jurnal piroklastik ryando perdana

21
ANALISIS SEJARAH KENDALISADA DAN PERBEDAAN GENESA PADA BATUAN PENYUSUN SINGKAPANNYA DENGAN DAERAH BANDUNGAN, UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG RYANDO PERDANA Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro [email protected] ABSTRAK Kendalisada adalah sebuah daerah dengan kadar endapan material gunung api yang cukup banyak.Endapan material gunung api tersebut berasal dari Gunung Ungaran purba yang telah meletus puluhan ribu tahun silam dan melontarkan material vulkaniknya keseluruh daerah disekitarnya. Kendalisada berasal dari Gunung Ungaran purba berjenis strato. Erupsi Kaldera Gunung Ungaran diawali dengan proses hancurnya kepundan (kubah lava), dan erupsi tersebut dimungkinkan tidak terlalu tinggi hingga disertai runtuhan material piroklastik dan akhrinya menyebabkan terbentuknya Kendalisada ini.Sedangkan lontaran material vulkaniknya pada suatu masa mengendap disuatu daerah bernama Bandungan dan menciptakan suatu singkapan batuan yang berasal dari endapan material piroklastik tersebut.Dimana pada observasi lapangan yang sebelumnya sudah pernah dilakukan ditemukan adanya singkapan batuan dengan dimensi yang sangat besar sekitar 10 x 8 meter, dan keseluruhannya terdiri atas material sedimen dan sebagian besar terdri dari endapan dan 1

Upload: muhammad-danu-dirja

Post on 01-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ryando

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

ANALISIS SEJARAH KENDALISADA DAN PERBEDAAN

GENESA PADA BATUAN PENYUSUN SINGKAPANNYA

DENGAN DAERAH BANDUNGAN, UNGARAN, KABUPATEN

SEMARANG

RYANDO PERDANA

Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro

[email protected]

ABSTRAK

Kendalisada adalah sebuah daerah dengan kadar endapan material gunung api

yang cukup banyak.Endapan material gunung api tersebut berasal dari Gunung Ungaran

purba yang telah meletus puluhan ribu tahun silam dan melontarkan material

vulkaniknya keseluruh daerah disekitarnya. Kendalisada berasal dari Gunung Ungaran

purba berjenis strato. Erupsi Kaldera Gunung Ungaran diawali dengan proses hancurnya

kepundan (kubah lava), dan erupsi tersebut dimungkinkan tidak terlalu tinggi hingga

disertai runtuhan material piroklastik dan akhrinya menyebabkan terbentuknya

Kendalisada ini.Sedangkan lontaran material vulkaniknya pada suatu masa mengendap

disuatu daerah bernama Bandungan dan menciptakan suatu singkapan batuan yang

berasal dari endapan material piroklastik tersebut.Dimana pada observasi lapangan yang

sebelumnya sudah pernah dilakukan ditemukan adanya singkapan batuan dengan

dimensi yang sangat besar sekitar 10 x 8 meter, dan keseluruhannya terdiri atas material

sedimen dan sebagian besar terdri dari endapan dan lontaran material gunung api seperti

abu dan tuff yang terkompaksi dengan baik dalam jangka waktu geologi yang cukup

lama.Dimana dalam pembentukan singkapan tersebut terbentuk akiat aliran lahar yang

mengerus dan mengerosi lapisan top side atau palng atas pada zaman dahulunya.Namun

karena waktu yang lama, pada suatu masa terjadi letusan vulkanik dari Gunung Ungaran

purba yang mengalirkan laharnya keluar permukaan dan mengerus lapisan paling atas

ini dan menyebakan lapisan ini terbakar yang mana sering disebut sebagai tanah

terbakar.Seiring berjalannya waktu lapisan lahar ini mendingin dan membentuk lapisan

batuan yang baru, dan terus menerus mengalami penekanan akibat pengendapan baru

lapisan yang terus terbentuk diatasnya dan pada akhrinya lapisan paling bawah menjadi

1

Page 2: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

basement atau lapisan dasar, yang mana sekaligus mejadi lapisan yang paling kompak

akibat penekanan dari lapisan diatasnya dalam senggang waktu yang sangat lama.

