjadi

Kelurahan Sambau, yang diambil dari salah sastu nama perkampungan

penduduk zaman dahulu di Desa Nongsa.

1.4.2. Kondisi Geografis

Secara umum Kelurahan Sambau adalah salah satu Kelurahan

di lingkungan Pemerintahan Kecamatan Nongsa Kota Batam Propinsi

Kepulauan Riau dengan luas wilayah Daratan: 2.541 Ha, dan wilayah

Laut : 4.120 Ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Tabel 1.3

Batas Kelurahan Sambau

Sebelah Timur : Berbatas dengan Laut Nongsa

Sebelah Barat : Berbatas dengan Laut Teluk Tering

Sebelah Utara : Berbatas dengan Laut Selat Malaka

Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kelurahan Batu Besar

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 12: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

Peta Kelurahan Sambau

1.4.3. Struktur Organisasi Kelurahan dan Pegawai Kelurahan

Sambau.

1.5. Profil Puskesmas Sambau

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 13: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

1.5.1. Data Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Sambau, Kecamatan Nongsa ini terdiri dari :

Luas wilayah kerja : 6,662 km2

Jumlah RT : 35 Rukun Tetangga

Jumlah RW : 10 Rukun Warga

Jumlah Kepala Keluarga : 2,968 Kepala Keluarga

Tabel 1.4

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja

Puskesmas Sambau Kecamatan Nongsa

Periode 2011

No. Jenis KelaminJumlah

Jiwa Persentase (%)

1

2

Perempuan

Laki – Laki

3978

4448

47

53

Jumlah 8426 100

1.5.2. Lokasi Puskesmas

Puskesmas Sambau terletak di Kelurahan Sambau, kecamatan Nongsa.

Batas wilayahnya yaitu :

Sebelah timur : Berbatas dengan laut nongsa

Sebelah barat : Berbatas dengan laut tering

Sebelah utara : Berbatas dengan laut selat malaka

Sebelah selatan : Berbatas dengan kelurahan batu besar

1.5.3. Denah Puskesmas Sambau

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 14: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 15: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

Program Pokok dan Pengembangan di Puskesmas Sambau

Puskesmas Sambau telah melaksanakan tujuh upaya wajib kota Batam

dan ditambah dengan delapan upaya pengembangan.

Upaya kesehatan wajib (basic seven) tersebut adalah :

1. Promosi Kesehatan (Promkes).

2. Upaya Kesehatan Lingkungan (Kesling).

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana.

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM)

5. Upaya Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).

6. Upaya Pengobatan.

7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan (SP2TP)

Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu :

1. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (UPKM)

2. Upaya Kesehatan Mata (UKM)

3. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM)

4. Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Usila)

5. Upaya Laboratorium Sederhana.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 16: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

BAB II

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMBUANG

SAMPAH SEMBARANGAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT

MALARIA DI KAMPUNG TUA BAKAU SERIP

KELURAHAN SAMBAU KECAMATAN NONGSA

KOTA BATAM KEPULAUAN RIAU

TAHUN 2012

2. 1 LATAR BELAKANG PENULISAN

Indonesia sebagai negara tropis termasuk negara yang rawan terhadap

penularan Malaria. Dari total 495 kabupaten, sebanyak 396 kabupaten (80%)

masih merupakan daerah endemis Malaria dan juga diperikan 45 % penduduk

Indonesia berisiko tertular Malaria.

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di

negara-negara tropik. Berbagai upaya pemberantasan Malaria telah dilakukan

tetapi prevalensi Malaria tetap tinggi, hal ini disebabkan adanya berbagai

hambatan dalam pemberantasan Malaria, diantaranya resistensi vektor terhadap

insektisida dan resistensi parasit terhadap obat Malaria.

Berdasarkan laporan yang diterima sub Direktorat Malaria di Jawa-Bali

pada tahun 2001 terjadi peningkatan kasus dari 0,1 perseribu penduduk pada

tahun 1999 meningkat menjadi 0,60 perseribu penduduk dalam tahun 2001.

Dilaporkan dari beberapa rumah sakit berkisar 10-50% penyebab

mortalitas Malaria pada umumnya disebabkan oleh komplikasi Malaria berat yang

disebabkan oleh Plasmodium Falsiparum. Keluhan klinis dari Infeksi Malaria

tergantung beberapa faktor, antara lain faktor parasit, penjamu, geografi dan

keadaan sosial. Masalah yang dihadapi bagi klinisi ialah diagnostik dan terapi,

khususnya masalah resistensi.

Dari beberapa laporan yang ada, menunjukkan bahwa malaria telah

menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat sejak lama di beberapa daerah

kota Batam. Selama ini masalah Malaria di kota Batam dilaporkan antara lain dari

Bakau Serip, Teluk Mata Ikan, Nongsa Pantai dan Belakang Padang.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 17: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

Kota Batam menunjukkan penurunan dari tahun 2004 – 2008, meskipun

pada tahun 2007 kasusnya meningkat menjadi 9,73, namun pada tahun 2008 kasus

klinis malaria menurun hingga 4,23 penderita per seribu penduduk. Distribusi

klinis malaria tertinggi di wilayah Puskesmas Galang, Puskesmas Belakang

Padang dan Puskesmas Sambau, mengingat wilayah tersebut merupakan daerah

endemis malaria. Sehingga tidak dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB)

yang disertai kematian.

Situasi Malaria Kota Batam per Tahun

Annual Parasite Incidence (API)

2007 (0,91 ‰),

2008 (0,78 ‰),

2009 (0,89 ‰) ,

2010 (1.062 ‰)

2011 (0.802 ‰)

Monthly parasite Incidence (MoPI) Januari s/d Mei 2012

Kecamatan Jan Feb Maret April Mei

Belakang padang 0,000 0 0,000 0,204 0,286

Sekupang 0 0 0 0 0

Batu Aji 0 0 0 0 0

Bulang 0,082 0,082 0 0 0,245

Segulung 0 0 0,018 0,018 0,000

Bengkong 0 0 0 0 0

Lubuk Baja 0 0 0 0 0

Batu Ampar 0 0 0 0 0

Nongsa 0,081 0,065 0,097 0,146 0,049 Batam Kota 0,013 0,026 0 0,007 0,013

Sei Beduk 0,000 0 0,008 0 0

Galang 1,894 3,219 2,841 8,206 11,804

Mopi Kota Batam 0,033 0,054 0,048 0,130 0,178

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 18: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

Penderita Positif Malaria 2007 - Mei 2012

Tahun JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES∑

Penderita

2007 128 68 39 31 35 73 52 40 52 39 63 29 6492008 8 10 20 85 89 106 79 106 65 13 38 8 6272009 13 18 14 84 63 86 71 46 18 84 85 88 670

2010 64 92 80 130 106 135 91 65 60 103 62 62 1050

2011 65 47 27 66 104 137 159 53 20 29 78 63 848

2012 39 63 55 152 204 513

Distribusi Penderita Malaria per Puskesmas Menurut Jenis Parasit

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 19: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

Kota Batam Tahun 2007 – Mei 2012

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 20: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 21: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

Peta Tahunan Stratifikasi Malaria Kota Batam Tahun 2011

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

API > 5 (HCI)

API 1-<5 (MCI)

API 1 < (LCI)

KETERANGAN :Kec. Nongsa Kel. Sambau : Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, Larvaciding dan MBSKec. Belakang Padang Kel.Kasu : Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, LarvacidingKel.Terong: Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, Larvaciding, MBSKel. Sekanak Raya : Kegiatan yang dilaksanakan ; LarvacidingKec. GalangKel. Pulau abang : Kegiatan dilaksanakan di Pulau petong dan Air saga yaitu IRS, Larvaciding ,MBSKel. Karas : Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, Larvaciding, MBSKel. Rempang cate: kegiatan yang dilaksanakan larvacidingSubang Mas, Galang Baru, Sembulang, sijantung, Air Raja tidak ada kegiatan .

