lemdes resmi piroklastik

14
LEMBAR DESKRIPSI BATUAN BEKU PIROKLASTIK 1. Nama : Galang Virgiawan 2. Nim : 21100112120011 3. No Urut : 1 4. No Peraga Batuan : PR 03 5. Deskripsi Megaskopis Warna Batuan : Abu-abu Struktur : Vesikuler Skorian Tekstur : Gelasan Sortasi : Baik 6. Deskripsi Komposisi : Gelasan : 100 % 7. Petrogenesa : Pada batuan bernomor PR 03 ini memiliki struktur vesikuler skorian. Struktur vesikuler ini diakibatkan karena pada magma yang sedang membeku terbentuk gelembung-gelembung gas yang akhirnya membentuk lubang-lubang gas pada saat batuan itu telah membeku. Tipe endapan batuan ini adalah endapan jatuhan. Komposisinya langsung dari magma yang segar kemudian membeku. 8. Sketsa batuan : LABORATORIUM MINERALOGI & PETROLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Upload: galang-virgiawan

Post on 27-Oct-2015

94 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

f

TRANSCRIPT

LEMBAR DESKRIPSI BATUAN BEKU PIROKLASTIK

1. Nama : Galang Virgiawan2. Nim : 211001121200113. No Urut : 14. No Peraga Batuan : PR 035. Deskripsi Megaskopis

Warna Batuan : Abu-abu Struktur : Vesikuler Skorian Tekstur : Gelasan Sortasi : Baik

6. Deskripsi Komposisi :Gelasan : 100 %

7. Petrogenesa :

Pada batuan bernomor PR 03 ini memiliki struktur vesikuler skorian. Struktur vesikuler

ini diakibatkan karena pada magma yang sedang membeku terbentuk gelembung-

gelembung gas yang akhirnya membentuk lubang-lubang gas pada saat batuan itu telah

membeku. Tipe endapan batuan ini adalah endapan jatuhan. Komposisinya langsung dari

magma yang segar kemudian membeku.

8. Sketsa batuan :

Foto 3.1. Nomor Peraga PR 03

3.1. Nama Batuan : tuff (W.T.G, 1954)

LABORATORIUM MINERALOGI & PETROLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGORO

gelasan

LEMBAR DESKRIPSI BATUAN BEKU PIROKLASTIK

1. Nama : Galang Virgiawan 2. Nim : 211001121200113. No Urut : 24. No Peraga Batuan : F175. Deskripsi Megaskopis

Warna Batuan : abu-abu Struktur : Masif Tekstur : gelasan Sortasi : Baik

6. Deskripsi Komposisi :Ash : 80 %Bomb : 20 %

7. Petrogenesa :

Pada batuan bernomor F17 ini memiliki struktur yang masif. Tipe endapan batuan ini

adalah endapan aliran. Asal komposisinya langsung dari magma yang essensial yaitu

magma yang segar dan juga dapat dilihat dari fragmennya yang hampir mirip.

8. Sketsa batuan :

Foto 3.4 Nomor Peraga F17

9. Nama Batuan : Tuff

Bomb

ash

LEMBAR DESKRIPSI BATUAN BEKU PIROKLASTIK

1. Nama : Galang Virgiawan 2. Nim : 211001121200113. No Urut : 34. No Peraga Batuan : 99P5. Deskripsi Megaskopis

Warna Batuan : Hitam kehijauan Struktur : Masif Tekstur : Gelasan Sortasi : Baik

6. Deskripsi Komposisi :Gelasan : 100%

7. Petrogenesa :

Pada batuan bernomor 99 P ini memiliki struktur yang masif. Struktur masif ini

diakibatkan karena pembekuan magma yang cepat. Pembekuan batuan ini terjadi diawali

dengan terlontarnya batuan ini dengan kecepatan yang sangat cepat ke dalam air yang

dekat dengan pusat erupsi sehingga batuan ini tidak sempat mengalami reaksi

gelembung-gelembung gas. Tipe endapan batuan ini adalah endapan jatuhan.