PENDAHULUAN

Peninjauan dan observasi wilayah

material piroklastik ini diadakan dengan

melihat langsung menggunakan metode

pratikum lapangan yang bertujuan untuk

dapat memahami penamaan dan klasifikasi

batuan piroklastik. Dapat mendeskripsikan

mineral dalam batuan piroklastik secara

megaskopis.Dapat menentukan struktur,

tekstur, komposisi penyusun, dan genesa

batuan piroklastik.Dapat menentukan nama

batuan piroklastik berdasarkan klasifikasi

yang ada (Thorpe & Brown, 1965), dan

Pettijohn (1975).Praktikum lapangan ini

dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 2

November 2012 degan kesampaian daerah

dari kampus Teknik Geologi sekitar 1 jam

30menit.Dimana pada observasi lapangan

yang sebelumnya dilakukan ditemukan

adanya singkapan batuan dengan

dimensi yang sangat besar sekitar 30 x

15 meter, dan keseluruhannya terdiri atas

material sedimen dan sebagian besar

terdri dari endapan dan lontaran material

gunung api seperti abu dan tuff yang

terkompaksi dengan baik dalam jangka

waktu geologi yang cukup lama dan

dilapisan pada singkapan tersebut juga

terdaat sisipan tekstur breksi akibat

aliran lahar.

GEOLOGI REGIONAL UNGARAN,

KABUPATEN SEMARANG DAN

SEKITARNYA

Fisiografi Gunung Ungaran

Awal mula pembicaraan

fisiografi Gunung Ungaran adalah

berasal dari fisografi Pegunungan unung

Serayu Utara bagian timur.Dimana

fisiografi Pegunungan Serayu Utara

dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian

barat (Bumiayu), bagian tengah

(Karangkobar) dan bagian timur

(Ungaran) (Gambar 2.1). Dalam

Bemmelen (1970) diuraikan bahwa

stratigrafi regional Pegunungan Serayu

Utara bagian timur (Gunung Ungaran

dan sekitarnya) dari yang tertua adalah

sebagai berikut:

1.Lutut Beds Endapan ini berupa

konglomerat dan batugamping dengan

fosil berupa Spiroclypeus, Eulipidina,

Miogypsina dengan penyebaran yang

sempit. Endapan ini menutupi endapan

Eosen yang ada di bawahnya.endapan ini

berumur Oligo-Miosen.

2. Merawu Beds Endapan ini

merupakan endapan flysch yang berupa

perselangselingan lempung serpihan,

batupasir kuarsa dan batupasir tufaan

2

Page 3: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

dengan fosil Lepidocyclina dan

Cycloclypeus. Endapan ini berumur

Miosen Bawah.

3. Panjatan Beds Endapan ini

berupa lempung serpihan yang relatif

tebal dengan kandungan fosil

Trypliolepidina rutteni, Nephrolepidina

ferreroi PROV., N. Angulosa Prov.,

Cycloclypeus sp., Radiocyclocypeus

TAN., Miogypsina thecideae formis

RUTTEN. Fosil yang ada menunjukkan

Miosen Tengah.

4. Banyak Beds Endapan ini

berupa batupasir tufaan yang diendapkan

pada Miosen Atas.

5.Cipluk Beds Endapan ini

berada di atas Banyak Beds yang berupa

napal yang berumur Miosen Atas.

6. Kapung Limestone

Batugamping tersebut diendapkan pada

Pliosen Bawah dengan dijumpainya fosil

Trybliolepidina dan Clavilithes sp.

Namun fosil ini kelimpahannya sangat

sedikit.