Page 22: Bab i,II,III,IV,V

MALARIA

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 JANUARI 12 10 22 2 3 5 0 0 0 0,0 0,0 0,0

2 FEBRUARI 11 12 23 0 1 1 0 0 0 0,0 0,0 0,0

3 MARET 9 15 24 1 1 2 0 0 0 0,0 0,0 0,0

4 APRIL 13 23 36 1 1 2 0 0 0 0,0 0,0 0,0

5 MEI 15 22 37 4 5 9 0 0 0 0,0 0,0 0,0

6 JUNI 35 35 70 10 9 19 0 0 0 0,0 0,0 0,0

7 JULI 421 406 827 5 10 15 0 0 0 0,0 0,0 0,0

8 AGUSTUS 15 15 30 3 3 6 0 0 0 0,0 0,0 0,0

9 SEPTEMBER 10 9 19 4 4 8 0 0 0 0,0 0,0 0,0

10 OKTOBER 30 40 70 5 6 11 0 0 0 0,0 0,0 0,0

11 NOVEMBER 20 21 41 5 5 10 0 0 0 0,0 0,0 0,0

12 DESEMBER 25 25 50 3 2 5 0 0 0 0,0 0,0 0,0

JUMLAH 616 633 1.249 43 50 93 0 0 0 0,0 0,0 0,0

ANGKA KESAKITAN (API) PER 1.000 PENDUDUK 0 3 3

PUSK

ESM

AS S

AMBA

UPENDERITA

DENGAN PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH

TANPA PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH

NOUNIT

KERJABULAN CFRMENINGGAL

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin Perbulan

2.2 Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang kami temukan didaerah Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa, diantaranya:

1. Letak geografis daerah Bakau Serip yang terletak di tepi pantai dan di kelilingi oleh rawa dan bakau yang pada dasarnya merupakan habitat nyamuk.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 23: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

2. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah sembarangan dan bertambah di daerah tersebut, yang mengakibatkan bertambahnya tempat perindukan nyamuk.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 24: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

3. Kepentingan ekonomi yang membuat masyarakat setempat membuat galian-galian pasir sebagai mata pencaharian mereka, sehingga menambah tempat perindukan nyamuk.

2.3. RUMUSAN MASALAH

Dari identifikasi masalah di atas maka dalam laporan ini kami

mengangkat perilaku masyarakat dalam membuang sampah sembarangan sebagai

salah satu masalah di daerah tersebut. Maka perumusan masalah adalah

bagaimana gambaran perilaku masyarakat dalam membuang sambah

sembarangan dengan kejadian penyakit Malaria di Desa Bakau Serip Kelurahan

Sambau Kecamatan Nongsa Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau.

2.4. TUJUAN PENELITIAN

2.4.1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perilaku masyarakat terhadap kejadian penyakit

Malaria di Desa Bakau Serip Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota Batam

Propinsi Kepulauan Riau.

2.5. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Masyarakat Desa Bakau Serip

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan masyarakat, khususnya

tentang penyakit Malaria (Pengertian, Penyebab, Cara penularan, Gejala

dan Pencegahan Penyakit Malaria).

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 25: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau

2. Bagi Puskesmas Sambau

Sebagai masukan data bagi Puskesmas tentang tingkat perilaku

masyarakat tentang pencegahan dan penularan penyakit Malaria, guna

meningkatkan program pelayanan kesehatan baik dalam bentuk

penyuluhan maupun pengobatan.

3. Bagi Pemerintah Kota Batam

Hasil penelitian ini diharapkan bisa mempermudah program kerja

kecamatan demi terciptanya masyarakat yang sehat.

4. Bagi Peneliti

a. Sebagai proses belajar dan menambah pengalaman dalam

melakukan sebuah penelitian.

b. Memperoleh gambaran perilaku masyarakat di Desa Bakau Serip

Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota Batam Propinsi

Kepulauan Riau tentang kejadian penyakit Malaria.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 26: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

2.6. TINJAUAN PUSTAKA

2.6.1. Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh protozoa

genus Plasmodium, yang disebarkan melalui:

1. Gigitan nyamuk Anopheles betina.

2. Transfusi darah yang terinfeksi plasmodium.

3. Suntikan dengan jarum yang sebelumnya telah digunakan oleh penderita

Malaria.

Ada empat spesies plasmodium di Indonesia yaitu :

1. Plasmodium falciparum.

2. Plasmodium ovale.

3. Plasmodium vivax.

4. Plasmodium malariae(1,2,3,10,12)

2.6.2 Kerangka Konsep

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 27: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

2.6.3. Patogenesis

Daur hidup spesies Malaria terdiri dari fase seksual eksogen

(sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni)

dalam badan hospes vertebra termasuk manusia.

Fase Aseksual

Fase aseksual terbagi atas fase ekso-eritrosit dan fase endo-eritrosit.

Fase ekso-eritrosit berlangsung ± 2 minggu, Pada fase ekso-eritrosit

sporozoit masuk ke dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak

membentuk skizon, sebagian sporozoit hati tidak langsung berkembang

menjadi skizon tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut

hypnozoit. Hypnozoit dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-

bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh

menurun, maka hypnozoit akan aktif sehingga menimbulkan relaps

( kambuh ). Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan

pertama.

Relaps dapat bersifat :

1. Relaps jangka pendek (rekruresensi), dapat timbul 8 minggu setelah

serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang berkembang

biak.

2. Relaps jangka panjang (rekurensensi), dapat timbul 24 minggu atau lebih

setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk

kedarah dan berkembang biak.

Sporozoit yang langsung berkembang menjadi skizon masuk dalam

aliran darah ke sel hati, dan berkembang biak membentuk skizon hati yang

mengandung ribuan merozoit. Merozoit berasal dari skizon hati yang

pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah, di

dalam sel darah merah parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit

sampai skizon, proses ini disebut skizogoni pra-eritrosit. Pada akhir fase

ini, skizon pecah dan merozoit keluar kemudian masuk ke aliran darah.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 28: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Fase eritrosit di mulai saat skizon pecah dan merozoit yang keluar

akan menginfeksi sel darah merah lainnya. menyerang eritrosit

membentuk tropozoit. Proses berlanjut menjadi tropozoit-skizoid-

merozoid. Setelah dua sampai tiga generasi merozoit dibentuk, sebagian

merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi

sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa pra patent

sedangkan masa tunas atau inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya

sporozoit dalam badan hospes –timbul gejala klinis demam.

