praktikum 6 batuan piroklastik

Upload: shabrinamardaus

Post on 15-Oct-2015

631 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Laporan

TRANSCRIPT

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    1/27

    LAPORAN PRAKTIKUM

    MINERALOGI PETROLOGI

    ACARA 6

    BATUAN PIROKLASTIK DAN SEDIMEN 1

    (BATUAPUNG, BREKSI TUFF, KONGLOMERAT, OBSIDIAN DAN ZEOLIT)

    Disusun oleh:

    Nama : Shabrina Mardaus

    NIM : 114130088

    Plug : 6

    Asisten : 1. Gabriella Z. Z. Tudang

    2. Prime Handy Setyana

    3. Tirta Adi Putra

    LABORATORIUM MINERALOGI PETROLOGI

    PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

    YOGYAKARTA

    2014

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    2/27

    70

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Batuan Piroklastik

    Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yang

    dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi,

    dengan material penyusun dari asal yang berbeda (W. T. Huang, 1962, Williams,

    1982).

    A. Struktur

    Struktur batuan piroklastik seperti struktur batuan beku, namun untuk

    batuan piroklastik lebih kepada strukturskoria, vesikuler dan amigdaloidal.

    B. Tekstur

    Tekstur adalah kenampakan yang berhubungan dengan ukuran butir

    dan bentuk butir serta susunannya (Pettijohn, 1975 dalam Suharwanto

    2012). Pembahasan tekstur meliputi:

    1. Ukuran ButirPemerian ukuran butir didasarkan pada skala Wentmorth, 1922

    (dalam Suharwanto, 2012) yaitu:

    Tabel 6.1 Skala Wentworth

    Nama Butir Besar Butir (mm)

    Bongkah 256

    Brangkal 266 - 64

    Krakal 64 - 4

    Krikil 42

    Pasir sangat kasar 21

    Pasir kasar 11/2

    Pasir sedang 1/2 - 1/4Pasir halus 1/4 - 1/8

    Pasir sangat halus 1/81/16

    Lanau 1/161/256

    Lempung < 256

    2. PemilahanPemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun,

    bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahan

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    3/27

    71

    semakin baik (Suharwanto, 2012). Dalam pemilahan dipakai batasan-

    batasan sebagai berikut:

    a. Pemilahan baikb. Pemilahan sedangc. Pemilahan buruk

    3. KebundaranKebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran.

    Terdapat banyak variasi dari bentuk batuan, untuk perbandingan

    sebagai berikut:

    a. Membundar baik: semua permukaan konveks, hampirequidimensional, speroidal

    b. Membundar: permukaan umumnya bundar, ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar

    c. Membundar tanggung: permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar

    d. Menyudut tanggung: permukaan umunya datar dengan ujung-ujungtajam

    e. Menyudut : permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam4. Kemas

    a. Kemas terbuka: butiran mineral tidak saling bersentuhan(mengambang didalam matrik)

    b. Kemas tertutup: butiran saling bersentuhan satu dengan yanglainnya

    C. Komposisi Mineral

    Komposisi Mineral Piroklastik Mineral-mineral Sialis : Kuarsa, Feldspar, Feldspathoid. Mineral-mineral Ferromagnesia : Piroksen, Olivin. Mineral Tambahan : Hornblende, Biotit, Magnetit, Ilmenit.

    D. Klasifikasi Batuan Piroklastik

    BombGunungapiGumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar

    dari 64 mm, dan sebagian atau semuanya plastis pada waktu tererupsi.Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sangat besar.

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    4/27

    72

    1. BombPita (ribbon bomb), yaitu bomb yang memanjang sepertisuling dan sebagian besar gelembung-gelembung memanjang

    dengan arah sama.

    2. Bombinti (cored bomb), yaitu bomb yang mempunyai inti darimaterial yang terkonsolidasi lebih dahulu, mungkin dari

    fragmen-fragmen sisa erupsi dahulu pada gunungapi yang

    sama.

    3. Bomb kerak roti (bread crust bomb), yaitu bomb yang bagianluarnya retak-retak persegi seperti Nampak pada kulit roti yang

    mekar, hal ini disebabkan oleh bagian kulitnya cepat

    mendingin dan menyusut.

    BlockGunungapiMerupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi

    eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dahulu

    dengan ukuran lebih besar dari 64 mm. Blok-blok ini selalu

    menyudut bentuknya atau equdimensional.

    LapiliHasil erupsi eksplosif gunung api yang berukuran 2 mm -64

    mm. Selain dari itu fragmen batuan kadang-kadang terdiri dari

    mineral-mineral augit, olivine dan plagioklas.

    Debu gunungapiBatuan piroklastik yang berukuran 2 mm1/256 mm, yang

    dihasilkan oleh pemaparan dari magma akibat erupsi eksplosif.

    1.2 Batuan Sedimen

    Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil

    perombokan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia

    maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi

    yang kemudian mengalami pembatuan (Pettijohn, 1995 dalam Endarto 2005)

    Berdasar ada tidaknya proses transportasi, batuan sedimen dapat dibedakan

    menjadi dua macam:

    A. Pemerian Batuan Sedimen1. Batuan sedimen klastik

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    5/27

    73

    Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari

    hancuran batu lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi, yang

    selanjutnya mengalami diagenesa. Diagenesa adalah proses perubahan-

    perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah didalam suatu

    sedimen, selama sebelum dan sesudah litifikasi, hal tersebut yang

    mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras (Suprapto, 2007). Proses

    diagenesa antara lain:

    Kompaksi sedimen: termampatkannya butir semen satu terhadaplainnya akibat tekanan dari beban berat diatasnya. Kompaksi

    mengakibatkan volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir

    yang satu dengan yang lain menjadi rapat

    Sementasi: turunnya material-material diruang antar butir sedimendan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen satu dengan yang

    lain menjadi rapat

    Rekristalisasi: pengkristalan kembali suatu mineral dalam suatularutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama

    diagenesa atau sebelum diagenesa. Rekristalisasi umum terjadi pada

    pembentukan batuan karbonat

    Autogenesis: terbentuknya mineral baru dilingkungan diagenetik,sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam

    suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui yaitu

    karbonat, silika, klorit, ilite, gipsum

    Metasomatisme : penggantian mineral sedimen oleh berbagai mineralautogenik, tanpa pengurangan volume asal. Contohnya dolomitisasi,

    sehingga dapat merusak bentuk batuan karbonat atau fosil

    A. Struktur

    Struktur sedimen merupakan suatu kelainan perlapisan normal

    dari batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan

    keadaan energi pembentuknya. Struktur sedimen adalah kenampakan

    batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar. Berdasarkan asalnya,

    struktur sedimen yang terbentuk dikelompokkan menjadi tiga macam,

    yaitu:1. Struktur sedimen primer

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    6/27

    74

    Terbentuk karena proses sedimentasi, sehingga dapat

    merefleksikan mekanisme pengendapannya. Antara lain: perlapisan,

    gelembur gelombang, perlapisan, silangsiur, konvolut, perlapisan

    bersusun, dan lainnya

    2. Struktur sedimen sekunderTerbentuk sesudah sedimentasi, sebelum atau pada waktu

    digenesa, sehingga dapat merefleksikan keadaan dasar, lereng dan

    lingkungan organisnya. Antara lain: cetak beban, rekah kerut, jejak

    binatang, dan lainnya

    3. Struktur organikStruktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti

    moluska, cacing atau binatang lainnya, antara lain kerangka, laminasi

    pertumbuhan dan lain-lain

    Macam-macam perlapisan:

    a. Masif :bila tidak menunjukkan struktur dalam (Pettijohn & Potter,1964 dalm Suharwanto, 2012) atau ketebalan lebih dari 120 cm

    (Hc. Kee & Weir, 1053 dalam Suharwanto, 2012)

    b. Perlapisan sejajar : bila bidang perlaisan saling sejajarc. Laminasi : perlapisan sejajar yang ukuran/ketebalannya lebih kecil

    dari 1 cm. Terebntuk dari suspensi tanpa energi mekanis

    d. Perlapisan pilahan/bersusun : bila perlapisan disusun atas butiranyang berubah teratur dari halus kekasar pada arah vertikal,

    terbentuk dari arus pekat

    e. Perlapisan silang-siur : perlapisan yang membentuk sudutterhadap bidang lapisan yang berada diatas atau dibawahnya dandipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang

    berubah-rubah

    Pada bidang perlapisan:

    Terbentuknya dapat diakibatkan oleh penggerusan,

    pembebanan atau penguapan. Macam-macamnya yaitu:

    a. Gelembur gelombang : terbentuk sebagai akibat pergerakan airatau angin

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    7/27

    75

    b. Rekah kerut : rekahan pada permukaan bidang perlapisan senagaiakibat proses penguapan

    c. Cetak suling : cetakan sebagai akibat penggerusan media terhadapbatuan dasar

    d. Cetak beban : cetakan akibat pembebanan pada sedimen yangmasih plastis

    B. Tekstur

    1. Ukuran Butir

    Pemerian ukuran butir didasarkan pada skala Wentmorth,

    1922 (dalam Suharwanto, 2012) yaitu:

    Tabel 6.2 Skala Wentworth

    Nama Butir Besar Butir (mm)

    Bongkah 256

    Brangkal 266 - 64

    Krakal 64 - 4

    Krikil 42

    Pasir sangat kasar 21

    Pasir kasar 11/2

    Pasir sedang 1/2 - 1/4

    Pasir halus 1/4 - 1/8Pasir sangat halus 1/81/16

    Lanau 1/161/256

    Lempung < 256

    2. Pemilahan

    Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir

    penyusun, bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya, maka

    pemilahan semakin baik (Suharwanto, 2012). Dalam pemilahandipakai batasan-batasan sebagai berikut:

    a. Pemilahan baikb. Pemilahan sedangc. Pemilahan buruk

    3. Kebundaran

    Kebundaran adalah nilai membulat butiran. Terdapat banyak

    variasi dari bentuk batuan, untuk perbandingan sebagai berikut :

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    8/27

    76

    Membundar baik: semua permukaan konveks, hampirequidimensional, speroidal

    Membundar : permukaan umumnya bundar, ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar

    Membundar tanggung : permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar

    Menyudut tanggung : permukaan umunya datar dengan ujung-ujung tajam

    Menyudut : permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam4. Kemas

    Kemas terbuka : butiran mineral tidak saling bersentuhan(mengambang didalam matrik)

    Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu dengan yanglainnya

    C. Komposisi Mineral

    Komposisi mineral dapat dibedakan :

    a. Fragmen : bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapatberupa pecah-pecahan batuan, mineral dan cangkang-cangkang

    b. Matrik : bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen danterletak diantara fragmen sebagai massa dasar. Matrik dapat berupa

    batuan, mineral, atau fosil

    c. Semen : merupakan material pengisi rongga antar butir dan bahanpengikat diantara fragmen dan matrik. Bahan semen yang lazim

    adalah karbonat (kalsit, dolomit), silika (kalsedon, kuarsa), atau

    oksida besi (limonit, hematit, siderit)

    2. Batuan Sedimen Non Klastik

    Batuan sedimen non klastik adalah batuan yang terbentuk dari hasil

    reaksi kimia atau dari hasil kegiatan organisme. Reaksi kimia tersebut

    ialah rekristalisasi langsung atau reaksi organik (penggaraman unsur-unsur

    laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan

    replacement)