7. Kalibluk Beds Endapan ini

berupa lempung serpihan dan batupasir

yang mengandung moluska yang

mencirikan fauna cheribonian yang

berumur Pliosen Tengah.

8.Damar Series Endapan ini

merupakan endapan yang terbentuk pada

lingkungan transisi. Endapan yang ada

berupa tuffaceous marls dan batupasir

tufaan yang mengandung fosil gigi

Rhinocerous, yang mencirikan

Pleistosen awal-Tengah.

9.Notopuro Breccias Endapan ini

berupa breksi vulkanik yang menutupi

secara tidak selaras di atas endapan

Damar Series. Endapan ini terbentuk

pada Pleistosen Atas.

10.Alluvial dan endapan Ungaran

Muda Endapan ini merupakan endapan

alluvial yang dihasilkan oleh proses erosi

yang terus berlangsung sampai saat ini

(Holosen). Selain itu juga dijumpai

endapan breksi andesit yang merupakan

produk dari Gunung Ungaran Muda.

Menurut Budiardjo et. al. (1997),

stratigrafi daerah Ungaran dari yang tua

ke yang muda (Gambar 2.2) adalah

sebagai berikut :

1.Batugamping volkanik

2.Breksi volkanik III

3.Batupasir volkanik

4.Batulempung volkanik

5.Lava andesitic

6.Andesit porfiritik

7.Breksi volkanik II

8.Breksi volkanik I

9.Andesit porfiritik

10.Lava andesit

11.Aluvium

3

Page 4: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

Tektonika Pembentuk Gunung

Ungaran

Gunung Ungaran selama

perkembangannya mengalami ambrolan-

tektonik yang diakibatkan oleh

pergeseran gaya berat karena dasarnya

yang lemah (Gambar 2.3).Gunung

Ungaran tersebut memperlihat- kan dua

angkatan pertumbuhan yang dipisahkan

oleh dua kali robohan (Zen dkk., 1983).

Ungaran pertama menghasilkan batuan

andesit di Kala Pliosen Bawah, di

Pliosen Tengah hasilnya lebih bersifat

andesit dan berakhir dengan robohan.

Daur kedua mulai di Kala Pliosen Atas

dan Holosen. Kegiatan tersebut

menghasilkan daur ungaran kedua dan

ketiga.Struktur geologi daerah Ungaran

dikontrol oleh struktur runtuhan

(collapse structure) yang memanjang

dari barat hingga tenggara dari Ungaran.

Batuan volkanik penyusun pre-caldera

dikontrol oleh sistem sesar yang berarah

barat laut-barat daya dan tenggara-barat

daya, sedangkan batuan volkanik

penyusun post-caldera hanya terdapat

sedikit struktur dimana struktur ini

dikontrol oleh sistem sesar regional

(Budiardjo et al. 1997).

METODOLOGI

Alat dan Bahan

1 Alat

1) Palu beku dan sedimen

2) Kompas geologi

3) Alat tulis

4) Clipboard

2 Bahan

1) Buku Lapangan

2) HCl

Cara kerja

1) Menuju Daerah Bandungan, Ungaran,

Kabupaten Semarang.

2) Pengamatan di daerah Bandungan,

Ungaran, Kabupaten Semarang dalam

satu STA.

3) Di lokasi pengamatan, terlebih dahulu

dilakukan pendeskripsian bersama

dibantu asisten dosen.

4) Pengamatan selanjutnya dilakukan oleh

masing-masing kelompok pada lokasi

pengamatan yang telah ditentukan asisten

dosen.

5) Pengamatan masing-masing kelompok

melipiuti pengukuran strike & dip,

pengamatan litologi lebih dekat, dan

pengamatan geologi struktur pada lokasi

pengamatan yang ditentukan.

6) Melengkapi data-data pada buku catatan

lapangan dan mempelajarinya.