Komposisinya langsung dari magma yang keluar dari pusat erupsi (lava). Asal

komposisinya sendiri dari mineral-mineral primer

8. Sketsa batuan :

Foto 3.1. Nomor Peraga 99P

9. Nama Batuan : Obsidian

LABORATORIUM MINERALOGI & PETROLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGORO

gelasan

LEMBAR DESKRIPSI BATUAN BEKU PIROKLASTIK

1. Nama : Galang Virgiawan2. Nim : 211001121200113. No Urut : 44. No Peraga Batuan : PR 905. Deskripsi Megaskopis

Warna Batuan : Putih kecoklatan Struktur : Skoria Tekstur : Sortasi : Baik

6. Deskripsi Komposisi :Ash : 95 %Lapili : 5 %

7. Petrogenesa :

Pada batuan bernomor PR 90 ini memiliki struktur vesikuler skorian. Struktur vesikuler

ini diakibatkan karena pada magma yang sedang membeku terbentuk gelembung-

gelembung gas yang akhirnya membentuk lubang-lubang gas pada saat batuan itu telah

membeku. Tipe endapan batuan ini adalah endapan jatuhan. Komposisinya langsung dari

magma yang segar kemudian membeku.

8. Sketsa batuan :

Foto 3.3. Nomor Peraga PR 909. Nama Batuan : Tuff

BAB V

LABORATORIUM MINERALOGI & PETROLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGORO

Vesikuler skorian

PEMBAHASAN

Pada praktikum petrologi acara batuan piroklastik kali ini, pengamatan yang dilakukan

adalah pengamatan secara megaskopis dengan tujuan untuk menganalisis kemudian melakukan

pemerian nama batuan. Pada batuan ini dilakukan pengamatan warna, struktur, tekstur,

komposisi, petrogenesa, dan terakhir penamaan. Penamaan batuan kali ini berdasarkan W.T.G,

struktur batuan, dan Grabau dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

Pertama kita mengamati struktur dan tekstur pada batuan

Kedua kita mengamati kandungan komposisinya

Selanjutnya kita melakukan petrogenesa pada batuan

Selanjutnya kita melakukan penamaan berdasarkan data-data yang dari deskripsi

megaskopisnya

Pada praktikum ini praktikan saya meneliti 4 batuan..

5.1 Peraga No. PR 03

Pengamatan pada peraga batuan nomor PR 03 hanya mengandalkan kenampakan

fisik batuan yang terlihat oleh mata (megaskopis). dari hasil pengamatan tersebut, diperoleh

3 sifat fisik utama batuan, yaitu warna, tekstur, dan strukturnya.

Batuan ini memiliki warna abu-abu. Walaupun bisa diamati warnanya, tapi

kenampakan warna pada batuan ini tidak dapat menjadi dasar penentuan sifat dari magma

pembentuk batuan ini. Lubang-lubang gas pada tubuh batuan yang tidak teratur dan tidak

saling berhubungan menandakan bahwa batuan ini memiliki struktur vesikuler – skorian.

Batuan ini hanya terdiri massa gelas. Dari kristalinitasnya, dapat diamati bahwa

batuan ini bersifat holohyalin, artinya artinya penyusun batuan ini hanya berupa massa

gelas. Sifat holohyalin ini terjadi karena pada saat batuan ini terbentuk tidak ada suatu

mineral-mineral yang terbawa ketika magma asal batuan ini keluar dari permukaan bumi.

Proses pembentukan batuan ini karena pada magma yang merupakan silikat terdapat

suatu gelembung-gelumbung. Gelumbung-gelembung ini adalah gelembung oksigen yang

berasal dai silikat itu sendiri karena rumus kimia silikat Si..O.. yang berarti O-nya tersebut

adalah oksigen. Lalu gelembung tadi terbentuk karena suatu suhu yang sangat panas yang

tedapat di dalam bumi. Seperti yang kita tahu bahwa suhu di dalam magma yang paling

bawah sangat panas. Suhu inilah yang menciptakan gelembung-gelembung oksigen pada

magma tersebut. Lalu magma yang tedapat gelembung-gelembung oksigen tadi keluar

akibat suatu letusan gunung api dan kemudian terlontar namun jarak terlontarnya tidak

terlalu jauh. Jarak lontaran yang tidak jauh inilah yang membentuk struktur skorian pada

batuan ini.

Dari proses pembentukannya, dapat diketahui bahwa batuan ini terbentuk dari

mekanisme endapan jatuhan (fall). Material piroklastik yang dilontarkan ke udara dari pusat

erupsi sementara akan tersuspensi. Selanjutnya material tersebut jatuh ke bawah dan

terakumulasi membentuk endapan piroklastik jatuhan. .

Jenis magma pada batuan ini termasuk kedalam jenis magma yang bersifat

intermediet karena asal magmanya dari magma yang kental. Batuan ini terbentuk oleh

magma yang sifat intermediet, sehingga pada magma ini bersifat agak kental dan

mempunyai tekanan yang sedang, dan pada saat terjadi proses pembekuan akibat tekanan

yang sedang terdapat udara-udara yang terjebak di dalamnya dan saling menekan dengan

intensitas yang sedang akibat tekanan yang sedang tersebut, sehingga saat terjadi

pembukuan batuan ini berstruktur vesikuler yang bertipe skorian. Dan menjadikan batuan ini

sebagai batuan piroklastik yang bersifat intermediet

Berdasarkan sifat fisiknya, batuan ini memiliki nama skoria. Sedangkan menurut

William, Turner, dan Gilbert (1954), karena penyusun utama batuan ini terdiri dari gelas,

maka batuan ini memiliki nama tuff.