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    9/27

    77

    A. Struktur

    Struktur batuan non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia

    ataupun kegiatan organik. Macam-macan struktur antara lain:

    Fosilliforous : struktur yang ditunjukan oleh adanya fosil ataukomposisi terdiri dari fosil (sedimen organik)

    Oolitik : struktur dimana suatu fragmen klastik diselubungi olehmineral non klastik, bersifat konsentris dengan diameter berukuran

    lebih kecil 2 mm (0,252 mm) kristalkristal berbentuk bulat atau

    elipsoid, seperti telur ikan. Contoh : batugamping oolit

    Pisolitik: sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih besardari 2 mm. contoh : batugamping pisolitik

    Konkresi : kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitiktetapi tidak menunjukan adanya sifat konsentris

    Cone in cone : struktur pada batugamping kristalin yangmenunjukan pertumbuhan kerucut perkerucut

    Bioherm: tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu (belumtertransport sejak terbentuknya batuan)

    Blostrome : seperti bioherm tetapi bersifat klastik. Bioherm danbiostrome merupakan struktur luar yang hanya tampak dilapangan

    Septaria : sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempung.Ciri khasnya ialah ada rekahanrekahan yang tidak teratur akibat

    penyusutan bahanbahan lempungan karena proses dehidrasi,

    kemudian celahcelah yang terbentuk terisi oleh kristalkristal

    karbonat yang kasar

    Geode : banyak dijumpai pada batuan gamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat

    rongga tersebut. Kristal tersebut, dapat merupakan kalsit ataupun

    kuarsa

    Styolit: merupakan hubungan antar butir yang bergerigiB. Tekstur

    Tekstur dapat dibedakan menjadi dua macam :

    Kristalin

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    10/27

    78

    Tekstur ini terdiri dari kristalkristal yang interlocking yaitu

    kristalkristal yang saling mengunci satu dengan yang lain.

    Pemerian dapat memakai skala Wenworth sebagai berikut :

    1. Berbutir Kasar (2 mm)2. Berbutir Sedang (1/16 mm)3. Berbutir Halus (1/256 mm)4. Berbutir Sangat Halus (

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    11/27

    79

    Gambar 6.1 Batuapung

    (koleksi pribadi)

    1.4 Breksi

    Breksi merupakan batuan sedimen klastik yang memiliki ukuran butir

    yang cukup besar (diameter lebih dari dua milimeter) dengan tersusun atas

    batuan dengan fragmen menyudut (tajam). Fragmen-fragmen dari Breksi

    biasanya merupakan fragmen yang terkumpul pada bagian dasar lereng yang

    mengalami sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat berasal dari hasil

    longsoran yang mengalami litifikasi (Adipedia, 2010).

    Gambar 6.2 Breksi

    (koleksi pribadi)

    1.5 Konglomerat

    Konglomerat merupakan batuan sedimen dengan komponen terdiri dari

    beberapa jenis batuan berukuran paling kecil krikil, berbentuk membundar

    tanggung. Tersemen oleh silika, oksida, besi karbonat, atau lempung. Tekstur

    klastik, kemas mengambang dan bersinggungan. Dalam pembentukannya

    membutuhkan energi yang cukup besar untuk menggerakkan fragmen yang

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    12/27

    80

    cukup besar biasanya terjadi pada sistem sungai dan pantai. Di antara fragmen-

    fragmen konglomerat diisi oleh sedimen-sedimen halus sebagai perekat yang

    umumnya terdiri atas Oksida Besi, Silika, dan Kalsit (Magetsari, 2001).

    Gambar 6.3 Konglomerat

    (koleksi pribadi)

    1.6 Obsidian

    Obsidian adalah batuan piroklastik, berwarna hitam dan sedikit berbintik

    putih. Serta memiliki struktur masif, dan derajat kristalisasi holohyalin. Obsidian

    mengandung silika, besi dan magnesium. Obsidian terbentuk dari lava yang

    mendingin terlalu cepat, sehingga kristal yang terbentuk pada obsidian adalah

    kristal yang halus. Obsidian merupakan batuan yang terbentuk oleh hasil

    kegiatan erupsi gunungapi bersusunan asam hingga basa yang pembekuannya

    sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas atau kaca daripada kristal dominan

    (Magetsari, 2001).

    Gambar 6.4 Obsidian(koleksi pribadi)

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    13/27

    81

    1.7 Zeolit

    Zeolit adalah batuan piroklastik, berwarna putih keabu-abuan. Zeolit

    memiliki struktur yaitu masif. Tekstur zeolit yaitu memiliki ukuran butir

    lempung, pemilahan baik, dan kemas tertutup. Mineral yang terkandung didalam

    zeolit adalah silika. Zeolit merupakan kristal alumina-silika yang mempunyai

    struktur berongga atau berpori dan mempunyai sisi aktif bermuatan negatif yang

    dapat mengikat kation penyeimbang muatan secara lemah. Zeolit terdiri atas

    gugusan alumina dan gugusan silika-oksida yang masingmasing berbentuk

    tetrahedral dan saling dihubungkan oleh atom oksigen sedemikian rupa sehingga

    membentuk kerangka tiga dimensi (Magetsari, 2001).

    Gambar 6.1 Zeolit

    (koleksi pribadi)

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    14/27

    82

    BAB 2

    PEMBAHASAN

    2.1 Batuapung

    Saat di laboratorium mineralogi petrologi, praktikan mengamati satu buah

    sampel dari batuan dan dilakukan beberapa pengamatan pada batuan tersebut,

    yaitu mengenai jenis, warna, struktur, tekstur dan komposisi mineral.