Fase seksual

Parasit seksual masuk dalam lambung nyamuk betina. Bentuk ini

mengalami pematangan menjadi mikrogametosit dan makrogametosit dan

terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian

menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista

pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.

Patogenesis malaria ada dua cara :

1. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.

2. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah

manusia melalui transfusi, suntikan atau pada bayi baru lahir melalui

plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital).

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 29: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Daur Hidup Parasit Malaria

Manusia Nyamuk Anopheles

betina

Dalam hati Kelenjar

Liur

SporozoitHipnozoit

Skizon

Merozoit

Dalam darah Dalam lambung Ookista

Tropozoit

Skizon

Merozoit

Makrogametosit Makrogamet Zigot = OokinetMikrogametosit Mikrogamet

2.6.4. Manifestasi Klinik

Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah :

1. Demam

Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon

matang (sporulasi) yang mengeluarkan bermacam-macam antigen.

Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang

mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (tumor nekrosis

factor). TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan

pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Pada Malaria tertiana

(P.Vivax dan P.Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 30: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria kuartana (plasmodium

malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap hari

keempat.

Demam khas malaria terdiri atas tiga stadium, yaitu :

Stadium menggigil (frigoris) berlangsung selama ± 15 menit-1 jam.

Stadium ini di awali dengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat

dingin, Gigi gemeretak dan pasien biasanya menutupi tubuhnya dengan

selimut, nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari pucat, kulit kering dan pucat,

pada anak-anak sering terjadi kejang.

Stadium demam (acme) demam berlangsung 2-6 jam, muka merah, kulit

kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, nadi menjadi

kuat lagi. Pasien menjadi sangat haus karena suhu tubuh meningkat

sampai 41ºC atau lebih. Demam disebabkan karena pecahnya skizon

dalam sel darah merah yang telah matang dan masuknya merozoit ke

dalam aliran darah.

Stadium berkeringat (sudoris) berlangsung selama 2-4 jam. Pada stadium

ini pasien berkeringat banyak sekali kemudian suhu badan turun dengan

cepat, kadang-kadang sampai dibawah normal. Demam akan mereda

secara bertahap. ( Intermiten )

2. Splenomegali

Splenomegali merupakan gejala khas Malaria kronik. Limpa

merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan

oleh sel-sel makrofag dan limfosit, penambahan sel-sel radang ini akan

menyebabkan limpa membesar, selain itu juga menghitam dan menjadi

keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit.

3. Anemia

Terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun

yang tidak terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel

darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis.

Plasmodium vivax dan P.ovale hanya menginfeksi sel darah merah muda

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 31: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

yang jumlahnya hanya 21% dari seluruh jumlah sel darah merah,

sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang

jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang

disebabkan oleh P.vivax, P.ovale dan P.malariae umumnya terjadi pada

keadaan kronis.

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling

berat adalah anemia karena Plasmodium Falciparum. anemia disebabkan

oleh :

a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan.

b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama.

c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam

sumsum tulang.

d. Ikterus disebabkan karena hemolisis dan ganguan hepar.

2.6.5. Diagnosis

Diagnosa Malaria ditegakkan seperti diagnosa penyakit lainnya

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

Diagnosis pasti Malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah

secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat.

2.6.6. Anamnesis

1. Pada anamesis sangat penting diperhatikan :

Keluhan utama : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai

sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah

endemik malaria.

Riwayat tinggal di daerah endemik Malaria.

Riwayat minum obat Malaria satu bulan terakhir.

Riwayat mendapat transfusi darah.

2 Selain hal diatas pada penderita tersangka Malaria berat, dapat ditemukan

keadaan di bawah ini :

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 32: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.

Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri).

Kejang-kejang.

Panas sangat tinggi.

Mata atau tubuh kuning.

Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan.

Nafas cepat dan atau sesak nafas.

Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.

Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman.

Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria).

Telapak tangan sangat pucat.

2.6.7. Pemeriksaan Fisik

1. Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5 0C).

2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat.

3. Pembesaran limpa (spleenomegali).

4. Pembesaran hati (hepatomegali).

Pada tersangka Malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:

1. Temperatur rektal ≥ 40 0C.

2. Nadi cepat dan lemah/kecil.

3. Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan pada anak-anak

<50 mmHg.

4. Frekuensi nafas >35 x/menit pada orang dewasa atau >40 x/menit pada

balita, anak di bawah 1 tahun > 50 x/menit.

5. Penurunan derajat kesadaran dengan Glasglow coma scale (GCS) <11

6. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, hematom).

7. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir

kering, produksi air seni kurang).

8. Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah

pucat dan lain lain).

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 33: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

9. Terlihat mata kuning/ikterik.

10. Adanya ronki pada kedua paru.

11. Pembesaran limpa dan atau hepar.

12. Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria.

2.6.8. Diagnosis Atas Dasar Pemeriksaan

Laboratorium

1. Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Lapangan

/Rumah Sakit untuk menentukan :

Ada/tidaknya parasit Malaria (positif atau negatif).

Spesies dan stadium penyakit

Kepadatan parasit :

Semi kuantitatif

(-) =Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100

LPB/lapangan pandang besar).

(+) = Positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)

(++) = Positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

(+++) = Positif 3 (ditemukan 1-10 dalam 1 LPB)

(++++) = Positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)

Kuantitatif

Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah sediaan darah tebal

(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).

Untuk penderita tersangaka Malaria berat perlu memperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

a. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa

ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 34: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

b. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-

turut tidak ditemukan parasit maka diagnosa Malaria disingkirkan.

2. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit Malaria,

dengan menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik.

Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi

kejadian luar biasa dan daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab

serta untuk survei tertentu.

Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung :

1. HRP-2 (Histidine rich protein 2) yang diproduksi oleh trofozoit,

skizon dan gametosit muda P.falciparum.

2. Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase yang

diproduksi oleh parasit bentuk aseksual atau seksual plasmodium

falciparim, P.vivax, P.ovale, dan P.malaria.

Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2 jenis yaitu :

a. Single yang mampu mendiagnosa hanya infeksi P.falciparum.

b. Combo yang mampu mendiagnosa infeksi P.falciparum dan non

falciparum.

Oleh karena teknologi ini baru memasuki industri maka sangat perlu

untuk memperhatikan kemampuan sensitivity dan specificity dari alat ini.

Dianjurkan untuk menggunakan rapid tes dengan kemampuan minimal

sensitivity 95% dan specificity 95%. Hal yang penting lainnya adalah

penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam pendingin lemari es.

2.6.9. Diagnosis Banding Malaria

Manifestasi klinis Malaria sangat bervariasi dari gejala yang ringan sampai berat.

1. Malaria tanpa komplikasi

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 35: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai berikut :

Demam tifoid.

Demam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala. Sakit perut

(diare, obstipasi), lidah kotor, bradikardi relatif, leukopenia, limfositosis

relatif, aneosinofilis, uji Widal positif bermakna, biakan empedu positif.

Demam dengue.

Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai dengan

keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji

torniquet positif, penurunan jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin

dan hematokrit pada demam berdarah dengue, tes serologi inhibisi

hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Batuk, beringus, sakit menelan, sakit kepala, manifestasi kesukaran

bernafas antara lain : nafas cepat/sesak nafas, tarikan dinding dada ke

dalam dan adanya stridor.

Leptospirosis ringan

Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah,

conjunctival injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri

betis yang menyolok. Pemeriksaan serologi Microscopic Aglutination Test

(MAT) atau tes Leptodipstik positif.

Infeksi virus akut lainnya.

2. Malaria berat atau Malaria dengan komplikasi

Dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai berikut :

Radang otak (Meningitis/Ensefalitis) :

Penderita panas dengan riwayat nyeri kepala yang progresif,

hilangnya kesadaran, kaku kuduk, kejang dan gejala neurologis lainnya.

Stroke (gangguan serebrovaskular) :

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 36: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Hilangnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologik

lateralisasi (hemiparese atau hemiplegi), tanpa panas, ada penyakit yang

mendasari (hipertensi, diabetes melitus dan lain-lain).

Tifoid enselopati :

Gejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan

tanda-tanda demam tifoid lainnya.

Hepatitis :

Prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hati, muntah, tidak

bisa makan diikuti dengan timbulnya ikterus tanpa panas), mata atau kulit

kuning, urin seperti air teh. Kadar SGOT dan SGPT meningkat >5x.

Leptospirosis berat :

Demam dengan ikterus, nyeri pada betis, nyeri tulang, riwayat

pekerjaan yang menunjang adanya transmisi leptospirosis (pembersih got,

sampah dan lain-lain), leukositosis, gagal ginjal dan dengan pemberian

antibiotik (penisilin).

Glomerulonefritis akut atau kronik :

Gagal ginjal akut akibat Malaria umumnya memberikan respon

terhadap gangguan sirkulasi, leukositosis dengan granula-toksik yang

didukung hasil biakan mikrobiologi.

Demam berdarah dengue atau Dengue shock syndrome :

Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai syok atau

tanpa syok dengan keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati,

manifestasi perdarahan (epistaksis, gusi, petekie, purpura, hematom,

hematemesis dan melena), sering muntah, uji torniquet positif, penurunan

jumlah trombosit dan peninggian hemoglobin dan hematokrit, tes serologi

inhibisi hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.(4,6,7)

2.7. Penatalaksanaan

Obat anti malaria terdiri dari 5 jenis antara lain :

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 37: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit preeritrosit yaitu

proguanil, pirimethamine.

Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit yaitu

primaquin.

Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina,

kloroquin dan amodiaquin.

Gametosit yang menghancurkan bentuk seksual. Primaquin adalah

gametosid yang ampuh bagi keempat jenis spesies. Gametosid untuk

P.Vivax, P.Malaria, P.Ovale adalah kina, kloroquin dan amodiaquin.

Sporontosid mencegah gametosit dalam darah untuk membentuk ookista

dan sporozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primaquine dan proguanil.

Penggunaan obat anti Malaria tidak terbatas pada pengobatan

kuratif saja tetapi juga termasuk :

1. Pengobatan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah terjadinya

infeksi atau timbulnya gejala klinis. Penyembuhan dapat diperoleh dengan

pemberian terapi jenis ini pada infeksi Malaria oleh Plasmodium

Falciparum karena parasit ini tidak mempunyai fase ekso-eritrosit.

2. Pengobatan kuratif dapat dilakukan dengan obat malaria jenis skizontisid.

3. Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada nyamuk

atau mempengaruhi sporogonik nyamuk. Obat anti Malaria yang dapat

digunakan seperti jenis gametosid atau sporontosid.

Pengobatan lain yang diberikan adalah radiasi dengan membunuh

semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan

memutuskan rantai penularan.

Semua obat anti Malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut

kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus

makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti Malaria.

Obat malaria yang dipakai program pemberantasan Malaria :

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 38: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

1. Amodiakuin

Formula :

Tablet 200mg amodiakuin basa setara hidroklorid atau 153,1 mg dari basa

setara klorohidrat.

Penggunaan :

Amodiakuin pernah dilaporkan menimbulkan reaksi fatal pada

penggunaan sebagai profilaksis atau penggunaan alternatif terhadap

kegagalan klorokuin. Tetapi karena resiko toksik, penggunaannya sebagai

pencegahan dan pengobatan ulangan tidak dianjurkan.

Untuk riwayat hamil :

Belum ada bukti apakah penggunaan amodiakuin aman/berbahaya selama

kehamilan.

Dosis yang dianjurkan :

Regimen 10mg amodiakuin basa per hari selama 3 hari (total dosis

30mg/kg) dianjurkan untuk memudahkan pemakaian.

Efek samping :

Efek samping penggunaan amodiakuin (dosis standar) untuk terapi malaria

adalah sama dengan klorokuin seperti mual, muntah, sakit perut, diare dan

gatal-gatal.

Kontraindikasi :

Penderita dengan hipersensitif terhadap amodiakuin :

a. Penderita dengan gangguan hepar.

b. Untuk profilaksis/pencegahan.

2. Artesunate

Formula :

a. Tablet mengandung 50mg sodium artesunate.

b. Ampul intramuskular/intravena injeksi mengandung 60mg sodium

artesunate dalam 1 ml larutan injeksi.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 39: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Khasiat :

Digunakan untuk injeksi sebagai asam artesunik (karena tidak stabil dalam

larutan netral). Khasiat obat ini sama dengan artemisin.

Dosis yang dianjurkan :

a. Malaria tanpa komplikasi

Kombinasi terapi : 4 mg/kgBB setiap hari untuk 3 hari + amodiakuin

(10mg/kgBB/hari) selama 3 hari.

b. Malaria berat/severe malaria :

Dosis awal 2,4 mg/kgBB/i.v diberikan pada 12 jam pertama dan

dianjurkan dengan dosis yang sama untuk 12 jam berikutnya, hari ke 2

s/d 5 adalah 2,4 mg/kgBB/24jam, selama 5 hari atau sampai penderita

mampu minum obat.

Efek Samping :

Tidak menunjukkan efek samping yang berat (penelitian di Thailand).

Pada artemisin efek samping yang timbul adalah sakit kepala, mual,

muntah, sakit perut, gatal, demam, perdarahan abnormal, hematuria/urin

warna kemerahan. Pada jantung terjadi perubahan ST non spesifik, AV

blok derajat-1, tetapi ini akan normal setelah ada perbaikan dari gejala

penyakit Malaria. Pengalaman membuktikan bahwa artemisin dan

derivatnya kurang toksik daripada quinolone. Penggunaan jangka panjang

dan berulang harus berhati-hati, karena akan menimbulkan kurang

pendengaran, perubahan syaraf/neurogikal.

Penggunaan pada kehamilan :

Artemisin digunakan untuk terapi Malaria tanpa komplikasi selama

kehamilan trimester 2 dan 3 pada daerah multi drug resisten. Karena tidak

ada data, penggunaan trimester 1 tidak dianjurkan.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 40: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

3. Primakuin

Formula :

Tablet mengandung 15mg primakuin basa.