4

Page 5: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

DESKRIPSI LABORATORIUM

Batuan Peraga No. 94

Deskripsi Megaskopis :

- No.Batuan: 94

- Warna : Hitam

- Struktur : Masif

- Tekstur : Glassy

Komposisi Mineral :

- Spirulit (cikal bakal Plagioklas)

Petrogenesa :

Batuan dengan No.peraga 94

ini terbentuknya kemungkinan diluar

dekat dengan permukaan (daerah

vulkanik) namun sebelum mebeku dan

terbetuk batuannya, dia sempat

membentuk spirulit yaitu cikal bakal

plagioklas, namun karena magma

pembentuknya membeku dengan

cepat, maka spirulit tidak sempat

terbentuk sempurna.

Nama Batuan :

Obsidian (Thorpe & Brown, 1962)

Batuan Peraga No. 99x

Deskripsi Megaskopis :

- No.Batuan: 99x

- Warna : Hijau

- Struktur : Masif

- Tekstur : Glassy

Komposisi Mineral :

- Gelasan 100%

Petrogenesa :

Batuan dengan No.peraga 99x

ini terbentuknya kemungkinan diluar

dekat dengan permukaan (daerah

vulkanik). Pada batuan ini mineral

tidak terbentuk karena magma yang

membentuknya membeku dengan

sangat cepat, dimana pada saat

sebelum membeku terjadi aliran lava

dan mengalami kontak dengan air,

kemudian membentuk struktur dan

tekstur seperti batuan ini,

Nama Batuan :

Obsidian (Thorpe & Brown, 1962)

Batuan Peraga No. 46

Deskripsi Megaskopis :

- No.Batuan: 46

- Warna : Hitam

- Struktur : Vesikuler (Scorian)

- Tekstur : Glassy

Komposisi Mineral :

- Tidak terdapat mineral karena

struktur berupa vesikuler

Petrogenesa :

Batuan dengan No.peraga 46

ini terbentuknya kemungkinan diluar

akibat lontaran dengan cepat

membekukan batuan ini, sehingga

magma yang membentuknya menge-

luarkan gas-gas karena tekanan udara

dan akhirnya membentuk lubang-

lubang gas.

5Nama Batuan :

Scoria (Thorpe & Brown, 1962)

5

Page 6: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

Batuan Peraga No. T-0

Deskripsi Megaskopis :

- No.Batuan: T-0

- Warna : Hijau

- Struktur : Masif

- Tekstur : Fragmental

Komposisi Mineral :

- Abu (< 2 mm) 15%

- Lapili (2 - 64 mm) 70%

- Blok dan Bom (>64 mm) 15%

Petrogenesa :

Batuan dengan No.peraga T-0

ini terbentuknya saat gunung meletus

dan mengeluarkan maerial vulaknik

berupa abu vulkanik dan material

lainnya seperti lapilli sehingga pada

suatu saat material yang berat akan

lebih dahulu jatuh dan yang agak

ringan akan terlontar cukup jauh,

sehingga akhirnya terakumulasi pada

suatu wilayah dan membentuk batuan

ini dengan komposisi gabungan antar

tuff dan lapilli.

Nama Batuan :

Tuff Lapili (Fisher, 1966)

Batuan Peraga No. T-0

Deskripsi Megaskopis :

- No.Batuan: T-0

- Warna : Hijau

- Struktur : Masif

- Tekstur : Fragmental

Komposisi Mineral :

- Abu (< 2 mm) 15%

- Lapili (2 - 64 mm) 70%

- Blok dan Bom (>64 mm) 15%

Petrogenesa :

Batuan dengan No.peraga T-0

ini terbentuknya saat gunung meletus

dan mengeluarkan maerial vulaknik

berupa abu vulkanik dan material

lainnya seperti lapilli sehingga pada

suatu saat material yang berat akan

lebih dahulu jatuh dan yang agak

ringan akan terlontar cukup jauh,

sehingga akhirnya terakumulasi pada

suatu wilayah dan membentuk batuan

ini dengan komposisi gabungan antar

tuff dan lapilli.