    Pengamatan tekstur terdiri dari ukuran butir, pemilahan, kebundaran dan kemas.

    Pengamatan pada komposisi mineral yaitu fragmen, matriks dan semen. Batuan

    yang diamati pada praktikum memiliki jenis piroklastik. Sampel batuan yang

    diamati berwarna abu-abu dan mempunyai struktur skoria. Tekstur batuan yang

    diamati memiliki ukuran butir lanau. Komposisi yang dimiliki sampel batuan

    adalah semen silika karena tidak berbuih saat ditetesi HCl. Batuan yang diamati

    mempunyai ukuran panjang 7,5 cm dan lebar 4,5 cm. Setelah mengidentifikasi

    sampel batuan tersebut dapat praktikan simpulkan bahwa batuan tersebut adalah

    batuapung.

    Batuapung terbentuk melalui proses vulkanik dengan material penyusun

    dari asal yang berbeda-beda dan memiliki tekstur klastik. Batuapung terjadi

    pengendapan abu vulkanik jutaan tahun yang lalu. Batu mengendap dalam

    periode yang lama dari ribuan hingga jutaan tahun di cekungan dangkal dan

    mengalami rombakan oleh aktivitas air dan terendapkan kembali pada tempat

    pengendapan yang lain. Batuapung mengandung komposisi semen silikat karena

    terbentuk dari gunungapi yang kaya akan kandungan yang bersifat silikat yang

    juga mempengaruhi warna pada batuapung. Batuapung mempunyai sifat

    vesicularyang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular)akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya

    terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Gas

    yang terkandung didalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar dan magma

    membeku dengan tiba-tiba (Adipedia, 2010).

    Batuapung yang diamati saat praktikum sama seperti deskripsi batuapung

    pada sumber referensi yaitu tergolong jenis piroklastik. Sumber referensi

    batuapung dideskripsikan memiliki struktur skoria, begitu pula halnya dengan

    hasil pengamatan pada batuapung yang berada di laboratorium yaitu terdapat

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    15/27

    83

    lubang-lubang dengan arah yang tidak teratur. Ukuran butir yang diamati sama

    seperti sumber referensi yaitu lanau karena batuapung memiliki ukuran butir

    halus dan seragam yang berasal dari gunungapi yang meletus dan mengeluarkan

    material halus dan terendapkan dengan besar butir 1/16 mm1/256 mm yang

    terdapat pada skala Wentworth. Komposisi batuapung yang diamati sama seperti

    deskripsi pada sumber referensi yaitu memiliki semen silika karena tidak berbuih

    saat ditetesi HCl (Harjanto, 2011).

    Batuapung terbentuk melalui proses vulkanik dengan material penyusun

    dari asal yang berbeda-beda dan memiliki tekstur klastik. Batuapung memiliki

    struktur skoria karena pada saat pembentukannya gas yang terkandung

    didalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar tetapi magma telah membeku

    dahulu secara tiba-tiba sehingga menyebabkan terdapatnya lubang-lubang dengan

    arah yang tidak teratur. Ukuran butir batuapung berjenis lanau karena magma

    asam muncul ke permukaan dan bersentuhan dengan udara bebas secara tiba-tiba

    sehingga menyebabkan batuapung memiliki besar butir 1/16 mm1/256 mm.

    Batuapung berasal dari gunungapi yang kaya silika sehigga menyebabkan

    batuapung memiliki semen silika yang tidak berbuih saat ditetesi HCl. Batuapung

    mengapung pada air karena batuapung memiliki massa jenis yang kecil, struktur

    skoria, tidak terdapat fragmen dan matrik. Batuapung terbentuk dari pengendapan

    abu vulkanik jutaan tahun yang lalu yang mengendap dalam periode yang lama

    dari ribuan hingga jutaan tahun di cekungan dangkal dan mengalami rombakan

    oleh aktivitas air dan terendapkan kembali pada tempat pengendapan yang lain

    sedangkan obsidian terbentuk melalui proses vulkanik dengan material penyusun

    dari asal yang berbeda-beda dan memiliki tekstur klastik yang terbentuk dari

    hasil pendinginan lahar gunung berapi yang cepat(Adipedia, 2010).Manfaat dan kegunaan batuapung sering kita rasakan dalam kehidupan

    sehari-hari. Dalam bidang kesehatan batuapung dapat dianfaatkan sebagai alat

    kesehatan kulit. Batuapung banyak digunakan sebagai pembersih kulit yang

    pecah-pecah khususnya untuk bagian tumit. Selain daripada itu, batuapung juga

    banyak dipergunakan sebagai hiasan pada rumah. Persebaran batuapung banyak

    terdapat di sekitar Serang, Sukabumi dan Pulau Ternate (Hendik, 2012).

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    16/27

    84

    2.2 Breksi

    Saat di laboratorium mineralogi petrologi, praktikan mengamati satu buah

    sampel dari batuan dan dilakukan beberapa pengamatan pada batuan tersebut,

    yaitu mengenai jenis, warna, struktur, tekstur dan komposisi mineral.

    Pengamatan tekstur terdiri dari ukuran butir, pemilahan, kebundaran dan kemas.

    Pengamatan pada komposisi mineral yaitu fragmen, matrik dan semen. Batuan

    yang diamati pada praktikum memiliki jenis sedimen klastik. Sampel batuan

    yang diamati berwarna abu-abu putih dan mempunyai struktur masif. Tekstur

    batuan yang diamati memiliki ukuran butir krakal, pemilahan buruk, kebundaran

    angular, dan kemas terbuka. Komposisi yang dimiliki sampel batuan adalah

    fragmen batulempung dan batulanau, matriks tuff dan semen silika karena

    berbuih saat ditetesi HCl. Batuan yang diamati mempunyai ukuran panjang 13,5

    cm dan lebar 8 cm. Setelah mengidentifikasi sampel batuan tersebut dapat

    praktikan simpulkan bahwa batuan tersebut adalah breksi.