5.2 Peraga No. F17

Pada peraga batuan nomor F17 ini memiliki warna putih keabu-abuan. Walaupun

bisa diamati warnanya, tapi kenampakan warna pada batuan ini tidak dapat menjadi dasar

penentuan sifat dari magma pembentuk batuan ini Tidak tampak adanya lubang-lubang

sehingga dapat diketahui bahwa struktur batuan ini adalah masif. Sortasi pada batuan ini

termasuk buruk.

Batuan ini hanya terdiri massa gelas. Dari kristalinitasnya, dapat diamati bahwa

batuan ini bersifat holohyalin, artinya artinya penyusun batuan ini hanya berupa massa

gelas. Sifat holohyalin ini terjadi karena pada saat batuan ini terbentuk tidak ada suatu

mineral-mineral yang terbawa ketika magma asal batuan ini keluar dari permukaan bumi.

Ukuran fragmen pada batuan ini adalah ± 3 mm. Asal fragmennya berasal dari magma yang

essential.

Dilihat dari kenampakan fisiknya, dapat diindikasikan bahwa proses pembentukan

batuan ini terjadi ketika magma yang keluar lalu mengalur turun dari pusar erupsi.

Kemudian magma yang mengalir tadi masuk kedalam air dan membeku dengan cepat di

dalam air tersebut. Peristiwa ini mengakibatkan gas dalam material piroklastik terjebak dan

tidak sempat membentuk lubang-lubang gas. Masuknya material piroklastik ke perairan juga

mengakibatkan proses pembekuannya berlangsung sangat cepat, sehingga pembekuan

tersebut tidak menghasilkan mineral dan hanya membentuk massa gelas dan juga terbentuk

fragmen dari magma yang bersifat essensial tadi.

Dari proses pembentukannya, dapat diketahui bahwa batuan ini terbentuk dari

mekanisme endapan aliran.

Berdasarkan sifat fisiknya, batuan ini memiliki nama tuff kasar. Sedangkan menurut

William, Turner, dan Gilbert (1954), karena penyusun utama batuan ini terdiri dari gelas,

maka batuan ini memiliki nama tuff.

5.3 Peraga No. 99 P

Pada peraga batuan nomor 99 P sebenarnya batuan ini tidak berwarna (bening),

meskipun tampak agak kehijauan, batuan ini sebenarnya bening. Warna hijau dari batuan ini

karena komposisi silika pada batua tersebut yang menyebabkan dia berwarna hijau. Tidak

tampak adanya lubang-lubang gas ataupun fragmen batuan lain di dalam tubuh batuan ini.

Sehingga dapat diketahui bahwa struktur batuan ini adalah massive.

Batuan ini hanya terdiri massa gelas. Dari kristalinitasnya, dapat diamati bahwa

batuan ini bersifat holohyalin, artinya penyusun batuan ini hanya berupa massa gelas. Sifat

holohyalin ini terjadi karena pada saat batuan ini terbentuk tidak ada suatu mineral-mineral

yang terbawa ketika magma asal batuan ini keluar dari permukaan bumi.

Dilihat dari kenampakan fisiknya, dapat diindikasikan bahwa proses pembentukan

batuan ini agak berbeda dengan produk piroklastik lain seperti skoria daan pumice.

Persamaannya terletak pada tempat material piroklastik ini berasal. Ketiganya sama-sama

terlontar dari pusat erupsi ke udara dan jatuh ke permukaan bumi. Hanya saja, untuk batuan

ini, material piroklastik terlontar dalam jarak yang pendek dan kemudian langsung jatuh ke

wilayah perairan. Peristiwa ini mengakibatkan gas dalam material piroklastik terjebak dan

tidak sempat membentuk lubang-lubang gas. Masuknya material piroklastik ke perairan juga

mengakibatkan proses pembekuannya berlangsung sangat cepat, sehingga pembekuan

tersebut tidak menghasilkan mineral dan hanya membentuk massa gelas.

Dari proses pembentukannya, dapat diketahui bahwa batuan ini terbentuk dari

mekanisme endapan jatuhan (fall). Material piroklastik yang dilontarkan ke udara dari pusat

erupsi sementara akan tersuspensi. Selanjutnya material tersebut jatuh ke bawah dan

terakumulasi membentuk endapan piroklastik jatuhan.