Khasiat :

Primakuin merupakan suatu senyawa B aminokuinolon yang sangat efektif

melawan gametosit seluruh spesies parasit.

Obat ini juga aktif terhadap scizon darah P.falciparum, P.vivax

tetapi dalam dosis tinggi sehingga harus hati-hati, efektif terhadap scizon

jaringan P.falciparum dan P.vivax.

Penggunaan :

Sebagai terapi anti relaps pada P.vivax dan gametocidal pada Malaria

falsiparum. Residen/penduduk pada daerah rendah/non transmisi Malaria

dan penduduk yang tinggal di daerah dengan transmisi malaria musiman,

dimana kekambuhan pada P.vivax terjadi 6-12 bulan setelah serangan

primer. Obat ini tidak diperlukan sebagai anti relaps rutin pada penduduk

yang tinggal di daerah endemik. Beberapa kasus relaps tidak dapat

dibedakan reinfeksi dan pasien yang diterapi dengan obat yang efektif

terhadap scizontosid darah untuk gejala kekambuhan/parasitemia. Pada

daerah dengan transmisi musiman dimana relaps terjadi 6-12 bulan setelah

serangan primer, tetapi dengan primakuin dapat memperlambat relaps. Ini

merupakan obat yang menghambat gametosit pada P.falciparum, terapi ini

diberikan hanya untuk Malaria falsiparum dalam daerah transmisi Malaria

rendah/sedang. Dosis yang diperlukan dosis tunggal 0,75 mg/kgBB.

Efek Samping :

a. Anoreksia, mual, muntah, sakit perut dan kram. Sakit pada

lambung/perut dapat dihindari bila minum obat bersama makanan.

b. Kejang-kejang/gangguan kesadaran.

c. Gangguan sistem hemopatik.

d. Pada penderita defisiensi G6PD terjadi hemolisis.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 41: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Kontraindikasi :

a. Wanita hamil dan anak umur <1 tahun.

b. Penderita defisiensi G6PD.

c. Penderita dengan aktif reumatoid artritis lupus eritematosus.

4. Chloroquin/Klorokuin

Formula :

Tablet mengandung 150mg klorokuin basa setara fosfat atau sulfat.

Khasiat :

Klorokuin adalah 4 aminokuinolon yang sangat efektif terhadap scizon

darah melawan seluruh parasit Malaria, sehingga dipakai sebagai obat

Malaria klinis dengan menekan gejala klinis. Obat ini juga bersifat

gametosidal (melawan bentuk gamet) immature (muda) pada P.vivax,

P.ovale, P.malariae dan pada P.falciparum (stadium 1-3). Obat ini tidak

efektif terhadap bentuk intrahepatik, digunakan bersama primakuin dalam

pengobatan radikal pada P.vivax dan P.ovale.

Dosis yang dianjurkan :

Dosis yang dianjurkan untuk dewasa dan anak diberikan penuh 25mg

klorokuin untuk 3 hari. Regimen dibagi menjadi 10mg basa/kg pada hari 1

dan 2, dianjurkan 5mg/kg pada hari ke 3.

Penggunaan pada kehamilan :

Tidak terjadi abortus atau efek teratogenik yang dilaporkan pada

penggunaan klorokuin, jadi aman untuk pengobatan dan kemoprofilaksis

selama kehamilan.

Efek samping :

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 42: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Penggunaan klorokuin dalam dosis pengobatan untuk Malaria

menimbulkan efek samping seperti gejala gastrointestinal yaitu: mual,

muntah, sakit perut dan diare terutama bila obat diminum dalam keadaan

perut kosong. Gejala lain yang jarang terjadi adalah pandangan kabur,

sakit kepala, pusing (vertigo) dan gangguan pendengaran yang akan hilang

bila penggunaan obat dihentikan. Untuk mengurangi efek samping maka

klorokuin diminum dalam jangka 1 jam setelah makan.

5. Kina

Formula :

Tablet (lapis gula), 200mg basa per tablet setara dengan 20mg bentuk

garam injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCL 25% berisi 500mg basa (per 1 cc

berisi 250mg basa).

Khasiat :

Kina sangat efektif terhadap skizon darah dan merupakan obat untuk

penyembuhan klinis efektif. Obat ini dipakai untuk penyembuhan radikal

pada P.Falsiparum. Terhadap gametosit dewasa P Falsiparum tidak

efektif sedangkan spesies lain cukup efektif. Kina efektif melawan infeksi

falsiparum yang resisten terhadap klorokuin dan SP. Penurunan

sensitivitas terhadap kina ditemukan di selatan Asia Timur dimana terlalu

sering menggunakan obat ini. Ini juga terjadi karena pengobatan kina

tanpa resep dan berobat jalan dengan regimen >3 hari. Di Indonesia belum

pernah dilaporkan adanya resistensi parasit terhadap kina.

Penggunaan pada kehamilan :

Kina aman digunakan untuk wanita hamil. Bila terjadi kontraksi atau fetal

distress pada wanita yang minum kina, kemungkinan berhubungan dengan

penyaktit lain. Resiko penggunaan kina mencetuskan hipoglikemia.

6. Artemeter

Formula :

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 43: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Ampul/injeksi intramuskular mengandung 80mg dalam 1 ml atau 40mg

dalam 1 ml penggunaan untuk anak-anak.

Khasiat :

Untuk pengobatan Malaria berat/Malaria dengan komplikasi.

Penggunaan pada kehamilan :

Artemisin tidak dianjurkan untuk ibu hamil trimester 1.

Efek samping :

Fatal neurotoksik terjadi setelah injeksi artemeter pada dosis yang lebih.

Antibiotik yang digunakan sebagai anti malaria

1. Doksisiklin

Formula :

Kapsul dan tablet mengandung 100mg doksisiklin garam setara

hidroklorid.

Khasiat :

Doksisiklin derivat oksitetra, memiliki spektrum yang sama aktivitasnya.

Obat ini lebih lengkap diabsorbsi dalam lemak, juga mempunyai waktu

paruh plasma yang panjang.

Efek samping :

Iritasi saluran pencernaan, reaksi fototoksik, depresi sumsum tulang yang

reversibel, perubahan warna gigi dan hipoplasia enamel yang permanen.

Gangguan pada ginjal kurang daripada tetrasiklin.

Kontraindikasi :

a. Riwayat hipersensitif terhadap tetrasiklin.

b. Anak < 8 tahun.

c. Ibu hamil dan menyusui.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 44: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

d. Pasien dengan disfungsi ginjal.

2. Tetrasiklin

Formula :

Kapsul dan tablet 250mg tetrahidroklorid ekivalen dengan 231mg

tetrasiklin basa.

Khasiat :

Tetrasiklin adalah antibiotik broad spectrum yang paten tetapi lambat

dalam melawan bentuk aseksual dalam darah seluruh spesies plasmodium.

Obat ini juga aktif melawan stadium intrahepatik primer pada

P.Falciparum. Kombinasi kina + tetra diberikan > 5-7 hari masih tingi

efektifitasnya untuk daerah dengan resisten banyak obat di Thailand.