    Breksi merupakan salah satu contoh batuan sedimen klastik yang terbentuk

    dari proses sedimentasi kembali batuan asal yang telah pecah. Batuan asal tersebut

    dapat berupa batuan beku, sedimen dan metamorf. Fragmentasi tersebut dimulai

    dari pelapuan mekanis lalu tererosi dan tertransportasi ke sebuah cekungan dan

    terendapkan. Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa

    yakni, prosess- proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu

    sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Transportasi butir-butir sedimen dapat

    dipengaruhi oleh air, gravitasi, angin, dan es. Breksi memiliki butiran-butiran

    yang bersifat coarseyang terbentuk dari sementasi fragmen-fragmen yang bersifat

    kasar dengan ukuran 2 hingga 256 milimeter. (Adipedia, 2010).

    Breksi yang diamati saat praktikum sama seperti deskripsi breksi padasumber referensi yaitu tergolong jenis sedimen klastik. Sumber referensi breksi

    dideskripsikan memiliki struktur masif, begitu pula halnya dengan hasil

    pengamatan pada breksi yang berada di laboratorium yang tidak menunjukkan

    struktur dalam. Ukuran butir yang diamati sama seperti sumber referensi yaitu

    krakal karena breksi memiliki besar butir 64 mm4 mm. Breksi yang diamati

    memiliki pemilahan buruk karena ukuran besar butir batuan tidak seragam dan

    kebundaran angular karena permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.

    Breksi memiliki kemas terbuka karena butiran tidak saling bersentuhan.

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    17/27

    85

    Komposisi breksi yang diamati sama seperti deskripsi pada sumber referensi

    yaitu memiliki fragmen batulempung dan batulanau, matrik tuff dan semen silika

    karena tidak berbuih saat ditetesi HCl (Harjanto, 2011).

    Breksi merupakan batuan sedimen klastik karena terbentuk dari proses

    sedimentasi kembali batuan asal yang telah pecah. Fragmentasi tersebut dimulai

    dari pelapukan mekanis lalu tererosi dan tertransportasi ke sebuah cekungan dan

    terendapkan. Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh air,

    gravitasi, angin, dan es. Breksi memiliki struktur masif karena tidak

    menunjukkan struktur dalam. Breksi memiliki ukuran butir krakal karena breksi

    tidak tertransportasi begitu jauh dari batuan asalnya sehingga menyebabkan

    breksi memiliki besar butir 64 mm4 mm. Breksi mengalami diagenesa jutaan

    tahun sehingga menyebabkan breksi memiliki ukuran butir yang tidak seragam

    yang dapat dikatakan breksi memiliki pemilahan buruk. Breksi memiliki

    kebundaran angular karena breksi tidak tertransportasi terlalu jauh dari batuan

    asalnya sehingga gaya gesekan antar butir satu dengan lainnya semakin

    berkurang. Breksi mengalami terbentuknya mineral baru di lingkungan

    diagenesa, yang mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen

    sehingga menyebabkan butirannya tidak saling bersentuhan oleh karena itu dapat

    dikatakan breksi memiliki kemas terbuka. Breksi memiliki fragmen lempung

    karena saat transportasi terdapat arus turbulen yang arus turbulen tersebut

    membuat partikel atau butiran-butiran sedimen mengendap secara suspensi,

    sehingga butiran-butiran yang diendapkan merupakan butiran sedimen berbutir

    halus. Breksi memiliki komposisi matrik tuff dan semen silika karena tidak

    berbuih saat ditetesi HCl (Adipedia, 2010).

    Manfaat dan kegunaan breksi sering kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Breksi dapat dimanfaatan sebagai bahan pondasi pada bangunan, dapat juga

    dipakai sebagai bahan campuran dalam semen untuk membangun suatu bangunan.

    Pada zaman dahulu breksi dipakai sebagai alat pemotong benda karena di pinggir

    permukaannya yang relatif tajam. Persebaran breksi terdapat dihampir semua

    lereng gunung berapi yang ada di Indonesia (J.A Katili dan P. Marks, 1963).

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    18/27

    86

    2.3 Konglomerat

    Saat di laboratorium mineralogi petrologi, praktikan mengamati satu buah

    sampel dari batuan dan dilakukan beberapa pengamatan pada batuan tersebut,

    yaitu mengenai jenis, warna, struktur, tekstur dan komposisi mineral.

    Pengamatan tekstur terdiri dari ukuran butir, pemilahan, kebundaran dan kemas.

    Pengamatan pada komposisi mineral yaitu fragmen, matriks dan semen. Batuan

    yang diamati pada praktikum memiliki jenis sedimen klastik. Sampel batuan

    yang diamati berwarna coklat kehitaman dan mempunyai struktur masif. Tekstur

    batuan yang diamati memiliki ukuran butir krakal, pemilahan buruk, kebundaran

    rounded, dan kemas terbuka. Komposisi yang dimiliki sampel batuan adalah

    fragmen kuarsa, matrik basalt, rijang dan semen karbonat karena berbuih saat

    ditetesi HCl. Batuan yang diamati mempunyai ukuran panjang 8 cm dan lebar 5

    cm. Setelah mengidentifikasi sampel batuan tersebut dapat praktikan simpulkan

    bahwa batuan tersebut adalah konglomerat.