Nama Batuan :

Tuff Lapili (Fisher, 1966)

Batuan Peraga No. T-0

Deskripsi Megaskopis :

- No.Batuan: T-0

- Warna : Hijau

- Struktur : Masif

- Tekstur : Fragmental

Komposisi Mineral :

- Abu (< 2 mm) 15%

- Lapili (2 - 64 mm) 70%

- Blok dan Bom (>64 mm) 15%

Petrogenesa :

Batuan dengan No.peraga T-0

ini terbentuknya saat gunung meletus

dan mengeluarkan maerial vulaknik

6

Page 7: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

berupa abu vulkanik dan material

lainnya seperti lapilli sehingga pada

suatu saat material yang berat akan

lebih dahulu jatuh dan yang agak

ringan akan terlontar cukup jauh,

sehingga akhirnya terakumulasi pada

suatu wilayah dan membentuk batuan

ini dengan komposisi gabungan antar

tuff dan lapilli.

Nama Batuan :

Tuff Lapili (Fisher, 1966)

DESKRIPSI LAPANGAN

Pendeskripsian lapangan pertama

dilakukan di STA (Stasiun Pengamatan)

1 di daerah Kendalisada, Ungaran,

Semarang, dengan deskripsi lapangan

sebagai berikut :

Kesampaian daerah: 1 jam 15 menit

dari kampus Tembalang.

Lokasi: Kendalisada, Ungaran,

Semarang

Bentang alam: Vulkanik

Bentuk lahan: Struktural (Intrusi)

Morfologi: Tebing terjal

Dimensi: 20 x 10 meter

Litologi:

Struktur: masif

Tekstur:

- Granularitas: Holokristalin

- Hubungan antar kristal:

Inequigranular

(porfirofanerik)

- Bentuk kristal: Subhedral

- Ukuran butir: kecil

- Komposisi mineral batuan:

1.Biotit(15%)

2.Plagioklas(40%)

3.Kuarsa(10%)

4.Fenoklis (mineral afanit)

(35%)

Nama batuan : Andesit Porfir

(Thorpe & Brown, 1985)

Potensi (+): Tambang batu dan

bahan bangunan

Potensi (-): Longsor

Tata guna lahan: Observasi

geologi

Morfogenesa: Singkapan pada

STA 1 ini terbentuk akibat intrusi

magma yang menerobos lapisan

batuan dan menyebabkan batuan

disekitarnya mengalami peruba-

han komposisi kimia dan

terlapukkan , adapun yang

menjadi intrusi magma itu

sekarang adalah batuan beku

intrusif dengan nama Andesit

Porfir (Thorpe & Brown, 1985)

7

Page 8: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

Pendeskripsian lapangan kedua

dilakukan di STA (Stasiun Pengamatan)

3 di daerah Kendalisada, Ungaran,

Semarang, dengan deskripsi lapangan

sebagai berikut :

Kesampaian daerah: 30 menit dari

STA 1

Lokasi: Kendalisada, Ungaran,

Semarang

Bentang alam: Vulkanik

Morfologi: Perbukitan

Dimensi: 15 x 8 meter

Litologi:

Struktur: Fragmental

Tekstur:

- Granularitas: Holohyalin

- Hubungan antar kristal:

- Jenis batuan: Piroklastik

Nama batuan: Tuff Lapilli

(Fisher, 1966)

Nama batuan : Andesit

Terlapukan (Ubahan Andesit

akibat pengaruh fluida panas

yang merubah komposisi kimia

dari batuan tersebut)

Nama batuan: Batulempung

Teralterasi (Terdiri dari mineral-

mineral lempung yang sudah

teraltersai akibat ubahan dari

pengaruh fluida panas yang

merubah komposisi kimia dari

batuan tersebut, missal seperti

dolomit, dll.)