Penggunaan :

Tetrasiklin sebagai kombinasi + kina untuk malaria falsiparum untuk

menurunkan resiko rekrurensi. Obat ini tidak digunakan tunggal karena

bekerja lambat dan tidak digunakan untuk profilaksis.

Penggunaan pada kehamilan :

Tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena akan mengganggu

kalsifikasi pada fetus dan timbulnya osteogenesis abnormal dan hipoplasia

pada enamel gigi. Tetrasiklin dapat melewati plasenta dan dapat

ditemukan dalam ASI, oleh sebab itu tidak boleh diberikan pada ibu yang

menyusui.

Efek samping :

a. GIT/pencernaan :

Gangguan lambung, rasa tidak enak pada perut, mual, muntah, diare.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 45: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

b. Pemakaian lama yang akan menimbulkan perubahan flora usus,

pertumbuhan jamur Candida yang berlebihan dan bakteri lain pada

usus dan vagina.

c. Gangguan osifikasi, depresi sumsum tulang (tidak menetap),

perubahan warna gigi, dan displasi enamel yang permanen pada anak.

d. Perubahan kulit : reaksi fototoksik, meningkatnya kepekaan terhadap

sinar matahari.

e. Lain-lain seperti gangguan mirip morbili, urtikaria, dermatitis

eksfoliatif, glossitis, vaginitis, cheliosis.

Kontraindikasi :

a. Hipersensitif terhadap tetrasiklin.

b. Gangguan hati dan ginjal.

c. Anak < 8 tahun .

d. Ibu hamil dan menyusui.

2.8. Pencegahan

Malaria merupakan penyakit yang ditularkan dari seseorang ke

orang lain melalui gigitan nyamuk. Maka bila ada seseorang yang

terinfeksi Malaria, segeralah untuk disembuhkan. Selanjutnya melakukan

pemberantasan nyamuk selaku vektor penular penyakit Malaria. Gunakan

insektisida serta metoda-metoda pemberantasan sarang nyamuk seperti

yang sudah sering dianjurkan.

Berikut ini merupakan upaya yang mesti dilakukan untuk

mencegah terjadinya infeksi Malaria :

1. Hindari atau kurangi gigitan nyamuk jenis apapun dengan berbagai cara

(Tidur memakai kelambu), sebab pada waktu menggigit tentu kita tidak

memperhatikan apakah itu nyamuk Anopheles sp ataukah bukan

2. Bersihkan tempat-tempat yang sekiranya dapat dijadikan sebagai sarang

nyamuk.

3. Gunakan insektisida secara hati-hati untuk menyemprot tempat-tempat

yang dicurigai sebagai sarang nyamuk.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 46: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

4. Basmi semua jentik-jentik nyamuk yang ada, terutama di bak atau tempat

penampungan air.

5. Berikan obat pencegah Malaria pada ibu hamil yang berada di daerah

beresiko tinggi.

6. Bila terpaksa memasuki daerah endemi atau daerah yang beresiko tinggi

terserang nyamuk Malaria, minumlah tablet Klorokuin 2 butir sebagai

upaya pencegahan, dan diteruskan setiap minggu sekali 2 butir selama 2

minggu setelah pulang dari tempat atau daerah beresiko tinggi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif kuantitatif

yaitu suatu penelitian yang melakukan eksplorasi untuk mendapatkan

informasi sebanyak-banyaknya tentang Gambaran Perilaku Masyarakat

Dalam Membuang Sampah Sembarangan Terhadap Kejadian Penyakit

Malaria di Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan

Nongsa Kota Batam Kepulauan Riau.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bakau Serip Kecamatan Nongsa

Kelurahan Sambau Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau.

3.3. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Juni-4 Agustus 2012.

3.4. Sasaran Penelitian

Masyarakat di Desa Bakau Serip Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa

Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 47: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

3.5. Populasi Dan Sampel

3.5.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis yang karakteristiknya akan

diduga. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk yang berusia diatas

17 tahun di Desa Bakau Serip Kecamatan Nongsa Kelurahan Sambau Kota

Batam Propinsi Kepulauan Riau.

3.5.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi sebanyak 47

orang. Teknik sampel dilakukan secara Quota sampling, dimana penelitian

dila6kukan dengan cara mengumpulkan warga di halaman rumah warga.

Setiap warga diberi pertanyaan dalam bentuk kuisioner yang berisi tentang

Gambaran Tindakan Masyarakat terhadap Kejadian Penyakit Malaria.

3.6.Kerangka Konsep

Keterangan kerangka konsep

Bahwa perilaku masyarakat dalam membuang sampah sembarangan

berhubungan dengan kejadian malaria.

3.7. Definisi Operasional

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Perilaku Masyarakat

dalam Membuang

Sampah Sembarangan

Kejadian Malaria

Page 48: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Perilaku responden merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai wujud

dari pengetahuan dan sikap responden terhadap penyakit Malaria.

3.8. Pengumpulan Data

3.8.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari kuisioner yang dibagikan kepada 47 responden

di Desa Bakau Serip Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota Batam

Propinsi Kepulauan Riau.

3.8.2. Data Sekunder

Data diperoleh dari Puskesmas Sambau, Bala Desa Sambau, dan Kantor

Kecamatan Nongsa.

3.9. Instrumen Penelitian

Setiap responden diberikan kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai

pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap pencegahan dan

penularan penyakit Malaria yang terdiri dari ? pertanyaan berdasarkan

tinjauan pustaka sebagai berikut :

15 pertanyaan untuk menilai perilaku

3.10. Teknik Penilaian

Pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan berdasarkan jawaban

pertanyaan yang diberikan pada responden, menggunakan skala

pengukuran Hadi Pratomo dan Sudarti (1986) dengan definisi sebagai

berikut :

Perilaku

Baik, jika jawaban benar 11-15 (>75% dari nilai yang tertinggi).

Sedang, jika jawaban benar antara 6-10 (40-75% dari nilai yang

tertinggi).

Kurang, jika jawaban benar 0-5 (<40% dari nilai yang tertinggi).

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 49: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Apabila responden menjawab benar diberi nilai 1 dan apabila

responden menjawab salah diberi nilai 0.

Skor pengetahuan :

1. A.(1) B.(0)

2. A.(1) B.(0)

3. A.(1) B.(0)

4. A.(0) B.(1)

5. A.(1) B.(0)

6. A.(1) B.(0)

7. A.(1) B.(0)

8. A.(1) B.(0)

9. A.(1) B.(0)

10. A.(0) B.(1)

11. A.(1) B.(0)

12. A.(1) B.(0)

13. A.(1) B.(0)

14. A.(1) B.(0)

15. A. (0) B.(1)

Total skor perilaku adalah 15

3.11. Pengolahan Dan Analisa Data

Data yang terkumpul diolah secara manual, di edit, dan di entri ke komputer

dengan menggunakan program Microsoft Word 2007 dan Microsoft Excel

2007 Windows XP yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

3.12. Langkah – Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian untuk mengetahui perilaku masyarakat di Desa

Bakau Serip Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota Batam Propinsi

Kepulauan Riau adalah sebagai berikut :

1. Survei Lapangan, meliputi pemerintahan setempat dan lokasi penelitian pada

minggu pertama antara lain :

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 50: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Melapor ke Kepala Puskesmas Sambau Kecamatan Nongsa

Melapor ke Kecamatan Nongsa

Melapor ke Kepala Desa Bakau Serip.