    Konglomerat merupakan salah satu contoh batuan sedimen klastik yang

    terbentuk dari proses sedimentasi kembali batuan asal yang telah pecah. Batuan

    asal tersebut dapat berupa batuan beku, sedimen dan metamorf. Fragmentasi

    tersebut dimulai dari pelapuan mekanik lalu tererosi dan tertransportasi ke

    sebuah cekungan dan terendapkan. Konglomerat merupakan suatu bentukan

    fragmen dari proses sedimentasi, batuan yang berbutir kasar, terdiri atas fragmen

    dengan bentuk membundar dengan ukuran lebih besar dari 2 mm yang berada

    ditengah-tengah semen yang tersusun oleh batupasir dan diperkuat dan

    dipadatkan lagi oleh kerikil. Di antara fragmen- fragmen konglomerat diisi oleh

    sedimen-sedimen halus sebagai perekat yang umumnya terdiri atas Oksida Besi,

    Silika, dan Kalsit. Batuan tersebut dalam pembentukannya membutuhkan energiyang cukup besar untuk menggerakan fragmen yang cukup besar biasanya

    terjadi pada sistem sungai dan pantai. Konglomerat adalah batuan sedimen yang

    tersusun dari bahan-bahan dengan ukuran berbeda dan bentuk membulat yang

    direkat menjadi batuan padat (Philpotts, 2010).

    Konglomerat yang diamati saat praktikum sama seperti deskripsi

    konglomerat pada sumber referensi yaitu tergolong jenis sedimen klastik. Sumber

    referensi konglomerat dideskripsikan memiliki struktur masif, begitu pula halnya

    dengan hasil pengamatan pada konglomerat yang berada di laboratorium yang

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    19/27

    87

    tidak menunjukkan adanya struktur dalam. Ukuran butir yang diamati sama

    seperti sumber referensi yaitu krakal karena konglomerat memiliki besar butir 64

    mm4 mm. Konglomerat yang diamati memiliki pemilahan buruk karena ukuran

    besar butir batuan tidak seragam dan kebundaran rounded karena permukaan-

    permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar. Konglomerat

    memiliki kemas terbuka karena butiran tidak saling bersentuhan. Komposisi

    konglomerat yang diamati sama seperti deskripsi pada sumber referensi yaitu

    memiliki fragmen kuarsa, matrik basal dan rijang dan semen karbonat karena

    berbuih saat ditetesi HCl (Harjanto, 2011).

    Konglomerat merupakan batuan sedimen klastik karena terbentuk dari

    proses sedimentasi kembali batuan asal yang telah pecah. Fragmentasi tersebut

    dimulai dari pelapukan mekanis lalu tererosi dan tertransportasi ke sebuah

    cekungan dan terendapkan. Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi

    oleh air, gravitasi, angin, dan es. Konglomerat memiliki struktur masif karena

    tidak terdapat struktur dalam. Konglomerat memiliki ukuran butir krakal karena

    konglomerat tidak tertransportasi begitu jauh dari batuan asalnya sehingga

    menyebabkan konglomerat memiliki besar butir 64 mm4 mm. Konglomerat

    mengalami diagenesa jutaan tahun sehingga menyebabkan konglomerat memiliki

    ukuran butir yang tidak seragam yang dapat dikatakan konglomerat memiliki

    pemilahan buruk. Konglomerat memiliki kebundaran rounded karena

    konglomerat tertransportasi jauh dari batuan asalnya sehingga gaya gesekan antar

    butir satu dengan lainnya semakin besar. Konglomerat mengalami terbentuknya

    mineral baru di lingkungan diagenesa, yang mineral tersebut merupakan partikel

    baru dalam suatu sedimen sehingga menyebabkan butirannya tidak saling

    bersentuhan oleh karena itu dapat dikatakan konglomerat memiliki kemasterbuka. Konglomerat memiliki komposisi matrik basalt dan rijang dan semen

    karbonat karena berbuih saat ditetesi HCl (Harjanto, 2011).

    Secara umum, perbedaan terbesar antara konglomerat dan breksi adalah

    kebundaran dari partikel dalam setiap matrik batuannya. Kebanyakan

    konglomerat tersusun atas partikelpartikel bulat yang biasanya tersusun atas

    kerikil dan pasir yang disemen bersama-sama. Partikel-partikel ini menjadi bulat

    oleh pengikisan dan tumbukan yang terjadi di dalam air dan bias juga oleh

    es. Konglomerat pada umumnya ditemukan di sepanjang saluran sungai purba.

    http://aulizar.wordpress.com/2010/10/29/konglomerat-vs-breksihttp://aulizar.wordpress.com/2010/10/29/konglomerat-vs-breksihttp://aulizar.wordpress.com/2010/10/29/konglomerat-vs-breksihttp://aulizar.wordpress.com/2010/10/29/konglomerat-vs-breksihttp://aulizar.wordpress.com/2010/10/29/konglomerat-vs-breksihttp://aulizar.wordpress.com/2010/10/29/konglomerat-vs-breksi
  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    20/27

    88

    Breksi memiliki partikelpartikel yang lebih menyudut, menunjukkan bahwa

    terbentuk lebih cepat, setelah potongan patah dan disemen bersama-sama.Breksi

    gampingan berisi potonganpotongan menyudut dari batu kapur dan berada

    dalam matrik kalsium karbonat yang seringkali batuan ini terbentuk dalam

    lingkungan pengendapan yang cepat (Magetsari, 2001).