Jenis magma pada batuan ini termasuk kedalam jenis magma yang bersifat asam

karena asal magmanya dari magma yang sangat kental. Batuan ini tebentuk oleh magma

yang bersifat asam, sehingga magmanya bersifat pekat dan mempunyai tekanan yang tinggi,

dan pada saat terjadi proses pembekuan akibat tekanan yang tinggi terdapat udara-udara

yang terjebak di dalamnya dan saling menekan akibat tekanan yang tinggi, sehingga saat

terjadi pembekuan batuan ini berstruktur masif. Dan menjadikan batuan ini sebagai batuan

piroklastik yang bersifat asam. Tipe letusan yang mengakibatkan terbentuknya batuan ini

adalah tipe letusan explosive. Tipe letusan explosive ini memang menghasilkan sifat magma

yang asam hingga intermediet.

Berdasarkan Russel B. Travis (1955), batuan ini memiliki nama obsidian.

Sedangkan menurut William, Turner, dan Gilbert (1954), karena penyusun utama batuan ini

terdiri dari gelas, maka batuan ini memiliki nama tuff.

5.4 Peraga No. PR 90

Pengamatan pada peraga batuan nomor PR 90 hanya mengandalkan kenampakan

fisik batuan yang terlihat oleh mata (megaskopis). dari hasil pengamatan tersebut, diperoleh

3 sifat fisik utama batuan, yaitu warna, tekstur, dan strukturnya.

Batuan ini memiliki warna hitam. Walaupun bisa diamati warnanya, tapi

kenampakan warna pada batuan ini tidak dapat menjadi dasar penentuan sifat dari magma

pembentuk batuan ini. Lubang-lubang gas pada tubuh batuan yang tidak teratur dan tidak

saling berhubungan menandakan bahwa batuan ini memiliki struktur vesikuler – skorian.

Batuan ini hanya terdiri massa gelas. Dari kristalinitasnya, dapat diamati bahwa

batuan ini bersifat holohyalin, artinya artinya penyusun batuan ini hanya berupa massa

gelas. Sifat holohyalin ini terjadi karena pada saat batuan ini terbentuk tidak ada suatu

mineral-mineral yang terbawa ketika magma asal batuan ini keluar dari permukaan bumi.

Proses pembentukan batuan ini karena pada magma yang merupakan silikat terdapat

suatu gelembung-gelumbung. Gelumbung-gelembung ini adalah gelembung oksigen yang

berasal dai silikat itu sendiri karena rumus kimia silikat Si..O.. yang berarti O-nya tersebut

adalah oksigen. Lalu gelembung tadi terbentuk karena suatu suhu yang sangat panas yang

tedapat di dalam bumi. Seperti yang kita tahu bahwa suhu di dalam magma yang paling

bawah sangat panas. Suhu inilah yang menciptakan gelembung-gelembung oksigen pada

magma tersebut. Lalu magma yang tedapat gelembung-gelembung oksigen tadi keluar

akibat suatu letusan gunung api dan kemudian terlontar namun jarak terlontarnya tidak

terlalu jauh. Jarak lontaran yang tidak jauh inilah yang membentuk struktur skorian pada

batuan ini.

Dari proses pembentukannya, dapat diketahui bahwa batuan ini terbentuk dari

mekanisme endapan jatuhan (fall). Material piroklastik yang dilontarkan ke udara dari pusat

erupsi sementara akan tersuspensi. Selanjutnya material tersebut jatuh ke bawah dan

terakumulasi membentuk endapan piroklastik jatuhan. .

Jenis magma pada batuan ini termasuk kedalam jenis magma yang bersifat

intermediet karena asal magmanya dari magma yang kental. Batuan ini terbentuk oleh

magma yang sifat intermediet, sehingga pada magma ini bersifat agak kental dan

mempunyai tekanan yang sedang, dan pada saat terjadi proses pembekuan akibat tekanan

yang sedang terdapat udara-udara yang terjebak di dalamnya dan saling menekan dengan

intensitas yang sedang akibat tekanan yang sedang tersebut, sehingga saat terjadi

pembukuan batuan ini berstruktur vesikuler yang bertipe skorian. Dan menjadikan batuan ini

sebagai batuan piroklastik yang bersifat intermediet

Berdasarkan sifat fisiknya, batuan ini memiliki nama skoria. Sedangkan menurut

William, Turner, dan Gilbert (1954), karena penyusun utama batuan ini terdiri dari gelas,

maka batuan ini memiliki nama tuff.