Melapor ke RT dan RW bakau Serip

Pengisian kuisioner dilakukan dengan cara mendatangi warga kerumah-

rumah di Desa Bakau Serip Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota

Batam Propinsi Kepulauan Riau pada tanggal 23 Juli 2012. Kemudian

dilakukan penyuluhan pada tanggal 27 Juli 2012.

2. Menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh.

3. Diskusi dengan pembimbing.

4. Presentasi laporan penelitian.

3.13. Analisa Data

Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan di Daerah Kampung Tua Bakau

Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau dengan

47 responden, data dikumpul dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sebagai

berikut.

Tabel dan Grafik 3.1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kampung Tua Bakau Serip

Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

1. 21-30 5 10

2. 31-40 15 32

3. 41-50 13 28

4. 51-60 8 17

5. 61-70 6 13

Jumlah 47 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

11%

32%

28%

17%

13%

Umur

21-30 th31-40 th41-50 th51-60 th61-70 th

Page 51: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Keterangan Tabel dan Diagram 3.1

Dari Tabel dan Grafik diatas responden terbanyak berumur 31 - 40 tahun yaitu 15

orang (32%).

Tabel dan Grafik 3.2

Distribusi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan di Kampung

Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota

Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Latar Belakang pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak sekolah 6 13

2. SD 28 60

3. SMP 6 13

4. SMU 3 6

5. Diploma 2 4

6. Sarjana 2 4

Jumlah 47 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

11%

32%

28%

17%

13%

Umur

21-30 th31-40 th41-50 th51-60 th61-70 th

13%

60%

13%

6%4% 4%

Latar Belakang pendidikan

Tidak SekolahSDSMPSMUDiplomaSarjana

Page 52: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Keterangan Tabel Dan Grafik 3.2

Dari Tabel dan Grafik di atas responden terbanyak berpendidikan SD yaitu 28

orang (60%).

Tabel dan Grafik 3.3

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Penanganan Sampah

Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung Tua Bakau Serip

Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Membuang sampah pada

tempatnya

13 28

B. Membakar sampah yang

menumpuk

34 72

JUMLAH 47 100

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

13%

60%

13%

6%4% 4%

Latar Belakang pendidikan

Tidak SekolahSDSMPSMUDiplomaSarjana

28%

72%

Persentase

Membuang sampah pada tempatnyaMembakar sampah yang menumpuk

Page 53: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Keterangan Tabel dan Grafik 5.3

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (72%)

membakar sampah rumah tangga mereka.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

28%

72%

Persentase

Membuang sampah pada tempatnyaMembakar sampah yang menumpuk

Page 54: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.4

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Dimana Biasanya

Membuang Sampah Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah

Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau

Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Rawa, laut 21 45

B. Belakang rumah 26 55

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.4

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (55%)

biasanya membuang sampah di belakang rumah.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

45%

55%

Persentase

Rawa, lautBelakang rumah

Page 55: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.5

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Pencahayaan di Rumah

Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung Tua Bakau Serip

Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Banyak cahaya 16 34

B. Sedikit cahaya 31 66

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.5

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (66%)

memiliki penerangan yang kurang di rumah mereka.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

34%

66%

Persentase

Banyak cahayaSedikit cahaya

Page 56: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.6

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Kebiasaan

Menggantung Baju di Belakang Pintu Terhadap Kejadian Penyakit Malaria

di Daerah Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau

Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Ya 33 70

B. Tidak 14 30

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.6

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (70%)

memiliki kebiasaan menggantung baju di belakang pintu.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

70%

30%

Persentase

YaTidak

Page 57: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.7

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Penggunaan Kawat

Kasa di RumahTerhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung

Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota

Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Ya 7 15

B. Tidak 40 85

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.7

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (85%)

tidak menggunakan kawat kasa pada jendela mereka.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

15%

85%

Persentase

Ya Tidak

Page 58: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.8

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Penggunaan Obat

Nyamuk Ketika Tidur Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah

Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau

Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Ya 41 87

B. Tidak 6 13

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.8

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (87%)

menggunakan obat nyamuk ketika mereka tidur.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

87%

13%

persentase

YaTidak

Page 59: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.9

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Penggunaan Kelambu

Saat Tidur Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah

Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau

Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Ya 27 57

B. Tidak 20 43

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.9

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (57%)

menggunakan kelambu saat mereka tidur.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

57%

43%

Persentase

YaTidak

Page 60: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.10

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Kebiasaan

Membersihkan Rumput Liar Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di

Daerah Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau

Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Sering 25

B. Tidak 22

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.10

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (53%)

sering membersihkan rumput liar dihalaman mereka.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

53%

47%

persentase

SeringTidak

Page 61: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.11

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Kebiasaan Menutup

Pintu dan Jendela Setelah Magrib Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di

Daerah Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa

Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Sering 9 19

B. Tidak 38 81

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.11

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (81%)

tidak sering menutup pintu dan jendela mereka setelah magrib.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

19%

81%

Persentase

SeringTidak

Page 62: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.12

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Kebiasaan Menutup

Tempat Penampungan Air Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah

Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa

Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Ya 23 49

B. Tidak 24 51

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.12

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (51%)

jarang menutup tempat penampungan air di rumah mereka.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

49%51%

persentae

YaTidak

Page 63: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.13

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Membersihkan Saluran

Air Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung Tua Bakau

Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Sering 4 9

B. Tidak 43 91

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.13

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (91%)

tidak sering membersihkan saluran air disekitar rumah mereka.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

9%

91%

Persentase

SeringTidak

Page 64: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.14

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Frekuensi Kerja Bakti

Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung Tua Bakau Serip

Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Sering 20 43

B. Tidak 27 57

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.14

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (57%)

menyatakan tidak sering diadakannya kerja bakti.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

43%

57%

persentase

SeringTidak

Page 65: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.15

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Tentang Frekuensi Pengasapan

(fogging) Dalam 6 bulan Terakhir Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di

Daerah Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa

Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. <2 kali 26 55

B. >2 kali 21 45

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.15

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (55%)

menyatakan pengasapan (fogging) <2 kali dalam 6 bulan terakhir.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

55%

45%

persentase

<2 kali>2 kali

Page 66: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.16

Distribusi Responden Berdasarkan Prilaku Membawa Anggota Keluarga

yang Demam ke Tenaga Kesehatan Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di

Daerah Kampung Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa

Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Ya 19 40

B. Tidak 28 60

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.16

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (60%)

tidak membawa anggota keluarga mereka yang demam ke tenaga kesehatan.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

40%

60%

persentase

YaTidak

Page 67: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

Tabel dan Grafik 3.17

Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau tidaknya terkena penyakit

Malaria Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Daerah Kampung Tua

Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa

Batam Kota Kepulauan Riau

Tahun 2012

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A. Pernah 39 83

B. Tidak pernah 8 17

JUMLAH 47 100

Keterangan Tabel dan Grafik 3.17

Dari tabel dan grafik di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden (83%)

pernah menderita penyakit malaria.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

83%

17%

Persentase

Pernah Tidak pernah

Page 68: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

BAB IV

PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

4.1. Puskesmas Sambau

1. Program Puskesmas ada, namun pada pembagian tugas

kurang maksimal yaitu Promkes, UPKM, P2M.