    Manfaat dan kegunaan konglomerat sering kita rasakan dalam kehidupan

    sehari-hari. Konglomerat dapat dipergunakan sebagai sebagai bahan pondasi pada

    bangunan, dapat juga dipakai sebagai bahan campuran dalam semen untuk

    membangun suatu bangunan. Persebaran konglomerat terdapat dihampir semua

    lereng gunung berapi yang ada di Indonesia (J.A Katili dan P. Marks, 1963).

    http://aulizar.wordpress.com/2010/10/29/konglomerat-vs-breksihttp://aulizar.wordpress.com/2010/10/29/konglomerat-vs-breksihttp://aulizar.wordpress.com/2010/10/29/konglomerat-vs-breksihttp://aulizar.wordpress.com/2010/10/29/konglomerat-vs-breksi
  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    21/27

    89

    2.4 Obsidian

    Saat di laboratorium mineralogi petrologi, praktikan mengamati satu buah

    sampel dari batuan dan dilakukan beberapa pengamatan pada batuan tersebut,

    yaitu mengenai jenis, warna, struktur, tekstur dan komposisi mineral.

    Pengamatan tekstur terdiri dari ukuran butir, pemilahan, kebundaran dan kemas.

    Pengamatan pada komposisi mineral yaitu fragmen, matriks dan semen. Batuan

    yang diamati pada praktikum memiliki jenis piroklastik. Sampel batuan yang

    diamati berwarna hitam dan mempunyai struktur masif. Komposisi mineral yang

    dimiliki sampel batuan adalah silika karena tidak berbuih saat ditetesi HCl.

    Batuan yang diamati mempunyai ukuran panjang 5 cm dan lebar 4 cm. Setelah

    mengidentifikasi sampel batuan tersebut dapat praktikan simpulkan bahwa

    batuan tersebut adalah obsidian.

    Obsidian merupakan batuan yang terbentuk oleh hasil kegiatan erupsi

    gunungapi bersusunan asam hingga basa yang pembekuannya sangat cepat

    sehingga akan terbentuk gelas atau kaca daripada kristal dominan. Obsidian

    terbentuk melalui proses vulkanik dengan material penyusun dari asal yang

    berbeda-beda dan memiliki tekstur klastik. Obsidian sebenarnya bukanlah batu

    atau mineral, melainkan kaca natural yang terbentuk dari hasil pendinginan lahar

    gunung berapi yang cepat, karena proses pendinginannya terlalu cepat maka

    jarang terjadi pembentukan kristal di dalamnya, jadi tidak ada struktur kristal di

    dalam obsidian seperti batu mineral lain(Harjanto, 2011).

    Obsidian yang diamati saat praktikum sama seperti deskripsi obsidian

    pada sumber referensi yaitu tergolong jenis piroklastik. Sumber referensi

    obsidian dideskripsikan memiliki struktur masif, begitu pula halnya dengan hasil

    pengamatan pada obsidian yang berada di laboratorium yang tidak menunjukkanadanya sifat aliran atau jejak gas. Komposisi obsidian yang diamati sama seperti

    deskripsi pada sumber referensi yaitu memiliki silika karena tidak berbuih saat

    ditetesi HCl (Harjanto, 2011).

    Obsidian terbentuk melalui proses vulkanik dengan material penyusun

    dari asal yang berbeda-beda dan memiliki tekstur klastik.Obsidian sebenarnya

    bukanlah batu atau mineral, melainkan kaca natural yang terbentuk dari hasil

    pendinginan lahar gunung berapi yang cepat, karena proses pendinginannya

    terlalu cepat maka jarang terjadi pembentukan kristal di dalamnya, jadi tidak ada

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    22/27

    90

    struktur kristal di dalam obsidian seperti batu mineral lain. Genesa obsidian

    berbeda dengan batuapung. Batuapung terbentuk dari pengendapan abu vulkanik

    jutaan tahun yang lalu yang mengendap dalam periode yang lama dari ribuan

    hingga jutaan tahun di cekungan dangkal dan mengalami rombakan oleh aktivitas

    air dan terendapkan kembali pada tempat pengendapan yang lain. Warna tidak

    ditentukan oleh komposisinya, sehingga batuan ini berwarna hitam mungkin

    bersifat riolitik atau basaltik. Obsidian memiliki struktur masif karena tidak

    terdapat fragmen batuan lain dan menunjukkan tidak adanya sifat aliran dan jejak

    gas. Obsidian berasal dari gunungapi yang kaya silika sehigga menyebabkan

    obsidian memiliki semen silika yang tidak berbuih saat ditetesi HCl. (Magetsari,

    2001).

    Manfaat dan kegunaan obsidian sering kita rasakan dalam kehidupan sehari-

    hari. Obsidian dapat dimanfaatkan sebagai hiasaan dinding rumah, sebagai bahan

    batu tempel, industi keramik, bahan penggosok, campuran bahan bangunan

    kontruksi ringan, bahan isolator, campuran lumpur pemboran dan bahan saringan

    (filter). Persebaran obsidian di Indonesia banyak terdapat di Bengkulu, Sumatra

    Barat dan di Kabupaten Kepahiang (J.A Katili dan P. Marks, 1963).

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    23/27

    91

    2.5 Zeolit

    Saat di laboratorium mineralogi petrologi, praktikan mengamati satu buah

    sampel dari batuan dan dilakukan beberapa pengamatan pada batuan tersebut,

    yaitu mengenai jenis, warna, struktur, tekstur dan komposisi mineral.

    Pengamatan tekstur terdiri dari ukuran butir, pemilahan, kebundaran dan kemas.

    Batuan yang diamati pada praktikum memiliki jenis piroklastik. Sampel batuan

    yang diamati berwarna putih dan mempunyai struktur masif. Tekstur batuan yang

    diamati memiliki ukuran butir lanau. Komposisi yang dimiliki sampel batuan

    adalah semen silika karena berbuih saat ditetesi HCl. Batuan yang diamati

    mempunyai ukuran panjang 13 cm dan lebar 6,5 cm. Setelah mengidentifikasi

    sampel batuan tersebut dapat praktikan simpulkan bahwa batuan tersebut adalah

    zeolit.