Potensi (+): Tambang batu

Potensi (-): Longsor

Tata guna lahan: Observasi

geologi

Morfogenesa: Singkapan pada

STA 2 ini terbentuk akibat

pengaruh intrusi magma yang

terdapat pada STA 1 yang

mempengaruhi daerah sekitarnya

yaitu STA 2 ini, dimana pada

daerah ini terdapat mineral-

mineral lempung yang teralterasi,

sehingga diidentifikasi didaerah

ini terdpat adanya akumulasi

fluida (akuifer), dan disini juga

terdapat batuandesit yang sudah

terlapukkan akibat magma yang

menerobos lapisan batuan tadi,

sehingga batuan disekitarnya

menjadi terlapukkan karena suhu

magma yang tinggi.

Pendeskripsian lapangan ketiga

dilakukan di STA (Stasiun Pengamatan)

3 di daerah Bandungan, Ungaran,

Semarang, dengan deskripsi lapangan

sebagai berikut :

Kesampaian daerah: 30 menit dari

STA 2

8

Page 9: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

Lokasi: Bandungan, Ungaran,

Semarang

Bentang alam: Vulkanik

Morfologi: Tebing terjal

Dimensi: 10 x 8 meter

Litologi:

Struktur: Fragmental

Tekstur:

- Granularitas: Holohyalin

- Hubungan antar kristal:

- Jenis batuan: Piroklastik

Nama batuan: Tuff Lapilli

(Fisher, 1966)

Nama batuan : Fragmen Andesit

(Andesit yang hanya dalm bentuk

fragmen terdapat pada lapisan

akumulasi abu vulkaik yang

sudah terkompaksi)

Nama batuan: Fragmen Tuff

(Tuff yang hanya dalm bentuk

fragmen terdapat pada lapisan

akumulasi abu vulkaik yang

sudah terkompaksi)

Nama batuan: Abu Vulkanik

(Akumulasi material pirokastik

dari lontaran gunung api yang

berukuran halus yaitu < 2mm dan

terkompaksi seiring berjalannya

waktu yang sangat lama,

sehingga menjadi terkompaksi

pada daerah singkapan ini)

Nama batuan: Paleosoil

(merupakan tanah yang

dahulunya adalah topside, namun

karena ada aliran lahar maka

tanah tersebut terbakar dan

membakar pohon-pohon yang

ada pada tanah tersebut, dengan

seiring berjalannya waktu terjadi

sedimentasi lagi secara terus-

menerus pada lapisan diatasya

yang menekan tanah bekas

terbakar tadi, sehingga tanah

tersebut terkompaksi dan

membentuk seperti lapisan

tersendiri, pada fakta lapangan

kelihatan sepeti batas kontak)

Potensi (+): Perkebunan

Potensi (-): Longsor

Tata guna lahan: Observasi geologi

Morfogenesa: Singkapan pada STA

3 ini terbentuk akibat adanya

perlapisan antara abu vulkanik pada

lapisan paling bawah dan padanya

terdapat adanya fragmen andesit dan

tuff yang diidentifikasi lebih

terbentuk dahulu dibanding lapisan

abu vulkanik itu sendiri kemudian

disusul diatasnya palesoil yaitu

merupakan tanah yang dahulunya

adalah topside, namun karena ada

aliran lahar maka tanah tersebut

terbakar, dengan seiring berjalannya

9

Page 10: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

waktu terjadi sedimentasi lagi

secara terus-menerus pada lapisan

diatasya yang terus menekan,

sehingga tanah tersebut terkompaksi

dan membentuk seperti lapisan

tersendiri, pada fakta lapangan

kelihatan sepeti batas kontak,

kemudian diatasnya ada lapisan

bresksi sedimen yang kelihatan

lebih kompak lagi disbanding

lapisan dibawahnya, kemudian

diatasnya ada lagi lapisan dengan

material yang lebih halus lagi dan

terakhir berupa topsoil.