2. Kurangnya tenaga dan kader P2M, sehingga program

P2M di Puskesmas Sambau kurang maksimal.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit malaria,

yang di tambah dengan banyaknya penambangan pasir

liar sehingga memperbanyak tempat perindukan.

4. Jumlah penderita malaria dengan pemeriksaan darah

lengkap pada bulan desember laki-laki 3 orang dari total

43 0rang pada tahun 2011, perempuan 2 orang dari total

50 orang pada tahun 2011.

5. Angka kesakitan malaria sebanyak 93 orang dari jumlah

total 35.372 penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Sambau.

6. Kurangnya pelaporan N1 dan N4 dari POLINDES,

PUSTU dan BPS kepada puskesmas.

7. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan di

lingkungan mereka yang dimana salah satunya adalah

masalah sampah.

8. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam

kunjungan posyandu.

9. Kurangnya pemahaman dari sebagian masyarakat tentang

manfaat imunisasi.

10. Kurangnya keaktifan kader-kader posyandu sehingga

menyebabkan posyandu belum berjalan maksimal.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 69: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

4.1.2. Pemecahan Masalah

1. Memperbaiki pembagian tugas disesuaikan dengan jumlah

program Puskesmas Sambau.

2. Memiliki jadwal P2M yang baik yang harus dipatuhi dan

dijalankan oleh petugas P2M, dan menambahkan Petugas

P2M.

3. Melakukan penyuluhan dan koordinasi dengan lintas sektor

terkait tentang dampak penambangan pasir liar terhadap

kesehatan masyarakat.

4. Meningkatkan pemeriksaan darah lengkap terhadap

penderita yang di curigai malaria.

5. Menurangi angka kesakitan malaria dengan meningkatkan

pengobatan.

6. Meningkatkan sistem pencatatan dan pelaporan dari Pustu

dan Polindes ke Puskesmas

7. Memberikan penyuluhan akan pentingnya kebersihan di

rumah maupun di lingkungan.

8. Dilakukan tindakan berupa sweeping ke rumah-rumah

secara rutin setiap bulan setelah diadakannya posyandu di

daerah yang telah terjadwal.

9. Memberikan pemahaman lebih tentang imunisasi melalui

penyuluhan-penyuluhan.

10. Mengajak warga untuk berpartisipasi dalam peningkatan

pencapaian program-program puskesmas dilapangan

melalui kegiatan-kegiatan di posyandu.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 70: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

4.2. Hasil Penelitian Gambaran Perilaku masyarakat dalam Membuang

Sampah Sembarangan Terhadap Kejadian Penyakit Malaria di Kampung

Tua Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa Kota Batam

Kepulauan Riau.

4.2.1. Permasalahan

1. Hanya 13 responden (28%) yang membuang sampah pada

tempatnya.

2. Hanya 16 responden (34%) yang menggunakan banyak cahaya

pada rumah mereka.

3. Hanya 14 responden (30%) yang tidak menggantung baju di

belakang pintu.

4. Hanya 7 responden (15%) yang menggunakan kawat kasa pada

jendela rumah.

5. Hanya 9 responden (19%) yang menutup pintu dan jendela mereka

setelah magrib.

6. Hanya 23 responden (49%) yang menutup tempat penampungan

air.

7. Hanya 4 responden (9%) yang membersihkan saluran air.

8. Hanya 19 responden (40%) yang membawa anggota keluarga yang

demam ke tenaga kesehatan.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 71: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

4.2.2. Pemecahan Masalah

Pengetahuan

Memberikan penyuluhan kepada masyarakat Bakau Serip

tentang cara membuang sampah yang baik, manfaat banyak

cahaya di rumah, jangan menggantung baju di pintu,

penggunaan kawat kasa agar menghalangi nyamuk masuk

ke dalam rumah, menutup tempat penampungan air agar

tidak menjadi media perkembang biakan nyamuk,

membersihkan saluran air, dan segera membawa anggota

keluarga yang demam ke tenaga kesehatan.

Tindakan

Memberikan suatu sarana pembuangan sampah berupa

TPSS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) kepada

masyarakat Bakau Serip Kelurahan Sambau agar dapat

membuang sampah yang benar dan pada tempatnya.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 72: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

5.1. Puskesmas Sambau Kecamatan Nongsa

5.1.1. Kesimpulan

1. Program Puskesmas ada, namun pada pembagian tugas kurang

maksimal yaitu Promkes, UPKM, P2M.

2. Kurangnya tenaga dan kader P2M, sehingga program P2M di

Puskesmas Sambau kurang maksimal.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit malaria, yang di

tambah dengan banyaknya penambangan pasir liar sehingga

memperbanyak tempat perindukan.

4. Jumlah penderita malaria dengan pemeriksaan darah lengkap pada

bulan desember laki-laki 3 orang dari total 43 0rang pada tahun

2011, perempuan 2 orang dari total 50 orang pada tahun 2011.

5. Angka kesakitan malaria sebanyak 93 orang dari jumlah total

35.372 penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sambau.

6. Kurangnya pelaporan N1 dan N4 dari POLINDES, PUSTU dan

BPS kepada puskesmas.

7. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan di

lingkungan mereka yang dimana salah satunya adalah masalah

sampah.

8. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam kunjungan

posyandu.

9. Kurangnya pemahaman dari sebagian masyarakat tentang manfaat

imunisasi.

10. Kurangnya keaktifan kader-kader posyandu sehingga

menyebabkan posyandu belum berjalan maksimal.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012

Page 73: Bab i,II,III,IV,V

Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau

5.1.2. Saran

1. Memperbaiki pembagian tugas disesuaikan dengan jumlah

program Puskesmas Sambau.

2. Memiliki jadwal P2M yang baik yang harus dipatuhi dan

dijalankan oleh petugas P2M, dan menambahkan Petugas P2M.

3. Melakukan penyuluhan dan koordinasi dengan lintas sektor

terkait tentang dampak penambangan pasir liar terhadap kesehatan

masyarakat.

4. Meningkatkan pemeriksaan darah lengkap terhadap penderita

yang di curigai malaria.

5. Menurangi angka kesakitan malaria dengan meningkatkan

pengobatan.

6. Meningkatkan sistem pencatatan dan pelaporan dari Pustu dan

Polindes ke Puskesmas

7. Memberikan penyuluhan akan pentingnya kebersihan di rumah

maupun di lingkungan.

8. Dilakukan tindakan berupa sweeping ke rumah-rumah secara

rutin setiap bulan setelah diadakannya posyandu di daerah yang telah

terjadwal.

9. Memberikan pemahaman lebih tentang imunisasi melalui

penyuluhan-penyuluhan.

10. Mengajak warga untuk berpartisipasi dalam peningkatan

pencapaian program-program puskesmas dilapangan melalui kegiatan-

kegiatan di posyandu.

KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012