    Zeolit terbentuk karena batuan vulkanis dari lapisan abu bereaksi dengan air

    yang berada dibawah tanah dan mengandung alkalin. Zeolit terjadi akibat

    pengendapan abu vulkanik jutaan tahun yang lalu. Zeolit mengendap dalam

    periode yang lama dari ribuan hingga jutaan tahun di cekungan dangkal dan

    mengalami rombakan oleh aktivitas air dan terendapkan kembali pada tempat

    pengendapan yang lain. Zeolit mengandung komposisi semen silikat karena

    terbentuk dari gunungapi yang kaya akan kandungan yang bersifat silikat yang

    juga mempengaruhi warna pada zeolit. Ada empat proses sebagai gambaran

    awal terbentuknya zeolit, yaitu proses sedimentasi debu vulkanik pada

    lingkungan danau yang bersifat alkali, proses alterasi, proses diagenesis dan

    proses hidrotermal (Harjanto, 2011).

    Zeolit yang diamati saat praktikum sama seperti deskripsi zeolit pada

    sumber referensi yaitu tergolong jenis piroklastik. Sumber referensi zeolitdideskripsikan memiliki struktur masif, begitu pula halnya dengan hasil

    pengamatan pada zeolit yang berada di laboratorium yang tidak menunjukkan

    adanya fragmen batuan lain. Ukuran butir yang diamati sama seperti sumber

    referensi yaitu lanau karena zeolit memiliki besar butir 1/16 mm1/256 mm.

    Zeolit memiliki kemas tertutup karena butirannya saling bersentuhan. Komposisi

    zeolit yang diamati sama seperti deskripsi pada sumber referensi yaitu memiliki

    semen silika karena tidak berbuih saat ditetesi HCl tetapi tidak memiliki fragmen

    dan matrik (Harjanto, 2011).

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    24/27

    92

    Zeolit terbentuk melalui proses vulkanik dengan material penyusun dari

    asal yang berbeda-beda dan memiliki tekstur klastik. Zeolit berwarna putih

    karena pengaruh dari komposisi semen silika. Zeolit memiliki struktur masif

    karena tidak terdapat fragmen batuan lain dan menunjukkan tidak adanya sifat

    aliran dan jejak gas. Ukuran butir zeolit berjenis lanau karena zeolit memiliki

    ukuran butir halus dan seragam yang berasal dari gunungapi yang meletus dan

    mengeluarkan material halus dan terendapkan dengan besar butir 1/16 mm1/256

    mm yang terdapat pada skala Wentworth. Zeolit berasal dari gunung api yang

    kaya silika sehigga menyebabkan zeolit memiliki semen silika yang berbuih saat

    ditetesi HCl (Adipedia, 2010).

    Zeolit digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan untuk pemurni

    air, dan juga sebagai bahan campuran pupuk yang dapat meningkatkan kesuburan

    tanah. Kegunaan zeolit dalam bidang lingkungan dapat digunakan sebagai bahan

    untuk penjernih air tambak, bahan penjernih limbah industri, dan industri nuklir.

    Penyebaran di Indonesia berada di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,

    Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya (J.A Katili dan P. Marks, 1963).

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    25/27

    93

    BAB 3

    KESIMPULAN

    3.1 Batuapung

    Jenis piroklastik, warna abu-abu, struktur skoria, tekstur ukuran butir

    lanau, komposisi mineral adalah silika yang tidak berbuih jika ditetesi HCl.

    3.2 Breksi

    Jenis sedimen klastik, warna abu-abu putih, struktur masif, tekstur adalah

    ukuran butir krakal, pemilahan buruk, kebundaran angular, kemas terbuka,

    komposisi mineral adalah fragmen batulempung dan batulanau, matrik tuff dan

    semen silika yang tidak berbuih jika ditetesi HCL.

    3.3 Konglomerat

    Jenis sedimen klastik, warna coklat kehitaman, struktur masif, tekstur

    adalah ukuran butir krakal, pemilahan buruk, kebundaran rounded, kemas

    terbuka, komposisi mineral adalah fragmen kuarsa, matrik basalt dan rijang dan

    semen karbonat yang berbuih ketika ditetesi HCl.

    3.4 Obsidian

    Jenis piroklastik, warna hitam, struktur masif, komposisi mineral adalah

    silika yang tidak berbuih ketika ditetesi HCl.

    3.5 Zeolit

    Jenis piroklastik, warna putih, struktur masif, tekstur ukuran butir lanau,

    komposisi mineral adalah silika yang tidak berbuih ketika ditetesi HCl.

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    26/27

    94

    DAFTAR PUSTAKA

    Arif, Ridwan dan Manggara P. Pohan. 2006. Evaluasi Potensi Bahan Galian Pada

    Bekas Tambang dan Wilayah Peti Daerah Balai Karangan, Sanggau,

    Kalimantan Barat. Kalimantan: Pusat Sumber Daya Geology

    Graha, Doddy Setia. 1987.Batuan dan Mineral. Bandung: Nova

    Harjanto, Agus. 2011. Buku Panduan Praktikum Petrologi. Yogyakarta: Universitas

    Nasional Veteran Yogyakarta

    Magetsari, Noer Azis. 2001. Catatan Geologi Fisik. Bandung: 2001

    Munir, Moch. 1996. Geologi dan Mineral Tanah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

    Nur, Irzal. 2013. Identifikasi Kubah Lava pada Kaldera Pangkajane, Sulawesi

    Selatan, Indonesia. Medan: HAGI-IAGI Joint Convention

    Suharwanto. 2014. Penuntun Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta: PSTL

    UPN V.

  • 5/25/2018 Praktikum 6 Batuan Piroklastik

    27/27

    95

    LAMPIRAN