PEMBAHASAN

Kendalisada adalah sebuah

daerah dengan kadar endapan material

gunung api yang cukup banyak.Endapan

material gunung api tersebut berasal dari

Gunung Ungaran purba yang telah

meletus puluhan ribu tahun silam dan

melontarkan material vulkaniknya

keseluruh daerah disekitarnya.

Kendalisada berasal dari Gunung

Ungaran purba berjenis strato. Erupsi

Kaldera Gunung Ungaran diawali

dengan proses hancurnya kepundan

(kubah lava), dan erupsi tersebut

dimungkinkan tidak terlalu tinggi hingga

disertai runtuhan material piroklastik dan

akhrinya menyebabkan terbentuknya

Kendalisada ini.Sedangkan lontaran

material vulkaniknya pada suatu masa

mengendap disuatu daerah bernama

Bandungan dan menciptakan suatu

singkapan batuan yang berasal dari

endapan material piroklastik tersebut.

Menurut analisis geologi,

diketahui bahwasanya Kendalisada ini

adalah puncak daripada Gunung

Ungaran purba, sehingga bisa dikatakan

Gunung Ungaran pada dahulunya jauh

lebih tinggi daripada Gunung Ungaran

yang sekarang.

Adapun proses pembentukan

Kendalisada ini sendiri diinterpretasikan

karena adanya proses letusan yang

sangat dahsyat pada dahulunya yang

menyebabkan kaldera Gunung Ungaran

pecah berhamburan dan lama kelamaan

material letusan gunungnya mulai turun

dan terus turun sehingga menyebakan

Gunung Ungaran terus mengalami

penurunan ketinggian (Gambar 6.1).

Secara proses pembentukannya

adalah sebagai berikut :

10

Page 11: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

A. Kendalisada berasal dari Gunung

Ungaran purba berjenis strato.

Erupsi Kaldera Gunung Ungaran

diawali dengan proses hancurnya

kepundan (kubah lava), dan

erupsi tersebut dimungkinkan

tidak terlalu tinggi.

B. Erupsi ini berlanjut dan disertai

dengan runtuhan material

piroklastik meluncur melalui

lereng gunung api ini, (a), yang

kemudian disusul oleh pengen-

dapan material piroklastik.

Material piroklastik (b), yang

merupakan salah satu ciri khas

dari sebuah letusan kaldera.

C. Puncak letusan (klimaks) terjadi

dengan memuntahkan material

magma dalam jumlah besar,

disertai dengan pembentukan

kaldera runtuhan, yang dipicu

oleh berkurangnya massa batuan

akibat keluarnya magma ke

permukaan bumi secara cepat.

Pada tahap ini ciri endapan

letusan yang khas adalah kaya

akan fragmen-fragmen (c) yang

berasal dari proses perusakan

bagian kawah gunung api

tersebut yang berkaitan dengan

puncak letusan.

D. Erupsi masih berlangsung dengan

intensitas yang mulai menurun,

dan sistem kepundan telah

terbuka serta berlanjut dengan

proses pencapaian kesetim-

bangan secara berangsur.

Kemudian jika kita melihat pada

singkapan yang terdapat pada daerah

Kendalisada, dimana pada daerah ini

terdapat dua singkapan yang menjadi

catatan kunci sejarah daerah ini pada

masa dahulunya, (dilihat dari observasi

lapangan sebelumnya).

Dimana secara ilmu geologi

dapat dilihat bahwasanya pada

singkapan yang pertama dapat terbentuk

akibat intrusi magma yang menerobos

lapisan batuan dan menyebabkan batuan

disekitarnya mengalami perubahan

komposisi kimia dan terlapukkan.

Adapun yang menjadi intrusi magma itu

sekarang adalah batuan beku intrusif

dengan nama Andesit Porfir (Thorpe &

Brown, 1985).

Kemudian jika kita lihat pada

singkapan yang kedua diinterpretasikan

bahwsanya singkpan ini terbentuk akibat

pengaruh intrusi magma yang terdapat

pada singkapan 1 yang mempengaruhi

daerah sekitarnya yaitu singkapan 2 ini,

dimana pada daerah ini terdapat mineral-

mineral lempung yang teralterasi,

11

Page 12: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

sehingga diidentifikasi didaerah ini

terdpat adanya akumulasi fluida

(akuifer), dan disini juga terdapat

batuandesit yang sudah terlapukkan

akibat magma yang menerobos lapisan

batuan tadi, sehingga batuan disekitarnya

menjadi terlapukkan karena suhu magma

yang tinggi.

Kemudian jika kita bandingkan

dengan singkapan yang ada pada daerah

Bandungan, Ungaran, ternyata cara

pembentukan singkapannya jauh berbeda

dengan singkapan yang ada di

Kendalisada.Dimana secara morfo-

genesanya singkapan pada daerah

Bandungan, Ungaran ini terbentuk akibat

adanya perlapisan antara abu vulkanik

pada lapisan paling bawah dan padanya

terdapat adanya fragmen andesit dan tuff

yang diidentifikasi lebih terbentuk

dahulu dibanding lapisan abu vulkanik

itu sendiri kemudian disusul diatasnya

palesoil yaitu merupakan tanah yang

dahulunya adalah topside, namun karena

ada aliran lahar maka tanah tersebut

terbakar, dengan seiring berjalannya

waktu terjadi sedimentasi lagi secara

terus-menerus pada lapisan diatasya

yang terus menekan, sehingga tanah

tersebut terkompaksi dan membentuk

seperti lapisan tersendiri, pada fakta

lapangan kelihatan sepeti batas kontak,

kemudian diatasnya ada lapisan bresksi

sedimen yang kelihatan lebih kompak

lagi disbanding lapisan dibawahnya,

kemudian diatasnya ada lagi lapisan

dengan material yang lebih halus lagi

dan terakhir berupa topsoil.

KESIMPULAN

Singkapan pada daerah Kendalisada

terbentuk akibat endapan material

vulkanik dari letusan Gunung

Ungaran Purba.

Material piroklastik merupakan salah

satu ciri khas dari sebuah letusan

kaldera gunung api, dalam hal ini

yaitu Gunung Ungaran.

Puncak letusan (klimaks) terjadi

dengan memuntahkan material

magma dalam jumlah besar, disertai

dengan pembentukan kaldera

runtuhan.

Singkapan pada daerah Bandungan

terbentuk akibat akumulasi endapan

abu vulkanik dengan sisipan fragmen

andesit dan tuff yang memiliki umur

lebih tua daripada lapisannya dan

akibat adanya aliran lahar setelahnya

yang terus menerus setelahnya

mengalami sedimentasi sampai

akhirnya terbentuk singkapan batuan

yang terkompaksi.

12

Page 13: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

REFERENSI

Kusumadinata, K., 1979. Data Dasar

Gunungapi Indonesia. Direktorat

Vulkanologi. 819 h.

Pribadi A., dan Mulyadi E. 2007. Jurnal

Geologi Indonesia. Badan Geologi dan

Pusat Survei Geologi. Bandung.

Tim Asisten Petrologi. 2010. Panduan

Praktikum Petrologi.UNDIP : Semarang.

LAMPIRAN

Gambar 2.1 Sketsa fisiografi Pulau Jawa

bagian tengah (Bemmelen,1943 vide

Bemmelen, 1970, dengan modifikasi)

Gambar 2.2 Peta geologi regional daerah

Ungaran (Budiardjo, et. al., 1997)

Gambar 2.3 Blok diagram struktur volkano-

tektonik Ungaran Tua (akhir Pleistosen).

(Bemmelen,1943 vide Bemmelen, 1970 dengan

perubahan)

13

Page 14: Jurnal Piroklastik Ryando Perdana

Gambar 6.1 Ilustrasi mekanisme dan tahapan

erupsi Kaldera Gunung Ungaran

(dalam hasil / isi di atas).

14